• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEGIATAN SIWAB DI KABUPATEN NAGEKEO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEGIATAN SIWAB DI KABUPATEN NAGEKEO"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KEGIATAN SIWAB DI KABUPATEN NAGEKEO

Mendengar nama kabupaten Nagekeo mungkin bagi sebagian besar dari kita masih terasa asing mendengarnya, termasuk juga penulis. Dimanakah kabupaten Nagekeo berada? Apa potensi andalah daerah tersebut, apakah hasil pertanian, perkebunankah, atau peternakan? Atau pariwisata? Ataukah pertambangan? Dan masih banyak lagi pertanyaan seputar kabupaten Nagekeo. Padahal, bila kita ditanya tentang kabupaten Ende, penulis yakin, walaupun belum tentu benar, sebagian dari kita pernah mendengarnya atau pernah membaca dalam buku-buku pelajaran sejarah di sekolah. Ende memang dikenal sebagai salah satu tempat pengasingan sang Proklamator Bung Karno. Di Ende, Bung Karno selama masa- masa pengasingannya berhasil merumuskan apa yang kita kenal sebagai Pancasila.

Kalau kita sudah mengetahui Ende, kabupaten yang terletak di pulau Flores Nusa Tenggara Timur, maka tidaklah sulit untuk mengetahui letak Nagekeo.

Kabupaten Nagekeo berbatasan langsung dengan kabupaten Ende, tepatnya berada di sebelah barat kabupaten Ende. Sebenarnya, kabupaten Nagekeo merupakan hasil pemekaran dari kabupaten Ngada. Peresmiannya dilaksanakan pada tanggal 22 Mei 2007 oleh Penjabat Menteri Dalam Negeri Widodo AS.

Seperti halnya daerah lainnya di NTT, kabupaten Nagekeo memiliki potensi yang cukup besar dari sub sektor peternakan khususnya sapi potong. Berdasarkan hasil Sensus Pertanian 2013, populasi sapi di kabupaten Nagekeo sebanyak 27.281 ekor (jantan 7697 ekor dan betina 19.584 ekor) dan kerbau sebanyak 5863 ekor (Sumber : BPS). Pola pemeliharaan sapi di Nagekeo sebagian besar dipelihara secara ekstensif, yaitu melepas ternak sapi di padang penggembalaan. Ternak dilepas di padang penggembalaan untuk mencari makan dan minum. Sistem perkawinan menggunakan pejantan yang dilepas bersama-sama dengan ternak sapi lainnya secara berkelompok.

Selain pemeliharaan secara ekstensif, pola pemeliharaan semi ekstensif pun banyak dilakukan para peternak sapi di kabupaten Nagekeo. Dengan pola pemeliharaan seperti ini, peternak mengikat ternak sapinya di padang penggembalaan tetapi ternak tidak dikandangkan. Dengan pemeliharaan seperti ini, sistem perkawinan yang digunakan adalah kawin alam dengan menggunakan sapi jantan yang ada dan dengan penerapan teknologi inseminasi buatan (IB). Namun, penerapan IB di Nagekeo belumlah banyak dilakukan. Kesulitan mendapatkan

(2)

nitrogen cair menjadi kendala utama dalam pelaksanaan IB di Nagekeo. Padahal, para peternak sangat antusias terhadap aplikasi IB pada ternaknya. Dengan membandingkan anakan hasil kawin alam dengan hasil IB, baik dengan melihat pertumbuhannya maupun harga jualnya (hasil IB pertumbuhannya lebih cepat dan harga jual lebih tinggi), peternak mengharapkan teknologi IB dapat diterapkan lebih banyak lagi.

Kecenderungan para peternak untuk beralih menggunakan teknologi IB dalam mengawinkan ternak sapinya kemungkinan besar akibat anakan hasil kawin alam ukuran tubuhnya lebih kecil daripada hasil IB pada kisaran umur yang sama. Dan tentu saja sangat berpengaruh terhadap harga jualnya. Kenapa anakan hasil kawin alam lebih kecil ukurannya ? Kemungkinan besar akibat terjadinya inbreeding, dimana sapi jantan mengawini sapi betina yang hubungan kekerabatannya sangat dekat. Dampak negatif akibat inbreeding salah satunya adalah anak yang dihasilkan ukurannya lebih kecil.

Sapi-sapi yang digembalakan di padang penggembalaan di kecamatan Aesesa kabupaten Nagekeo Nusa Tenggara Timur

(3)

Kegiatan UPSUS SIWAB di Kabupaten Nagekeo

Upaya khusus sapi indukan wajib bunting atau dikenal dengan singkatan UPSUS SIWAB merupakan program yang diluncurkan oleh pemerintah dalam upaya meningkatkan populasi ternak ruminansia besar untuk mendukung kecukupan protein hewani. Setiap instansi pusat lingkup Kementerian Pertanian terutama yang bernaung di bawah Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Badan Penelitian Pertanian, dan Badan SDM diberi tugas untuk melakukan pendampingan di daerah-daerah yang melaksanan UPSUS SIWAB.

BET Cipelang, sebagai Unit Pelaksana Teknis Ditjen PKH diberi tugas pendampingan di delapan kabupaten/kota, yaitu kabupaten dan kota Bogor, kota Depok, Garut, Wonogiri, Sukoharjo, Ende, dan kabupaten Nagekeo. Tidak seperti kegiatan GBIB 2015, dimana BET Cipelang terlibat langsung dalam penanganan teknis reproduksi ke lapangan untuk melakukan pemeriksaan kondisi reproduksi sapi, maka pada kegiatan SIWAB ini, tugas pendampingan BET Cipelang sebatas melakukan supervisi dan monitoring kegiatan di daerah SIWAB. Jika diperlukan, BET Cipelang memberi masukan dan saran terkait kegiatan SIWAB di daerah yang didampinginya. Adapun kegiatan teknis di lapangan menjadi tugas kabupaten/kota, kecuali untuk daerah introduksi IB seperti kabupaten Ende dan Nagekeo Provinsi Nusa Tenggara Timur. Di kedua daerah tersebut, kegiatan IB masih terbatas dan belum dikenal oleh sebagian besar peternak. Jumlah tenaga teknis reproduksinya pun masih sedikit. Padahal dalam program SIWAB ini, optimalisasi IB menjadi salah satu tujuan pokoknya, tidak terkecuali di kabupaten Ende dan Nagekeo.

Khusus untuk kegiatan SIWAB di kabupaten Nagekeo, koordinasi dengan dinas terkait telah dilaksanakan pada 20 Januari 2017 dan realisasi dari hasil koordinasi tersebut adalah pelaksanaan pemeriksaan status reproduksi ternak sapi dan kerbau pada tanggal 20 – 25 Februari 2017. Pemeriksaan status reproduksi diperlukan untuk menginventarisir jumlah ternak yang akan disinkron, ternak bunting, dan ternak yang mengalami gangguan reproduksi. Pemeriksaan ternak dilakukan bersama-sama antara petugas teknis Nagekeo dan tim teknis BET Cipelang.

Pemeriksaan ternak sapi dan kerbau di kabupaten Nagekeo dilakukan di 2 kecamatan (rencana 3 kecamatan), yaitu kecamatan Aesesa dan kecamatan Boawae. Kecamatan Aesesa lokasinya tidak terlalu jauh dari ibukota kabupaten Nagekeo yaitu Mbay. Sedangkan kecamatan Boawae lokasinya berjarak sekitar 40

(4)

km dari kota Mbay. Kedua kecamatan tersebut memiliki topografi dan iklim yang berbeda. Kecamatan Aesesa topografinya datar dan beriklim panas, sedangkan kecamatan Boawae topografinya berbukit-bukit dan beriklim sejuk karena berada tepat di kaki gunung Ebulobo yang masih aktif. Pemeriksaan dilakukan pada ternak sapi dan kerbau yang pola pemeliharaannya semi ekstensif.

Pelaksanaan kegiatan SIWAB di kecamatan Boawae kabupaten Nagekeo Nusa Tenggara Timur.

Terlihat, peternak antusias mengikuti kegiatan SIWAB, terutama antusias terhadap aplikasi inseminasi buatan yang selama ini belum pernah dilakukan di kecamatan Boawae.

Sinkronisasi Berahi

Sinkronisasi berahi dilakukan dalam rangka aplikasi IB di kabupaten Nagekeo.

Digunakan dua metode, yaitu dosis tunggal dan ganda. Dosis tunggal dilakukan pada ternak dengan hasil pemeriksaannya dideteksi tidak bunting dan pada ovariumnya terdeteksi ada corpus luteum fungsional, sedangkan dosis ganda dilakukan jika pada hasil pemeriksaan diketahui ternak tidak bunting dan dideteksi terdapat folikel pada ovariumnya. Pada ternak dengan perlakuan dosis tunggal, pelaksanaan IBnya dilakukan 48 jam sampai 72 jam setelah penyuntikan FSH.

Sedangkan ternak dengan perlakuan dosis ganda, pelaksanaan IBnya dilakukan 48

(5)

jam sampai 72 jam setelah penyuntikan kedua (penyuntikan kedua dilakukan 11 hari setelah penyuntikan pertama).

Inseminasi buatan perdana di kecamatan Boawae kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur.

Selama ini, untuk mengawinkan ternaknya para peternak menggunakan sapi jantan yang ada di kelompoknya. Terbatasnya jumlah sapi jantan ungggul menyulitkan peternak untuk mendapatkan keturunan yang unggul. Penerapan IB menjadi solusi keterbatasan pejantan unggul di wilayah tersebut.

Sinkronisasi berahi dilakukan dengan tujuan agar pelaksanaan IB dilakukan secara serentak dalam waktu bersamaan. Hal ini akan lebih mengefektifkan kegiatan di lapangan, apalagi kondisi di Nagekeo dimana petugas teknis jumlahnya terbatas dan tinggal di tempat yang cukup jauh dari lokasi ternak berada.

Penutup

Aplikasi IB di Kabupaten Nagekeo belum sebanyak daerah lain seperti di Pulau Jawa. Sebagian besar masih mengandalkan INKA (Intensifikasi Kawin Alam) untuk mengawinkan ternaknya. Memang, keberhasilan kebuntingan melalui INKA cukup tinggi dan pelaksanaannya relatif mudah. Peternak cukup mengumpulkan ternaknya dalam satu kelompok dengan jantan yang ada. Namun, kelemahan INKA yang nyata adalah kemungkinan terjadinya inbreeding karena jumlah jantan yang terbatas, sehingga keturunan hasil INKA ukuran tubuhnya cenderung lebih kecil.

(6)

Penerapan teknologi IB menjadi solusi untuk memperbaiki kualitas genetik ternak. Selain menghindarkan terjadinya inbreeding, IB juga cara ampuh mencegah penyebaran penyakit dari ternak satu ke ternak lainnya.

Kegiatan SIWAB 2017 menjadi momentum menggalakkan teknologi IB di kabupaten Nagekeo. Respons yang baik dari peternak dan semangat tinggi petugas- petugasnya patut mendapat dukungan kita bersama. Salam SIWAB.

Penulis : Edwar S.Pt

(7)

MAKALAH DIBIDANG PENGAWASAN BIBIT TERNAK

DISUSUN OLEH : EDWAR,S.Pt

PENGAWAS BIBIT TERNAK MUDA

(8)

BALAI EMBRIO TERNAK CIPELANG BOGOR

(9)
(10)

Referensi

Dokumen terkait

yang hasilnya dapat dilihat pada tabel perhitungan kemudian digambarkan pada gambar grafik 3.17, 3.18 dan 3,19 dari gambar tersebut menjelaskan bahwa untuk parameter,

Dalarn hal ujian tugas akhir tidak dihadiri secara rrajelis sebagaimana dimal<strd pada ayat (l) tidal< terpenuhi, rnal<a ujian tugas al<hir tetap

Peningkatan kebutuhan terhadap air bersih sebagai akibat dari perkembangan dan pertumbuhan kota menuntut pemerintah maupun swasta dan masyarakat untuk menyediakan kebutuhan

107 Contoh Data Tabel tb_distribusi .... 110 Struktur

Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa fungsi dan tugas customer service dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan PT Kereta Api Indonesia (Persero) Sub Divisi

Using the QMPMS approach, the hierarchical structure of the evaluation of the performance of Innovator and Mass Customiser manufacturing strategies can be constructed as indicated

[r]

In view of decreasing interest in type B segment (primarily due to the popularity of listings of mainland Chinese companies on a stock exchange in Hong Kong and lifting of