• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN SEMUSIM BUDIDAYA KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN SEMUSIM BUDIDAYA KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN SEMUSIM

“BUDIDAYA KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)”

Disusun oleh :

1. M. Itsnan (11354)

2. Deciana Widyantika (11497) 3. M. Restu Setiawan (11598)

4. Fahmi Ardianto (11642)

5. Meta Harkitawati (11695)

6. Iswin Raka (11753)

7. Arif Wahyu Widada (11791) 8. Fahriz Winandra (11824)

9. Alif Saifudin (11828)

10. Fathin Nabihaty (11891) Golongan / Kel. : C2 / 5

Asisten : Surya

LABORATORIUM MANAJEMEN DAN PRODUKSI TANAMAN JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

2011

“BUDIDAYA KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)”

ABSTRAK

(2)

Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dimakan rakyat Indonesia, seperti: bubur kacang hijau dan isi onde-onde, dan lain-lain. Selain itu, tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan (Fabaceae) ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari yakni sebagai sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi. Kacang hijau di Indonesia menempati urutan ketiga terpenting sebagai tanaman pangan legum, setelah kedelai dan kacang tanah. Oleh karena itu perlu dikembangkan lebih baik mengenai budidaya tanaman tersebut dengan penerapan teknologi budidaya yang tepat dan terampil sejak dari persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan (termasuk pemupukan, pengairan, penyiangan, dan pengendalian hama dan penyakit), sampai pemanenan dan pemasaran ataupun penanganan pasca panen. Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mampu menerapkan teknik budidaya tanaman semusim secara langsung di lapangan dan menganalisis usaha tani dengan baik. Tanaman tersebut ditanam secara monokultur karena teknis budidaya relatif mudah dan kemungkinan dapat menghasilkan produksi yang tinggi dikarenakan persaingan antara tanaman satu dengan yang lainnya tidak saling mempengaruhi. Lokasi kegiatan dilaksanakan di Kebun Percobaan Banguntapan Bantul Yogyakarta, dimulai awal bulan September sampai pertengahan Desember 2011. Percobaan dilakukan pada jenis tanah regosol dengan luas lahan total 70 m2. Bahan-bahan yang digunakan antara lain benih kacang hijau, Pupuk Kandang, Phonska, dan pestisida bila diperlukan. Alat-alat yang digunakan meliputi alat pengolahan tanah (cangkul, cetok, tugal, patok, rafia, dan ember), alat pemeliharaan tanaman (sprayer, pipa pengairan, dan sabit), dan alat untuk pengamatan (meteran, alat tulis, dan tabel pengamatan).

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tanaman semusim didefinisikan sebagai tanaman yang menyelesaikan satu siklus hidupnya dalam satu musim tanam. Hasil komoditas tanaman semusim pada umumnya merupakan kebutuhan pangan pokok bagi masyarakat, seperti padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan shorgum.padi merupakan makanan poko terutama bagi penduduk Indonesia, sedangkan jagung dan shorgum merupakan sumber karbohidrat selain padi. Komoditas kacang-kacangan pada umumnya merupakan sumber protein nabati.

Satu-satunya cara untuk memperoleh komoditas bahan-bahan pangan tersebut adalah melalui usaha budidaya tanaman atau produksi tanaman (crop production).

Sampai saat ini belum ditemukan metode lain untuk tujuan tersebtu. Oleh karena itu, teknik-teknik budidaya tanaman khususnya tanaman semusim wajib dikuasai terutama oleh pelaku-pelaku bidang pertanian termasuk di dalamnya mahasiswa fakultas pertanian.

Kacang hijau merupakan salah satu komoditas kacang-kacangan yang banyak

dimakan rakyat Indonesia. Tanaman ini selain banyak mengandung zat-zat gizi juga

bermanfaat untuk proses pengobatan. Secara agronomis dan ekonomis, tanaman kacang

hijau memiliki kelebihan dibanding tanaman kacang-kacangan lainnya. Meskipun

tanaman kacang hijau memiliki banyak manfaat, namun tanaman ini masih kurang

mendapatkan perhatian petani untuk dibudidayakan. Permintaan pasar terhadap kacang

(3)

hijau terus mengalami peningkatan sedangkan produksi di dalam negeri masih rendah.

Sebagian besar kebutuhan kacang hijau domestik untuk pakan atau industri pakan dan sebagian lainnya untuk pangan, dan kebutuhan industri lainnya. Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, produksi kacang hijau nasional juga berpeluang besar untuk memasok sebagian pasar kacang hijau dunia.

Klasifikasi taksonomi tanaman kacang hijau adalah sebagai berikut Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae (suku polong-polongan)

Genus : Phaseolus

Spesies : Vigna radiata L.

Kacang hijau merupakan salah satu komoditas pertanian yang telah dikembangkan sejak dahulu dan permintaan akan kacang hijau dari tahun ke tahun semakin meningkat. Tanaman kacang hijau memiliki potensi yang tinggi untuk dikembangkan. Dibanding dengan tanaman kacang-kacangan lainnya, kacang hijau memiliki kelebihan ditinjau dari segi agronomi dan ekonomis, seperti: (a) lebih tahan kekeringan, (b) serangan hama dan penyakit lebih sedikit, (c) dapat dipanen pada umur 55-60 hari, (d) dapat ditanam pada tanah yang kurang subur, dan (e) cara budidayanya mudah (Sunantara, 2000).Oleh karena itu, sangat penting bagi mahasiswa untuk dapat mengetahui teknik budidaya kacang hijau baik secara teori maupun aplikasi dan prakteknya secara langsung di lapangan.

Kacang hijau (Vigna radiata) merupakan salah satu bahan pangan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat luas selain beras. Karena tergolong tinggi penggunaannya dalam masyarakat, maka kacang hijau ini memiliki tingkat kebutuhan yang cukup tinggi.

Dengan teknik budidaya dan penanaman yang relatif mudah budidaya tanaman kacang

hijau memiliki prospek yang baik untuk menjadi peluang usaha bidang agrobisnis. Pada

umumnya, kacang hijau umumnya ditanam di lahan sawah pada musim kemarau setelah

padi atau tanaman palawija yang lain. Adapun kegiatan dalam budidaya tanaman

semusim secara umum dimulai dari persiapan lahan, penanaman benih, pengairan,

(4)

pemupukan, pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit, pemanenan serta penanganan pasca panen. Proses fotosintesis merupakan dasar dari usaha budidaya tanaman.

B. Tujuan

1. Mempraktikkan teori budidaya tanaman semusim secara langsung, khususnya budidaya tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.).

2. Meningkatkan pengalaman lapangan bagi praktikan sehingga lebih peka terhadap masalah-masalah yang mungkin timbul dalam usaha budidaya tanaman semusim.

3. Mempraktikkan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Praktikum Budidaya Tanaman Semusim : Dasa-Dasar Agronomi, Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman, Ilmu Perlindungan Tanaman, Ilmu Gulma, Fisiologi Tanaman, Ekologi Tanaman, Klimatologi Pertanian, Kesuburan Tanah, Dasar Manajemen, Analisis Usaha Tani, dan lain-lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kacang hijau merupakan salah satu komoditas kacang-kacangan yang banyak dimakan rakyat Indonesia. Tanaman ini selain banyak mengandung zat-zat gizi juga bermanfaat untuk proses pengobatan. Secara agronomis dan ekonomis, tanaman kacang hijau memiliki kelebihan dibanding tanaman kacang-kacangan lainnya (Atman, 2007). Menurut Balitkabi (2005), semua varietas kacang hijau yang telah dilepas cocok di tanam di lahan sawah. Namun, untuk daerah endemik penyakit embun tepung dan bercak daun (Cercospora) dianjurkan menanam varietas Sriti, Kenari, Perkutut, Murai, dan Kutilang. Diharapkan petani mempunyai banyak pilihan dalam menggunakan varietas kacang hijau yang mereka sukai.

Kacang hijau dapat tumbuh pada semua jenis tanah sepanjang kelembaban dan tersedianya unsur hara yang cukup. Untuk itu lahan yang akan dipergunakan harus dipersiapkan sebaik-baiknya. Pada lahan sawah setelah panen padi, tidak perlu dilakukan pengolahan tanah (tanpa olah tanah=TOT) (Atman, 2007). Pada umumnya petani melakukan penanaman benih kacang hijau sesudah padi dengan cara sebar benih sebelum atau sesudah padi dipanen. Sebar benih kacang hijau setelah padi dipanen dilakukan dengan atau tanpa pembabatan jerami, dan benih yang diperlukan berkisar 50-75 kg/ha (Hilman et.al., 2004).

Sunantara (2000) menyarankan pemberian pupuk sebanyak 50 kg Urea + 60 kg SP36

+ 50 kg KCl/ha. Pupuk diberikan pada saat tanam secara larikan di sisi lubang tanam

sepanjang barisan tanaman. Bahan organik berupa pupuk kandang sebanyak 15-20 t/ha atau

(5)

abu dapur/abu hasil pembakaran jerami sebanyak 5 t/ha sangat baik diaplikasikan untuk menutup lubang tanam.

Kassam dan Kowal (1973) melaporkan fotosintesis optimum untuk tanaman C3 terjadi pada intensitas radiasi dari 0,15-0,60 cal/cm2/min atau 216-864 cal/cm2/hari, saat kejenuhan daun tercapai. Fotosintesis daun meningkat dengan radiasi matahari ke titik jenuh luar yang ada peningkatan lebih sedikit atau bahkan tidak pada fotosintesis.

Kacang hijau termasuk tanaman yang toleran terhadap kekurangan air, yang penting tanah cukup kelembabannya. Namun, bila tanah pertanaman kacang hijau kekeringan sebaiknya segera diairi terutama pada periode kritis, yaitu: saat tanam, saat berbunga (umur 25 hst), dan saat pengisian polong (umur 45-50 hst) (Sunantara, 2000). Untuk kacang hijau yang ditanam di tanah bertekstur ringan (berpasir), umumnya pengairan dilakukan dua kali yaitu umur 21 dan 38 hst, sedangkan pertanaman di tanah bertekstur berat (lempung), biasanya diperlukan pengairan hanya satu kali (Balitkabi, 2005).

Serangan hama merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya hasil di tingkat petani. Dilaporkan terdapat sebanyak 30 jenis serangga yang telah diketahui merupakan hama kacang hijau dan 20 jenis digolongkan sebagai hama penting yang dapat menurunkan kualitas tanaman kacang hijau. Hama ini menyerang seluruh bagian tanaman kacang hijau sejak tanaman tumbuh sampai panen (Tengkano, 1986 cit LPTP, 2000). Diantara hama penting kacang hijau tersebut adalah: lalat bibit Ophyomia phaseoli, ulat jengkal Plusia chalsites, kepik hijau Nezara viridula, kepik coklat Riptortus linearis, penggerek polong (Maruca testulalis dan Etiella spp.) dan kutu thrips (Hilman, et al., 2004).

Menurut Atman (2007), umur panen barvariasi tergantung varietas yang ditanam.

Panen dilakukan bila polong berwarna hitam atau coklat serta telah kering dan mudah pecah.

Panen dapat dilakukan satu, dua, atau tiga kali tergantung varietas yang ditanam. Andersen

(2006) mengatakan, setelah biji dipanen dan dikeringkan, biji dapat disimpan dalam wadah

gelas / kaca dan disimpan untuk beberapa tahun. Pembekuan biji akan menghilangkan kutu

serangga dan menjaga viabilitas biji. Biji dapat disimpan untuk diajdikan kecambah (tauge)

atau untuk penanaman tahun berikutnya.

(6)

III. METODOLOGI A. Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah benih kacang hijau, pupuk kandang dan phonska. Alat-alat yang dipergunakan meliputi alat pengolahan tanah (cangkul, sabit, cetok, tugal, patok, rafia, dan ember), alat pemeliharaan tanaman (sprayer, pipa pengairan, dan sabit), dan alat untuk pengamatan (meteran, alat tulis, dan tabel pengamatan).

B. Lokasi dan Waktu

Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian di Banguntapan, Bantul Yogyakarta, September – Desember 2011, pada lahan seluas 70 m

2

dengan jenis tanah Regosol ketinggian + 113 m dpl.

C. Pelaksanaan Budidaya

a. Persiapan Lahan. Pengolahan tanah dilakukan intensif, dibersihkan dari rumput dan

dicangkul hingga gembur (Anonim, 2011). Pada lahan kering/tegalan tanah dibajak sedalam 15-20 cm, lalu digaru, dan diratakan, dibersihkan dari sisa tanaman dan gulma dan dibuat bedengan selebar 3-5 meter. Antar bedengan dibuat saluran drainase dalam 30 cm dan lebar 30 cm yang berfungsi sebagai saluran drainase pada musim hujan dan saluran irigasi pada saat kering (Epetani, 2010).

b. Penanaman Benih. Penanaman dengan pola monokultur, yaitu menanam satu jenis

tanaman pada lahan dan waktu yang sama dalam satu musim tanam. Model budidaya ini bertujuan untuk meraih produktivitas tinggi karena tidak adanya persaingan antara tanaman yang berbeda serta efisiensi ekonomi dan kemudahan (dalam hal pemberian pupuk dan pemeliharaan). Dalam situs resmi BPTP dijelaskan bahwa benih kacang hijau ditanam dengan cara tugal, kedalaman lubang tanam 3-5 cm, dengan jarak 40 cm x 10 cm, tiap lubang diisi 2 biji (berat 100 butir biji = 6 gram) (Anonim, 2011), namun untuk mempermudah maka diberikan jarak tanam 20 x 20 cm. Lubang tanam ditutup dengan tanah atau jerami yang telah dipotong dijadikan mulsa segera setelah pemupukan dan tanam. Kebutuhan benih kacang hijau untuk praktikum ini adalah 150g/40m

2

.

c. Pengairan. Tanaman kacang hijau relatif tahan kering, namun tetap memerlukan

pengairan terutama pada periode kritis pada waktu perkecambahan, menjelang

berbungan dan pembentukan polong (BPTP, 2011). Periode kritis tanaman terhadap air

(7)

adalah pada saat tanam dan pada saat berbunga (umur 25 hari), pembentukan dan pengisian polong (umur 45 hari). Pada masa lainnya jumlah air yang dibutuhkan relatif sedikit. Pengairan dilakukan melalui selokan antar bedengan.

d. Pemupukan. Pemupukan dilakukan secara semi organik menggunakan pupuk kandang

sebagai pupuk dasar dan pupuk lengkap phonska untuk memacu pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Penambahan pupuk organik seperti pupuk kandang dapat meningkatkan kapasitas menahan air didalam tanah. Pada tanah yang kurang subur kebutuhan pemupukan 45 kg Urea + 45 - 90 kg TSP + 50 kg KCL/ha (BPPT, 2011).

Dosis phonska yang akan diberikan adalah 0, 50, 100, 150 kg/ha. Pemupukan tanaman kacang hijau dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya pupuk disebar dan di campur dalam tanah dengan baik sebelum tanam atau pupuk diletakkan sedalam biji yang ditanam dengan jarak antara 3-5 cm dari biji tadi. Pemberian pupuk secara local pada sisi dan bawah benih dengan jarak dan kedalaman tertentu merupakan cara yang paling efisien dari pada diberikan dengan cara disebar. Perlu dijaga agar pupuk yang diberikan tidak kontak langsung dengan benih karena dapat mengakibatkan kerusakan benih dan menghambat perkecambahan. Pemberian pupuk pada jalur tempat benih sedalam 5 cm kemudian ditutup dengan tanah sampai rata. Pupuk ini di berikan pada saat tanam mengingat umur kacang hijau yang relative pendek.

e. Pemeliharaan. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur tidak lebih dari 7

hari. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan pertama.

f. Pengendalian Gulma, Hama dan Penyakit. Penyiangan dilakukan seawal mungkin

karena kacang hijau tidak tahan bersaing dengan gulma. Penyiangan dilakukan 2 kali pada umur 2 dan 4 minggu. Hama yang sering menyerang adalah Agromyza phaseolli (lalat kacang), Meruca testualitis, Spidoptera sp, Plusia chalsites (ulat) dan kutu trips.

Penyakit kacang hijau yang sering ditemui antara lain Scierotium rolfsii, Cercospora Canescens (bercak daun). Pengendalian hama dilakukan dengan menggunakan varietas

unggul yang tahan hama penyakit. Penggunaan pestisida dan atau fungisida dilakukan apabila serangan hama tidak dapat dikendalikan dengan cara biologi (BPTP, 2011).

Selama masa tanam dilakukan pengamatan lingkungan biotic (kondisi tanaman yang dibudidayakan, serta hewan dan tumbuhan lain di lingkungan) dan abiotik (cuaca, suhu, lengas, presipitasi).

g. Pemanenan. Kacang hijau dipanen sesuai dengan umur varietas, biasanya dipanen pada

umur 55-60 hari. Tanda-tanda lain bahwa kacang hijau telah siap untuk di panen adalah

berubahnya warna polong dari hijau menjadi hitam atau coklat dan kering.

(8)

Keterlambatan panen dapat mengakibatkan polong pecah saat dilapangan. Panen dilakukan dengan cara dipetik. Panen dapat dilakukan satu, dua atau tiga kali tergantung varietas. Jarak antara panen kesatu dan ke dua 3-5 hari. Pada pasca panen, pengeringan polong dilakukan selama 2-3 hari dibawah sinar matahari. Pembijian dilakukan secara manual yaitu memasukkan polong ke dalam plastic lalu dipukul-pukul dengan tongkat kayu. Pembijian dilakukan di dalam kantong atau karung untuk menghindari kehilangan hasil. Pembersihan biji dari kulit polong dilakukan dengan tampi/nyaru. Sebelum disimpan biji kacang hijau di jemur kembali sampai mencapai kering simpan yaitu kadar air 8 - 10 %.

IV. HASIL PENGAMATAN

1. Tinggi tanaman

Perlakuan TT1 TT2 TT3 TT4 TT5 TT6 TT7 TT8

A 6,0533a 8,952a 11,752a 18,5a 29,332a 42,167a 50,832a 57,417a B 5,52a 8a 12,170a 19,165a 26,085a 40,315a 51,080a 54,830a C 6,45a 7,935a 10,585a 19,335a 30,5a 43,835a 52,320a 56,465a D 6,15a 7,617a 10,667a 18,250a 27,083a 46a 57,833a 65a

Keterangan : A : Kontrol B : pupuk dosis 50 C : pupuk dosis 150 D : pupuk dosis 100

2. Jumlah Daun

(9)

Perlakuan JD1 JD2 JD3 JD4 JD5 JD6 JD7 JD8

A 3,5a 4,5a 6,5a 7,5a 9,5a 11a 11,5a 10,89c

B 3a 4a 6a 7a 9a 11a 15a 16,0550a

C 3,5a 4a 6a 8a 10a 11,5a 14a 14,5ab

D 3a 4,5a 6a 8a 10,5a 10,5a 12a 12,445bc

Keterangan : A : Kontrol B : pupuk dosis 50 C : pupuk dosis 150 D : pupuk dosis 100

3. Berat Segar

Perlakuan BS1 BS2 BS3

A 0,4583a 10,388a 72,01a

B 0,2867a 7,168a 107,97a

C 0,25a 9,463a 91,67a

D 0,1833a 6,420a 101,29a

Keterangan : A : Kontrol B : pupuk dosis 50 C : pupuk dosis 150 D : pupuk dosis 100

(10)

4. Berat Kering

Perlakuan BK1 B2 BK3

A 0,17333a 1,9a 18,293a

B 0,13667ab 1,3184a 27,425a

C 0,13833ab 1,9118a 19,415a

D 0,12b 1,235a 25,168a

Keterangan : A : Kontrol B : pupuk dosis 50 C : pupuk dosis 150 D : pupuk dosis 100

5. Luas Daun

Referensi

Dokumen terkait

Pada budidaya kacang hijau terdapat beberapa permasalahan yang penting yang dapat menurunkan produksi kacang hijau diantaranya ialah keberadaan gulma.Adanya gulma pada

Parameter berat biji total tanaman kacang hijau berpengaruh pada uji anava sehingga dilakukan uji lanjutan menggunakan Duncan.. Produktivitas kacang hijau ( V.radiata )

Kabupaten Kampar merupakan salah satu daerah penghasil kacang hijau di Provinsi Riau.Varietas lokal kacang hijau asal Kampar sebagai sumber plasma nutfah merupakan

Kabupaten Kampar merupakan salah satu daerah penghasil kacang hijau di Provinsi Riau.Varietas lokal kacang hijau asal Kampar sebagai sumber plasma nutfah merupakan

Pada budidaya kacang hijau terdapat beberapa permasalahan yang penting yang dapat menurunkan produksi kacang hijau diantaranya ialah keberadaan gulma.Adanya gulma pada

Masalah yang dihadapi dalam budidaya kacang hijau di lahan kering adalah rendahnya hasil, salah satunya terbatasnya benih toleran cekaman kekeringan oleh karena itu

Tujuan khusus penelitian ini adalah mempelajari pembuatan tempe kacang hijau, menentukan jumlah konsentrasi ragi pada pembuatan tempe kacang hijau melalui uji

Pada Tabel 3 tampak bahwa rhizobakteri osmotoleran memiliki kemampuan khemotaksis terhadap senyawa karbohidrat sederhana yang terkandung dalam eksudat akar tanaman kacang hijau.. Tampak