• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI KOMUNIKASI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI ACEH MELALUI PROGRAM WISATA HALAL WILAYAH BANDA ACEH, ACEH BESAR, DAN SABANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI KOMUNIKASI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI ACEH MELALUI PROGRAM WISATA HALAL WILAYAH BANDA ACEH, ACEH BESAR, DAN SABANG"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI KOMUNIKASI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI ACEH MELALUI PROGRAM WISATA HALAL WILAYAH BANDA ACEH, ACEH

BESAR, DAN SABANG

Di beberapa negara di dunia, terminologi wisata syariah menggunakan beberapa nama yang cukup beragam diantaranya Islamic Tourism, Halal Friendly Tourism Destination, Halal Travel, Muslim-Friendly Travel Destinations, halal lifestyle, dan lain-lain. Pariwisata Syariah

dipandang sebagai cara baru untuk mengembangkan pariwisata Indonesia yang menjunjung tinggi budaya dan nilai-nilai Islami.

Selama ini wisata halal dipersepsikan sebagai suatu wisata ke kuburan (ziarah) ataupun ke masjid. Padahal, wisata halal tidak diartikan seperti itu, melainkan wisata yang di dalamnya berasal dari alam, budaya, ataupun buatan yang dibingkai dengan nilai-nilai Islam.

Dahulu produk halal yang dibayangkan hanya produk makanan, minuman, obat-obatan dan kosmetika yang tidak mengandung alkohol atau bahan kimia yang mengandung unsur babi, darah dan bangkai. Saat ini, telah terjadi evolusi dalam industri halal hingga ke produk keuangan (seperti perbankan, asuransi, dan lain-lain) hingga ke produk lifestyle (travel, hospitalitas, rekreasi, dan perawatan kesehatan). Sektor ekonomi Islam yang telah mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam produk lifestyle di sektor pariwisata adalah pariwisata syariah atau disebut juga wisata halal. Sebagai industri tanpa asap, pariwisata terus mengalami perkembangan yang luar biasa dari yang bersifat konvensional menjadi mengarah pada pemenuhan gaya hidup (lifestyle). Trend wisata halal sebagai salah satu pemenuhan gaya hidup saat ini telah menjadi kekuatan pariwisata dunia yang mulai berkembang pesat.

Wisata halal merupakan suatu model wisata yang mana selalu mengedepankan nilai-nilai

Islami dalam objek wisatanya. Contohnya seperti di Pantai Lampu’uk yang menyediakan mesjid

(2)

untuk para wisatawan beribadah ketika waktu salat. Hal-hal seperti itulah yang membuat para wisatawan betah untuk berwisata ke situ.

Banda Aceh, Aceh Besar, dan Sabang merupakan destinasi wisata yang saling terkait.

Pada tiga lokasi wilayah ini, terdapat destinasi wisata yang dikembangkan menuju wisata halal yang ada di Aceh. Banda Aceh sendiri, setiap tahun menargetkan peningkatan kunjungan wisatawan sebesar 20 persen. Dari tahun 2013 ke 2014 ada peningkatan sekitar 40 persen. Itu target yang tercantum di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Banda Aceh 2012-2017.

Aceh masih memiliki pekerjaan rumah yang sangat banyak salah satunya adalah menghadirkan wisata halal yang benar-benar dapat terlaksana dengan baik. Wisata halal selain memastikan bahwa makanan yang disajikan adalah makanan yang halal juga dapat memberikan sertifikasi halal kepada rumah makan yang ada di Aceh. Penggunaan air bersih dan suci untuk mengolah makanan, proses penggantian air yang rutin, tidak menggunakan air bekas yang sudah begitu lama untuk memberihkan makanan, proses menyucikan ikan yang benar. Hingga makanan itu terjadi di depan meja para konsumen.

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Aceh mencatat jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke provinsi itu pada Agustus naik tajam mencapai 177 persen dibanding Juli 2016 yakni dari 2.363 orang menjadi 6.552 orang.

Perkembangan signifikan dari tahun ke tahun data kunjungan wisata ke Banda Aceh,

Aceh Besar dan Sabang saat ini merupakan rangkaian dari proses strategi komunikasi yang

dijalankan masing-masing dinas Pariwisata di tiga wilayah tersebut.

(3)

Perlu ada standar khusus yang harus dibuat oleh Dinas Kebudayan dan Pariwisata untuk membuat sertifikasi halal. Agar wisata halal dapat terwujud dengan benar di wilayah Aceh yang saat ini menganut syariat Islam. Wisata halal termasuk bagian dari industri pariwisata yang ditujukan untuk wisatawan Muslim. Pelayanan wisatawan dalam pariwisata halal merujuk pada aturan-aturan Islam. Salah satu contoh dari bentuk pelayanan ini misalnya Hotel yang tidak menyediakan makanan ataupun minuman yang mengandung alkohol dan memiliki kolam renang serta fasilitas spa yang terpisah untuk pria dan wanita.

Selain hotel, transportasi dalam industri pariwisata halal juga memakai konsep Islami.

Penyedia jasa transportasi wajib memberikan kemudahan bagi wisatawan muslim dalam pelaksanaan ibadah selama perjalanan. Kemudahan ini bisa berupa penyediaan tempat salat di dalam pesawat, pemberitahuan berupa pengumuman maupun azan jika telah memasuki waktu salat selain tentunya tidak adanya makanan atau minuman yang mengandung alkohol dan adanya hiburan Islami selama perjalanan.

Bagaimana Strategi Dinas Kebudayaan Dan pariwisata Aceh Melalui Program Wisata Halal Wilayah Banda Aceh, Aceh Besar, dan Sabang? Bagaimana Dinas Kebudayaan Provinsi Aceh Mengemas Pesan Agar Wilayah Banda Aceh, Aceh Besar, dan Sabang menjadi menarik untuk dikunjungi? Mitra apa saja yang dijalin oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh dalam menggaet bidang kerja sama demi mewujudkan wisata halal di Aceh?

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Strategi Dinas Kebudayaan Dan pariwisata Aceh Melalui Program Wisata Halal Wilayah Banda Aceh, Aceh Besar, dan Sabang.

Penelitian ini juga bertujuan mengetahui Bagaimana Dinas Kebudayaan Provinsi Aceh

Mengemas Pesan Agar Wilayah Banda Aceh, Aceh Besar, dan Sabang menjadi menarik untuk

dikunjungi.

(4)

Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communis yang artinya membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata communico yang artinya membagi.

1

Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. Akan tetapi definisi-definisi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagi hal-hal tersebut.

2

Menurut Stephen W. Littlejohn, seorang pakar komunikasi dari Amerika Serikat, sebagaimana dikutip oleh Muhammad Mufid, mengatakan bahwa perbedaan tersebut disebabkan dimensi dasar yang digunakan untuk mendefinisikan komunikasi. Pertama adalah level observasi atau tingkat keabstrakan, yakni beberapa definisi bersifat luas dan inklusif (terbuka), sedangkan sebagian lain justru bersifat terbatas. “Komunikasi adalah proses menghubungkan bagian bagian dari satu sama lain”, tentu bersifat umum. Sedangkan komunikasi sebagai “proses mengirimkan pesan dan perintah militer melalui telepon” adalah definisi yang terbatas.

3

1. Teori Strategi Komunikasi

Seperti halnya dengan strategi dalam bidang apapun, strategi komunikasi harus didukung oleh teori, karena teori merupakan pengetahuan berdasarkan pengalaman yang sudah diuji kebenarannya. Banyak teori komunikasi yang sudah diketengahkan oleh para ahli, tetapi untuk strategi komunikasi barangkali yang memadai baiknya untuk dijadikan pendukung strategi komunikasi ialah teori analisis SWOT. Teori Analisis SWOT adalah sebuah teori yang digunakan untuk merencanakan sesuatu hal yang dilakukan dengan SWOT . SWOT adalah sebuah singkatan dari, S adalah Strenght atau Kekuatan, W adalah Weakness atauKelemahan, O adalah Oppurtunity atau Kesempatan, dan T adalah Threat atau Ancaman. SWOT ini biasa

1 Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2013), Hal.

33.

2 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT. Remaja Rosadakarya, 2007), Hal. 46.

3 Muhammad Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, (Jakarta: Kencana, 2007), hal. 2.

(5)

digunakan untuk menganalisis suatu kondisi dimana akandibuat sebuah rencana untuk melakukan sesuatu, sebagai contoh, program kerja.

David dan Fred R, seperti yang dikutip oleh Jogiyanto memeberikan penjelasan dari SWOT:

a. Kekuatan (Strenghts)

Situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau program pada saat ini. Strenght ini bersifat internal dari organisasi atau sebuah program.

b. Kelemahan (Weakness)

Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, keterampilan, dan kapabilitas yang secara efektif menghambat kinerja perusahaan. Keterbatasan tersebut dapat berupa fasilitas, sumber daya keuangan,kemampuan manajemen dan keterampilan pemasaran dapat merupakan sumber dari kelemahan perusahaan.

c. Peluang (Opportunities)

Peluang adalah situasi penting yang mengguntungkan dalam lingkungan perusahaan.

Kecendrungan-kecendrungan penting merupakan salah satu sumber peluang, seperti perubahaan teknologi dan meningkatnya hubungan antara perusahaan dengan pembeli atau pemasok merupakan gambaran peluang bagi perusahaan.

d. Ancaman (Threats)

Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungan dalam lingkungan

perusahaan. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi sekarang atau yang

diinginkan perusahaan. Adanya peraturan-peraturan pemerintah yang baru atau yang

direvisi dapat merupakan ancaman bagi kesuksesan perusahaan.

(6)

Wisata dalam bahasa inggris disebut “tour” yang secara etimologi berasal dari kata Torah (Ibrani) yang berarti belajar, Tornus (Bahasa Latin) yang berarti alat untuk membuat

lingkaran, dan dalam bahasa Perancis Kuno disebut Tour yang berarti mengelilingi sirkuit. Pada umumnya orang memberi padanan kata wisata dengan rekreasi, wisata adalah sebuah perjalanan, namun tidak semua perjalanan dapat dikatakan wisata.

Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik. Wisata adalah sebuah perjalanan dimana seseorang dalam perjalanannya singgah sementara dibeberapa tempat akhirnya kembali lagi ke tempat asal dimana ia mulai melakukan perjalanan.

Berdasarkan pada ketentuan WATA (World Association of Travel Agent = Perhimpunan Agen Perjalanan Sedunia), wisata adalah perjalanan keliling selama lebih dari tiga hari, yang diselenggarakan oleh suatu kantor perjalanan di dalam kota dan acaranya antara lain melihat-lihat di berbagai tempat atau kota baik di dalam maupun di luar negeri. Wisata itu juga tidak harus mengelilingi suatu tempat atau kota, bisa saja hanya melewatinya saja tanpa berkeliling.

Komunikasi sangat diperlukan dalam penyampaian perkenalan tempat wisata. Menurut

William Albig, komunikasi adalah proses pengoperan lambing-lambang berarti diantara

individu. Untuk memahami komunikasi secara lebih jelas, sering digunakan paradigma. Laswell,

dalam karyanya “The Structure and Function of Communication in Society”, Laswell

mengajukan suatu paradigma, yaitu who, say what, to whom, in which channel, dan with what

effect. Berdasarkan paradigm laswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari

komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

(7)

Terminologi wisata halal di beberapa negara ada yang menggunakan istilah seperti Islamic tourism, halal tourism, halal travel, ataupun as moslem friendly destination. Dalam

bahasa Indonesia, wisata halal bisa juga dikatakan sebagai wisata syariah. Menurut pasal 1 Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia No. 2 Tahun 2014 tentang pedoman penyelenggaraan usaha hotel syariah, yang dimaksud syariah adalah prinsip-prinsip hukum islam sebagaimana yang diatur fatwa dan/atau telah disetujui oleh Majelis Ulama Indonesia. Istilah syariah mulai digunakan di Indonesia pada industri perbankan sejak tahun 1992. Dari industri perbankan berkembang ke sektor lain yaitu asuransi syariah, pengadaian syariah, hotel syariah, dan pariwisata syariah (wisata halal). Definisi wisata halal adalah kegiatan yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah yang memenuhi ketentuan syariah (Kemenpar, 2012).

Penelitian ini menggunaka teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tehnik observasi dan tehnik wawancara. Penelitian ini juga dilengkapi dengan dokumentasi foto-foto yang akan dilampirkan dilembaran penelitian.

Teknik observasi. Melakukan pengamatan langsung ke objek penelitian untuk melilhat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Adapun objek observasi dalam penelitian ini adalah strategi komunikasi pemerintah Kota Banda Aceh dalam mempromosikan wisata halal di Banda Aceh.

Wawancara. Pengumpulan data-data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya atau proses tanya jawab dan tatap muka untuk menghasilkan berbagai keterangan. Yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah pegawai di lingkungan pemerintah kota Banda Aceh, Aceh Besar, dan Kota Sabang.

Wisata halal mulai menjadi gencar di perbincangkan sejak Provinsi Aceh memenangkan

penghargaan dalam Halal Touris Award pada tahun 2016 yang lalu. Untuk menyelenggarakan

(8)

wisata halal tersebut, tentunya Pemeritah Kota Banda Aceh, Aceh Besar, dan Sabang perlu melakukan promosi kepada calon wisatawan lokal maupun asing.

Dalam upaya mempromosikan wisata halal ke calon wisatawan, tentunya harus mempunyai strategi yang baik, salah satu strategi yang harus dimiliki adalah strategi komunikasi.

Strategi komunikasi yang dilakukan oleh tig dinas di Banda Aceh, Aceh Besar, dan Sabag antara lain melakukan edukasi kepada masyarakat bahwa Banda Aceh telah berkomitmen menyelenggarakan wisata halal.

Selain itu, dinas pariwisata Banda Aceh Aceh Besar, dan Sabang juga menyediakan sarana dan prasarana untuk dimanfaatkan oleh masyarakat. Anggaran merupakan strategi dalam mendukung promosi wisata halal, namun hanya Banda Aceh yang menyediakan anggaran promosi cukup besar senilai Rp 2 Miliar untuk promosi yan didalamnya termasuk wisata halal.

Sementara Aceh Besar hanya menyediakan dana promosi Rp 300 juta. Sabang tahun ini tidak menyediakan anggaran promosi pada wisata halal.

Banda Aceh, Aceh Besar, dan Sabang juga mempromosikan wisata halal ke level nasional dan level internasional. Disamping itu, pemerintah juga melakukan pengembangan seni budaya yang bersifat keislaman untuk mengembangkan wisata halal. Promosi dilakukan menggunakan media sosial, juga menggunakan media elektronik dan nonelektronik.

Pemerintah Kota Banda, Aceh Besar, dan Sabang tidak berjalan sendirian dalam mempromosikan wisata halal. Ketiga kawasan ini menggandeng pihak-pihak terkait dengan Dinas Pariwisata sebagai leading sector, selain itu terlibat juga Dinas Syariat Islam, Dinas Kesehatan, MPU, dan juga Duta Wisata Duta Wisata yang mempunyai peran khusus terhadap pelaksanaan wisata, terutama promosi wisata halal.

Peran keterlibatan semua pihak termasuk mahasiswa menjadi salah satu strategi komunikasi dengan memaksimalkan peran mahasiswa dan kelompok menulis. Pada kelompok menulis, diadakan pelatihan keterlibatan para penulis dalam menulis konten wisata. Banda Aceh telah melakukan program ini pada awal akhir Agustus 2018 dengan melibatkan komunitas masyarakat.

Demi terwujudnya wisata halal secara keseluruhan, Pemerintah Kota Banda Aceh juga

memperhatikan dari segi makanan yang dijual, baik itu dari pedagang di tempat wisata seperti

Ulee Lheue, PLTD Apung, Musium Tsunami, Mesjid Raya Baiturrahman, maupun makanan

yang dijual oleh pihak perhotelan, semua harus memiliki sertifikasi halal. Khusus pedagang di

(9)

tempat wisata, masih banyak yang belum memperoleh sertifikasi halal tersebut. Trend pengajuan sertifikat halal mengalami lonjakan dari tahun ke tahun. Banda Aceh, merupakan kawasan bisnis terbanyak mengajukan sertifikasi halal dalam tahun 2018.

Pemerintah Kota Banda Aceh telah dalam mempromosikan wisata halal di Banda Aceh sudah terjadi sejak beberapa tahun yang lalu. Mereka mempromosikan wisata halal ini dengan berbagai strategi, mulai dari melakukan sosialisasi kepada masyarakat, kemudian melakukan pelatihan serta memberikan bekal pengetahuan kepada pelaku usaha wisata halal tentang pentingnya sertifikasi halal.

Aceh Besar, dan Kota Sabang juga melakukan strategi komunikasi sejak program wisata

halal diluncurkan, namun kedua daerah ini tidak seperti Banda Aceh. Keterbatasan dana pada

Dinas Wisata Kota Sabang dan Aceh Besar menjadi salah satu kendala pemaksimalan strategi

komunikasi yang dalam pengembangan wisata halal.

Referensi

Dokumen terkait

Hambatan yang dihadapi dalam memasarkan Kota Medan sebagai kota wisata adalah infrastruktur yang belum memadai, SDM kepariwisataan yang belum profesional,

Ia adalah sebuah mimpi, dambaan atau preferensi apa yang ingin dicapai di masa depan (what do they want to have). Visi harus mampu membangkitkan inspirasi. Visi dinyatakan

1) Strategi komunikasi edukasi yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Keindahan Kota Banda Aceh dalam menerapkan program Waste Collecting Point

Komunikasi bisnis yang dilakukan oleh para pedagang kaki lima di Pasar Aceh dan Lam Paseh dalam hal menjaga loyalitas pelanggan juga dilakukan oleh para pengusaha dibidang

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Elsa, dapat diketahui bahwasannya pengembangan wisata halal di PulauMerah yang dilakukan oleh pemerintah

Peningkatan Objek Wisata sebagai strategi komunikasi dalam kegiatan Visit Batam 2010 ini dilakukan dengan berbagai cara antara lain (1) Penataan dan peningkatan objek wisata

Kabupaten Karo memiliki banyak obyek wisata yang dapat dikunjungi seperti wisata alam, agrowisata, wisata seni-budaya, wisata peninggalan sejarah dan lain

Informan juga tidak mengetahui kalau Bujang dan Dara adalah komunikator yang ditetapkan oleh Dinas dalam mempromosikan destinasi wisata di Rokan Hulu Strategi pesan yang dilaksanakan