• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NHT DENGAN MENGGUNAKAN MAKROMEDIA FLASH PADA MATERI SISTEM KOLOID TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MAN KRUENG GEUKUEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NHT DENGAN MENGGUNAKAN MAKROMEDIA FLASH PADA MATERI SISTEM KOLOID TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MAN KRUENG GEUKUEH"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NHT DENGAN MENGGUNAKAN MAKROMEDIA FLASH PADA

MATERI SISTEM KOLOID TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MAN

KRUENG GEUKUEH

Oleh:

Zaitun Fazilah

Abstrak: Tujuan penelitian dalam artikel ini untuk mengetahui aktifitas belajar siswa, hasil belajar siswa, tingkat ketuntasan belajar siswa, dan respon siswa setelah diterapkan model pembelajaran NHT dengan menggunakan makromedia flash. Rancangan penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen semu. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA1 dan kelas XI IPA2. Sampel

dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA1 yang berjumlah 18 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA2 berjumlah 17 siswa sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan lembar observasi, tes berbentuk multiple

choice dan angket. Teknik analisis data pada lembar observasi dan angket

menggunakan teknik persentase, data hasil tes mengunakan teknik uji homogenitas, uji normalitas, uji tes-t, dan ketuntasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Persentase aktivitas belajar siswa di kelas eksperimen yaitu 92,18% lebih tinggi dari pada kelas kontrol yakni 91,6 %; (2) Hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa kelas kontrol diperoleh hasil uji-t yaitu thitung≥ ttabel atau 4,22 2,025, maka H0 ditolak dan Ha diterima; (3) Tingkat ketuntasan siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan tingkat ketuntasan kelas kontrol, di mana tingkat ketuntasan klasikal kelas eksperimen mencapai 100%, sedangkan tingkat ketuntasan klasikal kelas kontrol 70%; dan (4) Respon siswa setelah diterapkan model pembelajaran NHT dengan menggunakan makromedia flash yaitu sangat setuju (SS) = 26,6%, setuju (S) = 71,1%, tidak setuju (TS) = 2,2% dan sangat tidak setuju (STS) = 0 %.

Kata Kunci: Model Pembelajaran, Makromedia flash, dan Sistem Koloid.

Pendahuluan

(2)

Artinya pendidikan ditujukan kepada pengembangan segenap potensi yang dimiliki anak secara keseluruhan dan berkesinambungan, sehingga mampu mengembangkan potensinya kearah yang lebih baik.

Kimia sebagai salah satu disiplin ilmu yang diajarkan di sekolah menengah membutuhkan penalaran, pengertian, pemahaman, dan aplikasi dalam kehidupan. Saat ini, pembelajaran kimia di SMA sepertinya hanya dititik beratkan pada penuntasan materi serta mengacu pada soal-soal UN. Akibatnya, pembelajaran kimia hanya sarat dengan rumus dan hafalan yang kurang menarik bagi siswa dan mengganggapnya sebagai suatu bidang studi yang sukar untuk dipahami. Sedangkan ilmu kimia sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan akan lebih mudah dipahami oleh siswa jika berdasarkan pengalaman yang mereka temui dilingkungannya sendiri.

Namun kenyataan menujukkan banyak siswa yang kurang berminat dalam mempelajari kimia. Hal ini disebabkan karena dalam proses pembelajaran kebanyakan guru masih menggunakan metode konvensional yang hanya menggunakan buku ajar sebagai resep yang siap diberikan kepada siswa dan hanya mendengar dan mencatat saja. Pembelajaran yang terpusat pada guru sampai saat ini masih menemukan beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut dapat dilihat pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas, interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa masih belum optimal. Siswa kurang terampil menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang diajarkan.

(3)

9,50, dan juga dilihat dari nilai semester genap kelas XI MAN Krueng Geukueh Tahun Pelajaran 2012/2013 masih ada yang memperoleh nilai 60 yang lebih rendah dibandingkan nilai KKM 65.

Rendahnya kualitas proses dan hasil belajar kimia di MAN Krueng Geukueh merupakan masalah yang harus segera diatasi. Untuk mengatasi masalah tersebut sangat dibutuhkan proses belajar mengajar yang berlangsung dengan baik. Pakar pendidikan melakukan berbagai langkah dalam menyusun strategi dan pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan minat peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga mutu pendidikan dapat ditingkatkan.

Pendekatan pembelajaran yang aktif adalah pendekatan yang menitik beratkan pada pengembangan afektif dan perilaku peserta didik dengan didasarkan pada kebutuhan peserta didik itu sendiri, karena belajar aktif harus berpusat pada peserta didik. Salah satu model yang dapat mengatasi masalah rendahnya kualitas belajar siswa adalah model pembelajaran kooperatif.1

Dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif, guru juga bisa mengkolaborasikan dengan menggunakan media berbasis multimedia. Multimedia dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (pengetahuan, keterampilan dan sikap) serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan belajar sehingga secara sengaja proses belajar terjadi, bertujuan dan terkendali. Salah satu contoh dari multimedia ialah makromedia flash yang mampu memperjelas objek yang kecil, memiliki animasi yang dapat menarik perhatian siswa dalam pembelajaran juga bisa menampilkan kejadian/peristiwa yang terjadi melalui film atau video.2 Makromedia flash akan memudahkan mengajar bagi guru dan siswa pun akan mudah untuk memahami apa yang disampaikan guru.

1

Totie Sukanto, Teori belajar dan Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Depdikbud Dikti, 1997) , h. 45.

2

(4)

Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian Fitriani yang menunjukkan bahwa: “Hasil belajar peserta didik dalam materi struktur atom pada siswa kelas X dengan menggunakan model pembelajaran berbasis multimedia lebih meningkat secara signifikan dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional”.3 Dalam hal memilih media dan model pembelajaran juga harus sesuai dengan materi yang diajarkan. Maka dari itu,

makromedia flash cocok dikolaborasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT atau pemberian nomor pada setiap siswa yang dikolaborasi dengan makromedia flash merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Pembelajaran kooperatif tipe NHT ini memberikan kesempatan kepada masing-masing siswa untuk berfikir, membagi ide, bekerjasama dengan temannya serta mempertimbangkan jawaban yang tepat. Selain itu, NHT juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama anggota kelompok. Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

Sistem koloid merupakan materi kimia kelas XI. Sistem koloid banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti di alam (tanah, air, dan udara), industri, kedokteran, system hidup, dan pertanian. Dalam kehidupan kita, contohnya kopi, susu, agar-agar, dan santan merupakan salah satu dari pada sistem koloid. Adapun dalam dunia industri, aplikasi koloid untuk produksi cukup luas. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling

3

. Fitriani, Penggunaan Multimedia dalam Menerapkan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) pada Materi Struktur Atom Siswa Kelas X SMA Inshafuddin Banda Aceh, (Skripsi Tidak Diterbitkan. Banda Aceh: Institut

(5)

melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi skala besar. Di mana pada materi koloid menjelaskan tentang campuran heterogen dua fase dari dua zat atau lebih.

Sistem Koloid ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari dan akan lebih mudah dipahami oleh siswa jika berdasarkan pengalaman yang mereka temui di lingkungannya dan melihat langsung bagaimana sistem koloid itu terbentuk. Oleh sebab itu, dengan bantuan makromedia

flash siswa dapat melihat langsung mengapa susu dikatakan sebagai salah

satu sistem koloid? yang merupakan campuran antara fase terdispersi dan medium pendispersi. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan menggunakan makromedia flash merupakan strategi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, dengan banyaknya tampilan animasi-animasi yang bisa memperlihatkan langsung proses pembuatan koloid dan membuat siswa tidak bosan dalam memahami materi koloid.

Pembahasan

Belajar dan Pembelajaran

Belajar secara umum dapat diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir. Dapat dipahami bahwa antara belajar dan perkembangan sangat erat kaitannya. Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik sengaja maupun tidak sengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan pada diri pembelajar.

(6)

belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi lebih terampil dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri”.4

Belajar juga bisa diartikan sebagai suatu suatu usaha, perbuatan yang dilakukan secara sungguh-sungguh, dengan sistematis, mendayagunakan semua potensi yang dimiliki baik secara fisik, mental, dana, panca indra, otak, dan anggota tubuh lainnya. Demikian pula aspek-aspek kejiwaan seperti inteligensi, bakat, motivasi, minat dan sebagainya.5 Dalam tinjauan Al-Ghazali, disebutkan bahwa:

Pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia sejak masa kejadiannya sampai akhir hayatnya melalui berbagai ilmu pengetahuan yang disampaikan dalam bentuk pengajaran secara bertahap, di mana proses pengajaran itu menjadi tanggung jawab orang tua dan masyarakat menuju pendekatan diri kepada Allah sehingga menjadi manusia yang sempurna.6

Teori Belajar Yang Mendasari Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan siswa untuk dapat berinteraksi dan saling berbagi informasi dan pengetahuan yang dimiliki, sehingga dalam proses belajar mengajar tidak terjadi jarak antara siswa yang satu dengan siswa lainnya. Model ini bertumpu pada kerja kelompok kecil, berlawanan dengan pembelajaran klasikal (satu kelas penuh). Menurut Vygotsk, menyebutkan bahwa: “Proses belajar adalah sebuah perkembangan dari pengertian spontan menjadi pengertian yang lebih ilmiah. Vygotsk lebih menekankan pada peran aspek sosial dalam perkembangan intelektual atau kognitif anak”.7

4

. Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif dan Progresif, (Jakarta: Kancana Prenada Media Group, 2010), h. 16.

5

. M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta :Rineka Cipta, 1997), h. 49. 6

. Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009) , h. 56.

7

(7)

Dari deskripsi di atas, Vygotsk memandang bahwa kognitif anak berkembang melalui interaksi sosial. Anak mengalami interaksi dengan orang yang lebih tahu. Secara singkat, teori perkembangan sosial berpendapat bahwa interaksi sosial dengan budaya mendahului maksudnya dari relasi dengan budaya membuat seorang anak mengalami kesadaran dan perkembangan kognitif. Dengan demikian, dapatlah dipahami bahwa intinya Vygotsk memusatkan perhatiannya pada hubungan antara individu dan masyarakat dalam pembentukan pengetahuan. Pengetahuan terbentuk sebagai akibat dari interaksi sosial dan budaya seorang anak.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan interaksi yang saling asah sehingga sumber belajar siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa. Di sisi lain, Wena menyebutkan bahwa: “Pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk berkerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator”.8

Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat (siswa lain) sebagai sumber belajar, di samping guru dan sumber belajar lainnya. Salah satu ciri pembelajaran langsung adalah diterapkannya model pembelajaran. Model pembelajaran yang telah diterapkan dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah pembelajaran kompetitif dan individualistis, akan tetapi terdapat beberapa kelemahan pada belajar kompetitif dan individualistis, yaitu:

(a) kompetisi siswa kadang tidak sehat, sebagai contoh jika seorang siswa menjawab pertanyaan guru, siswa yang lain berharap agar jawaban yang

8

(8)

diberikan salah, (b) siswa yang berkemampuan rendah akan kurang termotivasi, (c) siswa yang berkemampuan rendah akan sulit untuk sukses dan semakin tertinggal, dan (d) dapat membuat frustasi siswa lainnya.9

Untuk menghindari hal itu dibutuhkan kerjasama antara siswa dalam proses pembelajaran, dan ini akan terwujud dengan adanya kelompok belajar. Dengan demikian, siswa akan belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok, di mana setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya.10 Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prisip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama.

Dalam pembelajaran kooperatif siswa pandai mengajarkan siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa yang kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya terbiasa bersikap pasif setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya.11

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu model di mana aktivitas pembelajaran dilakukan guru dengan menciptakan kondisi belajar yang memungkinkan terjadinya proses belajar sesama siswa. Proses interaksi akan dimungkinkan apabila guru mengatur kegiatan pembelajaran dalam suatu

setting siswa berkerja dalam suatu kelompok. Di samping itu, pembelajaran

kooperatif juga merupakan suatu kumpulan strategi mengajar yang digunakan untuk menciptakan kondisi belajar sesama siswa. Siswa yang satu membantu siswa lainnya dalam mempelajati sesuatu.

9

. Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif..., h. 199. 10

. Trianto, Mendesain Model Pembelajaran..., h. 56. 11

(9)

Ide utama dalam pembelajaran kooperatif adalah siswa dapat berkerjasama untuk belajar dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya.

Sebagai tambahan, belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan dan penguasaan materi. Dalam pembelajaran kooperatif siswa dilatih untuk mengembangkan interaksi yang positif dengan sesama ketika mereka belajar dalam tim dalam memecahkan suatu masalah.12

Lebih lanjut, penulis ingin menyampaikan bahwa terdapat empat unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif. Uraiannya dapat penulis jelaskan sebagai berikut: Pertama. Interdependence, dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling memberikan motivasi untuk hasil belajar yang optimal.

Kedua. Interaksi tatap muka, interaksi tatap muka menurut para siswa dalam

kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi semacam itu memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar dapat lebih bervariasi. Interaksi ini sangat penting karena ada siswa yang merasa lebih mudah belajar bersama teman.

Ketiga. Akuntabilitas individual, pembelajaran kooperatif menampilkan

wujud dalam belajar kelompok. Meskipun demikian, penilaian diajukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil pembelajaran secara individual tersebut selanjutnya disampaikan guru oleh kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang tidak membutuhkan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya. Oleh karena itu, setiap anggota

12

(10)

kelompok harus memberikan urutan demi kemajuan kelompoknya. Kelompok secara individual inilah yang dimaksud dengan akuntabilitas individual.

Keempat. Keterampilan menjalin hubungan antar individu, dalam

pembelajaran kooperatif keterampilan sosial, tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, mandiri dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal

relationship). Pemilihan model pembelajaran yang tepat, sangat membantu

meningkatkan hasil belajar dan memotivasi serta meningkatkan minat elajar siswa. Guru mendapat kebebasan dalam memilih model pembelajaran yang digunakan.

Selama ini, mata pelajaran lebih sering diajar dengan menggunakan model konvensional yang membuat siswa bersikap pasif. Dalam pengelolaan kelas model kooperatif bertujuan untuk membina pembelajar dalam mengembangkan niat dan kiat berkerjasama dan berinteraksi dengan pembelajar yang lainnya. Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas model kooperatif, yaitu: “(a) Pengelompokan, (b) semangat kerjasama, dan (c) penataan ruang kelas”.13 Lebih lanjut, dapat penulis jelaskan secara rinci sebagai berikut: Pertama. Pengelompokkan, n secara heterogenesis merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam metode pembelajaran kooperatif.

Kelompok heterogenitas bisa dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang agama, sosial ekonomi, etnis, dan kemampuan akademis. Kedua. Semangat berkerjasama, agar kelompok bisa berkerjasama secara efektif dalam proses pembelajaran, maka dibutuhkan semangat gotong royong untuk membina niat dan kiat siswa dalam

13

(11)

berkerjasama dengan siswa-siswa yang lainnya. Ketiga. Penataan ruang kelas, dalam pembelajaran kooperatif, siswa juga bisa belajar dari sesama teman, guru lebih berperan sebagai fasilitator. Tentu saja ruang kelas juga perlu ditata sedemikian rupa sehingga menunjang pembelajaran kooperatif.

Adapun Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu tipe dari sekian banyak tipe yang dimiliki oleh model kooperatif, tipe ini sangat menarik untuk dilaksanakan karena program dari kerjasama antara siswa dalam kelompok sudah diatur berdasarkan nomor, yang disetiap kelompok bejar beranggotakan 4-5 orang.

Sintak Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Sintak adalah tahap-tahap kegiatan dari suatu model pembelajaran, yakni urutan pembelajaran yang biasa juga disebut fase. Pembelajaran kooperatif tipe NHTmemiliki empat langkah yang dapat digunakan oleh guru yaitu:

(1) Penomoran (numbering): guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggota 4-6 orang member mereka nomor sehingga setiap siswa dalam tim memiliki nomor berbeda; (2) Pengajuan pertanyaan (guestioning): guru mengajukan pertanyaan secara klasikal; (3) Berfikir bersama (head together): para siswa berfikir bersama untuk mengembangkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut; dan (4) Jawaban (answering): guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk satu kelas.14

Adapun fase-fase pembelajaran dipaparkan berikut ini dalam bentuk tabel:

Tabel 1

Langkah-langkah dalam pembelajaran NHT

Langkah Pembelajaran Langkah NHT

Pendahuluan

a. Membagi siswa dalam 4 sampai 5 kelompok dan setiap anggota kelompok diberi nomor 1, 2, sampai 5.

b. Menginformasikan materi yang akan dibahas.

Langkah I (Penomoran)

14

(12)

c. Menyampaikan tujuan pembelajaran

d. Memotivasi siswa agar timbul rasa ingin tahu Kegiatan Inti

a. Guru menjelaskan secara singkat materi pelajaran b. Guru mengajukan pertanyaan

Langkah II (Mengajukan

Pertanyaan) a. Siswa memikirkan pertanyaan yang diajukan oleh guru

b. Menyatukan pendapat dengan cara mengerjakan tugas yang diberikan, dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawabannya

Langkah III (Berfikir bersama) c. Guru memanggil satu nomor dari kelompok tertententu

secara acak, siswa yang dipanggil mengacungkan tangan dan menjawab pertanyaan yang diajukan guru d. Siswa yang bernomor sama (dari kelompok lain)

menanggapi, guru memimpin diskusi e. Memberi pujian yang menjawab benar

f. Memberikan kesempatan kepada siswa menjawab

Langkah IV (menjawab)

Penutup

a. Memberi umpan balik

b. Membimbing siswa menyimpulkan materi c. Memberikan kuis dan PR

Feed Back

NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide dan mempertimbangkan jawanban yang tepat. Selain itu, NHT juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama kelompok. NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.15

Multimedia dalam Pembelajaran Kimia

Secara sederhana, multimedia diartikan sebagai lebih dari satu media. Multimedia dapat berupa kombinasi antara teks, grafik, animasi, suara, dan gambar. Namun pada bagian ini, perpaduan dan kombinasi dua atau lebih jenis media ditekankan kepada kendali komputer sebagai penggerak keseluruhan gabungan media. Dengan demikian, arti multimedia yang umumnya dikenal dewasa ini adalah “Berbagai macam kombinasi grafik, teks, suara, video, dan animasi. Penggabungan ini merupakan suatu kesatuan yang secara bersama-sama menampilkan informasi, pesan atau isi

15

(13)

pelajaran”.16 Konsep penggabungan ini dengan sendirinya memerlukan beberapa jenis peralatan perangkat keras yang masing-masing tetap menjalankan fungsi utamanya sebagaimana biasa, dan komputer merupakan pengandali seluruh peralatan tersebut.

Multimedia terbagi menjadi dua kategori, yaitu: multimedia linier dan multimedia interaktif. Multimedia linier adalah suatu multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh pengguna. Multimedia ini berjalan sekuensial (berurutan), contohnya: TV dan film. Multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya. Contoh multimedia interaktif adalah multimedia pembelajaran interaktif, makro media flash, aplikasi game, dll.17

Multimedia cocok digunakan dalam proses pembelajaran kimia sebagai perangkat belajar. Apabila multimedia pembelajaran dipilih, dikembangkan dan digunakan secara tepat dan baik, akan memberi manfaat yang sangat besar bagi para guru dan siswa. Secara umum manfaat yang dapat diperoleh adalah proses pembelajaran lebih menarik, lebih interaktif, jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan dan proses belajar mengajar dapat dilakukan di mana dan kapan saja, serta sikap belajar siswa dapat ditingkatkan. Manfaat di atas akan diperoleh mengingat terdapat keunggulan dari sebuah multimedia pembelajaran, yaitu:

(1) Memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata, seperti kuman, bakteri, elektron dll; (2) Memperkecil benda yang sangat besar yang tidak mungkin dihadirkan ke sekolah, seperti gajah, rumah, gunung, dll; (3) Menyajikan benda atau peristiwa yang kompleks, rumit dan berlangsung cepat atau lambat, seperti sistem tubuh manusia,

16

. Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), h. 169.

17

(14)

bekerjanya suatu mesin, beredarnya planet Mars, berkembangnya bunga dll; (4) Menyajikan benda atau peristiwa yang jauh, seperti bulan, bintang, salju, dll; (5) Menyajikan benda atau peristiwa yang berbahaya, seperti letusan gunung berapi, harimau, racun, dll; dan (6) Meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa.18

Informasi yang disajikan melalui multimedia berbentuk dokumen yang hidup, dapat dilihat dilayar monitor dan dapat didengar suaranya, dilihat gerakannya (video). Multimedia bertujuan untuk menyajikan informasi dalam bentuk yang menyenangkan, menarik, mudah dimengerti, dan jelas. Informasi akan mudah dimengerti karena sebanyak mungkin indera, terutama telinga dan mata, digunakan untuk menyerap informasi tersebut. Multimedia pembelajaran dapat digolongkan dalam tiga karakteristik, yaitu:

(1) Multimedia digunakan sebagai salah satu unsur pembelajaran di kelas. Jika guru menjelaskan materi sistem koloid melalui pengajaran di kelas atau berdasarkan suatu buku acuan, maka multimedia digunakan sebagai media pelengkap untuk memperlihatkan bentuk-bentuk sistem koloid; (2) Multimedia digunakan sebagai materi pembelajaran mandiri. Multimedia mungkin saja mendukung pembelajaran di kelas dan mungkin juga tidak. Berbeda dengan tipe pertama, pada tipe kedua seluruh kebutuhan instruksional dari pengguna dipenuhi seluruhnya dalam paket multimedia. Artinya seluruh fasilitas pembelajaran, termasuk latihan, feed back dan tes yang mendukung tujuan pembelajaran disediakan dalam paket; dan (3) Multimedia digunakan sebagai media satu-satunya dalam pembelajaran. Seluruh fasilitas pembelajaran yang mendukung telah disediakan dalam paket ini.19

Makromedia flash dalam Pembelajaran Kimia

Seiring pesatnya arus teknologi, media yang dapat digunakan pun kian beragam, terutama sejak teknologi multimedia meningkat pesat akhir-akhir ini. Salah satu media yang sangat menarik dan kongkrit adalah media berbasis flash, yaitu makromedia flash. Dengan media ini, proses pembelajaran menjadi semakin menarik, lebih mudah disajikan kepada

18

. Azhar Arsyad, Media Pembelajaran..., h. 171.

19

. Arias, Multimedia dalam Dunia Pendidikan, (Online, Tersedia di:

(15)

siswa, konsep-konsep abstrak pun dapat dijelaskan dengan konkrit dan dengan tampilan-tampilan animasi yang lebih berwarna.20

Adapun animasi sudah menjadi elemen penting yang mendukung tampilan halaman web, presentasi, dan yang lainnya. Hal ini dikarenakan animasi dapat memusatkan pandangan peserta didik pada tampilannya. Suatu halaman web yang disisipkan animasi logo yang berputar, atau iklan dengan teks yang diberikan animasi, tentunya dapat menarik fokus peserta didik pada objek yang disampaikan. Contoh gambar yang ditampilkan dalam pembelajaran dengan penggunaan makromedia flash: 21

Gambar 1

Tampilan dalam Pembelajaran dengan Makromedia flash

Berbicara tentang animasi tidak akan lepas dari pengaturan properti objek. Animasi adalah tampilan suatu objek yang propertinya (posisi, ukuran, warna, dan yang lainnya) berubah pada durasi/waktu tertentu sesuai pengaturan yang dilakukan.22 Apabila diperhatikan penjelasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat dua hal penting yang harus

20

. Arry Maulana, Animasi Itu Mudah (Jakarta: Elek Media Komputindo,2003), h.1

21

. (Online, Tersedia di:

http://blogkimiaku.wordpress.com/2011/03/01/animasi-kimia-sistem-koloid/,

diakses 13 Agustus 2014). 22

.(Online, Tersedia di:

(16)

diperhatikan dalam pembuatan animasi, yaitu objek/gambar dan alur gerak. Atau juga animasi merupakan suatu teknik menampilkan gambar berurut sedemikian rupa sehingga penonton merasakan adanya ilusi gerakan (motion) pada gambar yang ditampilkan.

Secara umum ilusi gerakan merupakan perubahan yang dideteksi secara visual oleh mata penonton sehingga tidak harus perubahan yang terjadi merupakan perubahan posisi sebagai makna dari istilah „gerakan‟. Perubahan seperti perubahan warna pun dapat dikatakan sebuah animasi. Dalam bidang grafika pemodelan visual dapat dikategorikan sebagai dua kelompok yaitu pemodelan geometrik dan pemodelan penampilan (appearance). Pemodelan geometrik merupakan representasi dari bentuk objek yang ingin ditampilkan sedangkan pemodelan penampilan membuat representasi sifat visual atau penampakan objek tersebut.

Berdasarkan definisi di atas bahwa sebuah animasi disusun oleh himpunan gambar yang ditampilkan secara berurut maka animasi dapat dikatakan sebuah fungsi terhadap waktu. Gambar dapat didefinisikan sebagai koleksi deskripsi geometris dan visual ataupun dapat berupa citra. Pada gambar yang merupakan koleksi deskripsi, maka animasi didefinisikan sebagai fungsi yang memetakan waktu kepada perubahan parameter-parameter dari deskripsi. Pada gambar yang merupakan citra, animasi didefinisikan sebagai fungsi yang memetakan waktu kepada tiap elemen citra.

Fungsi Makromedia flash dalam Pembelajaran Kimia

Adapun fungsi atau peranan makromedia flash dalam pembelajaran kimia adalah sebagai berikut:

(17)

diberikan oleh guru, (f) mendorong minat dan motivasi belajar siswa, dan (g) untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.23

Demikian pula Nasution, mengemukakan bahwa fungsi yang terkandung dalam media pembelajaran adalah sebagai berikut:

(a) Menambah kegiatan belajar mengajar, (b) menghemat waktu belajar, (c) menambah keadaan permanen dari hasil belajar, (d) membantu anak-anak yang ketinggalan dalam pelajaran, (e) membangkitkan minat, perhatian, dan aktivitas pada murid, dan (f) memberi pengalaman yang lebih tepat dan jelas.24

Contoh animasi yang ditampilkan dalam pembelajaran dengan penggunaan makromedia flash pada materi sistem koloid: 25

Gambar 2

Tampilan Animasi Makromedia flash pada Materi Sistem Koloid

Materi Sistem Koloid

Sistem koloid adalah campuran heterogen dua fase dari dua zat atau lebih di mana partikel-partikel berukuran koloid tersebar (terdispersi) merata dalam zat lain. Zat yang terdispersi sebagai partikel koloid disebut fase terdispersi. Sedangkan zat yang merupakan fase kontinue di mana partikel koloid terdispersi disebut medium pendispersi. Ukuran partikel koloid

23

. Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Balai Pustaka, 2008), h. 65.

24

. Nasution S, Didaktik Azas-Azas Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1986), h. 35.

25

. (Online: Tersedia di:

http://blogkimiaku.wordpress.com/2011/03/01/animasi-kimia-sistem-koloid,

(18)

berkisar antara 10-7-10-5 cm (1-100 nm). Ukuran inilah yang membedakan sistem koloid dengan campuran lain (larutan dan suspensi).26

Jenis-Jenis Koloid

Sistem koloid dapat dikelompokkan berdasarkan fase terdispersinya menjadi tiga, yaitu sol (fase terdispersinya zat padat), emulsi (fase terdispersinya zat cair) dan buih (fase terdispersinya gas). Selanjutnya sol,

emulsi dan buih dikelompokkan lagi berdasarkan medium pendispersinya.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut. 27

Gambar 3 Jenis-Jenis Koloid

Sifat-Sifat Koloid

Efek Tyndall

Efek tyndall adalah peristiwa penghamburan cahaya oleh

partikel-partikel koloid. Contoh: sinar matahari yang dihamburkan partikel-partikel koloid, sorot lampu mobil pada malam berkabut.

26

. Syarifuddin, Buku Saku Kimia SMA, (Tanggeran: Scientific Press, 2011), h. 248.

27

. (Online, Tersedia di:

http://blogkimiaku.wordpress.com/2011/03/01/animasi-kimia-sistem-koloid,

(19)

Gerak Brown

Gerak brown adalah gerak acak atau gerak tidak beraturan dari partikel koloid. Contoh sari tepung tumbuhan pada permukaan air. Untuk lebih jelas gerak brown dapat dilihat pada gambar berikut. 28

Gambar 4 Gerak Brown

Adsorpsi

Adsorpsi adalah penyerapan pada permukaan (harus dibedakan dari adsorpsi yang artinya penyerapan sampai ke bawah permukaan). Contoh: sol

AgCl bermuatan positif diperoleh dari pencampuran larutan AgNO3 berlebih, koloid sabun, koloid protein.29 Contoh: sol As2S3 mampu mengasorpsi S2- sehingga As2S3 menjadi bermuatan negatif.30

Gambar 5

Proses Terjadinya Adsorpsi

28

. (Online, Tersedia di:

http://blogkimiaku.wordpress.com/2011/03/01/animasi-kimia-sistem-koloid,

Diakses Tanggal 13 Agustus 2014). 29

. Syarifuddin, Buku Saku Kimia..., h. 250. 30

(Online, Tersedia di:

(20)

Koloid Liofil dan Koloid Liofob

Koloid liofil adalah sistem koloid yang daya tarik menarik fase terdispersinya. Besar terhadap medium pendispersinya (suka cairan). Contohnya: sol kanji, agar-agar, lem, cat. Koloid liofob adalah sistem koloid yang daya tarik menarik fase terdispersinya. Kecil terhadap medium pendispersinya (tidak suka cairan) Koloid pelindung adalah koloid yang dapat melindungi koloid dari koagulasi. Contoh: pembuatan es krim dengan penambahan gelatin yang mencegah pembentukan kristal besar es atau gula. Elektroforesis dan Dialisis

Elektroforesis adalah peristiwa penggerakan partikel koloid yang

bermuatan ke salah satu elektroda. Elektroforesis digunakan untuk mendeteksi muatan partikel koloid, jika koloid berkumpul di elektroda positif, berarti koloid bermuatan negatif. Prinsip elektroforesis digunakan untuk membersihkan asap dalam suatu industri dengan menggunakan

cottrell. Adapun dialisis adalah proses pemurnian partikel koloid dari

muatan-muatan yang menempel pada permukaannya. Proses dialisis menggunakan membran semi permeabel.

Koagulasi

Koagulasi adalah pengumpalan partikel koloid menjadi endapan. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan, dan

pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan. Contoh proses koagulasi pada pembuatan agar-agar, ketika panas agar-agar tersebut cair hingga agar-agar mengeras saat dingin.31

31

. (Online, Tersedia di:

http://blogkimiaku.wordpress.com/2011/03/01/animasi-kimia-sistem-koloid,

(21)

Gambar 6

Proses Pendinginan pada Agar-Agar

Pembuatan Koloid Metode Kondensasi

Pembuatan koloid sol dengan metode kondensasi melibatkan penggabungan partikel-partikel larutan (atom, ion, atau molekul) menjadi partikel-partikel berukuran koloid. Hal ini dilakukan dengan reaksi kimia (dekomposisi rangkap, hidrolisis dan redoks) atau penggantian pelarut.32

Pertama. Reaksi dekomposisi rangkap. Sol AgCl dibuat dengan

mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl encer. AgNO3(aq) + 3H2O(l)→ AgCl (sistem koloid)+ 3 HCl(aq). Kedua. Reaksi hidrolisis. Sol Fe(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam dalam air mendidih. FeCl3(aq) + 3H2O(l)→ Fe(OH)3 (sistem koloid) + 3HCl(aq). Ketiga. Reaksi redoks. Sol belerang dapat dibuat dengan mengalirkan gas H2S kedalam larutan SO2. 2H2S(g) + SO2(aq) → 3S(sistem koloid) + 2H2O(aq).

Penggantian Pelarut

Belerang sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam alkohol seperti

etanol. Jadi, untuk membuat sol belerang dengan medium pendispersinya air,

belerang dilarutkan terlebih dahulu dalam etanol sampai jenuh. Setelah itu, larutan belerang dalam etanol ini ditambahkan sedikit demi sedikit dalam air

32

(22)

sambil diaduk. Belerang akan mengumpal menjadi partikel sistem koloid akibat penurunan kelarutan belerang dalam air.

Metode Dispersi

Metode dispersi melibatkan pemecahan partikel-partikel kasar menjadi partikel-partikel berukuran koloid yang kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya. Ada tiga metode dispersi yaitu cara mekanik, cara peptisasi, dan cara busur breding. Lebih lanjut, dapat penulis jelaskan secara rinci sebagai berikut; Pertama. Cara mekanik. Penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan penggilingan untuk membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat yang digunakan disebut penggiling koloid. Contoh: koloid grafit untuk pelumas, tinta cetak, cat dan sol belerang.

Kedua. Cara peptisasi. Merupakan proses dispersi endapan menjadi

koloid dengan penambahan zat pemecah. Zat pemecah dapat berupa elektrolit khusus yang menggandung ion sejenis ataupun pelarut tertentu. Contoh: agar-agar dipeptisasi oleh air, karet dipeptisasi oleh bensin. Ketiga. Cara busur brending. Cara ini digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang dijadikan koloid diletakkan dielektroda dalam medium pendispersi dan dialiri listrik. Atom logam telempar keair dan mengalami kondensasi menjadi koloid.

Hasil Pembahasan

Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan Makromedia flash

(23)

sistem koloid dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT menggunakan makromedia flash tingkat persentase ketuntasan klasikalnya mencapai 100%. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran NHT menggunakan makromedia flash ketuntasan siswa secara klasikal diperoleh melebihi dari kriteria yang telah ditetapkan di MAN Krueng Geukueh pada tahun ajaran 2013-2014 pada pembahasan sistem koloid yaitu ≥ 80%.

Sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal MAN Krueng Geukueh yang telah ditetapkan bahwa siswa dikatakan tuntas belajar apabila memiliki daya serap paling sedikit 65%, sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal tercapai apabila paling sedikit 80%. Untuk melihat ada atau tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka dapat diuji denganmenggunakan uji hipotesis tes-t. Hasil perhitungan diperoleh bahwa dengan dengan derajat kebebasan df = (Nx + Ny ) – 2, df = (18+17)-2, df = 33 dan taraf kepercayaan 0,95 dan taraf distribusi t diperoleh t(0,95)(33) = 2,025. Karena hasil perhitungan diperoleh 4,22 maka t hitung ≥ t tabel atau 4,22 ≥ 2,025.

Dengan demikian H0 ditolak dan terjadi penerimaan Ha. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar diantara siswa kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran NHT dengan menggunakan makromedia

flash dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang menerapkan model

pembelajaran konvensional. Hal ini sesuai dengan penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain, pembelajaran koopertif dapat, memenuhi kebutuhan siswa dalam memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman.33

33

(24)

Aktivitas Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan Makromedia flash

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung, diketahui bahwa aktivitas siswa selama pembelajaran kimia pada pembahasan sistem koloid menggunakan model pembelajaran NHT dengan menggunakan makromedia flash yang membentuk kelompok-kelompok belajar adalah lebih aktif. Siswa dapat berkerjasama dalam menyelesaikan LKS, dapat memberikan inspirasi bagi siswa untuk bertanggung jawab dalam mencari jawaban dan kemudian saling menjelaskan kepada masing-masing anggota kelompoknya sehingga siswa dapat menyalurkan tanggapan dalam diskusi kelompok serta siswa yang tingkat kemampuannya rendah akan terbantu dengan siswa yang kemampuannya lebih tinggi dalam satu kelompok.

Berdasarkan pengamatan terhadap aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran kimia pada pembahasan sistem koloid, maka dapat diambil kesimpulan hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran NHT menggunakan

makromedia flash memperoleh nilai lebih tinggi, hal ini dapat dilihat dari

persentase yang diperoleh pada aktivitas siswa kelas eksperimen selama proses pembelajaran, di mana persentase rata-rata dari dua orang pengamat adalah 92,18%. Sedangkan pada kelas kontrol persentase rata-rata dua orang pengamat adalah 91,6% . hal ini sesuai dengan kriteria aktivitas siswa, di mana 76 ≤ % ≤ 100 = sangat aktif.

Ketika kegiatan pembelajaran kimia berlangsung di kelas eksperimen pada pembahasan sistem koloid, siswa mendengarkan dan menyimak penjelasan dan informasi yang disampaikan oleh guru menggunakan

makromedia flash. Di samping itu, siswa juga menanyakan hal-hal yang

(25)

secara heterogen. Setelah siswa membentuk kelompok siswa dibagikan nomor undian yang berisikan dari nomor 1-5 untuk mendapatkan tanggung jawab dalam mengerjakan tugas LKS yang diberkian guru berdasarkan nomor yang didapatnya.

Ketika berada di dalam kelompok, para siswa mengerjakan LKS secara antusias dan menyelesaikan tugas yang ada di dalam LKS tetap melalui bimbingan guru. Pada sesi berikutnya, setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka setelah guru memanggil nomor soal LKS yang akan dibahas dan siswa yang bertanggung jawab menjawab soal tersebut berdiri dan mempresentasikan jawabannya, siswa yang lain menanggapi jawaban yang diberikan oleh kelompok tersebut. Bentuk penilaian dari setiap individu dalam setiap kelompok dilakukan sesuai dengan rubrik penilaian. Rubrik penilaian ini disusun berdasarkan kategori-kategori yang menjelaskan bentuk penilaian bagi setiap individu siswa dari seluruh kelompok.

Pada sesi terakhir siswa mengerjakan evaluasi hasil belajar berupa tes akhir tentang materi yang telah dipelajari. Kemudian siswa dan guru melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran. Dari kegiatan pembelajaran kimia pada pembahasan sistem koloid di kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran NHT dengan menggunakan makromedia

flash, keaktifan siswa lebih tinggi dan kegiatan pembelajaran nya juga

berjalan efektif sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan yang dipaparkan Wena bahwa:

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan interaksi yang saling asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa. Pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang yang terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator.34

34

(26)

Di samping itu, keaktifan siswa pada proses pembelajaran ini bisa dikaitkan dengan apa yang dikatakan oleh Vygotsk. Dalam teorinya, Vygotsk memandang bahwa kognitif anak berkembang melalui interaksi sosial. Anak akan mengalami saling interaksi dengan orang yang lebih tahu. Secara singkat, Teori Pengembangan Sosial berpendapat bahwa interaksi sosial dengan budaya mendahului. Maksudnya dari relasi dengan budaya membuat seorang anak mengalami kesadaran dan perkembangan kognitif. Jadi intinya Vygotsk memusatkan perhatiannya pada hubungan dialektik antara individu dan masyarakat dalam pembentukan pengetahuan. Pengetahuan terbentuk sebagai akibat dari interaksi sosial dan budaya seorang anak.35

Respon Siswa Setelah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan Makromedia flash

Respon belajar siswa diberikan pada akhir pertemuan, yaitu setelah menyelesaikan tes akhir dari hasil belajar. Pengisian angket respon siswa bertujuan untuk mengetahui perasaan, minat dan pendapat siswa mengenai penerapan model pembelajaran NHT dengan menggunakan makromedia

flash pada materi sistem koloid. Dari angket respon siswa yang diisi oleh 18

siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran numbered heads together dengan menggunakan makromedia

flash pada materi sistem koloid di kelas XI IPA1 pada MAN Krueng Geukueh.

Hasil perolehan persentase dengan kriteria sangat setuju (SS) = 26,6%, setuju (S) = 71,1%, tidak setuju (TS) = 2,2% dan sangat tidak setuju (STS) = 0%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sangat tertarik dengan penerapan model pembelajaran numbered heads together dengan menggunakan

makromedia flash. Siswa merasa aktif dan termotivasi dalam proses belajar

35

. Rifqie, Konsep Vygotsky Tentang Perkembangan, (Online: Tersedia di:

(27)

mengajar. Melalui pembelajaran kooperatif, siswa bukan hanya belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam proses belajar mengajar, melainkan bisa juga belajar dari siswa lainnya, dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain.

Kesimpulan

Dari seluruh kegiatan penelitian pengembangan dengan membuat sebuah media flash player di SMKN 1 Banda Aceh dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil uji-t menunjukkan bahwa thitung ≥ ttabel atau 4,22 ≥ 2,025. Dengan demikian H0 ditolak dan terjadi penerimaan Ha sehingga diterima kebenaran bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar diantara siswa kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran NHT menggunakan makromedia flash dibandingkan dengan siswa kelas kontrol yang hanya menggunakan model pembelajaran konvensional. 2. Hasil pengamatan aktivitas siswa pada kelas eksperimen (XI IPA1)

selama proses pembelajaran, di mana persentase dari dua orang pengamat adalah 92,18%. Sedangkan pada kelas kontrol (XI IPA2) persentase rata-rata dari dua orang pengamat adalah 91,6%, hal ini sesuai dengan kriteria aktivitas siswa, di mana 76≤ % ≤ 100 dinyatakan sangat aktif.

3. Respon siswa terhadap model pembelajaran NHT dengan menggunakan makromedia flash sangat setuju (SS) = 26,6%, setuju (S) = 71,1%, tidak setuju (TS) = 2,2 % dan sangat tidaksetuju (STS) = 0 %.

Daftar Pustaka

(28)

Antuni Wiyarsi, Mari Belajar Kimia SMA-MA Kelas XI IPA, (Jakarta: Pusat Perbukuan, 2009).

Arias, Multimedia dalam Dunia Pendidikan, (Online, Tersedia di:

http://ariasdimultimedia.wordpress.com/2009/03/16/multimedia-dalam-dunia-pendidikan/13, diakses Tanggal 20 Mei 2014).

Arry Maulana, Animasi Itu Mudah (Jakarta:PT Elek Media Komputindo,2003). Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002).

Fitriani, Penggunaan Multimedia dalam Menerapkan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) pada Materi Struktur Atom Siswa Kelas X SMA Inshafuddin Banda Aceh, (Skripsi Tidak Diterbitkan. Banda

Aceh: Institut Agama Islam Negeri Ar-Raniry, 2012).

Ibrahim, R., et.al., PerencanaanPengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003). M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta :Rineka Cipta, 1997).

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontenporer,(Jakarta Timur:Bumi Aksara, 2009).

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Balai Pustaka, 2008).

Nasution S, Didaktik Azas-Azas Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1986).

Nurhadi, Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban, (Jakarta: Gramedia, 2004). Rifqie, Konsep Vygotsky Tentang Perkembangan, (Online: Tersedia di:

http://rifqie_yups_blogspot.com, diakses Tanggal 13 Mai 2014).

sjoni, Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010). Syarifuddin, Buku Saku Kimia SMA, (Tanggeran: Scientific Press, 2011).

Totie Sukanto, Teori belajar dan Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Depdikbud Dikti, 1997).

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif dan Progresif, (Jakarta: Kancana Prenada Media Group, 2010).

(Online, Tersedia di:

Gambar

Gambar 4  Gerak Brown

Referensi

Dokumen terkait

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas Akhir dengan judul : PERANCANGAN KOMIK BERTEMA ONDEl-ONDEL UNTUK WISATA BUDAYA BETAWI yang dibuat untuk melengkapi

Brooks dan Brooks (1993) menjelaskan bahwa pembelajaran kontruktivis mempunyai ciri-ciri: guru adalah salah satu dari berbagai macam sumber belajar, bukan

penumpang akibat kerusakan barang bagasi tercatat, diatur pada hukum positif Indonesia yaitu Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen guna

Dalam hal mengidentifikasi dan menentukan sasaran penduduk miskin, garis kemiskinan relatif cukup untuk digunakan dan disesuaikan dengan tingkat pembangunan negara

Berdasarkan hasil kerja praktik yang dilakukan oleh penulis dapat disimpulkan bahwa produk Brilliance Hasanah Sejahtera merupakan produk asuransi jiwa dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor individual dengan menggunakan variabel persepsi pentingnya etika dan tanggungjawab sosial, sifat machiavellian,

Berdasarkan hasil penelitian tentang pertumbuhan tanaman tebu ( Saccharum Officinarum L.) varietas VMC dan PSJT dengan menggunakan bibit stek dengan jumlah mata

Faktor pengguna adalah variabel independen yang keempat dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor pengguna diterapkan dengan