• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeriksaan Kadar Kolesterol pada Pasien Lanjut Usia (Lansia) di Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemeriksaan Kadar Kolesterol pada Pasien Lanjut Usia (Lansia) di Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. Gambar Alat

Gambar 1. Alat Spektrofotometer Microlab 300

(2)

Lampiran 2. Gambar Bahan

Gambar 3. Reagen kolesterol

(3)

Lampiran 3. Gambar Mikropipet

Gambar 5. Mikropipet

mikropipet

finni pipette tip kuning finni pipette tip biru

(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2005). Material Safety Data Sheet Cholesterol MSDS. United States: West Liberty University. Halaman 1.

Anonim. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 5/MenKes/Per/II/2014 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta. Halaman 443.

Astuti, N. R. (2015). Makanan-Makanan Tinggi Kolesterol. Yogyakarta: FlashBooks. Halaman 13-15, 17-20.

Bull, E. dan Morrell, J. (2007). Simple Guides Cholesterol. alih bahasa dr. Elizabeth Yasmine. Simple Guides Kolesterol. Jakarta: Erlangga. Halaman 21, 45.

Bustan, N. M. (2015). Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular.

Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 277, 279-280.

Dirjen POM. (1979). Farmakope Indonesia.Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 697.

Durstine, J. L. (2012). Action Plan For High Cholesterol. alih bahasa Ramonita. Program Olahraga: Kolesterol Tinggi. Yogyakarta: PT Citra Aji Parama. Halaman 2, 4.

Fatmah. (2010). Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga. Halaman 8, 11, 114.

Nilawati, S., Krisnatuti, D., Mahendra, B. dan Oei, G. D. (2008). Care Yourself, Kolesterol. Jakarta: Penebar Plus. Halaman 31.

Pramono, T. S. (2012). Selamat Tinggal, Kolesterol Tinggi!. Yogyakarta: Syura Media Utama. Halaman 21-22, 52-56.

Ruslianti. (2014). Kolesterol Tinggi Bukan untuk Ditakuti. Jakarta: FMedia. Halaman 10.

Santoso, A., dan Kasiman, S. (2009). Metabolisme Lipid. dalam. Santoso, A., Erwinanto, Andriantoro, H., Suryawan, I. G. R., Rifqi, S., Soerianata, S. dan Kasiman, S. (2009).Lipid dan Penyakit Jantung Koroner. Jakarta: Centra Communications. Halaman 16.

(5)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Pengujian

Pemeriksaan kadar kolesterol pada pasien lanjut usia (lansia) dilakukan di

Laboratorium Patologi, Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera

Utara di Medan yang berada di Jalan Williem Iskandar Pasar V Barat I No. 4

Medan.

3.2 Alat

Alat-alat yang digunakan adalah finni pipette tip (kuning dan biru), label, rak

tabung, mikropipet, Spektrofotometer Microlab 300, stopwatch, tabung reaksi,

termometer, waterbath.

3.3 Bahan 3.3.1. Pereaksi

Bahan-bahan yang digunakan adalah akuades, reagen kolesterol, standar

kolesterol.

3.3.2. Sampel

(6)

3.4 Prosedur Percobaan 3.3.1 Pemeriksaan Sampel

Disediakan 3 tabung reaksi dan diberi label (blanko, standar, sampel),

dimasukkan 10 �L akuades kedalam tabung blanko, 10 �L larutan standar

kolesterol kedalam tabung standar dan 10 �L serum kedalam tabung sampel,

ditambahkan 1000 �L reagen kolesterol kedalam ketiga tabung, dihomogenkan

dan diinkubasi dengan waterbath selama 10 menit pada suhu 37℃, dibaca hasil

dengan spektrofotometer.

3.3.2 Penggunaan Alat Spektrofotometer Microlab 300

Ditekan tombol power on dan ditunggu selama 15 menit, setelah keluar

tampilan menu utama, dipilih menu pengukuran dengan menekan tombol enter,

kemudian dicari menu yang diinginkan untuk melakukan pemeriksaan, ditekan

tombol enter. Diletakkan reagensia yang diminta pada layar monitor pada pipet

lalu tekan sipper, jika hasil pengukuran sudah keluar ditekan tombol lewati dan

(7)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil pemeriksaan kadar kolesterol pada lanjut usia (lansia) adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Kolesterol No. Kode

Sampel Umur Hasil No.

Kode

Sampel Umur Hasil

(8)

4.2 Pembahasan

Dari pemeriksaan yang telah dilakukan, didapat hasil bahwa usia seseorang

dapat mempengaruhi kadar kolesterol di dalam tubuh. Hal ini dapat dilihat dari

hasil pemeriksaan bahwa sebesar 45% pasien lansia memiliki kadar kolesterol

yang normal dan sebesar 55% pasien lansia memiliki kadar kolesterol yang

melebihi batas kadar normal menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

5/MENKES/PER/II/2014 yaitu < 200 mg/dL.

Peningkatan kadar kolesterol dalam batas tertentu merupakan hal alami yang

terjadi dalam proses penuaan. Kadar kolesterol tinggi meningkat seiring usia pada

pria dan wanita. Namun, makanan yang kita konsumsi dan pola hidup merupakan

dua hal yang juga sangat penting dalam mempengaruhi dan menyumbang kadar

kolesterol di dalam darah. Sehingga, menjaga keseimbangan dan membatasi

kolesterol dalam makanan yang dikonsumsi sangatlah penting. Semakin baik pola

hidup dan kualitas makanan sehari-hari, maka akan semakin terjaga pula

keseimbangan kolesterol. Sebaliknya, semakin buruk pola dan kualitas makanan

yang dikonsumsi, maka semakin tinggi pula kadar kolesterol di dalam darah

(9)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

- Hasil pemeriksaan kadar kolesterol pada pasien lanjut usia (lansia) adalah

sebesar 45% pasien lansia memiliki kadar kolesterol yang memenuhi

batas kadar normal dan sebesar 55% pasien lansia memiliki kadar

kolesterol yang melebihi batas kadar normal menurut Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 5/MENKES/PER/II/2014.

- Usia seseorang dapat mempengaruhi kadar kolesterolnya.

5.2 Saran

- Sebaiknya pada percobaan selanjutnya dapat dilakukan pemeriksaan lain,

misalnya pemeriksaan kolesterol HDL (High Density Lipoprotein) dan

LDL (Low Density Lipoprotein).

- Sebaiknya pada percobaan selanjutnya dapat dilakukan pemeriksaan

(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lanjut Usia (Lansia)

Menjadi tua (menua) merupakan suatu proses menghilangnya kemampuan

jaringan di dalam tubuh untuk memperbaiki diri secara perlahan-lahan dan

mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan

terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Kelompok lanjut usia

(lansia) merupakan kelompok yang sedang mengalami suatu proses perubahan

secara bertahap dalam jangka waktu tertentu. Kelompok lansia mendapat

perhatian khusus karena mempunyai karakteristik tersendiri dan masalah

kesehatan yang khas. Menurut Fatmah(2010) lansia terbagi menjadi 4 kelompok,

yaitu:

1. Kelompok usia pertengahan (middle age)yaitu usia 45 sampai 59 tahun.

2. Kelompok lansia (elderly age)yaitu usia 60 sampai 74 tahun.

3. Kelompok lansia tua (old age)yaitu usia 75 sampai 90 tahun.

4. Kelompok usia sangat tua (very old) yaitu usia di atas 90 tahun.

Pengertian lansia dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu lansia kronologis

(kalender) dan lansia biologis. Lansia kronologis adalah kelompok lansia yang

mudah diketahui dan dapat dihitung dari usia, sedangkan lansia biologis adalah

kelompok lansia yang berpatokan pada keadaan jaringan tubuh masing-masing

individu. Individu yang berusia muda tetapi secara biologis dapat tergolong lansia

jika dilihat dari keadaan jaringan tubuhnya. Lanjut usia merupakan proses alamiah

(11)

biokimia pada jaringan atau organ yang pada akhirnya mempengaruhi keadaan

fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan (Fatmah, 2010).

Menurut Bustan (2015), lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai

usia 60 tahun keatas. Kelompok lanjut usia ini dibagi atas dua, yaitu:

(a) Lanjut Usia Potensial, adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan

pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa.

(b) Lanjut Usia Tidak Potensial, adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari

nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

Batasan-batasan lansia menurut Fatmah (2010) adalah sebagai berikut:

1. Virilitas (prasenium): masa persiapan usia lanjut yang menampakkan

kematangan jiwa (usia 55-59 tahun).

2. Usia lanjut dini (senescen): kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut

dini (usia 60-64 tahun).

3. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif (usia

diatas 65 tahun).

Menurut Bustan (2015), beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui

untuk mengetahui keberadaan masalah kesehatan lansia adalah:

1. Jenis kelamin: proporsi kelompok lansia lebih banyak pada wanita, terdapat

perbedaan kebutuhan dan masalah kesehatan antara lansia laki-laki dan

wanita. Misalnya lansia laki-laki kebanyakan menderita dengan hipertropi

prostat, wanita mungkin menghadapi osteoporosis.

2. Keadaan keluarga (living arrangement): misalnya keadaan pasangan, tinggal

(12)

3. Status perkawinan: status masih pasangan lengkap atau sudah hidup

janda/duda akan mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun

psikologis.

4. Tanggungan keluarga: masih menanggung anak atau anggota keluarga, atau

justru sudah ditanggung oleh anak atau keluarga lainnya.

5. Tempat tinggal: rumah sendiri, tinggal dengan anak/keluarga atau di rumah

jompo. Dewasa ini kebanyakan lansia Indonesia masih hidup sebagai bagian

keluarganya, baik lansia sebagai kepala keluarga atau bagian dari keluarga

anaknya. Di masa depan terjadi kecenderungan lansia akan ditinggalkan oleh

keturunannya dalan rumah yang berbeda.

6. Kondisi kesehatan:

- Kondisi umum: kemampuan umum untuk tidak tergantung kepada orang

lain dalam kegiatan sehari-hari, seperti dapat tidaknya mandi, buang air

kecil atau besar sendiri.

- Frekuensi sakit: sering sakit menyebabkan makin tidak produktif lagi

bahkan mulai tergantung kepada orang lain. Bahkan ada yang karena

penyakit kroniknya sudah memerlukan perawatan khusus.

7. Keadaan ekonomi:

- Sumber pendapatan keluarga: ada tidaknya bantuan keuangan dari anak

atau keluarga lainnya, atau bahkan masih ada anggota keluarga yang

tergantung padanya.

- Kemampuan pendapatan: lansia memerlukan biaya yang lebih tinggi,

sementara pendapatan semakin menurun. Masalahnya adalah sampai

(13)

- Sumber pendapatan resmi: pendapatan pensiunan ditambah sumber

pendapatan lain kalau masih bisa aktif. Penduduk lansia di daerah

pertanian menunjukkan proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan

di daerah non pertanian. Lapangan kerja sektor pertanian cukup banyak

menyerap tenaga kerja lansia, di samping sektor perdagangan dan sektor

jasa.

2.2 Kolesterol

Gambar 2.1 Rumus bangun kolesterol

Kolesterol (cholesterol, cholesterin, cholesterine, cholesteryl alcohol, dythol,

provitamin D, cholest-5-en-3--ol, 3--hydroxycholest-5-ene, 5-cholesten-3--ol)

adalah senyawa turunan lemak yang memiliki rumus molekul C27H46O (Anonim,

2005).

Kolesterol memiliki berat molekul sebesar 386,67 dan titik lebur antara

147°C dan 150°C. Pemerian kolesterol berupa lembaran atau butiran putih atau

agak kuning yang hampir tidak berbau. Oleh pengaruh udara, kolesterol akan

berubah warna menjadi kuning atau coklat pucat. Kolesterol praktis tidak larut di

dalam air, larut dalam kloroform P, dalam eter P, dalam dioksan P, dalam

etilasetat P, dalam heksana P dan dalam minyak nabati. Kolesterol agak sukar

larut di dalam etanol mutlak P, sukar larut dan larut perlahan-lahan dalam etanol

(14)

Kolesterol adalah suatu senyawa lemak yang lunak seperti lilin (wax).

Kolesterol berasal dari bahasa Yunani, yaitu chole yang berarti empedu dan

stereos yang berarti padat. Kolesterol merupakan zat gizi atau komponen lemak

kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia sebagaimana zat gizi lain,

seperti karbohidrat, vitamin, protein dan mineral. Sebagai komponen lemak,

kolesterol menjadi salah satu sumber energi yang bisa memberikan kalori paling

tinggi dan juga merupakan bahan dasar dalam pembentukan hormon-hormon

steroid. Sebagai senyawa lemak, sebenarnya kolesterol sebanyak 75% sudah

dihasilkan di dalam tubuh (organ hati) yang disebut dengan kolesterol endogen

dan 25% sisanya dari makanan sehari-hari yang kita konsumsi yang disebut

dengan kolesterol eksogen (Astuti, 2015).

Secara medis, kolesterol mempunyai beberapa fungsi yang penting untuk

tubuh. Namun, sebagian kolesterol kembali ke dalam hati untuk diubah menjadi

asam empedu dan garamnya. Pada akhirnya, sebagian lagi akan dibuang melalui

tinja (feses) (Ruslianti, 2014).

Menurut Astuti (2015), beberapa fungsi kolesterol di dalam tubuh adalah

sebagai berikut:

- Penyumbang energi yang lebih tinggi daripada protein.

- Pembungkus jaringan syaraf.

- Membantu membuat lapisan luar atau dinding-dinding sel.

- Membuat asam empedu yang berfungi membantu mengurangi makanan di

usus dan untuk mencerna lemak.

- Membantu tubuh membuat vitamin D.

(15)

- Bahan dasar pembentukan hormon-hormon steroid, seperti estrogen pada

wanita dan testosteron pada kaum laki-laki.

- Berperan dalam membantu perkembangan jaringan otak anak.

- Sebagai bahan pembentuk kulit untuk mencegah penguapan air dari dalam

tubuh secara berlebihan.

Kolesterol dalam jumlah normal penting untuk kesehatan dan terserap dalam

seluruh membran dan dinding sel. Kadar normal untuk kolesterol adalah sekitar

150-190 mg/dL darah. Akan tetapi, bila kadar kolesterol dalam darah mencapai

lebih dari 200 mg/dL maka kemungkinan mendapat serangan jantung menjadi dua

kali lipat dan bila kadarnya mencapai 300 mg/dL darah, maka risiko serangan

jantung menjadi lima kali lipat (Fatmah, 2010).

Ada banyak hal yang dapat membuat kadar kolesterol menjadi abnormal dan

membahayakan kesehatan. Terlalu banyak asupan lemak jenuh dalam makanan

merupakan penyebab utamanya. Selain itu, dengan bertambahnya usia maka

peningkatan kadar kolesterol di dalam tubuh juga tidak dapat dihindari (Bull dan

Morrell, 2007).

Meskipun kadarnya tinggi dan sudah di atas batas ambang normal, kolesterol

tidak memberikan simpton atau gejala yang jelas pada tubuh. Gejala-gejala

kolesterol tinggi pada umumnya hampir sama dengan gejala-gejala penyakit

lainnya. Di samping itu, gejala kolesterol biasanya baru terjadi jika kolesterol

tinggi telah memicu penyakit lain seperti penyakit jantung, stroke, diabetes

melitus atau penyumbatan pembuluh darah (aterosklerosis). Akibatnya, banyak

orang yang tidak mengetahui atau tidak menyadari kalau kadar kolesterol di

(16)

pemeriksaan kadar kolesterol secara rutin agar dapat dicegah sebelum kadar

kolesterol meningkat terlalu tinggi (Pramono, 2012).

Jumlah kolesterol dalam tubuh bisa meningkat jika mengkonsumsi makanan

yang mengandung kalori tinggi, seperti daging sapi, kambing, ayam, dan telur.

Bagi penderita kolesterol tinggi sebaiknya mengurangi asupan lemak jenuh,

makanan yang mengandung kalori tinggi dan menghindari jenis makanan yang

rendah lemak namun tinggi kolesterol. Karena kalau tidak, kadar kolesterol yang

berlebihan di dalam tubuh akan menimbulkan kondisi aterosklerosis, yaitu suatu

penimbunan lemak pada dinding pembuluh darah. Saat ini, aterosklerosis menjadi

masalah kesehatan yang paling besar dan utama di banyak negara. Aterosklerosis

ini disebabkan oleh jantung yang kesulitan untuk memompa darah. Jika

penyumbatan itu terjadi di otak, maka akan menyebabkan stroke dan kelumpuhan

(Astuti, 205).

Jika penyumbatan ini terjadi pada arteri yang membawa aliran darah ke

jantung, maka dapat mengakibatkan serangan jantung atau angina (nyeri yang

menandakan bahwa jantung tidak mendapat cukup oksigen) dan jika aliran darah

ke lengan atau tungkai berkurang, maka dapat terjadi kesulitan berjalan dan

kadang-kadang menyebabkan gangren (penyakit arteri perifer) (Bull dan Morrell,

2007).

Aterosklerosis merupakan dasar dari penyakit jantung dan pembuluh darah

(kardiovaskular). Penyakit kardiovaskular ini diakibatkan oleh terjadinya

hambatan aliran darah pada arteri koroner yang biasanya menyuplai darah ke

otot-otot dan jantung yang menjadi penyebab nomor satu kematian di negara-negara

(17)

kardiovaskular di samping hipertensi, merokok, diabetes, hiperhomosisteinemia

dan juga penyakit ginjal kronis (PGK) (Astuti, 2015).

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan meningkatnya kadar kolesterol di

dalam tubuh menurut Pramono (2012) adalah:

1. Faktor Makanan

Seseorang yang sering mengkonsumsi makanan yang terlalu banyak

mengandung lemak jenuh bisa menyebabkan kadar kolesterol dalam tubuh

meningkat, sebab didalam makanan yang tinggi kolesterol terdapat lemak

yang tidak sehat. Selain itu, makanan kemasan yang banyak mengandung

minyak kelapa, minyak kelapa sawit atau mentega juga mengandung lemak

jenuh di dalamnya.

2. Faktor Berat Badan

Kelebihan berat badan dapat meningkatkan trigliserida dan menurunkan

jumlah kolesterol HDL atau kolesterol baik. Sehingga jumlah kolesterol LDL

akan meningkat dan membahayakan tubuh.

3. Faktor Tingkat Kegiatan Fisik

Kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan oleh tubuh dapat meningkatkan

kadar kolesterol LDL dan menurunkan kadar kolesterol HDL. Makin tinggi

aktivitas fisik seseorang, akan makin rendah kemungkinannya mengidap

kolesterol tinggi.

4. Faktor Usia dan Jenis Kelamin

Setelah mencapai usia 20 tahun, kadar kolesterol di dalam tubuh secara alami

akan mulai meningkat. Pada pria, peningkatan kadar kolesterol pada

(18)

kolesterol biasanya rendah sampai masa menopause, kemudian naik dan

akhirnya berhenti pada level yang sama seperti pria.

5. Faktor Kondisi Kesehatan secara Keseluruhan

Memiliki penyakit tertentu, seperti diabetes atau hipotiroidisme dapat

menyebabkan kolesterol tinggi.

6. Faktor Sejarah Keluarga

Penyakit kolesterol tinggi dapat disebabkan dari turunan keluarga. Seseorang

yang memiliki keluarga yang terkena kolesterol tinggi, sebaiknya

mengkonsumsi makanan yang bisa menurunkan kadar kolesterol.

7. Faktor Merokok

Rokok adalah sumber segala jenis penyakit. Merokok bisa menurunkan

tingkat kolesterol HDL (kolesterol baik), jika HDL di dalam tubuh menurun

secara berkala, maka LDL di dalam tubuh akan meningkat. Hal ini pada

akhirnya dapat menyebabkan kematian akibat serangan stroke ataupun

serangan penyakit jantung koroner.

Banyak pakar kesehatan menyarankan agar pemeriksaan kesehatan dilakukan

pada semua orang dewasa, atau paling tidak terhadap masyarakat yang

menghadapi risiko terkena serangan jantung. Pemeriksaan kesehatan ini harus

mencakup pengukuran kadar kolesterol darah dan memberikan penjelasan

terhadap efek kebiasaan merokok, berat badan dan pemeriksaan tekanan darah.

Tujuan pengukuran kolesterol darah adalah untuk mengetahui apakah seseorang

menghadapi risiko terkena aterosklerosis di usia muda. Risiko penyakit sklerosis

(penyumbatan) pada arteri koroner bisa dikurangi atau dicegah dengan rutin

(19)

20-60 tahun harus diukur kadar kolesterol darahnya secara teratur (Nilawati, dkk.,

2008).

2.3 Lipoprotein

Lemak di dalam darah terdiri atas kolesterol, trigliserida (minyak), fosfolipid

dan asam lemak bebas (free fatty acid) yang semuanya tidak dapat larut dan

bercampur di dalam air. Tiga unsur lemak yang pertama (kolesterol, trigliserida

dan fosfolipid) membutuhkan protein yang membungkusnya. Pembungkus ini

dinamakan lipoprotein. Lipoprotein adalah makromolekul kompleks yang

kemudian membawa lemak plasma hidrofobik, yaitu kolesterol dan trigliserida ke

dalam darah. Lipoprotein ini yang akan membawa dan mengantarkan kolesterol

ke seluruh sel tubuh. Setelah lemak berikatan dengan apoprotein membentuk

lipoprotein, lemak pun dapat larut dalam darah. Sementara itu, unsur lemak yang

terakhir yaitu asam lemak bebas (free fatty acid) berikatan dengan albumin

(Astuti, 2015).

Metabolisme lipoprotein di dalam tubuh mempunyai 2 fungsi yang amat

penting yaitu, memasok trigliserida ke jaringan lemak dan otot untuk bahan dan

penyimpanan energi, kemudian mengangkut kolesterol untuk pembentukan

membran sel, hormon steroid dan sintesis asam empedu. Transportasi lipid

mempunyai 2 jalur, yaitu: 1) jalur eksogen, yang dimulai dari absorbsi lemak dan

kolesterol dari usus halus yang kemudian masuk ke dalam sistem limfatik dan

pada akhirnya masuk ke dalam sistem sirkulasi darah dalam bentuk kilomikron

dan 2) jalur endogen, yang dimulai dari produksi kolesterol VLDL oleh hati. Pada

(20)

mensintesis kolesterol VLDL untuk diekspor ke sistem organ yang lain (Santoso

dan Kasiman, 2009).

Menurut Astuti (2015), berdasarkan berat jenis dan kandungan lemaknya,

lipoprotein terbagi atas 5 yaitu:

1. Kilomikron (chylomicron)

Kilomikron merupakan lipoprotein dengan berat molekul terbesar,

kandungannya sebagian besar trigliserida 80-95% untuk dibawa ke jaringan

lemak dan otot rangka. Kilomikron juga mengandung kolesterol 2-7% untuk

dibawa ke hati. Kilomikron terbentuk saat pencernaan dan penyerapan dari

usus dan dilepaskan ke dalam darah setelah makan.

2. VLDL (Very Low Density Lipoprotein)

VLDL dibentuk dari asam lemak bebas di hati dan memiliki kandungan

trigliserida sebesar 55-80% dan kolesterol sebesar 5-15%. Produksi

trigliserida yang berlebihan oleh hati disebut hypertrigliseridemia.

3. IDL (Intermediate Density Lipoprotein)

IDL mengandung trigliserida sebesar 20-50% dan kolesterol sebesar 20-40%.

IDL merupakan zat antara yang terjadi sewaktu VLDL dikatabolisme menjadi

LDL. IDL juga disebut VLDL sisa.

4. LDL (Low Density Lipoprotein)

LDL memiliki kandungan trigliserida sebesar 5-15% dan merupakan

lipoprotein pengangkut kolesterol terbanyak yaitu 40-50% untuk disebarkan

ke seluruh endotel jaringan perifer dan pembuluh nadi. LDL juga merupakan

metabolit VLDL yang juga disebut ‘kolesterol jahat’ karena efeknya yang

(21)

dan dapat menyebabkan penumpukan lemak yang dapat menyempitkan

pembuluh darah.

Jika kadar LDL tinggi, berarti akan banyak terjadi penimbunan lemak atau

kolesterol di sepanjang dinding arteri. Oleh karena itu, semakin rendah

jumlah LDL di dalam darah, akan semakin baik sebab akan makin

memperkecil risiko serangan jantung dan stroke. Sebaliknya, semakin tinggi

jumlah LDL di dalam darah, maka akan semakin buruk dan berbahaya.

5. HDL (High Density Lipoprotein)

HDL merupakan lipoprotein yang mengandung 5-10% trigliserida dan

15-25% kolesterol. HDL memiliki efek antiaterogenik kuat sehingga disebut juga

dengan ‘kolesterol baik’. Fungsi utama HDL adalah mengangkut kolesterol

bebas yang terdapat dalam endotel jaringan perifer, termasuk pembuluh darah

ke reseptor HDL di hati untuk dijadikan empedu dan dikeluarkan ke usus

kecil untuk mencerna lemak dan dibuang berupa tinja. Dengan demikian,

penimbunan kolesterol di perifer menjadi berkurang. Semakin tinggi kadar

kolesterol HDL di dalam darah, akan semakin baik karena akan memperkecil

risiko timbulnya penyakit jantung koroner.

Dari kelima jenis lipoprotein tersebut, yang paling penting untuk diketahui

adalah LDL karena efeknya yang arterogenik sehingga menyebabkan

penumpukan lemak dan meninggalkannya pada dinding pembuluh darah. Selain

itu, hal yang juga penting untuk diketahui adalah trigliserida. Trigliserida

merupakan salah satu komponen jenis lemak yang normal terdapat dalam tubuh.

Para ahli menegaskan bahwa peningkatan kadar trigliserida di dalam darah

(22)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menua (aging) merupakan proses yang harus terjadi secara umum pada

seluruh spesies secara progresif seiring waktu yang menghasilkan perubahan yang

menyebabkan disfungsi organ dan menyebabkan kegagalan suatu organ atau

sistem tubuh tertentu. Menua atau menjadi tua (aging) merupakan proses yang

akan dialami oleh semua orang dan tidak dapat dihindari. Hal yang dapat

diusahakan adalah tetap sehat pada saat menua (menua sehat atau healthy

aging)(Fatmah, 2010).

Peningkatan kadar kolesterol dalam batas tertentu merupakan hal alami yang

terjadi dalam proses penuaan. Kadar kolesterol meningkat seiring usia pada pria

maupun wanita (Bull dan Morrell, 2007).

Kolesterol adalah zat alamiah dengan sifat fisik serupa lemak tetapi berumus

steroida, seperti banyak senyawa alamiah lainnya. Kolesterol merupakan bahan

bangun esensial bagi tubuh untuk sintesa zat-zat penting, seperti membran sel dan

bahan isolasi sekitar serat saraf, begitu pula hormon adrenal, testosteron, estrogen

dan progresteron yang penting bagi proses fertilisasi, prekursor vitamin D, asam

empedu serta sebagai bahan pembentuk kulit untuk mencegah penguapan air dari

dalam tubuh secara berlebihan dan mempermudah penyerapan lemak di saluran

cerna. Oleh karena itu, apabila tubuh mengkonsumsi bahan makanan yang

mengandung kolesterol secara berlebihan, maka kadar kolesterol di dalam darah

(23)

Kolesterol dalam jumlah tertentu penting untuk tubuh. Meskipun demikian,

ketika kadar kolesterol dalam darah mencapai lebih dari 200 mg/dL akan

menimbulkan risiko menderita berbagai penyakit. Kelebihan kolesterol dalam

tubuh terutama berkaitan dengan penyakit aterosklerosis, stroke, penyakit jantung

koroner, gagal ginjal kronis, diabetes mellitus, penyakit pembuluh darah,

kelumpuhan, hipertensi dan berbagai kanker (rahim, prostat, payudara dan usus

besar) (Durstine, 2012).

1.2 Tujuan Percobaan

1. Untuk mengetahui hasil pemeriksaan kadar kolesterol pada pasien lanjut

usia (lansia) apakah tergolong dalam batas kadar normal menurut

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5/MENKES/PER/II/2014.

2. Untuk mengetahui apakah usia seseorang mempengaruhi kadar

kolesterolnya.

1.3 Manfaat Percobaan

Manfaat dari dilakukannya percobaan pemeriksaan kadar kolesterol pada

pasien lanjut usia (lansia) di Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Utara ini

adalah untuk mengetahui apakah usia seseorang dapat berpengaruh terhadap kadar

(24)

PEMERIKSAAN KADAR KOLESTEROL PADA PASIEN LANJUT USIA (LANSIA) DI LABORATORIUM KESEHATAN

PROVINSI SUMATERA UTARA ABSTRAK

Kolesterol merupakan salah satu turunan lemak yang penting untuk tubuh. Meskipun demikian, ketika kadar kolesterol dalam darah mencapai lebih dari 200 mg/dL akan menimbulkan risiko menderita berbagai penyakit, seperti aterosklerosis, stroke, penyakit jantung koroner dan diabetes mellitus. Seiring bertambahnya usia, secara normal kadar kolesterol di dalam tubuh juga akan meningkat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol pada pasien lanjut usia (lansia).

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui hasil pemeriksaan kadar kolesterol pada pasien lanjut usia (lansia) serta mengetahui apakah usia seseorang dapat mempengaruhi kadar kolesterol di dalam tubuh. Sampel yang digunakan adalah serum darah pasien lansia yang diperiksa di Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan menggunakan metode spektrofotometri kolorimetri.

Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan kadar kolesterol pada pasien lanjut usia (lansia) adalah sebesar 45% lansia memiliki kadar kolesterol yang memenuhi batas kadar normal (< 200 mg/dL) dan 55% lansia memiliki kadar kolesterol yang melebihi batas kadar normal (> 200mg/dL) menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5/MENKES/PER/II/2014. Maka dari itu, usia seseorang tidak selalu mempengaruhi kadar kolesterol di dalam tubuh.

(25)

PEMERIKSAAN KADAR KOLESTEROL PADA PASIEN

LANJUT USIA (LANSIA) DI LABORATORIUM KESEHATAN

PROVINSI SUMATERA UTARA

TUGAS AKHIR

OLEH:

MARIA THALIA INES

NIM 132410007

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(26)
(27)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat, karunia dan ridhoNya, sehingga penulis dapat mengerjakan

dan menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Pemeriksaan Kadar Kolesterol

pada Pasien Lanjut Usia (Lansia) di Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera

Utara” yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program

Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih kepada Ayahanda Eddy Syahputra, Ibunda Alm. Hj. Sri

Puspita Andayani, Kakanda Dipika Awinda dan Adinda Gaby Octavia atas segala

do’a, kasih sayang serta dorongan moril maupun materil kepada penulis selama

ini. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.

SelamapenulisanTugasAkhirini, penulis banyak mendapat bimbingan dan

bantuandariberbagaipihak, maka dengan segala ketulusan hati penulis

menyampaikan terimakasih kepada:

1. Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program

Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. rer.nat. Effendy De Lux Putra, S.U., Apt., selaku Dosen

(28)

pengarahan, bimbingan dan semangat kepada penulis hingga selesainya tugas

akhir ini.

4. Bapak Drs. Syahniman, M. Si., selaku Koordinator Pembimbing Praktik

Kerja Lapangan di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera

Utara.

5. Ibu Aminah Dalimunthe, S.Si., M.Si., Apt., selaku Dosen Penasehat

Akademik penulis selama melaksanakan pendidikan pada Program Studi

Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.

6. Bapakdan Ibu dosen beserta seluruh staff di Fakultas Farmasi USU yang telah

mendidik penulis selama masa perkuliahan.

7. Bapak dan Ibu seluruh staff di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah

Provinsi Sumatera Utara.

8. Serta semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

banyak membantu penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna, sehingga

dibutuhkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan

kesempurnaan tulisan ini. Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini dapat

memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di

bidang farmasi.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Medan, 03 Mei 2016 Penulis

(29)

PEMERIKSAAN KADAR KOLESTEROL PADA PASIEN LANJUT USIA (LANSIA) DI LABORATORIUM KESEHATAN

PROVINSI SUMATERA UTARA ABSTRAK

Kolesterol merupakan salah satu turunan lemak yang penting untuk tubuh. Meskipun demikian, ketika kadar kolesterol dalam darah mencapai lebih dari 200 mg/dL akan menimbulkan risiko menderita berbagai penyakit, seperti aterosklerosis, stroke, penyakit jantung koroner dan diabetes mellitus. Seiring bertambahnya usia, secara normal kadar kolesterol di dalam tubuh juga akan meningkat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol pada pasien lanjut usia (lansia).

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui hasil pemeriksaan kadar kolesterol pada pasien lanjut usia (lansia) serta mengetahui apakah usia seseorang dapat mempengaruhi kadar kolesterol di dalam tubuh. Sampel yang digunakan adalah serum darah pasien lansia yang diperiksa di Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan menggunakan metode spektrofotometri kolorimetri.

Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan kadar kolesterol pada pasien lanjut usia (lansia) adalah sebesar 45% lansia memiliki kadar kolesterol yang memenuhi batas kadar normal (< 200 mg/dL) dan 55% lansia memiliki kadar kolesterol yang melebihi batas kadar normal (> 200mg/dL) menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5/MENKES/PER/II/2014. Maka dari itu, usia seseorang tidak selalu mempengaruhi kadar kolesterol di dalam tubuh.

(30)
(31)

3.3.2 Sampel ... 15

3.4 Prosedur Percobaan ... 16

3.4.1 Pemeriksaan Sampel ... 16

3.4.2 Penggunaan Alat Spektrofotometer Microlab 300 ... 16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17

4.1 Hasil ... 17

4.2 Pembahasan ... 18

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 19

5.1 Kesimpulan... 19

5.2 Saran ... 19

(32)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(33)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

(34)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Gambar Alat ... 21

2 Gambar Bahan ... 22

Gambar

Gambar 1. Alat Spektrofotometer Microlab 300
Gambar 3. Reagen kolesterol
Gambar 6. Mikropipet dan finni pipette tip
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Kolesterol

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Penulisan Laporan Kerja Praktek ini membahas tentang Analisis Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap Pada PT ( Persero ) Pelabuhan Indonesia II Cabang Tanjung Priok Jakarta,

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa gambaran karakteristik responden berdasarkan riwayat penyakit kanker payudara pada orang tua, dimana paling banyak responden

Sarung tangan yang kuat, tahan bahan kimia yang sesuai dengan standar yang disahkan, harus dipakai setiap saat bila menangani produk kimia, jika penilaian risiko menunjukkan,

Sarief (1985) menyatakan bahwa ketersediaan unsur hara yang diserap oleh tanaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sehingga berat

- Melakukan pengolahan limbah cair dengan cara biologi serta proses pemisahan mimyak sehingga kualitas air limbah yang keluar dari IPAL dibawah baku mutu lingkungan. -

Pola pewarisan nilai-nilai tradisi masyarakat Buton kepada semua lapisan masyarakat merupakan model pendidikan karakter yang dilakukan oleh masyarakat Buton,

Secara umum, prinsip nilai Islam dalam kehidupan aktivitas ekonomi masyarakat, khususnya dalam konsep pembiayaan sistem bagi hasil, harus mengedepankan nilai- nilai

Sedangkan 189 sampel membentuk SRMC dan 156 sampel yang tidak membentuk SRMC, maka diambil kesimpulan sebagai berikut, Ukuran Dewan Komisaris yang diproksikan