• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE. Tabel 5 Pengkategorian variabel penelitian Variabel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "METODE. Tabel 5 Pengkategorian variabel penelitian Variabel"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

METODE

Sumber Data, Disain, Cara Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari hasil Riskesdas 2007. Riskesdas 2007 menggunakan disain penelitian cross-sectional.

Dalam penelitian ini ditetapkan kriteria inklusi yaitu sampel pria dan wanita DKI Jakarta berusia > 20 tahun dan tidak sedang hamil bagi sampel wanita, sehingga didapatkan jumlah sampel sebesar 10834. Pengolahan dan analisis data dilakukan pada Maret-Mei 2009.

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, umur, jenjang pendidikan, pekerjaan utama, pengeluaran per kapita/bulan, berat badan, tinggi badan, lingkar perut, diagnosis hipertensi, hasil pengukuran tekanan darah, diagnosis dan gejala diabetes melitus, serta data seputar gaya hidup yang meliputi perilaku konsumsi buah dan sayur, konsumsi jeroan, makanan berlemak, makanan asin, makanan yang diawetkan, makanan/minuman manis, minuman berkafein, aktivitas fisik, gangguan mental emosional, kebiasaan merokok, dan konsumsi alkohol.

Pengolahan dan Analisis Data

Pada penelitian ini, pengolahan data dilakukan terhadap dua unit sampel, yaitu sampel pria (n=5132) dan sampel wanita (n=5702). Adapun variabel penelitian dikategorikan sebagaimana disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5 Pengkategorian variabel penelitian

Variabel Kategori pengukuran

Umur > 45 dan < 45

Status sosial ekonomi Tinggi dan rendah

Hipertensi

(1)Diagnosis tenaga kesehatan (12 bulan), (2)sistoliknya > 140 mmHg atau diastoliknya > 90 mmHg

Diabetes Melitus (1)Diagnosis tenaga kesehatan, (2)gejala

(2)

Lanjutan Tabel 5.

Variabel Kategori pengukuran

Status Gizi (1)Indeks Massa Tubuh/IMT (kurus, normal, gemuk, obes),

(2)lingkar perut (pria berisiko >90 cm, wanita >80 cm)

Konsumsi jeroan Sering(>1 kali/hari) dan jarang(<1kali/hari) makanan berlemak

makanan asin

makanan awetan

makanan/minuman manis Minuman berkafein Konsumsi gabungan

Merokok (1)Riwayat (merokok setiap hari, kadang-kadang, dulu merokok, tidak pernah),

(2)umur pertama kali merokok (<17 th dan > 17 th),

(3)jumlah batang yang dihisap/hari (>15 btg dan <15 btg),

(4)jenis rokok

Konsumsi alkohol (1)12 bulan terakhir (ya dan tidak), (2)1 bulan terakhir (ya dan tidak),

(3)frekuensi (sering (> 5 hari/minggu) dan jarang), (4)porsi (>2 satuan dan < 2 satuan), (5)jenis alkohol Gangguan mental

emosional*

Gangguan (> 6 jawaban ya) dan normal (<6 jawaban ya)

Konsumsi buah dan sayur (1)Cukup (>5 porsi/hari selama 7 hari/minggu) dan tidak cukup,

(2)frekuensi (> 3 hari/minggu dan 34 hari/minggu), (3)porsi(> 3porsi/hari dan <3 porsi/hari)

Aktivitas fisik Cukup (aktivitas berat/sedang/ringan minimal 10 menit, selama > 5 hari/minggu,

dan total waktu > 150 menit/minggu) dan tidak cukup

* Depkes (2008) **Self Reporting Questionnaire (SRQ) WHO

Analisis Univariat

Analisis univariat ini dilakukan untuk memperoleh gambaran distribusi (sebaran) dan proporsi dari berbagai variabel yang diteliti. Variabel bebas (independen) yang diuji adalah umur, kondisi sosial ekonomi, status gizi, perilaku berisiko (konsumsi jeroan, makanan berlemak, makanan asin, makanan yang diawetkan, makanan/minuman manis, minuman berkafein, gangguan mental emosional, merokok, serta konsumsi alkohol), perilaku protektif (kebiasaan

(3)

melakukan aktivitas fisik, kebiasaan konsumsi buah dan sayur). Analisis distribusi dan proporsi juga dilakukan terhadap variabel terikat (dependen) yaitu penyakit degeneratif yang terdiri dari hipertensi dan diabetes melitus.

Analisis Bivariat

Dalam analisis bivariat dilakukan analisis tabel 2x2, dengan tujuan untuk menghitung nilai odds ratio (OR), yaitu risiko relatif antara kelompok penderita dan kelompok bukan penderita. Nilai OR dapat ditentukan dengan contoh rumus berikut:

Tabel 6 Contoh tabel hubungan faktor risiko dengan hipertensi Faktor

Risiko Hipertensi Tidak hipertensi Jumlah

Kategori 1 a b a + c = n1

Kategori 2 c d c + d = n2

Jumlah a + c = m1 b + d = m2 a+b+c+d = N

Odds a/c b/d

OR = b/d

a/c = ad / bc

Keterangan:

OR = 1 berarti tidak ada hubungan antara faktor risiko dengan kejadian hipertensi OR < 1 berarti faktor tersebut dapat menurunkan risiko terkena hipertensi

OR > 1 berarti faktor tersebut dapat meningkatkan risiko terkena hipertensi

Uji kemaknaan digunakan metode chi square (Selvin, 1996). Dalam menentukan variabel yang dapat masuk ke dalam analisis regresi logistik, maka kriteria tingkat kemaknaan statistik yang dianjurkan adalah p < 0.05.

Analisis Multivariat

Untuk dapat menarik kesimpulan akhir suatu penelitian maka dilakukan perhitungan analisis multivariat. Pada studi ini dipergunakan analisis multiple logistic regression karena outcome dalam penelitian ini bersifat dikotomi. Data diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel 2003, SPSS versi 13.0 dan Minitab versi 14.0.

(4)

Tujuan utama dalam analisis multiple logistic regression adalah untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Kriteria untuk dapat dilakukan analisis regresi logistik yaitu faktor risiko yang memiliki signifikansi < 0.05 pada analisis bivariat. Sehingga beberapa faktor risiko penyakit degeneratif dengan p < 0.05 dipilih dan dimasukkan dalam kandidat model multivariat. Melalui analisis multivariat regresi logistik dapat dihitung odds ratio (OR) yang terkontrol, yaitu untuk memperkirakan besarnya risiko terjadinya penyakit degeneratif yang disebabkan oleh faktor risiko.

Cara yang digunakan dalam analisis regresi logistik ini adalah backward stepwise, yaitu dilakukan proses seleksi bertahap pada beberapa faktor risiko yang tidak memmenuhi kriteria pemodelan dimulai dari variabel (faktor risiko) yang nilai tidak signifikan terbesar, sehingga tidak ada lagi faktor risiko yang tidak dapat dikeluarkan lagi untuk kemudian menjadi model regresi logistik akhir.

Angka signifikansi yang ditetapkan adalah p < 0.05.

Definisi Operasional

Dalam penelitian ini, definisi operasional yang dipakai adalah sebagai berikut:

Status Sosial Ekonomi. Pada penelitian ini, status sosial ekonomi didekati dari variabel gabungan (komposit) pengeluaran per kapita per bulan, jenjang pendidikan dan pekerjaan utama sampel, dengan klasifikasi sebagai berikut:

Sosial Ekonomi Tinggi

Pada penelitian ini, status sosial ekonomi sampel dikatakan tinggi jika > 2 variabel sosial ekonomi (pengeluaran per kapita/bulan, jenjang pendidikan dan pekerjaan utama) terkategori tinggi. Adapun pengeluaran per orang per bulan dikategorikan tinggi jika tingkat pengeluaran sampel masuk dalam kuintil 3, 4, dan 5. Jenjang pendidikan dikatakan tinggi jika tamat SLTA atau tamat perguruan tinggi. Sedangkan pekerjaan utama yang dikategorikan tinggi antara lain TNI/POLRI, PNS, pegawai BUMN, pegawai swasta, wiraswasta/pedagang, atau pelayanan jasa.

(5)

Sosial Ekonomi Rendah

Status ekonomi sampel dikategorikan rendah jika tidak memenuhi syarat pengkategorian sebagai status sosial ekonomi tinggi seperti dijelaskan sebelumnya. Pengeluaran per orang/bulan dikategorikan rendah jika masuk ke dalam kuintil 1 dan 2. Jenjang pendidikan yang dikategorikan rendah antara lain tidak pernah sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, atau tamat SMP. Sementara pekerjaan utama yang dikategorikan rendah adalah tidak bekerja, petani, nelayan, dan buruh. Untuk sampel yang berstatus ibu rumah tangga, sekolah dan pekerjaan lainnya, dalam pengkategorian didekati berdasarkan data pengeluarannya per bulan.

Kejadian Hipertensi. Pada penelitian ini sampel dikatakan menderita hipertensi jika dalam 12 bulan terakhir pernah didiagnosis menderita hipertensi oleh tenaga kesehatan atau berdasarkan pengukuran tekanan darah nilai sistoliknya > 140 mmHg atau diastoliknya >= 90 mmHg.

Kejadian Diabetes Melitus. Sampel dikategorikan menderita diabetes melitus jika selama ini pernah didiagnosis menderita diabetes melitus oleh tenaga kesehatan atau selama ini pernah mengalami gejala banyak makan, banyak kencing, banyak minum, lemas dan berat badan turun atau menggunakan obat untuk diabetes melitus.

Gaya hidup adalah kebiasaan hidup seseorang yang terdiri dari perilaku berisiko dan perilaku protektif terhadap kejadian penyakit degeneratif. Perilaku berisiko antara lain: konsumsi jeroan, makanan berlemak, makanan asin, makanan yang diawetkan, makanan/minuman manis, minuman berkafein, gangguan mental emosional, kebiasaan merokok, serta konsumsi alkohol. Sedangkan perilaku protektif adalah aktivitas fisik dan konsumsi buah dan sayur.

Status Gizi. Status gizi diukur dengan menggunakan indeks massa tubuh (IMT) dan pengukuran lingkar perut. IMT dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut (WHO, 1995):

(6)

Indeks Massa Tubuh = Berat Badan (kg)______

(Tinggi Badan x Tinggi Badan) (m2)

Klasifikasi status gizi orang dewasa menurut Departemen Kesehatan (1996) disajikan dalam Tabel 4. Lingkar perut juga merupakan antropometri yang sangat menunjang untuk mengidentifikasi seseorang yang kelebihan status gizi. Lingkar perut dinilai berisiko pada laki-laki jika angkanya > 90 cm dan dinilai berisiko pada wanita jika > 80 cm (WHO Asia, 2000).

Perilaku konsumsi buah dan sayur. Perilaku konsumsi buah dan sayur dalam penelitian ini diamati berdasarkan tiga pendekatan: Pertama, menggunakan kategori “cukup” dan “tidak cukup” dengan menggabungkan frekuensi dan porsi konsumsi buah dan sayur. Seseorang dikatakan “cukup” mengkonsumsi buah dan sayur jika total konsumsi buah dan sayur per harinya > 5 porsi dan dilakukan selama 7 hari setiap minggunya. Sampel yang tidak memenuhi kriteria tersebut dikategorikan sebagai “tidak cukup”. Kedua, menggunakan kategori total frekuensi konsumsi buah dan sayur yaitu > 3 hari/minggu dan < 3 hari/minggu.

Ketiga, menggunakan kategori total porsi konsumsi buah dan sayur yaitu > 3 porsi/hari dan < 3 porsi per hari.

Perilaku konsumsi makanan berisiko. Dalam penelitian ini, yang dimaksud makanan berisiko adalah jeroan, makanan berlemak, makanan asin, makanan yang diawetkan, makanan/minuman manis, minuman berkafein.

Masing-masing perilaku konsumsi makanan berisiko dikategorikan menjadi

“sering” jika frekuensi konsumsi > 1 kali per hari, dan selainnya dikategorikan

“jarang”.

Kebiasaan minum alkohol. Kebiasaan minum alkohol yang dimaksud dalam penelitian ini adalah yang terkait dengan kebiasaan konsumsi alkohol 12 bulan terakhir, konsumsi alkohol 1 bulan terakhir, frekuensi konsumsi, jenis minuman yang dikonsumsi dan rata-rata satuan minum dalam 1 hari. Frekuensi konsumsi alkohol 1 bulan terakhir dengan kategori “sering” jika konsumsi dilakukan selama > 5 hari setiap minggunya. Jenis minuman beralkohol yang

(7)

sering dikonsumsi yang terdiri dari bir, whisky/vodka, anggur/wine dan minuman tradisional. Sementara rata-rata satuan minuman standar dalam 1 hari dianalisis terhadap sampel yang rata-rata minum per harinya > 2 satuan dan < 2 satuan

Kebiasaan Merokok. Kebiasaan merokok yang dimaksud dalam penelitian ini adalah yang terkait dengan kebiasaan merokok/mengunyah tembakau selama 1 bulan terakhir, umur pertama kali mulai merokok/mengunyah tembakau setiap hari, jumlah batang rokok/tembakau yang dihisap/dikunyah per hari, dan jenis rokok/tembakau yang biasa dikonsumsi. Kebiasaan merokok selama 1 bulan terakhir dikategorikan sebagai berikut: merokok setiap hari, merokok kadang-kadang, sebelumnya pernah merokok, dan tidak pernah merokok. Umur pertama kali merokok dikategorikan > 17 tahun dan < 17 tahun.

Jumlah rokok yang dihisap dikategorikan menjadi > 15 batang/hari dan < 15 batang/hari. Sedangkan jenis rokok/tembakau yang dihisap/dikunyah meliputi rokok kretek dengan filter, rokok kretek tanpa filter, rokok putih, rokok linting, cangklong, cerutu, dan tembakau kunyah.

Gangguan Mental Emosional adalah kondisi kesehatan mental seseorang yang dinilai berdasar kondisi satu bulan terakhir, dinilai dengan Self Reporting Questionnaire (SRQ) yang terdiri dari 20 butir pertanyaan. Berdasar uji validitas yang dilakukan Hartono (1995), dimana seseorang dikategorikan mengalami gangguan mental emosional jika terhadap 20 pertanyaan tersebut minimal 6 pertanyaan dijawab ’ya’.

Kebiasaan melakukan aktivitas fisik. Kebiasaan melakukan aktivitas fisik dalam penelitian ini terkait dengan kebiasaan melakukan aktivitas fisik, frekuensi dalam seminggu, total waktu melakukan aktivitas fisik tersebut.

Aktivitas fisik dikatakan “cukup” jika seseorang biasa melakukan aktivitas fisik berat atau sedang atau bersepeda kayuh/jalan kaki secara terus-menerus minimal 10 menit dan dilakukan > 5 hari per minggunya dengan total waktu melakukannya

> 150 menit, dengan pembobotan waktu untuk aktivitas ringan : sedang : berat adalah 1 : 2 : 4

Referensi

Dokumen terkait

Kami akusisi pada September 2018, sehingga baru di tahun 2019 baru penuh dan secara total penjualan akan mencapai 1,4 triliun dengan pertambahan produksi dari Lukas. Pertumbuhan

Pada saat database yang sudah terenkripsi dilakukan proses dekripsi maka database yang tadinya tidak dapat dibaca akan kembali seperti semula tanpa perubahan

Penganalisaan atau pengujian hasil pembahasan adalah dengan mereduksi liratur yang telah ada untuk kemudian menjadi landasan berpikir dalam mendeskripsikan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih kedelai asal pemupukan susulan dengan dosis 100 kg/ha menghasilkan viabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pupuk susulan

sebagai berikut: sebuah struktur yang sangat organik dengan minimal formalisasi; spesialisasi pekerjaan yang tinggi berdasar pendidikan formal; para spesialis akan memiliki

Daun koka, daun yang belum atau sudah dikeringkan atau dalam bentuk serbuk dari semua tanaman genus Erythroxylon dari keluarga Erythroxlylaceae yang menghasilkan kokain

Meski ada perubahan kewenangannya yang luar biasa namun masih ada kewenangan-kewenangan yang masih perlu dibanggakan oleh MPR seperti Pasal 3 Ayat 1 berbunyi:

Faktor dominan disini adalah melakukan kontrol terhadap proses produksi secara berkala dan analisis data yang keat didasarkan pada data yang valid, yang terbebas dari