• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA PEMIKIRAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KERANGKA PEMIKIRAN"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Penelitian Terdahulu

Pada bagian ini terdapat beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan topik studi pada penggemar dan fandom. Penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah sepuluh penelitian.

Penelitian terdahulu pertama, oleh Shane Savera Sa’diyah dengan judul “Budaya Penggemar di Era Digital (Studi Etnografi Virtual Pada Penggemar BTS di Twitter)”, dengan tujuan untuk mendeskripsikan budaya penggemar di era digital yang dilakukan oleh fandom ARMY yang tercermin melalui aktivitas, respons, dan produksi pesan secara online di media sosial Twitter. Metode penelitian yang digunakan yaitu, etnografi virtual, dengan menggunakan teori new

media, dengan konsep korean wave dan fan studies. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan adanya pergeseran dalam budaya penggemar di era digital, yaitu menjadi lebih terintegrasi oleh media sosial karena fans tidak hanya mengonsumsi teks media, tetapi juga menjadi produsen teks atau media dari kegiatan yang diikuti di Twitter (Sa’diyah, 2019).

Perbedaan penelitian terdahulu pertama dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian ini berfokus pada budaya yang dilakukan oleh

fandom ARMY di media sosial Twitter, sedangkan, penelitian yang dilakukan

oleh peneliti berfokus pada pemaknaan dari kata love myself oleh ARMY. Selain itu, penelitian ini meneliti akun fandom ARMY @BTSARMYINDONESIA di

(2)

Twitter, sedangkan subjek penelitian yang akan diteliti oleh peneliti dalam penelitian ini adalah anggota penggemar BTS (ARMY).

Penelitian terdahulu kedua, dengan judul “Analisis Manajemen Impresi Penggemar K-Pop Dalam Memanipulasi Diri di Social Networking Site (SNS)” oleh Lestari & Eriyanto. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis cara penggemar K-pop melakukan manajemen impresi pada setiap akun Social

Networking Site (SNS) yang dimiliki. Metode penelitian yang digunakan adalah

metode etnografi digital, dengan konsep fandom, fans, Social Networking Site (SNS), Instagram, dan manajemen impresi, serta online disinhibition effect. Hasil dari penelitian terdahulu kedua yaitu, penggemar K-Pop melakukan manipulasi melalui manajemen impresi di akun asli SNS dan menyembunyikan sisi diri yang sebenarnya pada akun SNS palsu (Lestari, A., & Eriyanto, 2017).

Perbedaan penelitian terdahulu kedua dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah subjek penelitian yang digunakan, yaitu penggemar K-pop yang mencakup penggemar dari berbagai fandom, sedangkan, peneliti berfokus pada ARMY sebagai penggemar dari BTS. Kemudian, penelitian ini berfokus pada impresi yang dilakukan oleh fans di Social Networking Site Instagram. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh peneliti berfokus pada pemaknaan oleh penggemar BTS yang mengikuti BTS di platform media sosial Instagram, Twitter, & Youtube.

Penelitian terdahulu ketiga oleh Afiffah & Kusuma dengan judul “Analisis Komunikasi Antar Penggemar “Seventeen” Sebagai “Cyberfandom” di Twitter”, dengan tujuan untuk mengetahui proses penyampaian pesan dan komunikasi antar

(3)

penggemar Seventeen melalui Twitter. Metode yang digunakan adalah netnografi, dengan menggunakan teori computer mediated communication (CMC), new media, dan cyber community . Hasil dari penelitian ini adalah penggemar Seventeen menggunakan Twitter untuk berkomunikasi dan membagikan informasi kepada sesama penggemar baik di Indonesia, maupun internasional, kegiatan tersebut yang membuat terbentuknya cyberfandom Seventeen di Twitter (Afifah & Kusuma, 2019).

Perbedaan penelitian terdahulu ketiga dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah netnografi karena berfokus pada komunitas virtual fans Seventeen, sedangkan peneliti menggunakan metode fenomenologi untuk mengetahui pemaknaan oleh anggota fans BTS. Lalu, penelitian terdahulu ketiga ini berfokus pada media sosial Twitter sebagai tempat Carat/fans Seventeen berkomunikasi dan berbagi informasi antarpenggemar, sedangkan, fokus penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah pada pemaknaan dan pengalaman yang dimiliki oleh fans BTS tentang kata love myself.

Penelitian terdahulu keempat, dengan judul “Makna Idola Dalam Pandangan Penggemar (Studi Komparasi Interaksi Parasosial Fanboy dan Fangirl ARMY Terhadap BTS)”, oleh Jeanetter & Sinta Paramita dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan interaksi parasosial penggemar laki-laki dan perempuan terhadap BTS. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori interaksi parasosial. Hasil dari penelitian ini adalah penggemar perempuan menyukai BTS secara emosional

(4)

seperti hubungan yang dimiliki oleh saudara atau sahabat, atau bahkan hubungan emosional seperti yang dimiliki oleh pasangan. Penggemar perempuan juga lebih aktif dalam perkumpulan aktivitas fandom. Hal ini berbeda dengan penggemar laki-laki BTS yang menyukai idolanya dengan lebih rasional seperti role model dan tidak terlalu tertarik dengan kegiatan fandom (Mihardja & Paramita, 2019).

Perbedaan penelitian terdahulu keempat dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah makna yang diteliti dalam penelitian ini adalah makna BTS bagi penggemar laki-laki dan perempuan, sedangkan, dalam penelitian yang dilakukan peneliti makna yang diteliti adalah makna dari kata love myself yang merupakan kampanye yang dilakukan oleh BTS. Selain itu, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus dengan studi komparatif, sedangkan, dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode fenomenologi.

Penelitian terdahulu kelima, oleh Visiana Ranggita Putri dengan judul “Konstruksi Makna Self Love Bagi Penggemar Remaja ARMY Lampung Pada Series Album Love Yourself Oleh Boy Group Korea Selatan BTS”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengalaman komunikasi penggemar remaja ARMY Lampung dan cara mereka mengkonstruksikan makna self-love pada series album Love Yourself. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode fenomenologi. Teori yang digunakan adalah teori fenomenologi Alfred Schutz dan Teori dialog diri Carl Rogers. Hasil dari penelitian ini adalah pengalaman self-love penggemar ARMY Lampung adalah pengalaman baik, buruk, dan ajakan self-love. Lalu, konstruksi makna self-love bagi penggemar

(5)

ARMY Lampung dalam series album Love Yourself adalah untuk menghargai diri, menikmati hidup, percaya pada diri, dan motivasi (Putri, 2019).

Perbedaan penelitian terdahulu kelima dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah konstruksi makna self-love dilakukan oleh ARMY pada album series Love Yourself, sedangkan, dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti, ARMY memberikan makna pada kata love myself setelah mengetahui kampanye Love Myself yang dilakukan oleh BTS. Lalu, teori yang digunakan dalam penelitian terdahulu kelima ini adalah teori fenomenologi milik Alfred Schutz, sedangkan teori yang digunakan oleh peneliti adalah teori fenomenologi milik Husserl.

Selanjutnya, partisipan dalam penelitian terdahulu kelima ini kebanyakan berusia 16-19 yang masih bersekolah, sementara dalam penelitian ini, kebanyakan partisipan berusia 20-28 tahun sehingga terdapat partisipan yang memahami love

myself dengan berbeda. Selain itu, partisipan dari penelitian Visiana berasal dari

Lampung, sedangkan partisipan dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti berdomisili di Medan. Lalu, saat penelitian ini dilakukan, sedang terjadi pandemi Covid-19 sehingga hal tersebut dapat memberikan dampak pada jawaban dari para partisipan.

Penelitian terdahulu keenam, dengan judul “The Complicated Digital

Fandom: Empowerment and Exploitation of Fans in Digital Era” oleh Zihan

Wang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara fans dan produser media professional dan sejauh apa fans diberdayakan dan dieksploitasi pada era digital. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian

(6)

kualitatif dengan teori participatory culture, konsep penelitian fans images in

different media landscapes dan exploitation of fans. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan adanya peningkatan produktivitas dan pengaruh dari fans dalam hubungan antara fans dengan produser media. Eksploitasi fans dapat menunjukkan adanya perbedaan power antara fans dengan produser media (Wang, 2020).

Perbedaan penelitian terdahulu keenam dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah tujuan penelitian tersebut mengenai hubungan penggemar dengan produser media pada era digital. Sementara itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemaknaan dan pengalaman dari fans mengenai kata love

myself. Selain itu, fans dalam penelitian terdahulu dieksploitasi karena tidak

memiliki power seperti produser media, sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti fans terkena dampak yang positif dari adanya kampanye Love Myself yang diselenggarakan oleh BTS.

Penelitian terdahulu ketujuh, oleh Erica Junhui Yi dengan judul “Anime Fandom in Convergence Culture: A Uses and Gratification Approach to Chinese Fan Producers”. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi jenis-jenis kepuasan yang dimiliki oleh penggemar anime aktif yang diperoleh dari kegiatan yang dilakukan penggemar seperti fansubbing, menulis fan fiction, fan arts, dan

fan video production. Metode penelitian yang digunakan studi kasus dengan

menggunakan jenis penelitian campuran. Teori yang digunakan adalah teori uses

and gratification, dan konsep yang digunakan adalah fans-consumers-producers, fansub, fan art, fan fiction. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa harga

(7)

yang ditawarkan oleh platform media sosial menjadi jenis kepuasan produksi penggemar yang baru, walaupun masih terdapat beberapa yang konsisten dengan jenis kepuasan fans pada umumnya. Selain itu, fans yang aktif memproduksi karya tentang idolanya memiliki perspektif yang negatif bagi orang di luar komunitas anime (Yi, 2018).

Perbedaan penelitian terdahulu ketujuh ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah pada teori yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengeksplorasi jenis kepuasan penggemar adalah teori uses and gratification, sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan teori fenomenologi untuk mengetahui makna dari kata love myself bagi anggota fans BTS. Lalu, penelitian ini menggunakan jenis penelitian campuran, fandom dalam penelitian tersebut adalah fandom anime pada penggemar China yang memproduksi karya tentang anime. Sedangkan, pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif, dengan subjek penelitian

fans yang berasal dari fandom K-pop, yaitu BTS.

Penelitian terdahulu kedelapan, dengan judul “Atlanta United “Heartbeat”: Exploring The Experience of The “Most Passionate Fans”” oleh Mackenzie Smith. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman tentang esensi dari pengalaman menjadi suporter klub sepak bola Atlanta United, khususnya grup suporter Resurgence. Metode yang digunakan adalah fenomenologi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori social identity dan theory of

performance dengan konsep BIRGing, konsep CORFing, konsep fan consumption, dan konsep organizational identification. Hasil dari penelitian ini

(8)

menunjukkan bahwa penggemar membentuk keluarga kedua dalam grup suporter, Selain itu, beberapa diantara mereka menyatakan keprihatinan mengenai hubungan dengan aspek lain dari pengalaman mereka dengan klub sepak bola. Walaupun, terdapat kesulitan dalam pengalaman mereka, keanggotaan dalam grup akan selalu menjadi hal yang penting dalam hidup mereka (Smith, 2020).

Perbedaan penelitian terdahulu kedelapan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penggemar dalam penelitian tersebut adalah penggemar sepak bola, sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penggemar grup K-pop. Lalu, teori yang digunakan untuk mengetahui esensi dari pengalaman menjadi suporter klub sepak bola, yaitu teori social identity dan theory of

performance, sedangkan peneliti menggunakan teori fenomenologi dan konsep fans untuk mengetahui pengalaman dan pemaknaan penggemar tentang kata love myself.

Penelitian terdahulu kesembilan oleh Kyong Yoon dengan judul

“Transnational Fandom in The Making: K-Pop Fans in Vancouver”. Penelitian

ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana penggemar muda yang memiliki budaya yang berbeda memahami dan menegosiasikan perbedaan budaya dengan K-pop. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan konsep

stereotype, fans negotiation, dan subculture. Hasil dari penelitian ini adalah

bahwa budaya K-pop diperkenalkan oleh media sosial atau teman. Penggemar muda menegosiasikan perbedaan budaya dan geografis dari konten yang mereka peroleh melalui jaringan fan translation. Selain itu, aktivitas dan selera fans K-Pop mungkin dimarginalisasi oleh publik, tetapi para penggemar tetap melakukan

(9)

eksplorasi makna subkultur melalui media sosial (Yoon, 2019).

Perbedaan penelitian terdahulu kesembilan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah dalam penelitian ini, Yoon tidak mendeskripsikan

fandom K-pop yang menjadi subjek penelitian, sedangkan dalam penelitian yang

dilakukan oleh peneliti subjek dari penelitian adalah fandom dari BTS. Lalu, penelitian terdahulu kesembilan juga lebih membahas perbedaan budaya dan

stereotype yang dialami oleh penggemar oleh penggemar K-pop di Vancouver,

sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti berfokus pada pembahasan makna yang diberikan oleh penggemar BTS dan pengalaman yang penggemar alami tentang kata love myself.

Penelitian terdahulu kesepuluh, dengan judul “Interpretations and

Reception of Alternative Subjectivities in The Disney-Produced Star Wars Films”

oleh Abigail Reed bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana film Star Wars yang diproduksi Disney dapat mengeksplorasi tema-tema keberagaman dan lainnya dalam konteks abad ke-21. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, dan menggunakan teori political economy, teori chicana feminism, dan teori critical race. Hasil dari penelitian ini adalah Disney mempunyai banyak peluang dari film Star Wars, tidak hanya itu baik Disney, maupun Lucasfilm menunjukkan banyak kemajuan dengan mempekerjakan lebih banyak perempuan, dan menyoroti people of color dalam narasi mereka. Namun, bukan berarti mereka diberikan hak yang sesuai seperti apa yang Disney demonstrasikan. Walaupun begitu, hal tersebut dapat menjadi fondasi yang baik untuk membangun cerita, karakter, dan tempat, serta narasi posthuman yang

(10)

sebenarnya (Reed, 2020).

Perbedaan penelitian terdahulu kesepuluh dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah interpretasi dan resepsi yang dilakukan oleh penelitian ini mengenai film Star Wars yang diproduksi oleh Disney, sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti, peneliti melakukan pemaknaan pada kata

love myself oleh anggota penggemar BTS. Selain itu, penelitian tersebut

menyoroti topik keberagaman dalam film Disney. Semantara itu, penelitian yang dilakukan oleh peneliti menyoroti topik pengalaman yang dialami oleh fans BTS sehingga mempunyai makna tertentu tentang Love Myself.

Kesepuluh penelitian terdahulu di atas, bertujuan untuk mengetahui tren dari penelitian dengan tema studi tentang penggemar dan studi fenomenologi. terdapat dua metode penelitian yang paling banyak digunakan untuk kajian fans yaitu fenomenologi dan studi kasus. Pembahasan mengenai penggemar dan komunitasnya cenderung menggunakan jenis penelitian kualitatif. Namun, terdapat satu penelitian yang menggunakan jenis penelitian campuran. Selain itu, pembahasan mengenai fans tidak lepas dari pembahasan mengenai fandom masing-masing peneliti. Terdapat tiga penelitian yang menggunakan metode studi kasus, dua penelitian menggunakan metode fenomenologi, untuk metode etnografi digital, virtual, dan netnografi masing-masing memiliki satu penelitian dengan metode tersebut.

Dalam penelitian ini, peneliti mencari tahu mengenai makna dari kata love

myself dari individu yang tergabung dalam fandom ARMY (Adorable Representative MC for Youth) karena meningkatnya jumlah kekerasan dan tingkat

(11)

depresi yang dialami oleh remaja dewasa sebelum dan selama berlangsungnya pandemi Covid-19, hal tersebut yang menjadi kebaruan dalam penelitian ini. Keunikan dari penelitian ini terkait dengan BTS sebagai idola yang menunjukkan kepeduliannya terhadap masalah kekerasan dan depresi yang dialami oleh kalangan remaja dewasa dengan melakukan kampanye Love Myself untuk membantu mereka dalam menghadapi masa sulitnya dengan mencintai diri sendiri.

(12)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Hal yang direview Penelitian

Terdahulu 1 Penelitian Terdahulu 2 Penelitian Terdahulu 3 Penelitian Terdahulu 4 Penelitian Terdahulu 5

1 Nama peneliti Shane Savera

Sa’diyah

Annisa Fitriana & Eriyanto

Eza Okta Afifah & Triarona Kusuma

Jeanetter & Sinta Paramita

Visiana Ranggita Putri

2 Judul penelitian Budaya

Penggemar di Era Digital (Studi Etnografi Virtual Pada Penggemar BTS di Twitter) Analisis Manajemen Impresi Penggemar K-Pop Dalam Memanipulasi Diri di Social Networking Site (SNS) Analisis Komunikasi Antar Penggemar “Seventeen” Sebagai “Cyberfandom” di Twitter

Makna Idola Dalam Pandangan Penggemar (Studi Komparasi Interaksi Parasosial Fanboy dan Fangirl ARMY Terhadap BTS) Konstruksi Makna Self Love Bagi Penggemar Remaja ARMY Lampung Pada Series Album

Love Yourself

Oleh Boy Group Korea Selatan BTS

3 Tujuan penelitian Untuk

mendeskripsikan budaya penggemar di era digital yang dilakukan oleh fandom ARMY yang tercermin untuk menganalisis cara penggemar K-pop melakukan manajemen impresi pada setiap akun

Social Networking Site (SNS) yang dimiliki Untuk mengetahui proses penyampaian pesan dan komunikasi antar penggemar Seventeen melalui Twitter untuk mengetahui perbedaan interaksi parasosial penggemar laki-laki dan perempuan terhadap BTS Untuk mengidentifikasi pengalaman komunikasi penggemar remaja ARMY Lampung dan cara mereka

(13)

melalui aktivitas, respons, dan produksi pesan secara online di media sosial Twitter mengkonstruksik an makna self-

love pada series

album Love

Yourself.

4 Metode Etnografi virtual Etnografi digital Netnografi Studi Kasus Fenomenologi

5 Teori/konsep a. Teori new

media b. Konsep studi penggemar c. Korean wave a. Konsep penggemar b. Konsep fandom c. Konsep Social Networking Site d. Konsep Instagram e. Konsep Manajemen Impresi f. Konsep online disinhibition effect a. Teori new media b. Teori cyber- community c. Teori Computer Mediated Communica tion (CMC) Teori interaksi parasosial a. Teori konstruksi makna b. Teori dialog diri

(14)

6 Sumber Jurnal Ilmu KOMUNIKASI: JKOM, 2019, Vol. 2(1), 1-10 SOURCE: Jurnal Ilmu Komunikasi 2017, Vol. 6(1), 1- 13 Mediator: Jurnal Komunikasi, 2019, Vol. 12(1), 71-80 Jurnal Koneksi, 2018, Vol. 2(2), 393-400 http://digilib.unil a.ac.id/id/eprint/5 9375 7 Simpulan Budaya penggemar di era digital mengalami pergeseran dari yang sebelumnya lebih konvensional menjadi lebih terintegrasi oleh media sosial. Penggemar juga tidak hanya mengkonsumsi teks media tetapi juga menjadi produsen teks. Penggemar K-Pop melakukan manipulasi melalui manajemen impresi di akun asli SNS. Sedangkan, diri aslinya disembunyikan pada akun SNS palsu. Penggemar Seventeen menggunakan Twitter untuk berkomunikasi dan menyebarkan informasi kepada sesama penggemar baik di Indonesia, maupun internasional, hal tersebut yang membuat terbentuknya cyberfandom Seventeen di Twitter. Penggemar perempuan menyukai BTS secara emosional. Penggemar perempuan juga lebih aktif dalam perkumpulan aktivitas fandom. Sedangkan, penggemar laki-laki BTS menyukai idolanya dengan lebih rasional seperti role model dan tidak terlalu tertarik dengan kegiatan fandom. pengalaman self-love penggemar ARMY Lampung adalah pengalaman baik, buruk, dan ajakan self-love. Lalu, konstruksi makna self-love bagi penggemar ARMY Lampung dalam series album Love Yourself adalah untuk menghargai diri, menikmati hidup, percaya pada diri, dan motivasi.

(15)

No Hal yang direview Penelitian Terdahulu 6 Penelitian Terdahulu 7 Penelitian Terdahulu 8 Penelitian Terdahulu 9 Penelitian Terdahulu 10

1 Nama peneliti Zihan Wang Erica Junhui Yo Mackenzie Smith Kyong Yoon Abigail Reed

2 Judul penelitian The Complicated

Digital Fandom: Empowerment and Exploitation of Fans in Digital Era Anime Fandom in Convergence Culture: A Use and Gratification Approach to Chinese Fan Producers Atlanta United’s “Heartbeat”: Exploring The Experience Of The “Most Passionate Fans” Transnational Fandom in The Making: K-Pop Fans in Vancouver Interpretations and Reception of Alternative Subjectivities in The Disney- Produced Star Wars Films

3 Tujuan penelitian Untuk

mengetahui hubungan antara

fans dan produser

media

professional dan sejauh apa fans diberdayakan dan dieksploitasi pada era digital. Untuk mengeksplorasi jenis-jenis kepuasan yang dimiliki oleh penggemar anime aktif yang diperoleh dari kegiatan yang dilakukan penggemar seperti fansubbing, menulis fanfiction,

fan arts, dan fan

Untuk memperoleh pemahaman tentang esensi dari pengalaman menjadi suporter klub sepak bola Atlanta United, khususnya grup suporter Resurgence Untuk mengeksplorasi bagaimana penggemar muda yang memiliki budaya yang berbeda memahami dan menegosiasikan perbedaan budaya dengan K-pop Untuk mengeksplorasi bagaimana film Star Wars yang diproduksi Disney dapat mengeksplorasi tema-tema keberagaman dan lainnya dalam konteks abad ke- 21

(16)

video production

4 Metode Kualitatif Studi Kasus Fenomenologi Kualitatif Studi Kasus

5 Teori/konsep a. Teori participator y culture b. Konsep fans images in media landscapes c. Konsep empowerme nt of fans d. Konsep exploitation of fans

a. Teori Uses &

Gratification

b. Konsep

fans- consumers-producers

c. Konsep fansub d. Konsep fan art e. Konsep fan fiction a. Teori social identity b. Teori performance c. Konsep BIRGing dan CORFing d. Konsep fan consumption e. Konsep organizationa l identification a. Konsep stereotyping b. Konsep fans negotiation c. Konsep subculture a. Teori Political Economy b. Teori critical race c. Teori Chicana Feminism

6 Sumber Humanities and

Social Science Journal, 2020, Vol. 8(2), 45-50 The University of Kansas, ProQuest Dissertations Publishing Clemson University, ProQuest Dissertations Publishing International Communication Gazette Journal, 2019, Vol. 8(2), 176-192

The Florida State University, ProQuest Dissertations Publishing

(17)

7 Simpulan Terdapat peningkatan produktivitas dan pengaruh fans dalam hubungan antara fans dengan produser media. Eksploitasi fans menunjukkan adanya perbedaan

power antara fans

dengan produser media.

Harga yang ditawarkan oleh

platform media

sosial menjadi jenis kepuasan produksi penggemar yang baru, walaupun masih terdapat beberapa yang konsisten dengan jenis kepuasan fans pada umumnya. Selain itu, fans yang aktif memproduksi karya tentang idolanya memiliki perspektif yang negatif bagi orang di luar komunitas anime Penggemar Atlanta United membentuk keluarga kedua dalam grup suporter. Beberapa diantara mereka menyatakan keprihatinan mengenai hubungan dengan aspek lain dari pengalaman mereka dengan klub sepak bola. Walaupun, terdapat kesulitan dalam pengalaman mereka, keanggotaan dalam grup akan selalu menjadi hal yang penting dalam hidup mereka.

Budaya K-pop diperkenalkan oleh media sosial atau teman. Penggemar muda menegosiasikan perbedaan budaya dan geografis dari konten yang mereka peroleh melalui jaringan fan translation. Selain itu, aktivitas dan selera fans K-Pop mungkin dimarginalisasi oleh publik, tetapi para penggemar tetap melakukan eksplorasi makna subkultur melalui media sosial. Disney mempunyai banyak peluang dari film Star Wars, tidak hanya itu baik Disney, maupun Lucasfilm menunjukkan banyak kemajuan dengan mempekerjakan lebih banyak perempuan, dan menyoroti people of color dalam narasi mereka. Namun, bukan berarti mereka diberikan hak yang sesuai seperti apa yang Disney

demonstrasikan. Walaupun begitu, hal tersebut dapat menjadi fondasi yang baik untuk

(18)

membangun cerita, karakter, dan tempat, serta narasi posthuman yang sebenarnya.

(19)

2.2 Teori atau Konsep-Konsep yang Digunakan

2.2.1 Fenomenologi

Fenomenologi menurut Sokolowski terbentuk dari dua kata yaitu

‘phenomenon’ dan ‘logos’ yang berarti ilmu tentang interpretasi yang logis

dari suatu fenomena yang terjadi (Raco & Tanod, 2012, p.25). Menurut Husserl (dalam Farid, 2018, p.88) fenomenologi adalah studi yang secara aktif terus berusaha untuk memperoleh inti atau akar kesadaran dari sudut pandang seseorang yang mengalami suatu fenomena sehingga mempunyai keterkaitan antara kesadaran dengan objek di luar dan makna dari keterkaitan tersebut.

Menurut Moustakas (Dalam Raco & Tanod, 2012, p.26) fenomenologi sebagai sesuatu yang terlihat atau menunjukkan diri, fenomenologi juga sebuah cara yang dapat digunakan untuk mengenal suatu hal dengan lebih mendalam. Fenomenologi bertujuan untuk melihat pengalaman orang yang terlibat, dan peneliti pun seolah-olah mengalami pengalaman yang sama, tetapi dalam hal ini peneliti harus menyampingkan pengetahuan dan pengalaman pribadinya dalam melakukan penelitian agar pengalaman dari subjek yang diteliti dapat menggambarkan realitas yang sebenarnya.

Upaya untuk mengurangi atau menunda penilaian untuk memunculkan pengetahuan dalam setiap keraguan yang mungkin disebut dengan epoche atau bracketing. Epoche berasal dari bahasa Yunani yang berarti menahan diri untuk memberikan penilaian karena dalam sikap alamiah sehari-hari,

(20)

kita memperoleh pengetahuan melalui penilaian pada sesuatu. Husserl menggunakan kata bracketing untuk menekankan bahwa tujuan utama fenomenologi adalah untuk mengisolasi sementara dan bukan untuk menghilangkan asumsi, keyakinan, dan pengetahuan (Asih, 2005, p.77).

Epoche menurut Moustakas (1994) (dalam Hasbiansyah, 2008, p.19)

mengesampingkan penilaian, pemahaman, dan pengetahuan sehari-hari yang dimiliki, dan fenomena dimunculkan secara apa adanya dalam pengertian yang terbuka, dari tempat yang menguntungkan ego murni atau ego transendental.

Selain itu, menurut Kuswarno (2009) (dalam Yusanto, 2019,p.11)

epoche memisahkan fenomena yang terjadi dari keseharian dan dari unsur

fisiknya, dan ketika mengeluarkan kemurnian yang ada pada fenomena tersebut. Maka, epoche adalah cara untuk melihat dan menjadi sebuah sikap mental bebas. Dalam epoche fenomena yang terjadi dibiarkan menunjukkan diri apa adanya tanpa ada intervensi penilaian dari peneliti (Hasbiansyah, 2008, p.171)

Terdapat beberapa konsep fenomenologi yang disampaikan oleh para ahli seperti Edmund Husserl, Martin Heidegger, dan Alfred Schutz, yaitu:

1. Edmund Husserl

Menurut Husserl fenomenologi adalah kajian filosofis yang menggambarkan semua bidang pengalaman manusia karena manusia mengalami pengalaman hidup dalam sebuah kesadaran. Bagi Bertens,

(21)

fenomenologi Husserl memiliki dimensi sejarah karena berkaitan dengan riwayat individual manusia dan manusia secara keseluruhan. Sebuah fenomena memiliki keterkaitan dengan kejadian yang pernah terjadi sebelumnya dan tidak dapat berdiri sendiri (Hasbiansyah, 2008, p.165).

Kesadaran adalah suatu tindakan yang mengarah pada dua bagian, yaitu cogitation (aktivitas intensional atau noesis) dan cogitata (objek intensional atau noema) yang selalu berkorelasi (Farid, 2018, p.7). Husserl menyimpulkan bahwa kesadaran secara langsung terjadi pada seseorang sebagai subjek tanpa ada yang memisahkan dari realitas karena realitas itu sendiri yang tampak pada kita.

Bagi Husserl sebuah fenomena terdiri dari aktivitas subjektif dan objek yang menjadi fokus. Aktivitas subjektif menginterpretasi, memberi identitas, dan membentuk makna dari objek sebagai fokus. Menurut Crotty (1996) fenomenologi Husserl adalah fenomena murni yang terbebas dari proses rasionalisasi dan merupakan data asli yang dapat ditangkap oleh kesadaran manusia. Dengan kata lain, semua hal yang ditangkap oleh kesadaran manusia berhak dan layak untuk diterima dan diakui sebagai sebuah fenomena (Asih, 2005, p.77).

2. Martin Heidegger

Heidegger mengartikan fenomena terbentuk dari phaino, yang berarti membawa pada cahaya, menempatkan dapat terang, menunjukkan diri dalam dirinya sendiri, dan totalitas dari apa yang tampak atau terlihat dari

(22)

cahaya tersebut (Hasbiansyah, 2008,p.167). Kesadaran adalah sesuatu yang sangat mendasar karena pemahaman tentang esensi kesadaran, di mana dalam konsep “being in the world” manusia menunjukkan keberadaannya dengan meng-ada di dalam dunia (Farid, 2018, p.9).

Menurut Heidegger, ada dalam dunia adalah Seinkonnen, yang berarti manusia mampu berada. Maka, ada dalam dunia tidak menunjukkan fakta bahwa manusia berada di dalam dunia, melainkan pada realitas bahwa manusia mengungkapkan keberadaannya di dunia sambil merancang, mengolah, atau membangun dunia yang ia miliki (Farid, 2018, p.10). Ada dan waktu memiliki keterkaitan yang erat karena ada adalah waktu itu sendiri. Hal tersebut menunjukkan bahwa dimensi Ada membuat manusia berada pada waktu dan tempat manusia menemukan dirinya (Farid, 2018, p.10).

3. Alfred Schutz

Schutz memberikan penawaran cara pandang pada penelitian yang berfokus pada penggalian makna yang terbentuk dari realitas kehidupan sehari-hari dalam penelitian dan kerangka pengembangan ilmu sosial (Nindito, 2005, p.80). Bagi Schutz, semua tindakan yang dilakukan oleh manusia memiliki makna, karena manusia secara aktif menginterpretasikan pengalamannya dengan memberikan tanda dan arti tentang apa yang mereka lihat (Yusanto, 2020,p.9).

(23)

penginderaan dan proses pengalaman yang terus berkesinambungan. Pengalaman secara inderawi tersebut pada awalnya tidak memiliki makna. Makna akan muncul ketika dihubungkan dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya melalui proses interaksi dengan orang lain sehingga terdapat makna individu dan makna kolektif dari sebuah fenomena (Hasbiansyah, 2008, p.165).

Fenomenologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep fenomenologi Edmund Husserl. Menurut Husserl, fenomena murni adalah segala hal yang dialami oleh manusia baik yang bersifat fisik, maupun non-fisik. Penelitian ini ingin mengetahui pemaknaan kata love yourself bagi

fans BTS menggunakan fenomenologi Husserl untuk mengetahui

pengalaman dan pemaknaan apa yang dimiliki oleh para anggota penggemar BTS.

Pada konsep fenomenologi Husserl terdapat komponen konseptual untuk menjelaskan bagaimana subjek mendapatkan esensi dan makna dari realitas, sebagai berikut (Dalam Raco & Tanod, 2012, p.89).

a. Intentionality

Kesengajaan atau intentionality adalah sesuatu yang selalu berhubungan dengan kesadaran diri seseorang, karena merupakan proses dalam diri manusia yang berhubungan dengan objek tertentu.

b. Noema dan Noesis

(24)

maksud tertentu, seperti pada pengalaman individu yang memiliki sisi objektif dan sisi subjektif. Sisi objektif dari sebuah fenomena adalah noema yang berarti sesuatu yang dapat dilihat, didengar, dipikirkan, atau dalam bentuk ide. Sedangkan, sisi subjektif dari sebuah fenomena adalah noesis yang berarti suatu tindakan yang dilakukan dengan sengaja seperti merasa, mendengar, memikirkan, dan menilai ide.

c. Intuisi

Intuisi dalam komponen ini adalah kemampuan untuk membedakan. Intuisi adalah sesuatu yang menghubungan noema dan noesis, serta membimbing seseorang untuk mendapatkan pengetahuan.

d. Intersubjektivitas

Makna intersubjektivitas berasal dari konsep sosial dan konsep tindakan. Dalam konsep sosial selalu terjalin hubungan antara dua orang atau lebih. Sedangkan, konsep tindakan adalah perilaku yang membentuk makna subjektif tetapi makna subjektif tersebut dimaknai secara bersama dengan orang lain. Maka, dalam komponen intersubjektivitas terdapat aspek kesamaan dan kebersamaan dengan makna subjektif yang lain.

2.2.2 Fans

(25)

hubungan yang dekat dengan seseorang yang terkenal, atau sesuatu yang

dianggapnya menarik, biasanya seorang penggemar atau fans

mengekspresikan dirinya dalam berbagai bentuk, baik dalam bentuk kreativitas atau gaya tertentu (Duffett, 2013, p.18). Komunikasi yang dilakukan oleh fans dengan orang yang dikaguminya biasanya lebih banyak dimediasi oleh media tertentu, baik dengan menggunakan media sosial ataupun media lainnya (Click & Scott, 2018, p.290). Hal yang dilakukan oleh

fans biasanya dipengaruhi oleh idolanya atau hal yang membuatnya tertarik,

baik dalam gaya berpakaian, menyukai hal yang disukai oleh idolanya, berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh idolanya, dan masih banyak hal lainnya.

Fandom adalah sekelompok fans yang membentuk social network satu

dengan yang lainnya berdasarkan kesamaan minat yang mereka miliki dalam membaca dan menonton teks tertentu, dan fans juga secara bergantian akan menulis atau memproduksi materi untuk teks tersebut. Dengan kata lain fandom adalah komunitas yang dibentuk oleh sekelompok orang yang memiliki kesamaan, yang memiliki bahasa, budaya, dan seni yang hanya dipahami oleh kelompok tersebut (Gooch, 2008, p.3). Menurut Jenkins (dalam Fuschillo, 2020, p.7) terdapat tiga fase evolusi perkembangan sebuah

fandom dalam kaitannya dengan kebaruan teknologi komunikasi, yaitu resistance, participation, dan activism.

Fandom BTS dapat dikategorikan sebagai fandom yang berada pada

(26)

hanya sekadar menyukai BTS, tetapi mereka sebagai bagian dari fandom juga menjadi seorang aktivis yang ikut berpartisipasi dan terlibat pada

campaign Love Myself, baik dengan melakukan donasi melalui kampanye

Love Myself, membagikan cara untuk melakukan self-love kepada orang-orang terdekat, maupun membagikan tentang kampanye Love Myself lewat media sosial milik mereka.

Fans terlibat dalam proses komunikasi yang dilakukan oleh idolanya

dan menjadi audiens aktif yang selalu terlibat dalam kegiatan yang dilakukan idolanya dan menjadikannya sebagai konsumsi di kehidupan sehari-hari (Click & Scott, 2018, p. 223).

Menurut Stuart Hall, tingkat pemahaman dalam pertukaran informasi dalam komunikasi bergantung pada hubungan yang ditetapkan dalam posisi personifikasi pembuat encoder-producer dan decoder-receiver (Hall et al., 2005, p.119). Hal tersebut membuat seseorang yang merupakan fans BTS lebih memahami tentang kampanye Love Myself, dan memiliki pemaknaan yang berbeda tentang kata love myself dibandingkan dengan mereka yang bukan berasal dari kalangan fans karena adanya perbedaan pemahaman dan informasi yang diterima.

Selain itu, makna dapat dikonstruksikan sebagai sesuatu yang berbeda, tergantung pada wacana (Hall et al., 2005, p.162). Fans akan tidak terlalu menunjukkan resistansi karena lebih akomodatif terhadap apa yang

disampaikan oleh idolanya sehingga akan lebih mempermudah

(27)

2.3 Alur Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan konsep di atas, maka fenomena makna kata love myself bagi penggemar BTS dapat dijelaskan dengan bagan berikut.

Bagan 2.1 Alur Penelitian

Sumber: Olahan pribadi peneliti Terdapat berbagai permasalahan yang ada di lingkungan remaja hingga dewasa mengenai perundungan daring, kekerasan, pelecehan, dan rasa stres yang muncul karena tekanan dari pihak luar, hingga kurangnya penerimaan terhadap diri sendiri.

Muncul berbagai kegiatan baik berupa kampanye, seruan, maupun seminar mengenai

cara untuk menerima dan mencintai diri diberbagai media, terutama media sosial

Teori dan konsep yang digunakan:

 Teori

Fenomenologi Husserl

Konsep fans

Pemaknaan Anggota Fans BTS Tentang Kata Love Myself

Bagaimana anggota fans BTS memaknai kata

love myself berdasarkan pengalaman dan

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu  No.  Hal yang direview  Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian sekarang dilakukan oleh Wisnu Aditya Nurkamal untuk menguji ulang pengaruh dimensi gaya hidup terhadap keputusan pembelian dengan menggunakan objek yang berbeda dengan

Dengan berbagai pandangan dan pemaknaan yang muncul secara beragam ini perlu kiranya untuk diungkap dan agar lebih dipahami apa yang dimaksud Islamisasi Ilmu Pengetahuan

Untuk menguji hipotesis mengenai perbedaan konsep diri antara remaja yang sejak masa akhir kanak-kanaknya dibesarkan dipanti asuhan dengan remaja yang sejak masa

Fitur Lain 12 Keypad BMP to ASM Converter Software Kode huruf dan angka sesuai kode ASCII BMP to ASM Converter Software Mendukung berbagai ukuran LCD Karakter Mendukung berbagai

Pengadilan Negeri Bangil merupakan bagian lingkungan peradilan umum di bawah Mahkamah Agung RI sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan

Dengan desain antarmuka yang konsisten akan memberikan manfaat yang baik pada website atau sistem informasi yang memiliki kategori yang sama dan dapat

No Judul Jenis Karya Penyelenggara/ Penerbit/Jurnal Tanggal/ Tahun Ketua/ Anggota Tim Sumber Dana Keterangan 1 NA NA NA NA NA NA NA GL. KEGIATAN

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Program Studi S1 Ilmu