• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN HASIL PENELITIAN KOMODITAS-KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI PALEMBANG DAN PROSES PEMBENTUKAN HARGANYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RINGKASAN HASIL PENELITIAN KOMODITAS-KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI PALEMBANG DAN PROSES PEMBENTUKAN HARGANYA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008 1

RINGKASAN HASIL PENELITIAN

KOMODITAS-KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI PALEMBANG DAN PROSES PEMBENTUKAN HARGANYA

Bank Indonesia Palembang bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Selatan melakukan penelitian dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi Kota Palembang. Penelitian tersebut bertujuan untuk : (i) mengetahui komoditas-komoditas penyumbang inflasi kota Palembang, dan (ii) mengetahui pola pembentukan harga-harga komoditas penyumbang inflasi.

Penelitian melibatkan 57 responden yang meliputi produsen, pedagang besar, dan pedagang eceran di Kota Palembang dan daerah sentra produksi beras.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa terdapat 20 besar komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terhadap pembentukan inflasi kota Palembang sebagaimana pada Tabel 1.

Perhitungan sumbangan masing- masing komoditas terhadap inflasi didasarkan pada nilai konsumsi per bulan masing-masing komoditas, kemudian dari tabel tersebut dilakukan judgement untuk menentukan tiga komoditas yang perlu didalami proses pembentukan

harganya. Penentuan tiga komoditas tersebut juga mempertimbangkan karakteristik komoditas bagi Palembang. Hasil judgement menghasilkan tiga barang yakni beras, minyak goreng, dan tepung terigu. Kenapa beras atau minyak goreng dan tepung terigu? Selain berdasarkan bobot sumbangannya, dimasukkannya beras sebagai komoditas yang akan didalami proses pembentukan harganya adalah didasarkan pada sifat beras sebagai bahan makanan pokok yang tidak mempunyai substitusi. Pemilihan minyak goreng didasarkan pada pertimbangan bahwa komoditas tersebut juga merupakan kebutuhan pokok dan tidak ada barang

Tabel 1

Komoditas Penyumbang Inflasi Palembang Periode 2007

Perubahan Harga

Sumbangan Inflasi

(%) (%)

1 Miny ak Goreng 51.10 2.37 1.21

2 Daging Ay am Ras 46.44 1.98 0.92

3 Mie 30.36 1.78 0.54

4 Emas Perhiasan 39.39 1.27 0.50

5 Roti Manis 60.71 0.69 0.42

6 Empek-Empek 24.44 1.62 0.40

7 Tarif SLTA 55.03 0.64 0.35

8 Telur Ay am Ras 31.67 0.98 0.31

9 Baw ang Merah 44.06 0.68 0.30

10 Beras 5.19 5.53 0.29

11 Rokok Kretek Filter 11.29 2.45 0.28

12 Tahu Mentah 28.57 0.95 0.27

13 Bay am 97.03 0.27 0.26

14 Semen 34.04 0.73 0.25

15 Ikan Gabus 34.87 0.63 0.22

16 Tarip Air Minum 21.08 1.04 0.22

17 Tepung Terigu 44.81 0.38 0.17

18 Tempe 15.63 0.95 0.15

19 Jeruk 38.62 0.37 0.14

20 Rokok Kretek 9.17 1.46 0.13

No. Komoditi

Bobot Komoditas

(%)

Suplemen 3

(2)

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008 2

substitusi yang lebih murah. Pertimbangan serupa juga dilakukan pada tepung terigu. Selain tentunya sebagai barang kebutuhan pokok dan tidak ada barang substitusi, tepung terigu juga merupakan bahan baku dari berbagai makanan khas Palembang, antara lain, empek-empek, tekwan, model, serta bahan baku panganan lain, misalnya roti, mie instan, dan mie basah.

Secara empiris, setidaknya dalam setahun terakhir, khususnya harga minyak goreng dan tepung terigu, mengalami peningkatan yang persisten dari waktu ke waktu. Sebagaimana dideskripsikan pada Grafik 1 terlihat bahwa pada awal tahun 2007, harga minyak goreng curah sebesar Rp6.490 per kg, kemudian terus mengalami peningkatan dan pada akhir tahun telah mencapai Rp8.650 per kg.

Hal yang sama juga terjadi pada harga tepung terigu merk Segitiga Biru (lihat Grafik 2). Pemilihan tepung terigu Segitiga Biru dengan pertimbangan bahwa merk tersebut merupakan merk tepung terigu yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat kota Palembang. Pada awal tahun 2007 harga tepung terigu sebesar Rp4.500 per Kg, sedangkan di akhir tahun sudah mencapai Rp5.910 per Kg. Kenaikan harga tepung terigu juga tidak lepas dari perkembangan harga tepung terigu di pasar internasional yang sempat mengalami eskalasi pada tahun lalu.

Sementara itu, fluktuasi dari harga beras di Palembang sangat dipengaruhi oleh faktor musiman atau siklus produksi beras.

Grafik 2

Perkembangan Harga Tepung Terigu Tahun 2007

4.500

4.5004.500 4.500 4.500 4.500 4.525 4.775

5.206 5.438

5.500 5.910

4.000 4.200 4.400 4.600 4.800 5.000 5.200 5.400 5.600 5.800 6.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Bulan

Rp.

Grafik 3

Perkembangan Harga Beras Tahun 2007

5.356 5.332

5.629

4.9094.9154.9184.896 4.953 5.169

5.219 5.185

5.471

4.000 4.200 4.400 4.600 4.800 5.000 5.200 5.400 5.600 5.800 6.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Bulan

Rp.

Grafik 1

Perkembangan Harga Minyak Goreng Curah, 2007

8.650 8.565 8.500 8.592 8.808

8.107 8.598

7.883

7.324

6.350 6.490

6.400 6.000

6.500 7.000 7.500 8.000 8.500 9.000 9.500 10.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Bulan

Rp.

(3)

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008 3

Pada penelitian ini, pembentukan harga beras dibagi menjadi tiga kerangka waktu yakni pada saat: (i) panen, (ii) normal, dan (iii) paceklik. Pada grafik 3 terlihat bahwa harga beras mengikuti tiga kerangka waktu dimaksud. Harga beras yang dihitung merupakan harga beras rata-rata dari berbagai merk yakni: (i) selancar, (ii) sepat siam, (iii) patin), (iv) dewi, (v) topi koki, (vi) arjuna, dan (vii) arjuna. Secara empiris, harga beras tertinggi terjadi berkisar pada triwulan I, kemudian menurun pada triwulan II dan III. Setelah itu, harga beras kembali meningkat pada triwulan IV sehubungan peningkatan permintaan sehubungan dengan bulan puasa dan hari besar keagamaan di samping terjadi musim kemarau.

Pembentukan Harga Beras, Minyak Goreng, dan Tepung Terigu

Penelitian menemukan bahwa terdapat 6 komponen pembentuk harga di komoditas beras masing-masing sebagai berikut: (i) modal untuk pembelian beras, (ii) transpor, (iii) tenaga kerja, (iv) kemasan, (v) biaya lain-lain, dan (vi) keuntungan.

Selain dibedakan berdasarkan kerangka waktu, pembentukan harga juga dikelompokkan dalam tiga golongan yakni : (i) produsen, (ii) pedagang besar, dan (iii) pedagang eceran.

Pada tingkat produsen, sebagian besar harga dibentuk oleh pengeluaran untuk bahan baku, yakni bibit, pupuk, dan saprodi lainnya yang secara persentase jumlahnya mencapai 86.78 persen untuk setiap kilogramnya. Angka tersebut merupakan angka rata-rata persentase di tiga periode (panen, normal, dan paceklik). Rata-rata margin keuntungan di tingkat produsen sebesar 9,03 persen.

Sementara itu, komponen pembentuk harga lainnya (transpor, tenaga kerja, kemasan, biaya lain-lain) relatif rendah yakni berkisar 0,65 persen sd. 1,74 persen (lihat Tabel 2).

Di tingkat produsen, besaran persentase komponen harga tidak jauh berbeda, dimana rata-rata komposisi modal untuk pembelian komoditi juga merupakan yang terbesar (90,87 persen). Besarnya margin keuntungan rata-rata 5,33 persen. Di tingkat pedagang eceran pun tidak jauh berbeda, hanya komponen pembelian komoditi yang terbesar, sedangkan keuntungan hanya 6,39 persen.

Komponen pembentukan harga pada waktu paceklik, bahan baku dan modal pembelian komoditas merupakan komponen terbesar, baik di sisi produsen,

(4)

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008 4

pedagang besar, serta pedagang eceran. Selain itu, margin keuntungan pun terendah di saat musim paceklik bagi pedagang eceran dan pedagang besar.

Pembentukan harga

minyak goreng curah dikelompokkan pada tiga golongan yakni: (i) pedagang eceran, (ii) pedagang besar, dan (iii) produsen (lihat Tabel 3). Modal pembelian komoditas dan bahan baku di masing-masing kategori pelaku usaha merupakan komponen terbesar dalam pembentukan harga. Alokasi untuk keuntungan secara rata-rata di bawah 10 persen, 0,51 persen untuk produsen, 2,74 persen untuk pedagang besar, dan 6,32 persen untuk pedagang eceran. Sementara itu, untuk komponen-komponen lainnya relatif rendah.

Pola pembentukan harga untuk komoditas tepung terigu di Kota Palembang juga tidak berbeda dengan dua komoditas lainnya. Namun pelaku usaha yang terkait hanya meliputi dua yakni: (i) pedagang eceran dan (ii) pedagang besar. Hal ini dikarenakan tidak terdapatnya produsen tepung terigu di Sumatera Selatan. Modal pembelian komoditas merupakan komponen terbesar dalam pembentukan harga terigu atau berada dalam kisaran 91,02 sd. 93,42 persen, sedangkan untuk keuntungan masing-masing mencapai 3,86 persen untuk pedagang besar dan 6,61

Tabel 2

Pola Pembentukan Harga Beras Pada Tingkat Produsen di Propinsi Sumatera Selatan (dalam % per Kg)

Periode Musim Variabel Pembentuk

Harga Panen Normal Paceklik Rata-

Rata

(1) (2) (3) (4) (5)

Bahan Baku 84,81 88,14 87,39 86,78

Transport 0,88 0,80 0,69 0,79

Tenaga Kerja 1,47 1,82 1,92 1,74

Kemasan 0,68 0,66 0,62 0,65

Biaya lain-lain 1,13 1,08 0,81 1,01 Keuntungan 11,03 7,50 8,57 9,03 JUMLAH 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : Penelitian BI Palembang dan BPS Prop. Sumsel, 2008

Tabel 3

Pola Pembentukan Harga Minyak Goreng Curah di Kota Palembang (dalam % per Kg)

Kategori Variabel Pembentuk

Harga Pedagang Eceran

Pedagang

Besar Produsen

(1) (2) (3) (4)

Modal Pembelian

Komoditi* 92,17 93,65 91,25

Transport 0,03 1,98 2,24

Tenaga Kerja 0,69 0,20 0,49

Kemasan 0,56 0,04 **

Biaya lain-lain 0,25 1,41 5,52

Keuntungan 6,32 2,74 0,51

JUMLAH 100,00 100,00 100,00 Sumber : Penelitian BI Palembang dan BPS Prop. Sumsel, 2008 * Modal Pembelian Komoditi = Bahan Baku (untuk tingkat

Produsen)

** termasuk dalam biaya lain-lain

(5)

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008 5

persen pedagang eceran.

Komponen-komponen pembentuk harga lainnya berada di bawah 2 persen. Untuk ketiga komoditas, biaya-biaya lain antara lain meliputi sewa gudang, jasa keamanan, retribusi, dan termasuk pungutan- pengutan tidak resmi lainnya.

Implikasi dan Rekomendasi Kebijakan

Hasil penelitian tersebut setidaknya telah menjadi langkah untuk kita membedah proses pembentukan harga komoditas yang mempunyai sumbangan strategis terhadap inflasi kota Palembang. Stabilisasi harga beras pada level yang wajar, sebagai contoh, perlu dilakukan melalui upaya peningkatan produksi dan mekanisme tata niaga yang efektif. Saat ini biaya produksi petani masih cukup tinggi, hal tersebut dapat menjadi obyek kajian bagaimana petani-petani di Sumsel mendapatkan bibit, pupuk, BBM, dan saprodi lainnya. Berdasarkan survei-survei terpisah, para petani padi di Sumsel saat ini tengah menghadapi masalah kenaikan harga pupuk, BBM untuk traktor, kenaikan biaya tenaga kerja, kenaikan harga saprodi. Selain itu, di beberapa sentra produksi terdapat pula permasalahan serangan hama (tikus dan tungro), demikian pula kasus pupuk oplosan dan bibit palsu. Saat ini mekanisme tata niaga belum sepenuhnya berjalan optimal, berdasarkan informasi dari para petani di sentra produksi, sebagian besar petani sudah terjerat oleh ijon dan hasil panen petani sebagian besar di jual kepada pedagang beras dari luar Sumsel. Hal tersebut menyebabkan pasokan beras untuk Sumsel berkurang. Kekurangan pasokan tentunya berpotensi meningkatkan harga. Dalam hal ini kebijakan stok pangan di Sumsel dalam memenuhi kebutuhan perlu ditinjau kembali. Untuk komoditas tepung terigu dan minyak goreng, kebijakan yang dapat diambil adalah pengkajian kembali kebijakan operasi pasar. Hal lain yang perlu dilakukan adalah pemberantasan pungutan liar di sepanjang titik distribusi. Selanjutnya, sebagai tahapan pendalaman, tentunya diperlukan penelitian lanjutan ke depan yang bertujuan untuk mengetahui interregional inflation untuk melihat lebih detail sumber tekanan inflasi.

Tabel 4

Pola Pembentukan Harga Tepung Segitiga Biru di Kota Palembang (dalam %)

Kategori Variabel Pembentuk Harga Pedagang

Eceran

Pedagang Besar

(1) (2) (3)

Modal Pembelian

Komoditi 91,02 93,42

Transport 0,04 0,95

Tenaga Kerja 0,24 1,55

Kemasan 1,45 0,00

Biaya lain-lain 0,66 0,23

Keuntungan 6,61 3,86

JUMLAH 100,00 100,00 Sumber : Penelitian BI Palembang dan BPS Prop. Sumsel,

2008

Referensi

Dokumen terkait

Gedung parkir dengan bentuk lantai terpisah dan berlantai banyak dengan ramp yang ke atas digunakan untuk kendaraan yang masuk dan ramp yang tirim digunakan untuk

Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa data yang mengandung makna denotatif dan konotatif pada buku biografi Presiden Sukarno yang berjudul “Bung Karno

Dua struktur arah utara - barat laut yang kaya cadangan emas dengan posisi relatif tegak sebagai sistem urat kuarsa, adalah Cikoneng disebelah utara dan Cibitung

Peran guru sebagai pengajar dalam pembentukan kecerdasan emosional di Raudhatul Athfal Takrimah Tungkob antara lain: Guru menciptakan suasana yang menyenangkan saat

Perwujudan semangat kewarganegaraan dan kemanusiaan dalam perilaku interaktif guru-siswa dan siswa-siswa, dan penciptaan iklim demokratis dalam rangka

Sosok wayang itu sendiri sebagai suatu produk kreatif yang mempunyai banyak ra- gam cerita dan penampilan visual boneka- nya, sering ditafsirkan secara sempit dan direduksi

Mengeksplorasi simbol-simbol yang ditampilkan oleh televisi Metro TV dalam menampilkan pesan dakwah yang disampaikan oleh dua Ulama Islam Indonesia dalam acara Mata

Hasil penelitian menunjukkan nilai uji statistik pada tingkat signifikan α < 0,05 diperoleh ada faktor yang menpengaruhi yang bermakna antara biaya ( ρ value sebesar