• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN MUHAMMADIYAH DI KOTA BINJAI ( )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERKEMBANGAN MUHAMMADIYAH DI KOTA BINJAI ( )"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN MUHAMMADIYAH DI KOTA BINJAI (1930 – 1945) SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN O

L E H

NAMA : RIDHO ABIDIN NIM : 120706044

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2016

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

PERKEMBANGAN MUHAMMADIYAH DI KOTA BINJAI (1930-1945)

Yang diajukan oleh:

Nama: Ridho Abidin Nim: 120706044

Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh :

Pembimbing Tanggal

Dra. Lila Pelita Hati, M.Si.

NIP. 196705231992032001

Ketua Departemen Sejarah Tanggal

Drs. Edi Sumarno, M.Hum.

NIP. 196409221989031001

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH DEPARTEMEN SEJARAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI PERKEMBANGAN MUHAMMADIYAH DI KOTA BINJAI (1930-1945) Skripsi Sarjana

Dikerjakan O

L E H

Nama : RIDHO ABIDIN Nim :120706044

Pembimbing

Dra. Lila Pelita Hati, M.Si.

NIP. 196705231992032001

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, untuk melengkapi salah satu ujian sarjana Fakultas Ilmu Budaya dalam bidang Ilmu Sejarah

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

LEMBAR PERSETUJUAN KETUA DEPARTEMEN SEJARAH

DISETUJUI OLEH :

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN SEJARAH Ketua Departemen

Drs. Edi Sumarno, M.Hum.

NIP. 196409221989031001

Medan, 2016

(5)

LEMBAR PENGESAHAN OLEH DEKAN DAN PANITIA UJIAN

PENGESAHAN : Diterima Oleh :

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Fakultas Ilmu Budaya Dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan

Pada :

Hari :

Tangggal :

Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan,

Dr. Budi Agustono, M.S.

196008051987031001

Panitia Ujian:

No. Nama Tanda Tangan

1. Drs. Edi Sumarno, M.Hum. (...) 2. Dra. Nurhabsyah, M.Si. (...) 3. Dra. Lila Pelita Hati, M.Si. (...) 4. Dra. Peninna Simanjuntak, M.S. (...) 5. Dra. Sri Pangestu Dewi Murni, M.A. (...)

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan penulis rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Tak lupa shalawat beriring salam penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman yang penuh dengan kebodohan ke zaman yang penuh ilmu pengetahuan.

Adapun skripsi ini berjudul “PERKEMBANGAN MUHAMMADIYAH DI KOTA BINJAI (1930-1945). Penulis sangat bersyukur karena banyaknya dukungan

dari berbagai pihak selama ini, baik berupa dukungan moril dan lainnya. Berkat motivasi-motivasi yang diberikan dari berbagai pihak kepada penulis menjadi semangat pendorong untuk menyelesaikan skripsi ini, walaupun banyak proses yang harus dilewati mulai dari pengumpulan data sampai penulisan, yang mana ini bukanlah merupakan hal mudah. Namun pada akhirnya penulis dapat menyelesaikannya.

Medan, 2016

Ridho Abidin

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama kali penulis ucapkan terima kasih kepada Dr. Budi Agustono, M.S.

selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU dan Drs. Edi Sumarno, M. Hum selaku Ketua Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, kemudian terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dra. Lila Pelita Hati, M.Si, selaku dosen pembimbing penulis yang dengan sabar memberikan perhatian dan bimbingannya dalam proses penyelesaian skripsi ini, para dosen penguji dan juga kepada seluruh staf pengajar Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya USU.

Ucapan terima kasih yang dalam dan penghargaan sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis, Junindra Martua SH. M.Si. dan Yusnani S.Pd. yang selama ini telah banyak memberikan dukungan baik moril dan materil, serta doa yang tidak pernah putus. Semangat yang diberikan kepada penulis selaku anaknya, serta ketulusannya menjadi pemacu semangat saya untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

Kepada kakak dan adik penulis Hidayatna Utami dan Maulidina Jayati terima kasih atas dukungan dan doanya.

Untuk pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data Bapak Sufriadi Hasan Basri dan Perpustakaan Umum Tengku Lukman Sinar.

Tidak lupa juga kepada kawan-kawan seperjuangan di Jurusan Ilmu Sejarah angkatan 2012. Terima kasih atas kebersamaan yang telah kita lewati semasa kuliah, terkhusus kepada kawan-kawan kumpul dan sahabat dalam keadaan susah maupun senang Maria Kasuarina, Harapan Simanihuruk, Rio Sitorus, Bang Azhar, Bang

(8)

Candra yang selalu memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dan dalam perkuliahan serta kepada yang lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih yang sebanyak-banyaknya penulis ucapkan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini belum sempurna baik dalam segi penulisan dan juga isi, ini disebabkan keterbatasan kemampuan penulis.

Oleh karena itu penulis mohon maaf dan dari pada itu berikanlah kritik dan saran yang sifatnya membangun diri untuk kesempurnaan skripsi ini.

Medan, 2016

Ridho Abidin

(9)

ABSTRAK

Muhammadiyah merupakan organisasi Islam yang berbentuk gerakan pembaharuan dalam berbagai hal terutama dalam bidang sosial keagamaan.

Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta pada tangggal 18 November 1912 oleh seorang tokoh bernama K.H. Ahmad Dahlan.

Gagasan tentang Muhammadiyah sendiri sudah muncul di Binjai pada tahun 1929 yang berbentuk pengajian-pengajian (dakwah). Diperkenalkan oleh salah seorang perantau dari tanah Minang yakni almarhum Abbas Abisin. Namun secara organisasi Muhammadiyah di Binjai berdiri pada tahun 1930.

Gerakan ini melakukan kegiatan dakwahnya secara modern yakni dengan mendirikan sekolah-sekolah dan sarana sosial keagamaan selain itu juga melalui bidang sosial kemasyarakatan dengan mendirikan rumah yatim dan membantu fakir miskin. Disamping misi utamanya yakni melakukan pemurnian ajaran Islam sesuai dengan tuntunan Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadist.

Metode yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah metode sejarah yaitu: Heuristik (pengumpulan sumber) dengan metode studi kepustakaan, Kritik Sumber secara intern dan ekstern, Interpretasi dan terakhir Historiografi. Dalam Heuristik sumber tentang perkembangan Muhammadiyah di Binjai didapatkan dengan mengumpulkan sumber tertulis dan didukung pula dengan wawancara dengan mantan pengurus Muhammadiyah Binjai saat ini. Untuk Kritik Sumber digunakan agar keabsahan data tersebut dapat dinilai keobjektifannya melalui kritik intern dan kritik ekstern. Untuk Interpretasi digunakan agar memastikan hasil penelitian dengan membandingkan pada penelitian sebelumnya. Historiografi yakni dilakukan penyusunan hasil penelitian ke dalam karya tulis sejarah yang deskriptif analitis.

Tujuan penulisan ini adalah untuk menjelaskan tentang perjalanan Muhammadiyah di Kota Binjai dari berdirinya hingga masa kemerdekaan. Dan untuk melihat bagaimana perkembangan Muhammadiyah di Binjai 1930-1945.

(10)

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN

KATAPENGANTAR... i

UCAPAN TERIMA KASIH... ii

ABSTRAK... iv

DAFTAR ISI... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah... 7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian... 8

1.4 Tinjauan Pustaka... 9

1.5 Metode Penelitian... 12

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BINJAI AWAL ABAD KE-20 2.1 Latar Belakang Sejarah dan Letak Geografis... 14

2.2 Penduduk... 16

2.3 Kehidupan Religius... 18

BAB III BERDIRINYA MUHAMMADIYAH DI BINJAI 3.1 Latar Belakang dan Visi - Misi Berdirinya Muhammadiyah di Binjai. 21 3.1.1 Ajaran Muhammadiyah... 24

3.1.2 Identitas Gerakan Muhammadiyah... 27

3.2 Berdirinya Muhammadiyah di Binjai... 31

3.3 Struktur Organisasi Muhammadiyah di Binjai 1930 – 1945... 35

(11)

BAB IV DINAMIKA MUHAMMADIYAH DI BINJAI (1930-1945)

4.1 Faktor Pendorong Dalam Perkembangan Muhammadiyah di Binjai... 37

4.1.1 Dakwah dan Kepedulian Sosial Muhammadiyah dalam Mengembangkan Organisasinya di Binjai ... 38

4.1.2 Pro – Kontra dari Masyarakat... 45

4.2 Muhammadiyah di Binjai Masa Kolonial Belanda... 47

4.3 Muhammadiyah di Binjai Masa Jepang... 52

4.4 Muhammadiyah di Binjai Masa Kemerdekaan Indonesia ... 55

BAB V AKTIVITAS MUHAMMADIYAH DI BINJAI (1930-1945) 5.1 Dalam Bidang Sosial Keagamaan... 60

5.2 Dalam Bidang Pendidikan... 63

5.3 Dalam Bidang Sosial Kemasyarakatan... 64

5.4 Dalam Bidang Politik... 65

BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan... 68

6.2 Saran... 69

DAFTAR PUSTAKA... 71 DAFTAR INFORMAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Organisasi Islam yang berkembang di Indonesia merupakan sebuah fenomena yang menarik untuk di teliti. hal ini didasari mengingat representasi umat Islam yang dapat dikatakan menjadi mayoritas di Indonesia, oleh sebab itu ormas Islam yang ada di Indonesia dapat dikatakan memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam bidang sosial serta pada pentas politik di Indonesia. Berdasarkan fakta – fakta sejarah kehadiran organisasi – organisasi Islam di Indonesia, baik yang bergerak dalam bidang sosial maupun yang bergerak dalam bidang politik hampir seluruhnya membawa pembaharuan bagi bangsa Indonesia.1 Seperti lahirnya Sarekat Islam, lahirnya Muhammadiyah, NU (Nahdlatul Ulama), Sarekat Dagang Islam dan masih banyak lainnya baik dalam skala kecil maupun besar. Kelahiran organisasi – organisasi Islam tersebut juga turut serta membangkitkan semangat pembaharuan Bangsa Indonesia pada masa prakemerdekaan.

Muhammadiyah (lihat lampiran 1.1) merupakan salah satu organisasi Islam tertua yang ada di Indonesia. Didirikan oleh K. H. Ahmad Dahlan (lihat lampiran 1.2), tepatnya tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta. Muhammadiyah juga sering

1Abdul Munir Mulkhan. Pemikiran KH Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah dalam Perspektif Perubahan Sosial. Jakarta: Bumi Aksara,1990,hal 24.

(13)

disebut sebagai gerakan Tajdid2, gerakan modernis Islam, dan sebagai gerakan reformis Islam di Indonesia.3

Secara etimologi Muhammadiyah berasal dari nama Nabi Muhammad yang berarti dapat disimpulkan, bahwa Muhammadiyah merupakan pengikut nabi Muhammad SAW. Yang terbentuk sebagai gerakan Islam dan Dakwah Amar ma’ruf nahi munkar4 yang berakidah Islam dan bersumber pada Al Qur’an dan Sunnah.

Kemudian Muhammadiyah juga merupakan organisasi yang menghembuskan jiwa pembaharuan Islam di Indonesia dan juga bergerak didalam berbagai bidang pendidikan dan kesejahteraan umat.5

Secara garis besar terdapat 2 faktor yang melatarbelakangi didirikannya Muhammadiyah oleh K. H. Ahmad Dahlan, yakni :

Faktor internal, ingin merealisasikan pemahaman KH. Ahmad Dahlan terhadap Al-Qur’an terutama surah An-Nisa ayat 82, Surah Muhammad ayat 24 dan Surah Ali-Imran ayat 104, adapun kesimpulan dari ayat-ayat Al-Qur’an tersebut merupakan seruan untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup serta mengamalkan perbuatan kebajikan yang diwujudkan Muhammadiyah dalam mendirikan lembaga-lembaga pendidikan dan sosial kemasyarakatan.

2 Tajdid adalah kata yang berasal dari bahasa Arab yang berkata dasar Jaddada-Yujadiddu- Tajdiidan yang artinya memperbarui, kemudian kata ini dijadikan jargon dalam gerakan pembaruan Islam : https://id.m.wikipedia.org>wiki>Tajdid(diunduh pada 19 Maret 2016).

3Umar hasyim. Muhammadiyah Jalan Lurus. Surabaya: PT Bina Ilmu, 1990, hal. 12.

4 Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar memiliki makna; menyeru atau mengajak manusia kepada ajaran Islam yang harus melaksanakan kebaikan serta meninggalkan perbuatan keji dan merusak: Djamaluddin Ahmad Al Buny. Pendidikan Kemuhammadiyahan Jilid 2. Surabaya: PT Bina Ilmu, 1990, hal. 31.

5Ibid, hal. 62.

(14)

Faktor eksternal, yakni melihat kondisi kehidupan masyarakat Indonesia dimana kehidupannya tidak lagi berdasarkan tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah, dan lembaga pendidikan yang dimiliki Umat Islam belum mampu menyiapkan generasi yang siap mengemban misi selaku Khalifah di bumi. Oleh karena itu, Muhammadiyah menitikberatkan gerakannya pada bidang sosial keagamaan dan pendidikan, serta reaksi K.H. Ahmad Dahlan terhadap aktivitas missionaris Kristen terutama di sekitar wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta dimana Muhammadiyah tumbuh dan berkembang pada awalnya.(Suwarno 2001:22) 6

Dalam perkembangan selanjtnya gerakan dakwah yang dilangsungkan oleh Muhammadiyah tidak hanya terfokus pada bidang sosial keagamaan saja, melainkan melalui bidang lainnya juga. Seperti : bidang pendidikan dan bidang sosial kemasyarakatan.

Muhammadiyah yang didirikan oleh K. H. Ahmad Dahlan pada awal berdirinya belum mempunyai izin dari pemerintahan kolonial Belanda, yang pada waktu itu masih berkuasa atas Indonesia. Maka pada tanggal 20 November 1912 Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada pemerintah kolonial Belanda untuk mendapat badan hukum, namun pihak Belanda tidak langsung begitu saja mewujudkan permohonan tersebut. Permohonan tersebut barulah diwujudkan oleh Belanda pada 22 Agustus 1914 berdasarkan kutipan Dat het Register der Besluiten van de Gouverneur General no 81, yang menyatakan bahwa Muhammadiyah hanya diizinkan bergerak untuk daerah Yogyakarta saja.7

6 Suwarno. Muhammadiyah sebagai Oposisi. Yogyakarta: UII Press, 2001, hal. 22.

7Muhammad Kadri. Muhammadiyah dan Perkembangannya di Sumatera Utara (1927-2015).

Medan: Harapan Cerdas, 2015. hal. 68.

(15)

Pada tahun-tahun berikutnya Muhammadiyah terus berkembang bahkan pada akhir tahun 1921 Muhammadiyah mulai melebarkan sayap organisasinya hingga keluar Pulau Jawa. Dalam perkembangannya Muhammadiyah didukung pula oleh organisasi-organisasi kadernya, seperti sapatresna atau yang dikenal sebagai Aisyiyah saat ini. Dimana didalamnya adalah para wanita-wanita yang tertarik dan mendukung Muhammadiyah secara organisasi dan ikut membangun amal-amal usaha, diantaranya Klinik Kesehatan, Sekolah-sekolah, Panti Asuhan. Untuk wilayah Sumatera Muhammadiyah pertama kali berdiri di daerah Sumatera Barat, yang dibawa oleh Abdul Karim Amarullah pada tahun 1925. 8

Dari daerah tersebut Muhammadiyah bergerak ke seluruh wilayah Sumatera.

Termasuk ke wilayah Sumatera Timur, yang mana salah satu cabang Muhammadiyah di Sumatera Timur adalah topik kajian pada skripsi ini. Yaitu Muhammadiyah Cabang Binjai.

Di Binjai sendiri Muhammadiyah di perkenalkan pada tahun 1929 melalui pengajian-pengajian, yang dibawa oleh orang-orang Minang yang merantau ke Binjai.9 Adapun perantau yang memperkenalkan Muhammadiyah ke Kota Binjai adalah bapak Abbas Abisin.10 Muhammadiyah di Binjai sendiri berdiri pada 20 November 1930 dengan catatan belum terbit SK (Surat Keterangan) dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan 12 anggota tetap tidak termasuk simpatisan.

8Ibid, hal. 69.

9Fuad Afsar. Sejarah Singkat Muhammadiyah Binjai, Makalah Seminar Milad Muhammadiyah ke 79. Binjai: Pengurus Daerah Muhammadiyah Binjai. 2011.

10Ibid

(16)

Dengan susunan kepengurusan pertamanya:

Ketua : Abbas Abisin Sekretaris : M. Sabirin Bendahara: Saidi Ibrahim Anggota : St. Rajo Ameh Ahmad Adam Daridin st. Batuah

Muhammad Isa Malin Kayo Jamil A. Manan Gadang A. Manan Uban Rabaini

Usman Jamil.11

Dan secara resmi Muhammadiyah di Binjai berdiri pada tanggal 28 Oktober 1936 dengan SK (Surat Keterangan) dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah no.

596/B.12

Seperti halnya Muhammadiyah pada wilayah-wilayah lainnya, Muhammadiyah di Binjai tidak hanya terfokus pada pembaharuan dalam bidang sosial keagamaan saja tetapi juga bidang-bidang lainnya yakni pendidikan dan sosial kemasyarakatan. Ini tercermin dari didirikanya sekolah-sekolah dan panti asuhan yang berlandaskan Muhammadiyah pada tahun 1930-an seperti sekolah Woestho Muhammadiyah, beberapa tahun setelah Muhammadiyah Binjai berdiri.

Kehadiran Muhammadiyah di Binjai tentu tidak langsung diterima begitu saja.

Hal ini tentu menjadi sebuah kewajaran, karena gerakan yang dilangsungkan Muhammadiyah ingin memberantas Khufarat (yang tidak sesuai dengan anjuran Al

11Fuad Afsar, Op.cit.

12 Muhammad Kadri, Op.cit. hal 205.

(17)

Quraan dan Sunnah) serta Bid’ah (perbuatan yang sia-sia). Yang mana perbuatan-

perbuatan ini telah ada jauh sebelum masuknya Muhammadiyah di Kota Binjai, seperti bermacam kegiatan kenduri/wirit, permohonan doa pada orang yang telah meninggal dan lainnya. Ini menjadi objek kritikan dari Muhammadiyah. Mengenai jumlah anggota Muhammadiyah Binjai hingga tahun 1945 penulis tidak memperoleh data yang konkrit dan akurat. Namun anggota tetap Muhammadiyah diperkirakan berjumlah lebih dari 100 orang, setidaknya ini berdasarkan nama – nama yang tercantum pada skripsi ini yang di anggap berperan penting pada perkembangan Muhammadiyah terkait tahun penulisan skripsi ini.13

Selayaknya sebuah organisasi tidaklah langsung berkembang dan langsung diterima oleh masyarakat, seperti yang dialami oleh Muhammadiyah di Binjai yang sempat mengalami pasang surut pada masa pra-kemerdekaan secara organisasi dan aktivitas-aktivitas yang dilangsungkan. Maka dari itu, tulisan ini mencoba mengungkapkan bagaimana perjuangan Muhammadiyah dalam mengenalkan Muhammadiyah di masyarakat Binjai serta bagaimana perkembangannya.

Tulisan ini diawali pada tahun 1930 yang merupakan awal berdirinya Organisasi Muhammadiyah di Binjai. Tulisan ini diakhiri pada tahun 1945 dimana pada tahun ini dapat dikatakan sebagai awal perkembangan pesat pada organisasi Muhammadiyah di Binjai, yang berkaitan dengan prosesi kemerdekaan di Binjai, yang mana para anggota Muhammadiyah Binjailah yang pertama kali menerima

13Fuad Afsar, Op.cit.

(18)

kabar kemerdekaan Indonesia dari wilayah Padang, yang diterima oleh Abd. Rahim Haetamy, Malin Kayo dan Yahya Nata. Serta para anggota Muhammadiyah pulalah yang pertama kali melakukan pengibaran bendera merah putih di Binjai tepatnya di jalan kebun lada yang dikenal sebagai jalan perintis kemerdekaan saat ini., dan dari peristiwa ini pulalah Muhammadiyah Binjai pada tahun 1945 mulai mengembangkan beberapa ranting di wilayah Binjai.14

Selama berdirinya Muhammadiyah di Binjai tentu saja banyak dinamika pasang surut yang terjadi, namun tidak pula dapat dipungkiri bahwa Muhammadiyah juga memiliki peran dalam perkembangan sarana-sarana di Binjai dalam bidang pendidikan dan sosial kemasyarakatan dan tentunya sosial keagamaan pada awal abad ke-20.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan suatu landasan yang digunakan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang akan di bahas dan menjadi akar permasalahan dalam sebuah penelitian. Berdasarkan latar belakang diatas untuk mempermudah menghasilkan penelitian yang objektif, maka perlu diberikan batasan masalah terhadap penelitian tentang “Perkembangan Muhammadiyah di Kota Binjai 1930- 1945” untuk itu dibuatlah pokok permasalahan yang kemudian dirangkum dalam beberapa pertanyaan, yakni sebagai berikut:

14Ibid.

(19)

1. Bagaimana sejarah berdirinya organisasi Muhammadiyah di Binjai 2. Bagaimana dinamika organisasi Muhammadiyah di Binjai (1930-1945) 3. Bagaimana aktivitas organisasi Muhammadiyah di Binjai (1930-1945) 1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Setelah dijabarkannya poin – poin yang akan menjadi acuan dalam mengkaji permasalahan mengenai topik tersebut maka berikutnya penulis akan memaparkan tujuan penulis melakukan penelitian ini serta apa manfaat yang diperoleh dari dilakukannya penelitian ini. Pada dasarnya peristiwa –peristiwa masa lampau tidak dapat ditampilkan dalam rekonstruksi secara konkrit, namun rekonstruksi tersebut perlu dipelajari agar rekonstruksi mengenai peristiwa – peristiwa masa lampau tersebut berguna dalam memeberikan pelajaran bagi manusia di masa kini maupun masa yang akan datang

Adapun tujuan penulisan dan penelitian ini adalah untuk :

1. Menjelaskan sejarah berdirinya organisasi Muhammadiyah Binjai.

2. Menjelaskan dinamika Muhammadiyah di Binjai 1930-1945.

3. Menjelaskan aktivitas organisasi Muhammadiyah di Binjai 1930-1945

Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah :

1. Menambah pengetahuan mengenai perjalanan organisasi Muhammadiyah di kota Binjai, serta memberikan literatur yang berguna pada dunia akademis khususnya, terutama dalam studi sejarah untuk membuka ruang penulisan sejarah berikutnya.

(20)

2. Menambah wawasan bagi masyarakat Binjai khususnya anggota maupun simpatisan Muhammadiyah kota Binjai mengenai sejarah awal perjuangan dan perjalanan Organisasi Muhammadiyah kota Binjai.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan untuk mengetahui sejarah Muhammadiyah kota Binjai.

1.4. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan pintu gerbang dalam melakukan penulisan ini.

Tinjauan pustaka sangatlah penting dalam suatu penelitian dan penulisan sebuah karya ilmiah dimana tinjauan pustaka di sini berfungsi sebagai sumber pendukung penelitian sehingga nantinya hasil penulisan dapat sesuai dengan yang diharapkan.

Oleh karena itu relevansi literatur yang digunakan menjadi sebuah tuntutan dalam sebuah penelitian. Kemudian daripada itu. Beberapa referensi yang digunakan penulis adalah :

Abdul Munir Mulkhan dalam Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah Dalam Prespektif Perubahan Sosial (1990). Menjelaskan tentang

bagaimana telaah Ahmad Dahlan selaku pendiri Muhammadiyah dalam membangun dan memperjuangankan Muhammadiyah sebagai organisasi Islam modern yang kemudian menjadi kerangka dasar aktifitas Muhammadiyah hingga saat ini. Dimana berdasarkan hasil pemikiranya Muhammadiyah turut menyokong perkembangan hampir di seluruh wilayah Indonesia dalam berbagai aspek yakni; pendidikan, sosial kemasyarakatan hingga politik. Buku ini membantu penulis dalam pengumpulan data mengenai sejarah awal pendirian Muhammadiyah oleh K.H. Ahmad Dahlan.

(21)

Maryadi, Abdullah Aly (ed), dalam Muhammadiyah Dalam Kritik (2001).

menguraikan tentang bagimana tanggapan masyarakat terhadap Organisasi Muhammadiyah. Setelah banyak label yang disematkan pada Muhammadiyah diantaranya sebagai gerakan islam modernis, gerakan pendidikan, gerakan sosial keagamaan, gerakan pembaharuan serta gerakan politik namun seiring dengan perkembangan itu banyak pula kritik yang dilontarkan oleh masyarakat dimana kritik tersebut ditekankan pada dimensi sosial – keagamaan, politik dan sosial – budaya.

Buku ini berguna sebagai sumber penelitian untuk menggambarkan pro-kontra masyarakat mengenai gerakan pembaharuan yang dilangsungkan Muhammadiyah di Binjai.

Muhammad Kadri dalam Muhammadiyah dan Perkembanganya di Sumatera Utara (1927-2015). (2015) menjelaskan tentang bagaimana Muhammadiyah dapat

berkembang di Sumatera Timur atau Sumatera Utara sekarang, dan juga menjelaskan pembentukan Muhammadiyah cabang Binjai juga menjadi pembahasan dalam buku ini. Buku ini menjadi sumber data dan bahan pembanding dengan sumber lainnya dalam menyelesaikan tulisan ini mengenai Muhammadiyah cabang Binjai.

Umar Hasyim dalam Muhammadiyah Jalan Lurus. (1990) menjelaskan tentang gerakan dan langkah langkah Muhammadiyah pada tahun 40-an. Dalam buku ini terdapat berbagai kritik dari masyarakat dalam berbagai aspek serta terapi yang dilakukan Muhammadiyah dalam menghadpi kritik kritik tersebut. Buku ini dapat dijadikan sumber penelitian mengenai Muhammadiyah dan ini bermanfaat bagi

(22)

penelitian ini sebagai sumber mengenai hal-hal yang di lakukan Muhammadiyah yang terkait dengan tahun penelitian yang akan dilakukan.

Panitia Penyusunan Data-data Historis Kotamadya Binjai dalam Hari jadi Kota Binjai. (1985), naskah ini berisi tentang latar belakang historis Kota Binjai dan

gambaran umum tentang Kota Binjai pada awal abad ke-20. Dimana naskah ini berguna pada penulisan ini sebagai sumber informasi mengenai keadaan masyarakat dan kondisi Kota Binjai pada awal abad ke-20.

Lebih lanjut buku yang ditulis oleh Abuddin Nata dalam Metodologi Studi Islam (2013). Buku ini membantu penulis dalam penggunaan teori dan pendekatan

mengenai studi Islam. Ini berkaitan dengan topik pembahasan penelitian yang penulis lakukan yakni mengenai organisasi Muhammadiyah.

Alfian dalam Perkembangan Muhammadiyah di Banda Aceh (1923 – 1943).

(2014). Skripsi ini membahas perkembangan Muhammadiyah di Banda Aceh.

Dimana skripsi ini berguna bagi penelitian ini sebagai bahan acuan dalam metode dan konsep tentang penulisan skripsi yang membahas perkembangan Muhammadiyah, dan membantu penulis membandingkan sejarah dan perkembangan ditempat yang berbeda. Namun kajian penelitian berbeda, penelitian Alfian mengenai pengaruh Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan di Banda Aceh, sedangkan penelitian ini mengkaji perkembangan dan aktivitas Muhammadiyah di Binjai.

1.5. Metode Penelitian

Untuk dapat menghasilkan penulisan sejarah yang deskriptif analitis dilakukan tahapan demi tahapan. Tahap pertama Heuristik (pengumpulan sumber)

(23)

yang tentu saja sesuai dan dapat mendukung objek yang diteliti. Dalam hal ini dengan menggunakan penelitian kepustakaan (library research) serta didukung pula dengan wawancara. Dalam penelitian kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan berbagai buku, majalah, artikel – artikel terkait, skripsi dan karya tulis yang berkaitan dengan topik yang dikaji, dalam wawancara penulis akan mewawancarai mantan pengurus dan pengurus Muhammadiyah sekarang mengenai sejarah dan perkembangan Muhammadiyah di Binjai.

Tahapan kedua yang dilakukan adalah kritik. Dalam tahapan ini kritik penulis lakukan terhadap sumber yang telah terkumpul untuk mencari keabsahan sumber tersebut baik dari segi isi yakni dengan cara menganalisis sejumlah sumber tertulis misalnya buku – buku yang berkaitan dengan topik. Adapaun kritik ini disebut kritik intern. Selanjutnya penulis mengkritik dari segi materialnya untuk mengetahui keaslian sumber agar diperoleh keautentikannya . adapun kritik ini disebut kritik ekstern.

Tahapan ketiga adalah interpretasi, dalam tahap ini sumber – sumber data yang telah penulis peroleh kemudian dianalisis sehingga melahirkan analisis yang baru yang sifatnya lebih objektif dan ilmiah. Objek kajian yang cukup jauh ke belakang serta minimnya data dan fakta yang ada membuat interpretasi menjadi sangat vital dan dibutuhkan keakuratan serta analisis yang tajam agar mendapatkan fakta yang objektif.

(24)

Tahap keempat yang merupakan tahap terakhir adalah historiografi. Yakni penyusunan data – data yang sudah dilikuidasi dan dapat dipercaya menjadi sebuah kisah atau kajian yang menarik dan selalu berusaha memperhatikan aspek kronologisnya. Adapun metode yang penulis pakai ialah deskriptif analitis. Yakni dengan menganalisis setiap data dan fakta yang ada untuk mendapatkan penulisan sejarah yang kritis, obektif dan ilmiah.

(25)

BAB II

GAMBARAN UMUM KOTA BINJAI AWAL ABAD KE-20

2.1. Latar Belakang Sejarah dan Letak Geografis

Binjai merupakan salah satu kota yang terletak di Sumatera Utara yang dikelilingi oleh kota Medan, Langkat dan Deli Serdang. Berdasarkan catatan sejarah yang dirangkum oleh panitia penyusunan data-data historis kota Binjai, dikatakan bahwa embrio kota Binjai telah ada pada tahun 1823 berdasarkan catatan John Anderson. Secara oral history (sejarah lisan) yang berkembang di masyarakat Binjai, dikatakan bahwa perkampungan BA BINDJEI (Binjai) yang terletak di tepi Sungai Bingai dibuka oleh seorang cendikiawan bernama Pande Dingin yang berasal dari Sukanalu, sebuah kampung yang terletak beberapa kilometer dari Kabanjahe-Tanah Karo dan beliau merupakan pemeluk Agama Islam. Maka tidak mengherankan jika pada wilyah Binjai yang berbatasan langsung dengan Sungai Bingai, didominasi oleh Etnis Karo bahkan hingga saat ini. Upacara adat dalam membuka perkampungan tersebut diadakan di bawah sebatang pohon binjai sejenis embacang (lihat lampiran 1.3) yang amat besar, rindang dan segar. Pohon ini tumbuh kokoh ditepi Sungai Bingai yang muaranya bertemu dengan Sungai Wampu.15 Nama pohon inilah yang kemudian dijadikan nama daerah yang terletak antara Punggai – Selesai dan Bingai yaitu Binjai.

15Panitia penyusunan data-data historis Kotamadya Binjai,Hari Jadi Kota Binjai. Binjai, 1985.

(26)

Secara geografis Binjai terletak pada 4o-32o Lintang Utara dengan batas-batas wilayah:

a. Sebelah Utara dengan Punggai / Stabat.

b. Sebelah Selatan dengan Sungai Bingai atau Bingai c. Sebelah Timur dengan Buluh Cina

d. Sebelah Barat dengan Selesai – Bahorok

Pada akhir abad ke-19 tepatnya tahun 1881 Binjai menjadi bagian dari Kerajaan Langkat yaitu Langkat Hulu yang pusat pemerintahannya terletak di Binjai dan dipimpin oleh Tengku Pangeran Adil. Kemudian pada tahun 1917 berdasarkan Ordonansi 27 Juni 1917 pemukiman Binjai resmi menjadi GEMEENTE (kotapraja menurut pengertian Hukum Barat) dengan luas wilayah 267 HA kemudian menjadi 1.710 HA setelah otonomi Kota Binjai sebagai Kotapraja berdasarkan UU Darurat No. 9 tahun 1956. 16

Letak wilayah Binjai yang sangat strategis menjadikan Binjai cepat berkembang dan dapat dikatakan sebagai ujung tombak transportasi perairan dengan daratan pada wilayah Langkat Hulu, bahkan Binjai pernah menjadi tempat pelabuhan kapal-kapal melalui Sungai Bingai ke Sungai Wampu dan seterusnya kelaut lepas Selat Malaka. Terbukanya wilayah Binjai sebagai pelabuhan menyebabkan datangnya para perantau dari orang-orang Jawa, Cina, Keling/Tamil, Karo, Mandailing dan Padang diantaranya ada yang menetap, menjadi kuli dan hanya sekedar untuk

16Ibid

(27)

berdagang.17 Ditambah lagi dibukanya perkebunan-perkebunan di Langkat termasuk didalamnya wilayah Binjai yang sangat dikenal melalui perkebunan ladanya.

Berdasarkan latar belakang sejarah Kota Binjai diatas maka tidak mengherankan jika Binjai dapat berkembang menjadi kota yang maju. Hal ini didasari letak geografis Kota Binjai sendiri yang mana Binjai menjadi tempat persinggahan juga pintu gerbang penghubung antara Aceh dan Langkat serta Deli.

Berdasarkan indikasi tersebut maka Binjai merupakan wilayah yang terbuka dalam menerima pemahaman-pemahaman baru baik agama maupun lainnya.

2.2. Penduduk

Mengenai data penduduk Kota Binjai pada tahun terkait penulisan ini tidak ditemukan data yang konkrit, dikarenakan Binjai hanya merupakan bagian kecil dari Onderafdeling Langkat Hulu.

Namun berdasarkan catatan John Anderson, BA BINDJEI pada pertengahan abad ke-19 telah dihuni 50 rumah tangga yang umumnya merupakan etnis Melayu dan terus bertambah pada tahun-tahun berikutnya.18

Kemudian berdasarkan data Onderneming Langkat Hulu yang tertera pada buku karangan Karl J. Pelzer dalam Toean Keboen Dan Petani ( Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria), dimana Binjai merupakan salah satu wilayahnya. Pada tahun 1930 penduduknya berjumlah 46.079 orang yang di bagi atas:

17Panitia penyusunan data-data historis Kotamadya Binjai. Op.cit.

18Ibid

(28)

 Pria : 24.774 orang

 Wanita : 21.305 orang.19

Seperti yang tertulis pada paragraf di atas, Binjai pernah menjadi tempat persinggahan para pedagang-pedagang melalui Sungai Bingai yang pada akhirnya menjadikan Binjai sebagai daerah yang multi etnis.

Adapun etnis yang dapat diklasifikasikan terdapat di Binjai pada awal abad ke-20 adalah:

 Etnis Tionghoa

 Etnis Tamil (India Keling)

 Etnis Jawa

 Etnis Minang

 Etnis Karo

 Etnis Melayu

 Etnis Mandailing

Adapun etnis yang dominan adalah Etnis Jawa, Etnis Karo, Etnis Tionghoa, Etnis Melayu dan Etnis Minang.

Kemudian berdasarkan catatan Karl J. Pelzer mengenai susunan etnis tahun 1930 pada distrik Binjai yakni:

 Melayu (termasuk Karo dan Simalungun Islam) : 1000 orang

 Jawa : 2000 orang

19Karl J. Pelzer. Toean Kebun Dan Petani (Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria. Jakarta:

Penerbit Sinar Harapan, 1985, hal 87.

(29)

 Etnis Lainnya(termasuk Etnis Minang) : 2000 orang

 Cina : 4000 orang.20

Kebanyakan penduduk yang tinggal di Binjai pada awal abad ke-20 berprofesi sebagai buruh-buruh di perkebunan dan pedagang(lihat lampiran 1.4)21

2.3. Kehidupan Religius

Keberagaman etnis yang menetap di wilayah Binjai terkait dengan tahun penulisan ini yakni pada awal abad ke – 20 sangatlah beragam. Binjai pada saat itu memang merupakan wilayah yang majemuk, dengan keberagaman etnis yang terdapat di dalamnya. Dimana masing-masing etnis membawa adat dan kebudayaannya masing-masing, serta masing-masing etnis yang ada di wilayah Binjai pada awal abad ke-20 dapat ditentukan identitasnya dalam kehidupan beragama.

Misalnya; etnis Tionghoa dan Tamil yang menganut agama Hindhu dan Budha, kemudian etnis Karo yang diidentikan dengan agama Kristen/Nasrani dan etnis Jawa, Melayu, Minang dan Mandailing identik dengan penganut Agama Islam.22 terkait dengan topik penulisan ini yang membahas tentang Organisasi Masyarakat Islam, maka penulis akan menggambarkan tentang kehidupan religius masyarakat Islam di Binjai pada awal abad ke – 20.

Masyarakat Binjai adalah masyarakat yang patuh dan taat pada ajaran agamanya, pada penganut agama Islam di Binjai yang dimaksud patuh dan taat yaitu

20Ibid. hal 86.

21Panitia penyusunan data-data historis Kotamadya Binjai. Op.cit.

22Ibid

(30)

menjalankan kegiatan beragama yang telah ada secara turun temurun meskipun tidak ada anjuran wajib ataupun sunnah dari agama Islam itu sendiri. Ini yang nantinya menjadi objek kritikan dari Muhammadiyah. Jika ditinjau dari segi kebudayaan, maka penduduk daerah ini cenderung kepada kebuadayaan Arab, hal ini disebabkan besarnya pengaruh agama yang tertanam dalam jiwa masyarakat, sehingga dapat dilihat pengaruh lagu-lagu Mesir dan Arab yang digemari betul di kalangan penduduk, dalam setiap perhelatan seperti perkawinan atau khitan, kurang lengkap rasanya jika tidak disertai nyanyian qasidah dan bacaan barzanji. Demikian juga dalam penggunaan alat musik, maka alat musik gambus adalah alat musik utama yang mereka pergunakan karena alat tersebut didatangkan dari Arab. Biola, gitar dan alat lainnya yang didatangkan dari Barat adalah haram menurut mereka.Kitab-kitab agama Islam, mulai dari hukum fiqih, tassawuf, ushuluddin dan sebagainya semuanya ditulis dalam tulisan Arab yang disebut dengan tulisan “Melayu” dan kitabnya disebut kitab“Jawi”.23

Selanjutnya, faham mereka tentang Islam menurut faham sebahagian besar pemeluknya yang penting sekali adalah untuk tuntunan akhirat, terutama tuntunan sewaktu mati dan sesudahnya. Sedikit sekali yang memahami dan mengerti, selain untuk tuntunan akhirat, juga tuntunan untuk mencapai kehidupan dunia, apalagi sampai kepada memahami bahwa Islam sanggup menuntun umatnya dalam

23Fuad Afsar. Op. cit

(31)

menyelesaikan urusan kenegaraan dan politik, karena fungsi sosial dalam Islam mereka artikan sangat terbatas sekali.24

Mengutip ungkapan ustaz H.A. Halim Hasan yang merupakan salah satu ulama yang berasal dari Binjai Sumatera Utara pada abad 20 – an menjelasakan:

“Bahwa suasana kehidupan awal tahun 1900-an ditandai ummat Islam berdagang sambil menunjukkan sikap fanatisme Islam yang kuat ibadah menggunakan sarana masjid, Mesjid didirikan oleh Sultan Raja-raja, semua beragama Islam. Fanatisme terasa pada khutbah Jum'at, mendoakan raja-raja tetap sehat dalam pemerintahannya. Sampai kini sisa-sisanya masih ada, seperti Masjid Raya Medan dan Tanjung Pura, dan masih banyak lainnya. Suasana keagamaan (Islam) juga terasa pada acara peresmian perkawinan, akikah kelahiran anak, pembagian harta warisan, penguburan jenazah.Karya besar ulama bidang, fikih, tasawuf,Ushuluddin, dan kitab lainnya ditulis dengan kaligrafi/khat arab atau tulisan melayu, akhirnya populer dengan sebutan kitab jawi. Dan orang tua dalam mendidik anak -anaknya, belum merasa lepas tanggung jawabnya, bila anaknya belum pandai menulis arab melayu tersebut, khususnya pandai membaca Al-Qur'an.”25

Sebelum berdirinya Muhammadiyah kehidupan dalam beragama (Islam) sudah sangat terasa di Binjai, hanya saja masih banyak kegiatan beragama yang tidak sesuai dengan Al – Qur’an dan Al – Hadist menurut Muhammadiyah, seperti wirit, kenduri dan melakukan sesajian, yang dikenal sebagai Bid’ah dalam Muhammadiyah dan inilah yang coba diperbaharui Muhammadiyah.

24Ibid

25Binjai-Kota.Muhammadiyah.or.id/(di unduh pada 26 Mei 2016)

(32)

BAB III

BERDIRINYA MUHAMMADIYAH DI BINJAI

3.1.Latar Belakang dan Visi - Misi Berdirinya Muhammadiyah di Binjai

Keberadaan Muhammadiyah tidak lepas dari berbagai faktor yang melatar- belakanginya. Baik dari faktor diri pribadi pendirinya yaitu KH. Ahmad Dahlan juga dipengaruhi oleh faktor dari luar KH. Ahmad Dahlan. Setidaknya ada beberapa latar belakang yang membuat berdirinya Muhammadiyah ;

 Latar Belakang Internal :

1. Aspirasi keagamaan KH. Ahmad Dahlan

KH. Ahmad Dahlan yang terinspirasi dari QS. Ali Imran : 104. Bahwa perlu

“diadakan” suatu golongan yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Dan bentuk golongan tersebut direalisasikan dengan ORGANISASI sebagai sarana untuk menyejahterakan umat Islam.

2. Keadaan Umat Islam

Umat Islam saat itu (tahun 1900 an) berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Miskin, bodoh, terpinggirkan. Kondisi ini dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam untuk menghancurkan, maka dari itu Muhammadiyah mencoba kembali membangkitkan semangat beragama dengan cara berorganisasi Muhammadiyah, sekiranya ini yang dilihat oleh Abbas Abisin selaku pelopor berdirinya Muhammadiyah di Binja, dimana Abbas Abisin ingin membangkitkan kembali semangat keislaman di Binjai.

(33)

 Latar Belakang Eksternal :

1. Praktek ajaran Islam yang tercampur dengan ajaran lain.

Penyebaran ajaran agama Islam pada masa awal di nusantara menggunakan sistem asimilasi yang tidak menimbulkan pertentangan dari masyarakat nusantara yang masih beragama Hindu, Budha maupun kepercayaan lainya. Asimilasi yang dilakukan oleh wali songo sangat berhasil memasukkan Islam dalam kehidupan masyarakat kala itu. Namun ketika para wali sudah tiada, tarbiyah yang dilakukan belum berhasil, ajaran Islam masih bercampur dengan ajaran yang lain, dan hal itu terjadi sampai sekarang dan dianggap sebagai ajaran Islam. Sebagai contoh adalah ritual Peringatan kematian 40 hari dan sebagainya. Hal inilah yang coba diluruskan oleh Muhammadiyah.

2. Adanya aktivitas misi Kristen (pemurtadan)

Penjajah Belanda dengan metodenya sendiri telah melakukan misi Gospel, yaitu meng-injilkan daerah jajahannya termasuk Indonesia. Kristenisasi dapat berjalan karena rakyat Indonesia yang mayoritas adalah umat Islam dalam keadaan miskin, dan rendah dalam memahami agamanya, sehingga Muhammadiyah mengambil langkah untuk mencegahnya dengan berdakwah.26

Secara garis besar faktor di atas melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyah hampir di seluruh wilayah Indonesia tidak terkecuali di Binjai, namun yang menjadi faktor utama yakni, Muhammadiyah yang pada awalnya masuk di Sumatera Timur melalui Medan ingin terus mengembangkan organisasi Muhammadiyah keseluruh

26 Abuddin Nata. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013. hal 380

(34)

wilayah Sumatera Timur serta menegakkan paham – paham agama yang selama ini salah dan tidak sesuai dengan sumber pokok ajaran Islam yakni Al – Qur’an dan Al - Hadist menurut Muhammadiyah. 27

Adapun Visi dan Misinya adalah:

1.Visi

Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan As- Sunnah dengan watak tajdid yang dimilikinya senantiasa istiqomah dan aktif dalam melaksanakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar di semua bidang dalam upaya mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil’alamin menuju terciptanya/terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

2.Misi

Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi munkar memiliki misi :

a. Menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah SWT yang dibawa oleh para Rasul sejak Nabi Adam as. hingga Nabi Muhammad saw.

b. Memahami agama dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan.

27 Muhammad Kadri, Op.cit. hal 215.

(35)

c. Menyebar luaskan ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an sebagai kitab Allah terakhir dan Sunnah Rasul untuk pedoman hidup umat manusia.

d. Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.28

3.1.1.Ajaran Muhammadiyah

Muhammadiyah sebagai Organisasi Sosial Keagamaan yang berlandaskan Islam membawa cita – cita murni, yaitu untuk memperbaiki kondisi umat Islam yang saat itu tidak sesuai dengan dasar – dasar pedoman hidup umat Islam yakni Al – Qur’an dan Al – Hadist (As – Sunah). Pemahaman mengenai Muhammadiyah terkandung dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Dasar Rumah Tangga Organisasi Muhammadiyah, yang dikenal sebagai Kepribadian Muhammadiyah.

Adapun muatan yang terkandung dalam Kepribadian Muhammadiyah itu adalah sebagai berikut :

1. Apakah Muhammadiyah itu

Muhammadiyah adalah Persyarikatan yang merupakan gerakan Islam.

Maksudnya ialah dakwah Islam, dan amar ma’ruf nahi munkar yang ditujukan kepada dua bidang yakni perseorangan dan masyarakat.Pada bidang pertama dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar Muhammadiyah terbagi untuk dua golongan; yakni, yang pertama kepada yang telah Islam bersifat pemurnian (Tajdid), yaitu mengembalikan kepada ajaran Islam yang

28Ibid. hal 217.

(36)

asli/murni. Yang kedua, kepada yang belum Islam, bersifat seruan dan ajakan untuk memeluk Islam. Adapun dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar kedua ditujukan kepada masyarakat yang bersifat perbaikan dan bimbingan peringatan, yang kesemuanya dilaksanakan bersama dengan bermusyawarah atas dasar taqwa dan keridhaan Allah SWT.

2. Dasar Amal Usaha dan Perjuangan Muhammadiyah

Dalam perjuangan melaksanakan usahanya menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sejahtera, Muhammadiyah mendasarkan segala gerak dan amal usahanya atas prinsip – prinsip yang tersimpul dalam Mukaddimah Anggaran Dasar, yaitu:

 Hidup manusia haruslah berdasarkan Tauhid, ibadah dan taat kepada Allah.

 Hidup manusia haruslah bermasyarakat atau bersosialisasi.

 Mematuhi ajaran – ajaran Islam dengan keyakinan bahwa ajaran Islam

itu satu – satunya landasan kepribadian dan ketertiban bersama untuk kebahagiaan dunia akhirat.

 Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam masyarakat

adlah kewajiban sebagai ibadah kepada Allah dan ihsan kepada sesama manusia.

 Mengikuti jejak langkah perjuangan Nabi Muhammad SAW.

 Melancarkan amal usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi.

(37)

3. Pedoman amal usaha dan perjuangan Muhammadiyah

Melihat prinsip dasar di atas, maka apapun yang diusahakan serta bagaimanapun cara perjuangan Muhammadiyah harus berpedoman. Dengan kata lain berpegang teguh akan ajaran Allah dan Rasulnya, bergerak membangun di segenap bidang dan lapangan dengan menggunakan cara serta menempuh jalan yang diridhai Allah.

4. Sifat Muhammadiyah

Melihat penjabaran poin – poin diatas maka Muhammadiyah memiliki dan wajib memelihara sifat – sifat sebagai berikut :

 Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan.

 Memperbanyak pergaulan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah.

 Lapang dada, luas pandangan, dengan memegang teguh ajaran Islam.

 Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan.

 Mengindahkan segala hukum, undang – undang, peraturan, serta dasar dan falsafah negara yang sah.

Amar ma’ruf dan nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh teladan, sesuai dengan ajaran Islam.

 Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud islah dan pembangunan, sesuai dengan ajaran Islam.

 Kerjasama dengan golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan dan mengamalkan agama Islam serta membela kepentingannya.

(38)

 Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam

memelihara dan membangun Negara untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur yang diridhai Allah.

 Bersifat adil dan korektif ke dalam dan keluar dengan bijaksana.29

3.1.2.Identitas Gerakan Muhammadiyah

Selayaknya sebuah organisasi, semestinya memiliki identitas yang terdapat pada tubuh organisasi itu sendiri. Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi sosial keagamaan menentukan dan meneruskan identitasnya sendiri demi mencapai tujuan dari organisasinya. Adapun identitas yang tersematkan pada Muhammadiyah diantaranya :

 Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam

Muhammadiyah sebagai gerakan Islam berkaitan dengan tujuan Muhammadiyah yakni menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam.

Menggerakkan Islam berarti mengamalkan ajaran islam, dan cara yang dilakukan Muhammadiyah dalam menggerakan Islam adalah menempatkan Al – Qur’an dan As – Sunnah Nabi Muhammad S.A.W. sebagai sumber amal dan ibadah.30 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Muhammadiyah adalah suatu gerakan Islam yang berpedoman pada Al – Qur’an dan Al –

29 Djamaluddin Ahmad Al Buny. Pendidikan Kemuhammadiyahan Jilid 3. Surabaya: PT Bina Ilmu, 1991, hal 3 – 5.

30Djamaluddin Ahmad Al Buny. Pendidikan Kemuhammadiyahan Jilid 2. Surabaya: PT Bina Ilmu, 1990, hal 29.

(39)

Hadist yang shahih, untuk beramal dan beribadah kepada Allah S.W.T. dalam mencapai cita – citanya. Berikutnya, adapun cara yang

dilakukan Muhammadiyah dalam melakukan gerakan Islam yakni dengan cara berorganisasi, atau yang dikenal persyarikatan oleh orang Muhammadiyah.

 Muhammadiyah sebagai Gerakan Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Muhammadiyah yang sejak awal didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan ialah untuk mendakwahkan Agama Islam kepada masyarakat. Menyampaikan kepada masyarakat tentang kebaikan dan keindahan Agama Islam, melalui amar ma’ruf nahi munkar. Dengan tugas pokok;

- Dakwah Islam yang artinya menyeru, mengajak manusia kepada ajaran Islam, dengan cara memberi pengertian dan kesadaran akan kebenaran ajaran Islam.

- Amar ma’ruf yaitu menyerukan kepada setiap manusia untuk berbuat ma’ruf (kebaikan) sesuai dengan ajaran Islam di segala aspek kehidupan.

- Nahi munkar yaitu mencegah manusia untuk berbuat keji dan munkar di dalam semua aspek kehidupan.31

Amar ma’ruf nahi munkar adalah realitas dari Dakwah Islam.

31Ibid, hal 30.

(40)

 Muhammadiyah sebagai Gerakan Tajdid

Tajdid memiliki arti pembaharuan, ini menjadi jargon dari Organisasi Muhammadiyah sebagai gerakan yang berusaha untuk memperbaruai cara berpikir, memahami dan menginterpretasi ajaran Islam. Dengan kata lain Muhammadiyah ingin mengembalikan ajaran Islam yang sudah bercampur aduk dengan paham -paham agama dan tradisi yang bukan berasal dari ajaran Islam yang menjurus ke arah Syirik, Khurafat dan Bid’ah.32 Sifat Tajdid yang digagas dan digunakan dalam gerakan organisasi Muhammadiyah sebenarnya tidak hanya sebatas pengertian upaya memurnikan ajaran Islam dari berbagai perbuatan yang tertera di atas, akan tetapi juga termasuk dengan upaya – upaya Muhammadiyah dalam melakukan berbagai pembaharuan di dalam cara – cara pelaksanaan Islam dalam kehidupan bermasyarakat dan bersosialisasi, diantaranya :

- Memperbarui cara penyelenggaraan pendidikan.

- Cara penyantunan terhadap fakir miskin dan anak yatim.

- Cara pengelolaan zakat fitrah dan zakat harta benda.

- Cara pengelolaan rumah sakit.

- Pelaksanaan sholat Ied dan Kurban.

Dan sebagainya,33

32Djamaluddin Ahmad Al Buny. Op.cit. hal 33.

33Muhammad Kadri, Op.cit. hal 137 – 138.

(41)

 Muhammadiyah sebagai Gerakan Nasional

Muhammadiyah yang lahir pada masa pemerintahan kolonial Belanda secara otomatis menjadi sebuah gerakan nasional, hal ini tercermin dari kegiatan Muhammadiyah selain mensyiarkan Islam, Muhammadiyah juga ikut membangkitkan semangat nasional di bidang kesejahteraan umat melalui bidang pendidikan, dengan penyiaran – penyiaran, Tabligh dan Pengajian.

Sejak berdirinya, Muhammadiyah sudah menunjukan bagaimana ia membangkitkan semangat nasional melalui penyebaran Islam.

Dalam tujuan Muhammadiyah di awal berdirinya disebut bahwasanya salah satu tujuan Muhammadiyah adalah memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran Agama Islam di Hindia Nederland.34 Dapat dilihat jelas berdasarkan kalimat tersebut di atas mengandung semangat juang dan keinginan yang menyala – nyala dari Organisasi Muhammadiyah ini untuk terus memajukan umat Islam dan Bangsa Indonesia.

Gerakan – gerakan di atas yang melekat pada Muhammadiyah dan secara serta merta melekat pula pada setiap Organisasi Muhammadiyah yang ada dimanapun berdiri. Termasuk juga di wilayah Binjai yang merupakan topik pembahasan skripsi ini.

34Ibid. hal 37.

(42)

3.2. Berdirinya Muhammmadiyah di Binjai

Membahas tentang berdirinya Muhammadiyah di Binjai tidak terlepas dari pembahasan Muhammadiyah Sumatera Timur, hal ini dikarenakan Binjai merupakan wilayah bagian dari keresidenan Sumatera Timur terkait dengan tahun penulisan skripsi ini. Seperti yang tertera pada latar belakang masalah skripsi ini, bahwa Untuk wilayah Sumatera, Muhammadiyah pertama kali berdiri di daerah Sumatera Barat, yang dibawa oleh Abdul Karim Amarullah pada tahun 1925. Pada awalnya para perantau – perantau Minang ini berkumpul dan mengadakan pengajian yang rutin yang diselenggarakan hampir setiap minggu. Dari pengajian – pengajian ini mereka sering berdiskusi tentang masalah – masalah agama dan politik Indonesia pada saat itu, tidak terlepas dari pembahasan mengenai Muhammadiyah yang telah berkembang di kampung halaman mereka. Dari pengajian rutin inilah kemudian cikal bakal Muhammadiyah mulai terbentuk di wilayah Sumatera Timur, tepatnya di Tanah Deli atau Medan saat ini, pada 25 November 1927 Muhammadiyah berdiri di Deli (Medan) diketuai oleh H.R. Muhammad Said yang merupakan anggota pengurus Sarekat Islam di Pematang Siantar yang cerdas dan seorang pemimpin redaksi Pewarta Deli, maka dari itu beliau diminta mengetuai Muhammadiyah Sumatera Timur pada waktu itu.35 Dan dari daerah inilah Muhammadiyah bergerak ke seluruh wilayah SumateraTimur, yang mana Binjai juga menjadi salah satu bagian wilayahnya.

35Muhammad Kadri, Op.cit. hal 191

(43)

Di Binjai sendiri Muhammadiyah telah mulai di perkenalkan pada tahun 1929 melalui pengajian-pengajian, yang dibawa oleh orang-orang Minang yang merantau ke Binjai. Adalah seorang guru agama yang datang dari Batu Sangkar Minangkabau bernama Abbas Abisin yang mempelopori terbentuknya Muhammadiyah di Binjai, yang sebelumnya beliau menggabungkan diri dengan Muhammadiyah Medan.

Pernyataan ini didukung pula dengan wawancara yang penulis lakukan dengan bapak Sufriadi Hasan Basri selaku mantan pengurus Muhammadiyah Binjai periode 1990 – 1995 yang dipercaya oleh anggota Muhammadiyah Binjai mengetahui seluk beluk sejarah kemuhammadiyahan di Binjai. Beliau mengungkapkan Bahwa memang Muhammadiyah di Binjai dipelopori oleh orang Minang yang bernama Abbas Abisin, bahkan dapat dikatakan di Binjai sendiri pada waktu itu para anggotanya kebanyakan adalah orang Minang bahkan hingga saat ini pun demikian.36

Berikutnya Abbas Abisin menarik 11 temanya dari Binjai untuk menjadi anggota Muhammadiyah Medan, adapun mereka adalah; M. Sabirin, Saidi Ibrahim, St. Rajo Ameh , Ahmad Adam, Daridin st. Batuah, Muhammad Isa, Malin Kayo Jamil, A. Manan Gadang , A. Manan Uban, Rabaini, Usman Jamil, namun mereka enggan untuk diberitahukan tentang keanggotaanya karena takut akan diusir oleh Sultan yaitu Sultan Mahmud Abdul Aziz Abdul Jalil Rahmadsyah.37

36 Wawancara: Sufriadi Hasan Basri. 24 Mei 2016. Kuala Madu, Langkat.

37Muhammad Kadri. Op.cit. hal 205

(44)

Selanjutnya, Abbas Abisin dan 11 orang temannya meminta kepada H.R.

Muhammad Said selaku Pimpinan Muhammadiyah Wilayah Sumatera Timur untuk mendirikan Muhammadiyah di Binjai, dan beliau menanggapinya dengan mengutus para mubaligh Muhammadiyah namun tidak berhasil, sebanyak dua kali para utusan mubaligh meminta izin kepada sultan namun tetap tidak mendapat titik terang, hingga H.R Muhammad Said sendiri datang ke Binjai untuk meminta izin mendirikan Organisasi Muhammadiyah kepada Sultan yang berkuasa di Binjai, selanjutnya barulah pada 20 November 1930 Muhammadiyah Binjai dapat Berdiri dengan catatan belum keluar SK (Surat Keterangan) dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Yogyakarta.38

Adapun jumlah anggota Muhammadiyah Binjai pada waktu berdirinya berjumlah 12 orang tidak termasuk simpatisan Muhammadiyah yang mana di dominasi oleh etnis Minang, dengan struktur kepengurusannya :

Ketua : Abbas Abisin Sekretaris : M. Sabirin Bendahara : Saidi Ibrahim Anggota : St. Rajo Ameh

Ahmad Adam Daridin st. Batuah Muhammad Isa Malin Kayo Jamil A. Manan Gadang A. Manan Uban Rabaini

Usman Jamil.39

38Fuad Afsar. Op.cit.

39Ibid.

(45)

Muhammadiyah Binjai pada awal berdirinya bertepatan dengan kekuasaan bangsa Kolonial Belanda, wilayah kerjanya mencakup Binjai-Langkat karena memang Binjai pada tahun terkait menjadi bagian dari wilayah Langkat, bahkan menjadi Ibukota dari pemerintahan Kesultanan Langkat atau dikenal sebagai Kotapraja (Gemente).40

Seperti yang tersebut di atas bahwa berdirinya Muhammadiyah di Binjai tanggal 20 November 1930, belum keluar Surat Keterangan (SK) dari pimpinan Muhammadiyah di Yogyakarta, namun walaupun demikian Muhammadiyah telah aktif menjalankan organisasinya dan telah rutin menjalankan beberapa kegiatan – kegiatan seperti pengajian – pengajian yang mendengungkan bahwa hidup harus berpedoman pada sumber pokok ajaran Islam yang berlandaskan Al – Qur’an dan Hadist, serta memberantas perbuatan – perbuatan yang tidak tersurat pada sumber pokok ajaran Islam yakni Bid’ah, Khufarat dan Syirik, juga berbagai kegiatan sosial keagamaan lainnya seperti menyantuni fakir miskin dan anak yatim. Kemudian barulah pada 28 Oktober 1936 terbit Surat Keterangan (SK) dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan no. 596/B, Muhammadiyah semakin memantapkan kegiatan berorganisasinya di Binjai.41

40Panitia penyusunan data-data historis Kotamadya Binjai. Op.cit.

41Fuad Afsar. Op.cit.

(46)

Berkembangnya Muhammadiyah di Binjai secara tidak langsung memang dipengaruhi dengan masyarakat Binjai yang heterogen, dimana tidak ada orientasi khusus yang diterapkan oleh pemerintahan yang berkuasa di Binjai saat itu.

Tidak adanya pembatasan mengenai orientasi – orientasi yang dilakukan oleh berbagai lembaga – lembaga masyarakat dan organisasi – organisasi yang masuk di Binjai, maka secara otomatis Muhammadiyah dapat masuk dan berkembang di wilayah Binjai.

3.3.Struktur Organisasi Muhammadiyah di Binjai 1930 - 1945

Setelah Muhammadiyah diperbolehkan melebarkan sayap organisasinya keluar pulau Jawa tahun 1921, Muhammadiyah menetapkan program kerjanya yang didukung dengan pengurus organisasi disetiap daerah secara struktural (lihat lampiran 1.5).

Selama tahun 1930 hingga tahun 1945 Muhammadiyah di Binjai mengalami beberapa pergantian pengurus sebanyak tiga kali, yaitu;

 Kepengurusan pertama yang bertepatan dengan masa pemerintahan kolonial Belanda dan bertahan sampai tahun 1942, dan berganti.

Ketua : Abbas Abisin Sekretaris : M. Sabirin Bendahara : Saidi Ibrahim Anggota : St. Rajo Ameh

Ahmad Adam Daridin st. Batuah

(47)

Muhammad Isa Malin Kayo Jamil A. Manan Gadang A. Manan Uban Rabaini

Usman Jamil.42

 Kepengurusan kedua yang bertepatan dengan masa pemerintahan Jepang

namun hanya bertahan sebentar sampai tahun 1944 dan berganti lagi.

Ketua : Rustam Thaib Sekertaris : Izuddin Qadir Bendahara : A. Manan Sir Anggota : A. Gani Arsyad

Baharuddin Ali Syahbuddin Alauddin Samah.43

 Kepengurusan berikutnya berperan penting dalam prosesi kemerdekaan

Indonesia di Binjai pada tahun 1945 sebagai penerima kabar kemerdekaan melalui telegram yang berasal dari wilayah Padang yaitu :

Ketua : Abd Rahim Haetamy Sekertaris : Malin Kayo Jamil Bendahara : Yahya Nata44 Anggota : A. Rahman Yakub

Baharuddin Ali

42Fuad Afsar. Op.cit.

43Ibid

44 Fuad Afsar. Op.cit.

(48)

BAB IV

DINAMIKA MUHAMMADIYAH DI BINJAI (1930 – 1945)

4.1.Faktor – faktor yang Mendorong Perkembangan Muhammadiyah di Binjai

Sebagi sebuah pemahaman yang baru tentu saja Muhammadiyah tidak langsung diterima begitu saa oleh masyarakat Binjai, apalagi Muhammadiyah mencoba memberantas segala bentuk tindak tanduk yang dianggap tidak sesuai dengan sumber pokok ajaran Islam yaitu Al – Qur’an dan Hadist yang mana kegiatan – kegiatan itu telah mendarah daging dilakukan secara turun – temurun. Seperti kenduri kematian 40 hari, wirit dan permohonan kepada mayat.

Alasan diatas menjadi salah satu faktor didirikanya Muhammadiyah di Binjai disamping memang Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi ingin mengembangkan organisasinya.

Terdapat beberapa kegiatan yang membuat Muhammadiyah dapat berkembang dan diterima masyarakat, yaitu dengan cara dakwah yang terus menerus dilakukan serta yang terpenting adalah bentuk nyata yang terealisasi melalui kegiatan dan kepedulian sosial terhadap sesama seperti memberi bantuan kepada fakir miskin dan menyantuni anak – anak yatim.45

Sekiranya hal ini adalah analisa penulis, beberapa faktor itu membawa dampak positif dari masyarakat Binjai sehingga Muhammadiyah dapat diterima dan

45 Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942 Jakarta: LP3S, 1991. hal 124.

(49)

berkembang di Binjai. Pernyataan ini sejalan pula dengan wawancara yang penulis lakukan dengan mantan ketua Pimpinan Daerah Binjai. yang menyebutkan bahwa dapat berkembangnya Muhammadiyah di Binjai maupun didaerah lain memang didasari bentuk tindakan nyata yang dilakukan Muhammadiyah, seperti kepeduliannya terhadap pendidikan Islam dan sosial kemasyarakatan, sekiranya Muhammadiyah hanya berdakwah kemungkinan Muhammadiyah tidak sebesar saat ini.46

Selanjutnya akan dibahas mengenai beberapa faktor –faktor yang mendukung perkembangan Muhammadiyah di Binjai.

4.1.1.Dakwah dan Kepedulian Sosial Muhammadiyah dalam Mengembangkan Organisasinya di Binjai

Sejak awal di dirikannya oleh K.H. Ahmad Dahlan Muhammadiyah memang bertujuan sebagai Dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar. Seperti yang tertera pada bab sebelumnya dakwah yang dilancarkan oleh Muhammadiyah bersifat Tajdid (pemurnian). Dalam arti yang luas Tajdid disini semata – mata bukan hanya memurnikan atau memperbaharui segala perbuatan yang menyimpang dari ajaran Islam yang sesungguhnya, melainkan ikut berperan dalam pembaharuan dalam berbagai bidang seperti pendidikan dan sosial kemasyarakatan.47

46 Wawancara: As Adinata, 1 Juni 2016. Kebun Lada, Binjai.

47Abdul Munir Mulkhan. Op.cit. hal 27.

(50)

Sejak kelahiran Muhammadiyah, konsep dakwah mengalamai perluasan makna dan cakupan. Dakwah tidak lagi sebatas dan identik dengan berceramah.

Aktivitas yang terkait dengan penyelenggaraan rumah sakit, pendidikan, panti sosial dan tentu saja aktivitas penyelenggaraan pengajian dan pengkajian serta berceramah adalah dakwah. Semua aktivitas yang dilakukan oleh Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, adalah dakwah. Aktivitas dakwah kemudian dilembagakan dan diorganisir secara permanen oleh Muhammadiyah.48

Kepribadian Muhammadiyah menetapkan bahwa Muhammadiyah adalah persyarikatan yang merupakan gerakan Islam, yang maksud gerakannya ialah Dakwah Islam dan amar ma’ruf nahi munkar dalam segala aspek kehidupan manusia, baik sebagai perorangan maupun kepada kelompok manusia secara kolektif, untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar – benarnya. Kepribadian Muhammadiyah menetapkan bahwa Muhammadiyah berjuang dalam segala bidang tanpa mengorbankan prinsip, dengan landasan dan pedomannya kembali kepada sumber pokok Agama Islam yakni Al – Qur’an dan As – Sunnah (Al – Hadist).49

Sebagai gerakan dakwah yang multidimensi, muhammadiyah senantiasa melakukan terus menerus langkah-langkah dakwah, baik secara kualitif maupun kuantitatif menuju terwujudnya cita-cita dan tujuan Muhammadiyah, yaitu

48Alwi Shihab. Membendung Arus : Respons Gerakan Muhammadiyah Terhadap Penetrasi Misi Kristen di Indonesia. Bandung : Penerbit Mizan, 1998. hal 105.

49Umar hasyim.Op.cit. hal 47.

(51)

masyarakat islam yang sebenar benarnya. Muhammadiyah memandang bahwa dakwah memiliki pengertian yang luas, yakni dengan tujuan untuk mengajak seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) agar memeluk dan mengamalkan ajaran islam kedalam kehidupan nyata.50

Dalam muatan kepribadian Muhammadiyah dinyatakan bahwa maksud Gerakan Dakwah Islam Amar Ma’ruf Nahi Munkar yang ditujukan kepada dua bidang yaitu Perseorangan dan masyarakat.

 Perseorangan yang terbagi dalam dua kelompok, yaitu :

1. Orang yang sudah islam

-Sifat Dakwah kepada orang yang sudah Islam

Sifat dakwah yang ditujukan kepada orang yang sudah islam bukan lagi bersifat ajakan untuk menerima islam sebagai keyakinan, akan tetapi bersifat Tajdid dalam arti pemurnian. Artinya bahwa tajdid yang dikenakan pada golongan ini adalah bersifat menata kembali amal keagamaan mereka sedemikian bersih dan murninya.

Sebagaiman yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-rasul-Nya. Tajdid terhadap amal keberagamaan umat Ijamah meliputi beberapa bidang, yaitu :

a. Akidah

Akidah yaitu ajaran yang berhubungan dengan kepercayaan keyakinan hidup.

Pada bidang ini tekanan Tajdid yang perlu mendapat perhatian cukup serius adalah dalam bidang ajaran tauhid, seperti 3 bentuk penyakit yang ditegaskan oleh

50Maryadi, Abdullah Aly (Ed). Muhammadiyah dalam Kritik. Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2001. hal 23.

Referensi

Dokumen terkait

Sembilan ratus delapan puluh lima juta delapan ratus empat puluh empat ribu rupiah,- termasuk PPN 10 %-. PEMENANG CADANGAN

Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertasi Contoh Praktis Riset Media, Public Relation, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran.. Metodologi Penelitian

Sehubungan dengan penawaran yang masuk kurang dari 3 (tiga), dan telah dilakukannya evaluasi administrasi, evaluasi teknis, evaluasi harga untuk penawaran paket

Rujuk buku panduan ujian kenaikan pangkat L/Kpl KRS. Rujuk buku panduan KRS/TKRS m/s 90

Berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Lelang Nomor : 07/TAP/DPU/SDA-06/POKJA/2015 tanggal 29 April 2015 tentang Penetapan Pemenang Lelang Paket Pekerjaan Peningkatan Jaringan Irigasi

Media penyampaian informasi dan pelayanan melalui situs WAP inilah yang tepat diterapkan pada Hotel Santika Jakarta berbagai fitur yaitu informasi dan pelayanan pemesanan kamar

The purpose of this study was to find out the impact of CSR performance on firm reputation, and also the impact of board diversity and gender composition (in this

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Se jauhmanakah