• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Payudara

Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih dari 200 gram, saat hamil 600 gram, dan saat menyusui 800 gram (Lusa, 2009).

Pada payudara terdapat tiga bagian utama :

Gambar 2.1 Anatomi Payudara

7

(2)

1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar. Korpus terdiri dari jaringan kelenjar payudara,saluran susu (duktus laktiferus), jaringan ikat, lemak, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe.

2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman ditengah. Areola merupakan bagian yang lebih berpigmen disekeliling puting. Kelenjar morgagni adalah kelenjar keringat besar yang salurannya bermuara pada areola, kelenjar ini mengeluarkan cairan yang berfungsi melemaskan dan melindungi areola sewaktu menyusui.

3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.

Puting mengandung ujung-ujung saraf perasa yang sensitif, dan otot polos yang akan berkontraksi bila ada rangsangan.

Puting susu dan areola merupakan bagian dari kulit payudara.

Fungsi otot polos dalam puting dan areola adalah mengurangi permukaan areola, menonjolkan puting dan mengosongkan sinus laktiferus waktu menyusui.

Tumbuh kembang payudara berawal saat memasuki akil balik dimana sistem hormonal wanita mulai berfungsi. Hormon estrogen mempengaruhi pertumbuhan sistem saluran, puting dan jaringan lemak.

Sedangkan hormon progesteron berperan dalam tumbuh kembang kelenjar susu.

Selama masa kehamilan, payudara membesar akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang meningkat. Umumnya air susu belum

(3)

diproduksi saat hamil. Segera setelah melahirkan kelenjar hipofisis mulai mengeluarkan hormon prolaktin yang bertanggung jawab atas produksi air susu pada kelenjar susu akibat adanya rangsang puting dari hisapan bayi.

Sedangkan proses pengeluaran air susu dibantu oleh kontraksi otot disekitar puting dan areola yang dirangsang oleh hormon oksitosin (hormon yang utamanya bertanggung jawab dalam kontraksi rahim saat bersalin).

B. Kanker Payudara

Kanker payudara di awali ketika sejumlah sel-sel di dalam payudara tumbuh dan berkembang secara berlebihan. Pertumbuhan sel-sel yang tidak normal itu membentuk gumpalan besar serupa benjolan yang disebut sebagai tumor. Apabila pertumbuhan sel-sel yang berlebihan itu tidak dapat dikendalikan oleh tubuh, terjadilah yang disebut dengan neoplasma.

Neoplasma kemudian akan menyerang jaringan sekitar dan menyebar keseluruh tubuh. Keadaan seperti ini disebut neoplasma ganas. Neoplasma ganas pada payudara inilah yang akhirnya disebut kanker payudara (Ghofar, 2009, p26-27).

Sel kanker payudara yang pertama dapat tumbuh menjadi tumor sebesar 1cm dalam waktu 8-12 tahun (Dyayadi, 2009). Dan setelah itu jika terus berkembang, baru akan memunculkan berbagai keluhan seperti nyeri, hilang nafsu makan, pusing dan sebagainya (Nurcahyo, 2010, p85)

Pada tahap awal, gejala kanker payudara tak terlihat. Biasanya penderita tidak merasa sakit dan tidak ada tanda-tanda sama sekali. Inilah

(4)

sebabnya mengapa banyak orang yang terlambat menyadari kanker payudara (Ghofar,2009, p27-28).

Terdapat kecenderungan gejala yang umum terjadi pada kanker payudara. Antara lain terdapat benjolan pada payudara yang dapat dikenali dengan melakukan perabaan dan sedikit tekanan. Bentuk dan ukuran payudara mengalami perubahan, biasanya menjadi sedikit lebih bengkak, bentuknya tidak lagi simetris dan menunjukan kelainan warna. Benjolan tersebut akan muncul dibawah ketiak. Gejala berikutnya adalah keluarnya cairan dari puting susu. Jika puting susu mengeluarkan cairan selain ASI, bisa dipastikan itu adalah tanda-tanda bahaya yang harus segera ditangani. Ciri fisik lainnya adalah perubahan kondisi kulit payudara, misalnya berubah menjadi tebal, kasar, dan bersisik (Nurcahyo, 2010, p104)

Menurut (Ghofar, 2009, p29), Faktor resiko kanker payudara adalah :

1. Usia, wanita usia lanjut lebih beresiko. Kanker payudara sering terjadi pada wanita berusia lebih dari 60 tahun.

2. Riwayat kanker payudara, wanita yang pernah menderita kanker payudara pada satu sisi payudaranya maka akan meningkatkan risiko terjadi kanker pada sisi payudara yang lain

3. Riwayat keluarga, tingginya risiko kanker pada wanita jika :

a. Ibu, saudara perempuan, adik perempuan yang menderita kanker b. Ada keluarga yang menderita kanker payudara sebelum usia 50 tahun

(5)

c. Bila keluarga dari ibu atau keluarga dari bapak ada yang menderita kanker payudara

4. Kelebihan berat badan atau obesitas setelah mengalami menopouse, kemungkinan besar kanker payudara dialami oleh wanita yang telah menopouse, yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas

5. Aktifitas fisik yang rendah, wanita yang tidak pernah melakukan aktifitas setiap hari memiliki resiko tinggi mengalami kanker payudara

6. Minum alkohol, penelitian menemukan wanita peminum alkohol mengalami risiko lebih besar mengalami kanker payudara

7. Mengkonsumsi pil KB, ada sedikit peningkatan risiko, risiko ini bersifat sementara dan hilang setelah 10 tahun terakhir berhenti mengkonsumsi pil KB (Dixon dan Leonard, 2002, p57)

Pembagian stadium ( Ramli,dkk 2000, p41)

1. Stadium I, tumor terbatas dalam payudara, bebas dari jaringan sekitarnya, tidak ada fiksasi kekulit dan jaringan yang dibawahnya (otot). Besar tumor 1-2 cm. Kelenjar getah bening regional belum teraba.

2. Stadium II, sesuai stadium I, hanya besar 2,5-5 cm dan sudah ada satu atau beberapa kelenjar getah bening aksila yang masih bebas dengan diameter kurang dari 2 cm.

(6)

3. Stadium III, dibagi dalam :

a. Stadium III A, tumor sudah meluas dalam payudara (5-10 cm) tapi masih bebas di jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening aksila masih bebas satu sama lain

b. Stadium III B, tumor sudah meluas dalam payudara (5-10 cm), fiksasi pada kulit atau dinding dada, kulit merah dan oedeme (lebih dari 1/3 permukaan kulit payudara), kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain atau terhadap jaringan sekitarnya. Diameter lebih dari 2,5 cm, belum ada metastasis jauh.

4. Stadium IV, tumor seperti pada yang lain (stadium I, II, III). Tetapi sudah disertai dengan kelenjar getah bening aksila supra-klavikula dan metastasis jauh lainnya.

Pencegahan kanker payudara

Untuk mendapatkan secara dini adanya kelainan payudara perlu pemeriksaan yang tepat baik waktu maupun teknik pemeriksaanya. Sebagai pedoman dapat dipakai sebagai berikut :

1. Mulai umur 20 tahun : pemeriksaan Sarari setiap bulan

2. Umur 20-40 tahun : Saranis tiap 3 tahun dan mamografi awal (usia 35-40 tahun)

3. Usia 40-50 tahun : mamografi tiap 1-2 tahun, saranis tiap tahun (tentang riwayat kesehatan dan anjuran dokter)

4. Usia lebih 50 tahun : mamografi tahunan dan saranis tahunan

(7)

C. Periksa Payudara Sendiri (SADARI)

1. Definisi Periksa Payudara Sendiri (SADARI)

Menurut Ghofar (2009) Periksa payudara sendiri adalah memeriksa payudara untuk mendeteksi kanker payudara stadium dini, yang sangat mudah dan bisa dilakukan sendiri dirumah.

Perlu diingat bahwa tujuan dari pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) secara rutin adalah untuk merasakan dan mengenal lekuk- lekuk payudara sehingga jika terjadi perubahan dapat segera diketahui.

Waktu terbaik untuk memeriksa payudara adalah 7 sampai 10 hari setelah menstruasi selesai. Pada saat itu, payudara terasa lunak.

Pemeriksaan tidak tepat dilakukan pada menjelang atau sewaktu mentruasi.

2. Cara melakukan SADARI (Bustan, 2007) a. Amati

Lakukan pemeriksaan didepan kaca, lengan terletak disamping badan.

Perhatikan bentuk dan ukuran payudara. Normal jika ukuran satu dengan yang lain tidak sama. Kemudian, perhatikan juga bentuk puting dan warna kulit. Lakukan hal yang sama dengan posisi tangan yang berbeda-beda (kedua tangan diangkat, tangan diletakkan dipinggang, atau badan sedikit membungkuk). Lakukan hal ini waktu mandi atau sedang bercermin sehingga seorang perempuan dapat mengenali bentuk payudara.

(8)

b. Rasakan

Berbaring dengan bantal di bawah pundak kiri. Letakkan tangan kanan di belakang kepala membentuk sudut 90 derajat. Gunakan 3 jari tangan kiri untuk merasakan benjolan atau penebalan pada kulit payudara. Tekan dengan baik payudara anda.

Jari dapat memilih beberapa arah jelajah, melingkar atau naik turun.

Langkah ini memastikan anda telah menjelajahi seluruh area dan membantu untuk mengingatkan bagaimana keadaan payudara.

Sekarang periksa payudara kiri dengan 3 jari tangan kanan anda.

3. Cara pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) a. Posisi berdiri

Berdiri di depan cermin, relaks, tangan dipinggang, lihat keadaan umum payudara, dalam hal besar, kedudukan, bentuk, warna kulit, dan perubahan lain dari keadaan normal

(9)

b. Posisi berdiri

Berdiri didepan cermin, angkat kedua lengan ke atas, perhatikan perubahan yang terjadi pada payudara, dibandingkan dengan keadaan tegak biasa atau adanya perubahan dari keadaan normal sebelumnya.

Secara khusus perhatikan adanya kemungkinan tanda-tanda penarikan atau ketegangan kulit.

c. Posisi berbaring

Lakukan pemeriksaan fisik payudara dengan memakai tangan, yaitu dengan perabaan memakai ujung-ujung jari tangan, dari batas luar payudara hingga kearah puting. Periksa secara seksama terhadap segala kemungkinan adanya benjolan kecil

(10)

d. Posisi berdiri

Lakukan pemeriksaan fisik payudara dengan memakai tangan.

Dibandingkan keadaannya dengan waktu berbaring sebelumnya, dengan segala kemungkinan benjolan yang ditemukan.

D. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2008) Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2003, p121)

(11)

2. Tingkat Pengetahuan di Dalam domain Kognitif

Menurut (Notoadmodjo, 2010, p140-142) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

a) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b) Memahami (Comprehesion)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut sevara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalakan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya).

d) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama

(12)

lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian- penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria-kriteria yang telah ada.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut (Wawan, 2010, p16-18), faktor-faktor yang mempengaruhi ketrampilan yaitu:

a) Faktor Internal 1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu

(13)

yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.

Menurut YB Mantra yang dikutip Notoadmodjo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.

2. Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mancari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarganya.

3. Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

(14)

sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

b) Faktor Eksternal 1. Faktor Lingkungan

Menurut Ann. Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003) lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

2. Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dan menerima informasi.

(15)

E. Kerangka Teori

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Teori

Sumber: Notoadmodjo (2003) Kutipan Lawrence Green(1980)

F. Kerangka Konsep

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Konsep

Pelatihan SADARI

Pengetahuan

Kontraindikasi SADARI Siswi dari Keluarga Kesehatan

Ketrampilan Praktik SADARI

Predisposing Factors : - Pengetahuan tentang kanker payudara dan praktik SADARI

Enabling Factors : - Pelayanan kesehatan

Reinforcing Factors : - Pemberi Pelayanan

contoh: Bidan, Perawat, Dokter, dll

(16)

G. Hipotesis Hipotesa penelitian adalah suatu asumsi pernyataan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan.

Dalam penelitian ini ada dua hipotesa yaitu:

Hipotesa Alternatif (Ha)

Dalam penelitian ini yang merupakan Ha adalah :

1. Ada hubungan antara pelatihan SADARI terhadap pengetahuan remaja putri dalam deteksi dini kanker payudara.

2. Ada hubungan antara pelatihan SADARI terhadap ketrampilan remaja putri dalam deteksi dini kanker payudara

Gambar

Gambar 2.1 Anatomi Payudara
Gambar 2.3 Bagan Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Pada Gambar 2 pertumbuhan tanaman kapas pasca iradiasi gamma hari ke-3, tampak terlihat pada kenaikan grafik lebih tinggi pada tinggi tanaman, jika dilihat semua

Gubernur, Deputi Gubernur Senior, Deputi Gubernur, dan atau peja bat Bank Indonesia tidak dapat dihukum karena telah mengambil keputusan atau kebijakan yang sejalan dengan tugas

kanannya. Segmen dilatasi ini disebut bulbus aortikus, dan pada potongan transversal menunjukkan bentuk yang oval. Aorta ascenden terdapat dalam pericardium. Batas-batas—aorta

Kepolisian Republik Indonesia bertugas serta bertanggung jawab sebagai alat penegak hukum, terutama dibidang keamanan dan ketertiban masyarakat sesuai dengan ketentuan dalam

Guru yang juga merupakan peneliti menjalankan tugas sebagai penilai sementara siswa yang lain diberi kebebasan untuk memberikan apresiasi sastra geguritan dengan memilih salah

Proses penelitian dilaksanakan dalam empat tahapan yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Seperti yang telah dijelasakan sebelumnya bahwa proses pembelajaran

Diagnosis asbestosis dapat ditegakkan dengan adanya riwayat Pajanan asbestos, adanya selang waktu yang sesuai antara Pajanan dengan timbulnya manifestasi klinis, gambaran

Dengan adanya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang PU Cipta Karya diharapkan Kabupaten dapat menggerakkan semua sumber daya yang ada untuk