• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI MAMASA PROVINSI SULAWESI BARAT. PERATURAN BUPATI MAMASA Nomor 23 Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BUPATI MAMASA PROVINSI SULAWESI BARAT. PERATURAN BUPATI MAMASA Nomor 23 Tahun 2016"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI MAMASA

PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN BUPATI MAMASA

Nomor 23 Tahun 2016 TENTANG

PERCEPATAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN MAMASA TAHUN 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAMASA,

Menimbang : a. bahwa dalam pelaksanaan otonomi Daerah, pendidikan merupakan urusan wajib yang menjadi wewenang dan tanggungjawab Pemerintah Daerah, sehingga pemerintah daerah berwenang mengatur penyelenggaraan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan untuk mewujudkan pemerataan dan perluasan akses, peningkatan mutu, relevansi dan daya saing serta penguatan tata kelola, akuntabilitas pengelolaan pendidikan;

b. bahwa untuk menjamin tercapainya penyelenggaraan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan untuk mewujudkan pemerataan dan perluasan akses, peningkatan mutu, relevansi dan daya saing serta penguatan tata kelola, akuntabilitas pengelolaan pendidikan, perlu dilakukan upaya percepatan pemenuhan standar pelayanan minimal pendidikan dasar;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b tersebut di atas dipandang perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Percepatan Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal Pendidikan dasar.

Megingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-UndangNomor 11 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Mamasa dan Kota Palopo di Propinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4186);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

4. Undang-UndangNomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

(2)

5. Undang-UndangNomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5233);

6. Undang-UndangNomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

7. Undang-UndangNomor 14 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 278, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5767);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496);

9. PeraturanPemerintahNomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5105);

13. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal;

(3)

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal;

16. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan;

17. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar Di Kabupaten/Kota;

18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;

19. Peraturan Daerah Kabupaten Mamasa Nomor 22 Tahun 2014 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Mamasa;

20. Peraturan Daerah Kabupaten Mamasa Nomor 6 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Mamasa Tahun Anggaran 2016.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BUPATI MAMASA TENTANG PERCEPATAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN MAMASA

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Mamasa.

2. Bupati adalah Bupati Mamasa.

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Mamasa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

5. Dinas adalah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mamasa.

6. Kantor adalah Kantor Kementerian AgamaKabupaten Mamasa.

7. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

8. Pemerintah pusat selanjutnya disebut Pemerintah adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama yang bertindak selaku Menteri Teknis yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sistem pendidikan di Indonesia.

9. Daerah otonom selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

10. Standar pelayanan minimal pendidikan selanjutnya disebut SPM pendidikan adalah tolok ukur kinerja pelayanan pendidikan melalui jalur pendidikan formal yang diselenggarakan daerah Kabupaten Mamasa.

(4)

11. Pengembangan kapasitas adalah upaya meningkatkan kemampuan sistem atau sarana dan prasarana, kelembagaan, personil, dan keuangan untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemerintahan dalam rangka mencapai tujuan pelayanan dasar dan/atau SPM Pendidikan secara efektif dan efisien dengan menggunakan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik.

12. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara, yang diselenggarakan di Kabupaten Mamasa

13. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.

14. Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan.

15. Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.

16. Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan formal yang diselenggarakan pada satuan pendidikan berbentuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah, atau bentuk lain yang sederajat.

17. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah Kabupaten Mamasayang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

18. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnya disebut APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.

BAB II

MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP Pasal 2

Maksud Percepatan Pemenuhan Standar Pelayanan Pendidikan Dasar adalah Sinkronisasi, kerjasama dan konsistensi pencapaian target standar pelayanan minimal pendidikan dasar di seluruh wilayah Kabupaten Mamasa.

Pasal 3

Tujuan Percepatan Pemenuhan SPM Pendidikan Dasar adalah menjamin terwujudnya mutu pendidikan melalui pemerataan pendidikan dasar sembilan tahun kepada seluruh masyarakat Kabupaten Mamasa.

Pasal 4

Ruang lingkup Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar meliputi :

a. Penyelenggaraan Pelayanan pendidikan dasar oleh Pemerintah Kabupaten Mamasa C.q. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama Kabupaten Mamasa.

b. Penyelenggaraan Pelayanan Pendidikan dasar oleh satuan pendidikan dasar.

(5)

BAB III

STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR Pasal 5

Penyelenggaraan pelayanan Pendidikan dasar yang menjadi urusan wajib pemerintah Kabupaten Mamasa sebagaimana yang dimaksud pada pasal 4 huruf a, yaitu :

1. Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki yaitu maksimal 3 km untuk SD/MI dan 6 km untuk SMP/MTs, dari kelompok permukiman permanen di daerah terpencil;

2. Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD/MI tidak melebihi 32 orang, dan untuk SMP/MTs tidak melebihi 36 orang. Untuk setiap rombongan belajar tersedia 1 (satu) ruang kelas yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk peserta didik dan guru, serta papan tulis;

3. Di setiap SMP/MTs, tersedia ruang laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk 36 peserta didik dan minimal satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik;

4. Di setiap SD/MI dan SMP/MTs, tersedia satu ruang guru yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah dan staf kependidikan lainnya; dan di setiap SMP/MTs, tersedia ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru.

5. Di setiap SD/MI tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32 peserta didik dan 6 (enam) orang guru untuk setiap satuan pendidikan, dan untuk daerah khusus 4 (empat) orang guru setiap satuan pendidikan;

6. Di setiap SMP/MTstersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap mata pelajaran, dan untuk daerah khusus tersedia satu orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran;

7. Di setiap SD/MI tersedia 2 (dua) orang guru yang memenuhi kualifikasi akademik S1 atau D-IV dan 2 (dua) orang guru yang telah memiliki sertifikat pendidik;

8. Di setiap SMP/MTstersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D- IV sebanyak 70% dan separuh diantaranya (35% dari keseluruhan guru) telah memiliki sertifikat pendidik, untuk daerah khusus masing-masing sebanyak 40% dan 20%;

9. Di setiap SMP/MTstersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D- IV dan telah memiliki sertifikat pendidik masing-masing satu orang untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris;

10. Semua kepala SD/MI berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik;

11. Semua kepala SMP/MTsberkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik;

12. Semua pengawas sekolah dan madrasah memiliki kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik;

13. Pemerintah Daerah Kabupaten Mamasa dalam hal ini Dinas pendidikan menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan untuk membantu satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif; dan

14. Kunjungan pengawas ke satuan pendidikan dilakukan satu kali setiap bulan dan setiap kunjungan dilakukan selama 3 jam untuk melakukan supervisi dan pembinaan.

Pasal 6

Penyelenggaraan pelayanan Pendidikan dasar yang menjadi urusan wajib Satuan Pendidikan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 4 huruf b, yaitu :

(6)

1. Setiap SD/MI menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan IPS dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik;

2. Setiap SMP/MTsmenyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup semua mata pelajaran dengan perbandingan satu set untuk setiap perserta didik;

3. Setiap SD/MI menyediakan satu set peraga IPA dan bahan yang terdiri dari model kerangka manusia, model tubuh manusia, bola dunia (globe), contoh peralatan optik, kit IPA untuk eksperimen dasar, dan poster/carta IPA;

4. Setiap SD/MI memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku referensi, dan setiap SMP/MTsmemiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 buku referensi;

5. Setiap guru tetap bekerja 37,5 jam per minggu di satuan pendidikan, termasuk merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing atau melatih peserta didik, dan melaksanakan tugas tambahan;

6. Satuan pendidikan menyelenggarakan proses pembelajaran selama 34 minggu per tahun dengan kegiatan tatap muka sebagai berikut :

a) Kelas I – II : 18 jam per minggu;

b) Kelas III : 24 jam per minggu;

c) Kelas IV - VI : 27 jam per minggu; atau d) Kelas VII - IX : 27 jam per minggu;

7. Satuan pendidikan menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sesuai ketentuan yang berlaku;

8. Setiap guru menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan silabus untuk setiap mata pelajaran yang diampunya;

9. Setiap guru mengembangkan dan menerapkan program penilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik;

10. Kepala sekolah melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester;

11. Setiap guru menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil penilaian setiap peserta didik kepada kepala sekolah pada akhir semester dalam bentuk laporan hasil prestasi belajar peserta didik;

12. Kepala sekolah atau madrasah menyampaikan laporan hasil ulangan akhir semester (UAS) dan Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) serta ujian akhir (US/UN) kepada orang tua peserta didik dan menyampaikan rekapitulasinya kepada Dinas Pendidikan KabupatenMamasa atau Kantor Kementerian Agama di kabupatenMamasa pada setiap akhir semester; dan 13. Setiap satuan pendidikan menerapkan prinsip-prinsip manajemen berbasis

sekolah (MBS).

BAB IV

PENGORGANISASIAN Pasal 7

(1) Bupati bertanggungjawab dalam penyelenggaraan pelayanan pendidikan dasar sesuai SPM melalui Satuan kerja Perangkat daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan.

(2) Penyelenggaraan pelayanan Pendidikan dasar sesuai SPM Pendidikan sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 ayat 1 dikoordinasikan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan Kantor Kementerian Agama kabupaten Mamasa.

(3) Penyelenggaraan pelayanan pendidikan dasar sesuai SPM pendidikan pada tingkat satuan pendidikan dilaksanakan oleh Kepala Sekolah/Madrasah Pendidik dan tenaga Kependidikan sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan.

(7)

BAB V

LANGKAH-LANGKAH PERCEPATAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Bagian Kesatu Perencanaan

Pasal 8

(1) Dalam hal Perencaaan Percepatan Pemenuhan SPM Pendidikan Dasar dilakukan tahapan kegiatan sebagai berikut:

a. Pembentukan Tim Teknis Percepatan Pemenuhan SPM Pendidikan Dasar tingkat Kabupaten.

b. Penyusunan Rencana Kerja Tahunan Tim Teknis Percepatan Pemenuhan SPM Pendidikan Dasar.

c. Penyusunan Format Pengukuran Pencapaian SPM Pendidikan dasar.

d. Pelatihan Tim Teknis Kabupaten tentang tatacara pengisian Format pengukuran Pencapaian SPM Pendidikan Dasar.

e. Melaksanakan Sosialisasi tentang SPM Pendidikan Dasar kepada seluruh Pemangku Kepentingan di tingkat kabupaten dan kecamatan.

(2) Pengaturan lebih lanjut mengenai tugas dan tanggungjawab Tim Teknis Kabupaten sesuai dengan Pasal 8 ayat 1 point a, akan ditetapkan melalui Keputusan Bupati.

(3) Biaya operasional Tim Teknis teknis Kabupaten dianggarkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Mamasa.

Bagian kedua Pelaksanaan

Pasal 9

(1) Dalam hal Pelaksanaan Percepatan Pemenuhan SPM Pendidikan Dasar dilakukan tahapan kegiatan sebagai berikut:

a. Dinas/Kantor melakukansosialisasitentang SPM PendidikanDasarmelalui pertemuan-pertemuan, media cetak/elektronik dan media-media lainnya;

b. Tim Teknis Kabupaten melaksanakan pengukuran pencapaian SPM yang terkait dengan 27 Indikator SPM Pendidikan Dasar;

c. Setiap Satuan Pendidikan Dasar SD/MI dan SMP/MTs Membentuk Tim Pengembang Sekolah/Madrasah;

d. Setiap Satuan Pendidikan melaksanakan Pengukuran Pencapaian SPM dengan menggunakan format yang aplikable yang telah disiapkan oleh Tim Teknis Kabupaten;

e. Setiap satuan Pendidikan Dasar SD/MI dan SMP/MTs menyampaikan Laporan hasil Pengukuran Pencapaian SPM Pendidikan dasar kepada tim Teknis Kabupaten 1 kali dalam 6 bulan kepada Pengawas Sekolah/UPTD Pendidikan;

f. Pengawasmengumpulkan data capaian SPM di masing-masing Satuan Pendidikan Dasar SD/MI dan SMP/MTs di wilayah kerjanya;

g. Setiap Satuan Pendidikan Dasar SD/MI dan SMP/MTs melaksanakan Workshop dalam rangka Penyusunan Rencana Kerja Sekolah/Madrasah (RKS-M) dan Rencana Kerja Anggaran Sekolah (RKAS-M) mengintegrasikan pemenuhan SPM Pendidikan Dasar yang mengacu pada hasil analisis pencapaian SPM Pendidikan Dasar;

h. Dalam hal pelaksanaan Workshop penyusunan Rencana Kerja Sekolah (RKS) dan Rencana Kerja Anggaran Sekolah/Madrasah (RKAS/M) harus dilaksanakan dengan melibatkan pemangku kepentingan sekolah antara lain Komite sekolah, Perwakilan Guru, Dewan Pendidikan dan lain-lain;

(8)

i. Setiap Satuan Pendidikan SD/MI dan SMP/MTs menyampaikan RKS/M dan RKAS/M kepada Tim Teknis Kabupaten untuk mendapatkan Asistensi yang dikoordinasikan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan/Kementerian Agama Kabupaten Mamasa.

(2) Dalam hal Perumusan Kebijakan untuk Pemenuhan SPM Pendidikan Dasar yang menjadi tanggungjawab Pemerintah Kabupaten dirumuskan oleh Tim Teknis Kabupaten.

(3) Perumusan Kebijakan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 9 padaayat (2) harus diintegrasikan kedalam dokumen perencanaan dan penganggaran daerah Kabupaten Mamasa melalui RPJMD, Renstra, KUA, Renja dan DPA SKPD terkait.

BAB VI

PEMBIAYAAN SPM Pasal 10

(1) Pemerintah Kabupaten Mamasa dan Kementerian Agama bertanggung jawab dalam pendanaan percepatan pemenuhan SPM meliputi :

a. Investasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana

b. Investasi untuk meningkatkan kualifikasi dan kompetensi sumber daya manusia

c. Operasional personil dalam bentuk gaji dan tunjangan guru dan tenaga kependidikan

d. Operasional non personal.

(2) Satuan Pendidikan Dasar bertanggungjawab dalam pendanaan percepatan pemenuhan SPM meliputi :

a. Investasi dan pemeliharaan prasaranadan peralatan sekolah/madrasah, pengadaan buku dan pelatihan guru

b. Operasional untuk biaya bahan habis pakai, laboratorium, bahan dan media pembelajaran

(3) Pendanaan yang berkaitan dengan kegiatan penyusunan, penetapan, pelaporan, monitoring dan evaluasi, pembinaan dan pengawasan, pembangunan sistem informasi manajemen, serta pengembangan kapasitas untuk mendukung penyelenggaraan SPM pendidikan yang merupakan tugas dan tanggung jawab Pemerintah, dibebankan kepada

APBN Kementerian Pendidikan Nasional dan

ataulembagamitrapembangunan yang bekerjasamadenganPemerintah Indonesia.

(4) Pendanaan yang berkaitan dengan penerapan, pencapaian kinerja/target, pelaporan, monitoring dan evaluasi, pembinaan dan pengawasan, pembangunan sistem informasi manajemen, serta pengembangan kapasitas, yang merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintahan daerah dibebankan kepada APBD.

BAB VII

PENGEMBANGAN KAPASITAS Pasal 11

Pemerintah kabupaten Mamasa wajib melakukan pengembangan kapasitas untuk mencapai SPM pendidikan dasar.

Pasal 12

(1) Dalam pengembangan kapasitas melalui peningkatan kemampuan sistem, kelembagaan, personil, dan keuangan, pada setiap satuan pendidikan dilakukan melalui fasilitasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama.

(9)

(2) Fasilitasi pengembangan kapasitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pemberian orientasi umum, petunjuk teknis, bimbingan teknis, pendidikan dan pelatihan, dan/atau bantuan lainnya meliputi:

a. perhitungan sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai SPM pendidikan;

b. penyusunan rencana pencapaian SPM pendidikan dan penetapan target tahunan pencapaian SPM pendidikan;

c. penilaian kinerja pencapaian SPM pendidikan; dan d. pelaporan kinerja pencapaian SPM pendidikan.

(3) Fasilitasi pengembangan kapasitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), mempertimbangkan kemampuan kelembagaan, personil, keuangan negara dan keuangan daerah.

BAB VIII PELAPORAN

Pasal 13

(1) Bupati menyampaikan laporan tahunan kinerja penerapan dan pencapaian SPM pendidikan dasar kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama

(2) Berdasarkan laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama melakukan pembinaan dan pengawasan teknis penerapan SPM pendidikan.

BAB IX

MONITORING DAN EVALUASI Pasal 14

(1) Pemerintahdaerahmelaksanakan monitoring danevaluasiataspenerapan SPM

PendidikanDasardalamrangkamenjaminaksesdanmutupelayananPendidik anDasarkepadamasyarakat;

(2) Monitoring danevaluasisebagaimanadimaksudpadaayat (1) secarateknisdilaksanakanoleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama serta Instansiterkait lainnya.

(3) Monitoring danevaluasisebagaimanadimaksudpadaayat (1) dan (2) dilaksanakansesuaidenganperaturanperundang-undangan;

Pasal 15

Hasil monitoring dan evaluasi penerapan dan pencapaian SPM pendidikan dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dipergunakan sebagai:

1. Bahan masukan bagi pengembangan kapasitas pemerintah daerah Kabupaten Mamasa dalam pencapaian SPM Pendidikan Dasar dan bahan pertimbangan dalam pembinaan dan fasilitasi penerapan SPM pendidikan dasar di Kabupaten Mamasa.

2. Bahan pertimbangan dalam memberikan penilaian pemerintahan Kabupaten Mamasa terhadap pencapaian SPM pendidikan dasar dengan baik dalam batas waktu yang ditetapkan dengan mempertimbangkan kondisi khusus daerah yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB X

SANKSI DAN PENGHARGAAN BagianKesatu

Sanksi Pasal 16

(1) Dalam hal Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama tidak memenuhi target indikator SPM yang manjadi kewajibannya akan diberikan sanksi.

(10)

(2) Dalam hal Kepala Sekolah pada Satuan Pendidikan Dasar yang tidak memenuhi target indikator SPM yang menjadi tanggung jawabnya akan diberikan Sanksi;

(3) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa : a. Surat teguran;

b. Penundaan kenaikan pangkat;

c. Mutasi

BagianKedua

Penghargaan dan Insentif Pasal 16

(1) Dalam hal satuan pendidikan dasar yang mampu mencapai target SPM akan diberi penghargaan atau insentif;

(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Mamasa;

(3) Tatacara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur lebih lanjut melalui Keputusan Bupati Mamasa.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP Pasal 17

Peraturan Bupati ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Mamasa.

Ditetapkan di Mamasa Padatanggal 29 Juli 2016 BUPATI MAMASA,

ttd.

H. RAMLAN BADAWI

Diundangkan di Mamasa Padatanggal 29 Juli 2016

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MAMASA, ttd.

BENYAMIN YD

BERITA DAERAH KABUPATEN MAMASA TAHUN 2016 NOMOR 220

Referensi

Dokumen terkait

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja

Dengan berlakunya Peraturan Bupati ini maka Peraturan Bupati Mamasa Nomor 25 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dicabut dan dinyatakan tidak

(3) Penyaluran Dana Desa tahap III untuk BLT Desa bulan kesebelas sampai dengan bulan kedua belas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) masing-masing bulan

bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 81 pada ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 81 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan

Piutang Pajak Daerah adalah Jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah Daerah dan atau hak Pemerintah Daerah yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat dari

(1) Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokoler dipimpin oleh seorang Kepala Bagian berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Asisten Bidang Pemerintahanyang