• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DARAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLEPADA PASIEN DI LABORATORIUM KESEHATAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DARAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLEPADA PASIEN DI LABORATORIUM KESEHATAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DARAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLEPADA PASIEN DI LABORATORIUM KESEHATAN DAERAH PROVINSI

SUMATERA UTARA

TUGAS AKHIR

OLEH:

NOVA WIDYA SARI NIM 132410080

PROGRAMSTUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2016

(2)

PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DARAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLE PADA PASIEN DI

LABORATORIUM KESEHATAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar ahli madya pada program studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara OLEH:

NOVA WIDYA SARI NIM 132410080

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DARAH SECARA

SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLEPADA PASIEN LABORATORIUM KESEHATAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar ahli madya pada program studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara OLEH:

Nova Widya Sari NIM 132410080

Medan, Agustus2016 Disetujui oleh:

Dosen Pembimbing,

Dadang Irfan Husori, S.Si., M.Sc., Apt.

NIP. 198204112012121001

Disahkan oleh:

Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Dr. Masfria, M.S., Apt.

NIP. 195707231986012001

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada Fakultas Farmasi, Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan, Universitas Sumatera Utara.

Judul yang dipilih penulis untuk tugas akhir ini adalah “Pemeriksaan Glukosa Darah Secara Spektrofotometri Uv-Visible Pada Pasien Di Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara”. Penulis menyadari selama proses penyelesaian tugas akhir ini banyak kesulitan yang dihadapi, namun dengan bantuan, bimbingan, dukungan, dan doa yang tulus dari berbagai pihak, maka kesulitan tersebut dapat diatasi oleh penulis. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Universitas Sumatera Utara 3. Bapak Popi Patilaya, S.Si. M.Sc., Apt., selaku Sekretaris Program Studi

Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dadang Irfan Husori, S.Si., M.Sc., Apt., selaku Dosen Pembimbing, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dan koreksi dalam proses penyelesaian tugas akhir ini sehingga dapat

(5)

5. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing Akademik.

6. Ibu dr. Hartati, M.Kes., selaku Kepala Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melakukan riset.

7. Bapak/Ibu staf pegawai Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara yang telah memberikan data-data yang diperlukan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik

8. Teristimewa buat Ayahanda Supandi dan Ibunda Winarni yang telah setia, sabar dan tulus mendidik dan membesarkan penulis, terima kasih atas doa, pengertian dan kasih sayang yang tak terhingga serta dukungan baik moril maupun materil yang tidak akan mungkin terbalas.

9. Teman-teman Program Studi D-III Analis Farmasi dan Makanan, rekan-rekan pengurus HIMAFA, serta semua rekan-rekan terbaik yang telah membantudan memberikan semangat pada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga tulisan ini berguna bagiperkembangan dunia ilmu pengetahuan, umumnya masyarakat luas dan khusunya mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Medan, Juni 2016

Nova Widya Sari NIM 132410080

(6)

PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLE PADA PASIEN DI LABORATORIUM KESEHATAN DAERAH

PROVINSI SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, hormon insulin, emosi, stres, jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi serta aktivitas fisik yang dilakukan. Perubahan gaya hidup seperti pergeseran pola makan dengan makanan kurang serat yang akan menyebabkan kelebihan berat badan dan bila berlangsung secara terus menerus akan meningkatkan insiden penyakit diabetes melitus. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar glukosa darah pada pasien di Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara secara spektrofotometri uv-visible. Pemeriksaan glukosa darah yang dilakukan terdiri dari pemeriksaan glukosa darah sewaktu, puasa, dan 2 jam setelah makan.

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pada pasien di Labkes sebagian besar memiliki kadar gula darah diatas normal atau dapat didagnosa positif diabetes melitus.

Kata Kunci:Kadar glukosa darah, diabetes melitus, pasien laboratorium kesehatandaerah.

(7)

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertandatangan di bawah ini,

Nama : Nova Widya Sari

Nomor Induk Mahasiswa : 132410080

Program Studi : D-III Analis Farmasi dan Makanan

Judul Tugas Akhir : Pemeriksaan Glukosa Darah Secara Spektrofotometri Pada Pasien di Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara

Dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir ini ditulis berdasarkan data dari hasil pemeriksaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar Ahli Madya di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat karena kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam tugas akhir ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi apapun oleh Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.

Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.

Medan, Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,

Nova Widya Sari NIM 132410080

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Manfaat Penelitian ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Kadar Glukosa Darah ... 4

2.2 Definisi Diabetes Melitus ... 5

2.3 Tipe Diabetes Melitus ... 8

(9)

2.3.2 Diabetes Tipe II ... 9

2.4 Macam-macam Pemeriksaan Glukosa Darah ... 10

2.4.1 Glukosa Darah Sewaktu ... 10

2.4.2 Glukosa Darah Puasa ... 10

2.4.3 Glukosa Darah 2 Jam Setelah Makan ... 11

2.5 Upaya Pencegahan Diabetes ... 11

2.5.1 Pencegahan Primer ... 11

2.5.2 Pencegahan Sekunder ... 12

2.5.3 Pencegahan Tersier ... 13

2.6Spektrofotometri ... 13

2.6.1 Prinsip Kerja Spektrofotometri ... 14

BAB III METODE PENGUJIAN ... 15

3.1 Tempat Pelaksanaan ... 15

3.2 Alat dan Bahan ... 15

3.2.1 Alat-alat ... 15

3.2.2 Bahan-bahan ... 15

3.3 Prosedur Kerja ... 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

4.1 Hasil ... 16

(10)

4.2 Pembahasan ... 16

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 19

5.1 Kesimpulan ... 19

5.2 Saran ... 19

DAFTAR PUSTAKA ... 21

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 4.1 Hasil Pemeriksaan Kadar Glukosa Pasien ... 16

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Gambar Alat Sentrifugasi ... 23

2 Gambar Alat Spektrofotometri Uv-Visible ... 23

3 Gambar Layar Monitor Spektrofotometri Uv-Visible ... 24

4 Gambar Penangan Air ... 24

5 Gambar Stopwatch ... 25

6 Gambar Mikropipet ... 25

7 Gambar Pipet ... 26

8 Gambar Tabung Reaksi ... 26

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Saat ini di negara berkembang, telah terjadi pergeseran penyebab kematian utama yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Kecenderungan transisi ini dipengaruhi oleh adanya perubahan gaya hidup, urbanisasi, dan globalisasi. Penyakit yang tergolong dalam penyakit tidak menular yang mengiringi proses penuaan usia (degeneratif) diantaranya: Neuplasma (kanker), Gangguan mental, Penyakit jantung dan pembuluh darah, Diabetes melitus, dan lain-lain. Diabetes Mellitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan hormon insulin secara absolut dan relatif (Almatsier, 2008).

Menurut WHO (World Health Organization) lebih dari 220 juta orang diseluruh dunia mengidap diabetes. Pada tahun 2004, diperkirakan 3,4 juta orang meninggal dari konsekuensi gula darah tinggi. Lebih dari 80 % kematian karena diabetes terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah. Badan Kesehatan Dunia memprediksi kenaikan jumlah penyandang diabetes mellitus di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Dari data diabetes nasional 2011 yang diluncurkan pada tanggal 26 januari 2011 oleh American Diabetes Association, bahwa jumlah prevalensi diabetes 25,8 juta anak-anak dan orang dewasa di Amerika Serikat sebesar 8,3% dari populasi memiliki diabetes.

Dan terdapat kasus baru yaitu, 1,9 juta di diagnosa diabetes pada orang berusia 20 tahun dan lebih tua pada tahun 2010 (Nugrahani, 2012).

(14)

Dengan perkembangan yang pesat dari jumlah dan jenis pemeriksaan, peralatan laboratorium, maka dibutuhkan pemilihan metode dan alat yang sesuai dengan indikasi pemeriksaan serta interpretasi hasil yang tepat. Pada pemeriksaan glukosa darah pada pasien Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara menggunakan alat spektrofotometer dengan metode kolorimetri yang ditentukan berdasarkan intensitas warna yang terjadi, kemudian diukur secara spektrofotometri pada panjang gelombang 546 nm. Dibandingkan dengan metode strip, spektrofotometri memiliki kelebihan, yaitu presisi tinggi, akurasi tinggi, spesifik, relatif bebas dari gangguan (kadar hematokrit, vitamin C, lipid, volume sampel, dan suhu). Sedangkan kekurangannya adalah memiliki ketergantungan pada reagen, butuh sampel darah yang banyak, pemeliharaan alat dan reagen memerlukan tempat yang khusus dan membutuhkan biaya yang cukup mahal (Suryaatmadja, 2003).

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan tingginya kadar glukosa darah.

2. Untuk mengetahui resiko penyakit yang disebabkan tingginya kadar glukosa darah.

3. Untuk mengetahui hasil pemeriksaan kadar glukosa darah pada pasien di Laboratorium Kesehatan Daerah Prov. Sumatera Utara.

1.3 Manfaat

1. Sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara.

(15)

2. Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan serta pemahaman tentang pemeriksaan kadar glukosa darah.

3. Untuk memberikan informasi berupa pengetahuan mengenai kadar glukosa darah bagi penderita penyakit diabetes mellitus.

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kadar Glukosa Darah

Kadar gula darah adalah jumlah kandungan glukosa dalam plasma darah.Kadar gula darah digunakan untuk menegakkan diagnosis DM. Untuk penentuan diagnosis, pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena.Sedangkan untuk tujuan pemanatauan hasil pengobatan dapat menggunakan pemeriksaan gula darah kapiler dengan glukometer (PERKENI, 2011).

Kadar glukosa darah merupakan faktor yang sangat penting untuk kelancaran kerja tubuh. Karena pengaruh berbagai faktor dan hormon insulin yang dihasilkan kelenjar pankreas sehingga hati dapat mengatur kadar glukosa dalam darah. Bila kadar glukosa dalam darah meningkat sebagai akibat naiknya proses pencernaan dan penyerapan karbohidrat, maka oleh enzim-enzim tertentu glukosa diubah menjadi glikogen. Proses ini hanya terjadi di dalam hati dan dikenal sebagai glikogenesis. Sebaliknya, bila kadar glukosa menurun, glikogen diuraikan menjadi glikosa. Proses ini dikenal sebagai glikogenolisis, yang selanjutnya mengalami proses katabolisme menghasilkan energi (dalam bentuk energi kimia, ATP). Kadar normal glukosa puasa dalam darah adalah 70-110 mg/dl (Koestadi, 1989).

Kadar glukosa yang tinggi merangsang pembentukan glikogen dari glukosa, sintesis asam lemak dan kolestrol dari glukosa. Kadar glukosa darah yang tinggi dapat mempercepat pembentukan trigliserida dalam hati. Trigliserida merupakan

(17)

kadartrigliserida dalam batas normal mempunyai fungsi yang normal dalam tubuh, semisal sebagai sumber energi (Ekawati, 2012).

Glukosa merupakan sumber energi utama bagi sel manusia.Glukosa terbentuk dari karbohidrat yang dikonsumsi melalui makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot.Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen.Faktor endogen yaitu humoral factor seperti hormon insulin, glukagon dan kortisol sebagai sistem reseptordi otot dan sel hati. Faktor eksogen antara lain jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi serta aktivitas yang dilakukan (Lestari, dkk., 2013).

Jika tubuh tidak mempunyai insulin, tak ada cara untuk mengendalikan glukosa di dalam darah, maka seseorang berada pada suatu kesusahan besar.

Semua glukosa dari makanan akan tinggal di dalam darah, dan kadar gula darah akan sangat tinggi sehabis makan, dan seseorang itu akan merasa sangat sakit.

Bahkan seseorang itu bisa menjadi tidak sadarkan diri. Tubuh tak mampu mengatasi gula yang berlebihan di dalam darah seperti itu dalam suatu ketika terjadilah yang disebut dengan hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) (Purnamasari, 2009).

2.2 Definisi Diabetes Melitus

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolit dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf jantung, dan pembuluh darah.World Health Organization (WHO) sebelumnya telah merumuskan bahwa DM merupakan

(18)

sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai sesuatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin (WHO, 1999).

Penyakit DM biasanya disebut silent killer karena hampir sepertiga orang dengan DM tidak mengetahui mereka menderita DM, sampai penyakit tersebut berkembang menjadi serius yang berhubungan dengan komplikasi.Elemen patogenik penting yang harus di garis bawa faktor genetik.Seseorang yang kedua orang tuanya menderita DM maka kemunktor genetik. Seseorang yang kedua orang tuanya menderita DM maka kemungkinan 50% akan menderita DM. Selain itu, faktor pemicu utama terjadinya DM ialah gaya hidup dan makan berlebih yang berakibat timbulnya kelebihan berat badan (Lestari, dkk., 2013).

Salah satu kelompok umur yang beresiko terjadinya kelebihan berat badan adalah kelompok usia remaja. Usia remaja beresiko karena adanya pergeseran pola makan dengan komposisi makanan yang terlalu banyak mengandung protein, lemak, gula, garam dan mengandung sedikit serat. Komposisi makanan seperti itu sangat digemari terutama anak muda. Kebiasaan ini berkontribusi terhadap kejadian obesitas (Lestari, dkk., 2013).

Sebagian besar faktor resiko diabetes melitus adalah gaya hidup yang tidak sehat seperti kurangnya aktivitas fisik, diet yang tidak sehat dan tidak seimbang serta obesitas. Maka dari itu hal terpenting dari pengendalian diabetes melitus adalah mengendalikan faktor resiko. Tujuan penting dari pengelolaan diabetes melitus adalah memulihkan kekacauan metabolik sehingga segala proses

(19)

Toleransi tubuh terhadap glukosa merupakan manifestasi dari tanggung jawab beberapa komponen tubuh yang mengampu satu fungsi, yaitu fungsi ambilan glukosa.Komponen yang dimaksud adalah sel sel beta pankreas (𝛽𝛽 − 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝) yang mengahasilkan hormon insulin.Walaupun demikian kompleksnya fungsi homeostasis glukosa tersebut, tetapi tubuh selalu berusaha untuk mempertahankannya. Namun demikian, seperti halnya mesin, akhirnya terjadi kecacatan yang dapat kita amati dengan timbulnya apa yang disebut dengan gangguan toleransi glukosa (GTG) (Rochmah, 1994).

Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan konsentrasi glukosa darah.

Dalam menentukan diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosis, pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Untuk memastikan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah seyogyanya dilakukan dilaboratorium klinik yang terpercaya (yang melakukan program pemantauan kendali mutu secara teratur).Walaupun demikian sesuai dengan kondisi setempat dapat juga dipakai bahan darah utuh (whole blood), vena ataupun kapiler dengan memperhatikan angka-angka kriteria diagnostic yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO.Untuk pemantauan hasil pengobatan dapat diperiksa glukosa darah kapiler (Purnamasari, 2009).

Peningkatan jumlah kasus DM terjadi karena kurangnya tenaga kesehatan, peralatan pemantauan dan obat-obatan tertentu, terutama di daerah terpencil serta belum ada keseragaman dalam mengelola pasien DM oleh dokter di lini depan.

Berdasarkan data Medical Record Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Provinsi Riau diketahui bahwa insiden DM masih merupakan penyakit

(20)

yang tinggi angka kasusnya diantara penyakit endokrin, nutrisi dan metabolik.

Sebanyak 188 kasus tercatat pada tahun 2003, 221 kasus di tahun 2004 dan 158 kasus pada tahun 2005 (Chandra, dkk., 2007).

PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) membagi alur diagnosis DM menjadi dua bagian besar berdasarkan ada atau tidaknya gejala khas DM.

Gejala khas DM terdiri dari poliuria, polidipsia, polifagiadan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas. Sedangkan gejala tidak khas DM antaranya lemas, kesemutan, luka yang sulit sembuh, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi (pria), dan pruritus vulva (wanita).Apabila ditemukan gejala khas DM, pemeriksaan glukosa darah abnormal satu kali saja sudah cukup menegakkan diagnosis, namun apabila tidak ditemukan gejala khas DM, maka diperlukan dua kali pemeriksaan glukosa darah abnormal (Purnamasari, 2009).

Data yang dilaporkan oleh Komisi Nasional Diabetes Amerika menunjukkan, bahwa dibandingkan dengan non-diabetes, penderita DM mempunyai kecenderungan:

- 2x lebih mudah mengalami trombosis serebri - 25x lebih mudah buta

- 2x lebih mudah menderita PJK (Penyakit Jantung Koroner) - 17x lebih mudah mengalami gagal ginjal

- 5x lebih mudah menderita selulitis-gangren 2.3 Tipe Diabetes Melitus

2.3.1 Tipe 1 – Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)

DM ini disebabkan akibat kekurangan insulin dalam darah yang terjadi

(21)

diabetes tipe 1 tidak mampu memproduksi insulin sesuai kebutuhan tubuh. Tanpa insulin, sel-sel tubuh akan mengolah lemak dan otot menjadi energy sehingga menyebabkan turunnya berat badan. Ini dapat mengakibatkan kondisi akut yang disebut ketoasidosis diabetik pada penderita diabetes tipe 1 (Riyani, 2009).

Penderita diabetes tipe 1 sangat bergantung pada insulin.tipe ini juga terkadang dikenal dengan istialh diabetes “Remaja” karena umumnya menyerang pasien dibawah usia 40 tahun terutama pada masa remaja. Organ pankreas dalam tubuh penderita diabetes tipe 1 tidak memproduksi insulin sehingga penderita harus menerima suntikan insulin tiap hari.insulin sangat penting karena berfungsi untuk mengendalikan kadar gula dalam darah. kadar gula darah yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan kerusakan serius pada organ-organ tubuh (Riyani, 2009).

2.3.2 Tipe 2 – Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)

DM ini disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar insulin normal, rendah atau bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme glukosa tidak ada/kurang. Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga terjadi hiperglikemia.75% dari penderita DM type II dengan obesitas atau ada sangat kegemukan dan biasanya diketahui DM setelah usia 30 tahun (Sabrina, 2011).

Timbulnya resistensi insulin pada usia lanjut disebabkan oleh 4 faktor yaitu pertama adanya perubahan komposisi tubuh. penururnan jumlah masa otot dari 19% menjadi 12%, disamping peningkatan jumlah jaringan lemak dari 14%

menjadi 30%, mengakibatkan menurunnya jumlah serta sensitivitas reseptor insulin. Faktor yang kedua adalah turunnya aktivitas fisik yang akan mengakibatkan penurunan jumlah reseptor insulin yang siap berikatan dengan

(22)

insulin sehingga kecepatan translokasi GLUT-4 juga menurun. kedua hal tersebut akan menurunkan baik kecepatan maupun jumlah ambilan Glukosa. ketiga perubahan pola makan pada usia lanjut yang disebabkan oleh berkurangnya gigi geligi sehingga persentase bahan makanan karbohidrat akan, meningkat. Faktor keempat adalah perubahan neuro-hormonal, khususnya insulin-like growth factor- 1 (IGF-1) dan dehydroepandrosteron (DHEAS) plasma. Konsentrasi IGF-1 serum turun sampai 50% pada usia lanjut. penurunan hormone ini akan mengakibatkan penurunan ambilan glukosa karena menurunnya sensitivitas reseptor insulin serta menurunnya aksi insulin (Rochmah, 1994).

Penelitian lain menyatakan bahwa dengan adanya urbanisasi, populasi diabetes tipe 2 akan meningkat 5-10 kali lipat karena terjadi perubahan perilaku rural-tradisional menjadi urban. Faktor resiko yang berubah secara epidemiologi diperkirakan adalah: bertambahnya usia, lebih banyak dan lebih lamanya obesitas, distribusi lemak tubuh, kurangnya aktifitas jasmani dan hiperinsulinemia. Semua faktor ini berinteraksi dengan beberapa faktor genetik yang berhubungan dengan terjadinya DM tipe 2 (Stadtes, 2005).

2.4 Macam-macam Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah 2.4.1 Glukosa sewaktu

Glukosa sewaktu adalah pengukuran kadar glukosa dalam darah yang diambil kapan saja, tanpa mempertimbangkan makan terakhir. Nilai normal glukosa sewaktu yaitu < 180 mg/dL.

2.4.2 Glukosa puasa

Glukosa adalah pemeriksaan ini memerlukan puasa 8 jam sebelum darah

(23)

selama 8 jam, tetapi diperbolehkan minum air putih.Jadi bukan puasa makan dan minum yang biasa dilakukan. Jika kadar glukosa darah puasa sama atau lebih dari 126 mg/dL, maka dikategorikan Diabetes Mellitus.

2.4.3 Glukosa 2 jam setelah makan atau 2 jam pp

Glukosa 2 jam setelah makan (2 jam pastprandial) adalah pemeriksaan glukosa yang dilakukan setelah 2 jam pembebasan glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa. Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk evaluasi insulin dalam tubuh. Nilai normal glukosa 2 jam pp adalah 140 mg/dL (Riyani, 2009).

2.5 Upaya Pencegahan Diabetes

Menurut WHO tahun 1994, upaya pencegahan pada diabetes ada tiga jenis atau tahap, yaitu:

2.5.1 Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah cara yang paling sulit karena yang menjadi sasaran adalah orang-orang yang belom sakit artinya mereka yang masih sehat.

Cakupannya menjadi sangat luas, yang bertanggung jawab bukan hanya profesi tetapi seluruh masyarakat termasuk pemerintah.Semua pihak harus mempropagandakan pola hidup sehat dan menghindaru pola hidup berisiko, menjelaskan kepada masyarakat bahwa mencegah jauh lebih baik daripada mengobatinya. Kampanye makanan sehat dengan pola tradisional yang mengandug lemak rendah atau pola makanan seimbang adalah alternatif terbaik dan harus sudah mulai ditanamkan pada anak-anak sekolah sejak taman kanak- kanak.

Selain makanan juga cara hidup berisiko lainnya harus dihindari. Jaga berat badan agar tidak gemuk, dengan olahraga teratur.Dengan menganjurkan olahraga

(24)

kepada kelompok risiko tinggi, misalnya anak-anak pasien diabetes, merupakan salah satu upaya pencegahan primer yang sangat efektif dan murah.

Motto memasyarakatkan olahraga dan megolahragakan masyarakat sangat menunjang upaya pencegahan primer. Hal ini tentu saja akan menimbulkan konsekuensi, yaitu penyediaan sarana olahraga yang merata sampai ke pelosok, misalnya di tiap sekolahan harus ada sarana olahraga yang memadai (Suyono, 2009).

2.5.1 Pencegahan Sekunder

Mencegah timbulnya komplikasi, menurut logika lebih mudah karena populasinya lebih kecil, yaitu pasien diabetes yang sudah diketahui dan sudah berobat, tetapi kenyataannya tidak demikian.Tidak gampang memotivasi pasien untuk berobat teratur, dan menerima kenyataan bahwa penyakitnya tidak bisa sembuh. Syarat mencegah komplikasi adalah kadar glukosa darah harus selalu terkendali mendekati angka normal sepanjang hari sepanjang tahun.

Pada pencegahan sekunder pun, penyuluhan tentang perilaku sehat seperti pada pencegahan primer harus dilaksanakan, ditambah dengan peningkatan pelayanan kesehatan primer dipusat-pusat pelayanan kesehatan mulai dari rumah sakit kelas A sampai ke unit paling depan yaitu puskesmas. Disamping itu juga diperlukan penyukuhan kepada pasien dan keluarganya tentang berbagai hal mengenai penatalaksanaan dan pencegahan komplikasi.Penyuluhan ini dilakukan oleh tenaga yang terampil baik oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya yang sudah dapat pelatihan untuk itu (diabetes educator).

Peran profesi sangat ditantang untuk menekan angka pasien yang tidak

(25)

sangat terlambat dengan berbagai komplikasi yang dapat mengakibatkan kematian yang sangat tinggi.Dari sekarang harus sudah dilakukan upaya bagaimana caranya menjaring pasien yang tidak terdiagnosis itu agar mereka dapat melakukan upaya pencegahan baik primer maupun sekunder (Suyono, 2009).

2.5.2 Pencegahan Tersier

Upaya mencegah komplikasi dan kecacatan yang diakibatkannya termasuk ke dalam pencegahan tersier. Upaya ini terdiri dari 3 tahap:

a. Pencegahan komplikasi diabetes, yang pada konsensus dimasukkan sebagai pencegahan sekunder

b. Mencegah berlanjutnya (progresi) komplikasi untuk tidak menjurus kepada penyakit organ

c. Mencegah terjadinya kecacatan disebabkan oleh karena kegagalan organ atau jaringan

Dalam upaya ini diperlukan kerja sama yang baik sekali baik antara pasien dengan dokter maupun dokter ahli diabetes dengan dokter-dokter yang terkait dengan komplikasinya. Dalam hal peran penyuluhan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi pasien untuk mengendalikam diabetesnya. Peran ini tentu saja akan merepotkan dokter yang jumlahnya terbatas. Oleh karena itu dia harus dibantu oleh orang yang sudah dididik untuk keperluan itu yaitu penyuluh diabetes (diabetes educator) (Suyono, 2009).

2.6 Spektrofotometri Uv-Visible

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang.Spektrofotometer merupakan gabungan dari alat optik dan elektronika serta sifat-sifat kimia fisiknya.Dimana detector

(26)

dapat mengukur intensitas cahaya yang dipancarkan serta tidak langsung cahaya yang diabsorbsi. Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawa atau warna yang terbentuk (Anna, 2011).

Spektrofotometri UV-Vis merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible.Alat ini menggunakan dua buah sumber cahaya yang berbeda, yaitu sumber cahaya UV dan sumber cahaya Visible.Larutan yang dianalisis diukur serapan sinar ultra violet atau sinar tampaknya. Konsentrasi larutan yang dianalisis akan sebanding dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terapat dalam larutan tersebut (Riyani, 2009).

2.6.1 Prinsip kerja

Spektrofotometri UV-Vis mengacu pada hukum Lambert-Beer. Apabila cahaya monokromatik melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut akan diserap, sebagian dipantulkan sebagian lagi akan dipancarkan (Riyani, 2009).

BAB III

(27)

METODE PENGUJIAN 3.1 Tempat Pelaksanaan

Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah dilakukan di Laboratorium Patologi:

Kimia Klinik yang terdapat di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara yang beralamat di Jalan Williem Iskandar Pasar V Barat I No. 4 Medan. Telp.(061)6613249 dan (061)667079 Fax (061)6613249 Sumatera Utara.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat-Alat

Alat-alat yang digunakan adalah botolreagen, penangas air, pipet mikro 1000 µL, pipet mikro 500 µL, raktabungreaksi, sentrifuger, spektrofotometer, spidol, stopwatch dan tabung reaksi.

3.2.2 Bahan-bahan

Bahan dan reagensia yang digunakan adalah aquades, reagensia glukosa, serum darah, standar glukosa 100 mg/dL.

3.3 Prosedur Kerja

Tiga tabung reaksi disiapkan dirak tabung, ditandai tabung pertama sebagai blanko, tabung kedua sebagai standard, dan tabung ketiga sebagai sampel serum.

Selanjutnya diisi tabung pertama dengan 1000 µl reagensiaglukosa, tabung kedua diisi dengan 10 µl standard glukosa kemudian ditambah 1000 µl reagensiaglukosa dan tabung ketiga diisi dengan 10 µL sampel serum kemudian ditambah 1000 µL reagen glukosa. Kemudian dihomogenkan dan diinkubasi di penangas air selama

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

(28)

Pemeriksaan kadar glukosa darah pada pasien di Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara terdiri dari :

- Pemeriksaan glukosa darah puasa (Bsn), kadar normal: ≤ 126 mg/dL

- Pemeriksaan glukosa darah 2 jam setelah makan (pp), kadar normal: <140 mg/dL

- Pemeriksaan glukosa darah sewaktu (Ad), kadar normal: < 180 mg/dL

Dari pemeriksaan yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: lihat Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah

Sampel 1242 1281 0564 0593 1181 1232 Bsn 229

mg/dL 247 mg/dL

87 mg/dL

74 mg/dL

- -

PP 392

mg/dL 403 mg/dL

116 mg/dL

87 mg/dL

- -

Ad - - - - 219

mg/dL 86 mg/dL

4.2 Pembahasan

Pemeriksaan kimia darah, khususnya pemeriksan kadar glukosa merupakan salah satu parameter penting dalam mendiagnosa suatu penyakit serta mengevaluasi tindakan medik atau memantau perkembangan suatu penyakit termasuk diabetes mellitus (DM). Pada pemeriksaan glukosa darah di Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara menggunakan spektofotometri. Menurut Syabatini (2010), spektofotometri merupakan suatu metode analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan

(29)

menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube.

Spektofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi.

Dari pemeriksaan kadar glukosa darah dengan menggunakan metode spektofotometri, hasil pemeriksaan kadar glukosa darah pada pasien dengan kode 1242 dan 1281 masing-masing diperoleh hasil glukosa darah puasa (Bsn) yaitu, 229 mg/dL dan 247 mg/dL, sedangkan hasil glukosa darah 2 jam setelah makan (pp) yaitu, 392 mg/dL dan 403 mg/dL. Dimana hasil pemeriksaan glukosa darah pasien lebih tinggi dibandingkan dengan nilai normal ≤ 126 mg/dL pada Bsn dan

< 140 mg/dL pada pp, maka dapat didiagnosa pasien terkena penyakit diabetes mellitus (DM).

Pasien dengan kode 0593 dan 0564 masing-masing diperoleh hasil glukosa darah puasa (Bsn) yaitu 74 mg/dL dan 87 mg/dL, sedangkan hasil glukosa darah 2 jam setelah makan (pp), yaitu 87 mg/dL dan 116 mg/dL. Dimana hasil pemeriksaan glukosa darah pasien tergolong normal, karena masih berada dibawah range nilai normal, yaitu ≤ 126 mg/dL untuk Bsn dan< 140 mg/dL untuk pp.

Pasien dengan kode 1181 diperoleh hasil glukosa darah sewaktu (ad) yaitu 219 mg/dL. Dimana hasil pemeriksaan lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan nilai normal yaitu < 180 mg/dL, maka dapat diperkirakan pasien ini sedang mengalami kenaikan kadar gula darah yang disebabkan karna faktor makanan yang dikonsumsi saat sebelum pengambilan darah vena atau faktor meningkatnya stres. Sedangkan pasien dengan kode 1232 diperoleh hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu yaitu, 86 mg/dL.Dimana hasil pemeriksaan glukosa darah pasien

(30)

tergolong normal, karena masih berada dibawah range nilai normal, yaitu < 180 mg/dL.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

1. Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya kadar glukosa darah yaitu, kurangnya aktifitas jasmani dan hiperinsulinemia, lebih banyak dan lebih lamanya obesitas, faktor makanan, meningkatnya stress dan faktor emosi.

2. Resiko penyakit yang disebabkan oleh tingginya kadar glukosa darah adalah Diabetes Melitus (DM).

3. Berdasarkan uji klinis yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut:

pasien dengan kode 1242 memiliki nilai pemeriksaan glukosa darah puasa sebesar 229 mg/dL, dan glukosa 2 jam setelah makan sebesar 392 mg/dL.

Pasien dengan kode 1281 memiliki nilai pemeriksaan glukosa darah puasa sebesar 247 mg/dL, dan glukosa 2 jam setelah makan sebesar 403 mg/dL.

pasien dengan kode 0564 memiliki nilai pemeriksaan glukosa darah puasa sebesar 87 mg/dL, dan glukosa 2 jam setelah makan sebesar 116 mg/dL.

Pasien dengan kode 0593 memiliki nilai pemeriksaan glukosa darah puasa sebesar 74 mg/dL, dan glukosa 2 jam setelah makan sebesar 87 mg/dL.

Sedangkan pasien dengan kode 1181 memiliki nilai pemeriksaan glukosa darah sewaktu sebesar 219 mg/dL. Dan pasien dengan kode 1232 memiliki

(31)

4.2 Saran

1. Sebaiknya pada saat melakukan uji klinis pemeriksaan kadar glukosa darah tidak hanya melakukan satu kali pengukuran saja, dilakukan dua kali pengukuran untuk memperoleh hasil yang akurat.

2. Sebaiknya pada saat pemeriksaan kadar glukosa darah, tidak hanya memeriksa dengan satu metode, namun menggunakan metode lain seperti metode reduksi pada urin, agar diketahui perbedaan hasilnya.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier.(2008). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

(32)

Anna. (2011). Komponen Spektrofotometer.Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Arisman.(2011). Diabetes Mellitus. Dalam: Arisman, ed. Buku Ajar Ilmu Gizi Obesitas, Diabetes Mellitus dan Dislipidemia. Jakarta: EGC. Hal.44-54.

Ekawati, E. R. (2012). Hubungan Kadar Glukosa Darah TerhadapHypertriglyceridemia Pada Penderita Diabetes Mellitus.Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa.C1-C5.

Koestadi.(1989). Kimia Klinik Teori dan Praktek Darah.AAK Bhakti Wiyata.

Kediri.

Lestari D. D., Purwanto D. S., Kaligis S. H. M. (2013). Gambaran Kadar Glukosa Darah Puasa pada Mahasiswa Angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi dengan Indeks Massa Tubuh.Jurnal e-Biomedik (eBM).1(2).991-996.

Nugrahani, S. S. (2012). Ekstrak Akar, Batang, dan Daun Herba Meniran Dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah. Kemas.8(1): 51-59.

PERKENI.(2011). Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia.

Semarang: PB PERKENI.

Purnamasari, D. (2009). Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus. Dalam:

Sudoyo, A., Setyohadi, B., Alwi, I., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi 5.Jilid 3. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI. 1880-1883.

Riyani, A. (2009). Laporan Praktikum Kimia Klinik II. Bandung: Analis Kesehatan Bandung.

Rochmah, W. (1994).Hubungan Antara Konsentrasi Insulin dan Kadar Glukosa Plasma Darah pada Golongan Lanjut Usia.Laporan Penelitian DPP UGM: Yogyakarta.

Sabrina, Q. (2011). Kajian Sifat Optis Glukosa Darah. Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah: Jakarta.

Suyono, S. (2009).Diabetes Melitus di Indonesia. Dalam: Sudoyo, A., Setyohadi, B.,Alwi, I., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5.Jilid 3. Jakarta:

Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI. 1873-1879.

(33)

Suryaatmadja, M. (2003).Pendidikan Berkesinambungan Patologi Klinik. Jakarta:

Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia.

Syabatini, A. (2010). Analisis Campuran Dua Komponen Tanpa Pemisahan Dengan Spektrofotometer. Pontianak: UNLAM Press.

Waspadji, S. (1988).Penelitian diabetes melitus suatu tinjauan tentang hasil penelitian dan kebutuhan penelitian masa yang akan datang. Acta Med Indonesian. XX: 87-98.

WHO.(1999). Definition, Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus and its Complicatios.World Health Organization Departement of Non- communicable Disease Surveil; lance.

Zahtamal., Chandra F., Suyanto., Restuastuti T. (2007). Faktor-faktor Resiko Pasien Diabetes Melitus.Berita Kedokteran Masyarakat. 23(3): 142-147.

Lampiran 1. Gambar Alat Sentrifugasi

(34)

Lampiran 2. Gambar Alat Spektrofotometer Uv-Visible

Lampiran 3. Gambar Layar Monitor Alat Spektrofotometer Uv-Visible

(35)

Lampiran 4. Gambar Penangas Air

Lampiran 5. Gambar Stopwatch

(36)

Lampiran 6. Gambar Mikropipet

Lampiran 7. Gambar Pipet

(37)

Lampiran 8. Gambar Tabung Reaksi

Gambar

Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan  kadar glukosa darah

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat yang diperoleh dari pemeriksaan kadar besi (Fe) dan mangan (Mn) pada air minum isi ulang ini adalah dapat mengetahui apakah sampel air minum isi ulang

Menua (aging) merupakan proses yang harus terjadi secara umum pada.. seluruh spesies secara progresif seiring waktu yang menghasilkan

mengandung lemak jenuh bisa menyebabkan kadar kolesterol dalam tubuh. meningkat, sebab didalam makanan yang tinggi kolesterol

5/MenKes/Per/II/2014 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.. Makanan-Makanan

finni pipette tip kuning finni pipette tip biru.

Metode pelarutan apapun yang akan dipilih untuk dilakukan analisis dengan spektrofotometer serapan atom, yang terpenting adalah bahwa larutan yang dihasilkan harus jernih, stabil