• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN..."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

iii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

DAFTAR ISI ... iii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 1

1.3 Manfaat ... 1

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 2

2.1 Tanaman Kale ... 2

2.2 Budidaya Tanaman Kale ... 3

III. RENCANA DAN JADWAL KEGIATAN ... 7

3.2 Materi Praktik Kerja Lapangan ... 7

3.2 Metode Praktik Kerja Lapangan ... 7

3.3 Alat dan Bahan Praktik Kerja Lapangan ... 7

3.4 Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ... 7

DAFTAR PUSTAKA ... 9

LAMPIRAN ... 11

(4)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris, terletak di daerah tropis dan memiliki tanah subur yang melimpah. Kondisi ini mempermudah Indonesia untuk mengembangkan berbagai macam produk pertanian, salah satunya tanaman hortikultura. Tanaman kale merupakan salah satu jenis tanaman sayuran daun yang memiliki nilai ekonomi tinggi serta prospek yang cukup baik untuk dibudidayakan (Dewanti dkk., 2019). Tanaman kale berasal dari wilayah Eropa (Fajri dan Soelistyono, 2018). Tanaman kale mengandung kalium, zat besi, mangan, vitamin A dan vitamin C. Kandungan vitamin C pada tanaman kale mencapai 152,18 mg/100 g (Agustin dan Fauzi, 2019).

Kandungan vitamin C tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan jambu biji (49,86 mg/100 g) maupun jeruk (96,8 mg/100 g) yang dikenal secara luas memiliki kandungan vitamin C tinggi (Febrianti dkk., 2016).

Kandungan gizi yang tinggi pada tanaman kale menyebabkan permintaan pasar semakin meningkat seiring dengan kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi sayuran sehat. Produksi tanaman kale masih mengalami fluktuasi, sehingga permintaan pasar masih belum terpenuhi. Hal ini disebabkan tanaman kale masih jarang dibudidayakan di Indonesia, karena menghendaki tumbuh di daerah dataran tinggi (Utami dkk., 2019). Upaya peningkatan pertumbuhan dan produksi dilakukan melalui budidaya secara tepat dan optimal untuk meningkatkan kualitas serta kuantitas hasil panen.

1.2 Tujuan PKL

Mengetahui dan memahami cara budidaya tanaman kale di Agroedukasi Caping Merapi.

1.3 Manfaat PKL

Memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan budidaya tanaman kale.

(5)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kale

Kale merupakan sayuran semusim yang umumnya dibudidayakan di Eropa Tengah dan Amerika Utara. Klasifikasi tanaman kale menurut Tjitrosoepomo (2013), sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Klasis : Dicotyledoneae

Ordo : Brassicales

Familia : Brassicaceae Genus : Brassica

Spesies : Brasssica oleracea var. achepala

Tanaman kale memiliki sistem perakaran tunggang yang dapat menembus tanah sampai kedalaman  40 cm. Akar tanaman kale berwarna putih, halus, dan berukuran kecil. Batang berbentuk bulat pendek dengan permukaan halus, memiliki diameter 3-4 cm, dan terletak pada bagian bawah (dasar) yang terpendam di dalam tanah. Pada batang terdapat ruas yang merupakan tempat tumbuhnya daun dan mengalami penebalan (Samadi, 2013). Berdasarkan ukurannya, batang tanaman kale dibagi menjadi tiga yaitu berbatang pendek (20-30 cm), sedang (40-90 cm), dan panjang (lebih dari 90 cm) (Susilawati, 2017).

Tanaman kale berdaun rimbun dengan letak daun berselang-seling mengelilingi batang tanaman. Daun berbentuk bulat panjang dengan ujung meruncing dan tulang-tulang daun menyirip (Samadi, 2013). Menurut Susilawati (2017), daun kale yang dikonsumsi ialah daun berbentuk keriting.

Menurut Pereira et al. (2011), tanaman kale memiliki daun berwarna hijau atau ungu.

(6)

3 Bunga tanaman kale berwarna putih dan tumbuh lebat dalam satu rangkaian yang tumbuh pada pucuk tanaman dengan tangkai bunga yang panjang. Buah berbentuk polong dan didalamnya berisi banyak biji yang berukuran sangat kecil. Biji tanaman kale berbentuk bulat dan berwarna hitam (Samadi, 2013).

Tanaman kale dapat tumbuh pada ketinggian tempat antara 700-1.300 meter diatas permukaan laut (m dpl). Suhu rata-rata harian yang sesuai untuk pertumbuhan yaitu 15-25°C, dengan kelembaban udara 60-90 %. Daerah dengan rerata curah hujan 1.000-1.900 mm per tahun sesuai untuk membudidayakan tanaman kale (Samadi, 2013). Tanaman kale menghendaki tanah dengan pH 6-6,5 (Samec et al., (2018). Menurut Samadi (2013), keadaan tanah yang baik dan sesuai untuk tanaman kale yaitu yang berstruktur remah, gembur, banyak mengandung bahan organik, subur, mudah mengikat air (porous), dan solum tanah dalam. Tanaman kale menghendaki tekstur tanah lempung ringan dengan sedikit kandungan pasir.

2.1 Budidaya Tanaman Kale

Tahapan dalam budidaya tanaman kale perlu diperhatikan agar tanaman dapat tumbuh dengan hasil panen yang maksimal, baik kualitas maupun kuantitasnya. Tahapan kegiatan budidaya tanaman kale yaitu :

a. Pesemaian

Benih kale disemai pada bedengan pesemaian dan diberi naungan.

Media pesemaian berupa campuran tanah, kompos, dan pasir dengan perbandingan 3:1:1. Pesemaian dilakukan 2 minggu sebelum pindah tanam. Bibit yang disemai di pesemaian dipelihara dengan melakukan penyiraman pada pagi atau sore hari (Dantri dkk., 2015).

b. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah dilakukan pada awal kegiatan budidaya tanaman.

Menurut Astiko dkk. (2020), pengolahan tanah dilakukan dengan cara pencangkulan sebanyak dua kali. Pengolahan pertama dilakukan dengan mencangkul tanah dan didiamkan selama dua hari. Pengolahan tanah

(7)

4 kedua dilakukan dengan meratakan tanah, menggemburkan, dan membersihkan tanah dari sisa-sisa akar. Menurut Fitri dkk., 2020, pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah menjadi gembur, meningkatkan kemampuan daya simpan air, dan mengurangi pencucian unsur hara.

c. Penanaman

Penanaman dilakukan setelah bibit berumur 15 hari setelah semai (hss) atau memiliki tiga daun. Penanaman dilakukan dengan memindahkan bibit dari pesemaian ke lubang tanam yang telah ditentukan jarak tanamnya (Dantri dkk., 2015). Jarak tanam yang secara umum digunakan dalam budidaya yaitu 30 cm x 30 cm (Utami dkk., 2019).

d. Pemeliharaan 1) Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan hasil panen (Purnomo dkk., 2013). Pemupukan menggunakan pupuk dasar dan pupuk susulan. Pupuk dasar yang digunakan berupa pupuk kompos (2 ton/ha), urea (200 kg/ha) dan SP- 36 (150 kg/ha) dan diberikan pada awal kegiatan budidaya yaitu saat pengolahan tanah (Ngantung dkk., 2018). Pupuk susulan yang digunakan berupa pupuk organik cair (poc) dilakukan pada fase vegetatif (Widowati dkk., 2018). Poc diberikan setelah tanaman berumur 2 minggu setelah tanam. Pemberian poc dilakukan setiap minggu dengan cara disemprot pada tanaman dengan dosis 1 ml/l (Rondonuwu dkk., 2016).

2) Penyiraman

Penyiraman bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman dan menjaga ketersediaannya di dalam tanah. Penyiraman dilakukan 3 hari sekali atau disesuaikan dengan kondisi kelembaban tanah (Sari, 2016).

(8)

5 3) Pengendalian Organisme Penganggu Tanaman (OPT)

Pengendalian organisme pengganggu tanaman terdiri dari pengendalian gulma, hama dan penyakit tanaman. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara kultur teknis (menggunakan tanaman sela, mulsa, penutup tanah, pengolahan tanah, dan penyiangan), secara mekanis (pembabatan, pembakaran, penggenangan), dan secara kimiawi yaitu menggunakan herbisida (Susilawati (2017).

Hama yang menyerang yaitu ulat grayak (Spodoptera litura F.) dan kutu daun (Aphid sp.). Menurut Astuti dkk. (2018), pengendalian hama dapat dilakukan secara kultur teknis, fisik, mekanik, dan kimiawi. Pengendalian secara kultur teknis dilakukan dengan menggunakan varietas tahan hama. Pengendalian secara fisik dilakukan dengan membuang bagian tanaman yang terserang hama.

Pengendalian secara mekanik dilakukan dengan menggunakan bantuan alat dan pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan insektisida.

Penyakit yang menyerang antara lain penyakit bercak daun alternaria, akar gada, dan busuk hitam (Pratama dkk., 2016).

Pengendalian penyakit dapat dilakukan secara kultur teknis dan hayati. Menurut Widowati dkk. (2018), pengendalian secara kultur teknis dilakukan dengan rotasi tanaman, budidaya secara polikultur, dan pengolahan tanah. Pengendalian hayati dilakukan dengan menggunakan pestisida nabati yang terbuat dari bahan-bahan alami.

e. Panen

Panen tanaman kale dilakukan pada saat tanaman berumur 40 hari setelah tanam (hst) atau 55 hari setelah semai (hss) (Dantri dkk., 2015).

Panen dilakukan dengan cara memotong seluruh tanaman dan membuang daun yang menguning (Korus, 2010). Ciri-ciri tanaman yang siap dipanen menurut Samadi (2013) yaitu tanaman belum berbunga, batang dan daun belum terlihat menua, dan batang belum mengeras.

(9)

III RENCANA DAN JADWAL PRAKTIK KERJA LAPANGAN

3.1 Materi Praktik Kerja Lapangan

Materi Praktik Kerja Lapangan terdiri dari materi umum dan materi khusus. Materi umum meliputi pengenalan struktur organisasi dan kegiatan di Agroedukasi Caping Merapi. Materi khusus yaitu materi tentang budidaya tanaman kale di Agroedukasi Caping Merapi.

3.2 Metode Praktik Kerja Lapangan

Metode yang digunakan dalam praktik kerja lapangan yaitu :

a) Partisipasi aktif, yaitu ikut serta secara langsung dalam kegiatan budidaya tanaman kale di Agroedukasi Caping Merapi,

b) Observasi, yaitu pengamatan secara langsung mengenai budidaya tanaman kale di Agroedukasi Caping Merapi,

c) Wawancara, yaitu mengajukan pertanyaan mengenai budidaya tanaman kale kepada koordinator atau pembimbing lapangan di Agroedukasi Caping Merapi,

d) Studi pustaka, yaitu mengumpulkan data dengan cara membaca dan menelaah buku maupun referensi yang terkait dengan budidaya tanaman kale.

3.3 Alat dan Bahan Praktik Kerja Lapangan

Alat yang digunakan yaitu cangkul, gembor, sekop, selang, ember, dan cangkul. Bahan yang digunakan yaitu tanah, benih tanaman kale, pupuk organik, pestisida organik, dan air.

3.4 Jadwal Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan

Pelaksanaan praktik kerja lapangan direncanakan pada bulan Februari- Maret 2021 dengan 6 hari kerja dalam satu minggu atau selama 30 hari kerja.

(10)

8 Jadwal kegiatan praktik kerja lapangan disajikan dalam tabel berikut.

No. Kegiatan Bulan

Des-20 Jan-21 Feb-21 Mar-21 Apr-21 1 Observasi Lokasi PKl

2 Pembuatan Proposal 3 Pelaksanaan PKL 4 Penyusunan Laporan

dan Ujian PKL

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, H. dan A. R. Fauzi. 2019. Induksi Pembungaan Kale dengan Aplikasi Pupuk N, P dan Pemberian Hormon Giberelin. Agrin. 23(2): 132-143.

Astiko, W., A. Rohyadi, M. Widarningsih dan I. Muthahanas. 2020. Aplikasi Sistem Pertanian Organik pada Budidaya Tanaman Sawi Umur Genjah di Kawasan Taman Udayana. Pepadu. 1(1): 55-63.

Astuti, A., N. Krisdianto dan A. Nurjannah. 2018. Sinergi Pengelolaan Lingkungan Hidup melalui Sistem Pengendalian Hama Terpadu (Kasus pada Usahatani Bawang Merah). Agribisnis Terpadu. 11(1): 30-37.

Dantri, R., T. Irmansyah dan J. Ginting. 2015. Respons Pemberian Pupuk Hayati pada Beberapa Jarak Tanam Pertumbuhan dan Produksi Kailan (Brassica oleraceae var. acephala). Online Agroekoteknologi. 3(2): 483-488.

Dewanti, S. K., E. Fuskhah dan Sutarno. 2019. Pertumbuhan dan Produksi Kale (Brassica oleracea var. acephala) pada Dosis Pupuk Kascing dan Jarak Tanam yang Berbeda. Pertanian Tropik. 6(3): 393-402.

Fajri, L. N dan R. Soelistyono. 2018. Pengaruh Kerapatan Tanaman dan Pupuk Urea terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kale (Brassica oleracea var. acephala). Plantropica. 3(2): 133-140.

Febrianti, N., I. Yunianto dan R. Dhaniaputri. 2015. Kandungan Antioksi dan Asam Askorbat pada Jus Buah-Buahan Tropis. Bioedukatika. 3(1): 6-9.

Fitri, I., N. S. Sebayang dan S. B. Tambunan. 2020. Pengaruh Pengolahan Tanah pada Pemberian POC terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi ( Brassica juncea L.). Biotik. 8(1): 48-59.

Korus, A. 2010. Effect of the Cultivar and Harvest Date of Kale (Brassica oleracea var. acephala) on Crop Yield and Plant Morphological Features.

Vegetable Crops Research Bulletin. 73:55-65.

Ngantung, J. A. B., J. J. Rondonuwu dan R. I. Kawulusan. 2018. Respon Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.) terhadap Pemberian Pupuk Organik dan Anorganik di Kelurahan Rurukan Kecamatan Tomohon Timur. Eugenia.

24(1): 44-51.

Pereira, D. M., F. Forreres, P. Valentao and P. B. Andreade. 2011. Brassica Seeds: Metabolomics and Biological Potential. Nuts and Seeds in Health and Disease Prevention. Academic Press. United Kingdom.

(12)

10 Pratama, T., G. Suastika dan A. Nurmansyah. 2016. Dampak Penyakit Tanaman terhadap Pendapatan Petani Kubis-Kubisan di Daerah Agropolitan Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Fitopatologi Indonesia. 12(6): 218-223.

Purnomo, R., M. Santoso dan S. Heddy. 2013. Pengaruh Berbagai Macam Pupuk Organik dan Anorganik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.). Produksi Tanaman. 1(3): 93-100.

Rondonuwu, N. K., J. Paulus dan A. Pinaria. 2016. Aplikasi Pupuk Organik Cair terhadap Pembentukan Krop Tanaman Kubis (Brassica oleracea var.

capitata L.). Eugenia. 22(1): 21-28.

Samadi, B. 2013. Budidaya Intensif Kailan secara Organik dan Anorganik.

Pustaka Mina. Jakarta.

Samec, D., B. Urlic and B. S. Sondi. 2018. Kale (Brassica oleracea var. acephala) as a Superfood: Review of the Scientific Evidence Behind the Statement.

Critical Reviews in Food Science and Nutrition Journal: 1-37.

Sari, R. M. P., M. D. Maghfoer dan Koesriharti. 2016. Pengaruh Frekuensi Penyiraman dan Dosis Pupuk Kandang Ayam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L. var. chinensis). Produksi Tanaman. 4(5): 342-351.

Susilawati. 2017. Mengenal Tanaman Sayuran Prospek dan Pengelompokkan.

Unsri Press. Palembang.

Tjitrosoepomo, G. 2013. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). UGM Press.

Yogyakarta.

Utami, E. P. P., W. E. Murdiono dan E. Nihayati. 2019. Pengaruh Naungan dan Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanamn Curly Kale (Brassica oleracea var. achepala). Produksi Tanaman. 7(5): 801-807.

Widowati, L. R., D. Setyorini, W. Hartatik, J. Purnomo, U. Haryati, Wiratno, Samsudin dan Irawan. 2018. Sistem Budidaya Organik. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

(13)

11 Lampiran Daftar Pertanyaan

A. Masalah Umum

1. Bagaimana sejarah singkat dan latar belakang Agroedukasi Caping Merapi ?

2. Bagaimana struktur organisasi dan kepengurusan di Agroedukasi Caping Merapi ?

3. Apa saja produk pertanian yang menjadi komoditas utama di Agroedukasi Caping Merapi ?

4. Apa saja kegiatan di Agroedukasi Caping Merapi ?

B. Masalah Khusus

1. Mengapa dilakukan budidaya tanaman kale di Agroedukasi Caping Merapi ?

2. Bagaimana tahapan budidaya tanaman kale di Agroedukasi Caping Merapi ?

3. Apa saja kendala dalam kegiatan budidaya tanaman kale di Agroedukasi Caping Merapi ?

4. Apa keunggulan budidaya tanaman kale di Agroedukasi Caping Merapi ?

Referensi

Dokumen terkait

Dari 2 (dua) indikator kinerja SKPD yang tercantum dalam RPJMD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013-2018 yang menjadi tanggung jawab Badan Diklat Provinsi Sumatera

Pantai ini adalah salah satu objek wisata unggulan di Kota Jayapura Provinsi Papua yang merupakan aset milik Pemerintah Daerah Kota Jayapura Provinsi

Grafik hubungan cacat dan kerapatan kayu sifat pengetaman (planing) pada bonita III………

306 Tabel 10 Hasil Rekayasa Arah Hadap Orang Mati Gantung Diri di Satu Ke- camatan dalam Interval Waktu Satu Bulan pada

PDRB Produk Domestik Regional Bruto ADHK Atas Dasar Harga Konstan ADHB Atas Dasar Harga Berlaku SWF Social Welfare Function. APBN Anggaran Pendapatan Belanja Negara APBD

Tabel II.2Sintesis Literatur Pengaruh Aktivitas terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat

Kegiatan persiapan dari progam Optimalisasi Pendataan Siswa Penerima Beasiswa Kartu Indonesia Pintar bagi Sekolah Menengah Pertama (SMP) se-Kabupaten Gunungkidul Tahun

Namun, Menurut hasil penelitian I Dewa (2013) menyatakan Debt to Equity Ratio (DER) tidak mempunyai pengaruh signifikan pada tingkat Underpricing diproksi dengan rasio total