ANALISIS DAYA SAING EKSPOR BIJI KOPI HIJAU (GREEN COFFEE BEANS) INDONESIA TAHUN 1990 – 2020
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh Anki Utari NIM: 11170840000019
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
ANALISIS DAYA SAING EKSPOR BIJI KOPI HIJAU (GREEN COFFEE BEANS) INDONESIA TAHUN 1990 – 2020
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh Anki Utari NIM: 11170840000019
Di Bawah Bimbingan
Prof. Dr. H. Abdul Hamid, MS NIP. 19570617 198503 1 002
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Senin, 19 April 2021 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Anki Utari 2. NIM : 11170840000019 3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan
4. Judul Skripsi : Analisis Daya Saing Ekspor Biji Kopi Hijau (Green Coffee Beans) Indonesia Tahun 1990 – 2020
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 19 April 2021
1. Dr. Fitri Amalia, M.Si
NIP. 19820710 200912 2 002 ( )
Penguji I
2. Najwa Khairina, SE, MA
NIP. 19871113 201801 2 001 ( )
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Senin, 21 Juni 2021 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Anki Utari 2. NIM : 11170840000019 3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan
4. Judul Skripsi : Analisis Daya Saing Ekspor Biji Kopi Hijau (Green Coffee Beans) Indonesia Tahun 1990 – 2020
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 21 Juni 2021
1. Dr. Fitri Amalia, M.Si
NIP. 19820710 200912 2 002 ( )
Ketua
2. Prof. Dr. H. Abdul Hamid, MS
NIP. 19570617 198503 1 002 ( )
Pembimbing
3. Djaka Badranaya, ME
NIP. 19770530 200701 1 008 ( )
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini Nama : Anki Utari
NIM : 11170840000019 Jurusan : Ekonomi Pembangunan Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 31 Mei 2021
Anki Utari NIM. 11170840000019
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
1. Nama : Anki Utari
2. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 9 Maret 1999
3. Alamat : Jln. Swadaya No. 49 RT 003 RW 04, Kelurahan Kelapa Dua, Kecamatan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, Banten
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Kewarganegaraan : Indonesia 7. Telepon : 089607981636
8. Email : ankiutari99@gmail.com
II. Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri Kelapa Dua I 2005 – 2011
2. SMP Negeri 1 Legok 2011 – 2014
3. SMA Negeri 23 Kabupaten Tangerang 2014 – 2017 4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017 – 2021
III. Pengalaman Organisasi dan Kepanitiaan
1. Anggota Divisi Advokasi Forum Mahasiswa Bidikmisi (FORMABI) Tahun 2018 – 2019
2. Anggota Divisi Humas Economic Call for Paper National Championship (ECLASHIP) Tahun 2017
3. Anggota Divisi Konsumsi 2nd Youth Economics Summit Tahun 2017 4. Anggota Divisi Kesekretariatan Rapat Kerja FORMABI Tahun 2018 5. Anggota Divisi Konsumsi Pelatihan Kepenulisan FORMABI Tahun
2018
6. Mentor Research Academic HMPS Economic Development Tahun 2021
vi IV. Seminar
1. Seminar Nasional Ekonomi Digital “Menjawab Peluang dan Tantangan Perkembangan Financial Technology di Indonesia” Tahun 2018 oleh HMJ Ekonomi Pembangunan
2. Seminar “The Function of Micro Economic on Poverty Reduction and It’s Intense Impacts Rural People and Community” Tahun 2019 oleh Program Studi Ekonomi Pembangunan
3. Seminar Bank Indonesia (BI) Mengajar “Peran Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dalam Digitalisasi Ekonomi dan Keuangan untuk Indonesia Maju” Tahun 2020
4. Seminar “Dampak Resesi dan UU Ciptakerja terhadap Proyeksi Perekonomian Tahun 2021” Tahun 2020 oleh Program Studi Ekonomi Pembangunan
V. Prestasi dan Penghargaan
1. Juara 3 ECLASHIP Tahun 2018
VI. Pengalaman Magang
vii ABSTRACT
The growing number of processed coffee-based products are not accompanied by a consistent value and volume of exports of green coffee beans as the main ingredient. This study aims to determine the position of Indonesia's competitiveness in marketing the green coffee bean commodity using export value data and complement it by analyzing the effect of land area, green coffee bean export price, and tea export price on the export volume of Indonesian green coffee beans. The data used are secondary data in the form of time series from 1990 to 2020. Competitiveness analysis uses the formula RCA, ISP and EPD. The determinant analysis uses multiple linear regression method with the OLS approach. The results of the competitiveness of these commodities began to decline and were lagging behind other countries. Partially, land area has no effect, the export price of green coffee beans has a significant negative effect, and the export price of tea has a significant positive effect on export volume. The three independent variables together have an effect on the export volume of Indonesian green coffee beans.
viii ABSTRAK
Produk olahan berbahan dasar kopi yang semakin menjamur tidak diiringi dengan konsistensi nilai dan volume ekspor biji kopi hijau sebagai bahan utamanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui posisi daya saing Indonesia dalam memasarkan komoditas biji kopi hijau menggunakan data nilai ekspor dan melengkapinya dengan menganalisis pengaruh luas lahan, harga ekspor biji kopi hijau, dan harga ekspor teh terhadap volume ekspor biji kopi hijau Indonesia. Data yang digunakan ialah data sekunder berupa time series tahun 1990 – 2020. Analisis daya saing menggunakan rumus RCA, ISP dan EPD. Analisis determinan menggunakan metode regresi linier berganda dengan pendekatan OLS. Hasil daya saing komoditas tersebut mulai mengalami penurunan dan ketertinggalan dengan negara-negara lain. Secara parsial, luas lahan tidak berpengaruh, harga ekspor biji kopi hijau berpengaruh negatif signifikan, dan harga ekspor teh berpengaruh positif signifikan terhadap volume ekspor. Ketiga variabel bebas tersebut secara bersama-sama berpengaruh terhadap volume ekspor biji kopi hijau Indonesia.
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahiim.
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya. Tak lupa shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita ke zaman terang-benderang. Alhamdu lillahi rabbil 'alamin penulis telah menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Daya Saing Ekspor Biji Kopi Hijau (Green Coffee Beans) Indonesia Tahun 1990 – 2020”.
Skripsi ini merupakan ikhtiar penulis guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi (S.E) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Rangkaian proses telah dilalui oleh penulis dengan bantuan berbagai pihak, baik dalam hal moral, spiritual, ataupun material. Oleh karena itu, penulis ingin menghaturkan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Bapak Madsuki dan Umi Nurhayanah, yang mempunyai peran paling utama di berbagai hal bagi putri tunggalnya ini dalam upaya menuntut ilmu sejak kecil. Serta keluarga (Kakek, Almarhumah Nenek, Tante, Om, dan Sepupu-sepupu) atas panjatan doa-doa baiknya dan terkadang ikut terlibat untuk membantu penulis menyelesaikan berbagai tugas dari kampus.
2. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E.Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta jajarannya.
3. Bapak Dr. Muhammad Hartana Iswandi Putra, M.Si., dan Ibu Dr. Fitri Amalia, M.Si., selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Hamid, MS., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah menyediakan waktu dan tenaga dalam memberikan arahan, ilmu, dan motivasi bagi penulis hingga penyusunan skripsi ini selesai. Semoga
x
Bapak senantiasa selalu dalam lindungan dan diberikan keberkahan oleh Allah SWT.
5. Bapak Dr. Arief Fitrijanto, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang selalu bersedia membantu mengarahkan dan memotivasi penulis dalam menjalani proses perkuliahan dari awal hingga saat ini.
6. Seluruh jajaran dosen dan staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas ilmu dan pelayanan yang telah diberikan selama ini. 7. Teman-teman seperjuangan (Audi, Epi, Erina, Inday, Lia, Mimin, Monik, Nidya, Pundi) yang selalu saling menyemangati dan membantu selama ini. Semoga kita dapat meraih kesuksessan di jalannya masing-masing.
8. Teman-teman penerima Beasiswa Bidikmisi Angkatan 2017 yang telah berjuang bersama menyelesaikan pendidikan guna mencapai cita-cita mulia. 9. Teman-teman Ekonomi Pembangunan Angkatan 2017 atas kebaikan dan
kebersamaan selama ini.
10. Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih atas dukungannya kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun akan sangat diterima sebagai bahan perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk banyak pihak.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jakarta, 31 Mei 2021
xi DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v
ABSTRACT ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah ... 11 C. Tujuan Penelitian ... 12 D. Manfaat Penelitian ... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14
A. Teori-teori Terkait dengan Penelitian ... 14
1. Teori Permintaan dan Penawaran ... 14
2. Teori Perdagangan Internasional ... 18
xii
4. Teori Produksi... 24
5. Teori Pembentukan Harga ... 26
B. Penelitian Terdahulu ... 28
C. Kerangka Pemikiran ... 39
D. Keterkaitan Antarvariabel dan Hipotesis... 39
BAB III METODE PENELITIAN... 42
A. Data dan Sumber Data ... 42
B. Metode Pengumpulan Data ... 43
C. Metode Analisis Data ... 44
1. Daya Saing ... 44
2. Model Regresi Linier Berganda ... 48
3. Uji Asumsi Klasik ... 49
4. Uji Signifikansi ... 52
D. Definisi Operasional Variabel ... 54
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55
A. Gambaran Umum Objek Penelitian... 55
B. Temuan Hasil Penelitian... 58
1. Hasil Analisis Daya Saing ... 58
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 63
3. Hasil Uji Signifikansi... 67
C. Pembahasan ... 72
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 79
xiii
B. Saran ... 81 DAFTAR PUSTAKA ... 83 LAMPIRAN ... 87
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1. Contoh Keunggulan Absolut ... 20
Tabel 2. 2. Contoh Keunggulan Komparatif ... 21
Tabel 2. 3. Perhitungan DTDN ... 22
Tabel 2. 4. Penelitian Terdahulu... 28
Tabel 3. 1. Dasar Pengambilan Keputusan Uji Durbin-Watson ... 51
Tabel 3. 2. Definisi Operasional Variabel ... 54
Tabel 4. 1. Rekapitulasi Kategori Hasil Analisis EPD ... 63
Tabel 4. 2. Uji Normalitas... 64
Tabel 4. 3. Uji Heteroskedastisitas ... 65
Tabel 4. 4. Uji Autokorelasi ... 66
Tabel 4. 5. Uji Multikolinearitas ... 67
Tabel 4. 6. Hasil Estimasi Regresi Linier Berganda ... 68
Tabel 4. 7. Uji t-Statistik ... 69
Tabel 4. 8. Uji F-statistik ... 71
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1. Grafik PDB Tanaman Perkebunan Indonesia ADHK ... 2
Gambar 1. 2. Grafik Konsumsi Kopi oleh Negara Importir ... 4
Gambar 1. 3. Grafik Tujuh Besar Peringkat Negara Eksportir Biji Kopi Hijau .... 6
Gambar 1. 4. Grafik Volume dan Nilai Ekspor Biji Kopi Hijau Indonesia ... 7
Gambar 1. 5. Grafik Luas Areal Biji Kopi Hijau Indonesia ... 9
Gambar 1. 6. Grafik Harga Ekspor Biji Kopi Hijau Indonesia ... 10
Gambar 1. 7. Grafik Harga Ekspor Teh Indonesia ... 11
Gambar 2. 1. Kurva Permintaan... 16
Gambar 2. 2. Kurva Penawaran ... 18
Gambar 2. 3. Kurva Perdagangan Internasional ... 19
Gambar 2. 4. Kurva Fungsi Produksi ... 25
Gambar 2. 5. Kerangka Pemikiran ... 39
Gambar 3. 1. Grafik ISP ... 46
Gambar 3. 2. Kategori Analisis EPD... 47
Gambar 4. 1. Grafik Sentra Produksi Kopi Robusta ... 56
Gambar 4. 2. Grafik Sentra Produksi Kopi Arabika Indonesia ... 57
Gambar 4. 3. Grafik Nilai Hasil Analisis RCA Biji Kopi Hijau Indonesia ... 59
xvi
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu negara tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Selain disebabkan oleh bedanya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), kondisi geografis juga menjadi penentu kekayaan yang dimiliki negara tersebut. Keterbatasan sumber daya di setiap negara menyebabkan terjadinya perdagangan internasional. Transaksi jual beli lintas negara ini membut setiap negara mampu memenuhi kebutuhan masyarakatnya melalui impor ataupun mendapatkan keuntungan (pendapatan negara) melalui ekspor.
Indonesia menjadi salah satu negara yang terlibat dalam perdagangan internasional, berperan sebagai eksportir dan importir. Pada posisi eksportir, Indonesia menjual kelebihan sumber dayanya ke negara lain. Sedangkan sebagai importir, membeli beberapa komoditas dari negara lain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Menurut data publikasi Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat 5 ribu lebih produk Indonesia telah memasuki pasar global. Pemasaran berbagai komoditas produksi tersebut memiliki dampak inklusif bagi sektor-sektor di bawahnya, seperti pendapatan negara, penyerapan tenaga kerja hingga kesejahteraan petani.
Secara keseluruhan, Indonesia melakukan ekspor di dua sektor utama, yaitu migas dan non-migas. Dalam sektor migas memperdagangkan hasil alam berupa minyak dan gas bumi, sedangkan pada non-migas menjual
2
berbagai olahan hasil tanam atau produk lainnya. Pertanian merupakan salah satu bagian dari sektor non-migas. Kondisi negara dinobatkan sebagai agraris membuat Indonesia memiliki banyak komoditas pertanian. Dalam sektor pertanian, terdapat beberapa subsektor lainnya, yaitu tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan, peternakan, jasa pertanian dan perburuan. Tanaman perkebunan menjadi subsektor andalan Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari posisi Produk Domestik Bruto (PDB) hasil perkebunan yang menempatkan diri sebagai posisi pertama di antara subsektor pertanian lainnya. Berikut merupakan data mengenai nilai PDB tanaman perkebunan.
Gambar 1. 1. Grafik PDB Tanaman Perkebunan Indonesia ADHK
Sumber: BPS
Selama lebih dari dua puluh tahun terakhir PDB tanaman perkebunan belum pernah mengalami penurunan. Selalu konsisten mengalami kenaikan di setiap tahunnya. Sejak tahun 2010 sudah mencapai angka di atas Rp300 ribu Milyar, bahkan pada tahun 2020 menyentuh angka Rp410.553,4 Milyar.
0,0 100.000,0 200.000,0 300.000,0 400.000,0 500.000,0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 M il y ar Rupi ah Tahun
PDB Tanaman Perkebunan Indonesia Atas Dasar
Harga Konstan (ADHK)
3
Trend positif tersebut dapat menjadi peluang untuk meningkatkan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Indonesia.
Di antara banyaknya produk tanaman perkebunan, kopi merupakan salah satu komoditas utama yang diperdagangkan secara luas di dunia saat ini. Kopi menjadi komoditas penting dalam perdagangan global karena hampir semua negara di dunia terlibat dalam perdagangannya di pasar internasional. Sebagian besar negara maju terlibat sebagai konsumen, sedangkan negara berkembang terlibat sebagai produsen (Ismail et al., 2017). Mengonsumsi kopi sudah ada sejak abad ke-9. Pertama kali ditemukan di Etiopia lalu disebarluaskan melalui perdagangan oleh bangsa Arab sehingga meluas ke berbagai benua. Kopi dan berbagai produk olahannya beberapa tahun belakangan menjadi lebih banyak diminati. Ramainya kafe ataupun kedai yang menyajikan berbagai produk berbahan dasar kopi di setiap negara mendorong daya konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut. Hal ini dapat dilihat dari data konsumsi kopi oleh masyarakat negara-negara importir di dunia yang dihimpun oleh International Coffee Organization (ICO).
4
Gambar 1. 2. Grafik Konsumsi Kopi oleh Negara Importir
Sumber: ICO
Konsumsi kopi selalu berada di angka 3 – 4 juta ton selama lebih dari tiga puluh tahun terakhir. Bahkan pada tahun 2018 mulai mencapai angka 5 juta yaitu 5.168.940 ton kopi dikonsumsi oleh masyarakat di negara-negara importir komoditas tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya permintaan terhadap salah satu produk hasil perkebunan tersebut. Secara keseluruhan, negara eksportir dapat memanfaatkan keadaan atau peluang ini untuk meningkatkan volume ekspornya sehingga dapat meningkatkan pendapatan nasional negara. Salah satunya adalah Indonesia. Negara agraris ini mengekspor kopi dalam bentuk extracts, green, husks and skin, roasted, serta subtitutes containing coffee. Namun, 60 – 70 persen dari total ekspor kopi secara keseluruhan adalah biji kopi hijau (green coffee beans). Hal ini dikarenakan setiap negara importir memiliki kebutuhan dan seleranya masing-masing terhadap olahan kopi sehingga mereka lebih memilih
0 1.000.000 2.000.000 3.000.000 4.000.000 5.000.000 6.000.000 T on Tahun
5
mengimpor biji mentah untuk diolah sesuai standar yang diinginkannya. Selain itu, masih rendahnya kemampuan SDM Indonesia serta keterbatasan teknologi dalam menghasilkan produk turunan kopi yang kualitasnya dapat bersaing dengan negara-negara menjadi faktor lainnya.
Secara rata-rata dari tahun 1990 – 2020, Indonesia berada pada posisi keempat negara eksportir biji kopi hijau dengan rata-rata nilai ekspor tahunan US$672.109 ribu. Peringkat pertama ditempati Brazil dengan US$3.215.363 ribu, disusul dengan Kolumbia di posisi kedua sebesar US$1.733.170 ribu. Vietnam sebagai salah satu negara anggota Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) berada di peringkat ketiga dengan rata-rata nilai ekspor US$1.403.224 ribu setiap tahunnya. Sedangkan peringkat selanjutnya, yaitu kelima hingga ketujuh secara berurutan diisi oleh Guatemala US$545.266 ribu, Meksiko US$422.465 ribu, dan Uganda US$271.791 ribu. Hal ini tentu harus menjadi perhatian khusus bagi stakeholders perdagangan internasional Indonesia agar dapat meningkatkan ekspor biji kopi hijau sehingga dapat lebih bersaing dengan negara-negara lainnya, terutama Vietnam yang berada di satu region Asia Tenggara dengan kondisi geografis dan iklim hampir
6
serupa. Data nilai ekspor yang dihasilkan per tahun tujuh besar peringkat negara eksportir kopi di dunia dapat dilihat pada Gambar 1.3.
Gambar 1. 3. Grafik Tujuh Besar Peringkat Negara Eksportir Biji Kopi Hijau
Sumber: FAO
Sistem perdagangan dunia yang semakin bebas dan terbuka dapat menyebabkan persaingan semakin berat bagi Indonesia dalam memasarkan produknya. Untuk mempertahankan keeksisan biji kopi hijau dalam pasar global, maka perlu diadakan analisis dengan memanfaatkan data nilai ekspor ataupun impor. Analisis ini akan mengungkapkan apakah Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam memperdagangkan biji kopi hijau atau tidak, tahap perkembangan suatu produk sehingga dapat disimpulkan termasuk negara eksportir atau importir, dan kedinamisan produk serta pangsa pasar komoditas biji kopi hijau di pasar tersebut.
Data nilai ekspor digunakan dalam menganalisis daya saing tentu sejalan dengan banyak atau tidaknya jumlah atau volume ekspor biji kopi
0 2.000.000 4.000.000 6.000.000 8.000.000 10.000.000 Ri bu U S D Tahun
Tujuh Besar Peringkat Negara Eksportir Biji Kopi
Hijau
Brazil Kolumbia Vietnam Indonesia
7
hijau. Semakin banyak volume ekspor, maka nilai yang didapatkan juga akan bertambah, sehingga pendapatan menjadi lebih tinggi. Oleh sebab itu, untuk menyempurnakan penelitian ini, penulis juga akan menganalisis mengenai determinan atau faktor-faktor penentu volume ekspor biji kopi hijau. Secara umum, peringkat Indonesia dalam negara eksportir kopi cukup baik, namun jumlah ekspornya tidak selalu menunjukkan kenaikan di setiap tahunnya. Selain itu, konsumsi tinggi oleh negara-negara importir serta kondisi alam yang tropis dan banyaknya jenis biji kopi dari berbagai daerah di Indonesia dengan ciri khasnya masing-masing seperti Aceh Gayo, Kintamani Bali, Bajawa Flores, dan sebagainya seharusnya dapat dijadikan peluang bagi Indonesia untuk selalu meningkatkan ekspor ke berbagai negara setiap tahunnya. Grafik data volume ekspor tersebut secara lebih lengkap dapat dilihat di bawah ini. Dilampirkan pula data nilai ekspor sebagai perbandingan.
Gambar 1. 4. Grafik Volume dan Nilai Ekspor Biji Kopi Hijau Indonesia
Sumber: FAO 0 200.000 400.000 600.000 800.000 1.000.000 1.200.000 1.400.000 Tahun
Volume dan Nilai Ekspor Biji Kopi Hijau Indonesia
8
Kecenderungan ekspor kopi ke berbagai negara masih fluktuatif setiap tahunnya. Sejak tahun 1990, peningkatan dapat terjadi hanya paling lama selama tiga tahun, selebihnya akan mengalami penurunan kembali. Bahkan pada tahun 2018, mengalami penurunan lebih dari 40%. Hal ini dapat disebabkan faktor internal dan eksternal. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai determinan ekspor biji kopi hijau Indonesia guna mengetahui hal yang harus lebih diperhatikan agar volumenya tetap meningkat setiap tahunnya sehingga dapat mendorong daya saing. Mulai dari luas areal, harga ekspor biji kopi hijau, dan harga ekspor teh diduga menjadi faktor penentu volume ekspor biji kopi hijau.
Luas areal merupakan seberapa banyak lahan yang ditanami bibit biji kopi hijau. Buah kopi (coffee cherries) akan matang setelah 9 – 11 bulan dari waktu berbunga. Buah dipanen jika sudah berwarna merah terang, berkilau, dan keras. Memproduksi biji kopi hijau dapat dilakukan dengan proses kering dan basah. Proses kering dilakukan dengan cara menjemur buah yang telah dipetik di bawah sinar matahari, kemudian dipisahkan dari berbagai perkamen kering, buah busuk atau belum matang hingga mendapatkan warna hijau. Sedangkan proses basah dilakukan pemisahan atau penyortiran secara mekanik menggunakan suatu alat (Ghosh & Venkatachalapathy, 2014). Lahan perkebunan kopi di Indonesia dibagi menjadi tiga menurut status pengusahaan, yaitu perkebunan rakyat (smallholder), perkebunan besar negara (government), dan perkebunan besar swasta (private). Sekitar 96% dari total lahan tersebut adalah termasuk perkebunan rakyat. Berikut
9
merupakan data luas areal biji kopi hijau dari tahun 1990 – 2020. Sudah mencapai lebih dari 1.000.000 ton sejak tahun 2000. Posisi tersebut menjelaskan bahwa peran petani sangat penting dalam mengembangkan komoditas kopi.
Gambar 1. 5. Grafik Luas Areal Biji Kopi Hijau Indonesia
Sumber: FAO
Menurut (Kotler & Armstrong, 2017), harga dalam arti sempit merupakan jumlah uang yang dikenakan untuk suatu produk atau layanan. Sedangkan secara lebih luas diartikan sebagai jumlah dari semua nilai diberikan pelanggan untuk mendapatkan keuntungan dari memiliki atau menggunakan barang atau jasa. Harga ekspor diukur berdasarkan harga Free on Board (FOB) yaitu nilai barang diperjualbelikan ditambah semua biaya lainnya sampai barang tiba di atas kapal. Berikut ini merupakan data harga ekspor biji kopi hijau dari tahun 1990 – 2020 yang selalu berbeda di setiap tahunnya, berkisar antara US$663 hingga mencapai US$1.752 per tonnya.
0 200.000 400.000 600.000 800.000 1.000.000 1.200.000 1.400.000 1.600.000 H ekt are Tahun
10
Gambar 1. 6. Grafik Harga Ekspor Biji Kopi Hijau Indonesia
Sumber: FAO, diolah
Faktor terakhir dalam penelitian ini yang diduga akan mempengaruhi volume ekspor biji kopi hijau Indonesia adalah harga ekspor teh. Sebagaimana diungkapkan dalam teori permintaan bahwa harga substitusi menjadi salah satu faktor pendorong perubahan permintaan. Teh dianggap sebagai barang substitusi (barang pengganti) kopi karena keduanya merupakan komoditas sejenis yang digunakan sebagai bahan pokok dalam pembuatan berbagai produk olahan. Harga teh naik akan mendorong pembeli untuk beralih membeli dan mengonsumsi kopi, sehingga dapat dijadikan pertimbangan untuk memetakan permintaan ekspor kopi Indonesia (Ginting & Kartiasih, 2019). Variabel ini dapat dikatakan sebagai faktor penentu eksternal karena tidak berkaitan langsung dengan biji kopi hijau. Mulai
0 500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 U S D /T on Tahun
11
dengan harga US$445 pada tahun 1990 sampai US$2.642 di tahun 2020, data tersebut secara lebih rinci dapat dilihat di bawah ini.
Gambar 1. 7. Grafik Harga Ekspor Teh Indonesia
Sumber: FAO, diolah
Berdasarkan berbagai uraian di atas, penulis akan melakukan penelitian mengenai analisis daya saing dan untuk melengkapi penelitian juga akan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor kopi Indonesia. Dalam hal ini, judul yang diangkat oleh penulis adalah “Analisis Daya Saing Ekspor Biji Kopi Hijau (Green Coffee Beans) Indonesia Tahun 1990 – 2020”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana daya saing ekspor biji kopi hijau Indonesia di pasar global?
0 500 1.000 1.500 2.000 2.500 U S D /T on Tahun
12
2. Apakah luas areal biji kopi hijau Indonesia berpengaruh secara parsial terhadap volume ekspor biji kopi hijau Indonesia tahun 1990 – 2020? 3. Apakah harga ekspor biji kopi hijau Indonesia berpengaruh secara
parsial terhadap volume ekspor biji kopi hijau Indonesia tahun 1990 – 2020?
4. Apakah harga ekspor teh Indonesia berpengaruh secara parsial terhadap volume ekspor biji kopi hijau Indonesia tahun 1990 – 2020?
5. Apakah luas areal biji kopi hijau, harga ekspor biji kopi hijau, dan harga ekspor teh berpengaruh secara bersama-sama terhadap volume ekspor biji kopi hijau Indonesia tahun 1990 – 2020?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan daya saing ekspor biji kopi hijau Indonesia di pasar global. 2. Mengetahui pengaruh luas areal biji kopi hijau Indonesia secara parsial
terhadap volume ekspor biji kopi hijau Indonesia tahun 1990 – 2020. 3. Mengetahui pengaruh harga ekspor biji kopi hijau Indonesia secara
parsial terhadap volume ekspor biji kopi hijau Indonesia tahun 1990 – 2020.
4. Mengetahui pengaruh harga ekspor teh Indonesia secara parsial terhadap volume ekspor biji kopi hijau Indonesia tahun 1990 – 2020.
13
5. Mengetahui pengaruh luas areal biji kopi hijau, harga ekspor biji kopi hijau, dan harga ekspor teh secara bersama-sama terhadap volume ekspor biji kopi hijau Indonesia tahun 1990 – 2020.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Pemerintah
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menjadi referensi atau tolak ukur pemerintah terkait dalam membuat kebijakan terutama pada bidang perdagangan internasional sebagai upaya mendorong ekspor kopi Indonesia.
2. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan bahan informasi dalam menambah literatur ataupun sebagai rujukan pembelajaran bagi pihak akademisi yang juga membahas topik serupa.
3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan mengenai hal-hal yang harus dikembangkan oleh masyarakat sebagai pelaku langsung dalam mengolah komoditas kopi tersebut.
14 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori-teori Terkait dengan Penelitian 1. Teori Permintaan dan Penawaran
a. Teori Permintaan
Sejumlah barang atau jasa yang bersedia diminta dengan tingkat harga tertentu disebut sebagai permintaan. Semakin tinggi harga, maka semakin sedikit kuantitas yang diminta dikenal sebagai hukum permintaan. Teori ini merupakan penggambaran dasar dari terjadinya berbagai interaksi penjual dan pembeli di pasar. Dengan memahaminya, maka akan mempermudah dalam mengartikan berbagai teori lainnya.
Harga barang atau jasa tersebut merupakan faktor pendorong utama perubahan permintaan dengan mengasumsikan terjadinya cateris paribus, yaitu hal-hal lain tetap sama. Maka, dapat dituliskan sebuah persamaan sebagai berikut:
𝑄𝑑𝑥 = 𝑓(𝑃𝑥) Dimana:
Qdx : Kuantitas barang atau jasa X yang diminta Px : Tingkat harga barang atau jasa X yang diminta
Suatu permintaan tidak hanya dapat dipengaruhi oleh harga barang atau jasa itu sendiri. Namun, terdapat banyak faktor
15
lainnya. Menurut (Nuraini, 2016), harga-harga barang atau jasa lain (substitusi dan komplementer), pendapatan, selera, promosi perusahaan, kondisi alam, jumlah penduduk, dan ramalan masa depan menjadi hal-hal yang dapat membuat permintaan berubah. Dengan ini, dirumuskan persamaannya sebagai berikut:
𝑄𝑑𝑥 = 𝑓(𝑃𝑥, 𝑃𝑦, 𝐼, 𝑇, 𝐴, 𝑁, 𝑃, 𝑅) Dimana:
Qdx : Kuantitas barang atau jasa X yang diminta Px : Tingkat harga barang atau jasa X yang diminta Py : Tingkat harga barang atau jasa lainnya
I : Pendapatan T : Selera
A : Promosi perusahaan N : Kondisi alam P : Jumlah penduduk R : Ramalan masa depan
Sesuai hukum yang ada, maka kurva demand mempunyai slope negatif. Terjadinya perubahan akibat faktor harga membuat pergerakan di sepanjang kurva (moving). Apabila dipengaruhi faktor di luar harga barang atau jasa itu sendiri, akan terjadi pergeseran kurva (shifting).
16
Gambar 2. 1. Kurva Permintaan
Pada kurva tersebut, moving terjadi saat awal di titik a dengan harga 10.000 mengalami penurunan ke titik b seharga 5.000. Hal ini membuat konsumen menambah kuantitas permintaan dari 20 menjadi 40. Lalu shifting dapat dilihat jika pada awalnya permintaan di titik a, misalnya terpengaruh oleh pendapatan, bergerak ke titik a1 yang akan menjadikan kuantitas meningkat dengan tingkat harga tetap sama.
b. Teori Penawaran
Supply atau penawaran merupakan sejumlah barang atau jasa yang bersedia dijual atau ditawarkan oleh produsen dalam tingkat harga tertentu. Kebalikan dari hukum permintaan, dalam teori ini saat harga naik akan diikuti dengan peningkatan kuantitas penawaran oleh produsen. Hal ini betujuan untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya.
Menurut (Kurniawan & Kembar Sri Budhi, 2015), faktor-faktor penentu penawaran selain harga produk tersebut ialah
P Q a b D a1 b1 D1 10.000 5.000 20 40
17
biaya input, penerapan teknologi dan produktivitas, pajak, harga masa depan, harga barang lain yang dapat diproduksi, dan jumlah barang beredar. Apabila hanya dipengaruhi oleh harga, persamaannya yaitu:
𝑄𝑑𝑠𝑥 = 𝑓(𝑃𝑥) Dimana:
Qsx : Kuantitas barang atau jasa X yang ditawarkan Px : Tingkat harga barang atau jasa X yang ditawarkan
Perubahan kurva dengan faktor penentu selain harga produk, berikut merupakan fungsi persamaannya:
𝑄𝑠𝑥 = 𝑓(𝑃𝑥, 𝑃𝑦, 𝑃𝑓, 𝑀, 𝑁, 𝑇, 𝑅, 𝐽) Dimana:
Qsx : Kuantitas barang atau jasa X yang ditawarkan Px : Tingkat harga barang atau jasa X yang ditawarkan Py : Tingkat harga barang atau jasa lainnya
Pf : Biaya input M : Teknologi N : Kondisi alam T : Pajak
R : Harga masa depan J : Jumlah barang beredar
18
Kemiringan positif dimiliki oleh kurva supply sesuai dengan hukum. Sama seperti demand, terdapat dua jenis perubahan, yaitu moving dan shifting.
Gambar 2. 2. Kurva Penawaran
Harga awal 7.000 di titik a bergerak ke titik b dengan harga 10.000 mengakibatkan bertambahnya jumlah barang atau jasa dari 30 menjadi 40. Kondisi tersebut disebut pergerakan sepanjang kurva. Pergeseran kurva terjadi saat perubahan supply dipengaruhi oleh biaya produksi sebagai contohnya, kemudian titik a bergeser ke titik a1. Hal ini berakibat pada peningkatan jumlahnya tanpa merubah tingkat harga.
2. Teori Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional merupakan kegiatan jual beli yang dilakukan suatu negara dengan negara lainnya, baik antarindividu ataupun antarpemerintah. Dalam pelaksanaannya, ada berbagai aturan seperti kebijakan tarif, kuota, bea, dan sebagainya. Banyak manfaat dari perdagangan internasional, seperti memenuhi kebutuhan dalam negeri
P Q 21.000 7.000 30 60 10.000 40 S S1 a a1 b
19
yang tidak dapat diproduksi sendiri, memperluas pasar, menambah pendapatan negara, transfer teknologi, dan lainnya (Hasoloan, 2013).
Interaksi antar demand dan supply menghasilkan keseimbangan pasar (ekuilibrium). Perubahan-perubahan permintaan dan penawaran yang disebabkan oleh berbagai faktor akan mengakibatkan terjadinya jual beli lintas negara. Menurut (Setiawan & Ridho, 2011), teori perdagangan internasional tersebut dapat digambarkan melalui kurva sebagai berikut:
Gambar 2. 3. Kurva Perdagangan Internasional
Diasumsikan negara A sebagai eksportir dan negara B sebagai importir. Sebelum terjadinya perdagangan, negara A produksi lebih banyak dibandingkan permintaan dalam negeri atau konsumsi domestiknya, sehingga terjadi kelebihan penawaran (excess supply) dan menyebabkan harga menjadi lebih murah. Sedangkan di satu sisi produksi B lebih sedikit dibandingkan konsumsi domestiknya, sehingga terjadi kelebihan permintaan (excess demand) dan harga lebih tinggi. Negara B memutuskan untuk mengimpor produk tersebut dari negara
20
lain yang memiliki harga lebih murah untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya dan negara A akan mengekspor produknya sehingga tetap dapat terjual habis dan menghasilkan pendapatan.
Dalam (Tampubolon, 2020) ada beberapa teori mengenai perdagangan internasional yang diungkapkan oleh para ahli ekonomi terdahulu, antara lain yaitu:
a. Teori Keunggulan Absolut (Absolute Advantage)
Dikemukakan oleh Adam Smith bahwa apabila produksi suatu komoditas di satu negara lebih efisien dibandingkan negara lain, maka kedua negara tersebut dapat melakukan spesialisasi masing-masing dalam memproduksi apa yang menjadi keunggulannya. Kemudian pertukaran akan terjadi antarnegara tersebut untuk memenuhi kebutuhannya masing-masing.
Contoh penerapan teori tersebut dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:
Tabel 2. 1. Contoh Keunggulan Absolut
Negara Produksi
Indonesia 40kg Kopi/Hari 20kg Gandum/Hari India 20kg Kopi/Hari 60kg Gandum/Hari Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa Indonesia dapat melakukan spesialisasi pada produksi kopi, sedangkan India pada produksi gandum. Lalu, negara-negara itu melakukan pertukaran antarkedua produk tersebut.
21
b. Teori Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage)
Teori ini merupakan bentuk kritik terhadap teori keunggulan absolut. David Ricardo mengemukakan bahwa teori sebelumnya hanya bisa diterapkan pada negara-negara yang memiliki kemampuan dalam spesialisasi suatu produk. Melalui teori ini diungkapkan bahwa negara-negara yang tidak mempunyai keunggulan dalam suatu produksi komoditas tetap dapat melakukan perdagangan internasional dengan cara melakukan spesialisasi pada produk berbiaya relatif lebih rendah dibandingkan negara lain.
Cara penerapannya dicontohkan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 2. 2. Contoh Keunggulan Komparatif
Negara Produksi
Indonesia 40kg Kopi/Hari 80kg Beras/Hari Thailand 20kg Kopi/Hari 50kg Beras//Hari Dari tabel tersebut jika menggunakan teori keunggulan absolut, maka tidak dapat terjadi pertukaran karena Thailand tidak memiliki keunggulan pada kedua produk dibandingkan Indonesia. Namun, dalam teori keunggulan komparatif, pertukaran tetap dapat terjadi dengan cara membandingkan Dasar Tukar Dalam Negeri (DTDN) di masing-masing negara.
22 Tabel 2. 3. Perhitungan DTDN Negara DTDN Indonesia 40 40= 1 80 40= 2 1kg kopi = 2kg beras Thailand 20 20= 1 50 20= 2,5 1kg kopi = 2,5kg beras
Terlihat bahwa DTDN yang lebih murah adalah Indonesia dengan 1kg kopi = 2kg beras, maka Indonesia akan melakukan spesialisasi pada produk kopi, sedangkan Thailand berspesialisasi pada produk beras. Kemudian, kedua negara tersebut melakukan pertukaran atau perdagangan internasional.
c. Teori Heckscher-Ohlin (H-O)
Dikemukakan oleh Eli Hecskher dan Bertil Ohlin pada tahun 1920-an, teori ini mempertimbangkan faktor-faktor produksi lainnya. Suatu negara akan melakukan spesialisasi dan mengekspor produk menggunakan faktor produksi relatif lebih melimpah secara intensif (mobilitas faktor produksi sempurna di dalam negeri dan mobilitas di luar negeri, lapangan kerja penuh, teknologi dan selera yang identik, tidak ada biaya transportasi, dan tidak ada batasan perdagangan internasional, tidak ada intensitas faktor terbalik, proporsi faktor yang berbeda di antara negara), karena kelimpahan faktor produksi lebih tinggi berarti harga relatif lebih rendah. Sebaliknya, jika negara menggunakan
23
lebih sedikit faktor produksi dan harga lebih mahal, maka akan melakukan impor produk tertentu (Bilas & Bošnjak, 2015). 3. Teori Ekspor
Ekspor adalah kegiatan mengirimkan atau menjual produk dari dalam negeri ke luar negeri. Studi empiris tingkat perusahaan telah mengkonfirmasi bahwa eksportir tidak hanya lebih produktif dan lebih besar, tetapi juga lebih intensif dalam tenaga kerja terampil dan membayar upah lebih tinggi daripada perusahaan yang hanya menjual ke pasar domestik. Perluasan peluang ekspor membuat produsen lebih produktif meningkatkan ekspor dan kualitas serta menaikkan upah (Bas, 2012).
Menurut (Mankiw, 2012), faktor-faktor pendorong terjadinya ekspor adalah selera konsumen terhadap produk hasil dalam negeri, harga produk di dalam dan luar negeri, kurs yang menjadi alat pembayaran dalam kegiatan ekspor tersebut, pendapatan konsumen dalam dan luar negeri, biaya angkut barang antarnegara, dan kebijakan pemerintah mengenai perdagangan internasional.
Manfaat kegiatan ekspor antara lain dapat menambah cadangan devisa, meningkatkan pendapatan nasional, memperluas pasar untuk produk dalam negeri, mengeratkan kerja sama antarnegara, dan sebagainya. Selain bagi negara, salah satu kegiatan perdagangan internasional ini juga mampu bermanfaat bagi masyarakat, seperti
24
semakin banyak produk diminta oleh pihak importir, maka penyerapan tenaga kerja semakin meningkat dan pengangguran dapat berkurang.
Sebagaimana adanya kebijakan perdagangan internasional, untuk menjadi eksportir juga terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi, yaitu:
a. Memiliki kegiatan usaha, baik dalam bentuk Perseroan Tebatas (PT), Commanditaire Vennootschap (CV), Firma, Koperasi, Badan Usaha Milik Negara/Desa (BUMN/D), atau Perusahaan Perseorangan
b. Memiliki izin usaha dari lembaga terkait. c. Memiliki Tanda Daftar Perusahaan (TDP). d. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
e. Tercatat sebagai Eksportir Terdaftar (ET) untuk barang yang tata niaga ekspornya diatur, seperti kopi, manioc ke Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE), hasil industri dan kerajinan dari kayu cendana, kayu lapis, kayu gergajian, dan olahan serta lampit rotan (Supardi, 2019).
4. Teori Produksi
Produksi merupakan proses menghasilkan atau menambah nilai suatu barang. Proses tersebut memerlukan faktor-faktor yang mendukungnya. Hubungan antara faktor-faktor produksi (input) dengan hasilnya (output) disebut sebagai fungsi produksi. Secara umum diformulasikan sebagai berikut:
25
𝑦 = 𝑓(𝑥) Dimana:
y : Output produksi x : Input produksi
f (…) : Fungsi yang mempresentasikan hubungan input dan output Input atau faktor-faktor produksi tersebut dapat berupa Sumber Daya Alam (SDA), tenaga kerja, modal, manajemen atau proses mengatur penggunaan sumber daya tersedia secara efektif guna mencapai suatu tujuan tertentu, dan teknologi yang merupakan faktor penting di era modern saat ini. Dengan hal-hal tersebut berbagai produksi dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Fungsi produksi juga menjelaskan sejauh mana output dihasilkan dengan memperhatikan penggunaan input dalam produksi. Dalam (Sujarwo, 2019) digambarkan kurva yang menjelaskan proses produksi secara keseluruhan.
26
Dimulai dari output meningkat saat penambahan input (increasing marginal return), lalu terjadi hukum hasil lebih yang semakin berkurang (the law of diminishing return) atau bertambahnya faktor produksi akan terus menambah total produksi namun dengan angka semakin kecil dan selanjutnya akan menurun (decreasing marginal return), hingga tidak akan terjadi penambahan output walaupun input tetap ditambah. Ketiga proses tersebut menentukan kondisi rasional dan irasional dalam produksi.
Kondisi irasional terjadi apabila penambahan faktor produksi sebesar 1, maka akan menghasilkan output lebih dari 1. Sedangkan terjadinya kondisi rasional saat penambahan 1 faktor produksi akan menghasilkan antara 1 sampai 0 atau dicapainya pendapatan maksimum. Lalu kondisi irasional juga terjadi saat penambahan faktor produksi hanya menyebabkan pengurangan produk atau tidak menghasilkan output.
5. Teori Pembentukan Harga
Harga adalah sejumlah nilai suatu barang atau jasa yang harus dibayarkan oleh konsumen untuk memiliki barang atau jasa tersebut. Penetapan harga bertujuan agar produsen mendapatkan keuntungan dan sebagai dasar keputusan pembeli dalam melihat nilai produk yang diinginkan (Puspita et al., 2015).
Menurut (Stanton, 2004), harga dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu permintaan produk dengan memperkirakan harga yang
27
diharapkan oleh pasar dan volume penjualan berdasarkan harga-harga berbeda, pangsa pasar yang ingin diperluas biasanya menetapkan harga lebih murah, reaksi pesaing, penggunaan strategi (saringan atau penetrasi), saluran distribusi dan promosi produk, dan biaya membeli atau memproduksi produk.
Harga setidaknya memiliki dua peranan. Peran sebagai alokasi, yaitu menjadi dasar bagi konsumen dalam mengambil keputusan untuk memperoleh manfaat tertinggi yang diharapkan sesuai daya belinya. Para pembeli akan membandingkan harga antarberbagai produk, lalu memutuskan mengalokasikan dana pada pilihan yang dikehendaki. Lalu peran sebagai informasi, yaitu memberikan keterangan atau label tertentu mengenai kualitas barang. Biasanya harga tinggi mencerminkan kualitas lebih baik.
28 B. Penelitian Terdahulu
Tabel 2. 4. Penelitian Terdahulu
No. Judul
Penulis (Tahun)
Hasil Persamaan Perbedaan
1 The Analysis of
Competitiveness and Export Demand of Acehnese
Coffee in The International Market
Ismail, dkk (2017)
Secara individual, variabel lag ekspor, ekspor kopi dunia, harga kopi dunia, nilai tukar dan stok konsumsi impor negara berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan ekspor. Sedangkan variabel stok ekspor kopi dunia dan penerimaan negara pengimpor berpengaruh negatif dan tidak signifikan. Lalu,
Menganalisis daya saing dan faktor penentu terhadap ekspor kopi. Menganalisis menggunakan objek penelitian berbeda, yaitu biji kopi hijau Indonesia secara keseluruhan.
29
variabel harga dunia berpengaruh negatif signifikan terhadap permintaan ekspor komoditas kopi Aceh Indonesia di pasar internasional.
2 Indonesian Coffee
Competitiveness in The International Market: Review from The Demand Side
Baroh, dkk (2014)
Berdasarkan indeks RCA, kopi Indonesia daya saing di antara 10 komoditas utama di pasar domestik berada di peringkat ke-6. Sedangkan berdasarkan Model Armington, wajah kopi Indonesia beda pesaing di setiap negara tujuan ekspor.
Menganalisis daya saing kopi Indonesia. Meneliti variabel-variabel yang diduga mempengaruhi volume ekspor biji kopi hijau Indonesia.
30 3 Analisis Daya Saing
Ekspor Kopi Indonesia dan Vietnam di
Pasar ASEAN
Zuhdi & Sunarno (2015)
Daya saing ekspor kopi Vietnam lebih tinggi dibandingkan Indonesia berdasarkan analisis RCA. Namun analisis EPD kedua negara tersebut menunjukkan posisi berada di kategori rising star.
Menganalisis daya saing ekspor kopi Indonesia.
Menganalisis determinan volume ekspor biji kopi hijau Indonesia.
4 Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kopi Indonesia di Pasar Internasional
Utami, dkk (2018)
Berdasarkan analisis daya saing menunjukkan Indonesia memiliki keunggulan komparatif dan berada di posisi rising star dalam mengekspor kopi ke enam negara tujuan. Sedangkan dalam analisis pengaruh, semua variabel
Menganalisis daya saing dan faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor kopi Indonesia. Menganalisis ekspor ke negara-negara importir biji kopi hijau di dunia secara keseluruhan.
31
independen berupa PDB, kurs, dan harga berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor kopi Indonesia.
5 Determinants and Export Competiveness of Coffee: Comparison Between Indonesia and Viet Nam
Ishak (2016) PDB dan populasi berpengaruh positif terhadap perdagangan kopi, dan nilai tukar serta jarak berpengaruh negatif terhadap kinerja perdagangan Indonesia dan Vietnam. Berdasarkan RCA, daya saing ekspor kopi Indonesia hampir sama dengan Vietnam, sedangkan berdasarkan hasil Constant Market Share (CMS),
Menganalisis daya saing dan determinan ekspor kopi Indonesia.
Menganalisis daya saing melalui rumus RCA, ISP, dan EPD dengan fokus pada lingkup
32
daya saing ekspor kopi Indonesia lebih kuat dibandingkan Vietnam. 6 Analisis Ekspor Kopi
Indonesia ke Amerika Serikat dengan Pendekatan Error Correction Model (ECM)
Elisha (2015) Variabel produksi kopi berpengaruh positif dan signifikan dalam jangka pendek dan panjang, harga kopi dunia tidak signifikan dalam jangka pendek dan panjang, kurs tidak signifikan dalam jangka pendek sedangkan dalam jangka panjang berpengaruh positif dan signifikan. Meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kopi Indonesia. Melakukan analisis daya saing dan variabel-variabel yang diduga sebagai faktor penentu volume ekspor biji kopi hijau Indonesia ke pasar global secara
33 7 Analisis Ekspor Kopi
Indonesia ke Negara-Negara ASEAN
Ginting & Kartiasih (2019)
Ekspor kopi Indonesia ke negara-negara ASEAN dipengaruhi oleh variabel harga riil ekspor, harga teh, GDP negara tujuan, nilai tukar riil negara tujuan, dan indeks kompetitif RCA. Sedangkan variabel produksi domestik kopi tidak mempengaruhi ekspor kopi Indonesia. Meneliti variabel-variabel yang diduga mempengaruhi ekspor kopi Indonesia. Menganalisis daya saing dan faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor biji kopi hijau Indonesia ke negara-negara lain secara
keseluruhan. 8 Analysis of Factors
Affecting The Export Value of Indonesian Coffee and
Wishanesta & Setiawina (2019)
Variabel jumlah uang yang dibelanjakan dan nilai tukar US dollar berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor kopi.
Meneliti variabel-variabel yang mempengaruhi
Menganalisis daya saing dan determinan
34 Competitiveness of The
2002 – 2017 Period
Variabel harga internasional berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ekspor kopi.
ekspor kopi Indonesia. periode yang berbeda, yaitu tahun 1990 – 2020. 9 Analysis of Indonesia’s Coffee Exports to The United States in 1996 – 2018
Sanny & Natallya
(2020)
Dalam jangka pendek dan panjang, tingkat inflasi memiliki pengaruh negatif terhadap ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat. Nilai tukar US dollar dalam jangka pendek berpengaruh positif, sedangkan dalam jangka panjang beperngaruh negatif terhadap ekspor kopi Indonesia. Sedangkan
Meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kopi Indonesia. Menganalisis daya saing dan variabel-variabel yang diduga mempengaruhi volume ekspor biji kopi hijau Indonesia ke pasar global tahun 1990 – 2020.
35
variabel produksi Indonesia memiliki pengaruh positif dalam jangka pendek dan panjang. 10 Analisis Ekspor Kopi
Indonesia
Nopriyandi & Haryadi (2017)
Dalam jangka panjang, variabel harga, PDB Indonesia, dan nilai tukar tidak mempengaruhi volume ekspor kopi. Sedangkan dalam jangka pendek, ketiga variabel tersebut mempengaruhi volume ekspor kopi.
Meneliti variabel-variabel yang diduga mempengaruhi ekspor kopi Indonesia. Melakukan analisis daya saing dan faktor-faktor yang mempengaruhi dengan
menggunakan data jenis kopi yang lebih spesifik, yaitu biji kopi hijau.
36 11 Analisis Daya Saing
Ekspor Kopi Indonesia di Pasar Dunia
Purnamasari, dkk (2014)
Kolumbia diikuti Brazil dan Vietnam memiliki keunggulan komparatif untuk semua periode. Di sisi lain, Indonesia termasuk yang paling rendah di antara mereka. Meneliti daya saing kopi menggunakan RCA. Melakukan penyempurnaan penelitian dengan menganalisis faktor penentu ekspor biji kopi hijau.
12 Analisis Daya Saing Ekspor Kopi Indonesia di Pasar Internasional
Parnadi & Loisa (2017)
Berdasarkan analisis nilai RCA, Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam perdagangan kopi di pasar internasional. Namun keunggulan komparatif Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan Kolombia, Vietnam
Menganalisis daya saing melalui perhitungan RCA dan mendeteksi negara eksportir atau importir Menjelaskan tahapan eksportir negara Indonesia dan melakukan analisis determinan.
37
dan Brazil, meski masih lebih tinggi dari India. Kopi Indonesia memiliki daya saing yang tinggi, karena nilai ISP sebesar 0,91. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara pengekspor komoditas kopi.
menggunakan ISP.
13 Analysis and Strategy for Improving Indonesian Coffee Competitiveness in The International Market
Rahardjo, dkk (2020)
Indonesia memiliki rata-rata nilai RCA terkecil dibandingkan negara pengekspor kopi dunia lainnya. Berdasarkan EPD, diketahui ada tiga negara termasuk Indonesia yang kehilangan peluang untuk dapat
Melakukan
analisis daya saing dengan menghitung nikai RCA dan EPD.
Meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor biji kopi hijau.
38
berdagang dengan negara lain, khususnya produk kopi.
39 C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan penjelasan-penjelesan yang sudah dikemukan, berikut dibuat kerangka pemikiran agar dapat memudahkan dalam memahami alur penelitian ini.
Gambar 2. 5. Kerangka Pemikiran
D. Keterkaitan Antarvariabel dan Hipotesis
Luas lahan tersedia menentukan berapa banyak area dapat ditanami bibit biji kopi hijau. Semakin banyak bibit ditanam, maka kemungkinan biji kopi hijau yang dihasilkan pun semakin tinggi. Hasil tersebut lalu digunakan untuk ekspor dan konsumsi domestik. Sehingga banyak atau sedikitnya luas areal kopi berpengaruh terhadap volume ekspor kopi.
Ekspor
Analisis Daya Saing Analisis Determinan
Alat/Metode Analisis Revealed Comparative Advantage (RCA) Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) Export Product Dynamics (EPD) Variabel X1 Luas Areal Biji
Kopi Hijau Indonesia
Variabel X2 Harga Ekspor Biji Kopi Hijau
Indonesia
Variabel X3 Harga Ekspor Teh
Indonesia
Alat/Metode Analisis
Ordinary Least Square (OLS)
Variabel Y
Volume Ekspor Biji Kopi Hijau Indonesia
Hasil dan Pembahasan
40
Harga ekspor juga menjadi penentu volume ekspor, karena diasumsikan jika harga semakin naik maka produsen memilih untuk mengekspor biji kopi hijau hasil produksinya guna mendapatkan keuntungan lebih besar. Sebaliknya, jika harga lebih rendah dibandingkan biaya yang dikeluarkan dalam melakukan ekspor, maka keuntungan menjadi lebih sedikit atau bahkan tidak ada, membuat para produsen akan lebih dulu memenuhi permintaan dalam negeri.
Teh dan kopi memiliki banyak persamaan, keduanya termasuk dalam komoditas perkebunan dan menjadi bahan dasar dalam membuat berbagai produk makanan dan minuman. Dalam ekonomi, ada yang dinamakan barang substitusi (barang pengganti), kondisi saat masyarakat dapat mengganti suatu hal dengan hal lain yang memiliki fungsi atau manfaat hampir sama. Salah satu faktor pendorong dalam melakukan pergantian tersebut adalah naik turunnya harga. Oleh karena itu, harga teh sebagai barang substitusi diduga memiliki hubungan dengan volume ekspor biji kopi hijau, karena jika harga ekspor teh naik, maka kemungkinan masyarakat beralih mengonsumsi kopi menjadi meningkat.
Berdasarkan berbagai penjelasan teori serta permasalahan yang telah dirumuskan, maka penulis dapat membuat hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
1. H0: Luas areal biji kopi hijau Indonesia tidak memiliki pengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap volume ekspor biji kopi hijau Indonesia tahun 1990 – 2020.
41
H1: Luas areal biji kopi hijau Indonesia memiliki pengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap volume ekspor biji kopi hijau Indonesia tahun 1990 – 2020.
2. H0: Harga ekspor biji kopi hijau Indonesia tidak memiliki pengaruh negatif dan signifikan secara parsial terhadap volume ekspor biji kopi hijau Indonesia tahun 1990 – 2020.
H1: Harga ekspor biji kopi hijau Indonesia memiliki pengaruh negatif dan signifikan secara parsial terhadap volume ekspor biji kopi hijau Indonesia tahun 1990 – 2020.
3. H0: Harga ekspor teh Indonesia tidak memiliki pengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap volume ekspor biji kopi hijau Indonesia tahun 1990 – 2020.
H1: Harga ekspor teh Indonesia memiliki pengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap volume ekspor biji kopi hijau Indonesia tahun 1990 – 2020.
4. H0: Luas areal biji kopi hijau, harga ekspor biji kopi hijau, dan harga ekspor teh tidak memiliki pengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap volume ekspor biji kopi hijau Indonesia tahun 1990 – 2020. H1: Luas areal biji kopi hijau, harga ekspor biji kopi hijau, dan harga ekspor teh memiliki pengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap volume ekspor biji kopi hijau Indonesia tahun 1990 – 2020.
42 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam menganalisis daya saing terdiri dari nilai ekspor biji kopi hijau Indonesia dan dunia, nilai impor biji kopi hijau Indonesia, serta total nilai ekspor Indonesia dan dunia, kemudian diolah menggunakan rumus-rumus yang ada dan dihitung memakai Microsoft Excel. Sedangkan variabel dependen (endogenous) dalam melakukan analisis determinan adalah Volume Ekspor Biji Kopi Hijau Indonesia. Variabel independen (exogenous) dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel, antara lain Luas Areal Biji Kopi Hijau Indonesia, Harga Ekspor Biji Kopi Hijau Indonesia, dan Harga Ekspor Teh Indonesia. Jenis pendekatan penelitian yang digunakan merupakan pendekatan kuantitatif, yaitu suatu proses menemukan pengetahuan menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diketahui (Kasiram, 2008). Dari pengolahan data tersebut kemudian akan didapatkan deskripsi hasil analisis untuk menarik kesimpulan penelitian.
Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh berdasarkan informasi berupa fakta disusun oleh lembaga atau instansi tertentu. Data untuk analisis utama diperoleh dari situs web resmi Food and Agriculture Organization of The United Nations (FAO), United Nations (UN), dan World Bank serta dihimpun pula data-data dari sumber lain untuk
43
mendukung pembahasan seperti Asociación Nacional del Café (ANACAFÉ) Badan Pusat Statistik (BPS), International Coffee Organization (ICO), Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (KEMENDAG RI), Direktorat Jenderal Perkebunan – Kementerian Pertanian Republik Indonesia (DITJENBUN – KEMENTAN RI), Asociación Nacional del Café (ANACAFÉ), dan Uganda Coffee Development Authority (UCDA).
Jenis data yang digunakan adalah time series, yaitu data yang terdiri dari satu objek meliputi beberapa periode waktu (Winarno, 2011). Periode waktunya meliputi data tahunan dari tahun 1990 – 2020 untuk melihat fluktuasi data. Penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup studi kasus di Indonesia, namun tidak secara spesifik menganalisis potensi tiap provinsi karena keterbatasan ketersediaan data.
B. Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, penulis mengumpulkan data dari beberapa instansi melalui situs web resminya. Adapun berikut penjelasan mengenai metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Data Sekunder
Pada umumnya data sekunder diperoleh melalui perantara seperti lembaga, orang lain, atau dokumen yang dipublikasikan oleh pihak lain (Sugiyono, 2018). Kelebihan data sekunder adalah tidak membutuhkan waktu lama untuk memperoleh data serta tidak mengeluarkan banyak biaya. Namun, terkadang tingkat keakuratan data yang diterbitkan lebih
44
rendah dan nantinya akan mempengaruhi hasil penelitan dan analisisnya.
2. Studi Kepustakaan
Metode studi pustaka dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi melalui buku, situs, jurnal dan berbagai literatur terkait lainnya. Studi ini digunakan sebagai landasan teori dalam menganalisis kasus.
C. Metode Analisis Data 1. Daya Saing
Dalam menganalisis daya saing, penulis menggunakan tiga alat analisis, yaitu:
a. Revealed Comparative Advantage (RCA)
RCA digunakan untuk mengetahui daya saing suatu komoditas, dalam hal ini biji kopi hijau Indonesia, dengan komoditas lain di pasar global. Rumusnya yaitu:
𝑅𝐶𝐴 = (𝑋𝑖𝑗/𝑋𝑗) (𝑋𝑖𝑤/𝑋𝑤) Dimana:
Xij : Nilai ekspor komoditas i (biji kopi hijau) negara j Xj : Total nilai ekspor negara j
Xiw : Nilai ekspor komoditas i (biji kopi hijau) dunia Xw : Total nilai ekspor dunia
45
Ketentuannya adalah apabila hasil nilai indeks RCA lebih dari 1 (RCA > 1) menunjukkan keunggulan komparatif. Sebaliknya, jika hasil nilai indeks RCA sama atau kurang dari 1 (RCA ≤ 1), ini menunjukkan tidak adanya keunggulan komparatif (Baroh et al., 2014).
b. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)
Untuk mengukur pengembangan produk suatu negara termasuk ke dalam negara eksportir atau importir, maka digunakan ISP sebagai alat analisisnya. Dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:
𝐼𝑆𝑃 =(𝑋𝑖𝑗 − 𝑀𝑖𝑗) (𝑋𝑖𝑗 + 𝑀𝑖𝑗) Dimana:
Xij : Nilai ekspor biji kopi hijau negara j Mij : Nilai impor biji kopi hijau negara j
Secara keseluruhan, jika hasil ISP > 0 maka negara tersebut termasuk eksportir. Namun, apabila ISP ≤ 0 maka termasuk importir. Hasilnya kemudian dirincikan kembali dalam lima tahap dan juga dapat dilihat dari grafik. Tahapan-tahapan tersebut antara lain:
46
Gambar 3. 1. Grafik ISP
Sumber: KEMENDAG RI
1) Pengenalan (-1,00 sampai -0,50), merupakan tahap awal industri di suatu negara melakukan ekspor produk barunya. 2) Substitusi Impor (-0,51 sampai 0,00), kondisi pada tahap ini menunjukkan produk industri di suatu negara masih berdaya saing rendah karena produksi dalam negeri belum begitu tinggi, kurang berkualitas, dan masih mengandalkan impor.
3) Pertumbuhan (0,01 sampai 0,80), ekspor di negara tersebut mulai meningkat karena telah melakukan produksi berskala besar.
4) Kematangan (0,81 sampai 1,00), negara pada tahap ini termasuk net exporter, yaitu lebih banyak penjualan ke negara lain dibandingkan pembelian dari negara lain. 5) Kembali Mengimpor (mengalami penurunan kembali
47
melakukan impor kembali karena kalah bersaing dengan negara lain di pasar (Hasibuan et al., 2012).
c. Export Product Dynamics (EPD)
Mengukur posisi pasar produk suatu negara merupakan salah satu indikator pengukuran daya saing, sehingga EPD dapat menjadi alat analisisnya. Selain itu, EPD juga dapat mengukur kedinamisan (pergerakan cepat) suatu produk di pasar. Terdiri dari daya tarik pasar dihitung berdasarkan jumlah permintaan suatu komoditas dan informasi kekuatan bisnis yang merupakan ukuran pertumbuhan pangsa pasar. Hasilnya akan terbagi menjadi empat kategori.
Gambar 3. 2. Kategori Analisis EPD
Kategori paling baik adalah rising star, ialah pasar berada di posisi ideal ditandai dengan ekspor suatu produk (dalam penelitian ini adalah biji kopi hijau) mengalami peningkatan dan diiringi semakin meningkatnya perolehan pangsa pasar. Lost opportunity menandakan produk masih dinamis namun
Y X Rising Star Falling Star Retreat Lost Opportunity
48
kehilangan pangsa ekspor di pasar dunia. Falling star menunjukkan pergerakan ekspor produk mengalami penurunan, namun pangsa ekspor meningkat. Terakhir adalah retreat, kondisi saat produk tersebut tidak diinginkan lagi di pasar tersebut (Zuhdi & Suharno, 2016).
Untuk menghitungnya digunakan dua rumus, yaitu rumus sumbu X untuk mengukur pertumbuhan pangsa ekspor Indonesia dan Y untuk mengukur kedinamisan komoditas biji kopi hijau.
𝑆𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑋 = ∑𝑡𝑡=1(𝑊𝑖𝑗)𝑋𝑖𝑗 𝑡× 100% − ∑𝑡𝑡=1(𝑊𝑖𝑗)𝑋𝑖𝑗 𝑡−1× 100% 𝑇 𝑆𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑌 = ∑𝑡𝑡=1(𝑊𝑡)𝑋𝑡 𝑡× 100% − ∑𝑡𝑡=1(𝑊𝑡)𝑋𝑡 𝑡−1× 100% 𝑇 Dimana:
Xij : Nilai ekspor biji kopi hijau Indonesia Wij : Nilai ekspor biji kopi hijau dunia Xt : Total nilai ekspor Indonesia Wt : Total nilai ekspor dunia t : Tahun ke-t
t-1 : Tahun sebelumnya T : Jumlah tahun analisis 2. Model Regresi Linier Berganda
Berdasarkan penjelasan mengenai keterkaitan antarvariabel sebelumnya, didapatkan model regresi dalam penelitian ini, yaitu:
49 Keterangan:
VLMit : Volume ekspor biji kopi hijau Indonesia LSAit : Luas areal biji kopi hijau Indonesia HRGKit : Harga ekspor biji kopi hijau Indonesia HRGTit : Harga ekspor teh Indonesia
α : Konstanta β1, β2, β3, β4 : Koefisien regresi eit : Error terms 3. Uji Asumsi Klasik
Menurut (Basuki & Prawoto, 2016), dalam melakukan regresi, terdapat uji asumsi klasik yang diterapkan, yaitu uji normalitas, heteroskedastisitas, autokorelasi, dan multikolinearitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat distribusi nilai residual normal atau tidak. Apabila hasilnya menunjukkan data terdistribusi normal, maka kemungkinan untuk bias sangat kecil. Dapat dilihat melalui Uji Kolmogorov-Smirnov. Kriteria penentu keputusannya adalah:
1) Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 maka data penelitian telah terdistribusi normal.
2) Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 maka data penelitian tidak terdistribusi normal.