• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. ANALISA DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "4. ANALISA DAN PEMBAHASAN"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

4. ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Data

4.1.1 Analisa Statistik Deskriptif

Analisa statistik deskriptif bertujuan untuk menjelaskan karakteristik dan jawaban dari responden terhadappertanyaan – pertanyaan yang adadalam tiap variabel dalam kuesioner. Gambaran karakteristik dan jawaban dari responden dapat dilihat sebagai berikut:

4.1.1.1 Deskripsi Data Karakteristik Responden

Jenis data pada penelitian ini adalah data primer. Total terdapat 160 responden yang mengisi kuesioner yang disebar oleh peneliti pada 15 Mei 2019 – 27 Mei 2019. Responden sudah memenuhi yang sudah ditetapkan, yaitu peminat wisata kuliner yang merencanakan kunjungan kuliner ke Surabaya dalam kurun waktu 3 bulan terakhir, dan yang membaca lalu menjadikan e-WOM sebagai sumber informasi sebanyak 5x dalam kurun waktu 3 bulan. Di bagian ini, peneliti menyajikan deskripsi dari profil responden dalam bentuk tabel frekuensi, dan deskripsi itu meliputi usia, jenis kelamin, profesi, sumber e-WOM terkait kuliner Surabaya yang paling sering dibaca oleh responden, dan aplikasi yang paling sering digunakan sebagai media untuk mencari dan membaca e-WOM terkait kuliner Surabaya.

Jenis Kelamin

Karakteristik responden dalam penelitian ini dilihat berdasarkan jenis kelamin responden. Jenis kelamin responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel berikut:

(2)

53

Tabel 4.1. Deskripsi Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase

Perempuan 86 53.75%

Laki-laki 74 46.25%

Total 160 100%

Sumber: Lampiran 2

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa jumlah responden yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan responden yang berjenis kelamin laki-laki, di mana responden perempuan berjumlah 86 orang (53.75%), sedangkan responden laki-laki berjumlah 74 orang (46.25%). Hal ini sesuai dengan penelitian Ganesha Acharya (2016) tentang Women’s Empowerment in Hospitality Industry dimana 55% dalam industri pariwisata didominasi oleh wanita mulai dari pekerja dari level karyawan sampai level manager

. Usia responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini juga dilihat berdasarkan usia responden. Usia responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.2:

Tabel 4.2 Deskripsi Usia Responden

Usia Jumlah Responden Persentase (%)

<20 tahun 32 20%

21-30 tahun 118 73.75%

>30 tahun 10 6.25%

Total 160 100%

Sumber: Lampiran 2

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden berusia21-30 tahun, yakni sebanyak 118 orang (73.75%). Selanjutnya responden berusia <20 tahun sebanyak 32 orang (20%) dan responden yang berusia >30 tahun

(3)

sebanyak 10 orang (6.25%). Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) jumlah pengguna internet di Indonesia tahun 2017 telah mencapai 143,26 juta jiwa atau setara dengan 54,68% dari total jumlah penduduk Indonesia, dengan komposisi terbesar berdasarkan usia berada pada rentang masyarakat berusia 19 sampai 34 tahun, yakni sebesar 49,52% (Kominfo, 276 Jurnal Manajemen dan Pemasaran Jasa Vol. 11 No. 2 September 2018 2018).

Rentang usia yang dikenal sebagai generasi milenial atau generasi Y merupakan pengguna internet yang paling mendominasi.

Pekerjaan responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini juga dapat dilihat berdasarkan pekerjaan responden. Dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.3 Deskripsi Pekerjaan Responden

Pekerjaan Jumlah Responden Persentase (%)

SWASTA 59 36.875%

WIRASWASTA 15 9.375%

MAHASISWA 84 52.5%

LAIN-LAIN 2 1.25%

Total 160 100

Sumber: Lampiran 2

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerjaan responden adalah mahasiswa dengan jumlah 84 orang (52.5%). Pekerjaan terbanyak selanjutnya adalah swasta dengan jumlah 59 orang (36.875%).

Wiraswasta dengan jumlah 15 orang (9.375%) dan lain-lain sebanyak 2 orang (1.25%). Sesuai dengan penelitian Lazarevic (2012) usia 21-30 tahun dinamakan generasi milenial. Generasi milenial lahir antara tahun 1980 sampai 2000 dan mayoritas tumbuh dengan kemajuan teknologi seperti komputer dan internet. Saat ini generasi milenial memasuki usia bekerja dan mahasiswa sehingga sesuai dengan data diatas. Generasi ini juga adalah pengguna aktif media sosial dan perangkat

(4)

55

seluler serta aplikasi, yang membuat generasi milenial tetap terhubung dengan rekan maupun keluarga.

Domisili atau tempat tinggal

Karakteristik responden dalam penelitian ini berdasarkan letak domisili atau tempat tinggal responden. Dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini :

Tabel 4.4 Deskripsi tempat tinggal responden

Tempat tinggal Jumlah Responden Presentase

Surabaya 106 66.25%

Luar Surabaya 54 33.75%

Total 160 100%

Sumber: Lampiran 2

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebanyak 106 responden berasal dari Surabaya (66.25%) dan sisanya sebanyak 54 orang berasal dari luar kota Surabaya (33.75%). Peneliti tidak menarget orang Surabaya atau orang luar Surabaya, akan tetapi lebih menarget ke peminat kuliner. Walaupun orang Surabaya, jika dia adalah peminat kuliner, maka selain kebutuhan, makan merupakan wisata yang dilakukan walaupun di dalam kota. Dia akan tetap meng- update pengetahuannya terkait kuliner di Surabaya. Dalam penelitian ini, responden yang berasal dari kota luar kota Surabaya berasal dari kota-kota pada tabel 4.4.1 :

Tempat tinggal Jumlah Responden Presentase

Bali 2 3.70%

Banyuwangi 1 1.85%

Bogor 1 1.85%

Jakarta 6 11.11%

(5)

Jember 1 1.85%

Makassar 2 3.70%

Malang 8 14.81%

Mojokerto 1 1.85%

Semarang 2 3.70%

Sidoarjo 28 51.89%

Tulungagung 1 1.85%

Yogyakarta 1 1.85%

Total 54 100%

Sumber: Lampiran 2

Penggunaan e-WOM tentang kuliner Surabaya sebagai sumber informasi wisata kuliner yang hendak dikunjungi responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini berdasarkan penggunaan e-WOM terkait kuliner Surabaya sebagai sumber informasi dalam memilih destinasi wisata kuliner yang akan dikunjungi dikemudian hari. Dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini :

Tabel 4.5 Deskripsi Penggunaan e-WOM tentang kuliner Surabaya sebagai sumber informasi wisata kuliner yang hendak dikunjungi responden Penggunaan e-WOM sebagai sumber

informasi wisata kuliner Surabaya Jumlah Responden Presentase

Ya 149 93.125%

Tidak 11 6.875%

Total 160 100%

Sumber: Lampiran 2

(6)

57

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebanyak 149 responden menjadikan e-WOM terkait kuliner Surabaya sebagai sumber informasi dalam menentukan pilihan destinasi wisata yang hendak dikunjungi (93.125%) dan sisanya sebanyak 11 orang tidak menjadikan e-WOM terkait kuliner Surabaya sebagai sumber informasi dalam memilih destinasi wisata kuliner (6.875%).

Menurut penelitian Trusov, Bucklin, & Pauwells (2009) Electronic Word of Mouth memiliki kemampuan menyediakan informasi lebih besar 30x dibandingkan dengan komunikasi Word of Mouth di dunia offline, karena aksesibilitas yang lebih besar dan jangkauan yang luas, ini disebabkan karena pembaca melihat e-WOM sebagai informasi yang up-to-date dan lebih bisa diandalkan dari informasi yang disediakan oleh perusahaan - perusahaan penyedia jasa/produk. Hal ini sesuai dengan tabel diatas.

Sumber informasi e-WOM terkait kuliner Surabaya yang sering dibaca oleh responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini berdasarkan letak domisili atau tempat tinggal responden. Dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini :

Tabel 4.6 Deskripsi sumber informasi e-WOM terkait kuliner Surabaya yang sering dibaca responden

Sumber informasi Jumlah Responden Persentase

Food blog 3 1.875%

Social Media 157 98.125%

Total 160 100%

Sumber: Lampiran 2

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa hanya 3 orang yang menjadikan e-WOM dalam food blog sebagai sumber informasi (1.875%) dan sebanyak 157 orang menggunakan e-WOM yang terdapat pada Social Media sebagai sumber informasi terkait kuliner Surabaya (98.125%). Social Media memiliki peranan yang besar karena saat ini Social Media sudah menjadi bagian dari masyarakat. Social

(7)

Media menjadi peran besar bagi masyarakat dalam berkomunikasi, share aktivitas pengguna dan beragam hal lainnya yang mempermudah masyarakat. Sumber informasi yang berasal dari Social Media dapat dilihat dalam tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7 Deskripsi sumber informasi e-WOM terkait kuliner Surabaya yang berasal dari Social Media

Nama Media Sosial Jumlah Responden Persentase

Facebook 18 11.46%

Youtube 60 38.22%

Twitter 5 3.18%

Instagram 72 45.87%

Lainnya 2 1.27%

Total 157 100%

Sumber: Lampiran 2

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa penggunaan Social Media Instagram merupakan yang paling banyak dengan jumlah 72 orang (45.87%).

Setelah Instagram, disusul oleh Youtube sebanyak 60 orang (38.22%) lalu Facebook sebanyak 18 orang (11.46%), Twitter sebanyak 5 orang (3.18%) dan lain-lain sebanyak 2 orang (1.27%). Pengguna Instagram setiap bulan bertambah 100 juta pengguna baru terhitung sejak April 2017. Secara keseluruhan jumlah pengguna aktif bulanan Instagram kini sudah mencapai kisaran 800 juta, menurut keterangan Carolyn Everson, Vice President Global Marketing Solutions Facebook selaku perusahaan induk Instagram sehingga Instagram memiliki peranan besar penyebaran e-WOM Social Media. Forrester Research mendukung pernyataan ini dan mengemukakan bahwa akun yang mengunggah konten pada Instagram memiliki tingkat keterlibatan dari penggunanya sampai 4,21% (Forrester, 2014).

Pendapat tersebut menggambarkan bahwa pengguna sosial media Instagramlebih aktif dalam memberikan respon pada konten yang di unggah dari merek yang telah diikutinya.

(8)

59

Frekuensi responden membaca e-WOM tentang kuliner Surabaya dalam 3 bulan terakhir

Karakteristik responden berdasarkan frekuensi seringnya membaca e-WOM terkait kuliner Surabaya dalam kurun waktu 3 bulan. Dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini :

Tabel 4.8 Deskripsi frekuensi membaca e-WOM tentang kuliner Surabaya Frekuensi Jumlah Responden Persentase

<5x dalam 3 bulan terakhir 78 48.75%

>5x dalam 3 bulan terakhir 82 51.25%

Total 160 100%

Sumber: Lampiran 2

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebanyak 82 responden membaca e-WOM terkait kuliner Surabaya lebih dari 5x dalam kurun waktu 3 bulan terakhir (51.25%) dan sebanyak 78 responden tidak membaca lebih dari 5x dalam kurun waktu 3 bulan terakhir (48.75%). Wilcox,K. & Stephen, A.T (2013) mengemukakan bahwa pendapat dalam e-WOM sangat penting bagi pengguna internet sehingga mempengaruhi jenis informasi yang disajikan di web dan situs sosial. Sehingga lebih banyak orang yang mengikuti dan membaca e-WOM yang mereka ikuti sesuai dengan tabel 4.8

Ketertarikan responden melakukan wisata kuliner setelah membaca e-WOM tentang kuliner Surabaya

Karakteristik responden dalam penelitian ini berdasarkan letak domisili atau tempat tinggal responden. Dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut ini :

Tabel 4.9 Deskripsi ketertarikan responden setelah membaca e-WOM tentang kuliner Surabaya

(9)

Ketertarikan responden Jumlah Responden Persentase

Tertarik 149 93.125%

Tidak tertarik 11 6.875%

Total 160 100%

Sumber: Lampiran 2

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebanyak 149 responden memiliki ketertarikan melakukan wisata kuliner Surabaya setelah membaca e-WOM terkait wisata kuliner Surabaya (93.125%) dan sebanyak 11 responden tidak tertarik melakukan wisata kuliner meski sudah membaca e-WOM tentang kuliner Surabaya (6.875%). Penelitian yang dilakukan oleh Shih et al., (2013) mengemukakan bahwa e-WOM menawarkan lebih banyak informasi terkait perjalanan kepada wisatawan dan menghasilkan efek persuasif pada keputusan dan perilaku perjalanan wisatawan. Saat ini wisatawan juga semakin memanfaatkan e-WOM untuk mendukung perencanaan perjalanan mereka dan keputusan terkait perjalanan (Tham et al., 2013; Standing et al., 2014; Amaro dan Duarte, 2013). Pernyataan ini sesuai dengan tabel 4.9 diatas.

4.1.1.2 Deskripsi Jawaban Responden

Deskripsi jawaban responden merupakan deskripsi atas hasil perhitungan mean dari jawaban yang diberikan responden untuk setiap indikator dari masing- masing variabel sehingga dapat diketahui rata-rata penilaian responden terhadap jawaban dari tiap variabel yang ditanyakan. Jawaban yang diberikan responden berupa tingkat persetujuan dari 1 (sangat tidak setuju) – 5 (sangat setuju). Peneliti membuat rentang seperti di bawah ini untuk mendeskripsikan jawaban responden.

Dengan hasil interval kelas 0,8, maka dapat disimpulkan kriteria rata-rata jawaban responden adalah sebagai berikut:

(10)

61 1,00 - 1,80 = Sangat Tidak Setuju 1,81 - 2,60 = Tidak Setuju

2,61 - 3,40 = Netral 3,41 - 4,20 = Setuju

4,21 - 5,00 = Sangat Setuju

Seperti yang telah dibahas di bab 3 dalam definisi operasional variabel, variabel dalam penelitian ini antara lain Electronic Word of Mouth (X), Destination Image (W), dan Travel Intention(Y), dengan hasil analisa deskriptif sebagai berikut

:

Analisis deskriptif variabel Electronic Word of Mouth

Variabel Electronic Word of Mouth merupakan variabel independen dengan hasil tanggapan responden terhadap masing-masing indikator dari variabel Electronic Word of Mouth yang ditunjukkan pada Tabel 4.9 berikut :

Tabel 4.10 Tanggapan Responden Terhadap Variabel Electronic Word of Mouth

No Pernyataan Mean Std. Dev Kategori

1.

Konten e-WOM kuliner yang saya baca relevan dengan informasi kuliner Surabaya yang dibutuhkan

3.975 0.670 Setuju

2.

Isi konten dalam e-WOM membantu saya dalam menentukan pilihan kuliner Surabaya

4.200 0.757 Setuju

3.

Variasi objek makanan yang diulas membuat saya semakin tertarik dengan konten electronic word of mouth

4.081 0.750 Setuju

4. Banyaknya e-WOM negatif ataupun

komentar negatif terkait suatu destinasi 4.312 0.760 Sangat Setuju

(11)

wisata kuliner membuat saya bisa mengevaluasi dan menilai destinasi wisata kuliner tersebut

5.

Saya memperhatikan konten terbaru terkait wisata kuliner Surabaya yang diunggah oleh akun pengunggah konten kuliner Surabaya

3.900 0.846 Setuju

6.

Informasi yang detail pada e-WOM memberikan gambaran yang jelas dan membantu saya dalam mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan pada saat saya pergi berwisata

4.119 0.761 Setuju

7.

Banyak e-WOM yang diunggah terkait kuliner akan memenuhi kebutuhan informasi responden

4.062 0.894 Setuju

Rata-Rata Keseluruhan Variabel

Electronic Word of Mouth 4.093 0.776 Setuju Sumber: Lampiran 3

Berdasarkan Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa nilai rata – rata variabel Electronic Word of Mouthadalah 4.093 dan nilai tertinggi yaitu sebesar 4.312.

Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa responden menilai sangat setuju pada pernyataan “Banyaknya e-WOM negatif ataupun komentar negatif terkait suatu destinasi wisata kuliner membuat saya bisa mengevaluasi dan menilai destinasi wisata kuliner tersebut”. Bandyopadhyay et al. (2016) menyatakan bahwa review negatif dinilai lebih bermanfaat dan lebih bernilai daripada review positif, karena dengan adanya review negatif, pembaca bisa mengevaluasi dan menilai produk secara rasional dan “adil”. Dalam penelitian ini responden sangat setuju terhadap pernyataan bahwa e-WOM negatif membuat responden mengevaluasi kembali Surabaya sebagai destinasi wisata kuliner dengan adil.

(12)

63

Sedangkan nilai rata-rata terendah dengan nilai 3.900 dengan pernyataan

“Saya memperhatikan konten terbaru terkait wisata kuliner Surabaya yang diunggah oleh akun pengunggah konten kuliner Surabaya”. Hal ini dipengaruhi oleh kualitas dari isi konten yang diunggah oleh akun pengunggah dan dari studi lapangan oleh peneliti jika konten tersebut kurang menarik baik dari visual dan dari isi teks maka pembaca tidak terlalu tertarik dengan konten yang diunggah dan hanya melewati konten tersebut. Dalam nilai rata-rata Electronic Word of Mouth ini mayoritas responden setuju dengan pernyataan yang ada dalam tiap indikator.

Analisis deskriptif variabel Destination Image

Variabel Destination Image merupakan variabelintervening dengan hasil tanggapan responden terhadap masing – masing indikator dari variabelDestination Image yang ditunjukkan pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.11 Tanggapan Responden Terhadap Variabel Destination Image

No Pernyataan Mean Std. Dev Kategori

8.

Surabaya adalah kota yang dapat dijadikan sebagai destinasi wisata kuliner bagi para wisatawan

4,138 0,810 Setuju

9.

Event – event kuliner di Surabaya membuat saya lebih mengingat wisata kuliner di Surabaya

4,006 0,862 Setuju

10 .

Destinasi wisata kuliner di Surabaya mudah diakses dan memiliki fasilitas (gedung atau bangunan) memadai untuk digunakan sehingga membuat saya lebih nyaman dalam berwisata

3,956 0,769 Setuju

11 .

Suasana destinasi Surabaya yang nyaman

membangkitkan semangat saya 4,025 0,758 Setuju Rata – Rata Keseluruhan Variabel

Destination Image 4,031 0,800 Setuju Sumber: Lampiran 3

(13)

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai rata – rata (mean) dari variabel Destination Image adalah 4,031 dengan nilai indikator tertinggi sebesar 4,138 pada pernyataan “Surabaya adalah kota yang dapat dijadikan sebagai destinasi wisata kuliner bagi para wisatawan”. Responden menilai setuju terhadap pernyataan tersebut karena responden melihat adanya kesempatan (Chance/Opportunity) Surabaya menjadi salah satu wisata kuliner di Indonesia dengan mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki Surabaya.

Sedangkan nilai indikator terendah adalah 3,956 pada pernyataan “Destinasi wisata kuliner di Surabaya mudah diakses dan memiliki fasilitas (gedung atau bangunan) yang memadai untuk digunakan sehingga membuat saya lebih nyaman dalam berwisata”. Responden merasa Surabaya, terutama secara infrastruktur sudah cukup memadai, tapi mungkin ada di beberapa tempat dimana destinasi wisata kuliner dirasa sulit diakses (terdapat di jalan yang sempit sehingga sulit dijumpai dan diakses terutama menggunakan mobil) dan memiliki gedung yang sebenarnya memadai akan tetapi tidak dapat menampung cukup banyak orang (harus berdesak – desakan), sehingga menyebabkan kebanyakan wisatawan kuliner tidak nyaman.

Analisis deskriptif variabel Travel Intention

Sebagaimana telah dipaparkan oleh peneliti dalam definisi operasional, variabelTravel Intention merupakan variabel terikat dengan hasil tanggapan dari responden terhadap indikator – indikator dari variabel Travel Intention yang ditunjukan pada tabel di berikut :

Tabel 4.12 Tanggapan Responden Terhadap VariabelTravel Intention

No Pernyataan Mean Std. Dev Kategori

12.

Saya tertarik untuk mengunjungi wisata kuliner Surabaya setelah membaca review/e-WOM positif terkait destinasi wisata tersebut

4,375 0,714 Sangat Setuju

(14)

65 13.

Saya mau mereferensikan destinasi wisata kuliner tersebut kepada orang lain

4,225 0,798 Sangat setuju

14.

Saya lebih tertarik ke destinasi wisata kuliner yang memiliki ulasan/e-WOM yang baik daripada destinasi wisata kuliner yang memiliki e-WOM biasa saja

4,256 0,853 Sangat setuju

15. Saya mengikuti update e-WOM tentang

wisata kuliner Surabaya 3,856 0,961 Setuju

Rata – Rata Keseluruhan Variabel Travel

Intention 4,178 0,832 Setuju

Sumber: Lampiran 3

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai rata – rata (mean) dari variabelTravel Intention adalah 4,178 dengan nilai indikator tertinggi 4,375 yang terdapat pada pernyataan “Saya tertarik untuk mengunjungi wisata kuliner Surabaya setelah membaca review/e-WOM positif terkait destinasi wisata tersebut”.

Responden merasa sangat setuju dikarenakan sebagai sumber informasi e-WOM akan sangat membantu wisatawan dalam menentukan destinasi wisata (mana yan baik dan mana yang tidak), sehingga ketika mereka berwisata, hampir setiap waktu mereka akan membaca e-WOM dan mengunjungi destinasi wisata kuliner yang dinilai baik oleh e-WOM yang terkait.

Nilai rata – rata terendah adalah sebesar 3,856 yang terdapat pada pernyataan “Saya mengikuti update e-WOM tentang wisata kuliner Surabaya”.

Disini bisa kita lihat nilainya masih setuju sehingga memang kebanyakan orang mengikuti update wisata kuliner melalui e-WOM yang beredar melalui sosial media tentunya, karena memang itu sumber informasi mereka. Akan tetapi, seperti yang kita ketahui melalui mini – survey yang diadakan oleh peneliti pada bab 1, terbukti bahwa masih ada orang – orang dengan jumlah yang cukup banyak yang mendapatkan informasi – informasi terkait wisata kuliner Surabaya melalui WOM (Word of Mouth) yang konvensional.

(15)

4.2 Analisa Persamaan Model Struktural

Analisa persamaan model Structural Equation Modeling (SEM) yang diterapkan untuk data penelitian ini menggunakan pendekatan regresi Partial Least Square (PLS). Proses dalam analisa model riset menggunakan SEM-PLS melalui dua tahap utama yaitu evaluasi model pengukuran (outer model) dan model struktural (inner model).

4.2.1 Evaluasi Outer Model

Pengujian Outer Model meliputi 3 tahap pengujian yaitu discriminant validity, convergent validity, dan composite reliability.

1) Discriminant Validity

Nilai dariDiscriminant Validity merupakan nilai cross loading factor yang berfungsi untuk mengetahui apakah konstruk memiliki diskriminan yang memadai.

Dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai loading pada konstruk yang dituju harus lebih besar dibandingkan nilai loading dengan konstruk lain. Hasil akhir discriminant validity dari hasil pengolahan data sebagaimana ditunjukkan tabel di bawah berikut:

Tabel 4.13 Cross Loading E-WOM Destination

Image

Travel Intention

X1.1 0,764 0,509 0,485

X1.2 0,738 0,536 0,494

X1.3 0,736 0,496 0,619

X1.4 0,679 0,420 0,457

X1.5 0,693 0,523 0,488

X1.6 0,768 0,507 0,530

X2.1 0,634 0,337 0,466

(16)

67

W1.1 0,540 0,793 0,504

W1.2 0,482 0,737 0478

W2.1 0,416 0,723 0,327

X3.1 0,560 0,779 0,551

Y1.1 0,573 0,501 0,820

Y1.2 0,568 0,476 0,811

Y1.3 0,478 0,388 0,670

Y1.4 0,564 0,561 0,788

Sumber: Lampiran 4

Nilai cross loading pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai korelasi indikator terhadap konstruknya lebih besar dibandingkan nilai korelasi antara indikator dengan konstruk lainnya sehingga hasil keseluruhan dari konstruk pembentuk dinyatakan memiliki nilai diskriminan yang baik.

2) Convergent Validity

Convergent validity dari outer model dapat dilihat dari korelasi antara skor indikator dengan skor variabelnya. Indikator dianggap valid jika memiliki nilai outer loading > 0,5. Semakin tinggi nilai faktor loading maka semakin penting peran loading dalam menginterpretasikan matriks faktor (Jogiyanto dan Abdillah, 2009).

(17)

Gambar 4.1 Outer Loading Factor Sumber : Olahan Penulis

Berdasarkan hasil model beserta outer loading pada gambar 4.1, dapat dilihat bahwa seluruh indikator memiliki nilai loading factor lebih dari 0,5 sehingga dapat dinyatakan valid. Hasil dari model diatas dapat dijabarkan dalam bentuk tabel seperti :

Tabel 4.14 Outer Loadings

Konstruk Item Outer

Loadings

Electronic Word of

Mouth

X1.1

Konten e-WOM kuliner yang saya baca relevan dengan informasi kuliner Surabaya yang dibutuhkan

0,764

X1.2 Isi konten dalam e-WOM membantu saya

dalam menentukan pilihan kuliner Surabaya 0,738 X1.3

Variasi objek makanan yang diulas membuat saya semakin tertarik dengan konten electronic word of mouth

0,736

(18)

69 X1.4

Banyaknya e-WOM negatif ataupun komentar negatif terkait suatu destinasi wisata kuliner membuat saya bisa mengevaluasi dan menilai destinasi wisata kuliner tersebut

0,679

X1.5

Saya memperhatikan konten terbaru terkait wisata kuliner Surabaya yang diunggah oleh akun pengunggah konten kuliner Surabaya

0,693

X1.6

Informasi yang detail pada e-WOM memberikan gambaran yang jelas dan membantu saya dalam mengantisipasi hal- hal yang tidak diinginkan pada saat saya pergi berwisata

0,768

X2.1

Banyak e-WOM yang diunggah terkait kuliner akan memenuhi kebutuhan informasi responden

0,653

Destination Image

W1.1

Surabaya adalah kota yang dapat dijadikan sebagai destinasi wisata kuliner bagi para wisatawan

0,793

W1.2

Event kuliner di Surabaya membuat saya

lebih mengingat wisata kuliner Surabaya 0,737

W2.1

Destinasi wisata kuliner di Surabaya mudah diakses dan memiliki fasilitas (gedung atau bangunan) memadai untuk digunakan sehingga membuat saya lebih nyaman dalam berwisata

0,723

W3.1

Suasana destinasi Surabaya yang nyaman

membangkitkan semangat saya 0,779

(19)

Travel Intention

Y1.1

Saya tertarik untuk mengunjungi wisata kuliner Surabaya setelah membaca review atau e-WOM positif terkait destinasi e- WOM tersebut

0,820

Y1.2 Saya mau mereferensikan destinasi wisata

kuliner tersebut kepada orang lain 0,811

Y1.3

Saya lebih tertarik ke destinasi wisata kuliner yang memiliki ulasan atau e-WOM yang baik daripada destinasi wisata kuliner yang ulasannya biasa saja

0,670

Y1.4

Saya akan mengikuti update e-WOM

tentang wisata kuliner Surabaya 0,788 Sumber: Lampiran 4

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai dari outer loading untuk setiap indikator pada setiap variabel memiliki nilai yang lebih besar dari 0,500 Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai dari outer loading untuk setiap indikator pada setiap variabel memiliki nilai yang lebih besar dari 0,500 sehingga dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator tersebut valid sebagai alat ukur konstruk dan memenuhi kriteria Convergent Validity.

Cara lain untuk menguji Convregent Validity adalah dengan melihat nilai Average Variance Extracted (AVE). Hasil perhitungan AVE dengan menggunakan aplikasi

perhitungan PLS adalah sebagai berikut :

Tabel 4.15 Average Variance Extracted (AVE)

Average Variance Extracted (AVE)

ELECTRONIC WORD-OF-MOUTH 0,519

DESTINATION IMAGE 0,575

TRAVEL INTENTION 0,600

Sumber: Lampiran 4

(20)

71

Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa Average Variance Extracted (AVE) dari variable Electronic Word-of-Mouth adalah sebesar 0,519, variable Destination Image sebesar 0,575, dan variable Travel Intention sebesar 0,600. Berdasarkan hasil nilai AVE seluruh variabel penelitian yang menunjukan hasil yang lebih besar dari 0,500, dapat disimpulkan bahwa nilai dari AVE penelitian ini memenuhi convergent validity.

Fornell-Larcker Criterion

Kriteria berikutnya dalam proses mencapai discriminant validity adalah dengan melihat nilai korelasi satu konstruk dengan konstruk lainnya. Nilai acuan masing- masing konstruk merupakan akar kuadrat dari nilai AVE konstruk tersebut.

Discriminant validity dalam pendekatan ini menggunakan kriteria Fornell-Larcker (Fornell dan Larcker, 1981) dimana nilai akar kuadrat AVE suatu konstruk harus lebih besar dari nilai korelasinya dibandingkan dengan konstruk-konstruk lainnya.

Berikut ini merupakan nilai akar AVE dan korelasi antar variabel dengan menggunakan Fornell-Larcker Criterion :

Tabel 4.16 Fornell-Larcker Criterion Destination

Image E-WOM Travel

Intention Destination Image 0,758

E-WOM 0,666 0,720

Travel Intention 0,626 0,706 0,775 Sumber: Lampiran 4

Dapat dilihat dari tabel Fornell-Larcker Criterion diatas bahwa akar kuadrat AVE Destination Image sebesar 0,758. Akar kuadrat AVE e-WOM yang sebesar 0,720 lebih besar daripada nilai korelasinya dengan Destination Image. Demikian juga Akar kuadrat AVE Travel Intention 0.775 lebih besar dari nilai korelasinya dengan Destination Image yang sebesar 0,626 dan juga lebih besar daripada nilai korelasinya dengan e-WOM yang sebesar 0,706. Hal ini ini menunjukkan persyaratan diskriminan validity terpenuhi.

(21)

1. Composite Reliability

Uji reliabilitas konstruk dilakukan dengan melihat nilai composite reliability dan nilai Cronbach’s Alpha. Menurut Kuncoro (2001) instrumen dan data yang diperoleh dikatakan reliabel bila nilai Cronbach Alpha > 0.60. Latan dan Ghozali (2011) memaparkan bahwa nilai batas yang diterima dalam composite reliability adalah 0,6, sehingga validitas konvergen konstruk masih mencukupi dan diterima.

Tabel 4.17 Composite Reliability Composite Reliability

Cronbach's Alpha ELECTRONIC WORD-OF-

MOUTH 0,883 0.845

DESTINATION IMAGE 0.844 0.756

TRAVEL INTENTION 0.856 0.776

Sumber: Lampiran 4

Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai composite reliability masing-masing variabel penelitian lebih 0,700 sehingga data penelitian memenuhi pengujian composite reliability. Hasil ini menunjukkan bahwa keseluruhan konstruk yang diteliti telah memenuhi kriteria composite reliability, sehingga setiap konstruk mampu diposisikan sebagai variabel penelitian. Tabel 4.16 juga menunjukkan bahwa nilai cronbach alpha seluruh variabel penelitian lebih dari 0,700 sehingga dapat disimpulkan bahwa data penelitian memenuhi kriteria cronbach alpha.

4.2.2 Evaluasi Inner Model 1. R-Square

Dalam menilai model struktural dengan PLS dapat dievaluasi dengan melihat nilai R-Square untuk setiap variabel laten dependen. Nilai R-Square berkisar antara angka 0 hingga 1, dimana semakin tinggi nilai R-Square maka tingkat akurasi prediktif juga semakin tinggi.

(22)

73

Tabel 4.18 Nilai R-Square

R Square (R2) R Square Adjusted

DESTINATION IMAGE 0,444 0,441

TRAVEL INTENTION 0,542 0,536

Sumber: lampiran 4

Berdasarkan Tabel 4.17 Variabel Travel Intention dalam model struktural memiliki nilai R-Square (R2) sebesar 0.536 atau sama dengan 53,6% yang mengindikasikan bahwa e-WOM hanya benar – benar mempengaruhi Travel Intention sebesar 53,6%

dan sisanya adalah faktor lain.

2. Q-Square

Model struktural disebut predictive relevance apabila nilai Q-Square (Q2) lebih besar dari angka nol (0) dan berlaku sebaliknya. Kesesuaian model struktural pada penelitian ini dapat dilihat dari perhitungan Q-Square sebagai berikut :

Q2 = 1 – [(1 – R12)x(1 – R22)]

= 1 – [(1 – 0.444)x(1 - 0,542)]

= 1 – [(0.556x0,458)]

= 0.745

Berdasarkan perhitungan diatas, hasil Q2 yang didapat adalah 0.745, hal ini menunjukkan bahwa nilai Q2 diatas nilai nol sehingga model terbukti predictive relevance. Model struktural dalam penelitian ini mampu menjelaskan hubungan antara e-WOM, Destination Image, Travel Intention, dapat disimpulkan bahwa Destination Image memang merupakan variabel Intervening yang membantu variabel independen meningkatkan pengaruhnya ke variabel dependen. Seperti yang bisa dilihat di R-Square bahwa pengaruh e-WOM sendiri terhadap Travel Intention itu hanya 0,536, sedangkan dengan adanya Destination Image, pengaruhnya meningkat jadi 0,745. Dalam hasil penelitian, responden mengatakan bahwa image mereka terhadap kota Surabaya adalah Surabaya bisa dijadikan suatu

(23)

destinasi wisata kuliner di Indonesia (pernyataan dengan mean tertinggi), dengan banyaknya responden yang memiliki pandangan seperti itu, maka responden pun mengatakan bahwa mereka menjadi semakin tertarik untuk berwisata kuliner di Surabaya setelah membaca e-WOM. Akan tetapi, sesuai dengan wawancara yang telah peneliti lakukan terhadap 5 orang mahasiswa (3 perantauan, 2 Surabaya), mereka berpendapat bahwa mereka tidak terlalu mengikuti e-WOM yang tersebar di sosial media terkait wisata kuliner dikarenakan dalam benak mereka Surabaya tidak bisa dijadikan suatu destinasi wisata kuliner.

4.2.3 Uji Hipotesis

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi Smart PLS 3.0. maka uji hipotesis dilakukan melalui tahap selanjutnya yaitu melakukan Bootstrapping dan didapat hasil sebagai berikut:

Gambar 4.2 Model Bootstrapping

Untuk menilai tingkat signifikansi dalam pengujian inner structural model, maka dapat dilihat berdasarkan nilai t-hitung dalam path coefficient berikut :

(24)

75

Tabel 4.19 Path Coefficient

Path

Coefficient T Statistics P Values Keterangan E-WOM ->

Destination Image 0,666 12,829 0.001 Hipotesis Diterima E-WOM -> Travel

Intention 0,520 6,702 0.000 Hipotesis

Diterima Destination Image ->

Travel Intention 0,280 3,334 0.000 Hipotesis Diterima Sumber: lampiran 4

Uji hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan nilai t-tabel dan t- hitung pada tingkat kesalahan (margin of error) sebesar α=5% yaitu 1,96. Penelitan Abdilla, et al (2015) mengatakan bahwa jika nilai t-hitung lebih tinggi dibandingkan nilai t-tabel maka hipotesis diterima. Sebaliknya jika nilai t-hitung lebih rendah dibandingkan nilai t-tabel maka hipotesis ditolak. Berdasarkan Tabel 4.18 diatas dapat dijelaskan hasil uji hipotesis sebagai berikut :

H1 : E-WOM berpengaruh positif dan signifikan terhadap Destination Image kota Surabaya. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif signifikan antara variabel E-WOM dengan Destination Image kota Surabaya, dengan nilai t-hitung 12,829, dimana nilai t-hitung lebih besar daripada nilai t-tabel yang adalah sebesar 1,960 sehingga H1 diterima.

H2 : E-WOM berpengaruh positif signifikan terhadap Travel Intention wisatawan kuliner dalam mengunjungi kota Surabaya. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif signifikan antara variabel E-WOM terhadap Travel Intention wisatawan kuliner Surabaya, dengan nilai t-hitung 6,702, dimana nilai t-

hitung lebih besar daripada nilai t-tabel 1,960 sehingga H2 diterima.

H3 : Destination Image kota Surabaya berpengaruh positif signifikan terhadap Travel intention wisatawan kuliner dalam mengunjungi kota Surabaya. Hasil

(25)

perhitungan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif signifikan antara variabel Destination Image kota Surabaya dengan Travel Intention wisatawan kuliner kota Surabaya, dengan nilai t-hitung 3,334, dimana nilai t-hitung lebih besar daripada nilai t-tabel 1,960 sehingga H3 diterima.

4.3. Pembahasan

4.3.1 Berdasarkan hasil pengujian hipotesis penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa E-WOM berpengaruh positif dan signifikan terhadap Destination Image dari kota Surabaya sebagai destinasi wisata kuliner, sehingga hipotesis pertama yang berbunyi “E-WOM mempengaruhi Destination Image” dapat diterima. Hasil penelitian sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Doosti et al. (2016) yang menunjukkan bahwa dengan semakin banyak dan positif E-WOM yang beredar terkait suatu destinasi wisata kuliner, maka Image positif kota Surabaya sebagai destinasi wisata kuliner akan terbentuk. Responden yang awalnya tidak terlalu tahu dan tertarik terkait wisata kuliner di Surabaya, akan tetapi setelah melihat e-WOM yang berkualitas (informasi lengkap, ada gambar, review, dan update) dan positif, informasi – informasi yang diterima oleh responden akan membentuk/menciptakan/meningkatkan suatu keyakinan, gambaran (image) yang positif terkait Surabaya sebagai destinasi wisata kuliner dan pada akhirnya respondenpun semakin tertarik untuk berwisata kuliner di Surabaya. Mean variabel e-WOM dari hasil penelitian menunjukkan pernyataan yang paling tinggi adalah bahwa banyaknya e-WOM yang beredar, terutama yang negatif membuat responden dapat menilai dan mengevaluasi suatu tempat itu baik atau tidak (membantu untuk membentuk gambaran terkait Surabaya sebagai destinasi wisata kuliner), sehingga membantu responden untuk menentukan pilihan destinasi.

4.3.2 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa E-WOM berpengaruh positif dan signifikan terhadap Travel Intention dengan nilai T statistik sebesar 6,702 yang berarti lebih besar dari t-tabel 1,960 sehingga hipotesa kedua

(26)

77

yang berbunyi “E-WOM mempengaruhi Travel Intention” dapat diterima.

Hasil penelitian oleh Park & Lee (2007 membuktikan bahwa e-WOM sangat meningkatkan kepercayaan diri dari wisatawan untuk berwisata ke suatu tempat. Mean tertinggi dari variabel Travel Intention mengatakan bahwa responden tertarik untuk mengunjungi wisata kuliner Surabaya setelah membaca review/e-WOM positif terkait wisata tersebut. Responden menjadi percaya diri dan tertarik untuk mengunjungi wisata kuliner dari Surabaya dikarenakan e-WOM positif yang tersebar. Semakin banyak e- WOM positif yang tersebar maka responden akan semakin tertarik untuk mengunjungi wisata kuliner Surabaya. Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa responden akan lebih tertarik berkunjung ke suatu destinasi yang memiliki ulasan bagus daripada yang ulasannya biasa saja.

4.3.3 Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat diketahui bahwa Destination Image berpengaruh positif dan signifikan terhadap Travel Intention dengan nilai T-statistik sebesar 3,334 yang berarti lebih besar dari nilai T- tabel yang adalah sebesar 1,960, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa ketiga yang berbunyi “Destination Image mempengaruhi Travel Intention”

dapat diterima. Hasil dari penelitian oleh Mohsin & Alsawafi (2011) memaparkan bahwa semakin baik image suatu destinasi maka travel intention yang terbangun akan semakin besar. Pada penelitian ini, responden sudah memiliki image baik yang terbentuk dari membaca e-WOM berkualitas dan positif yang tersebar di sosial media, akan sangat termotivasi untuk mengunjungi dan berwisata kuliner di Surabaya. Responden yang sudah memiliki yakin dan percaya bahwa Surabaya merupakan destinasi wisata kuliner yang baik (image) akan melakukan hal yang menurut mereka menguntungkan, yaitu mengunjungi Surabaya dan berwisata kuliner disana.

Dengan adanya image yang baik, responden mampu memilih untuk berwisata kuliner di Surabaya walaupun ada kota – kota lainnya di Indonesia yang merupakan destinasi wisata kuliner

Gambar

Tabel 4.1. Deskripsi Jenis Kelamin Responden  Jenis Kelamin  Jumlah Responden  Persentase
Tabel 4.3 Deskripsi Pekerjaan Responden
Tabel 4.4 Deskripsi tempat tinggal responden
Tabel 4.5 Deskripsi Penggunaan e-WOM tentang kuliner Surabaya sebagai  sumber informasi wisata kuliner yang hendak dikunjungi responden  Penggunaan e-WOM sebagai sumber
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari percakapan kedua ini masuk dalam maksim kesimpatian pihak penutur dan mitra tutur terdapat unsur saling memaksimalkan sikap simpati antara pihak yang satu

Produk metil ester yang terbentuk dari hasil tranesterifikasi dianalisis dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT). Plat dalam KLT berperan sebagai

Teori gerak dinamis sistem dengan sifat beban terbagi rata pada balok umumnya menggunakan teori Euler- Bernoulli, hal mana anggapan bidang penampang tegak lurus sumbu balok akan

1. Keputusan Gubernur tentang Penetapan Status Siaga Darurat Penanganan Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan dan/Atau Lahan di Kalimantan Selatan. Penetapan Status Siaga

dada terjadi, proses penyakit, penilaian tehnik relaksasi dan perilaku mencari sumber kesehatan • Mampu menyatakan penghentian rencana perawatan, medikasi, dan interaksi

Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan media permainan kartu kuartet untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Prancis siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 7 Purworejo

Fraktur Cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang biasanya terjadi pada bagian proksimal, diafisis, atau persendian pergelangan kaki.. Pada

planning , dilakukan perencanaan rinci tentang perangkat pembelajaran yang berupa LKM (Lembar Kerja Mahasiswa) yang berorientasi KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional