• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PENGUASAAN KOSAKATA MAHASISWA DENGAN TEKNIK DOUBLE EVALUATION.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI PENGUASAAN KOSAKATA MAHASISWA DENGAN TEKNIK DOUBLE EVALUATION."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

- 402 -

EVALUASI PENGUASAAN KOSAKATA MAHASISWA

DENGAN TEKNIK DOUBLE EVALUATION

Ni Putu Luhur Wedayanti Silvia Damayanti Program Studi Sastra Jepang

Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana

Alamat surel : l_wedayanti@yahoo.co.jp :siruvia28@gmail.com

抽象

アセス ン 評価活動 教育 改良 大変 立 活動 あ アセス

ン 活動 結果 判断基準 大 評価 今回 研究 学者 元

語彙能力を検討 言う方法 計測 アセス ン を行う前

後 結果 学生 語彙 能力 発展 見ら

授業評価活動 教師 く 学生 セ 評価を通 自 能力を同

級生 直接 判断 自 欠点 頂点を評価さ をや 学生以

外 恥 い学者や口頭能力 自身 い学者 大変頑張 や

判断

キ ワ :アセス ン 活動 判断基準 語彙能力 ダ 評価 PENDAHULUAN

Evaluasi dan asesmen dalam pendidikan merupakan salah satu cara jitu untuk memperbaiki sistem dan kinerja semua pihak yang terkait di dunia pendidikan demi mencapai target lulusan yang berkualitas dan handal. Evaluasi hasil proses

belajar mengajar yang dilakukan sesuai dengan teori-teori ataupun metode-metode yang telah tersedia, dirasakan tetap masih sulit untuk mengetahui kemampuan sebenarnya dari pembelajar. Tentu saja hal tersebut tidak dapat dipisahkan dari sebab-sebab lainnya, diantaranya kondisi kekinian yang heterogen dan dinamis.

(4)

- 403 -

tentu saja tidak dapat hanya dengan menyalahkan para pendidik maupun fasilitas dan sistem pendidikan yang ada, motivasi rendah para pembelajar bahasa Jepang menjadi permasalahan yang rumit untuk dipecahkan. Perbedaan kemampuan antara mahasiswa yang bermotivasi tinggi dan mahasiswa yang bermotivasi rendah menyebabkan kesenjangan yang mencolok di dalam kelas sehingga menyulitkan pengajar dalam proses belajar mengajar. Oleh sebab itu, sangat diperlukan data kompetensi mahasiswa yang sebenarnya agar dapat membuat rencana pengajaran yang lebih realistis dan aplikatif.

Terbatasnya waktu untuk menyampaikan materi, kerap membuat penjelasan ataupun pembahasan mengenai kosakata baru terlewatkan, padahal tanpa penjelasan yang cukup, mahasiswa sulit memahami makna ataupun penggunaan sebuah kata jika hanya berpaku pada arti yang ada di kamus. Di lain pihak, mahasiswa juga cenderung tidak serius dalam usahanya belajar sendiri. Ketidakseriusan ini menyebabkan rendahnya kuantitas pembendaharaan kata baru mereka. Hal tersebut berimbas ke komponen keterampilan berbahasa lainnya. Mahasiswa yang memiliki tabungan kosakata sedikit, cenderung tidak kreatif dan

membeo dengan contoh di buku saat drill dalam pelajaran tata bahasa (bunpo), tidak dapat mengembangkan ide pikiran dengan baik dan variatif saat harus menulis dalam mata kuliah sakubun, tidak mampu memahami konteks bacaan karena sebagian besar kata tidak diketahui artinya, dan biasanya mahasiswa akan menjelaskan terbata-bata dengan kata-kata yang tidak runut (atau bahkan dengan bahasa tubuh) saat harus bercerita atau menjelaskan sesuatu dengan bahasa Jepang dalam pelajaran berbicara/percakapan (kaiwa).

(5)

- 404 -

mengenai kosakata pada bab yang sedang dibahas ataupun mengenai pengetahuan umum di lingkungan sekitar mahasiswa. Setelah angket disebarkan, penulis mendapat masukan dari mahasiswa bahwa tes-tes yang dilakukan membuat mahasiswa merasa tertekan, bahkan sebelum jam kuliah sehingga mengganggu konsentrasi saat menerima materi. Cara selanjutnya yang digunakan adalah teknik interview. Cara ini dirasakan dapat menggali lebih banyak pemahaman mahasiswa mengenai kosakata, akan tetapi, di sela waktu 100 menit (penyampaian materi) mustahil bagi pengajar untuk bertanya kepada seluruh mahasiswa. Oleh sebab itu, teknik interview tersebut dimodifikasi menjadi interview dengan double

evaluation dalam warming up game yaitu game tebak kata.

ASESMEN, EVALUASI DAN DOUBLE EVALUATION

Asesmen merupakan proses yang digunakan untuk mendapatkan bahan penilaian dalam evaluasi. Dalam asesmen dilakukan pengumpulan bukti baik yang lisan maupun yang tulisan terhadap perkembangan pembelajar dalam mengikuti proses belajar mengajar pada waktu yang ditentukan. Bukti-bukti kompetensi

siswa tersebut yang akan dijadikan bahan penilaian dalam evaluasi. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh Nitko (dalam Uno dan Koni, 2013: 1) mendefinisikan asesmen sebagai proses yang ditempuh untuk mendapatkan informasi yang digunakan dalam rangka membuat keputusan-keputusan mengenai para siswa, kurikulum, program-program, dan kebijakan pendidikan, metode atau instrumen pendidikan lainnya oleh suatu badan, lembaga, organisasi atau institusi resmi yang menyelenggarakan suatu aktivitas tertentu.

(6)

- 405 -

Evaluasi didefinisikan oleh Kumano (Wulan, 2010: 5) sebagai penilaian terhadap data yang dikumpulkan melalui kegiatan asesmen. Kemudian Zainul dan Nasution menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrument tes maupun non tes. Dari pendapat-pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan pengambilan keputusan terhadap kompetensi pembelajar berdasarkan pada bukti-bukti yang dikumpulkan dalam kegiatan asesmen.

Double evaluation adalah proses evaluasi yang merupakan modifikasi dari

bentuk-bentuk evaluasi yang ada. Maksud dari double evaluation ini adalah proses evaluasi yang tidak hanya dilakukan oleh satu pihak (pengajar saja), akan tetapi dilakukan juga oleh pembelajar sebagai individu yang dewasa dan dapat menilai. Evaluasi yang pertama dilakukan oleh mahasiswa dalam proses evaluasi mandiri saat game tebak kata. Bukti-bukti dalam proses asesmen tersebut juga dikumpulkan dan dijadikan bahan pertimbangan evaluasi oleh pengajar di akhir proses.

OBJEK PENELITIAN

Double evaluation dilakukan sebanyak enam kali pada mata kuliah Chukyu

Bunpo di semester genap 2015 di Universitas Udayana. Seperti yang disebutkan

(7)

- 406 -

mahasiswa telah berlatih kanji sekaligus menghapal artinya, mahasiswa lebih mudah untuk memahami materi.

Hasil evaluasi dari penelitian mengenai penguasaan kosa kata dilakukan juga di tahun berikutnya. Akan tetapi, menggunakan teknik yang berbeda. Perbaikan dilakukan melihat dari hasil evaluasi asesmen di tahun sebelumnya. Penggalian informasi mengenai kuatitas dan kualitas pemahaman kosakata mahasiswa memang agak sulit jika dilakukan hanya dengan tes kecil. Di tahun berikutnya, pengajar melakukan teknik yang berbeda, yaitu wawancara. Mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari dua atau tiga orang. Kosakata yang terdapat dalam kartu informasi adalah kata-kata yang tidak diberitahukan sebelumnya. Hal tersebut beralasan bahwa penting sekali membiasakan mahasiswa untuk dapat menjelaskan sesuatu tanpa persiapan, sehingga dapat diketahui kemampuan mahasiswa paling dasar. Setelah interview dengan anggota kelompoknya, mahasiswa diminta untuk menjelaskan gambar, ataupun kata kepada dosen. Proses asesmen menggunakan teknik ini memberikan banyak keuntungan, diantaranya mahasiswa menjadi kreatif dalam menjelaskan sesuatu

dan menggunakan semua kemampuannya, dan mahasiswa yang pasifpun ketika diberikan motivasi terlihat menunjukkan semangat untuk belajar.

METODE PENELITIAN

1. Pembagian Kelompok

(8)

- 407 -

Pembagian kelompok juga didasarkan pada tes yang diberikan berkaitan dengan kosakata baru yang ada pada materi yang diajarkan dari awal semester hingga ujian tengah semester. Tes yang diberikan berupa matching test antara kosakata dengan artinya dalam bahasa Jepang. Berikut adalah contoh pre-tes yang diberikan :

.同僚( ) a. 秋 葉 黄色く赤く変わ

. 葉( ) b.職場 同 あ 人 地位 役目 同 あ 人

Hasil dari tes menjelaskan bahwa sebagian besar mahasiswa tidak mengetahui arti dari kata dalam tes. Dari 20 jumlah soal yang diberikan, hanya dua orang mahasiswa yang dapat menjawab dengan benar semua soal. Sebanyak enam orang

mahasiswa mendapat nilai 90, lima orang mahasiswa mendapat nilai 80, sepuluh orang mahasiswa mendapat nilai 70, dan sisanya (21 orang mahasiswa) mendapat nilai 60 ke bawah. Jumlah mahasiswa yang lebih banyak (hampir setengah dari jumlah mahasiswa) yang mendapat nilai kurang memuaskan mengindikasikan pembelajaran kosakata masih belum efektif, proses belajar mengajar sebelumnya belum mampu memberikan input yang baik dan efektif bagi mahasiswa. Mahasiswa yang pasif menerima penjelasan dosen atau mengerjakan tugas individu tidak memberikan suntikan motivasi bagi mahasiwa untuk dapat belajar sendiri.

Oleh sebab itu, pada rentang waktu setelah ujian tengah semester, teknik pengajaran kosakata baru dimodifikasi menjadi game tebak kata diawal perkuliahan sebagai warming up game. Wawancara langsung antara mahasiswa ini membuat mahasiswa yang awalnya selalu malu untuk memulai berbicara dengan pengajar ataupun dengan penutur bahasa Jepang, mulai mau berbicara sedikit demi sedikit. Hal tersebut merupakan kemajuan yang cukup besar, mengingat rasa percaya diri untuk mencoba dan kesadaran bahwa kalau mau

mencoba dan berusaha pasti bisa tersebut dapat membawa mahasiswa

mengembangkan kemampuannya lebih serius. 2. Pemberitahuan Lingkup Kosakata

Kosakata yang diberikan adalah kosakata yang menjadi kosakata baru pada materi yang akan dipelajari pada pertemuan tersebut. Lingkup kosakata baru yang

(9)

- 408 -

mahasiswa memiliki waktu untuk mencari padanan kata-kata tersebut, ataupun memikirkan cara menjelaskannya dengan bahasa Jepang. Jumlah kata yang harus dijelaskan tiap orang adalah sepuluh kata, yang terdiri dari lima sampai enam kata sesuai dengan materi dan empat kata yang terkait dengan pengetahuan umum.

Untuk menghindari perasaan tertekan dari mahasiswa, terutama mahasiswa yang memiliki kemampuan akademis kurang pada mata kuliah terkait, sebelumnya diberikan pemahaman kepada mahasiswa bahwa game yang dilakukan ini bukan bagian dari tes melainkan cara untuk mengetahui pemahaman kosakata mahasiswa.

3. Bentuk Game Tebak Kata

Masing-masing mahasiswa dalam anggotanya membawa kartu informasi yang berisi sepuluh kata. Mahasiswa harus menjelaskan kata tersebut dengan kalimat yang baik hingga kawannya dapat menjawab kosakata yang sedang dijelaskan. Lima belas menit yang tersedia harus dibagi dua, dan apabila dalam waktu tujuh setengah menit kata yang dijelaskan tidak dapat ditebak, kata tersebut dilewati dan akan menjadi penilaian yang tidak baik.

4. Cara Penilaian Game

Penilaian game ini dilakukan saat mahasiswa yang harus menebak melihat cara kawannya menjelaskan. Poin yang dinilai adalah cara menjelaskan apakah menggunakan kata atau kalimat, apakah lebih banyak menggunakan bahasa tubuh

(gesture) ketimbang kata karena keterbatasan pembendaharaan kosakata, dan

kreativitas dalam menjelaskan. Penilaian untuk cara menjelaskan adalah 2 sampai 8 dengan penjelasan bahwa mahasiswa akan mendapat nilai rendah jika menjelaskan hanya dengan kata per kata, dan mendapat nilai tinggi jika menjelaskan dengan kalimat yang lengkap. Pengajar berkeliling memastikan tiap mahasiswa berbicara dan mendengarkan mahasiswa yang menjelaskan dengan seksama terutama

(10)

- 409 -

Kreativitas tersebut menunjukkan kekayaan pembendaharaan mahasiswa yang mampu mengenali kata yang memiliki komponen makna sama. Misalnya untuk menjelaskan kata humburger, mahasiswa akan mendapat nilai tinggi apabila dapat

menjelaskan dengan kalimat yang lengkap (例: 食べ物 ク 一

ニュ 形 丸い ), dan akan mendapat nilai yang rendah apabila menjelaskan terpatah-patah dengan kata (食べ物 食べ物 丸い美味 い).

kata yang cara penggunaan kreativitas total harus menjelaskan gesture menjelaskan nilai dijelaskan (min.2-maks.8) (min.2-maks.8) (min.2-maks.8)

観光客 20

Tabel di atas menjelaskan bahwa nilai keseluruh (nilai total) 20 menunjukkan bahwa mahasiswa yang bertugas menjelaskan, dapat menjelaskan kata dengan baik. Mahasiswa tersebut menjelaskan menggunakan kalimat yang cukup banyak, tidak atau hampir tidak menggunakan gesture dalam menjelaskan, dan dinilai kreatif mencari cara menjelaskan lain bila kawan dalam kelompoknya tidak dapat menebak kata yang dijelaskan. Kemudian penilaian ini dilanjutkan dengan pengukuran melalui tes tertulis. Mahasiswa diberikan posttest diakhir pertemuan keenam dengan soal berjumlah 50 yang kata-katanya berasal dari kosakata yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Soal berbentuk word associates format

test, dan matching test. Dalam word associates format test, tugas dari mahasiswa

adalah untuk mengidentifikasi kata-kata yang meliki relasi dengan kata target. Masing-masing berkemungkinan memiliki tiga relasi pada kata yang ditargetkan, yaitu paradigmatik (sinonim), sintagmatik (kolokasi), dan analitik (merepresentasikan bagian dari makna kata) (Read, 1998:44). Oleh sebab itu, dalam word associates format test mahasiswa diminta untuk memilih kata lebih dari satu yang memiliki relasi dengan kata target. Berikut adalah contoh posttest

(11)

- 410 -

mahasiswa dapat mengingat lebih lama kosakata yang dipelajari. Berikut adalah contoh post test yang diberikan kepada mahasiswa.

matching test :

1. ン 目立 い

2. 地味 短い評価や意見を述べ

word associates format test :

1. 記憶→ 覚え ス ラン 思い出 忘 体験 物事 将来

2. 寄付→ サ 食べ 金をあ 手伝え 学校 贈

Dari hasil tes ditemukan adanya peningkatan nilai benar pada matching test

dan nilai yang memuaskan pada word associates format test. Meskipun rentang waktu tes dilakukan cukup lama, tetapi sebagian besar mahasiswa masih dapat mengenali dan mengingat artinya. Kuantitas mahasiswa yang mendapat nilai diatas 60 pada posttest menunjukkan pengurangan menjadi hanya 14 orang. Hampir separuh telah mengalami peningkatan. Perbandingan hasil tes mahasiswa dapat dilihat pada diagram pie berikut :

Diagram pie pretest Diagram pie posttest

Dari diagram pie tersebut, dapat dilihat bahwa adanya peningkatan jumlah mahasiswa yang dapat mengerjakan tes dengan baik, dan penurunan pada mahasiswa yang mendapat nilai kurang memuaskan.

HASIL YANG DIPEROLEH

Pada pertama kali dilakukannya game ini, mahasiswa belum terbiasa, akan tetapi setelah mendapat contoh dan penjelasan lebih lanjut, mahasiswa menjadi tertarik dan berusaha untuk berbicara. Meskipun kosakata yang digunakan adalah kosakata yang merupakan materi di buku, tetapi karena adanya beberapa kosakata

(12)

- 411 -

yang diberikan kepada mahasiswa tanpa pemberitahuan sebelumnya menjadi kejutan tersendiri bagi mahasiswa. Kata-kata tambahan yang diberikan adalah kata-kata yang ada dalam kehidupan sehari-hari mahasiswa. Hal ini didasarkan pada pengamatan penulis bahwa mahasiswa yang tidak pernah berlatih untuk menjelaskan sesuatu dalam bahasa Jepang, cenderung tidak mampu untuk menjelaskan perihal yang paling mudah pun dalam bahasa Jepang. Salah satu dasar dilakukannya kegiatan asesmen ini adalah memotivasi mahasiswa terbiasa berbicara dan dapat menjelaskan sesuatu. Hal ini diharapkan ketika mahasiswa telah berkecimpung dalam dunia kerja dapat menggunakan keterampilan ini.

Dari pretes dan postes yang diberikan, mahasiswa terlihat lebih memahami kata-kata baru yang ada di tiap bab setelah kegiatan asesmen berupa tebak kata terus dilakukan, dilihat dari prosentase nilai benar yang dijawab mahasiswa. Sebelumnya, tes-tes yang diberikan, meskipun soalnya sama (kata baru yang sama) tetapi jika diberikan direntang waktu yang berbeda, hanya sedikit mahasiswa yang mampu menjawab benar. Hal tersebut menjadikan kosakata baru hanyalah beban pada bab terkait, apabila telah lewat dan mulai materi pada bab

yang lain, mahasiswa akan sibuk memhapal kosakata baru pada bab tersebut dan melupakan yang sebelumnya.

Dengan menugaskan mahasiswa menjelaskan kata-kata tersebut dan berusaha membuat kawan anggotanya mengerti hingga mampu menjawab, mahasiswa tidak boleh hanya menghapal, akan tetapi harus memahami makna tersebut dan mengetahui penggunaannya. Kemudian, dalam usaha untuk mencari definisi kata tersebut dalam bahasa Jepang, mahasiswa mengetahui kosakata baru yang dapat memperkaya pembedaharaan kosakatanya. Pada definisi yang terlalu sulit, mahasiswa mencari kata padanannya yang lebih mudah untuk dihapal dan kira-kira lebih dikenal oleh kawan anggotanya.

(13)

- 412 -

Dalam penelitian inipun, mahasiswa yang selama ini sangat pasif pun akan terpaksa untuk berbicara dengan bahasa Jepang, dan selalu didorong untuk meningkatkan kemampuannya dalam menjelaskan sesuatu. Dari dasar evaluasi ini, dapat diketahui kadar pemahaman kosakata mahasiswa.

SIMPULAN DAN SARAN

Dari penelitian ini dapat dilihat adanya evaluasi mandiri yang dilakukan oleh mahasiswa secara langsung dengan melihat kompetensi kawannya dapat menjadi pemicu mahasiswa untuk memperbaiki diri. Permainan tebak kata pun dapat direkomendasikan sebagai cara untuk mengajarkan kosakata baru bukan hanya dengan tes ataupun tugas. Dengan berpikir untuk mencari cara menjelaskan kata target, secara tidak langsung mahasiswa akan secara sintagmatik, paradimatik dan analitik terkait kata tersebut. Pemahaman dengan ketiga faktor tersebut, mahasiswa diharapkan tidak hanya hapal sebuah kata, tetapi memahami dan dapat menggunakannya dengan tepat. Evaluasi yang dilakukan lebih dari sekali dan bukan hanya dari satu pihak diharapkan dapat membantu objektifitas dan

keakuratan data yang diperoleh. Meskipun hampir tidak mungkin untuk mengukur dengan pasti kadar pemahaman manusia hanya dari sebuah tes dalam waktu yang singkat, tetapi hasil evaluasi yang dilakukan seperti ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam membuat perencanaan pengajaran, ataupun menyusun kompetensi mahasiswa.

(14)

- 413 -

DAFTAR PUSTAKA

Fulcher, Glenn., dan Davidson, Fred. 2007. Language Testing and Assessment.

New York: Routledge.

Read, John. 1998. Validating a Test to Measure Depth of Vocabulary Knowledge. Selected Paper in Validation on Language Assessment. Ed. Anthony John Kunnan. Lawrence Erlbaum Associates, inc. New Jersey.

Tarigan, Henry Guntur. 2009. Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Pengajaran

Dan Pembelajaran Bahasa. Bandung : Penerbit Angkasa.

Uno, Hamzah B., dan Koni, Satria. 2013. Assessment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Wulan, Ana Ratna. 2010. Pengertian dan Esensi Konsep Evaluasi, Asesmen, Tes

dan Pengukuran. (Online Jurnal)

http://file.upi.edu/Direksi/SPS/Prodipendidikanipa

/197404171999032Ana_Ratnawulan/pengertian_asesmen.pdf. (diunduh

tanggal 4 April 2015)

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Artinya bahwa sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan PDRB atau perekonomian yang lebih tinggi dari laju pertumbuhan nasional dan kontribusi yang lebih besar terhadap

Penelitian dipakai guna menilai efektivitas model pembelajaran Team Game Tournament (TGT) terhadap hasil belajar kognitif pelajar pada pelajaran Biologi materi sistem

Analisis Total Bakteri Dan Total Koliform Dalam Sari Kedelai Selama Proses Penyimpanan Pada Suhu Kamar Dan Hubungannya ” adalah hasil karya saya, dan dalam

boneka kucing, adapun teknik yang bisa digunakan untuk pembuatan.. boneka kucing ini adalah dengan menggunakan teknik rajut tusuk

Gambar 4 Pertumbuhan diameter koloni dua isolat cendawan antagonis Trichoderma dibanding dengan lima isolat patogen Ganoderma pada media PDA.. Perlakuan kontrol koloni

Dari hasil pengukuran intensitas suhu diruang genset hotel Via Renata didapat hasil sebesar 22,86°C dibandingkan dengan NAB Kep.51/MEN/1999 tentang iklim

Oleh karena itu salah satu fungsi pendidikan seni tari adalah belajar tentang upaya agar siswa dapat mengenali nilai budaya, karena belajar tentang budaya tidak cukup

[r]