• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI MODEL SEDERHANA PENGELOLAAN USAHA UNTUK KELOMPOK WANITA TANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IMPLEMENTASI MODEL SEDERHANA PENGELOLAAN USAHA UNTUK KELOMPOK WANITA TANI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

57

IMPLEMENTASI MODEL SEDERHANA PENGELOLAAN USAHA UNTUK KELOMPOK WANITA TANI

Luciana Triani Dewi, Ign. Luddy Indra Purnama, Deny Ratna Yuniartha Program Studi Teknik Industri

Universitas Atma Jaya Yogyakarta Email: triani.dewi@mail.uajy.ac.id

ABSTRAK

Kelompok Wanita Tani (KWT) perlu diupayakan potensinya untuk dapat menunjang perekonomian keluarga. Permasalahan yang dihadapi pada umumnya adalah kurangnya pengetahuan dan ketrampilan anggota untuk berwirausaha. Makalah ini menjelaskan tentang implementasi konsep model pengelolaan usaha pada KWT yang berpotensi untuk berwirausaha. Studi dilakukan di sebuah KWT di Sleman, DIY.

Model pengelolaan usaha yang dikembangkan meliputi pencatatan kegiatan usaha dan pengelolaan keuangan usaha. Konsep pengelolaan usaha disesuaikan dengan kemampuan dan karakter anggota KWT.

Studi pengembangan model pengelolaan usaha diterapkan pada kasus diversifikasi usaha yang dijalankan KWT yaitu produksi tepung pisang, serbuk daun kelor, dan serbuk daun sirsak. Pencatatan kegiatan usaha dikembangkan dalam bentuk formulir dan jadwal pencatatan sesuai karakteristik produksi. Pengelolaan keuangan usaha yang dikembangkan adalah model Tiga Dompet yang memisahkan kas keuangan dalam tiga bagian yaitu kas modal berputar, kas modal investasi dan kas keuntungan/ laba.

Kata kunci:kelompok wanita tani, wirausaha, pengelolaan usaha

ABSTRACT

Implementation of Simple Bussiness Management Model for Women Farmer Group

Women farmer group (KWT) need to be developed their capability in supporting family economic. Commonly, the problem faced by KWT is the lack of knowledge and skill in entrepreneurship. This paper describes the implementation of business management model at KWT that has potential for entrepreneurship. The study was conducted in a KWT in Sleman, Yogyakarta. The business management model that was developed consists of: business activities recording and financial management. The concept of business management was adapted to the abilities and character of KWT members. Study development of business management model was applied in the case of product diversification, i.e. banana flour, moringa leaf powder, and soursop leaf powder. Form adn schedule were developed to record the business activities according to the characteristics of production. Financial management that implemented in KWT was‘Three Purses’ model that separate cash flow into three parts:current capital, investments and profit.

Keywords: women farmer group, entrepreneur, bussiness management

LATAR BELAKANG

Kelompok masyarakat yang terdiri dari para perempuan perlu diupayakan potensinya untuk dapat menunjang perekonomian keluarga. Kelompok Wanita Tani (KWT) merupakan salah satu unsur kelembagaan non struktural di pedesaan yang dibentuk secara mandiri oleh perempuan-

(2)

58

perempuan penduduk desa setempat. Keberadaan KWT bagi suatu wilayah merupakan salah satu unsur penting sebagai penggerak bagi perekonomian masyarakat pedesaan khususnya dalam hal peningkatan produksi pangan dan pertanian serta pengembangan usaha (Istiqomah & Fitrijati, 2015 ; Nurmayasari, 2014 ; Ervinawati dkk., 2015). Terkait dengan pengembangan usaha, KWT dapat berperan dalam mengolah sumber-sumber pangan lokal pedesaan menjadi produk dengan peningkatan nilai ekonomis (Suryana, 2011). Akan tetapi pengembangan usaha oleh KWT sering kali terkendala masalah minimnya pengetahuan manajemen usaha. Manajemen yang terstruktur sangat dibutuhkan untuk menjalankan usaha, termasuk usaha skala kecil sekalipun (Nur, 2002).

Pembukuan dilakukan untuk mengetahui perkembangan usaha, peningkatan dan penurunan pendapatan, keseimbangan usaha, catatan inventaris, peningkatan dan penurunan kualitas sumber daya. Pembukuan juga memungkinkan untuk menumbuhkan dan meningkatkan pemahaman (motivasi) tentang pentingnya pembukuan usaha untuk mempermudah pemantauan kondisi suatu usaha. Suatu kegiatan usaha akan berjalan lancar, jika dalam pengaturan administrasi usaha dapat tertata dengan baik. Makalah ini memaparkan tentang model pengelolaan usaha untuk kelompok wanita tani. Model pengelolaan usaha yang dikembangkan merupakan model sederhana yang disesuaikan dengan karakteristik usaha dan sumber daya KWT yang terbatas. Studi dilakukan di suatu KWT di Kabupaten Sleman yang sedang mengembangkan diversifikasi usaha dengan melakukan produksi tepung pisang, serbuk daun kelor dan serbuk daun sirsak.

MASALAH

KWT mengolah sumber pangan lokal desa menjadi produk dengan peningkatan nilai ekonomis. Sumber pangan lokal berupa pisang, daun kelor, dan daun sirsak cukup berlimpah dan selama ini masih terbatas pemanfaatannya. Pendampingan awal yang diberikan pada KWT sebelumnya telah berhasil meningkatkan kemampuan mengolah sumber-sumber pangan tersebut menjadi produk yang bernilai ekonomis dan dibutuhkan masyarakat, yaitu: tepung pisang, serbuk daun kelor, dan serbuk daun sirsak. Selanjutnya KWT menjalankan usaha produksi produk- produk tersebut di samping kegiatan lain yang dijalankan sebelumnya. KWT beranggotakan ibu- ibu dan perempuan yang tinggal di lokasi padukuhan. Pada umumnya tingkat pendidikan anggota relatif rendah. Selama ini KWT menjalankan usaha tanpa pencatatan sama sekali, baik pencatatan produksi, keuangan maupun kegiatan-kegiatan KWT. Pengelolaan usaha yang tidak terstruktur dan tanpa pencatatan dapat menimbulkan permasalahan. Terlebih usaha yang melibatkan banyak orang di dalamnya. Pencatatan usaha dibutuhkan untuk identifikasi perkembangan usaha, penurunan, atau peningkatan pendapatan, dokumentasi inventaris, pemantauan aktivitas usaha, dan berbagai manfaat lain bagi operasional usaha.

METODE PELAKSANAAN

Kegiatan administrasi kantor merupakan fungsi dalam usaha yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan operasi pekerjaan untuk dapat memaksimalkan pekerjaan yang bersifat ketatausahaan. Pembukuan usaha adalah seperangkat catatan atau dokumentasi (administrasi) yang menyangkut tentang semua kegiatan yang dilakukan, kondisi keuangan dan hal apapun yang bersangkutan dengan suatu usaha (Wibowo, 2012). Model pengelolaan usaha yang diimplementasikan di KWT merupakan model sederhana. Model sederhana yang dimaksud adalah model pengelolaan usaha dengan menyesuaikan kondisi usaha dan kemampuan sumber daya manusia yang ada. Model dimodifikasi sedemikian rupa sehingga tidak rumit dan mudah dipahami

(3)

59

dalam implementasinya. Meskipun demikian, model ini tidak meninggalkan kaidah-kaidah penting dalam pengelolaan usaha yang efektif dan efisien. Dengan konsep sederhana dan mengakomodasi kemampuan anggota, model pengelolaan usaha terjamin dalam pelaksanaan dan keberlanjutannya.

Model pengelolaan usaha diimplementasikan untuk produksi tepung pisang, serbuk daun kelor, dan serbuk daun sirsak yang baru dilakukan oleh KWT. Model pengelolaan usaha yang diimplementasikan terdiri dari dua bagian, yaitu pencatatan kegiatan usaha dan pengelolaan keuangan. Pencatatan kegiatan usaha meliputi jadwal produksi, hasil produksi, dan volume penjualan. Pengelolaan keuangan meliputi pembukuan dan perencanaan keuangan usaha. Tahapan yang dilakukan dalam implementasi meliputi: (1) identifikasi karakteristik sumber daya usaha, (2) identifikasi karakteristik produksi, (2) simulasi model (3) uji coba, dan (4) evaluasi. Gambar 1 menunjukkan diagram alir metodologi.

Gambar 1. Diagram Alir Metodologi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil identifikasi karakteristik sumber daya menunjukkan bahwa anggota KWT terdiri dari ibu-ibu padukuhan yang pada umumya ibu rumah tangga atau petani. Tingkat pendidikan anggota KWT pada level menengah ke bawah. Beberapa anggota berpendidikan rendah. Pada umumnya mereka memiliki ketrampilan dalam bidang pertanian, peternakan, dan pengolahan makanan. Secara umum anggota KWT tidak menguasai komputer dengan baik. Disamping itu juga, KWT tidak memiliki perangkat komputer yang dapat digunakan untuk mengelola usaha. Oleh karena itu model pengelolaan usaha yang sesuai adalah model berbasis kertas (paper based model).

Karakterisasi produksi KWT menunjukkan KWT menjalankan produksi tepung pisang, serbuk daun kelor, dan serbuk daun sirsak secara kolektif. Setiap anggota melakukan proses produksi secara mandiri di rumah masing-masing dan hasil produksinya dikumpulkan untuk selanjutnya dipasarkan. Karena proses dijalankan masing-masing, maka kualitas produk yang dihasilkan juga beragam. Pada saat pengumpulan hasil, produk akan diklasifikasikan menurut

(4)

60

kualitasnya dan harga jual produk ditentukan sesuai dengan kualitasnya. Setiap anggota bebas menentukan sendiri kuantitas produksinya sesuai dengan waktu yang tersedia masing-masing anggota. Kuantitas yang dihasilkan masing-masing anggota tidak sama, demikian juga kualitas yang dihasilkan satu anggota tidak konstan setiap waktu. Adakalanya kelompok dapat menghasilkan produk dalam jumlah banyak, adakalanya produk yang dihasilkan sedikit. Untuk kualitas, kelompok mengupayakan agar anggota dapat menghasilkan produk dengan kualitas yang baik. Hal ini diupayakan dengan mengadakan pelatihan tentang produksi yang baik dengan melibatkan narasumber yang kompeten. Meskipun demikian, pada kenyataannya kualitas produk yang dihasilkan anggota tetap beragam.

Pencatatan kegiatan usaha dijalankan sesuai dengan model berbasis kertas menyesuaikan karakteristik sumber daya KWT. Bentuk pencatatan berupa logbook untuk catatan kegiatan atau bentuk tabulasi untuk data-data produksi dan penjualan. Tugas pencatatan dilakukan dengan pembagian kerja antar anggota. Catatan kegiatan usaha dapat dibuat dalam bentuk lembaran atau dibuat dalam satu buku. Karena keterbatasan sumber daya, catatan tidak dibuat format ketikan tetapi dalam bentuk tulisan tangan. Tabel 1 menunjukkan contoh tabulasi pencatatan produksi dan penjualan yang diimplementasikan di KWT. Pencatatan produksi dan penjualan dilakukan sekali setiap bulan, yaitu saat anggota melakukan penyetoran hasil ke kelompok dan saat KWT melakukan penjualan ke agen. Dengan catatan ini dapat dimonitor jumlah produksi dan penjualan yang diperoleh untuk masing-masing anggota.

Tabel 1. Tabulasi pencatatan produksi dan penjualan Nama

Anggota

PRODUKSI PENJUALAN

tgl Jumlah kualitas tgl jumlah kualitas harga

Pengelolaan keuangan dengan menggunakan model yang sederhana sesuai dengan karakter dan kemampuan anggota KWT yang mayoritas ibu rumah tangga dengan tingkat pendidikan menengah ke bawah. Model pengelolaan keuangan yang dikenalkan yaitu model Tiga Dompet.

Model Tiga Dompet dilakukan dengan cara memisahkan keuangan usaha dalam tiga jenis kas, yaitu: kas modal berputar, kas modal investasi dan kas keuntungan/laba. Setiap pengeluaran dipisahkan dengan menempatkan pada tiga tempat (dompet) terpisah. Kas modal berputar diperuntukkan pengeluaran terkait pembelian bahan-bahan yang dibutuhkan untuk aktivitas produksi seperti pembelian bahan, kemasan dan lain-lain. Kas modal investasi diperuntukkan pengeluaran terkait investasi untuk pengembanagan usaha. Misalnya penggantian alat jika ada kerusakan, biaya servis alat atau penambahan alat baru. Kas laba merupakan keuntungan usaha yang bisa dibagi untuk anggota dan kas kelompok. Kas laba ini mungkin belum terisi pada tahap awal jika kebutuhan modal berputar atau modal investasi masih belum terpenuhi. Dengan berjalannya usaha dan makin berkembang, maka kas laba akan terisi dan mungkin menjadi besar yang mencerminkan keberhasilan usaha. Diagram model pengelolaan keuangan yang diperkenalkan dapat dilihat pada Gambar 2. Untuk memudahkan pemahaman anggota KWT, dilakukan simulasi implementasi Model Tiga Dompet dengan melibatkan seluruh anggota.

(5)

61

Gambar 2. Diagram Model Pengelolaan Keuangan KWT

Guna memudahkan pemahaman model keuangan ini, dilakukan simulasi untuk usaha produksi tepung pisang, serbuk daun sirsak, dan serbuk daun kelor oleh KWT. Disimulasikan KWT membuat tepung pisang dengan modal pinjaman sebesar Rp 50.000. Dihasilkan sejumlah tepung pisang yang terjual dengan harga Rp 100.000. Hasil penjualan dibagi dalam 3 dompet yaitu Rp 70.000 masuk ke dompet 1 (modal berputar), Rp 15.000 masuk ke dompet 2 (modal investasi) dan Rp 15.000 masuk dompet 3 (laba). Untuk produksi periode berikutnya, KWT melakukan belanja bahan dengan jumlah yang sama Rp 50.000 dan membayar cicilan pinjaman Rp 20.000. Pengeluaran ini diambilkan dari dompet 1 sesuai dengan jenis pengeluaran yaitu modal berputar. Selanjutnya pendapatan dari hasil penjualan periode ini kembali ditempatkan di setiap dompet seperti siklus yang pertama. Tentunya isi dompet akan ada penambahan jika produksi dan penjualan lancar. Demikian selanjutnya dengan mekanisme yang sama secara terus menerus. Tahap akhir kegiatan adalah evaluasi hasil uji coba agar dapat dipikirkan langkah pencegahan dan perbaikannya. Model sederhana pengelolaan usaha yang diperkenalkan dapat dimanfaatkan oleh KWT untuk memonitor jalannya usaha sekaligus dapat digunakan sebagai basis perencanaan pengembangan usaha. Model yang diperkenalkan merupakan model yang sederhana dan disesuaikan dengan karakteristik KWT sehingga mudah dalam pelaksanaannya.

Namun demikian, model pengelolaan usaha yang diimplementasikan masih terdapat beberapa kelemahan. Model ini masih sangat mengandalkan kecermatan manusia dalam mencatat dan mengkalkulasi nilai-nilai. Ketidakcermatan dalam pencatatan dan kalkulasi memungkinkan terjadi kesalahan dalam pengelolaan usaha. Untuk mengatasinya, perlu dilakukan koreksi berlapis antar anggota untuk setiap pencatatan yang dilakukan. Pengarsipan data dan dokumen dalam bentuk kertas juga menuntut ketelitian dalam pengarsipan dan penyimpanannya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Model pengelolaan usaha sederhana dapat diimplementasikan dengan memperhatikan karakteristik sumber daya yang dimiliki KWT. Dengan menerapkan model pengelolaan usaha yang terstruktur, meskipun dalam bentuk yang sederhana, KWT dapat melakukan pemantauan jalannya usaha dengan lebih baik. Selanjutnya KWT dapat melakukan perencanaan untuk pengembangan usaha berdasarkan model pengelolaan usaha yang diimplementasikan.

(6)

62

DAFTAR PUSTAKA

Ervinawati, V., Fatmawati & Indri, E.L. (2015). Peranan Kelompok Wanita Tani Perdesaan Dalam MenunjangPendapatan Keluarga. Jurnal Tesis PMIS-UNTAN-PSS 2015

Istiqomah, Fitrijati, K.R. (2015). Empowerment Of Women Farmer GroupsTo Promote Rural Development In Central Java, Indonesia. IJABER 13(7); 5421-5433

Nur. (2002). Pentingkah Manajemen Dalam Home Industri? Jurnal Manajemen Maranatha 3 (Nov 2002). 165-178

Nurmayasari, D. (2014). Peran Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Laras Asri Pada Peningkatan Kesejahteraan Keluarga. Journal of Non Formal Education and Community Empowerment 3 (2) ; 16-21

Suryana, A.(2011). Sambutan Kepala Badan Ketahanan Pangan, pada pertemuan “Pengembangan Pangan Lokal dan Pusat Kajian Makanan Tradisional (PKMT)”, Manado, 25-27 Mei 2011.

Wibowo, S.(2012).Pedoman Mengenal Perusahaan Kecil. Seri Industri Kecil. Penebar Swadaya, Depok

SESI TANYA JAWAB

Nama Pemakalah

Nama Penanya

Asal

Institusi Isi Pertanyaan Jawaban

Deny Ratna Yuniartha

Ambar Rukmini

Universitas Widya Mataram

1. Apakah agen pengumpul melakukan pengolahan lebih lanjut terhadap produk yang dihasilkan ?

2. Bagaimana prospek pemasarannya, khususnya untuk serbuk daun kelor dan serbuk daun sirsak ?

3. Apakah produk tersebut sudah terstandarisasi ?

1.Mempunyai kenalan untuk mengolah lanjut terhadap produk. Misalnya Daun kelor untuk produk-produk herbal.

2.Punya link untuk

menjual/memasarkan serbuk daun kelor dan daun sirsak. Prospek pemasaran daun kelor sangat bagus biasanya untuk permintaan obat- obatan.

3. Belum. Selama ini agen yang melihat kulaitas yang layak dijual.

Kedepan diharapkan pendampingan utk standarisasi.

Aniek P.

UKDW

4. Apakah ada kendala dengan pendampingan kelompok dan bagaimana cara mengatasinya ? 5. Bagaimana evaluasi

efektivitas program ?

4. Kendala yang ada adalah dari pemberi pendampingan, biasanya karena kendala waktu dan pekerjaan.

Tetapi kendala dengan kelompok tidak ada malah anggota KWT menanggapi pendampingan yang diberikan.

5. Evaluasi efektivitas program dilihat dari tidak adanya konflik yang terjadi (kriteria efektivitas dari kami)

Pencatatan yang dilakukan ibu-ibu dari buku juga dapat dievaluasi.

Referensi

Dokumen terkait

Wawancara dengan 4 orang pengguna dilakukan untuk mengetahui persepsi mereka terhadap tiga dimensi kualitas, dimensi penggunaan, dan kepuasan pengguna pada model

Untuk mengetahui perbedaan peningkatan ditinjau dari kemampuan awal matematika (KAM) dan pembelajaran antara siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan pembelajaran

Pada penelitian dengan tikus yang diinduksi hipoksia selama 1, 3, 7, dan 14 hari di jaringan paru, ditemukan kadar ALT (Alanin Transfaminase) pada hipoksia

Meningkatnya hasil pada pertemuan II ke pertemuan III didukung oleh pembelajaran yang aktif, kreatif, serta menyenangkan sehingga siswa menjadi aktif bertanya hal yang sulit

Telah jelas, bahwa proses kerja penelitian yang dilakukan para pengkaji terdahulu itu berkisar tentang seputar perkawinan Samin, pandangan hidup orang samin (Samin), dan

Mereka yang sungguh-sunggu hidup di antara rakyat, mengetahui dengan nyata bahwa altruisme (sifat mengedepankan kepentingan orang lain ) yang tampak di dalam masyarakat kita

Berdasarkan pemaparan sebelumnya pada butir 1.9 dapat dilihat bahwa penelitian ini dilatarbelakangi kerangka konseptual bahwa metafora muncul sebagai tanda bahasa yang

Penanganan kerusakan jalan berdasarkan jenis kerusakan yang terjadi seperti, lubang, legokan, retak dan alur pada ruas jalan lingkar utara Kabupaten sragen, yang perlu