• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prakata. PDF created with pdffactory trial version

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prakata. PDF created with pdffactory trial version"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

Prakata

Pedoman Pemeriksaan Inventarisasi Jembatan ini dipersiapkan oleh Sub Panitia Teknik Bidang Prasarana Transportasi, melalui Gugus Kerja Bidang Konstruksi Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan pada Sub Panitia Teknik Bidang Prasarana Transportasi. Pedoman ini diprakarsai oleh Direktorat Bina Teknik, Direktorat Jenderal Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan, Departemen Pekerjaan Umum.

Pedoman ini mengacu kepada Pedoman Pemeriksaan Jembatan, Sistem Manajemen Jembatan atau Bridge Management System (BMS), tahun 1993, yang di beberapa bagian disempurnakan melalui diskusi-diskusi teknik.

Pedoman ini merupakan hasil kajian yang mencakup persiapan dan prosedur pelaksanaan pemeriksaan inventarisasi jembatan yang dilakukan secara manual, dengan menggunakan formulir standar untuk semua jembatan. Dalam pedoman ini juga dilampirkan contoh-contoh formulir pemeriksaan.

Pedoman ini telah mengakomodasi masukan dari Perguruan Tinggi, Asosiasi Profesi, Instansi Pusat/Daerah, anggota Gugus Kerja Bidang Konstruksi Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan, anggota Sub Panitia Teknik Bidang Prasarana Transportasi dan anggota Panitia Teknik Bidang Konstruksi dan Bangunan Sipil.

Tata cara penulisan pedoman ini mengacu pada pedoman dari Badan Standardisasi Nasional No. 8 tahun 2000.

(2)

Pd. T-21-2005-B

Pendahuluan

Pedoman Pemeriksaan Inventarisasi Jembatan ini dimaksudkan agar para pemeriksa dapat dengan mudah melakukan pemeriksaan di lapangan dengan konsisten dan sistematis. Pedoman ini bertujuan untuk mendata secara umum administrasi, sifat fisik jembatan secara keseluruhan.

Diharapkan dengan adanya pedoman pemeriksaan inventarisasi jembatan ini, yang dilengkapi dengan gambar dan petunjuk pengisian formulir yang disempurnakan, akan dapat mempermudah pelaksanaan pemeriksaan di lapangan. Pedoman ini merupakan bagian dari pedoman lain tentang pemeriksaan jembatan, yang terdiri dari : pemeriksaan inventaris, pemeriksaan rutin, pemeriksaan detail, dan pemeriksaan khusus jembatan.

Beberapa kekurangan dalam Pedoman Pemeriksaan Jembatan yang ada dalam Sistem Manajemen Jembatan atau Bridge Management System (BMS), tahun 1993, antara lain : sistem penomoran jembatan, jenis kode-kode inventarisasi jembatan dan lain-lain, telah ditambahkan dalam pedoman ini.

Perbedaan antara Manual Sistem Manajemen Jembatan atau Bridge Management System (BMS) dengan pedoman ini, antara lain :

1. pedoman ini hanya dipergunakan untuk pemeriksaaan inventarisasi jembatan;

2. tata cara penulisan pedoman ini mengikuti pedoman penulisan standar dari BSN Nomor 8 tahun 2000;

3. sistem penomoran jembatan, khususnya nomor kode Kabupaten/Kota/Propinsi didasarkan data statistik.

Pemeriksaan inventarisasi jembatan dilaksanakan dengan tujuan :

1. mendata semua jembatan dengan menggunakan nomor identitas jembatan dan lokasinya;

2. mengukur dan mencatat semua dimensi secara keseluruhan jembatan pada setiap bentangannya;

3. menunjukkan jenis lintasan yang dilewati jembatan, komponen utama serta tanggal atau tahun dibangunnya jembatan tersebut;

4. menilai kondisi komponen utama bangunan atas dan bangunan bawah jembatan secara umum;

5. mendata batas muatan atau batasan fungsional lainnya yang diberlakukan pada jembatan tersebut;

6. menafsirkan dan mencatat pengaruh lebar jembatan yang digunakan untuk lalu lintas terhadap kondisi kelancaran lalu lintas;

7. mencatat panjang jalan alih (detour) yang ada, bilamana terjadi penutupan jembatan; 8. mencatat elevasi muka air banjir tertinggi, tanggal terjadinya dan sumber informasi; 9. mencatat apakah terdapat gambar jembatan terlaksana (as built drawing) dan mencatat

apakah jembatan tersebut merupakan jembatan jenis standar tertentu.

(3)

Pemeriksaan Inventarisasi Jembatan

1

Ruang lingkup

Pedoman ini mencakup tata cara pelaksanaan pemeriksaan inventarisasi jembatan, yang digunakan untuk memperoleh data administratif dan data teknis, pada jembatan-jembatan yang belum pernah didata dalam pemutahiran data, dan merupakan bagian dari data kondisi jembatan secara umum.

Pemeriksaan inventarisasi jembatan dimaksudkan untuk mencatat data administrasi, dimensi, jenis material dan kondisi jembatan secara umum dan digunakan dalam sistem database atau pangkalan data jembatan. Semua jembatan yang mempunyai panjang total lebih dari 2 (dua) meter harus didata, antara lain jembatan dengan lintasan sungai, jalan raya, jalan rel, penyeberangan ferry atau gorong-gorong.

2

Acuan normatif

Undang-Undang RI Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan; Peraturan Pemerintah RI Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jalan.

3

Istilah dan definisi

3.1

bangunan atas

bagian dari struktur jembatan yang secara langsung menahan beban lalu lintas untuk selanjutnya disalurkan ke bangunan bawah jembatan; bagian-bagian pada struktur bangunan atas jembatan terdiri atas struktur utama, sistem lantai, sistem perletakan, sambungan siar muai dan perlengkapan lainnya; struktur utama bangunan atas jembatan dapat berbentuk pelat, gelagar, sistem rangka, gantung, jembatan kabel (cable stayed) atau pelengkung. 3.2

bangunan bawah

bagian dari struktur jembatan yang menerima dan memikul beban dari struktur bangunan atas jembatan untuk disalurkan ke dalam tanah; struktur bangunan bawah ini dapat berupa kepala jembatan, pilar dan pondasi.

3.3

bangunan pelengkap jembatan

suatu struktur pada atau di sekitar jembatan yang berfungsi sebagai pengamanan terhadap struktur jembatan atau pengguna jalan; yang termasuk bangunan pelengkap yaitu tembok penahan tanah, bangunan pengaman, parapet, sandaran, patok pengarah dan rambu lalu lintas.

(4)

Pd. T-21-2005-B

3.4

gorong-gorong

suatu bangunan yang berfungsi sebagai saluran drainase, yang dapat terbuat dari beton bertulang berbentuk persegi atau bundar, atau terbuat dari baja gelombang yang dibentuk menjadi bentuk pelengkung atau bundar sesuai dengan kebutuhan; tebal pelat baja gelombang disesuaikan dengan bentangannya, tetapi pada umumnya mempunyai ketebalan antara 3 mm sampai dengan 7 mm.

3.5

jalan pendekat

struktur jalan yang menghubungkan antara suatu ruas jalan dengan struktur jembatan; bagian jalan pendekat ini dapat terbuat dari tanah timbunan, dan memerlukan pemadatan yang khusus, karena letak dan posisinya yang cukup sulit untuk dikerjakan, atau dapat juga berbentuk struktur kaki seribu (pile slab), yang berbentuk pelat yang disangga oleh balok kepala di atas tiang-tiang.

3.6 jembatan

struktur yang melewatkan kendaraan untuk melalui suatu hambatan yang dapat berupa sungai, lembah, jalan atau hambatan-hambatan lainnya, dan merupakan bagian dari sistem jaringan dalam suatu ruas jalan.

3.7

jembatan gantung

suatu struktur bangunan atas jembatan yang komponen utamanya merupakan kabel penggantung, dalam suatu sistem kabel yang membentang dari satu pylon ke pylon yang lain; kabel penggantung ini menahan beban dari bagian sistem bangunan atas yang dapat berbentuk rangka baja atau gelagar.

3.8

jembatan komposit

struktur bangunan atas jembatan yang komponen utamanya merupakan gabungan dua bahan yang berbeda karakteristiknya, sebagai contoh, gelagar baja dengan lantai beton bertulang.

3.9

jembatan pelat

jembatan yang struktur bangunan atasnya merupakan pelat beton, tanpa gelagar dan langsung menumpu pada kepala jembatan atau pilar; jembatan jenis pelat beton yang umum, mempunyai tebal pelat sekitar 22 cm – 25 cm dengan bentang sampai 8 meter; untuk bentang yang lebih panjang, maka ada jenis jembatan pelat yang berupa pelat beton prategang, yaitu jenis flat slab atau pelat berongga (voided slab).

3.10

jembatan sistem gelagar

struktur bangunan atas jembatan yang komponen utamanya berbentuk gelagar; jenis gelagar ini dapat terbuat dari beton bertulang, beton prategang, baja atau kayu; bentangan jenis jembatan gelagar beton bertulang ini dapat sampai 25 m, dan untuk jenis beton prategang umumnya mulai bentang di atas 20 m sampai 40 m.

(5)

3.11

kepala jembatan (abutment)

struktur bangunan bawah jembatan yang terletak di ujung kedua sisi jembatan dan berfungsi untuk menyalurkan beban ke pondasi, dan dapat berfungsi sebagai tembok penahan tanah. 3.12

lantai jembatan

bagian permukaan dari suatu bangunan atas jembatan untuk menerima secara langsung beban kendaraan; lantai jembatan ini mempunyai suatu kekakuan tertentu dalam menyalurkan beban hidup ke komponen utama bangunan atas jembatan.

3.13

pelengkung

struktur bangunan atas jembatan yang berbentuk pelengkung (boog), dan kekuatan struktur bangunan atas ini mengandalkan pada bentuk lengkungannya; bahan yang digunakan sebagai jembatan pelengkung pada umumnya berupa beton bertulang, pasangan batu bata, atau pasangan batu.

3.14 perletakan

sistem hubungan antara struktur bangunan atas dan bangunan bawah jembatan; sistem perletakan ini terdiri atas bantalan dan landasan, dimana bantalan tersebut dapat terbuat dari karet atau logam, dengan sistem sendi atau rol.

3.15 pilar

struktur bangunan bawah jembatan yang terletak diantara 2 bentangan bangunan atas jembatan.

3.16 pondasi

bagian dari struktur bangunan bawah jembatan yang berfungsi menerima dan meneruskan beban ke dalam lapisan tanah.

3.17 rangka

struktur bangunan atas jembatan yang berbentuk rangka batang dan pada umumnya terbuat dari baja; struktur bangunan atas sistem rangka pada saat ini cukup banyak jenisnya sesuai dengan pabrik pembuat dan asal pemberi dana.

3.18

sambungan siar muai

bagian struktur bangunan atas jembatan yang berfungsi menyambungkan bangunan atas dengan bangunan atas, dengan bagian ujung kepala jembatan atau pilar; sambungan siar muai ini berfungsi sebagai bagian struktur yang dapat menahan pergerakan horisontal, vertikal atau rotasi yang ditimbulkan oleh struktur bangunan atas akibat beban dinamis, temperatur atau muai susut.

(6)

Pd. T-21-2005-B

3.19 sandaran

pagar pembatas samping pada bangunan atas jembatan yang berfungsi sebagai pengaman lateral bagi pengguna jalan, baik kendaraan dan/atau pejalan kaki.

3.20 tiang bor

jenis pondasi dalam yang berbentuk tiang yang pelaksanaannya dilakukan dengan membor tanah dasar dan kemudian diisi dengan beton bertulang.

3.21

tiang pancang

jenis pondasi dalam berbentuk tiang yang terbuat dari bahan beton bertulang, beton prategang, pipa baja atau kayu yang dapat menahan beban dan gaya-gaya yang terjadi pada struktur bangunan atas dan bawah jembatan.

3.22

tinggi ruang bebas (clearance)

jarak vertikal yang diukur dari permukaan lantai jembatan ke bagian atas atau bawah struktur bangunan atas jembatan/terowongan yang bebas untuk dilintasi kendaraan.

4. Persyaratan-persyaratan

4. 1 Personil pemeriksa

Pemeriksaan inventarisasi jembatan harus dilakukan oleh personil yang mempunyai pengalaman kerja dan kualifikasi dalam bidang perencanaan/pengawasan/pelaksanaan jembatan dan bersertifikat pelatihan tentang pemeriksaan jembatan. Pelaksanaan pemeriksaan dapat dibantu oleh beberapa tenaga teknisi.

4. 2 Peralatan dan perlengkapan

Peralatan dan perlengkapan dasar yang diperlukan dalam melakukan pemeriksaan inventarisasi jembatan, terdiri atas :

1. formulir dan alat-alat tulis yang diperlukan; Formulir yang digunakan, terdiri atas :

a) formulir pemeriksaan inventarisasi jembatan (inventarisasi–1); b) formulir pendataan jembatan (inventarisasi–2);

c) formulir keterangan tambahan pemeriksaan inventarisasi jembatan (inventarisasi-3). 2. surat tugas;

3. pengukur beda tinggi; 4. kompas / pengukur arah;

5. pita ukur @ 5 m dan @ 50 m atau alat pengukur panjang digital; 6. tongkat kayu / bambu, pengukur kedalaman dan ketinggian; 7. palu besi ½ kg, untuk mendeteksi tingkat kerusakan;

8. tangga;

9. peta ruas jalan;

10. gambar terlaksana (as built drawing) jembatan;

11. kamera, untuk dokumentasi visual dan/atau video kamera; 12. teropong, untuk pengamatan obyek yang jauh;

(7)

15. sabuk pengaman (safety belt); 16. senter.

Urutan pemeriksaan

Pelaksanaan pemeriksaan inventarisasi jembatan harus dilakukan sesuai dengan petunjuk urutan pemeriksaan, sesuai dengan Gambar 1, yaitu mulai dari salah satu ujung bangunan bawah jembatan ke ujung jembatan yang lainnya.

A ra h R u a s J a la n

M u la i

S e le s a i

Gambar 1 Urutan pemeriksaan 4. 4 Dokumentasi

Dalam pemeriksaan inventarisasi jembatan harus dibuat dokumentasi berupa foto dan video visual (apabila ada), mengenai kondisi jembatan secara umum, kondisi lintasan yang dilewatinya (jalan raya, jalan kereta api, sungai atau lain-lain), kondisi jalan pendekat jembatan, serta bagian-bagian jembatan lain yang penting.

Pengambilan obyek atau foto pada setiap jembatan mencakup : 1. sisi kiri / kanan;

2. sisi awal / akhir;

3. kondisi bangunan atas; 4. kondisi bangunan bawah;

5. kondisi lain yang dianggap perlu dan mendapat perhatian khusus.

Apabila digunakan video visual dalam dokumentasi, maka data atau obyek yang diambil minimal sama dengan obyek pengambilan foto jembatan.

4. 5 Laporan

Semua formulir standar untuk pemeriksaan inventarisasi jembatan (formulir inventarisasi–1, formulir inventarisasi–2 dan formulir inventarisasi-3) harus diisi berdasarkan data lapangan yang sebenarnya disertai dengan dokumentasi visual berupa foto asli dan/atau video visual. Semua formulir harus diberi tanggal dan ditandatangani oleh pemeriksa jembatan. Semua lembar foto harus diberi keterangan singkat mengenai lokasi obyek pengambilan.

5

Pelaksanaan

5.1 Cara pengisian formulir pemeriksaan inventarisasi jembatan (inventarisasi-1) 5.1.1 Nomor jembatan

(8)

Pd. T-21-2005-B

A : nomor kabupaten/kota (4 digit – sesuai dengan penomoran dari BPS) – lihat lampiran C.

B : nomor status jalan (1 digit).

C : nomor ruas jalan (4 digit – disesuaikan dengan nomor ruas jalan pada sistem jaringan jalan).

D : nomor urut jembatan (4 digit – disesuaikan dengan urutan jembatan yang ada pada ruas jalan tersebut mulai dari Km kecil ke Km besar).

E : nomor suffix (untuk jembatan) (2 digit – merupakan nomor tambahan). F : nomor suffix (untuk jalan) (1 digit – merupakan nomor tambahan). Nomor jembatan tersebut adalah sebagai berikut :

A B C D E F

Tabel 1 Kode status ruas jalan

Kode Status ruas jalan

1 Nasional

2 Propinsi

3 Kabupaten/Kota

4 Desa

5 Khusus (transmigrasi, perkebunan, ABRI, irigasi)

0 Non status

5.1.2 Nama jembatan

Diisi nama jembatan sesuai dengan nama yang telah diberikan untuk jembatan tersebut oleh instansi yang berwenang, dan apabila jembatan tersebut masih belum mempunyai nama, maka nama jembatan dapat diambil nama sungai yang dilewatinya dan/atau nama desa/kecamatan dimana jembatan tersebut berada.

5.1.3 Kabupaten/Kota

Diisi dengan nama kabupaten atau kota dimana jembatan tersebut berada. 5.1.4 Lokasi jembatan

5.1.4.1 Km

Diisi dengan jarak dari kota asal dalam km dimana jembatan tersebut berada (km lebih kecil). 5.1.4.2 Dari

Diisi nama kota asal yang menjadi acuan jarak pada kolom km (pada umumnya ibukota propinsi atau kabupaten).

5.1.5 Tanggal pemeriksaan

Diisi tanggal pelaksanaan pemeriksaan inventarisasi jembatan tersebut.

(9)

5.1.6 Nama pemeriksa

Diisi dengan nama pemeriksa yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pemeriksaan inventarisasi.

5.1.7 Tindakan darurat

Apabila terdapat tindakan darurat yang harus dilakukan, maka pemeriksa jembatan harus memilih salah satu tanda yaitu ya atau tidak dengan cara melingkarinya. Dan apabila ada suatu tindakan darurat yang harus dilakukan, maka perlu ditulis alasan-alasan mengapa tindakan tersebut harus dilakukan.

5.1.8 Ulasan

Ulasan ini merupakan penjelasan tambahan yang perlu ditambahkan selain tindakan darurat di atas. Penjelasan ini dapat berupa kondisi dan situasi lapangan selain data yang dilaporkan pada isian yang ada.

5.1.9 Hanya untuk keperluan kantor saja

Bagian ini tidak perlu diisi oleh pemeriksa jembatan, tetapi oleh petugas yang bertanggung jawab dalam memasukkan data ke dalam database jembatan. Kolom ini harus diisi dengan tanggal dan nama yang memasukkan data jembatan tersebut ke dalam database.

5.2 Cara pengisian formulir pendataan jembatan (inventarisasi - 2) 5.2.1 Nomor jembatan

Sesuai dengan pasal 5.1.1. 5.2.2 Nama jembatan Sesuai dengan pasal 5.1.2. 5.2.3 Kabupaten/Kota Sesuai dengan pasal 5.1.3. 5.2.4 Lokasi jembatan 5.2.4.1 Km

Sesuai dengan pasal 5.1.4.1. 5.2.4.2 Dari

Sesuai dengan pasal 5.1.4.2. 5.2.5 Tanggal pemeriksaan Sesuai dengan pasal 5.1.5. 5.2.6 Nama pemeriksa Sesuai dengan pasal 5.1.6. 5.2.7 Tipe lintasan

Diisi dengan jenis lintasan yang dilewati oleh jembatan, dengan memilih (dengan melingkari) salah satu kode di bawah ini :

S = sungai

KA = lintasan kereta api JN = lintasan jalan raya L = lain-lain

(10)

Pd. T-21-2005-B

5.2.8 Jumlah bentang

Diisi jumlah bentang jembatan yang diperiksa. 5.2.9 Total panjang (m)

Diisi dengan panjang total jembatan, yaitu diukur dari bagian sambungan siar muai di atas kepala jembatan pertama sampai pada sambungan siar muai di atas kepala jembatan yang terakhir dengan ketelitian 0,1 m.

5.2.10 Tahun pembangunan

Diisi dengan tahun selesai pembangunan jembatan tersebut. 5.2.11 Sudut

Diisi dengan sudut (α) kemiringan jembatan / jembatan skew yang diukur antara garis tegak lurus as jembatan dengan garis kemiringan jembatan, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2 Pengukuran sudut kemiringan jembatan /skew 5.2.12 Panjang bentang

Diisi panjang jembatan yang diukur dari as perletakan kepala jembatan 1 ke as perletakan kepala jembatan 2, untuk jembatan yang hanya mempunyai 1 (satu) bentang dan untuk jembatan dengan bentang ganda, panjang bentang diukur dari as perletakan kepala jembatan 1 ke as perletakan pilar 1, as perletakan pilar ke as perletakan pilar atau as perletakan pilar ke as perletakan kepala jembatan.

5.2.13 Lebar lantai kendaraan (m)

Diisi lebar antara kereb ke kereb, seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Catatlah keterangan ini untuk setiap bentang.

T 2 T 1

L e b a r T r o to a r = T 1 + T 2 L e b a r a n ta r k e r b

Gambar 3 Lantai kendaraan jembatan dan lebar trotoar 5.2.14 Lebar trotoar (m)

Diisi jumlah lebar 1 (satu) atau kedua trotoar (jika ada lebih dari satu trotoar).

α

(11)

5.2.15 Tinggi ruang bebas (m)

Diisi batasan tinggi vertikal antara lantai kendaraan dan bagian bawah komponen atas jembatan (ikatan angin atas atau portal ujung jembatan) untuk lewat kendaraan, atau apabila pada bagian bawah jembatan berupa lintasan jalan (Gambar 4), maka jarak ruang bebas harus dicatat dengan ketelitian 0,10 meter.

T i n g g i R u a n g B e b a s

Gambar 4 Pengukuran tinggi ruang bebas jembatan 5.2.16 Struktur bangunan atas

Pada kolom pengisian tipe bangunan atas harus diisi dengan 3 jenis kode, yaitu kode struktur (Tabel 2), kode bahan (Tabel 3) dan kode asal bangunan atas (Tabel 4).

Contoh :

Jenis rangka sementara baja acrow panel diberi kode SBW

Dengan penjelasan S = rangka sementara, B = jenis bahan baja dan W = asal rangka baja tersebut.

Jenis rangka baja Australia, diberi kode RBA

Dengan penjelasan R = struktur rangka, B = jenis bahan baja dan A = asal baja tersebut dibuat, yaitu Australia.

Contoh-contoh tipe bangunan atas yang lain dapat dilihat pada Lampiran G.

Kode-kode untuk mengisi kolom-kolom pada bangunan atas seperti ditunjukkan pada Tabel 2, Tabel 3 dan Tabel 4.

Tabel 2 Kode tipe bangunan atas A Gorong-gorong pelengkung M Gelagar komposit B Gorong-gorong persegi O Gelagar boks Y Gorong-gorong pipa U Gelagar tipe U

C Kabel R Rangka

T Gantung N Rangka semi permanen

P Pelat S Rangka sementara

D Flat slab K Lintasan kereta api

V Voided slab W Lintasan basah

E Pelengkung F Ferry

L Balok pelengkung H Pile slab (kaki seribu)

(12)

Pd. T-21-2005-B

Tabel 3 Kode bahan

A Aspal G Bronjong

B Baja J Aluminium

U Baja gelombang K Kayu

Y Pipa baja isi beton M Pasangan batu D Beton tanpa tulangan S Pasangan bata

P Beton prategang O Tanah biasa, timbunan T Beton bertulang R Kerikil/pasir

E Neoprene/karet X Bahan asli

F Teflon L Lain-lain

Tabel 4 Kode asal bangunan atas

A Australia U Calender Hamilton

B Belanda (baru) W Bailley/Acrow panel

C KBI (Karunia Berca Indonesia) H Adhi Karya

D Belanda (lama) J Jepang

E Spanyol P PPI (Pacific Prestressed Indonesia)

G Cigading Y Wijaya Karya

I Indonesia X Belum ada struktur

K Bukaka L Lain-lain

R Austria T Transbakri

5.2.17 Lantai

Pada kolom untuk pengisian struktur lantai terdiri atas 2 (dua) kode yang diambil dari kode bahan sesuai dengan Tabel 3.

Contoh pengisian struktur lantai adalah sebagai berikut :

UT adalah struktur lantai dengan bahan struktur pada sebelah bawah menggunakan baja gelombang dan pada bagian atas diberi beton bertulang.

TA adalah struktur lantai dengan bahan beton bertulang pada sebelah bawah dan dilapisi dengan bahan aspal pada bagian atasnya.

5.2.18 Struktur sandaran

Pengisian struktur sandaran terdiri atas 2 (dua) kolom yang harus diisi dengan jenis bahan untuk tiang sandaran dan sandarannya, sesuai dengan kondisi di lapangan, seperti ditunjukkan pada Tabel 3.

Contoh pengisian struktur sandaran adalah sebagai berikut :

TB adalah struktur sandaran yang menggunakan tiang sandaran dari beton bertulang dan sandaran dari baja.

(13)

5.2.19 Tipe pondasi

Diisi tipe pondasi apabila diketahui datanya dengan menggunakan kode-kode seperti ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5 Kode tipe pondasi C Cakar ayam L Pondasi langsung T Tiang pancang B Tiang bor U Tiang ulir S Sumuran X Lain-lain

Pengisian kolom pondasi terdiri atas 2 (dua) kolom, yaitu tipe (Tabel 5) dan bahan (Tabel 3). Contoh :

TB adalah pondasi tiang pancang dengan bahan baja;

TY adalah pondasi tiang pancang baja yang diisi dengan beton; UB adalah pondasi tiang ulir baja;

LT adalah pondasi langsung dari beton bertulang; ST adalah pondasi sumuran dari beton bertulang. 5.2.20 Tipe kepala jembatan atau pilar

Pengisian kolom-kolom untuk kepala jembatan dan pilar harus pada tempat yang sesuai dan diisi dengan kode seperti ditunjukkan pada Tabel 6 dan Tabel 7.

Tabel 6 Kode kepala jembatan A Cap (balok kepala tiang)

B Dinding penuh K Khusus

Tabel 7 Kode pilar C Cap

P Dinding penuh S Satu kolom D Dua kolom

(14)

Pd. T-21-2005-B

5.2.21 Kondisi

Pada kolom kondisi, diisi dengan kondisi jembatan secara umum, dimana nilai kondisi jembatan sesuai dengan Tabel 8.

Tabel 8 Nilai kondisi untuk inventarisasi 0 Jembatan/elemen dalam kondisi baik dan tanpa kerusakan

1 Jembatan/elemen mengalami kerusakan ringan dan secara struktur tidak membahayakan, hanya diperlukan pemeliharaan rutin.

2

Jembatan/elemen mengalami kerusakan yang memerlukan pemantauan dan diperlukan perbaikan. Secara struktur jembatan tersebut memerlukan pemeliharaan berkala dan rehabilitasi pada bagian-bagian komponen sekunder.

3

Jembatan/elemen sudah mengalami kerusakan yang secara struktur diperlukan tindakan secepatnya. Komponen utama jembatan sudah menunjukkan gejala yang berbahaya.

4 Jembatan/elemen dalam kondisi kritis.

5 Jembatan/elemen tidak berfungsi atau runtuh.

5.3 Cara pengisian formulir keterangan tambahan pemeriksaan inventarisasi jembatan (inventarisasi - 3)

5.3.1 Nomor jembatan Diisi sesuai dengan pasal 5.1.1. 5.3.2 Batasan fungsional

Batasan fungsional ini diisi dengan batasan muatan gandar yang sesuai dengan persyaratan. 5.3.3 Arus lalu lintas

Pada bagian ini pemeriksa mengisi sesuai dengan pilihan yang berhubungan dengan lebar jembatan terhadap arus lalu lintas yang melintas di atasnya.

Cara pengisian pada kolom pilihan, yaitu sebagai berikut :

1. pilihan untuk angka 1 (longgar), diperuntukkan bagi kondisi lebar jembatan yang tidak menimbulkan kemacetan, dimana kendaraan bebas melintas di atas jembatan;

2. angka 2 (cukup lebar), untuk lebar jembatan dengan kondisi arus lalu lintas yang masih dapat melintas di atas jembatan, tetapi sudah harus mengurangi kecepatannya, dan; 3. angka 3 (sempit), untuk lebar jembatan dengan kondisi arus lalu lintas yang hanya cukup

untuk satu lajur saja, sehingga kendaraan harus berhenti dan antri sebelum melintas di atas jembatan.

(15)

5.3.4 Jalan alternatif dan jalan alih (detour)

Data mengenai jalan alternatif dan jalan alih, yang harus diisi pada bagian ini diperuntukkan sebagai data, apabila jembatan tersebut harus ditutup yang disebabkan oleh perbaikan atau alasan lain. Perlu diisi juga jarak tambahan yang harus ditempuh oleh pengguna jalan.

5.3.5 Data banjir terbesar

Data banjir terbesar harus diisi dengan jelas, dimana elevasi banjir tersebut berada, apabila banjir yang terjadi berada di atas permukaan lantai, maka diberi tanda positif (+) dan apabila berada di bawah lantai jembatan diberi tanda negatif (–) dengan dilengkapi jarak (dalam meter) elevasinya.

Data tanggal dapat diisi minimal dengan bulan dan tahun terjadinya banjir terbesar yang pernah terjadi pada lokasi tersebut, dan informasi tersebut didapat dari sumber mana.

5.3.6 Tipe jembatan dan gambar terlaksana

Pada bagian ini perlu dilengkapi juga informasi apakah pada kantor Dinas Bina Marga atau instansi yang berwenang mempunyai gambar terlaksana (as built drawing), dan perlu dicatat apakah jembatan yang dibangun merupakan jenis jembatan standar, dan disebutkan jenisnya sesuai dengan kode bangunan atas.

(16)

Pd. T-21-2005-B

Lampiran A (normatif)

Kode inventarisasi jembatan

Tipe Lintasan JN Jalan KA Kereta Api S Sungai L lain-lain A. Tipe Bangunen Atas B. Bahan C. Asal Bangunan Atas D. Tipe Pondasi E. Tipe Kepala Jembatan

A Gorong-gorong pelengkung A Aspal A Australia C Cakar ayam A Cap

B Gorong-gorong persegi W Perkerasan macadam B Belanda (baru) L Langsung B Dinding penuh

Y Gorong-gorong pipa B Baja C Karunia Berca Indonesia T Tiang pancang K Khusus

C Kabel U Baja gelombang D .Belanda (lama) B Tiang bor

T Gantung Y Pipa baja isi beton E Spanyol U Tiang ulir

D Flat slab D Beton tanpa tulangan G Cigading S Sumuran

P Pelat P Beton prategang I Indonesia X Lain-lain F. Tipe Pilar

V Voided slab T Beton bertulang K Bukaka

E Pelengkung E Neoprene / karet R Austria C Cap

F Ferry F Teflon T Transbakri P Dinding penuh

G Gelagar G Bronjong U Calender Hamilton S Satu kolom

M Gelagar komposit J Aluminium W Bailley / Acrow D Dua kolom

O Gelagar boks K Kayu H Adhi Karya T Tiga kolom atau lebih

U Gelagar tipe U M Pasangan batu J Jepang L Lain-lain

L Balok pelengkung S Pasangan bata P PPI

N Rangka semi permanen O Tanah biasa, timbunan Y Wijaya Karya

R Rangka R Kerikil / pasir X Tidak ada struktur

S Rangka sementara X Bahan asli L Lain-lain

K Lintasan kereta api L Lain-lain

W Lintasan basah

X Lain-lain

G. NILAI KONDISI UNTUK INVENTARISASI

0 jembatan/elemen dalam kondisi baik dan tanpa kerusakan Catatan

1 jembatan/elemen mengalami kerusakan ringan, hanya memerlukan pemeliharaan rutin

2 jembatan/elemen mengalami kerusakan yang memerlukan pemantauan dan pemeliharaaan berkala 3 jembatan/elemen mengalami kerusakan yang secara struktur memerlukan tindakan secepatnya 4 jembatan/elemen dalam kondisi kritis

5 jembatan/elemen tidak berfungsi atau runtuh

Penilaian kondisi inventarisasi ini hanya digunakan bila pemeriksaan detail jembatan belum dilakukan pada saat yang bersamaan dengan pemeriksaan inventarisasi jembatan.

(17)

Lampiran B.1 (normatif)

Formulir Inventarisasi – 1, pemeriksaan inventarisasi jembatan

PEMERIKSAAN INVENTARISASI JEMBATAN

No.Jembatan

Nama Jembatan :

Kabupaten/Kota :

Lokasi

Jembatan (kota asal) dari

km

(dari kota asal tersebut)

Tanggal Pemeriksaan :

Nama Pemeriksa :

TINDAKAN DARURAT

Apakah disarankan tindakan

darurat? Ya Tidak

Alasan untuk melakukan tindakan darurat ( bila jawaban ya )

ULASAN

( penjelasan tambahan, bila perlu )

Hanya untuk keperluan kantor saja

(18)

Pd. T-21-2005-B

Bangunan Atas Bangunan Bawah

B ePanjang

Lebar Lantai Lebar

Tinggi

Ruang Struktur Bangunan Atas Lantai Sandaran No. Pondasi Kepala Jbt atau Pilar N

o

Bentang Kendaraan Trotoar Bebas Tipe Bahan Asal Kondisi Bahan-1 Bahan-2 Kondisi Bahan-1 Bahan-2 Kondisi Kepala Jbt Tipe Bahan Kondisi Tipe Bahan Kondisi

(m) (m) (m) (m) A B C D B B F B B F atau Pilar D B F E B F 1 Kepala Jembatan 1 1 3 2 4 3 5 4 6 5 7 6 8 7 9 8 1 0 P I L A R 9

Kepala Jembatan 2 Catatan :

No. Jembatan

PENDATAAN JEMBATAN

Lampiran B.2 (normatif) Formulir Inventarisasi – 2, pendataan jembatan

Nama Jembatan Lokasi Jembatan dari (kota asal) km

(dari kota asal tersebut)

Tanggal Pemeriksaan

(19)

Formulir Inventarisasi-3, keterangan tambahan

pemeriksaan inventarisasi jembatan

KETERANGAN TAMBAHAN

PEMERIKSAAN INVENTARISASI JEMBATAN

No.Jembatan

1. Batasan Fungsional

Batasan muatan gandar (ton)

Batasan lain (uraikan)

2. Arus Lalu Lintas

Lebar jembatan yang ada dan pengaruhnya terhadap lalu-lintas

( lingkari yang sesuai dengan kondisi lapangan) Catatan :

1 Longgar - kendaraan bebas melintas di atas jembatan 1 2 Cukup lebar - kendaraan melaju perlahan di atas jembatan

2

3 Sempit - kendaraan harus sering berhenti dan antri 3

3. Jalan Altematif dan Jalan Alih (Detour)

Jika suatu saat jembatan ditutup untuk lalu-lintas, apakah ada jalan alternatif melalui suatu lintasan atau penyeberangan sungai lainnya? ( lingkari jawaban )

Ya Tidak

Jika Ya, berapa jarak tambahan yang harus ditempuh (km)

5. Tipe Jembatan dan Gambar Konstruksi

Apakah ada gambar konstruksi setelah jembatan selesai dibangun?

( lingkari jawaban ) Ya Tidak

Apakah bangunan atas merupakan tipe standar? ( lingkari jawaban ) Ya Tidak

Jika Ya, sebutkan tipe standar bangunan atas

4. Data Banjir Terbesar

Muka air banjir terbesar yang diketahui :

Pilih (+) jika di atas lantai atau ( -) jika di bawah lantai (m)

Tanggal terjadinya banjir terbesar (bulan, tahun)

(20)

Pd. T-21-2005-B

Lampiran C

(informatif)

Contoh Sistem Penomoran Jembatan

Contoh :

Nomor jembatan untuk Jembatan Cigawiru di Kabupaten Sumedang.

3211.3.106-K.0034.00.0

Dengan keterangan :

3211 = nomor kode Kabupaten Sumedang

3 = nomor kode status ruas jalan propinsi kolektor 106-K = nomor kode ruas jalan

0034 = nomor urut jembatan

00 = nomor tambahan untuk jembatan 0 = nomor tambahan untuk jalan

Cara penjabaran nomor jembatan adalah sebagai berikut :

Jembatan Cigawiru terletak pada Kabupaten Sumedang, pada status ruas jalan propinsi kolektor, dengan nomor ruas jalan 106-K (antara Cagak – Sumedang) dengan nomor urut 34.

(21)

Lampiran D (informatif) Contoh pengisian formulir inventarisasi – 2, pendataan jembatan

Bangunan Atas Bangunan Bawah

Bentang Panjang Lantai Lebar Lebar Tinggi

Ruang Struktur Bangunan Atas Lantai Sandaran No. Pondasi Kepala Jbt atau Pilar No. Bentang Kendaraan Trotoar Bebas Tipe Bahan Asal Kondisi Bahan-1 Bahan-2 Kondisi Bahan-1 Bahan-2 Kondisi Kepala Jbt Tipe Bahan Kondisi Tipe Bahan Kondisi

(m) (m) (m) (m) A B C D B B F B B F atau Pilar D B F E B F 1 10 7 0.75 5.10 M B I 1 T A 2 T B 1 Kepala Jembatan-1 L T 1 B S 1 2 1 3 2 4 3 5 4 6 5 7 6 8 7 9 8 10 P I L A R 9 Kepala Jembatan-2 Catatan :

No. Jembatan

3 2 1 1 3 1 0 6 K 0 0 3 4 0 0 0

PENDATAAN JEMBATAN

Nama Jembatan Cigawiru

Lokasi Jembatan dari Sumedang

(kota asal)

km 5.6

(dari kota asal tersebut)

anggal Pemeriksaan

(22)

Pd. T-21-2005-B

Lampiran E

(informatif)

Contoh elemen - elemen jembatan

perletakan

pilar

Gambar E.1 Gelagar beton menerus dengan 3 bentang

tipe gelagar

kepala jembatan pilar

Gambar E.2 Jembatan ganda dengan tipe gelagar sederhana

kepala jembatan bangunan atas

(23)

(informatif)

Contoh Tipe Lintasan

Gambar F.1 : Tipe lintasan sungai (S)

Gambar F.2 : Tipe lintasan jalan (JN)

(24)

Pd. T-21-2005-B

Gambar F.3 :

(25)

Lampiran G (informatif)

Contoh Tipe Bangunan Atas

Gambar G.1 : SBW

Rangka Sementara Baja Acrow Panel

Gambar G.2 : RBA

Rangka Baja Australia

(26)

Pd. T-21-2005-B

Gambar G.3 : RBB

Rangka Baja Belanda

Gambar G.4 : SBW Rangka Sementara Baja Bailey

(27)

Gambar G.5 : RBI Rangka Baja Indonesia

Gambar G.6 : RBU Rangka Baja Celender Hamilton

(28)

Pd. T-21-2005-B

Gambar G.8 : ETI

Pelengkung Beton Bertulang Indonesia Gambar G.7 : PTI

Pelat Beton Bertulang Indonesia

(29)

Gambar G.9 : ETI

Pelengkung Beton Bertulang Indonesia

Gambar G.10 : ESI

Pelengkung Pasangan Batu

(30)

Pd. T-21-2005-B

Gambar G.11 : ESI

Pelengkung Pasangan Bata Indonesia

Gambar G.12 : PTI

(31)

Gambar G.13 : LTI

Balok Pelengkung Beton Bertulang Indonesia

Gambar G.14 : LTI

(32)

Pd. T-21-2005-B

Gambar G.15 :

Jenis - Jenis Balok Pelengkung

Gambar G.16 : GPI Gelagar Beton Prategang Indonesia

(33)

Gambar G.17 : GPI

Gelagar Beton Prategang Indonesia (Buntu)

Gambar G.18 : GPI

(34)

Pd. T-21-2005-B

Gambar G.19 : GTI

Gelagar Beton Bertulang Indonesia

Gambar G.20 : GTI Gelagar Beton Bertulang Indonesia

(35)

Gambar G.21 : MBI Gelagar Baja Komposit Indonesia

Gambar G.22 : GBI Gelagar Baja Indonesia

(36)

Pd. T-21-2005-B

Gambar G.23 : GKI – Gelagar Kayu Indonesia

Gambar G.24 : GKI Gelagar Kayu Indonesia

(37)

Gambar G.25 : BTI

Gorong - Gorong Persegi Beton Bertulang Indonesia

Gambar G.26 : YUI

(38)

Pd. T-21-2005-B

Gambar G.27 : YDI

Gorong - Gorong Pipa Beton tanpa Tulangan Indonesia

Gambar G.28 : AUI Gorong - Gorong Baja Gelombang Indonesia

(39)

Gambar G. 29 : Jenis - Jenis AUI

Gambar G. 30 : CB

Jembatan Kabel dengan Struktur Baja

Gambar G.31 : Struktur Jembatan Kabel

(40)

Pd. T-21-2005-B

(41)

Lampiran H

(informatif)

Contoh Tipe Bangunan Bawah

Gambar H.1 : Tipe Pilar C - Cap

Gambar H.2 :

(42)

Pd. T-21-2005-B

Gambar H.3 : Tipe Pilar S – Satu Kolom

Gambar H.4 : Tipe Pilar D – Dua Kolom

(43)

Gambar H.5 :

(44)

Pd. T-21-2005-B

Lampiran I

(informatif)

Contoh Tipe Pondasi

Gambar I.1 :

Pilar di atas Pondasi Langsung

Gambar I.2 :

(45)

Bangunan atas

Kepala jembatan

Pondasi langsung

Gambar I.3 : Kepala Jembatan dengan Pondasi Langsung

Gambar I.4 :

Kepala Jembatan dengan Pondasi Tiang Pancang

Sumuran

Gambar I.5 :

Kepala Jembatan dengan Pondasi Sumuran

(46)

Pd. T-21-2005-B

Tiang pancang

Gambar I.6 :

Kepala Jembatan Tipe Cap dengan Pondasi Tiang Pancang

Gambar I.7 :

(47)

Lampiran J

(informatif)

Daftar nama dan lembaga

1) Pemrakarsa

Direktorat Bina Teknik, Direktorat Jenderal Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan, Departemen Pekerjaan Umum.

2) Penyusun

Ir. Haryanto C. Pranowo, M.Eng. Direktorat Bina Teknik, Ditjen Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan

Ir. Lanny Hidayat, M.Si. Pusat Litbang Prasarana Transportasi

Ir. Tasripin Sartiyono, M.T. Direktorat Bina Teknik, Ditjen Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan

Ir. Yetty Nuryati, M.Soc.Sci. Direktorat Bina Teknik, Ditjen Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan

Arif Rachman, ST. Direktorat Bina Teknik, Ditjen Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan

Sumarno, SST. Direktorat Bina Teknik, Ditjen Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan

Gambar

Tabel  3    Kode bahan
Tabel  8    Nilai kondisi untuk inventarisasi  0  Jembatan/elemen dalam kondisi baik dan tanpa kerusakan
Gambar F.1 :  Tipe lintasan sungai (S)
Gambar  G.1  :  SBW
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mu’ (2005) Taxonomy of ESL Writing Strategies investigated ESL writing strategies based on the synthesis of past research on writing strategies and four dominant theories:

Hiperbilirubinemia merupakan keadaan bayi baru lahir, dimana kadar bilirubin serum total lebih dari 10 mg/dl pada minggu pertama yang ditandai berupa warna kekuningan pada bayi

DEVELOPMENT OF A SIMULINK MODEL TO INVESTIGATE CONTROL STRUCTURE, SAFETY, AND STABILITY OF A WATER BRAKE SYSTEM AT MAIN ENGINE IN HOUSE 5 LABORATORY.. MUHAMMAD TRI KURNIAWAN

Menurut Puruhito (1995), cuci tangan akan memberikan keuntungan dapat mengurangi infeksi nosokomial, jumlah kuman yang terbasmi lebih banyak sehingga tangan lebih bersih

Hal-hal yang dapat mendukung industri ini antara lain adalah kerjasama yang optimal antara perusahaan- perusahaan pemain dan pemerintah lokal maupun sentral,

[r]

[r]

Kinerja ekonomi Sumatera Utara lebih baik dibandingkan Jambi dan lampung, dan tidak semua daerah induk memiliki kinerja ekonomi yang lebih baik dari pada daerah otonomi