Lampiran 1. Gambar Alat
Gambar 1. Alat Spektrofotometer Microlab 300
Lampiran 2. Gambar Bahan
Gambar 3. Reagen kolesterol
Lampiran 3. Gambar Mikropipet
Gambar 5. Mikropipet
mikropipet
finni pipette tip kuning finni pipette tip biru
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2005). Material Safety Data Sheet Cholesterol MSDS. United States: West Liberty University. Halaman 1.
Anonim. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 5/MenKes/Per/II/2014 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta. Halaman 443.
Astuti, N. R. (2015). Makanan-Makanan Tinggi Kolesterol. Yogyakarta: FlashBooks. Halaman 13-15, 17-20.
Bull, E. dan Morrell, J. (2007). Simple Guides Cholesterol. alih bahasa dr. Elizabeth Yasmine. Simple Guides Kolesterol. Jakarta: Erlangga. Halaman 21, 45.
Bustan, N. M. (2015). Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular.
Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 277, 279-280.
Dirjen POM. (1979). Farmakope Indonesia.Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 697.
Durstine, J. L. (2012). Action Plan For High Cholesterol. alih bahasa Ramonita. Program Olahraga: Kolesterol Tinggi. Yogyakarta: PT Citra Aji Parama. Halaman 2, 4.
Fatmah. (2010). Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga. Halaman 8, 11, 114.
Nilawati, S., Krisnatuti, D., Mahendra, B. dan Oei, G. D. (2008). Care Yourself, Kolesterol. Jakarta: Penebar Plus. Halaman 31.
Pramono, T. S. (2012). Selamat Tinggal, Kolesterol Tinggi!. Yogyakarta: Syura Media Utama. Halaman 21-22, 52-56.
Ruslianti. (2014). Kolesterol Tinggi Bukan untuk Ditakuti. Jakarta: FMedia. Halaman 10.
Santoso, A., dan Kasiman, S. (2009). Metabolisme Lipid. dalam. Santoso, A., Erwinanto, Andriantoro, H., Suryawan, I. G. R., Rifqi, S., Soerianata, S. dan Kasiman, S. (2009).Lipid dan Penyakit Jantung Koroner. Jakarta: Centra Communications. Halaman 16.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat Pengujian
Pemeriksaan kadar kolesterol pada pasien lanjut usia (lansia) dilakukan di
Laboratorium Patologi, Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera
Utara di Medan yang berada di Jalan Williem Iskandar Pasar V Barat I No. 4
Medan.
3.2 Alat
Alat-alat yang digunakan adalah finni pipette tip (kuning dan biru), label, rak
tabung, mikropipet, Spektrofotometer Microlab 300, stopwatch, tabung reaksi,
termometer, waterbath.
3.3 Bahan 3.3.1. Pereaksi
Bahan-bahan yang digunakan adalah akuades, reagen kolesterol, standar
kolesterol.
3.3.2. Sampel
3.4 Prosedur Percobaan 3.3.1 Pemeriksaan Sampel
Disediakan 3 tabung reaksi dan diberi label (blanko, standar, sampel),
dimasukkan 10 �L akuades kedalam tabung blanko, 10 �L larutan standar
kolesterol kedalam tabung standar dan 10 �L serum kedalam tabung sampel,
ditambahkan 1000 �L reagen kolesterol kedalam ketiga tabung, dihomogenkan
dan diinkubasi dengan waterbath selama 10 menit pada suhu 37℃, dibaca hasil
dengan spektrofotometer.
3.3.2 Penggunaan Alat Spektrofotometer Microlab 300
Ditekan tombol power on dan ditunggu selama 15 menit, setelah keluar
tampilan menu utama, dipilih menu pengukuran dengan menekan tombol enter,
kemudian dicari menu yang diinginkan untuk melakukan pemeriksaan, ditekan
tombol enter. Diletakkan reagensia yang diminta pada layar monitor pada pipet
lalu tekan sipper, jika hasil pengukuran sudah keluar ditekan tombol lewati dan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil pemeriksaan kadar kolesterol pada lanjut usia (lansia) adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Kolesterol No. Kode
Sampel Umur Hasil No.
Kode
Sampel Umur Hasil
4.2 Pembahasan
Dari pemeriksaan yang telah dilakukan, didapat hasil bahwa usia seseorang
dapat mempengaruhi kadar kolesterol di dalam tubuh. Hal ini dapat dilihat dari
hasil pemeriksaan bahwa sebesar 45% pasien lansia memiliki kadar kolesterol
yang normal dan sebesar 55% pasien lansia memiliki kadar kolesterol yang
melebihi batas kadar normal menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
5/MENKES/PER/II/2014 yaitu < 200 mg/dL.
Peningkatan kadar kolesterol dalam batas tertentu merupakan hal alami yang
terjadi dalam proses penuaan. Kadar kolesterol tinggi meningkat seiring usia pada
pria dan wanita. Namun, makanan yang kita konsumsi dan pola hidup merupakan
dua hal yang juga sangat penting dalam mempengaruhi dan menyumbang kadar
kolesterol di dalam darah. Sehingga, menjaga keseimbangan dan membatasi
kolesterol dalam makanan yang dikonsumsi sangatlah penting. Semakin baik pola
hidup dan kualitas makanan sehari-hari, maka akan semakin terjaga pula
keseimbangan kolesterol. Sebaliknya, semakin buruk pola dan kualitas makanan
yang dikonsumsi, maka semakin tinggi pula kadar kolesterol di dalam darah
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
- Hasil pemeriksaan kadar kolesterol pada pasien lanjut usia (lansia) adalah
sebesar 45% pasien lansia memiliki kadar kolesterol yang memenuhi
batas kadar normal dan sebesar 55% pasien lansia memiliki kadar
kolesterol yang melebihi batas kadar normal menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 5/MENKES/PER/II/2014.
- Usia seseorang dapat mempengaruhi kadar kolesterolnya.
5.2 Saran
- Sebaiknya pada percobaan selanjutnya dapat dilakukan pemeriksaan lain,
misalnya pemeriksaan kolesterol HDL (High Density Lipoprotein) dan
LDL (Low Density Lipoprotein).
- Sebaiknya pada percobaan selanjutnya dapat dilakukan pemeriksaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lanjut Usia (Lansia)
Menjadi tua (menua) merupakan suatu proses menghilangnya kemampuan
jaringan di dalam tubuh untuk memperbaiki diri secara perlahan-lahan dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Kelompok lanjut usia
(lansia) merupakan kelompok yang sedang mengalami suatu proses perubahan
secara bertahap dalam jangka waktu tertentu. Kelompok lansia mendapat
perhatian khusus karena mempunyai karakteristik tersendiri dan masalah
kesehatan yang khas. Menurut Fatmah(2010) lansia terbagi menjadi 4 kelompok,
yaitu:
1. Kelompok usia pertengahan (middle age)yaitu usia 45 sampai 59 tahun.
2. Kelompok lansia (elderly age)yaitu usia 60 sampai 74 tahun.
3. Kelompok lansia tua (old age)yaitu usia 75 sampai 90 tahun.
4. Kelompok usia sangat tua (very old) yaitu usia di atas 90 tahun.
Pengertian lansia dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu lansia kronologis
(kalender) dan lansia biologis. Lansia kronologis adalah kelompok lansia yang
mudah diketahui dan dapat dihitung dari usia, sedangkan lansia biologis adalah
kelompok lansia yang berpatokan pada keadaan jaringan tubuh masing-masing
individu. Individu yang berusia muda tetapi secara biologis dapat tergolong lansia
jika dilihat dari keadaan jaringan tubuhnya. Lanjut usia merupakan proses alamiah
biokimia pada jaringan atau organ yang pada akhirnya mempengaruhi keadaan
fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan (Fatmah, 2010).
Menurut Bustan (2015), lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai
usia 60 tahun keatas. Kelompok lanjut usia ini dibagi atas dua, yaitu:
(a) Lanjut Usia Potensial, adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan
pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa.
(b) Lanjut Usia Tidak Potensial, adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari
nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
Batasan-batasan lansia menurut Fatmah (2010) adalah sebagai berikut:
1. Virilitas (prasenium): masa persiapan usia lanjut yang menampakkan
kematangan jiwa (usia 55-59 tahun).
2. Usia lanjut dini (senescen): kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut
dini (usia 60-64 tahun).
3. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif (usia
diatas 65 tahun).
Menurut Bustan (2015), beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui
untuk mengetahui keberadaan masalah kesehatan lansia adalah:
1. Jenis kelamin: proporsi kelompok lansia lebih banyak pada wanita, terdapat
perbedaan kebutuhan dan masalah kesehatan antara lansia laki-laki dan
wanita. Misalnya lansia laki-laki kebanyakan menderita dengan hipertropi
prostat, wanita mungkin menghadapi osteoporosis.
2. Keadaan keluarga (living arrangement): misalnya keadaan pasangan, tinggal
3. Status perkawinan: status masih pasangan lengkap atau sudah hidup
janda/duda akan mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun
psikologis.
4. Tanggungan keluarga: masih menanggung anak atau anggota keluarga, atau
justru sudah ditanggung oleh anak atau keluarga lainnya.
5. Tempat tinggal: rumah sendiri, tinggal dengan anak/keluarga atau di rumah
jompo. Dewasa ini kebanyakan lansia Indonesia masih hidup sebagai bagian
keluarganya, baik lansia sebagai kepala keluarga atau bagian dari keluarga
anaknya. Di masa depan terjadi kecenderungan lansia akan ditinggalkan oleh
keturunannya dalan rumah yang berbeda.
6. Kondisi kesehatan:
- Kondisi umum: kemampuan umum untuk tidak tergantung kepada orang
lain dalam kegiatan sehari-hari, seperti dapat tidaknya mandi, buang air
kecil atau besar sendiri.
- Frekuensi sakit: sering sakit menyebabkan makin tidak produktif lagi
bahkan mulai tergantung kepada orang lain. Bahkan ada yang karena
penyakit kroniknya sudah memerlukan perawatan khusus.
7. Keadaan ekonomi:
- Sumber pendapatan keluarga: ada tidaknya bantuan keuangan dari anak
atau keluarga lainnya, atau bahkan masih ada anggota keluarga yang
tergantung padanya.
- Kemampuan pendapatan: lansia memerlukan biaya yang lebih tinggi,
sementara pendapatan semakin menurun. Masalahnya adalah sampai
- Sumber pendapatan resmi: pendapatan pensiunan ditambah sumber
pendapatan lain kalau masih bisa aktif. Penduduk lansia di daerah
pertanian menunjukkan proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan
di daerah non pertanian. Lapangan kerja sektor pertanian cukup banyak
menyerap tenaga kerja lansia, di samping sektor perdagangan dan sektor
jasa.
2.2 Kolesterol
Gambar 2.1 Rumus bangun kolesterol
Kolesterol (cholesterol, cholesterin, cholesterine, cholesteryl alcohol, dythol,
provitamin D, cholest-5-en-3-�-ol, 3-�-hydroxycholest-5-ene, 5-cholesten-3-�-ol)
adalah senyawa turunan lemak yang memiliki rumus molekul C27H46O (Anonim,
2005).
Kolesterol memiliki berat molekul sebesar 386,67 dan titik lebur antara
147°C dan 150°C. Pemerian kolesterol berupa lembaran atau butiran putih atau
agak kuning yang hampir tidak berbau. Oleh pengaruh udara, kolesterol akan
berubah warna menjadi kuning atau coklat pucat. Kolesterol praktis tidak larut di
dalam air, larut dalam kloroform P, dalam eter P, dalam dioksan P, dalam
etilasetat P, dalam heksana P dan dalam minyak nabati. Kolesterol agak sukar
larut di dalam etanol mutlak P, sukar larut dan larut perlahan-lahan dalam etanol
Kolesterol adalah suatu senyawa lemak yang lunak seperti lilin (wax).
Kolesterol berasal dari bahasa Yunani, yaitu chole yang berarti empedu dan
stereos yang berarti padat. Kolesterol merupakan zat gizi atau komponen lemak
kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia sebagaimana zat gizi lain,
seperti karbohidrat, vitamin, protein dan mineral. Sebagai komponen lemak,
kolesterol menjadi salah satu sumber energi yang bisa memberikan kalori paling
tinggi dan juga merupakan bahan dasar dalam pembentukan hormon-hormon
steroid. Sebagai senyawa lemak, sebenarnya kolesterol sebanyak 75% sudah
dihasilkan di dalam tubuh (organ hati) yang disebut dengan kolesterol endogen
dan 25% sisanya dari makanan sehari-hari yang kita konsumsi yang disebut
dengan kolesterol eksogen (Astuti, 2015).
Secara medis, kolesterol mempunyai beberapa fungsi yang penting untuk
tubuh. Namun, sebagian kolesterol kembali ke dalam hati untuk diubah menjadi
asam empedu dan garamnya. Pada akhirnya, sebagian lagi akan dibuang melalui
tinja (feses) (Ruslianti, 2014).
Menurut Astuti (2015), beberapa fungsi kolesterol di dalam tubuh adalah
sebagai berikut:
- Penyumbang energi yang lebih tinggi daripada protein.
- Pembungkus jaringan syaraf.
- Membantu membuat lapisan luar atau dinding-dinding sel.
- Membuat asam empedu yang berfungi membantu mengurangi makanan di
usus dan untuk mencerna lemak.
- Membantu tubuh membuat vitamin D.
- Bahan dasar pembentukan hormon-hormon steroid, seperti estrogen pada
wanita dan testosteron pada kaum laki-laki.
- Berperan dalam membantu perkembangan jaringan otak anak.
- Sebagai bahan pembentuk kulit untuk mencegah penguapan air dari dalam
tubuh secara berlebihan.
Kolesterol dalam jumlah normal penting untuk kesehatan dan terserap dalam
seluruh membran dan dinding sel. Kadar normal untuk kolesterol adalah sekitar
150-190 mg/dL darah. Akan tetapi, bila kadar kolesterol dalam darah mencapai
lebih dari 200 mg/dL maka kemungkinan mendapat serangan jantung menjadi dua
kali lipat dan bila kadarnya mencapai 300 mg/dL darah, maka risiko serangan
jantung menjadi lima kali lipat (Fatmah, 2010).
Ada banyak hal yang dapat membuat kadar kolesterol menjadi abnormal dan
membahayakan kesehatan. Terlalu banyak asupan lemak jenuh dalam makanan
merupakan penyebab utamanya. Selain itu, dengan bertambahnya usia maka
peningkatan kadar kolesterol di dalam tubuh juga tidak dapat dihindari (Bull dan
Morrell, 2007).
Meskipun kadarnya tinggi dan sudah di atas batas ambang normal, kolesterol
tidak memberikan simpton atau gejala yang jelas pada tubuh. Gejala-gejala
kolesterol tinggi pada umumnya hampir sama dengan gejala-gejala penyakit
lainnya. Di samping itu, gejala kolesterol biasanya baru terjadi jika kolesterol
tinggi telah memicu penyakit lain seperti penyakit jantung, stroke, diabetes
melitus atau penyumbatan pembuluh darah (aterosklerosis). Akibatnya, banyak
orang yang tidak mengetahui atau tidak menyadari kalau kadar kolesterol di
pemeriksaan kadar kolesterol secara rutin agar dapat dicegah sebelum kadar
kolesterol meningkat terlalu tinggi (Pramono, 2012).
Jumlah kolesterol dalam tubuh bisa meningkat jika mengkonsumsi makanan
yang mengandung kalori tinggi, seperti daging sapi, kambing, ayam, dan telur.
Bagi penderita kolesterol tinggi sebaiknya mengurangi asupan lemak jenuh,
makanan yang mengandung kalori tinggi dan menghindari jenis makanan yang
rendah lemak namun tinggi kolesterol. Karena kalau tidak, kadar kolesterol yang
berlebihan di dalam tubuh akan menimbulkan kondisi aterosklerosis, yaitu suatu
penimbunan lemak pada dinding pembuluh darah. Saat ini, aterosklerosis menjadi
masalah kesehatan yang paling besar dan utama di banyak negara. Aterosklerosis
ini disebabkan oleh jantung yang kesulitan untuk memompa darah. Jika
penyumbatan itu terjadi di otak, maka akan menyebabkan stroke dan kelumpuhan
(Astuti, 205).
Jika penyumbatan ini terjadi pada arteri yang membawa aliran darah ke
jantung, maka dapat mengakibatkan serangan jantung atau angina (nyeri yang
menandakan bahwa jantung tidak mendapat cukup oksigen) dan jika aliran darah
ke lengan atau tungkai berkurang, maka dapat terjadi kesulitan berjalan dan
kadang-kadang menyebabkan gangren (penyakit arteri perifer) (Bull dan Morrell,
2007).
Aterosklerosis merupakan dasar dari penyakit jantung dan pembuluh darah
(kardiovaskular). Penyakit kardiovaskular ini diakibatkan oleh terjadinya
hambatan aliran darah pada arteri koroner yang biasanya menyuplai darah ke
otot-otot dan jantung yang menjadi penyebab nomor satu kematian di negara-negara
kardiovaskular di samping hipertensi, merokok, diabetes, hiperhomosisteinemia
dan juga penyakit ginjal kronis (PGK) (Astuti, 2015).
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan meningkatnya kadar kolesterol di
dalam tubuh menurut Pramono (2012) adalah:
1. Faktor Makanan
Seseorang yang sering mengkonsumsi makanan yang terlalu banyak
mengandung lemak jenuh bisa menyebabkan kadar kolesterol dalam tubuh
meningkat, sebab didalam makanan yang tinggi kolesterol terdapat lemak
yang tidak sehat. Selain itu, makanan kemasan yang banyak mengandung
minyak kelapa, minyak kelapa sawit atau mentega juga mengandung lemak
jenuh di dalamnya.
2. Faktor Berat Badan
Kelebihan berat badan dapat meningkatkan trigliserida dan menurunkan
jumlah kolesterol HDL atau kolesterol baik. Sehingga jumlah kolesterol LDL
akan meningkat dan membahayakan tubuh.
3. Faktor Tingkat Kegiatan Fisik
Kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan oleh tubuh dapat meningkatkan
kadar kolesterol LDL dan menurunkan kadar kolesterol HDL. Makin tinggi
aktivitas fisik seseorang, akan makin rendah kemungkinannya mengidap
kolesterol tinggi.
4. Faktor Usia dan Jenis Kelamin
Setelah mencapai usia 20 tahun, kadar kolesterol di dalam tubuh secara alami
akan mulai meningkat. Pada pria, peningkatan kadar kolesterol pada
kolesterol biasanya rendah sampai masa menopause, kemudian naik dan
akhirnya berhenti pada level yang sama seperti pria.
5. Faktor Kondisi Kesehatan secara Keseluruhan
Memiliki penyakit tertentu, seperti diabetes atau hipotiroidisme dapat
menyebabkan kolesterol tinggi.
6. Faktor Sejarah Keluarga
Penyakit kolesterol tinggi dapat disebabkan dari turunan keluarga. Seseorang
yang memiliki keluarga yang terkena kolesterol tinggi, sebaiknya
mengkonsumsi makanan yang bisa menurunkan kadar kolesterol.
7. Faktor Merokok
Rokok adalah sumber segala jenis penyakit. Merokok bisa menurunkan
tingkat kolesterol HDL (kolesterol baik), jika HDL di dalam tubuh menurun
secara berkala, maka LDL di dalam tubuh akan meningkat. Hal ini pada
akhirnya dapat menyebabkan kematian akibat serangan stroke ataupun
serangan penyakit jantung koroner.
Banyak pakar kesehatan menyarankan agar pemeriksaan kesehatan dilakukan
pada semua orang dewasa, atau paling tidak terhadap masyarakat yang
menghadapi risiko terkena serangan jantung. Pemeriksaan kesehatan ini harus
mencakup pengukuran kadar kolesterol darah dan memberikan penjelasan
terhadap efek kebiasaan merokok, berat badan dan pemeriksaan tekanan darah.
Tujuan pengukuran kolesterol darah adalah untuk mengetahui apakah seseorang
menghadapi risiko terkena aterosklerosis di usia muda. Risiko penyakit sklerosis
(penyumbatan) pada arteri koroner bisa dikurangi atau dicegah dengan rutin
20-60 tahun harus diukur kadar kolesterol darahnya secara teratur (Nilawati, dkk.,
2008).
2.3 Lipoprotein
Lemak di dalam darah terdiri atas kolesterol, trigliserida (minyak), fosfolipid
dan asam lemak bebas (free fatty acid) yang semuanya tidak dapat larut dan
bercampur di dalam air. Tiga unsur lemak yang pertama (kolesterol, trigliserida
dan fosfolipid) membutuhkan protein yang membungkusnya. Pembungkus ini
dinamakan lipoprotein. Lipoprotein adalah makromolekul kompleks yang
kemudian membawa lemak plasma hidrofobik, yaitu kolesterol dan trigliserida ke
dalam darah. Lipoprotein ini yang akan membawa dan mengantarkan kolesterol
ke seluruh sel tubuh. Setelah lemak berikatan dengan apoprotein membentuk
lipoprotein, lemak pun dapat larut dalam darah. Sementara itu, unsur lemak yang
terakhir yaitu asam lemak bebas (free fatty acid) berikatan dengan albumin
(Astuti, 2015).
Metabolisme lipoprotein di dalam tubuh mempunyai 2 fungsi yang amat
penting yaitu, memasok trigliserida ke jaringan lemak dan otot untuk bahan dan
penyimpanan energi, kemudian mengangkut kolesterol untuk pembentukan
membran sel, hormon steroid dan sintesis asam empedu. Transportasi lipid
mempunyai 2 jalur, yaitu: 1) jalur eksogen, yang dimulai dari absorbsi lemak dan
kolesterol dari usus halus yang kemudian masuk ke dalam sistem limfatik dan
pada akhirnya masuk ke dalam sistem sirkulasi darah dalam bentuk kilomikron
dan 2) jalur endogen, yang dimulai dari produksi kolesterol VLDL oleh hati. Pada
mensintesis kolesterol VLDL untuk diekspor ke sistem organ yang lain (Santoso
dan Kasiman, 2009).
Menurut Astuti (2015), berdasarkan berat jenis dan kandungan lemaknya,
lipoprotein terbagi atas 5 yaitu:
1. Kilomikron (chylomicron)
Kilomikron merupakan lipoprotein dengan berat molekul terbesar,
kandungannya sebagian besar trigliserida 80-95% untuk dibawa ke jaringan
lemak dan otot rangka. Kilomikron juga mengandung kolesterol 2-7% untuk
dibawa ke hati. Kilomikron terbentuk saat pencernaan dan penyerapan dari
usus dan dilepaskan ke dalam darah setelah makan.
2. VLDL (Very Low Density Lipoprotein)
VLDL dibentuk dari asam lemak bebas di hati dan memiliki kandungan
trigliserida sebesar 55-80% dan kolesterol sebesar 5-15%. Produksi
trigliserida yang berlebihan oleh hati disebut hypertrigliseridemia.
3. IDL (Intermediate Density Lipoprotein)
IDL mengandung trigliserida sebesar 20-50% dan kolesterol sebesar 20-40%.
IDL merupakan zat antara yang terjadi sewaktu VLDL dikatabolisme menjadi
LDL. IDL juga disebut VLDL sisa.
4. LDL (Low Density Lipoprotein)
LDL memiliki kandungan trigliserida sebesar 5-15% dan merupakan
lipoprotein pengangkut kolesterol terbanyak yaitu 40-50% untuk disebarkan
ke seluruh endotel jaringan perifer dan pembuluh nadi. LDL juga merupakan
metabolit VLDL yang juga disebut ‘kolesterol jahat’ karena efeknya yang
dan dapat menyebabkan penumpukan lemak yang dapat menyempitkan
pembuluh darah.
Jika kadar LDL tinggi, berarti akan banyak terjadi penimbunan lemak atau
kolesterol di sepanjang dinding arteri. Oleh karena itu, semakin rendah
jumlah LDL di dalam darah, akan semakin baik sebab akan makin
memperkecil risiko serangan jantung dan stroke. Sebaliknya, semakin tinggi
jumlah LDL di dalam darah, maka akan semakin buruk dan berbahaya.
5. HDL (High Density Lipoprotein)
HDL merupakan lipoprotein yang mengandung 5-10% trigliserida dan
15-25% kolesterol. HDL memiliki efek antiaterogenik kuat sehingga disebut juga
dengan ‘kolesterol baik’. Fungsi utama HDL adalah mengangkut kolesterol
bebas yang terdapat dalam endotel jaringan perifer, termasuk pembuluh darah
ke reseptor HDL di hati untuk dijadikan empedu dan dikeluarkan ke usus
kecil untuk mencerna lemak dan dibuang berupa tinja. Dengan demikian,
penimbunan kolesterol di perifer menjadi berkurang. Semakin tinggi kadar
kolesterol HDL di dalam darah, akan semakin baik karena akan memperkecil
risiko timbulnya penyakit jantung koroner.
Dari kelima jenis lipoprotein tersebut, yang paling penting untuk diketahui
adalah LDL karena efeknya yang arterogenik sehingga menyebabkan
penumpukan lemak dan meninggalkannya pada dinding pembuluh darah. Selain
itu, hal yang juga penting untuk diketahui adalah trigliserida. Trigliserida
merupakan salah satu komponen jenis lemak yang normal terdapat dalam tubuh.
Para ahli menegaskan bahwa peningkatan kadar trigliserida di dalam darah
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menua (aging) merupakan proses yang harus terjadi secara umum pada
seluruh spesies secara progresif seiring waktu yang menghasilkan perubahan yang
menyebabkan disfungsi organ dan menyebabkan kegagalan suatu organ atau
sistem tubuh tertentu. Menua atau menjadi tua (aging) merupakan proses yang
akan dialami oleh semua orang dan tidak dapat dihindari. Hal yang dapat
diusahakan adalah tetap sehat pada saat menua (menua sehat atau healthy
aging)(Fatmah, 2010).
Peningkatan kadar kolesterol dalam batas tertentu merupakan hal alami yang
terjadi dalam proses penuaan. Kadar kolesterol meningkat seiring usia pada pria
maupun wanita (Bull dan Morrell, 2007).
Kolesterol adalah zat alamiah dengan sifat fisik serupa lemak tetapi berumus
steroida, seperti banyak senyawa alamiah lainnya. Kolesterol merupakan bahan
bangun esensial bagi tubuh untuk sintesa zat-zat penting, seperti membran sel dan
bahan isolasi sekitar serat saraf, begitu pula hormon adrenal, testosteron, estrogen
dan progresteron yang penting bagi proses fertilisasi, prekursor vitamin D, asam
empedu serta sebagai bahan pembentuk kulit untuk mencegah penguapan air dari
dalam tubuh secara berlebihan dan mempermudah penyerapan lemak di saluran
cerna. Oleh karena itu, apabila tubuh mengkonsumsi bahan makanan yang
mengandung kolesterol secara berlebihan, maka kadar kolesterol di dalam darah
Kolesterol dalam jumlah tertentu penting untuk tubuh. Meskipun demikian,
ketika kadar kolesterol dalam darah mencapai lebih dari 200 mg/dL akan
menimbulkan risiko menderita berbagai penyakit. Kelebihan kolesterol dalam
tubuh terutama berkaitan dengan penyakit aterosklerosis, stroke, penyakit jantung
koroner, gagal ginjal kronis, diabetes mellitus, penyakit pembuluh darah,
kelumpuhan, hipertensi dan berbagai kanker (rahim, prostat, payudara dan usus
besar) (Durstine, 2012).
1.2 Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui hasil pemeriksaan kadar kolesterol pada pasien lanjut
usia (lansia) apakah tergolong dalam batas kadar normal menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5/MENKES/PER/II/2014.
2. Untuk mengetahui apakah usia seseorang mempengaruhi kadar
kolesterolnya.
1.3 Manfaat Percobaan
Manfaat dari dilakukannya percobaan pemeriksaan kadar kolesterol pada
pasien lanjut usia (lansia) di Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Utara ini
adalah untuk mengetahui apakah usia seseorang dapat berpengaruh terhadap kadar
PEMERIKSAAN KADAR KOLESTEROL PADA PASIEN LANJUT USIA (LANSIA) DI LABORATORIUM KESEHATAN
PROVINSI SUMATERA UTARA ABSTRAK
Kolesterol merupakan salah satu turunan lemak yang penting untuk tubuh. Meskipun demikian, ketika kadar kolesterol dalam darah mencapai lebih dari 200 mg/dL akan menimbulkan risiko menderita berbagai penyakit, seperti aterosklerosis, stroke, penyakit jantung koroner dan diabetes mellitus. Seiring bertambahnya usia, secara normal kadar kolesterol di dalam tubuh juga akan meningkat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol pada pasien lanjut usia (lansia).
Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui hasil pemeriksaan kadar kolesterol pada pasien lanjut usia (lansia) serta mengetahui apakah usia seseorang dapat mempengaruhi kadar kolesterol di dalam tubuh. Sampel yang digunakan adalah serum darah pasien lansia yang diperiksa di Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan menggunakan metode spektrofotometri kolorimetri.
Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan kadar kolesterol pada pasien lanjut usia (lansia) adalah sebesar 45% lansia memiliki kadar kolesterol yang memenuhi batas kadar normal (< 200 mg/dL) dan 55% lansia memiliki kadar kolesterol yang melebihi batas kadar normal (> 200mg/dL) menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5/MENKES/PER/II/2014. Maka dari itu, usia seseorang tidak selalu mempengaruhi kadar kolesterol di dalam tubuh.
PEMERIKSAAN KADAR KOLESTEROL PADA PASIEN
LANJUT USIA (LANSIA) DI LABORATORIUM KESEHATAN
PROVINSI SUMATERA UTARA
TUGAS AKHIR
OLEH:
MARIA THALIA INES
NIM 132410007
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, karunia dan ridhoNya, sehingga penulis dapat mengerjakan
dan menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Pemeriksaan Kadar Kolesterol
pada Pasien Lanjut Usia (Lansia) di Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara” yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program
Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
Terima kasih kepada Ayahanda Eddy Syahputra, Ibunda Alm. Hj. Sri
Puspita Andayani, Kakanda Dipika Awinda dan Adinda Gaby Octavia atas segala
do’a, kasih sayang serta dorongan moril maupun materil kepada penulis selama
ini. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.
SelamapenulisanTugasAkhirini, penulis banyak mendapat bimbingan dan
bantuandariberbagaipihak, maka dengan segala ketulusan hati penulis
menyampaikan terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program
Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. rer.nat. Effendy De Lux Putra, S.U., Apt., selaku Dosen
pengarahan, bimbingan dan semangat kepada penulis hingga selesainya tugas
akhir ini.
4. Bapak Drs. Syahniman, M. Si., selaku Koordinator Pembimbing Praktik
Kerja Lapangan di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera
Utara.
5. Ibu Aminah Dalimunthe, S.Si., M.Si., Apt., selaku Dosen Penasehat
Akademik penulis selama melaksanakan pendidikan pada Program Studi
Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.
6. Bapakdan Ibu dosen beserta seluruh staff di Fakultas Farmasi USU yang telah
mendidik penulis selama masa perkuliahan.
7. Bapak dan Ibu seluruh staff di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah
Provinsi Sumatera Utara.
8. Serta semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna, sehingga
dibutuhkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan
kesempurnaan tulisan ini. Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini dapat
memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di
bidang farmasi.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Medan, 03 Mei 2016 Penulis
PEMERIKSAAN KADAR KOLESTEROL PADA PASIEN LANJUT USIA (LANSIA) DI LABORATORIUM KESEHATAN
PROVINSI SUMATERA UTARA ABSTRAK
Kolesterol merupakan salah satu turunan lemak yang penting untuk tubuh. Meskipun demikian, ketika kadar kolesterol dalam darah mencapai lebih dari 200 mg/dL akan menimbulkan risiko menderita berbagai penyakit, seperti aterosklerosis, stroke, penyakit jantung koroner dan diabetes mellitus. Seiring bertambahnya usia, secara normal kadar kolesterol di dalam tubuh juga akan meningkat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol pada pasien lanjut usia (lansia).
Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui hasil pemeriksaan kadar kolesterol pada pasien lanjut usia (lansia) serta mengetahui apakah usia seseorang dapat mempengaruhi kadar kolesterol di dalam tubuh. Sampel yang digunakan adalah serum darah pasien lansia yang diperiksa di Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan menggunakan metode spektrofotometri kolorimetri.
Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan kadar kolesterol pada pasien lanjut usia (lansia) adalah sebesar 45% lansia memiliki kadar kolesterol yang memenuhi batas kadar normal (< 200 mg/dL) dan 55% lansia memiliki kadar kolesterol yang melebihi batas kadar normal (> 200mg/dL) menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5/MENKES/PER/II/2014. Maka dari itu, usia seseorang tidak selalu mempengaruhi kadar kolesterol di dalam tubuh.
3.3.2 Sampel ... 15
3.4 Prosedur Percobaan ... 16
3.4.1 Pemeriksaan Sampel ... 16
3.4.2 Penggunaan Alat Spektrofotometer Microlab 300 ... 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17
4.1 Hasil ... 17
4.2 Pembahasan ... 18
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 19
5.1 Kesimpulan... 19
5.2 Saran ... 19
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Gambar Alat ... 21
2 Gambar Bahan ... 22