• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

1. (Rismayani et al., 2013) ; Restrukturisasi Kredit Sebagai Upaya Bank Untuk Membantu Debitur Dalam Menyelesaikan Tunggakan Kredit Di Pt. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Denpasar; Sebagai upaya untuk menyelamatkan kredit maka perlu adanya restrukturisasi kredit. Syarat yang paling utama haruslah adanya ikhtikad baik dari debitur untuk membayar dan mengikuti syarat-syarat yang ditentukan oleh pihak bank karena pada dasarnya restrukturisasi kredit dilakukan dengan banyak negosiasi oleh pihak bank dan debitur. Teknik analisa data pada penelitian ini menggunakan hukum empiris yang didasari oleh observasi ke lapangan secara langsung. Hasil penelitian ini menunjukkan terjadinya kredit bermasalah berasal dari 2 (dua) factor yaitu factor internal dan eksternal. Factor internal besaral dari menyimpangnya pelaksanaan prosedur kredit serta lemahnya system administrasi dan pengawasan kredit yang diberlakukan oleh pihak bank. Sedangkan factor eksternal berasal dari permasalahan debitur seperti kondisi ekonomi debitu yang menjadikan debitur mengalami penunggakan angsuran. Pada penelitian ini upaya pelaksanaan restrukturisasi kredit yang dilakukan oleh bank harus sesuai standar SOP bank serta debitur wajib mengisi surat permohonan pengajuan

(2)

8

kendala yang dialami debitur sehingga melakukan restrukturisasi kredit. Hal ini bertujuan untuk memahami permasalahan debitur dan bank dapat menyesuaikan nominal angsuran perbulannya dan diharapkan tidak ada kendala dalam melakukan pembayaran lagi kedepannya.

2. (Irfan Harmoko, 2018) ; Mekanisme Restrukturisasi Pembiayaan Pada Akad Pembiayaan Murabahah Dalam Upaya Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah; Pada penelitian ini pembiayaan bermasalah berasal dari factor internal bank dan factor eksternal bank yang berasal dari debitur. Penyikapan pembiayaan bermasalah dilakukan dengan 3 (tiga) cara yaitu dengan pembentukan tim khusus (collection) dari pihak bank, restrukturisasi pembiayaan dan pelelangan jaminan. Pelaksanaan restrukturisasi dilakukan kepada nasabah yang mengalami penurunan dalam pembayaran dan nasabah yang memiliki prospek usaha yang baik. Restrukturisasi dilakukan dengan 3 (tiga) cara yaitu penjadwalan kembali, penjualan asset untuk menutupi sisa hutang sekaligus dan konversi akad. 3. (Suartama et al., 2017) ; Analisis Penerapan Restrukturisasi Kredit Dalam

Upaya Penyelamatan Non Performing Loan (NPL) Pada PT BPR Nusamba Tegallalang; Pada penelitian ini ditekankan penyelamatan kredit guna untuk menyelamatkan tingkat Non Performing Loan. Metode yang digunakan adalan kualitatif (Qualitatif Research). Tahapan dalam melakukan restrukturisasi kredit adalah dengan 1). Penelitian berkas kredit; 2). Mengirim surat teguran; 3). Melakukan negosiasi; 4). Putusan restrukturisasi; 5). Menyiapkan dokumen yang dibutuhkan untuk

(3)

9

restrukturisasi; 6). Monitoring. Pola restrukturisasi yang diterapkan adalah dengan 1). Perpanjangan jangka waktu kredit; 2). Pengurangan tunggakan bunga atau denda; 3). Penambahan fasilitas kredit.

4. (Turmudi, 2016) ; Manajemen Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah pada Lembaga Perbankan; Penyelesaian pembiayaan bermasalah dilakukan dengan beberapa hal yaitu 1). Penjadwalan kembali (Rescheduling); 2). Persyaratan kembali (Reconditioning); 3). Penataan kembali (Restructuring). Restrukturisasi dilakukan dengan beberapa hal yaitu 1). Penambahan fasilitas kredit; 2). Modifikasi persyaratan kredit; 3). Konversi pembiayaan; 4). Pengambilan agunan. Pada pelaksanaan restrukturisasi diterapkan pula prinsip kehati hatian supaya setelah masa restrukturisasi kredit yang kredit debitur menjadi berkualitas.

5. (Sihotang et al., 2019) ; Restrukrurisasi Sevagai Penyelamatan Kredit Bermasalah Pada Bank; Guna menyelesaikan permasalahan pembiayan bermasalahmaka perlu dilakukannya restrukturisasi kredit. Restrukturisasi kreit dilakukan dengan menimbang kualitas kredit debitur. Restrukturisasi dilakukan pada kredit kurang lancar sampai dengan kredit yang diragukan dan macet. Pihak bank memberikan keringanan kepada nasabah dengan cara pengurangan suku bunga dan perpanjangan jangka waktu kredit. Manfaat yang dirasakan oleh bank dengan adanya restrukturisasi kredit ini adalah dengan menurunnya tingkat Non Performing Loan (NPL).

6. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 11

(4)

10

NASIONAL SEBAGAI KEBIJAKAN COUNTERCYCLICAL

DAMPAK PENYEBARAN CORONAVIRUS DISEASE 2019 Pasal 2 poin 1 dan 2 disebutkan bahwa:

1) Bank dapat menerapkan kebijakan yang mendukung stimulus pertumbuhan ekonomi untuk debitur yang terkena dampak penyebaran coronavirus disease 2019 (COVID-19) termasuk debitur usaha mikro, kecil, dan menengah.

2) Kebijakan yang mendukung stimulus pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Kebijakan penetapan kualitas aset; dan

b. Kebijakan restrukturisasi kredit atau pembiayaan. B. Teori dan Kajian Pustaka

1. Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat

Pada konsepnya Perbankan di Indonesia di bedakan menjadi dua (2) yaitu Bank Umum (BU) dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Didalam Bank Umum sendiri dibedakan lagi menjadi 2 (dua) yaitu Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah. Begitu juga didalam Bank Perkreditan Rakyat ada Bank Perkreditan Rakyat Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah. Pengertian bank menurut Julius R dalam bukunya Bank dan Lembaga Keuangan Lain (2011:135), bank adalah suatu badan usaha yang kegiatan utamanya menerima simpanan dari masyarakat dan/atau pihak lainnya, kemudian mengalokasikannya kembali untuk memperoleh keuntungan serta menyediakan jasa-jasa dalam lalu

(5)

11

lintas pembayaran. Bank Perkreditan Rakyar (BPRS) sendiri menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu-lintas pembayaran.

Didalam kegiatannya Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat memiliki perbedaan yang signifikan dalam kegiatan operasionalnya maupun produk jasa bank. Misalnya saja jika didalam Bank Umum terdapat produk tabungan, giro dan deposito maka didalam Bank Perkreditan Rakyat hanya ada tabungan dan deposito saja. Cakupan Bank Umum tentunya lebih luas, meliputi seluruh wilayah Indonesia bahkan luar negeri. Sedangkan cakupan Bank Perkreditan Rakyat hanya sebatas wilayah kota madya atau lebih kedaerahan.

Bank Perkreditan Rakyat lebih mengutamakan produk pembiayaan kepada debitur Unit Usaha Kecil Menengah (UMKM) karena pada dasarnya Bank Perkreditan Rakyat dirancang untuk sigap membenahi tatanan ekonomi daerah. Bank Perkreditan Rakyat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu Bank Perkreditan Rakyat Konvensional (BPR) yang dalam kegiataannya berlandaskan aturan perbankan konvensional dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang dalam kegiatannya berlandaskan peraturan perbankan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta asas-asas yang terkandung dalam fatwa syariah Islam.

(6)

12

Pembiayaan adalah suatu kegiatan perbankan dalam menyediakan dana kepada masyarakat luas maupun Unit Usaha Kecil Menengah (UMKM) guna mendukung pertumbuhan ekonomi nasonal. Menurut Sholahuddin dan Lukman (2008:135), pembiayaan dengan prinsip syariah lebih transparan, penuh tanggung jawab serta jujur dalam melakukan

kegiatan transaksinya. Dalam kegiatannyapembiayaan syariah

menggunakan hukum yang berlaku di Indonesia serta tetap

mengedepankan amalan-amalan syariah sesuai Al-Qur’an dan As-Sunnah. Berikut adalah jenis-jenis pembiayaan yang ada pada Perbankan Syariah: a. Pembiayaan Modal Kerja

Pembiayaan modal kerja adalah pembiayaan yang diberikan oleh bank (baitul maal) kepada nasabah (mudharib) yang nantinya akan digunakan untuk mendukung kegiatan usahanya. Pembiayaan modal kerja ini biasanya gigunakan untuk membeli bahan baku, peralatan, dan lain sebagainya. Pembiayaan modal kerja di perbankan syariah dibedakan menjadi 2 (dua) skema yaitu murabahah dan jual beli yang memiliki manfaat antara lain pembayaran angsuran fleksibel dan dapat diseuaikan dengan keuntungan usaha.

b. Pembiayaan Konsumtif Syariah

Pembiayaan konsumtif di perbankan syariah mirip dengan pembiayaan konsumtif yang ada pada bank konvensional, hanya saja yang membedakan adalah pada akadnya. Pembiayaan konsumtif syariah biasanya digunakan untuk membiayai kebutuhan konsumtif nasabah

(7)

13

misalnya saja pembelian sepeda motor, mobil, dan lain sebagainya. Pada akad pembiayaan konsumtif syariah akad yang baisanya digunakan yaitu akad murabahah dan akad ijarah. Akad ijarah mirip dengan prinsip jual beli, perbedaannya terletak pada obyek transaksi. c. Pembiayaan Investasi Syariah

Pembiayaan investasi syariah adalah pembiayaan yang digunakan untuk melakukan pembelian kebutuhan proyek atau usaha dari nasabah dan juga membiayai kegiatan operasional usaha nasabah. Pada pembiayaan investasi syariah akad yang biasanya digunakan adalah murabahah dan Ijarah Muntahia Bit Tamlik (sewa menyewa). 3. Definisi Restrukturisasi Pembiayaan

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) resktrukturisasi kredit atau restrukturisasi pembiayaan adalah keringanan dalam kegiatan kredit atau pembiayaan dalam pembayaran cicilan pinjaman. Restrukturisasi pembiayaan sendiri dapat diartikan adalah penataan ulang dengan cara mengurangi suku bunga, pemotongan denda, penambahan jangka waktu tempo angsuran, penyertaan modal sementara dan lain sebagainya sebagai upaya penyelamatan pembiayaan bermasalah yang ada didalam bank. Tujuan restrukturisasi pembiayaan yang dilakukan oleh lembaga perbankan adalah:

a. Menjaga kualitas pembiayaan yang diberikan sekaligus upaya penyelamatan pembiayaan yang diberikan oleh bank kepada nasabah.

(8)

14

b. Upaya meringankan kewajiban nasabah yang ada di bank baik melalui jangka waktu dan besarnya angsuran setiap bulannya.

c. Menghindari permasalahan dengan lembaga hukum terkait

pembiayaan yang bermasalah.

d. Bagi bank sendiri restrukturisasi dapat bermanfaat dalam perannya menurunkan tingkat Non Performing Financing (NPF), Non Performing Loan (NPL).

4. Unit Usaha Kecil Menengah (UMKM)

Unit Usaha Kecil Menengah (UMKM) adalah suatu kegiatan usaha yang dilakukan oleh perorangan atau suatu badan tertentu dengan cakupan yang tergolong masih kecil atau menengah. M. Kwartono Adi menjelaskaan bahwa UMKM adalah suatu badan usaha dengan profit kurang dari 200 juta Rupiah, dihitung dari laba tahunan.

Unit Usaha Kecil Menengah (UMKM) dalam kesehariannya sering dijumpai di tengah-tengah masyarakat misalnya saja warung kopi, laundry, toko sembako skala kecil, bengkel skala kecil, dan lain sebagainya. Di Indonesia sendiri kebanyakan usaha yang dijalankannya merupakan unit UMKM. Menurut Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan jumlah Unit Usaha Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 64 juta unit.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 suatu usaha dapat dikatakan sebagai Unit Usaha Kecil Menengah (UMKM) apabila usaha tersebut memiliki kriteria sebagai berikut:

(9)

15

Tabel 2.1 Kriteria Unit Usaha Kecil Menengah (UMKM)

Skala usaha Asset Hasil penjualan

Usaha mikro Maksimal Rp 50 juta Maksimal Rp 300 juta

Usaha kecil Rp 50 – Rp 500 juta Rp 300 juta – Rp 2,5 milyar

Usaha menengah Rp 500 juta – Rp 10 milyar Rp 2,5 – Rp 50 milyar

a. Sumber: Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Indonesia, 2021.

Gambar

Tabel 2.1 Kriteria Unit Usaha Kecil Menengah (UMKM)

Referensi

Dokumen terkait

Penulis juga melihat bagaimana pandangan masyarakat Jepang yang berciri patriarki, memandang kaum perempuannya, yang dalam drama ini pandangan itu terlihat dari bagaimana

Kesimpulannya H0 ditolak, karena nilai thitung > ttabel dan nilai signifikansi < 0,05 yang berarti bahwa variabel faktor-faktor pendidikan (X) berpengaruh

Data kubikal yang menyimpan data utuk memetakan pergerakan revolusi sosial dunia Data kubikal ini akan dilakukan analisa, mencaup drilling data generalisasi,

Hasil perencanaan ini telah memberikan layanan yang sangat baik untuk user dan pelanggan.Setelah diketahui jumlah antena pRRU yang digunakan, panjang kabel, tata

Meskipun keenam contoh tanah dari kedua seri pengujian tersebut mempunyai kadar air awal dan berat volume kering yang berbeda, hubungan antara besar pengembangan dan

“ Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya berkewajiban melindungi Usaha Tani yang dilakukan oleh Petani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) dalam

Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau yang biasa disingkat dengan UMKM memiliki pengartian suatu usaha perniagaan yang pengelolaannya dilakukan oleh perorangan ataupun

Dalam Webinar ini kami akan menerangkan manfaat penggunaan gandum putih Australia untuk semua produk bijian penuh anda, kami akan mengemukakan pilihan pengilangan untuk