• Tidak ada hasil yang ditemukan

peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya disekitar hutan dan juga penciptaan model pelestarian hutan yang efektif.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya disekitar hutan dan juga penciptaan model pelestarian hutan yang efektif."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh: Luluk Nurul Jannah Staf P3E Kalimantan

engelolaan hutan selama lima dekade di Indonesia telah mengakibatkan tingkat penggudulan hutan yang tinggi dan konflik sosial antara komunitas, pemerintah, dan pelaku bisnis.

Industri kehutanan yang ekstraktif dan pencurian kayu illegal yang berlangsung di akhir 1990-an telah mengurangi luas hutan Indonesia. Banyak penduduk di Indonesia khususnya yang tinggal di pedesaan yang menggantungkan hidupnya dari sumber daya hutan. Banyak komunitas lokal di lingkungan kawasan hutan tersebut yang tidak memiliki akses legal terhadap sumber daya hutan yang ada disekitar mereka.

Diperlukan komitmen kebijakan yang kuat, pendekatan yang komprehensif dan berkesinambungan untuk melestarikan hutan, membantu mengatasi degradasi lahan, mempertahankan kekayaan keanekaragaman hayati, dan menjawab persoalan kemiskinan di dalam dan sekitar hutan. Saat ini pemerintah memiliki dua agenda besar yang menjadi sorotan utama terkait dengan pengelolaan hutan, yakni

peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya disekitar hutan dan juga penciptaan model pelestarian hutan yang efektif.

Pemerintah telah menyiapkan sebuah program yang memastikan bahwa sarana pengentasan kemiskinan masyarakat khususnya disekitar hutan dapat dilakukan dengan model yang menciptakan keharmonisan antara peningkatan kesejahteraan dengan setaraan dan pelestarian lingkungan. Program ini adalah Perhutanan Soaial. Perhutanan sosial tersebut merupakan komitmen Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019, dan sebagai upaya mendukung Nawacita yaitu mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

Program Perhutanan Sosial sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 83 Tahun 2016 tentang Perhutanan Sosial menegaskan

P

(2)

bahwa Perhutanan Sosial merupakan Sistem pengelolaan hutan lestari yang dilakukan dalam kawasan hutan negara atau hutan hak/hutan adat yang dilaksanakan oleh masyarakat setempat atau masyarakat hukum adat sebagai pelaku utama untuk meningkatkan kesejahteraannya, keseimbangan lingkungan dan dinamika sosial budaya dalam bentuk 1) Hutan Desa, 2) Hutan Kemasyarakatan, 3) Hutan Tanaman Rakyat, 4) Hutan Rakyat, 5) Hutan Adat dan Kemitraan Kehutanan. Ada beberapa hal yang ingin dicapai pemerintah melalui program ini, yaitu menciptakan dan mempercepat pemerataan akses dan distribusi aset sumberdaya hutan;

menyelesaikan konflik tenurial di kawasan hutan; dan mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan hutan.

Hak untuk pengelolaan hutan dapat diajukan oleh masyarakat di atas area yang

diidentifikasi dalam Peta Indikatif Akses Kelola Hutan Sosial. Pemerintah sendiri telah mentargetkan alokasi perhutanan sosial seluas 12,7 juta Ha area hutan.

Adapun persyaratan umum pengajuan adalah:

1. Mempunyai kelompok masyarakat dan daftar anggota, koperasi, badan usaha milik desa, lembaga desa, lembaga adat.

2. Gambaran umum wilayah: keadaan fisisk, sosial ekonomi, dan potensi kawasan.

3. Peta usulan lokasi minimal skala 1:50.000 berupa dokumen tertulis dan salinan elektronik dalam bentuk shape file.

(3)

Tahapan dalam Perhutanan Sosial

(4)

Kategori Perhutanan Sosial dan Statusnya

No. Kategori Lokasi Bentuk

Hak/Izin Pemohon Pemberi

Hak/ Izin Status dan Jangka

Waktu 1. Hutan Adat

(HA) Wilayah Adat, diluar Hutan Negara

Hutan Adat/Hutan Hak

Masyarakat

Adat Menteri LHK Hak

Menguasai/

Hak Milik 2. Hutan Desa

(HD) HP dan HL HPHD Koperasi Desa/

BUMDes

Menteri LHK/

Gubernur 35 tahun dan dapat

diperpanjang 3. Hutan

Kemasyara katan (HKm)

HP dan HL IUPHKm Kelompok Masyarakat/

Koperasi

Menteri LHK/

Gubernur

4 Hutan Tanaman Rakyat (HTR)

HP IUPHHK-HTR Perseorangan /Kelompok/

Koperasi

Menteri LHK/Gubernur

5. Kemitraan

Kehutanan HP, HL, HK Kesepakatan Naskah Kesepakatan Kerjasama (NKK) antara Pengelola/Pe megang Izin dengan Kelompok Masyarakat/K operasi

Menteri

LHK/Gubernur/

Koperasi

Program Perhutanan Sosial merupakan bagian dari pembangunan desa yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia, serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.

Tujuan lain dari perhutanan sosial adalah untuk membangun perhutanan sosial menjadi salah satu andalan usaha rakyat, sehingga menambah jenis usaha dan pendapatan; meningkatkan teknologi dan manajemen organisasi masyarakat lokal dalam melakukan perhutanan sosial;

meningkatkan kesejahteraan masyarakat disekitar hutan, dan mencoba meningkatkan

(5)

ekonomi disekitar hutan; melestarikan hutan tanpa adanya tekanan dan menjaga hutan dengan iming-iming sama-sama untung baik masyarakat maupun hutan yang dijaga; adanya tingkatan sediaan sumber daya kehutanan bagi pengembangan sektor hutan yang semakin luas. Hal ini terbentuk dari keberhasilan upaya pemberdayaan masyarakat sekitar;

bersama memerangi pembalakan liar atau pemanfaatan hutan untuk pribadi, sehingga masyarakat sekitar dapat

melakukan hal tersebut dan berharap pemabalakan liar hutan akan berkurang, mengingat hutan di Indonesia semakin berkurang.

Sasaran dari program perhutanan sosial adalah untuk masyarakat yang bermukim di sekitar hutan dan tergantung

pada pemanfaatan sumber daya hutan dan kelestarian hutan, masyarakat yang berlahan sempit atau tidak memiliki lahan serta masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan.

Hutan Adat

Hutan Adat adalah hutan yang berada di wilayah masyarakat hukum adat (Pasal 1 angka 6 Permenlhk No. P. 32 Tahun 2015

tentang Hutan Hak). Kawasan hutan negara yang berada di dalam wilayah masyarakat hukum adat ditetapkan pemerintah sebagai Hutan Adat setelah keberadaan masyarakat hukum adat mendapat pengakuan melalui Peraturan Daerah (Pasal 67 Ayat 2 UU No.

41 Tahun 1999).

Syarat Pengajuan Hutan Adat :

1. Adanya Perda yang menyebut Masyarakat Hukum Adat (MHA) yang bersangkutan atau Perda tentang pengakuan MHA;

2. Adanya peta wilayah adat (lampiran Perda atau ditetapkan SK Bupati dengan menyebut MHA bersangkutan);

3. Profil MHA (nama, pimpinan, sejarah, hukum adat, sosial, ekonomi dan budaya);

4. Surat permohonan kepada Menteri LHK yang ditandatangani pimpinan MHA.

Hutan Desa

Hutan Desa adalah hutan negara yang berada di dalam wilayah suatu desa, dimanfaatkan oleh desa, untuk kesejahteraan masayarakat desa tersebut (Penjelasan Pasal 5 Paragraf 3 UU No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan). Hutan

(6)

Desa adalah hutan negara yang belum dibebani izin atau hak yang dikelola oleh desa dan untuk kesejahteraan masyarakat desa (Pasal 1 Angka 24 PP No. 6 Tahun 2007 Tentang Tata Hutan, Rencana Pengelolaan Hutan dan pemanfaatan Hutan).

Syarat pengajuan :

1. Adanya Perdes tentang Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD);

2. SK Kades tentang susunan pengurus LPHD;

3. Gambaran umum wilayah (fisik, sosial ekonomi dan potensi kawasan);

4. Peta usulan skala 1:50.000;

5. Surat permohonan kepada Menteri LHK ditandatangani Ketua LPHD dengan diketahui Kepala Desa.

Hutan Kemasyarakatan

Hutan Kemasyarakatan adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat (Penjelasan Pasal 5 Paragraf 4 UU No. 41 Tahun 1999 Tentang kehutanan dan Pasal 1 Angka 23 PP No. 6 Tahun 2007 Tentang Tata Hutan, Rencana Pengelolaan Hutan dan Pemanfaatan Hutan). Hutan Kemasyarakatan adalah hutan negara baik Hutan Lindung maupun Hutan Produksi yang belum dibebani izin dan pemanfaatan

utamanya ditujukan untuk pemberdayaan masyarakat.

Syarat pengajuan :

1. Daftar nama-nama pemohon dilampiri fotocopy KTP/NIK (Nomor Induk Kependudukan) dengan diketahui Kades/Lurah;

2. Gambaran umum wilayah (fisik, sosial ekonomi dan potensi kawasan);

3. Peta usulan skala 1:50.000

Hutan Tanaman Rakyat

Hutan Tanaman Rakyat (HTR) adalah tanaman pada Hutan Produksi yang dibangun oleh kelompok masyarakat untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian sumber daya hutan (Pasal 1 Angka 19 PP No. 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan, Rencana Pengelolaan Hutan dan Pemanfaatan Hutan dan Pasal 1 Angka 4 PermenLHK No. P. 83 Tahun 2016 Tentang Perhutanan Sosial.

Syarat pengajuan :

1. Surat permohonan kepada Menteri LHK ditandatangani oleh Ketua Kelompok Tani atau Ketua Gabungan Kelompok Tani atau Ketua Koperasi;

2. Daftar nama anggota Kelompok Tani/Gabungan Kelompok Tani/Koperasi berikut fotocopyKTP/NIK, Kartu

(7)

Keluarga atau surat keterangan kepala desa/lurah;

3. Gambaran umum wilayah (fisik, sosial ekonomi dan potensi kawasan;

4. Peta usulan skala 1:50.000.

Kemitraan Kehutanan

Kemitraan Kehutanan merupakan kerjasama pemanfataan kawasan hutan antara masyarakat dengan pengelola hutan (KPH, Perhutani) atau pemegang izin pemanfaatan hutan (HPH, HTI). Kemitraan merupakan kewajiban bagi pengelola hutan dan pemegang izin pemanfaatan sesuai dengan Pasal 72 PP No. 6 Tahun 2007 Tentang Tata Hutan, rencana Pengelolaan Hutan dan Pemanfaatan Hutan.

Syarat Pengajuan:

1. Pengelola atau pemegang izin mengajukan permohonan untuk melakukan kemitraan dengan masyarakat kepada Menteri dengan tembusan kepada Dirjen PSKL dan Gubernur;

2. Masyarakat calon mitra mengajukan usulan untuk bermitra kepada pengelola atau pemegang izin dengan tembusan kepada Dirjen PSKL;

3. Permohonan pengelola atau pemegang izin dan usulan masyarakat calon mitra melampirkan :

a. Jumlah kepala keluarga yang ikut bermitra;

b. KTP atau NIK atau surat keterangan tempat tinggal dari Kepala Desa Setempat;

c. Luas garapan.

Melalui Perhutanan Sosial, masyarakat dapat memiliki akses kelola hutan dan lahan yang setara dan seluas-luasnya. Dan dengan bentuk pemanfaatan hasil hutan yang sesuai prinsip kelestarian yang ramah lingkungan maka tujuan konservasi lingkungan dapat sejalan dengan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Tambahan manfaat lainnya adalah pelibatan masyarakat setempat sebagai pihak utama dan terdekat yang menjaga kelestarian hutan.

Referensi

Dokumen terkait

Grafis, Metafora, Ekspresi.. 20 Untuk memperoleh gambaran yang lebih dalam mengenai struktur wacana tersebut , berikut adalah penjelasan singkatnya. Sebuah tema bukan merupakan

Pengembangan silabus harus didasarkan pada visi, misi dan tujuan tingkat satuan pendidikan dan hasil identifikasi standar isi dan SKL yang dilakukan oleh

Menampilkan data kelas secara keseluruhan dimana admin dapat melakukan proses melihat, menambah, mengubah, menghapus data siswa baru. Berikut tampilan halaman

Dengan model rancangan arsitektur enterprise yang digunakan dalam makalah ini sepenuhnya mengadopsi pada penerapan TOGAF ADM sebagai salah satu metode yang bisa digunakan

Jika dibandingkan kadar boraks bakso tusuk dari produsen dan yang dibuat sendiri oleh pedagang menunjukkan hasil bahwa kadar boraks dari produsen lebih besar dengan kadar

Disinilah muncul fungsi positif dari konflik, karena dari konflik yang terjadi dalam perundingan perumusan PKB tersebut menghasilkan sebuah PKB yang disepakati

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (4) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha

In this paper, we simulated growth process of copper film on silicon substrate based on thermal evaporation method to get metal catalyst substrate for medium of