• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS

Judul Program:

PEMBINAAN OLIMPIADE MATEMATIKA BAGI GURU-GURU SMP SE-KECAMATAN TEMBUKU KABUPATEN BANGLI

Oleh:

I Gusti Nyoman Yudi Hartawan, S.Si.,M.Sc.

NIDN. 0025058401

I Putu Pasek Suryawan, S.Pd.,M.Pd.

NIDN. 0017068802 Dr. I Nyoman Gita, M.Si.

NIDN. 0022086204

Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha

SPK No. 829/UN48.15/PM/2017

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

(2)
(3)

Kata Pengantar

Puji Syukur penulis panjatkan kehadapan Hyang Widhi Wasa, karena atas perkenan-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan akhir pengabdian pada masyarakat yang berjudul “ Pembinaan Olimpiade Matematika bagi Guru-guru SMP Se-Kecamatan Tembuku Kabupaten Bangli” tepat pada waktunya.

Kegiatan ini dapat terlaksana berkat bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai penulisan hasil kegiatan. Untuk hal tersebut, melalui kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih yang tulus kepada:

1. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Undiksha atas dana dan sebagai fasilitator dalam kegiatan ini.

2. Kepala Sekolah SMP N dan 3 Tembuku atas bantuan dan kerjasamanya yang baik

3. Seluruh peserta yakni guru matematika se- Kecamatan Tembuku Bangli yang telah berpatisipasi dengan baik dalam kegiatan ini.

Demikian juga kepada semua pihak terkait yang telah membantu pelaksanaan kegiatan ini yang tidak dapa disebutkan satu persatu, kami mengucapkan terima kasih.

Semoga kegiatan ini dapat bermanfaat untuk kemajuan pendidikan, khususnya di SMP se-Kecamatan Tembuku,Bangli.

Singaraja, November 2017 Tim Pelaksana

(4)

DAFTAR ISI

Halaman Depan i

Halaman Pengesahan ii

Kata Pengantar iii

Daftar Isi iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi 1

1.2 Identifikasi Masalah 3

1.3 Tujuan Kegiatan 4

1.4 Manfaat Kegiatan 5

BAB II METODE PELAKSANAAN

2.1 Khalayak Sasaran 6

2.2 Kerangka Pemecahan Masalah 6

2.3 Metode Kegiatan 6

2.4 Rancanga Evaluasi 7

2.5 Keterkaitan 7

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil 9

3.2 Pembahasan 11

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan 14

4.2 Saran 14

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(5)

BAB I

1.1 Analisis Situasi

Guru matematika Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kecamatan Tembuku Kabupaten Bangli, juga mengalami permasalahan dalam menjawab soal-soal olimpiade dan dalam membina siswa mempersiapkan Olimpiade Siswa Nasional (OSN) di tingkat Kabupaten Bangli. Salah satu faktor penyebabnya adalah minimnya kegiatan pelatihan atau penyegaran materi matematika yang bertaraf soal olimpiade matematika tersebut. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Sekolah dan Guru Matematika SMPN 1 dan SMPN 3 Tembuku saat diwawancarai oleh tim pengusul. Adapun dokumentasi kegiatan wawancara pada Gambar 1.

(a) (b)

Gambar 1. (a) Wawancara Tim Pelaksana dengan Kepala SMPN 1 Tembuku (b) Wawancara Tim Pelaksana dengan Kepala SMPN 3 Tembuku Tembuku merupakan salah satu kecamatan yang berada di bagian timur Kabupaten Bangli dengan jarak kurang lebih 80 Km dari Undiksha. Di Wilayah Kecamatan Tembuku terdapat 5 SMP yaitu SMP N 1 Tembuku, SMP N 2 Tembuku, SMP N 3 Tembuku, SMP N 4 Tembuku, dan SMP N Satap 1 Tembuku. Kelima sekolah ini berada di daerah pedesaan yang iklim kerjanya hampir sama. Pengabdian pada masyarakat akan dilaksanakan untuk guru matematika di SMP se-kecamatan Tembuku ini berdasarkan pertimbangan berikut.

1) Atas permintaan kepala SMP N 1 dan SMP N 3 Tembuku (mewakili kelima SMP yang ada), yaitu beliau menanyakan apakah di Undiksha tidak ada

(6)

program pengabdian masyarakat ke sekolah-sekolah. Kalau bisa pengabdian masyarakat supaya diadakan untuk guru-guru matematika SMP yang ada di Kecamatan Tembuku. Hal ini dikarenakan secara umum siswa SMP yang berasal dari Kecamatan Tembuku sangat jarang mampu bersaing di kabupaten Bangli dalam ajang Olimpiade Siswa Nasional (OSN) pada bidang matematika.

Berdasarkan data yang ada, siswa yang lolos OSN bidang matematika di Kabupaten Bangli hanya diwakili oleh siswa yang berasal dari SMP yang berada di Kecamatan Bangli, Kintamani, dan Susut. Selain kemampuan akademis awal siswa tergolong menengah ke bawah, pembinaan oleh guru juga kurang optimal.

2) Pernyataan dari beberapa guru matematika yang merasakan bahwa kemampuan dalam menyelesaikan soal matematika yang bertaraf olimpiade masih kurang.

Hal tersebut dirasakan oleh guru ketika mengikuti olimpiade matematika di tingkat Kabupaten dan hasilnya juga tidak terlalu memuaskan. Masalah juga dirasakan ketika diminta untuk membina siswa dalam mempersiapkan OSN.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika dan data yang ada HMJ Pendidikan Matematika terkait dengan lomba matematika yang dilaksanakan oleh HMJ Pendidikan Matematika Undiksha, dalam kurun waktu 5 tahun terakhir siswa SMP yang berasal dari Tembuku belum pernah mengikuti lomba. Guru- guru tersebut belum pernah mengirimkan siswanya dalam lomba matematika karena mereka tidak yakin siswanya bisa bersaing dengan optimal. Guru juga menanyakan dimana bisa mendapatkan soal-soal olimpiade matematika. Mereka mengharapkan Undiksha mengadakan pengabdian kepada mereka mengenai pengayaan materi matematika khususnya yang menyangkut materi olimpiade matematika. Untuk membuat soal-soal semacam soal olimpiade juga sangat sulit.

Selama ini soal-soal yang diberikan kepada siswanya sebagai persiapan OSN adalah soal-soal yang mirip di buku paket. Jenis soal semacam itu bisa dikatagorikan soal rutin yaitu soal yang dalam penyelesainnya lebih mengutamakan keterampilan dan kurang dapat mengembangkan daya nalar siswa.

Tentunya tidak tepat diberikan sebagai persiapan menuju OSN, karena soal-soal sejenis olimpiade biasanya diselesaikan dengan cara tidak biasa (luar biasa).

(7)

Untuk menyelesaikan soal-soal sejenis soal olimpiade dilakukan ketiga hal berikut sekaligus yaitu tekun, paham konsep dan mampu berpikir kreatif.

Permasalahan yang dikemukakan di atas sampai sekarang belum memperoleh solusi yang tepat. Selain aspek sarana dan prasarana, guru-guru mitra menyadari bahwa mereka belum memiliki keterampilan dan kemampuan yang memadai dalam menyelesaikan soal olimpiade dan membina siswa dalam mempersiapkan OSN. Guru mitra mengungkapkan bahwa mereka dari dulu sangat ingin memiliki keterampilan dan kemampuan yang memadai dalam menyelesaikan soal matematika, khususnya soal-soal tidak rutin seperti soal bertaraf olimpiade. Guru-guru matematika sangat berharap melalui kegiatan pengabdian masyarakat ini keinginan mereka akan dapat diwujudkan sebagai langkah awal dalam meningkatkan kualitas diri dan pembelajaran matematika.

Berdasarkan paparan di atas, sangat perlu dilakukan P2M bagi guru-guru matematika di sekolah mitra (SMP yang ada di Kecamatan Tembuku) agar guru- guru matematika di sekolah mitra memiliki keterampilan dan kemampuan dalam menyelesaikan soal olimpiade; mampu membina siswa dalam mempersiapkan OSN; dan mampu merumuskan soal-soal yang bertaraf olimpiade sebagai bahan dalam membina siswa. Bekal keterampilan serta produk yang dihasilkan guru diharapkan dapat digunakan dan disempurnakan secara berkelanjutan sehingga sekolah mitra ini bisa lebih mandiri dalam mempersiapkan lomba-lomba di bidang matematika.

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan hasil analisis situasi, teridentifikasi beberapa permasalahan yang dihadapi oleh mitra sebagai berikut.

1) Dalam belajar matematika siswa cenderung menghafal, tanpa memahami konsep-kosep matematika terlebih dahulu sehingga kalau diberikan soal yang jenisnya lain dari contoh yang diberikan oleh gurunya, siswa kesulitan untuk menjawabnya.

2) Keterampilan dan kemampuan guru dalam menyelesaikan soal yang bertaraf olimpiada masih kurang dan perlu ditingkatkan. Hal itu terlihat dari kurang

(8)

mampunya bersaing dalam olimpiade guru matematika di tingkat Kabupaten bangle.

3) Keterampilan dan kemampuan guru dalam membina siswa mempersiapkan OSN masih kurang dan perlu ditingkatkan. Hal itu terlihat dari kurang mampunya siswa bersaing dalam OSN tingkat Kabupaten Bangli dan belum percaya diri dalam mengirimkan siswanya pada ajang lomba-lomba matematika.

4) Keterampilan dan kemampuan guru dalam membuat/merumuskan soal-soal bertaraf soal olimpiade masih rendah, sehingga belum mampu secara optimal dalam membina siswa dalam mempersiapkan lomba-lomba OSN.

Dari permasalahan-permasalahan yang diidentifikasi di atas, prioritas permasalahan yang disepakati bersama mitra untuk dipecahkan adalah permasalahan yang dapat diklasifikasikan menjadi dua hal pokok, yaitu sebagai berikut.

1) Kurangnya keterampilan dan kemampuan guru matematika dalam menyelesaikan soal bertaraf olimpiade.

2) Kurangnya keterampilan dan kemampuan guru matematika dalam membuat/merumuskan soal-soal olimpiade.

1.3 Tujuan Kegiatan

Tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini secara operasional adalah sebagai berikut.

1) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru matematika SMP sekecamatan Tembuku Kabupaten Bangli dalam menyelesaikan soal-soal bertaraf olimpiade.

2) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru matematika SMP sekecamatan Tembuku Kabupaten Bangli dalam membuat soal-soal matematika yang dapat mengembangkan daya nalar siswa dalam rangka mengikuti olimpiade matematika.

(9)

1.4 Manfaat Kegiatan

Manfaat dari kegiatan ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi Pemda Bangli, khususnya Dinas Pendidikan, dapat meningkatkan mutu pendidikan melalui pengayaan materi olimpiade matematika.

2. Bagi guru matematika, dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam mengerjaan soal-soal olimpiade matematika dan juga mampu membuat soal-soal model olimpiade matematika.

3. Bagi pelaksana kegiatan, dalam hal ini LPPM Undiksha Singaraja mendapat pengalaman berarti dalam membina guru matematika SMP sekecamatan Tembuku Kabupaten Bangli terkait dengan materi olimpiade matematika.

(10)

BAB II

METODE PELAKSANAAN KEGIATAN

2.1 Khalayak Sasaran

Khalayak sasaran adalah semua guru matematika SMP yang ada di Kecamatan Tembuku Kabupaten Bangli. Karena masing-masing sekolah memiliki 3 guru matematika dan terdapat 5 sekolah, sehingga banyak peserta pembinaan adalah 15 orang guru.

2.2 Kerangka Pemecahan Masalah

Kerangka pemecahan masalah yang ditempuh adalah sebagai berikut.

1. Semua tim pengabdian sudah memiliki pengalaman dalam membina olimpiade dan khusus satu anggota tim pengabdian yaitu I Nyoman Gita, sudah mempunyai pengalaman membina siswa olimpiade tingkat propinsi Bali sejak tahun 2004. Tim ini yang akan memberikan pengayaan materi olimpiade matematika.

2. Memberi pengayaan materi kepada guru-guru matematika SMP Sekecamatan Tembuku Kabupaten Bangli mengenai trik-trik menyelesaikan soal olimpiade, melatih mengembangkan soal-soal yang ada di buku paket maupun di LKS.

3. Guru-guru yang telah mengikuti pengayaan materi olimpiade matematika akan dapat menularkan kepada teman-temannya.

4. Guru-guru yang telah mengikuti pengayaan materi olimpiade matematika akan berani mengirimkan siswanya pada setiap ada lomba matematika, tanpa memikirkan menang atau kalah tetapi lebih memberikan pengalaman kepada siswa-siswanya.

2.3 Metode Kegiatan

Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah pelatihan. Pelatihan diberikan kepada 15 orang guru matematika SMP Sekecamatan Tembuku Kabupaten Bangli. Pelatihan dari intruktur Undiksha dilaksanakan selama enam

(11)

pelatihan ada soal olimpiade matematika yang perlu didiskusikan. Diawal pelatihan 15 peserta akan diberikan soal untuk dikerjakan. Setelah itu dilaksanakan pelatihan yang diawali dengan penyajian materi oleh nara sumber, dilanjutkan dengan diskusi. Materi yang diberikan dalam pelatihan adalah aljabar, geometri, kombinatorik dan ilmu bilangan. Materi akan diberikan oleh I Nyoman Gita yang juga menjadi anggota tim Pembina olimpiade matematika propinsi Bali tahun 2004, 2005 dan 2006.

2.4 Rancangan Evaluasi

Evaluasi yang dilaksanakan dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut.

1. Sebelum diberikan pelatihan peserta diberikan pretest berupa soal olimpiade matematika tingkat SMP.

2. Evaluasi proses, dilakukan pada saat kegiatan dilaksanakan. Aspek yang di evaluasi adalah aktivitas peserta dalam mengikuti pelatihan. Keberhasilan dapat dilihat dari aktivitasnya selama kegiatan baik bertanya, menjawab pertanyaan dan diskusi.

3. Evaluasi hasil, dilaksanakan setelah berakhirnya kegiatan yaitu dengan melihat partisipasi guru dalam mengikuti olimpiade guru dan partisipasi siswa-siswa dalam lomba matematika yang dilaksanakan oleh Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Undiksha, dinas pendidikan, maupun instansi lain yang mengadakan lomba matematika

2.5 Keterkaitan

Di samping itu kegiatan ini terkait dengan beberapa institusi antara lain sebagai berikut.

1) Kepala SMP yang ada di Kecamatan Tembuku Kabupaten Bangli yang mengirimkan semua guru matematikanya untuk mengikuti pelatihan olimpiade matematika.

2) Kepala SMP N 3 Tembuku yang bersedia untuk mengkordinasikan kegiatan dan menyediakan tempat pelatihan.

(12)

3) LSM-LSM, praktisi pendidikan, pengamat/pemerhati pendidikan yang ingin mengembangkan pendidikan di Bangli ke depan.

4) Undiksha khususnya LPPM selaku penyandang dana.

5) Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Undiksha yang secara rutin melaksanakan olimpiade matematika.

(13)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Kegiatan P2M ini dilaksanakan pada tanggal 3 Juni 2017, di SMP N 3 Tembuku Bangli. Peserta kegiatan adalah guru matematika sekecamatan Tembuku yang berjumlah 15 orang. Kegiatan yang dilaksanakan berupa workshop tentang bagaimana trik menyelesaikan saoal-soal olimpiade matemtatika dan bagaimana membuat soal-soal bertaraf olimpiade. Pendekatan workshop menggunakan pendekatan klinis. Guru matematika peserta workshop diharapkan mampu meningkatkan kompetensinya dalam membuat dan menyelesaikan soal-soal olimpiade.

Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu pertama, penyampaian materi oleh narasumber yaitu karakteristik soal-soal olimpiade dan strategi pemecahan soal-soal olimpiade, kemudian dilakukan tanya jawab. Pada bagian awal tahap ini, narasumber mencoba menggali pengetahuan awal peserta workshop. Hasil pantauan narasumber tampaknya pengetahuan awal peserta workshop masih belum baik, hal ini dibuktikan ketika narasumber memberikan pertanyaan hampir semua peserta kebingungan menjawabnya. Dengan diketahuinya gambaran mengenai pengetahuan awal peserta, narasumber menyampaikan materi sesuai dengan kemampuan peserta. Strategi tersebut tampaknya sesuai berhasil, hal ini dapat dilihat dari antusias peserta menyimak pemaparan materi yang disajikan oleh narasumber. Antusias peserta tercermin dari respon mereka terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh narasumber, selain itu peserta workshop tidak segan untuk bertanya kepada narasumber.

(14)

Gambar 1. Narasumber memaparkan materi

Gambar 2. peserta dengan serius menyimak penjelasan narasumber

Pada tahap kedua, peserta workshop diberikan beberapa soal olimpiade untuk dijawab berdasarkan strategi yang diberikan nara sumber, kemudian dilanjutkan dengan mencoba memodifikasi soal-soal yang diberikan oleh narasumber. Para tahap ini, peserta workshop juga aktif bertanya kepada narasumber ketika mereka mengalami kesulitan dan narasumber dengan telaten memberikan masukkan dan solusinya.

(15)

Gambar 3. Interaksi antara narasumber dan peserta

Dari hasil angket yang disebarkan, diperoleh hasil yakni semua peserta workshop merasa mendapatkan informasi atau pengetahuan baru danketerampilan baru berkaitan dengan penyelesaian dan pembuatan soal-soal olimpiade matematika. Para peserta workshop juga termotivasi untuk menerapkan hasil kegiatan ini di sekolahnya masing-masing. Secara umum para peserta workshop merespon positf kegiatan tersebut baik dari sisi materi pelatihan, metode dan alokasi pelatihan dan dari segi penyampaian pelatihan.

Bahkan mereka menginginkan kegiatan ini dilanjutkan secara berkesinambungan.

Diakhir sesi, dilakukan tes terhadap peserta workshop yang terdiri dari 4 soal.

Hasil tes menunjukkan hasil yang cukup baik yaitu rata-rata mencapai 67.5. Hasil tersebut dipandang sangat baik mempertimbangkan pengetahuan awal peserta workshop yang tidak terlalu tinggi.

3.2. Pembahasan

Olimpiade matematika adalah kompetisi atau lomba tentang matematika.

Istilah olimpiade biasanya digunakan untuk lomba tingkat antar Negara. Untuk bisa mengikuti lomba antar Negara sudah tentu sebelumnya diadakan lomba tingkat Kabupaten dilanjutkan dengan lomba tingkat Provinsi dan diteruskan dengan lomba tingkat Nasional. Hal ini menyebabkan istilah olimpiade juga muncul dalam lomba tingkat Kabupaten, tingkat Provinsi maupun tingkat Nasional. Siswa yang mendapat kesempatan mewakili Indonesia dalam ajang olimpiade tingkat internasional adalah siswa yang sudah lolos seleksi nasional, propinsi dan kabupaten. Tentunya siswa yang mendapat kesempatan itu adalah

(16)

siswa yang sudah dipersiapkan dari sejak dini, salah satu persiapannya adalah dengan melakukan pembinaan olimpiade matematika baik ketika disekolah, tingkat kabupaten, propinsi dan nasional. Pembinaan mulai tingkat kabupaten hingga tingkat nasional biasanya melibatkan pihak professional (dosen, tenaga ahli, atau guru), akan tetapi pembinaan di sekolah pada umumnya dilakukan oleh guru matematika di sekolah tersebut. Sehingga guru-guru matematika di sekolah seharusnya juga harus dapat melakukan pembinaan terhadap siswanya untuk mengikuti olimpiade matematika atau lomba matematika yang ada di daerahnya.

Untuk dapat melakukan pembinaan olimpiade matematika, guru harus menguasai materi yang dijadikan soal-soal olimipiade (materi dan jenis soalnya), strategi dalam menyelesaikan soal-soal olimpiade, dan guru juga kreatif dalam membuat soal-soal olimpiade.

Pelaksanaan Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini telah berjalan dengan baik dan mampu meningkatkan kompetensi guru dalam menyelesaikan dan membuat soal-soal olimpiade matematika. Guru matematika yang hadir dalam kegiatan ini berjumlah 15 orang. Peserta workshop telah mengikuti kegiatan secara penuh dengan penuh antusias. Hal tersebut nampak dari perhatian peserta yang terfokus kepada narasumber ketika diberikan pemaparan mengenai karakteristik soal-soal olimpiade matematika dan strategi pemecahannya. Hal yang sama terlihat juga pada saat sesi diskusi, pada sesi ini, para peserta aktif bertanya kepada narasumber , mengungkapkan permaslahan yang dihadapi oleh guru dalam melakukan pembinaan olimpiade matematika kepada siswa disekolahnya. Dengan demikian dapat dikatakan proses pelaksanaan kegiatan telah berjalan dengan baik.

Hasil pengamatan kegiatan pemecahan soal dan penyusunan soal olimpiade matematika menunjukkan bahwa guru mulai mengerti strategi pemecehan soal-soal olimpiade matematika, bahkan pada saat kegiatan ada peserta yang berujar “oh ternyata penyelesaiannya sangat sederhana padahal soalnya kelihatan sangat rumit”. Ujaran tersebut menandakan sudah ada peningkatan kompetensi guru dalam menyelesaikan soal-soal olimpiade.

Kemudian, peserta dengan arahan narasumber mencoba memodifikasi soal-soal

(17)

soal-soal bertaraf olimpiade, walaupun soal-soal yang dibuat baru dari hasil modifikasi soal yang diberikan narasumber, namun guru-guru sudah dihimbau untuk mencoba mengembangkan soal-soal olimpiade sendiri. Dari paparan tersebut, dapat dikatakan bahwa kegiatan ini telah berhasil meningkatkan kemampuan guru dalam menyelesaikan dan membuat soal-soal olimpiade matematika yang nantinya akan menjadi bekal bagi guru guna melakukan pembinaan kepada siswa di sekolahnya masing-masing. Melalui pengetahuan yang diperoleh guru melalui pelatihan ini, guru dapat meningkatkan kemapuan pemecahan masalah dan berpikikir kritis siswa yang penting dimimiliki oleh siswa karena melalui kemampuan tersebut merupakan salah satu aspek penting yang sangat diperlukan siswa dalam proses pembelajaran matematika terutama untuk membantu siswa menyelesaikan masalah-masalah matematika yang sulit (nonrutin) (Mahmuzah, 2015). Peningkatan kompetensi guru juga dibuktikan dengan hasil post test yang rata-ratanya mencapai 67.5. Nilai rata-rata tersebut cukup mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan kompetensi guru dalam menyelesaikan soal-soal olimpiade matematika, karena di awal pemaparan materi tidak ada guru yang mampu menjawab pertanyaan narasumber berkaitan dengan soal olimpiade. Peningkatan kemampuan guru dalam memecahkan soal-soal olimpiade matematika merupakan hasil dari pemantapan konsep-konsep dasar matematika dan latihan-latihan soal matematika yang merupakan soal-soal pemecahan masalah (Puja Astawa, 2007).

Dari hasil kuisioner yang dibagikan kepada guru, dapat dikatakan bahwa guru sangat senang dengan kegiatan yang diberikan, dan berharap kegiatan ini tidak berhenti sampai disini karena banyak sekali permasalahan yang dihadapi oleh guru yang memerlukan bantuan pihak Undiksha guna dapat dibantu penyelesaiannya.Salah satu kegiatan yang diharapkan oleh guru adalah berkaitan dengan media pembelajaran interaktif yang dapat dimanfaatkan guru dalam membelajarkan siswanya.

(18)

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Simpulan yang dapat ditarik dari pelaksanaan program ini adalah sebagai berikut:

1. Peserta workshop sudah berhasil menyelesaikan dan membuat soal- soal olimpiade matematika

2. Secara umum kompetensi professional peserta workshop sudah mengalami peningkatan

4.2 Saran

Beberapa saran yang diajukan terkait dengan pelaksanaan P2M ini adalah sebagai berikut:

1. Para guru peserta kegiatan P2M hendaknya melakukan pembinaan untuk siswanya dengan rutin di sekolahnya masing-masing sehingga siswa binaannya mampu bersaing baik di tingkat kabupaten maupun propinsi.

2. Melihat antusias dan keseriusan guru dalam mengikuti kegiatan ini, maka Undiksha perlu melakukan kegiatan pelatihan berkaitan dengan peningkatan kompetensi professional guru secara rutin.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Muchlis, Dkk. 2006. Buku Referensi Maju Dengan Olimpiade Matematika Untuk SD, Jakarta : Karya Duta Wahana

Bambang Susianto. 2004. Olimpiade Matematika Dengan Proses Berpikir Aljabar dan Bilangan. Jakarta : Grasindo

Binatari, N. 2007. Super Geneus Olimpiade Matematika SD. Pustaka Widyatama, Yogyakarta.

Fadillah, S. 2009. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dalam Pembelajaran Matematika. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009. Hal.553-558

Mahmuzah, R. 2015. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis matematis siswa SMP melalui pendekatan Problem Possing. Jurnal Peluang, Volume 4, Nomor 1, Oktober 2015, ISSN: 2302-5158

Nikenasih Binatari. 2007. Super Geneus Olompiade Matematika SD. Yogyakarta : Pustaka Widyatama

Puja Astawa, I W. 2007. Model Pembinaan Olimpiade Matematika Sekolah Dasar di Propinsi Bali. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Undiksha No 2. Hal 270-286.

Ruseffendi, E. T. 1992. Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Suryawan, Pasek dkk.2017.Peningkatan Kompetensi Siswa Berbakat dalam Bidang olimpiade Matematika Tingkat SD. Jurnal Widya Laksana, Vol.6, No. 2, Agustus 2017

Suwah Sembiring. 2004. Olimpide Matematika Untuk SMU. Bandung : Yrama Widya.

Gambar

Gambar 1.  (a) Wawancara Tim Pelaksana dengan Kepala  SMPN 1 Tembuku         (b) Wawancara Tim Pelaksana dengan Kepala   SMPN 3 Tembuku Tembuku  merupakan  salah  satu  kecamatan  yang  berada  di  bagian  timur  Kabupaten  Bangli dengan jarak  kurang lebi
Gambar 1. Narasumber memaparkan materi
Gambar 3. Interaksi antara narasumber dan peserta

Referensi

Dokumen terkait

Dicabut oleh Menteri Keuangan berdasarkan usul dari Menteri/Pimpinan Lembaga sesuai dengan kewenangannya apabila BLU yang bersangkutan sudah tidak memenuhi persyaratan

Pada umur 4 dan 6 minggu efisiensi penggunaan protein ransum tidak dipengaruhi kandungan protein ransum, namun pada umur 12 minggu, ternak memanfaatkan ransum dengan pola protein

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa suplementasi sampai 1,5% tepung kulit manggis dalam ransum tidak mempengaruhi produksi karkas maupun kandungan lemak

Nilai relasional yang terkandung dalam fitur-fitur gramatika tersebut digunakan oleh seluruh partisipan seminar (moderator, pemrasaran, pembanding utama, dan

pembentukan kelompok komunitas dan kelompok dukungan sebaya untuk Odha; memberi dukungan dan sumber daya untuk menentukan kesiapan komunitas untuk akses layanan perawatan dan

itu berkenaan dengan pembicaraan tentang berbagai cara untuk menyelesaikan masalah, harus memiliki sikap yang baik dalam menghadapi masalah dan mampu mengatasi berbagai

Tuntutan pekerja memiliki posisi yang kurang beruntung dibanding kreditor lainnya (yang juga diakui oleh pengadilan bahwa ada kreditor lain yang lebih diutamakan); WRC dan

Dpt juga bbtk memanjang, dsbt saluran atau duktus, misal pd Compositae,