• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL KOMUNIKASI STRATEGI DIGITAL MARKETING DAN PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL INSTAGRAM WOVE STUFF DALAM AKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL KOMUNIKASI STRATEGI DIGITAL MARKETING DAN PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL INSTAGRAM WOVE STUFF DALAM AKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL KOMUNIKASI

STRATEGI DIGITAL MARKETING DAN PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL INSTAGRAM “WOVE STUFF” DALAM AKTIVITAS KOMUNIKASI

PEMASARAN

(Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Digital Marketing dan Pengelolaan Akun Instagram Wove Stuff dalam Aktivitas Komunikasi Pemasaran Melalui Media Sosial)

Disusun Oleh :

Kunti Dewi Kriswindayasti D0217046

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2021

(2)

1

STRATEGI DIGITAL MARKETING DAN PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL INSTAGRAM “WOVE STUFF” DALAM AKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN (STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF STRATEGI DIGITAL MARKETING DAN PENGELOLAAN AKUN INSTAGRAM WOVE STUFF DALAM AKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN MELALUI MEDIA SOSIAL)

Kunti Dewi Kriswindayasti

Dra. Christina Tri Hendriyani, M.Si

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret

Abstract

The development of communication technology today has encouraged the use of the internet as a promotional medium. Over time, social media emerged, which was used as a medium for information exchange and promotion. One of the example of companies that use social media services for promotion is fashion. Wove Stuff is a business engaged in selling branded clothing based online store by utilizing social media Instagram as a medium to work its marketing communication strategy activities. These activities including efforts in disseminating product information, conducting marketing promotions, as well as producing entertainment content for entertaining needs and interacting with followers of their Instagram account.

The purpose of this study is to find out how the implementions of digital marketing strategy Wove Stuff's on Instagram for selling men's branded clothing in Indonesia through an analysis named SOSTAC concept (situation, objectives, strategy, tactics, action, control) carried out at every level and also understand how to manage Wove Stuff Instagram social media accounts in carrying out marketing communication strategy activities. This research uses a qualitative approach with the method used is a descriptive study. Sources of data obtained through indepth interviews, observation,

(3)

2

and documentation. While the informants of this study were selected using purposive sampling by selecting informants who matched with the required criteria.

The results of the research show how the preparation of marketing communication strategies is carried out by Wove Stuff, with an “online internet marketing” strategy by utilizing Instagram social media as the main media for information dissemination and promotion, and also by using marketplaces such as Shopee and Tokopedia in carrying out their marketing strategies. Overall, the marketing strategy carried out by Wove Stuff is not only to market its products, but also to pay attention to the relationship that exists between Wove Stuff and its customers so that when the transaction process is running, it will create a safe and comfortable atmosphere in online shopping with Wove Stuff.

Keywords: marketing communication strategy, digital marketing, , SOSTAC, fashion branded, online shop.

A. Pendahuluan

Perkembangan teknologi komunikasi di Indonesia saat ini sudah mencapai perkembangan yang berbasis teknologi internet, yang mana dapat dioperasikan dengan mudah oleh semua kalangan masyarakat karena pengaplikasiannya yang mudah dan bersifat tidak terbatas. Salah satu contoh penggunaan internet sebagai teknologi komunikasi adalah dimanfaatkan sebagai media promosi. Menurut Fandy Tjipjono, promosi adalah salah satu bentuk dari komunikasi pemasaran. Komunikasi pemasaran didefinisikan sebagai aktivitas maupun kegiatan pemasaran yang berusaha untuk menyebarkan informasi, membujuk, mempengaruhi, juga mengingatkan pasar mengenai produknya agar bersedia menerima produknya, membeli, dan juga setia terhadap produk yang telah ditawarkan oleh suatu perusahaan (Fandy, 2008).

Salah satu bidang perusahaan yang banyak memanfaatkan jasa media sosial untuk promosi adalah di bidang fashion. Fashion merupakan kebutuhan manusia yang harus dipenuhi. Fashion didefinisikan sebagai gaya yang diterima juga digunakan oleh mayoritas masyarakat atau anggota kelompok dalam kurun waktu tertentu Troxell dan Stone dalam (Fetia Irtama, 2015). Fashion dalam era modern masa kini tidak lagi memandang gender, baik pria maupun wanita berbondong-bondong untuk

(4)

3

menyesuaikan fashion mereka dengan apa yang sedang popular saat ini. Hal ini disebut juga dengan “Trend Fashion” yang berarti keragaman fashion brand yang menjadi trend setter pada setiap masanya (Langga, 2016). Persepsi terhadap fashion branded merupakan sebuah gengsi dikalangan tertentu. Oleh karena itu, Manusia modern sekarang tidak hanya membutuhkan fashion branded sebagai suatu kebutuhan pokok, melainkan fashion branded sudah menjadi gaya hidup yang melekat seakan-akan manusia sangat bergantung dengan adanya dunia fashion ini sebagai sebuah pembawa “prestige” dan kepercayaan diri bagi para pemakainya.

Hal ini mendorong pelaku industri fashion yang kemudian memanfaatkan penggunaann media sosial sebagai media jual beli online. Online shop menggunakan media tertentu seperti pemanfaatan media sosial baik Instagram, Facebook maupun penggunaan marketplace seperti Shopee, Tokopedia, Lazada, Buka Lapak dan dengan transaksi secara online sehingga diantara penjual dan pembeli tidak bertemu secara langsung, melainkan dengan adanya pengiriman barang melalui ekspedisi kepada konsumen. Online shop saat ini banyak dipilih oleh pemula dalam dunia bisnis dikarenakan keunggulannya dari segi efektifitas, pelayanan, keamanan serta juga popularitas (Laohapensang, 2009). Dari banyaknya media sosial, salah satu yang familiar dan sering digunakan dalam berbelanja online maupun pemasaran produk adalah Instagram. Tampilan dari Instagram menarik dan memberikan kesan yang baik untuk para pelanggan karena sangat bagus (Apriliya, 2017). Hal ini memberikan peluang interaksi yang baik antar pelaku bisnis khususnya dalam bidang online shop fashion dan konsumennya dalam menjalin hubungan yang baik.

Wove Stuff merupakan salah satu toko yang bergerak dibidang fashion store, yang mengkhususkan penjualan produk-produk pakaian luxury branded untuk pria. Luxury brand adalah merek-merek yang membangkitkan eksklusifitas, memiliki identitas merek terkenal, memeliki brand awareness yang tinggi dan persepsi kualitas serta dapat mempertahankan tingkat penjualan maupun loyalotas pelanggan (Effendy, 2015). Teknik promosi yang dilakukan oleh Wove Stuff yaitu Internet Marketing yaitu sebuah teknik pemasaran yang dipasarkan melalui media teknologi internet kepada khalayak masyarakat dalam kurun waktu tertentu. Internet juga menjadi alat utama untuk mengirimkan informasi bisnis untuk menghasilkan respon dari konsumen (Hasan, 2013). Selain itu, dalam keberlangsungan aktivitas strategi pemasaran Wove

(5)

4

Stuff melalui metode SOSTAC (Situation Analysis, Objectives, Strategy, Tactics, Action, Control) berperan penting dalam penjualan di akun instagram Wove Stuff.

Peneliti ingin mengkaji dan mendeskripsikan secara mendalam bagaimana aktivitas strategi komunikasi pemasaran dalam akun instagram Wove Stuff untuk mempromosikan produk pakian pria branded melalui media sosial Instagram yang terdiri atas strategi digital marketing yang diterapkan serta pengelolaan akun instagram (@wove.stuff) sebagai media penyebaran informasi, edukasi, dan hiburan. Lebih lanjut, peneliti juga ingin menunjukan bahwa strategi komunikasi yang selaras dengan media sosial khususnya Instagram membantu terciptanya sebuah pemasaran yang tetap kompetitif. Penelitian ini akan memfokuskan pada proses penyusunan hingga pelaksanan strategi komunikasi pemasaran digital Wove Stuff serta proses pengelolaan akun instagram (@wove.stuff) sehingga dapat mengetahui aktivitas strategi komunikasi pemasaran yang telah diterapkan dapat menjadi suatu proses komunikasi yang efektif dalam penjualan atau sales di akun Instagram (@wove.stuff).

B. Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang yang telah peneliti paparkan diatas, perumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah perumusan strategi digital marketing akun media sosial Instagram (@wove.stuff) dalam penjualan pakaian branded Pria di Indonesia?

2. Bagaimanakah pengelolaan akun media sosial Instagram (@wove.stuff) dalam melaksanakan aktivitas strategi komunikasi pemasaran?

C. Kajian Teori 1. Komunikasi

Pengertian Komunikasi secara etimologis berasal dari bahasa latin yaitu kata “cum”, yang berarti “dengan” atau “bersama dengan”, dan kata “units”, yaitu kata bilangan yang berarti “satu”. Kata-kata tersebut kemudian disatukan menjadi kata baru yaitu “communion”, yang artinya kebersamaan, persatuan, pergaulan, dan gabungan. Karena untuk melakukan “communion” diperlukan usaha atau kerja, maka dari itu kata tersebut berubah menjadi sebuah kata kerja yaitu “communicate” yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, tukar menukar, membicarakan sesuatu dengan seseorang, memberitahukan sesuatu kepada seseorang,

(6)

bercakap-5

cakap, bertukar pikiran, berhubungan, bercakapan, ataupun hubungan. (Kadar & Khairul, 2012). Komunikasi dapat menyarankan bahwa suatu pikiran, makna, atau pesan dianut secara sama. (Mulyana, 2007).

Harold Lasswell dalam karyanya, “The Structure and Function of Communication in Society” merumuskan bahwa metode yang baik untuk menarangkan komunikasi yakni menanggapi persoalan sebagai berikut “Who Says What in Which Channel To Whom With What Effect” ataupun “Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui apa, kepada siapa, serta apa pengaruhnya” (Effendy, 2005). Dari penafsiran diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi ialah sebuah proses penyampaian pesan yang dapat berbentuk pesan informasi, ilham, emosi, keterampilan, serta lain sebagainya lewat simbol ataupun lambang yang dapat memunculkan efek berupa tingkah laku yang dilakukan dengan memanfaatkan media-media tertentu.

2. Komunikasi Pemasaran

Komunikasi pemasaran dapat dipahami dari kata dasarnya yaitu proses komunikasi dan juga pemasaran. Komunikasi adalah proses bagaimana pemahaman akan suatu informasi dapat disampaikan antar individu atau organisasi dengan individu atau organisasi lainnya. Sedangkan pemasaran berarti proses kegiatan dimana perusahaan dan organisasi lainnya mentransfer nilai-nilai pertukaran antar mereka dan pelanggannya. (Langga, 2016). Sedangkan menurut American Marketing Association (AMA) komunikasi pemasaran merupakan proses perencanaan dan proses pelaksanaan konsepsi promosi, harga, distribusi, ilham, serta dan jasa guna menghasilkan pertukaran yang memuaskan individu serta tujuan organisasi. (Morissan, 2010). Komunikasi pemasaran merupakan aspek yang berarti bagi suksesnya perkembangan suatu perusahaan. Komunikasi pemasaran ialah usaha untuk mengantarkan pesan terhadap publik terutama target konsumen mengenai keberadaan produknya dalam pasaran (Sutisna, 2002).

Komunikasi dalam dunia pemasaran memiliki tujuan utama yakni, menginformasikan, memberikan pengaruh, dan membujuk juga menegaskan audiensi tentang keberadaan produk yang ditawarkan. Komunikasi pemasaran menjadi inti bagaimana suatu perusahaan dapat memanfaatkan sebuah strategi, perencanaan, pelaksanaan, dan juga evaluasi dalam mempertahankan perusahaannya di dunia bisnis (Reza, 2016:66) dalam (Kusuma, 2018). Komunikasi

(7)

6

pemasaran ini merupakan salah satu bentuk komunikasi yang ditujukan untuk memperkuat strategi pemasaran yang digunakan untuk meraih segmentasi yang lebih luas contohnya adalah dengan pemanfaata media sosial seperti Instagram, Facebook, atau Twitter berguna sebagai daya tarik pesan yang disampaikan dan juga frekuensi penyajiannya.

3. Strategi Komunikasi Pemasaran

Strategi dapat didefinisikan sebagai perencanaan ataupun planning serta manajemen untuk menggapai suatu tujuan. Strategi ini menunjukan bagian metode atau sebuah teknik operasionalnya dalam mencapai suatu tujuan (Effendy, 2005). Strategi komunikasi pemasaran merupakan sebuah proses penyusunan pesan yang memiliki tujuan untuk memberikan informasi mengenai produk barang atau jasa. (Keller, Kotler & Lane, 2011). Strategi komunikasi pemasaran dirancang sedemikian rupa supaya mudah, efektif, dan efisien dalam penyaluran pesan.

Strategi ini mempunyai fungsi penyebaran pesan yang positif, informatif dan memiliki sifat pesan persuasif, kepada target penerimanya guna menerima feedback yang maksimal. Oleh karena itu, penting adanya pemanfaatan media yang tepat karena dapat mempengaruhi proses penyampaian pesan tersebut kepada penerimanya.

a. Strategi Komunikasi Pemasaran Digital

Strategi komunikasi pemasaran digital atau digital marketing merupakan salah satu strategi pemasaran yang memanfaatkan perkembangan jaman dengan penggunaan internet sebagai media pemasarannya. Chaffey dan Chadwick (2016 : 11) mendefinisikan digital marketing sebagai sebuah pengaplikasian jejaring internet serta teknologi digital yang berkaitan hubungannya dengan komunikasi tradisional untuk mencapai tujuan komunikasi pemasaran.

Dalam strategi komunikasi pemasaran digital diketahui bahwa internet memiliki peranan penting untuk menunjang keberlangsungan pelaksanaan strategi tersebut. Internet marketing merupakan salah satu contoh dari penerapan strategi komunikasi pemasaran digital. Kotler dan Amstrong (2013), dalam Setiyaningrum (2015) mendefinisikan Online internet marketing sebagai sebuah usaha yang dilakukan oleh suatu

(8)

7

perusahaan guna memasarkan produk atau jasa mereka, dan membangun hubungan dengan pelanggan melalui internet Online marketing menjadi alat utama untuk mengirim informasi bisnis untuk menghasilkan feedback atau respon dari konsumen. Internet marketing menjadi sebuah proses dalam membangun serta mempertahankan customer relationship melalui aktifitas online, dapat berupa pertukaran ide, produk, dan jasa yang dapat memenuhi kepuasan pelanggan (Mohammed, 2003).

b. Konsep SOSTAC

SOSTAC termasuk salah satu model kerangka perencanaan yang memungkinkan dengan mudah agar dapat diikuti serta sanggup untuk mengidentifikasikan segala perihal utama yang harus dilakukan supaya dapat menggapai tujuan. (Chaffey, 2009). Proses menentukan aksi termasuk juga penentuan keputusan dalam melakukan pemasaran. Lebih lanjut, SOSTAC ialah singkatan dari Situation, Objective, Strategy, Tactics, Action, Control dengan uraian sebagai berikut :

1) Situation (situasi dimana kita saat ini)

Situation analysis merupakan analisis lingkungan serta review proses internal dan sumber daya untuk menginformasikan strategi (Chaffey, 2009). Perihal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan metode demand analysist yakni metode menganalisis dengan mempertimbangkan permintaan pasar. Salah satu contoh penggunaan metode demand analysist adalah analisis dengan model SWOT yang merupakan singkatan dari strength, weakness, opportunity dan threat. .

2) Objectives (kemana kita hendak melangkah)

Umumnya dapat dikaitkan dengan misi serta tujuan perusahaan baik untuk jangka panjang, menengah, maupun pendek. Pengukurannya lebih menuju kepada apakah tujuan perusahaan telah tercapai dan sudah sampai dimana (Hafidz, 2019).

3) Strategy ( bagaimana cara mencapai tujuan tersebut)

4) Dalam tahap ini adalah dengan cara atau bagaimana cara agar tujuan dari komunikasi pemasaran dapat tercapai, biasanya

(9)

8

dengan penerapan taktik-taktik kegiatan promosi seperti promosi penjualan, iklan, dan kinerja public relations (Hafidz, 2019). 5) Tactics (perincian strategi)

Tactics merupakan perincian dari strategi yang telah ditetapkan. biasanya berisi dengan proses pengembangan dan juga kreatifitas. Dalam penentuan taktik biasanya diperlukan inovasi dan kreatifitas dari penyusunan rancangan komunikasi pemasaran agar dapat sampai pada konsumen.

6) Actions (Perincian dari taktik)

Action merupakan sebuah rencana kerja yang disusun setelah adanya taktik dan juga strategi pemasaran. Tiap rencana kerja yang sudah dirincikan wajib memiliki project plan dalam pencapaian tujuannya.

7) Controling (pengukuran serta pengawasan)

Controling dibutuhkan untuk melakukan evaluasi, pengukuran dan juga pengawasan agar dapat mengetahui apakah strategi dan taktik yang dilakukan telah sesuai dengan tujuan yang direncanakan.

4. Media Sosial Instagram Sebagai Sarana Komunikasi Pemasaran

Media sosial adalah sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang dibagun atas dasar ideologi dan teknologi , dan memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated account (Andreas, 2010). Salah satu jenis media sosial yang merupakan jejaring sosial yang didalamnya terdapat proses pertukaran informasi dan komunikasi adalah Instagram. Instagram adalah media yang dirancang khusus untuk menampilkan konten visual, dan memiliki kemampuan untuk berbagi foto dan video didalam platform, serta memudahkan adanya konstribusi khalayak ramai dengan pertumbuhan yang pesat (Wally & Koshi, 2014). Instagram merupakan sebuah media baru atau new media, yang mana muncul sebagai sebuah sarana perantara baru dan dapat dilihat dari segi waktu, manfaat, produksi, dan juga distribusinya.

Dengan kian pesatnya pertumbuhan penggunaan Instagram sebagai salah satu media baru, pemasar produk juga mulai tertarik menggunakan Instagram

(10)

9

sebagai media komunikasi pemasaran produk dan jasanya. Instagram merupakan salah satu jenis dari Internet marketing. Internet marketing adalah sebuah pemasaran suatu produk yang dipasarkan melalui teknologi internet kepada khalayak masyarakat dalam kurun waktu tertentu. Internet menjadi alat utama untuk mengirim informasi bisnis untuk menghasilkan respon dari konsumen (Hasan, 2013). Pemasaran dalam Internet marketing dalam keberlangsungannya memanfaatkan media sosial sebagai salah satu saluran yang menyajikan beragam konten. Pemasaran dalam media sosial akan memengaruhi faktor eksternal sehingga memengaruhi anggapan konsumen tentang sebuah produk yang kemudian dapat mempengaruhi minat beli konsumen.

5. Fashion Branded

Fashion didefinisikan sebagai sesuatu bentuk serta jenis tata cara atau cara bertindak. Polhemus dan Procter menunjukkan bahwa didalam masyarakat kontemporer barat, sebutan fashion sering digunakan sebagai persamaan kata dari istilah dandanan, gaya, dan busana (Malcolm Barnard, 2007). Menurut Troxell dan Stone dalam (Fetia Irtama, 2015) fashion didefinisikan sebagai gaya yang diterima serta digunakan oleh mayoritas anggota kelompok dalam kurun waktu tertentu. Menurut (Kotler, 2000), brand adalah sebuah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan atau kombinasi semua unsur yang digunakan untuk mengenali produk atau jasa dari seseorang atau sebuah kelompok penjual dari pesaingnya. Brand berfungsi sebagai sebuah ikatan yang kuat secara emosional untuk konsumen. Fashion branded adalah sebuah gaya berpenampilan yang digemari seseorang dengan barang yang bernilai tinggi. Melihat fashion sebagai gaya hidup dan brand adalah salah satu bagian dari fashion, maka brand dianggap adalah gaya hidup masa kini. (Fetia Irma, 2015).

D. Metodelogi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif memiliki tujuan yakni mengemukakan gambaran serta berusaha memberikan gambaran bagaimana dan mengapa sehubungan dengan kenyataan ataupun indikasi yang diteliti (Pawito, 2007). Di dalam penelitian ini, strategi yang digunakan peniliti adalah strategi deskriptif kualitatif. Strategi deskriptif kualitatif

(11)

10

merupakan sebuah jenis strategi penelitian yang memberikan cerminan dan atau gambaran, serta memaparkan sebuah peristiwa. Oleh karena itu, penelitian ini tidak mencari ataupun menguraikan sebuah hubungan, tidak menguji hipotesis maupun membuat suatu prediksi (Langga, 2016).

Dalam penelitian kualitatif, informan merupakan seseorang yang memberikan informasi mengenai suatu data yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Adapun subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah key informan atau informan kunci, yaitu Alfani Wiratama sebagai pemilik dari Wove Stuff. Kemudian sebagai informan pendukung lainnya terdiri atas Rizal Awaludin sebagai staff contect creator Wove Stuff, Caesy Antania dan Alga Naharal sebagai perwakilan dari customer Wove Stuff. Kemudian penelitian ini memiliki obyek penelitian yaitu aktivitas komunikasi pemasaran yang terdapat dalam akun media sosial Instagram Wove Stuff meliputi penerapan strategi komunikasi pemasaran digital, serta pengelolaan akun instagram Wove Stuff.

Peneliti menggunakan teknik sampling yaitu purposive sampling atau sampling bertujuan. Purposive sampling merupakan salah satu metode penentuan sampel bedasarkan dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2016). Penggunaan purposive sampling digunakan untuk menentukan subyek penelitian yang hendak menjadi narasumber sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan sehingga dapat relevan dengan penelitian ini. Kemudian untuk teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan wawancara atau indepth imterview , Observasi serta dokumentasi

Selanjutnya untuk menguji keabsahan data, peneliti memilih menggunakan triangulasi. Uji triangulasi yang dilakukan peneliti terdiri atas triangulasi metode dan juga triangulasi sumber data. Triangulasi sumber data yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan data dari suatu sumber kemudian dikoreksi dengan sumber yang lain untuk pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Kemudian dalam menganalisis data, peneliti menggunakan teknik analisis yang adalah dengan model interaktif Miles dan Huberman, (1992) yaitu Interactive Model of Analysis) yang terdiri atas pengumpulan data, kemudian reduksi data dengan proses seleksi, data kasar yang ada di lapangan langsung, lalu pelakukan penyajian data. Penyajian data diperoleh dari berbagai jawaban narasumber pada saaat wawancara yang sudah direduksi oleh peneliti sebelumnya. Dan yang terakhir adalah penarikan kesimpulan.

(12)

11 E. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Setelah melakukan proses pengumpulan data yaitu wawancara, obeservasi, dan dokumentasi, serta melakukan analisis menggunakan metode SOSTAC (situation, objectives, strategy, tactics, action, controlling) maka penelitian ini mendapatkan hasil :

1) Strategi Komunikasi Pemasaran dalam Akun Instagram Wove Stuff Wove Stuff merupakan bisnis yang bergerak dibidang penjualan pakaian branded berbasis online shop. Sebagai sebuah bisnis yang menawarkan sebuah produk kepada konsumennya, Wove Stuff senantiasa berusaha dengan memberikan kualitas pelayanan yang terbaik untuk setiap pembelinya. Strategi pemasaran yang dijalankan oleh Wove Stuff pun tidak hanya untuk memasarkan produk-produknya, tetapi juga untuk memperhatikan hubungan yang terjalin antara Wove Stuff dan para customer nya sehingga ketika proses transaksi sedang berjalan, akan menciptakan nuansa yang aman, serta nyaman dalam berbelanja online di Wove Stuff.

Wove Stuff memanfaatkan pemasaran online sebagai media penyampaian strategi pemasarannya. Online marketing merupakan sebuah usaha yang dilakukan oleh suatu perusahaan guna memasarkan produk atau jasa mereka, dan membangun hubungan dengan pelanggan melalui internet Kotler dan Amstrong (2013), dalam Setiyaningrum (2015). Online marketing menjadi alat utama untuk mengirim informasi bisnis untuk menghasilkan feedback atau respon dari konsumen.

Dalam proses pelaksanaan strategi pemasarannya, Wove Stuff memanfaatkan media baru yaitu media sosial Instagram. Media sosial merupakan sebuah platform dimana berfokus pada eksistensi pengguna juga memfasilitasi pengguna dalam beraktifitas maupun berkolaborasi. Sehingga media sosial dapat dilihat sebagai sebuah medium fasilitator online yang menguatkan hubungan antar pengguna sekaligus sebuah ikatan sosial Van Djik dalam Nasullah (2015). Media sosial Instagram dipilih oleh Wove Stuff sebagai media promosi serta sarana pertukaran informasi dengan pengikut akun instagramnya (@wove.stuff). Pemilihan Instagram sebagai media pemasaran oleh Wove Stuff memiliki alasan sebab Instagram merupakan media sosial yang kebanyakan dipakai oleh sasaran audiensnya.

a) Analisis Konsep SOSTAC Dalam Strategi Komunikasi Pemasaran Digital Akun Instagram Wove Stuff

(13)

12 1. Situation Analysist

Sebagai sebuah bisnis online shop yang bergerak dalam bidang penjualan pakaian branded, penting bagi Wove Stuff untuk melakukan pemahaman situasi dengan analisis kekurangan serta kelebihan bisnisnya sehingga dapat membantu Wove Stuff dalam menentukan strategi dan langkah-langkah apa saja yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Berikut analisis SWOT terhadap Wove Stuff:

1. Strength :

- Merupakan salah satu online shop pertama di kota Solo yang berfokus dalam penjualan pakaian branded pria dan dikenal sebagai distributor pakaian branded di kota Solo.

- Foto produk, dan video yang diunggah ke Instagram merupakan foto asli atau real picture

- Memiliki service aftersale khusus yaitu jaminan barang yang dijual adalah berkualitas (original) dan apabila barang yang dijual terbukti palsu, maka pembeli dapat mengajukan claim garansi uang kembali. - Bekerjasama dengan marketplace yaitu Shopee dan Tokopedia

melalui program gratis ongkos kirim serta fitur testimoni untuk meningkatkan kepercayaan pembeli.

- Memiliki layanan COD (Cash on Delivery) khusus untuk pembeli yang berdomisili di kota Solo.

- Packaging produk yang dipastikan rapi dan aman sehingga barang tidak akan terkena kerusakan pada saat pengiriman kerumah pembeli.

2. Weakness

Kelemahan yang dimiliki oleh Wove Stuff adalah tidak memiliki sumber daya yang cukup dapat juga dikatakan belum optimal dikarenakan belum memiliki adanya staff yang bekerja dibagian marketing, dan juga kurangnya tenaga dalam bidang administrasi. 3. Opportunity

- Membuka toko offline untuk memudahkan pembeli yang ingin berbelanja dengan mendatangi langsung ke tempat supaya dapat lebih mantap dalam berbelanja.

(14)

13

- Perluasan pemasaran dengan pemanfaatan fitur terbaru Instagram yaitu Instagram Shopping dan pembuatan website

- Membuka kerjasama dengan marketplace Shopee untuk program shopee international sellers atau penjualan luar negeri (ekspor). 4. Threats

- Banyaknya pesaing usaha serupa yang melakukan penjualan barang yang tidak original namun dijual dengan harga yang sangat murah, dengan mengatakan bahwa barang yang dijualnya asli

- Kurangnya pemahaman pembeli mengenai barang dengan kualitas original sehingga menyulitkan Wove Stuff dalam penjualan produknya.

2. Objectives

Tujuan jangka pendek dari Wove Stuff adalah menggaet potiential buyer atau pembeli yang berpotensial untuk melakukan transaksi pembelian produk-produk Wove Stuff, lalu memiliki reseller atau dropshipper yang dapat membantu Wove Stuff dalam memasarkan produknya, dan yang terakhir yaitu memiliki staff marketing untuk mempermudah pembagian kerja atau operasional Instagram Wove Stuff.

Sedangkan untuk tujuan jangka panjang dari Wove Stuff adalah Sedangkan untuk tujuan jangka panjang dari Wove Stuff adalah untuk membuka official store atau toko offline yang berada di kota Solo, kemudian melebarkan jangkauan pasar dengan tujuan dapat meraih calon pembeli yang berasal dari “hot market”, “warm market” dan “cold market”, selanjutnya bekerjasama dengan marketplace Shopee untuk program ekspor produk worldwide shipping atau International Sellers, dan yang terakhir ingin membersarkan nama akun Instagramnya (@wove.stuff) dengan memudahkan pengguna Instagram untuk membeli produknya lewat fitur “Instagram Shopping”.

3. Strategy

Dalam penyusunan strategi, perusahaan baiknya memperhatikan berbagai faktor seperti waktu, biaya, serta kemampuan yang dimiliki. Wove Stuff sebagai salah satu online shop dibidang penjualan pakaian branded

(15)

14

juga merencanakan strategi pemasaran untuk bisnisnya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Melalui tahap ini, akan dijelaskan mengenai segmenting, targeting, dan positioning atau STP sebagai berikut :

a. Segmenting

Terdiri atas kriteria demografis yaitu Laki-laki maupun perempuan, berusia 16-45 tahun, berprofesi sebagai pelajar SMA, mahasiswa, pekerja kantoran, ibu rumah tangga. Kemudian geografis, yaitu masyarakat berdomisili di kota Surakarta, dan seluruh Indonesia, serta psikografis, yaitu memiliki ketertarikan dengan brand, memiliki minat beli terhadap pakaian, hobi atau gemar melakukan “outfit of the day” atau ootd, trendy, fashionista, up to date, mementingkan penampilan, prestise.

b. Targeting

Targeting yang dilakukan oleh Wove Stuff adalah dengan menargetkan pasar “hot market” yaitu merupakan segmen pasar dimana pembeli memiliki ketertarikan (interest) bercermin pada psikografis atau perilaku target konsumennya yaitu yang memiliki ketertarikan dengan brand, memiliki minat beli terhadap pakaian, hobi atau gemar melakukan “outfit of the day” atau ootd, trendy, fashionista, up to date, mementingkan penampilan, serta prestise. c. Positioning

Strategi positioning yang dilakukan oleh Wove Stuff adalah dengan strategi product features. Product features merupakan melakukan evaluasi dari ciri produk yang tampak seperti harga, kualitas, gaya, status, keamanan, dan lain sebagainya guna mengidetifikasi produk yang relevan dengan konsumen serta membuatnya berbeda dengan kompetiror. Product features yang dilakukan oleh Wove Stuff adalah dengan menjual pakaian-pakaian branded (gaya dan status) dengan kualitas terbaik tanpa adanya deffect atau kekurangan (kualitas) yang memiliki harga terjangkau untuk dapat dibeli oleh konsumennya (harga).

(16)

15

Taktik yang dilakukan Wove Stuff terlebih dahulu ditentukan melalui peneraoan marketing mix atau bauran pemasaran “4P” yaitu product, price, place, dan promotion sebagai berikut :

a. Product

Wove Stuff sendiri memiliki produk yang berupa pakaian jadi siap pakai yang dikeluarkan oleh brand-brand tertentu. Adapun beberapa contoh produknya yaitu, kemeja, kaos, celana, mantel atau coat, jaket kupluk atau hoodie, berbagai macam pakaian olahraga dan juga sweater.

b. Price

Wove Stuff selalu mendeskripsikan harga produk-produknya dengan jelas. Dilihat dari postingan akun Instagram (@wove.stuff), harga selalu disertakan di setiap kolom caption setiap produk, sehingga pembeli dapat dengan mudah mengetahui harga produk yang ditawarkan.

c. Place

Wove Stuff merupakan sebuah online shop dimana penjualannya berbasis online sehingga tidak memiliki toko fisik. Wove Stuff memanfaatkan media sosial Instagram untuk pemasaran produknya, dan beberapa marketplace seperti Tokopedia dan Shopee.

d. Promotion

Promosi utama yang dilakukan oleh Wove Stuff ialah dengan Internet Marketing melalui pemanfaatan media sosial Instagram sebagai sarana penyebaran informasi serta sarana promosi pemasaran.

Kemudian perumusan taktik-taktik yang dijalankan Wove Stuff dapat dijelaskan sebagai berikut : (1) Pemanfaatan media sosial instagram sebagai penyebaran informasi dan sarana promosi pemasaran; (2) Mengadakan event-event promosi khusus, diskon menarik, serta cuci gudang; (3) Mengoptimalkan kerjasama dengan marketplace shopee dan tokopedia; (4) Menjaga serta memperluas hubungan dengan rekan bisnis atau relasi.

(17)

16

Dalam menentukan action, Wove Stuff memperhatikan setiap tindakan yang dilakukan karena dapat berpengaruh pada keberlangsunan strategi maupun taktik yang telah ditentukan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan action, Wove Stuff mengikutsertakan staff operasional Instagram untuk membantu dalam pengelolaan akun Instagram (@wove.stuff) serta memudahkan dalam membagi pekerjaan. Tindakan yang dilakukan oleh Wove Stuff dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pemanfaatan media sosial instagram sebagai penyebaran informasi dan sarana promosi pemasaran yang dilakukan dengan: (1) mengadakan paid promote serta endorsement; (2) Instagram ads; (3) posting konten-konten produk informatif dan edukatif; (4) review produk yang dipasarkan.

b. Mengadakan event-event promosi khusus, diskon menarik, serta cuci gudang yang dilakukan dengan: (1) promosi diskon awal, akhir bulan, dan tanggal cantik; (2) promosi bundling produk; (3) cuci gudang melalui akun (@hw_leftover); (4) mengadakan event spesial “giveaway”.

c. Mengoptimalkan kerjasama dengan marketplace shopee dan tokopedia dengan cara: (1) program gratis ongkir seluruh Indonesia; (2) Program cashback dan diskon khusus pengikut akun marketplace Wove Stuff. d. Menjaga serta memperluas hubungan dengan rekan bisnis atau relasi

dengan: (1) adanya program reseller dan dropshipper; (2) menjaga hubungan baik dengan customer.

6. Controlling

Dalam melakukan controlling atau evaluasi, Wove Stuff melakukannya dengan berbagai cara yang terbagi atas kontrol internal, dan kontrol buyer. Kontrol internal berkaitan dengan evaluasi kinerja yang dilakukan oleh staff, maupun operasional Instagram, kemudian kontrol buyer dilakukan dengan cara menganalisa feedback yang diterima dari hasil pemasaran yang dilakukan, meliputi apakah produk-produk mereka sudah sesuai dengan keinginan atau ekspetasi pembeli, melihat testimoni yang terdapat di marketplace seperti Shopee dan Tokopedia, serta menghitung keuntungan dan kerugian penjualan suatu produk dalam kurun waktu tertentu

(18)

17

Kontrol internal dan kontrol buyer dilakukan dengan cara: (1) Melakukanevaluasi kinerja staff dan operasional Instagram sebulan sekali; (2) memberikan edukasi atau pemahaman mengenai produk yang dijual; (3) memastikan produk sampai ketangan pembeli dengan aman; (4) adanya garansi aftersales untuk pembeli.

b) Pemanfaatan Pengelolaan Media Instagram Sebagai Strategi Komunikasi Pemasaran Digital Akun Instagram (@wove.stuff)

Dalam pelaksanaan strategi pemasarannya, Wove Stuff memanfaatkan media sosial Instagram sebagai sarana penyaluran strategi pemasaran, sehingga segala aktivitas komunikasi pemasaran terjadi di akun instagram (@wove.stuff). Kemudian dalam pengelolaan Instagram Wove Stuff dibantu oleh seorang staff content creator. Dalam pengelolaan Akun Instagram, wove stuff memanfaatkannya dengan melakukan pengunggahan konten untuk meraih enggagements. Engagements Instagram merupakan komunikasi dua arah yang terjadi antara akun Instagram dengan pengikutnya. Engagements Instagram dapat diukur melalaui interaksi yang terjadi antara akun instagram (@wove.stuff) dengan followers nya, hal ini disebut juga dengan enggagement rate. Peningkatan Engagements dalam akun instagram (@wove.stuff) dilakukan dengan melakukan pengunggahan konten bedasarkan jam-jam sibuk, jam sibuk memiliki artian yaitu waktu tertentu dimana pengikut akun instagram Wove Stuff sering online serta mengakses Instagram, hal ini dapat dilihat dari fitur insight yang disediakan oleh akun Instagram yang bersifat bisnis.

Selain untuk meraih tingkat engagements, penguploadan konten digunakan sebagai salah satu proses penyebaran informasi dan sarana pemasaran. Dalam penguploadan konten, wove stuff melalukan perincian terlebih dahulu dengan membuat timetable sebagai acuan untuk melakukan pengunggahan konten, supaya semua pekerjaan dapat tersusun secara sistematis dan terjadwal. Pembuatan timetable kerja digunakan untuk mendeskripsikan mengenai konten apa yang akan diunggah diakun instagram Wove Stuff, kemudian bagaimana tampilan konten tersebut, hingga proses pemotretan foto katalog produk. Setelah semua sudah tersusun rapih, barulah kemudian dilakukan proses editing foto sehingga dapat menjadi sebuah konten yang menarik perhatian pengguna instagram.

(19)

18

Setelah melakukan uploading konten produk secara rutin, pengelolaan akun instagram Wove Stuff selanjutnya adalah berkaitan dengan aktivitas pemasaran. Wove Stuff melakukan segala kegiatan promosinya melalui media sosial Instagram. Kegiatan promosi yang dilakukan oleh Wove Stuff dalam akun media sosial instagramnya adalah beriklan melalui paid promote dan Instagram ads, kemudian mengadakan giveaway, serta memberikan diskon-diskon khusus pada kurun waktu tertentu.

F. Kesimpulan

Berikut merupakan kesimpulan dari strategi komunikasi pemasaran Wove Stuff dari penelitian yang telah dilakukan :

1. Melalui metode analisis SOSTAC (situation, objectives, strategy, tactics, action, controlling), dapat dipahami lebih dalam mengenai implementasi aktivitas strategi komunikasi pemasaran digital yang dilakukan Wove Stuff. Karena analisis SOSTAC menguraikan secara mendetail mengenai situasi yang dihadapi, tujuan perusahaan, strategi pemasaran yang digunakan yaitu dengan penerapan strategi online internet marketing yang merupakan sebuah proses dalam membangun serta mempertahankan customer relationship melalui aktifitas online, dapat berupa pertukaran ide, produk, dan jasa yang dapat memenuhi kepuasan pelanggan, perumusan taktik dengan pemanfaatan media sosial Instagram sebagai saluran promosi produk seperti paid promote, giveaway serta Instagram ads dan penyampaian informasi dengan pengunggahan konten, kemudian menguraikan taktik-taktik yang dirumuskan sehingga dapat menjadi sebuah tindakan nyata mengenai langkah-langkah yang dilakukan hingga evaluasi yang dilakukan terhadap strategi yang dijalankan.

2. Dalam pengelolaan akun Instagram Wove Stuff, proses penyampaian informasi dilakukan dengan pengunggahan konten-konten yang bersifat memberikan edukasi serta menghibur, untuk kebutuhan interaksi dan pertukaran informasi dengan para followers Instagramnya. Sehingga dapat diketahui bahwa komunikasi yang terjadi antara Wove Stuff dengan audiensnya merupakan komunikasi secara tidak langsung. Pesan-pesan yang disampaikan Wove Stuff mengandung unsur informatif, edukatif, serta hiburan dimana hanya di akun instagram @wove.stuff lah calon pembeli ataupun followers nya dapat memahami serta mengetahui secara mendetail produk-produk yang ditawarkan Wove Stuff.

(20)

19 Daftar Pustaka

Ali, Hasan. 2013. Marketing dan Kasus-Kasus Pilihan. Yogyakarta. CAPS (Center For Academic Publishing Service).

Andreas, Kaplan M., Haenlein Michael. (2010). “Users of The World, Unite! The Challenges and opportunities of Social Media”. Business Horizon.

Ari Setyaningrum. (2015). Prinsip-Prinsip Pemasaran. Yogyakarta: CV. AndiOffset. Barnard, Malcolm. (2007). Fashion sebagai Komunikasi. Yogyakarta. Jalasutra.

Chaffey, Dave. (2009). E-Business And E-Commerce Management (4th Edition ed.). England: Pearson Education.

Chaffey, Dave and Fiona Ellis-Chadwick. (2016). Digital Marketing: Strategy, Implementation and Practice. Sixth Edition. United Kingdom. Pearson.

Effendy, O. U. (2005). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosda Karya, Fandy, T. 2008. Strategi Pemasaran Edisi III. Yogyakarta: Andi Offset.

Hakim, A. Hafidz. (2019). Studi Deskriptif pada Toko Outdoor Endemik. Strategi Komunikasi Pemasaran dalam Mempromosikan Produk Melalui Media Online Berbasis Media Sosial Instagram. Skripsi. Solo: Universitas Sebelas Maret.

Irtama, Fetia. 2015. Pengaruh Penggunaan Fashion Branded Terhadap Persepsi Kelas Sosial Pada Kalangan Mahasiswa (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Sosiologi Fisip Universitas Lampung). Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Kotler, Philip (2000). Prinsip – Prinsip Pemasaran Manajemen. Jakarta: Prenhalindo. Kotler, Philip & Kevin Lane Keller. (2011). Manajemen Pemasaran. Edisi 1, Alih Bahasa :

Bob Sabran. Jakarta: Erlangga

Kusuma, Diana Fitri., dan Mohamad Sugand Syahriar. (2018). Strategi Pemanfaatan Instagram Sebagai Media Komunikasi Pemasaran Digital Yang Dilakukan Oleh Dino Donuts. Jurnal Manajemen Komunikasi. Vol. 3. No. 1. Hal 20.

(21)

20

Laohapensang, O. (2009). Factor Influencing Internet Shopping Behaviour: A Survey of Customers in Thailand. Jurnal Fashion Marketing dan Management. Vol. 13. No. 4. Page 500-504.

Mohammed, Rafi A., et al. (2003). Internet Marketing Building Advantage In A Nerworked Economy, Second Edition. New York: McGraw-Hill/Irwin.

Morissan, A. M. (2010). Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta: Penerbit Kencana.

Mulyana, D. (2007). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nasrullah, Rulli. (2015). Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya dan Sosioteknologi.

Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Nurjaman, Kadar dan Umam, Khaerul. 2012. Komunikasi dan Public Relations. Bandung: Pustaka Setia.

Septian, L. S. (2016). Strategi Pemasaran PINED PERIGEE WEARHOUSE Sebagai Fashion Store Di Kota Solo (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi Komunikasi Pemasaran PINED PERIGEE WEARHOUSE Dalam Mencitrakan Produk Sebagai Premium Class Retail yang Berada Di Kota Solo). SKRIPSI. Solo: Universitas Sebelas Maret.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT Alfabeta. Sutisna. (2002). Perilaku Konsumen & Komunikasi Pemasaran. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Wally, E. & Koshy, S. (2014). The use of Instagram as a marketing tool by Emirati female entrepreneurs: an exploratory study. Jurnal International Business. University of Wollongong: Dubai Papers. Hal 2-4.

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi : Pengaruh Strategi Komunikasi Pemasaran “KickOff” Brand Lokal Male.id Pada Sosial Media Instagram Terhadap Minat

Untuk mengetahui bagaimana situasi dalam menjalankan strategi komunikasi melalui media sosial dapat dijelaskan pada analisis SWOT, dengan mengenali kekuatan dan

terletak dekat dengan catu daya listrik dan transmisi tenaga listrikatau sesuai dengan spesifikasi desain yang mengacu ke standar internasional atau nasional tertentu. kabel

menunjukkan bahwa viskositas puncak dan viskositas akhir pati alami gembili cukup tinggi dibandingkan pati gembolo, sementara viskositas pati yang telah terhidrolisis

Peneliti ingin mengetahui bagaimana strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh pihak toko Endemik outdoor melalui media online Instagram.. Media sosial

Strategi komunikasi selain melalui media sosial instagram juga bisa melalui dengan pendekatan langsung, cara ini merupakan cara pendekatan langsung kepada konsumen dengan

Strategi Komunikasi Pemasaran Amnaya Hotel & Resorts Melalui Akun Instagram @amnayaresorts ini menggunakan Strategi untuk Komunikasi Pemasaran yang Efektif dari

Salah satu strategi tersebut adalah strategi dalam aspek pemasaran menggunakan alat digital atau dikenal dengan digital marketing, yaitu metode pemasaran yang dilakukan