• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTIKEL MENINGKATKAN LITERASI BUDAYA PESERTA DIDIK PENDIDIKAN KESETARAAN MELALUI PEMBELAJARAN SOSIOLOGI ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ARTIKEL MENINGKATKAN LITERASI BUDAYA PESERTA DIDIK PENDIDIKAN KESETARAAN MELALUI PEMBELAJARAN SOSIOLOGI ABSTRAK"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL

MENINGKATKAN LITERASI BUDAYA

PESERTA DIDIK PENDIDIKAN KESETARAAN

MELALUI PEMBELAJARAN SOSIOLOGI

Oleh : Dadang Sunarwan

ABSTRAK

Literasi budaya merupakan salah satu jenis li terasi dasar selain literasi baca-tulis-berhitung, sains, teknologi informasi dan komunikasi (TIK), keuangan, dan kewarganegaraan. Literasi budaya dalam arti luas merupakan kemampuan, bukan hanya sekedar kemampuan untuk membaca dan menulis namun menambah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dapat membuat seseorang memiliki kemampuan berpikir kritis, mampu memecahkan masalah dalam berbagai konteks, mampu berkomunikasi secara efektif dan mampu mengembangkan potensi dan berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat.

Dalam kaitan ini literasi budaya yang akan diteliti adalah peningkatan literasi budaya peserta didik pendidikan nonformal-kesetaraan dalam proses pembelajaran sosiologi. Dengan metode deskriptif analitik menggunaikan teknik wawancara, observasi dan studi dokumentasi diperoleh hasil bahwa peserta didik meningkat literasi budaya dengan fokus pada penguasaan pengetahuan produk budaya bangsa dan lokal Indonesia berbentuk benda dan tata nilai dari 7 aspek kebudayaan yaitu bahasa, sistem pengetahuan, sistem kemasyarakatan, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem matapencaharian, sistem religi, dan kesenian. Hanya dalam menerapkan budaya dalam keseharian perlu diperhatikan faktor pihak yang menfasilitasi, faktor fi gure dan faktor minat peserta didik.

Kata Kunci : Literasi budaya, peserta didik, pendidikan kesetaraan, pembelajaran sosiologi Pamong Belajar Madya pada SPNF SKB Kab. Sukabumi

A. PENDAHULUAN

Perbedaan esensi antara makhluk manusia dengan makhluk lainnya adalah bahwa manusia memiliki akal budi. Dari akal budi itulah kemudian dapat melahirkan budaya. Budaya pun berbeda-beda dan bermacam-macam seiring dengan beragam jenis species manusia di dunia. Di Indonesia sendiri, budaya ada yang bersifat nasional dan ada juga yang bersifat lokal yang digagas oleh para leluhur jaman dahulu. Generasi kekinian sudah tentu berkewajiban untuk bagaimana mengetahui, memahami, menfi lter hingga melaksanakan budaya leluhur yang dianggap positif yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Faktanya tidak seperti itu. Dalam arti, generasi sekarang cenderung belum tahu benar mengenai budaya leluhur tersebut secara detail. Bahkan ada yang menganggap bahwa budaya leluhur sudah ketinggalan jaman, tahayul, mitos dan anggapan miring lainnya. Benarkah demikian ?

Kondisi ini dapat disebut tidak berliterasi budaya dan patut diupayakan untuk bagaimana meningkatkan literasi budaya di kalangan generasi sekarang melalui jalur pendidikan formal maupun nonformal.

Pendidikan kesetaraan sebagai satu bentuk program pendidikan nonformal, dalam pelaksanaannya membelajarkan peserta didik dalam berbagai matapelajaran. Andai itu program Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) maka sosiologi merupakan satu diantara sekian banyak mata pelajaran yang diajarkan. Dalam pelajaran sosiologi tersebut ada materi yang berhubungan dengan budaya. Dengan materi ini merupakan lahan bagi tutor untuk memberikan pengetahuan dan wawasan dalam hal peningkatan kemampuan literasi budaya kepada peserta didiknya. Kuncinya adalah, tutor harus memiliki kemampuan mempergunakan metode belajar dan media belajar yang tepat. Jika disampaikan dengan mempergunakan metode belajar yang bersifat partisipatif didukung oleh media belajar yang efektit sudah tentu materi dimaksud akan berdampak positif, di mana peserta didik akan meningkatkan kemampuan literasi budaya.

Berdasarkan uraian di atas, pertanyaan yang muncul, apa yang telah dilakukan tutor dalam proses pembelajaran sosiologi sehingga dapat meningkatkan kemampuan literasi budaya peserta didiknya ?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis akan mencoba memberikan informasi hasil penelitian tentang pemberian informasi budaya dengan mempergunakan metode pembelajaran yang bersifat partisipatif dan dengan mempergunakan media belajar yang dianggap efektif, secara akademik seperti diuraikan pada bagian berikut.

(2)

mempertimbangkan latar belakang pengalaman warga belajar, potensi yang dimilikinya dan sumber-sumber yang tersedia pada lingkungan kehidupan mereka. Untuk itu, kebutuhan belajar, potensi dan sumber-sumber perlu diidentifi kasi terlebih dahulu supaya peserta didik dapat menikmati suasana pembelajaran yang diikutinya

2. Berpusat pada peserta didik (participant centered)

Kegiatan belajar yang dilakukan disesuaikan dengan latar belakang kehidupan peserta didik. Latar belakang kehidupan ini menjadi perhatian utama untuk dijadikan dasar penyusunan rencana proses kegiatan belajar baik untuk merumuskan langkah-langkah, materi, fasilitas dan evaluasi kegiatan belajar. Di sinilah sebanarnya yang harus banyak difahami oleh penyelenggara maupun tutor pendidikan nonformal

3. Bertolak dari pengalaman belajar (experiential learning)

Hal ini berhubungan dengan pengalaman dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan tentang cara-cara belajar yang telah dimiliki peserta didik sebelumnya. Dalam hal ini, proses belajar merupakan kegiatan belajar peserta didik yang dilakukan secara bersama-sama di dalam situasi pengalaman nyata, baik pengalaman dalam tugas yang dilakukan sehari-hari maupun dengan menggunakan pengalaman yang diangkat dari tugas atau pekerjaan mereka sehari-hari. Tepatlah seperti dinyatakan oleh Irish Cully dalam “Aplikasi Teori Multiple Intellegence” (Winaldi, 2007:2) pada http://my.opera.com/

winaldi/blog/2007/02/14/aplikasi-teori-multiple intelegence) bahwa people

learn when they feel themselves to be participants in the events (orang belajar ketika mereka merasakan kebutuhannya dengan cara mereka terlibat dalam aktivitas tersebut).

Dalam implementasinya, metode yang memungkinkan peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Jenis metode yang dapat dipergunakan antara lain: tanya jawab, diskusi, problem solving, studi kasus, penugasan, bermain peran, cawan ikan, dan simulasi. Adapun media yang efektif untuk mendukung proses pembelajaran tersebut adalah media audio visual, berupa video berdurasi singkat dengan fokus materi yang dianggap esensi.

Merujuk pada pendapatnya Abdul majid (2007:180), “Program video/fi lm biasanya disebut sebagai alat bantu pandang dengar (audio visual aids/audio visual media). Ada beberapa keuntungan yang di dapat jika materi ajar disajikan dalam bentuk video/fi lm, antara lain:

B. KAJIAN TEORI

Menurut Alberta (2009) dalam https://www.scribd.com/document/ 357448366/

Teori-Literasi-Buat-Yaser, arti literasi bukan hanya sekedar kemampuan untuk

membaca dan menulis namun menambah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dapat membuat seseorang memiliki kemampuan berpikir kritis, mampu memecahkan masalah dalam berbagai konteks, mampu berkomunikasi secara efektif dan mampu mengembangkan potensi dan berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat.

Sedangkan untuk literasi budaya adalah kemampuan untuk mengetahui budaya yang dimiliki bangsa. Sasaran dari literasi budaya adalah mengedukasi masyarakat terkait sejarah dan perspektif budaya. Bentuk kegiatan yang dapat dikembangkan dan dengan menyenangkan, antara lain: diskusi budaya, pameran budaya, pembelajaran budaya dan sebagainya.

Terkait dengan pembelajaran budaya sudah tentu melalui aktivitas pembelajaran untuk mata pelajaran yang materinya tentang budaya. Itulah pelajaran sosiologi. Batasan materi budaya itu apa saja ?, batasan materi ada pada wilayah 7 unsur kebudayaan. Merujuk pada pendapat Koentjaraningrat, bahwa ada 7 unsur kebudayaan yang sudah tentu dimiliki oleh setiap orang yang tergabung dalam sebuah kelompok tertentu. Dalam hal ini, fokus pada suku bangsa dan bangsa Indonesia.

Ketujuh unsur kebudayaan itu terdiri dari : bahasa, sistem pengetahuan, sistem kemasyarakatan, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem matapencaharian hidup, sistem religi dan kesenian .

Sesuai dengan teorinya bahwa materi ajar akan berhasil mencapai tujuan yaitu peserta didik menguasai materi jika mempergunakan media dan metode yang tepat. Metode pembelajaran yang dimaksud adalah metode pembelajaran partisipatif.

Menurut Djudju Sudjana (1983:82) bahwa metode belajar partisipatif merupakan metode yang mengikutsertakan warga belajar dalam proses belajar mengajar. Djudju Sudjana (1983:94-95), lebih lanjut mengatakan bahwa metode belajar partisipatif yang tercermin pada kegiatan belajar partitipatif memiliki ciri-ciri betikut : 1. Berorientasi pada tujuan belajar (learning goal and objective oriented)

Ciri ini mengandung arti bahwa proses kegiatan belajar direncanakan, dilaksanakan dan diarahkan untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan belajar itu pun disusun dengan

(3)

Metode studi kasus memberikan pembelajaran kepada peserta didik untuk menganalisis apa yang terjadi di lingkungan sekitar terkait dengan budaya, dicari apa saja yang dapat diambil hikmah dari kasus tersebut. Metode pemecahan masalah merupakan metode yang memberikan penekanan kepada bagaimana mengatasi permasalahan tertentu yang berhubungan dengan materi budaya. Sedangkan metode simulasi merupakan metode yang memberikan pembelajaran budaya dengan bentuk permainan.

Ciri utama dari metode belajar partisipatif adalah keaktifan peserta didik. Dalam hal ini, Menurut Sriyono dalam http;//ipotes Wordpress.com/2008/05/24/

aktivitas siswa/ bahwa aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik

secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar.Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya,mengajukan pendapat,mengerjakan tugas-tugas,dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain,serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.

2. Pemberian informasi dengan media belajar yang efektif

Peserta didik memperoleh informasi tentang budaya dengan menyimak tayangan fi lm video yang menekankan pesan tertentu. Video tersebut berdurasi singkat tapi berisi pesan padat, sehingga tidak membosankan dan tidak membuat kesal menyaksikannya. Adapun materi video bersumber dan diambil dari youtube, tidak membuat sendiri mengingat untuk membuat sebuah video yang layak butuh peralatan dan keterampilan yang cukup. Yang dapat dilakukan oleh tutor adalah melakukan editing untuk bagian-bagian tertentu disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan dan waktu yang disetting sedemikian rupa, tidak terlalu lama dan tidak terlalu pendek juga. Rata-rata 20 – 30 menit untuk satu tayangan video. Sisa waktu pembelajaran digunakan oleh tutor untuk melakukan pembahasan dengan penekanan pada hal-hal yang dianggap penting untuk diketahui peserta didik secra lebih mendalam. Melalui video ini, peserta didik dapat melihat dan mendengarkan sekaligus akan memperoleh materi budaya yang lebih lengkap dan koprehensif sesuai 1. dengan video/fi lm seseorang dapat belajar sendiri

2. sebagai media pandang dengar video/fi lm menyajikan situasi yang komunikatif dan dapat diulang-ulang

3. dapat menampilkan sesuatu yang detail dari benda yang berge rak, kompleks, yang sulit dilihat dengan mata

4. video dapat dipercepat maupun di perlambat, dapat di ulang pada bagian tertentu yang perlu lebih jelas, dan bahkan dapat diperbesar

5. memungkinkan pula untuk membandingkan antara dua adegan berbeda diputar dalam waktu bersamaan

6. video juga dapat digunakan sebagai tampilan nyata dari suatu adegan, mengangkat suatu situasi diskusi, dokumentasi, promosi suatu produk, interview, dan menampilkan satu percobaan yang berproses

C. METODE KAJIAN

Metode kajian dalam penelitian menggunakan metode deskriptif analitik dengan teknik wawancara, studi dokumentasi dan observasi. Populasi dan sampel adalah tutor mata pelajaran sosiologi binaan SKB Kab. Sukabumi sebanyak 4 orang.dan peserta didik pendidikan kesetaraan sebanyak 20 orang.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pemberian informasi dengan metode belajar partisipatif

Peserta didik memperoleh informasi tentang budaya dengan beragam metode yang partisipatif yang menarik mereka untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Secara berurut yang paling sering digunakan sampai yang kurang digunakan adalah metode tanya jawab, penugasan, studi kasus, pemecahan masalah dan simulasi.

Metode tanya jawab yang menekankan kepada inisiatif peserta didik untuk bertanya tentang apa yang belum diketahuinya tentang budaya dan ini mencerminkan rasa keingintahuan yang bersangkutan tentang materi yang sedang dipelajari ataupun yang bersangkutan memberikan komentar tentang apa yang sedang dipelajari tersebut. Ada rasa kesadaran peserta didik untuk mengungkapkan respon berupa bertanya ataupun menjawab.

Metode penugasan merupakan metode yang “mengkondisikan” peserta didik untuk mau memberikan jawaban ataupun mengerjakan tugas terkait dengan materi budaya. Awalnya mungkin seolah-olah dipaksa tetapi lama kelamaan hal itu akan menjadi bagian dari proses yang harus dilakukan dalam rangka menguasai materi budaya tersebut.

(4)

Hanya peserta didik belum sepenuhnya mampu menghayati, menfi lter dan mengimplementasikan nilai-nilai positif budaya dalam kehidupan sehari-hari secara konsisten. Konsistensi peserta didik baru pada tahap proses pembelajaran dalam literasi budayanya. Hal ini dapat dipahami, bahwa perilaku keseharian dipengaruhi oleh banyak faktor yang kadang sulit dikendalikan karena faktor-faktor tersebut bersifat dinamis. Kalau dalam suasana proses pembelajaran, maka faktor-faktor yang dianggap akan menghambat dapat dikendalikan melalui pengelolaan kelas yang baik. Paling tidak, peserta didik telah mampu menunjukkan literasi budaya yang meningkat kalaupun dominannya dalam ranah kognitif-pengetahuan. Sedangkan peningkatan dalam ranah kognitif yang bersifat pengertian, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi masih relatif rendah. Ada pun ranah pencapaian pembelajaran kognitif secara utuh terdiri dari : a. Pengetahuan yaitu kemampuan peserta didik untuk mengingatkan tentang

materi yang pernah dipelajari

b. Pengertian, yaitu kemampuan peserta didik untuk menangkap arti pengertian suatu materi yang telah dimengerti, mampu menginterpretasikan, membuat perkiraan, meramalkan akibat dan konsekwensi yang dapat muncul

c. Aplikasi, yakni kemampuan peserta didik untuk menggunakan bahan materi yang telah dipelajari dalam situasi nyata

d. Analisis, yakni kemampuan peserta didik untuk memecahkan atau menguraikan materi dalam bagian yang lebih kecil sehingga struktur organisasinya lebih jelas

e. Sintesis, yakni kemampuan peserta didik untuk menyatukan bagian-bagian sehingga menjadi kesatuan yang utuh dan berarti

f. Evaluasi, yakni kemampuan peserta didik untuk menentukan suatu nilai materi berdasarkan kriteria yang nyata, jelas dan obyektif

Apa jawaban peserta didik ketika ditanya terkait dengan belum sepenuhnya mereka menghayati, menfi lter dan mengimplementasikan budaya dalam kehidupan sehari-hari ? Jawaban mereka secara umum menyatakan bahwa ada faktor penyebabnya yaitu faktor pihak yang memfasilitasi, fi gure dan faktor minat.

Pihak yang memfasilitasi dalam arti orang perorang/kelompok/lembaga yang inten memberikan peluang kepada peserta didik untuk lebih menguasai literasi budaya. Secara kuantitas, masih terbatas di museum, lomba-lomba pada even dan areal tertentu. Untuk menjangkau seluruh peserta didik di lingkungan pendidikan nonformal masih belum memenuhi harapan. tujuan pembelajaran yang direncanakan oleh tutor. Apalagi jika merujuk pada

terori kerucut pengalaman dari Edgar Dale, bahwa kemampuan mendengar manusia sebesar 20% dan kemampuan melihat sebesar 30%, sedangkan perpaduan kemampuan mendengar dan melihat sebesar 50%. Itulah alasan, mengapa jika dikatakan bahwa media belajar melalui video dianggap efektif dalam memberikan wawasan budaya dalam proses pembelajaran, khususnya pada program pendidikan kesetaraan.

3. Hasil yang diperoleh peserta didik berhubungan dengan peningkatan literasi budaya

Setelah peserta didik memperoleh menerimma pembelajaran literasi budaya dengan menggunakan media yang efektif, tentu saja tujuan pembelajaran agar mereka mendapat pengetahuan dan wawasan yang cukup luas terkait dengan budaya ditinjau dari 7 aspek kebudayaan dapat berhasil dengan baik. Secara rinci, peserta didik memperoleh peningkatan wawasan literasi budaya yang berhubungan dengan produk budaya bangsa Indonesia dan produk budaya lokal atau tradisional, baik yang berwujud benda ataupun yang berupa tata nilai dilihat dari 7 aspek kebudayaan. Peserta didik meningkat wawasannya dalam hal pengetahuan produk budaya berwujud benda terkait dengan bahasa, sistem mata pencaharian, sistem ilmu pengetahuan dan teknologi, sistem religi, kesenian. Peserta didik meningkat wawasannya dalam hal pengetahuan produk budaya berupa tata nilai terkait dengan bahasa, sistem pengetahuan, sistem kemasyarakatan, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem matapencaharian hidup, sistem religi dan kesenian. Sebagai penguatannya, pasca peserta didik memahami materi budaya, Dalam kurun waktu tertentu dilkukan evaluasi dengan tujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan bidang materi budaya tersebut. Bagi peserta didik mau tidak mau berusaha untuk mempersiapkan diri mengulang kembali apa yang telah dipelajari untuk mampu mengikuti evaluasi dengan hasil yang diinginkan pada kategori minimal cukup baik. Dengan demikian, lengkap sudah kemampuan literasi budaya peserta didik melalui proses pembelajaran dan diakhiri dengan evaluasi belajar sehingga diperoleh data dan informasi terkait dengan sampai di mana peningkatan literasi budaya tersebut.

Pemberian materi 7 aspek kebudayaan peserta didik sangat penting agar peserta didik tersebut tidak akan melupakan apa yang telah menjadi dan dihasilkan oleh leluhur terdahulu. Budaya itu sendiri menjadi kendali utama dalam membentuk karakter generasi kekinian dan yang akan datang.

(5)

Faktor kedua, soal fi gure budaya yaitu orang yang dihormati dengan menampilkan budaya yang baik dalam sikap dan perilakunya dan mampu mempromosikan produk budaya dengan wilayah promosi yang meluas. Faktor ketiga, soal minat peserta didik dalam menguasai budaya. Nampaknya minat peserta didik ini tidaklah cukup kuat untuk mampu berliterasi budaya dalam kehidupan sehari-hari dengan menunjukkan sikap dan perilaku budaya positif dan bangga akan produk budaya yang telah dihasilkan.

E. SIMPULAN

Meningkatnya literasi budaya peserta didik pendidikan nonformal, khususnya pendidikan kesetaraan melalui proses pembelajaran sosiologi menggunakan metode belajar partisipatif dan media belajar yang dianggap efektif. Secara materi, peserta didik meningkat dalam hal penguasaan kognitif-pengetahuan yang berhubungan dengan 7 aspek kebudayaan lokal dan bangsa Indonesia. Hanya dalam implementasi keseharian di luar proses pembelajaran perlu diperhatikan faktor pihak yang menfasilitasi, faktor fi gure dan faktor minat peserta didik. Tanpa itu, pembelajaran literasi budaya tidak akan efektf.

DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat, (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta Majid, A. (2007). Perencanaan Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya

Sudjana (1983), Strategi Kegiatan Belajar Mengajar dalam Pendidikan Nonformal. Bandung:

Th eme 76

_________(1983), Metode dan Teknik Kegiatan Belajar Partisipatif. Bandung : Th eme 76

__________(2000). Pendidikan Luar Sekolah : Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah,

Teori Pendukung dan Azas. Bandung : Falah Production

Suryadi (1983). Membuat Siswa Aktif Belajar. Bandung : Bina cipta

https://www.scribd.com/document/357448366/Teori-Literasi-Buat-Yaser (diakses pada tanggal

11 Oktober 2017

http://my.opera.com/winaldi/blog/2007/02/14/aplikasi-teori-multiple intelegence (diakses pada

tanggalk 11 Oktober 2017)

http;//ipotes Wordpress.com/2008/05/24/aktivitas siswa/

http://www.bppk.kemenkeu.go.id/berita-pajak/12486-mengenal-piramida-pembelajaran.

Referensi

Dokumen terkait

Calon konsumen yang sudah sangat ingin memiliki produk Iphone terbaru menyadari bahwa akan terjadi lonjakan permintaan yang tinggi untuk produk Iphone maka mereka yang “lapar”

perlengkapan dalam beladiri silat dan sumberdaya alam yang digunakan tentang sikap tokoh dalam kehidupan sehari hari • Mendiskus ikan kegiatan ekonomi dan berbagai

Value Stream Mapping (VSM) digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi pemborosan dari aliran keseluruhan dalam rantai pasok untuk mencari akar permasalahan. Value

Oleh sebab itu kebiasaan yang dibawanya sejak kecil, nilai yang dianut, sikap bawaan seseorang sangat mempengaruhi motivasinya; (b) Tingkat Pendidikan; guru yang

Berdasarkan uraian masalah diatas tentang bagaimana orang tua lalai dalam mengawasi anak pada saat menggunakan smartphone, maka penelitian ini membuat sebuah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka akan dilakukan penelitian untuk mengetahui efek infusa bunga rosella terhadap penurunan kadar Serum Glutamate Piruvat

Social networking site – site on which you post information about yourself, create a network of friends, read about other people, share content such as photos and videos,

Perbaikan nilai ditujukan untuk memperbaiki nilai akhir suatu mata kuliah dengan memprogram kembali mata kuliah tersebut pada semester berikutnya secara regular, keculai