• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PANDUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS)"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

Panduan Pengelolaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

PANDUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA

(PLTS)

DIREKTORAT ANEKA ENERGI BARU DAN ENERGI TERBARUKAN

DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI KEMENTERIAN SUMBER DAYA MINERAL

2020

(2)
(3)

ii

Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kami sampaikan bahwa Buku Panduan Pengelolaan Lingkungan PLTS telah selesai disusun. Buku Panduan ini memberikan referensi dan rujukan kepada pengembang PLTS seperti Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, instansi terkait lainnya, dan pengembang swasta dalam menyusun dokumen panduan pengelolaan lingkungan dalam kegiatan pembangunan PLTS.

Saat ini, aspek lingkungan sudah menjadi salah satu point penilaian bagi lembaga pembiayaan dalam memberikan pinjaman kepada investor. Dengan perencanaan dan pengelolaan PLTS yang berwawasan lingkungan, diharapkan akan memberikan nilai tambah serta memperluas kesempatan pada pengembang untuk mendapatkan bantuan dana dari lembaga pembiayaan.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih atas kerja sama seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan buku panduan ini dan kami juga menyampaikan permohonan maaf apabila ada hal yang kurang di dalam buku ini. Masukan dan saran untuk penyempurnaan buku panduan ini sangat kami harapkan.

Jakarta, 2020 Tim Penyusun

(4)

DAFTAR ISI

SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI ________________________________________________________ I KATA PENGANTAR _______________________________________________ II DAFTAR ISI ___________________________________________________ III DAFTAR GAMBAR ________________________________________________ IV DAFTAR TABEL __________________________________________________ IV DAFTAR SINGKATAN _____________________________________________ V BAB I PENDAHULUAN ______________________________________________ 2 1.1. Latar belakang ________________________________________________________ 2 1.2. Gambaran umum PLTS __________________________________________________ 3 1.3. Maksud dan tujuan _____________________________________________________ 4 1.4. Ruang lingkup _________________________________________________________ 5 1.5. Acuan normatif ________________________________________________________ 5 BAB II GAMBARAN UMUM PLTS ______________________________________ 8 2.1. Potensi energi surya di Indonesia _________________________________________ 8 2.2. Prinsip kerja PLTS ______________________________________________________ 9 2.3. Tahapan kegiatan PLTS ________________________________________________ 15 BAB III IZIN LINGKUNGAN PLTS ____________________________________ 18 3.1. Regulasi izin lingkungan ________________________________________________ 18 3.2. Pedoman izin lingkungan untuk Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah dan

pengembang swasta/pelaku usaha _____________________________________________ 20 BAB IV PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN _________________________ 22 4.1. SPPL _______________________________________________________________ 22 4.2. Formulir UKL-UPL _____________________________________________________ 22 4.3. Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) ____________________ 26 4.4. Identifikasi potensi limbah B3 ___________________________________________ 42 BAB V ASPEK PENGELOLAAN LINGKUNGAN PLTS ________________________ 46 5.1. Tahap pra konstruksi __________________________________________________ 46 5.2. Tahap konstruksi _____________________________________________________ 47 5.3. Tahap operasi ________________________________________________________ 50 5.4. Tahap pasca operasi ___________________________________________________ 52 5.5. Pengelolaan limbah B3 PLTS ____________________________________________ 53 BAB VI IDENTIFIKASI DAMPAK DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN __________ 56 BAB VII PERHITUNGAN NILAI PENURUNAN EMISI CO2 DARI PLTS (ON-GRID DAN OFF GRID) _________________________________________________ 66 DAFTAR PUSTAKA _______________________________________________ 69 LAMPIRAN _____________________________________________________ 70

(5)

iv

Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 - Peta potensi energi surya Indonesia (P3TKEBTKE, KESDM, 2017) ___________ 8 Gambar 2 – Blok diagram sistem PLTS __________________________________________ 11 Gambar 3 – Diagram sistem PLTS off grid tipe AC coupling _________________________ 12 Gambar 4 – Diagram sistem PLTS off grid tipe DC coupling _________________________ 12 Gambar 5 – Diagram sistem PLTS on grid _______________________________________ 12 Gambar 6 – Dampak-dampak lingkungan yang tercantum dalam RKL-RPL _____________ 39

DAFTAR TABEL

Tabel 1 – Potensi teknis surya per provinsi _______________________________________ 8 Tabel 2 – Komponen PLTS ___________________________________________________ 13 Tabel 3 – Dokumen lingkungan hidup __________________________________________ 19 Tabel 4 – Identifikasi dampak dan bentuk pengelolaan dan pemantauan lingkungan PLTS 57

(6)

DAFTAR SINGKATAN

AC Alternating Current

Andal Analisis Dampak Lingkungan Hidup

AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup B3 Bahan Berbahaya dan Beracun

BKPTRN Badan Koordinasi Perencanaan Tata Ruang Nasional DC Directing Current

DPH Dampak Penting Hipotetik

GRK Gas Rumah Kaca

KA Kerangka Acuan

KPA Komisi Penilai Amdal

LPJP Lembaga Penyedia Jasa Penyusunan PIPIB Peta Indikatif Penundaan Izin Baru PLTS Pembangkit Listrik Tenaga Surya RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah

RKL-RPL Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup

SNI Standar Nasional Indonesia

SPPL Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

TDL Tarif Dasar Listrik

TPA Tempat Pembuangan Akhir

TPST Tempat Pembuangan Sampah Terpadu

UKL-UPL Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup

(7)

1

Panduan Pengelolaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) 1

BAB I

PENDAHULUAN

Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Potensi energi terbarukan yang tersedia di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah tenaga surya, mengingat letak Indonesia yang berada di wilayah khatulistiwa, sehingga Indonesia sepanjang tahun mendapatkan sinar matahari yang cukup. Pemerintah maupun pengembang saat ini sedang giat melakukan pembangunan PLTS, namun dampak pembangunan terutama pada lingkungan sekitar perlu diperhatikan agar tidak mengganggu lingkungan sekitarnya, yang juga dapat menyebabkan perubahan iklim.

Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah menerbitkan regulasi terkait upaya pengelolaan lingkungan hidup. Hal tersebut dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan dan beberapa Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH), seperti Permen LH Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup dan Permen LHK Nomor P.26 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Dan Penilaian Serta Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup Dalam Pelaksanaan Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik. Regulasi menyebutkan bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan yang memiliki dampak terhadap lingkungan wajib memiliki izin lingkungan. Pemerintah selanjutnya melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap dokumen pengelolaan lingkungan baik berupa Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL), Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) maupun Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) sesuai kegiatan yang dilakukan pengembang.

Panduan ini ditujukan khusus kepada pengembang yang memanfaatkan energi surya sebagai PLTS melalui sistem ground mounted. Proses pemanfaatan energi surya sebagai energi listrik dimulai dari tahap pra konstruksi, tahap konstruksi, tahap operasi,

(9)

3

Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

dan pasca operasi. Dampak yang ditimbulkan dari masing-masing tahapan berbeda satu dengan lainnya sehingga diperlukan upaya pengelolaan lingkungan untuk meminimalisir environmental impact pada area PLTS. Adapun dampak lingkungan yang ditemui pada sistem pembangkit antara lain kerusakan lahan, suara bising maupun limbah B3.

1.2. Gambaran umum PLTS

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) fotovoltaik adalah sistem pembangkit listrik yang bersumber dari radiasi matahari melalui konversi sel fotovoltaik. Semakin tinggi intensitas radiasi matahari, maka semakin besar daya listrik yang dihasilkannya.

Ditinjau dari cara bekerjanya, PLTS dibagi menjadi dua yaitu PLTS off-grid dan PLTS on-grid. PLTS off-grid adalah PLTS yang memanfaatkan baterai sebagai penyimpanan energi sebelum disalurkan kepada konsumen, sedangkan PLTS on-grid merupakan PLTS yang diinterkoneksikan pada jaringan listrik PLN maupun jaringan lainnya (hybrid). Dari sisi desain, PLTS dibagi menjadi PLTS terpusat dan PLTS tersebar.

Adapun dari sisi pemasangan, PLTS dibagi menjadi PLTS diatas tanah (ground mounted), PLTS Atap, dan PLTS terapung.

Komponen utama pada PLTS adalah Modul fotovoltaik (PV), solar charger controller, inverter/charger, penyangga PV Modul, Baterai, combiner box, solar/battery inverter, panel distribusi, kabel listrik, rumah pembangkit (power house), sistem pentanahan dan penangkal petir, energy limiter dan pyranometer. Perbedaan PLTS off-grid dan PLTS on-grid adalah pada komponen baterai dimana PLTS off-grid menggunakan baterai untuk menyimpan energi listrik sehingga dapat digunakan pada malam hari.

Pengelolaan lingkungan pada lokasi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) harus dilakukan dengan baik, hal ini dilakukan untuk mengetahui perubahan kondisi lingkungan yang terjadi akibat kegiatan pembangunan PLTS tersebut. Seluruh pemangku kepentingan perlu memperhatikan kondisi pembangunan PLTS dimana salah satu kesuksesan dalam membangun PLTS selain memenuhi aspek-aspek teknis perlu memperhatikan aspek lingkungan disekitar pembangunan PLTS.

(10)

Secara garis besar Panduan Pengelolaan Lingkungan PLTS ini akan memberikan penjelasan dan petunjuk umum pada setiap tahap pembangunan PLTS diantaranya tahap pra-konstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi. Seluruh kegiatan pada setiap tahap harus memperhatikan aspek fisik, kimia, biologi, sosial ekonomi, sosial budaya, dan masyarakat, sehingga diperlukan upaya pengelolaan lingkungan agar terhindar dari dampak negatif. Sehubungan dengan hal tersebut, maka disusun Panduan Pengelolaan Lingkungan PLTS dengan mengacu kepada regulasi yang berlaku di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Setiap kegiatan/usaha yang wajib memenuhi dokumen lingkungan baik yang berdampak penting/tidak berdampak penting bagi lingkungan wajib memliki dokumen izin lingkungan diantaranya adalah:

1. Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL)

2. Formulir Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL)

3. Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL)

1.3. Maksud dan tujuan

Panduan ini disusun sebagai pedoman atau rujukan pengelolaan lingkungan bagi para pengembang PLTS, baik yang sedang tahap perencanaan sampai tahap pengoperasian. Tujuannya adalah untuk meminimalisir kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh aktifitas yang dilakukan terkait PLTS dan sejalan dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah sehingga dicapai PLTS yang berkelanjutan serta berwawasan lingkungan. Panduan ini juga dapat digunakan sebagai sarana edukasi bagi masyarakat luas untuk menanamkan pentingnya pembangunan berwawasan lingkungan demi menjaga kesetimbangan alam

(11)

5

Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) 1.4. Ruang lingkup

Panduan ini memberikan petunjuk dan penjelasan tentang upaya pengelolaan dampak lingkungan yang terjadi pada setiap tahap pembangunan PLTS. Jenis PLTS yang dibahas pada panduan ini adalah PLTS diatas tanah (ground mounted). Panduan ini dapat digunakan sebagai rujukan atau referensi bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, instansi terkait lainnya, dan pengembang swasta. Acuan dalam mengembangkan PLTS sebagai dasar dalam pengelolaan dampak lingkungan dengan memperhatikan dokumen izin lingkungan pada setiap pembangunan PLTS dengan kapasitas sebagai berikut:

1. PLTS kapasitas < 1 MW izin lingkungan menggunakan SPPL

2. PLTS kapasitas 1 s.d < 50 MW izin lingkungan menggunakan formulir UKL/UPL 3. PLTS kapasitas ≥ 50 MW izin lingkungan menggunakan dokumen AMDAL

1.5. Acuan normatif

Panduan ini menggunakan acuan peraturan dan PerUndang-Undangan tentang lingkungan hidup, antara lain:

1. Undang Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi

2. Undang Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

4. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan

5. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

6. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2013 tentang Tata Laksana Penilaian dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup serta Penerbitan Izin Lingkungan

7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup

(12)

8. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.26 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Dan Penilaian Serta Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup Dalam Pelaksanaan Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik

9. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P. 38 Tahun 2019 tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

10. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.95 Tahun 2018 tentang Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Terintegrasi Dengan Izin Lingkungan Melalui Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik

11. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor P.12 Tahun 2020 tentang Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

(13)

7

Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

BAB II

GAMBARAN UMUM PLTS

Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

(14)

BAB II

GAMBARAN UMUM PLTS

2.1. Potensi energi surya di Indonesia

Sebagai negara yang berada di wilayah khatulistiwa, Indonesia hampir sepanjang tahun mendapatkan sinar matahari yang cukup, sehingga memiliki potensi energi surya yang yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan baik untuk pembangkit listrik ataupun untuk keperluan lainnya. Sesuai dengan data yang disebutkan dalam RUEN, Indonesia memiliki total potensi energi surya sebesar 207.898 MWp yang tersebar di 34 Provinsi.

Gambar 1 - Peta potensi energi surya Indonesia (P3TKEBTKE, KESDM, 2017) Sedangkan potensi teknis surya per provinsi adalah sebagai berikut:

Tabel 1 – Potensi teknis surya per provinsi No Provinsi Potensi

Teoritikal (MW) Potensi Teknis (MW)

1 Aceh 52.540 7.881

2 Bali 8.362 1.254

3 Bangka-Belitung 18.736 2.810

4 Banten 16.407 2.461

5 Bengkulu 23.167 3.475

6 D.I Yogyakarta 6.639 996

7 DKI Jakarta 1.499 225

8 Gorontalo 8.122 1.218

9 Jambi 58.977 8.847

10 Jawa Barat 60.660 9.099

(15)

9

Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

11 Jawa Tengah 58.355 8.753

12 Jawa Timur 68.903 10.335

13 Kalimantan Barat 134.089 20.113

14 Kalimantan Selatan 40.209 6.031

15 Kalimantan Tengah 56.390 8.459

16 Kalimantan Timur 89.859 13.479

17 Kalimantan Utara 30.956 4.643

18 Kepulauan Riau 5.019 753

19 Lampung 51.754 7.763

20 Maluku 14.920 2.238

21 Maluku Utara 13.466 2.020

22 Nusa Tenggara Barat 20.243 3.036

23 Nusa Tenggara Timur 66.205 9.931

24 Papua 48.478 7.272

25 Papua Barat 13.567 2.035

26 Riau 42.047 6.307

27 Sulawesi Barat 11.178 1.677

28 Sulawesi Selatan 50.586 7.588

29 Sulawesi Tengah 41.244 6.186

30 Sulawesi Tenggara 26.113 3.917

31 Sulawesi Utara 14.805 2.113

32 Sumatera Barat 39.323 5.898

33 Sumatera Selatan 114.883 17.233

34 Sumatera Utara 79.006 11.851

TOTAL 1.359.988 207.898

Potensi energi ini berdasarkan seluruh luas daratan Indonesia yang telah dipotong oleh luasan kawasan hutan Indonesia, untuk potensi teknis berdasarkan 15% efisiensi konversi fotovoltaik.

2.2. Prinsip kerja PLTS

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) fotovoltaik adalah sistem pembangkit listrik yang energinya bersumber dari radiasi matahari melalui konversi sel fotovoltaik. Sistem fotovoltaik mengubah radiasi sinar matahari menjadi listrik. Semakin tinggi intensitas radiasi (iradiasi) matahari yang mengenai sel fotovoltaik, semakin tinggi daya listrik yang dihasilkannya. Pada aplikasi PLTS off-grid, kelebihan daya listrik yang dihasilkan pada siang hari disimpan di dalam baterai sehingga dapat digunakan kapanpun untuk berbagai kebutuhan.

A. Jenis PLTS Fotovoltaik

Umumnya sistem PLTS dapat dibagi berdasarkan:

a. Mode Pengoperasian

(16)

PLTS On Grid (terhubung ke jaringan listrik)

Pembangkitan tenaga listrik yang energinya bersumber dari radiasi matahari melalui konversi sel fotovoltaik dimana sistem kelistrikannya terhubung ke jaringan listrik umum. Sistem ini pada umumnya tidak dilengkapi dengan baterai.

PLTS Off Grid (tidak terhubung ke jaringan listrik)

Pembangkitan tenaga listrik yang energinya bersumber dari radiasi matahari melalui konversi sel fotovoltaik dimana sistem kelistrikannya tidak terhubung ke jaringan listrik umum. Sistem ini pada umumnya dilengkapi dengan baterai.

b. Posisi Pemasangan

PLTS Ground Mounted (dipasang diatas permukaan tanah)

PLTS Rooftop (dipasang diatas atap atau dapat terintegrasi dengan atap)

PLTS Terapung

(17)

11

Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) c. Desain sistem

PLTS Terpusat

Sistem PLTS yang modul fotovoltaiknya didesain secara terpusat (dalam satu area) dan memiliki sistem jaringan distribusi untuk menyalurkan daya listrik ke beban.

PLTS Tersebar/Terdistribusi

Sistem PLTS yang modul fotovoltaiknya didesain secara tersebar dan umumnya tidak memiliki sistem jaringan distribusi, sehingga setiap pelanggan memiliki sistem PLTS tersendiri.

B. Komponen utama sistem PLTS

Diagram instalasi PLTS secara umum ditunjukkan oleh Gambar 2.

Gambar 2 – Blok diagram sistem PLTS

(18)

PLTS Off Grid

Gambar 3 – Diagram sistem PLTS off grid tipe AC coupling

Gambar 4 – Diagram sistem PLTS off grid tipe DC coupling

PLTS On Grid

Gambar 5 – Diagram sistem PLTS on grid

(19)

13

Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Tabel 2 – Komponen PLTS

Nama Komponen dan Gambar Fungsi/Keterangan Prediksi Modul

fotovoltaik tipe kristalin (PV)

Berfungsi untuk mengubah energi cahaya matahari menjadi energi listrik DC.

20-25 tahun

Solar Charger Controller

Berfungsi untuk mengendalikan proses pengisian (charging) baterai dari fotovoltaik (PV Array).

5-10 tahun

Inverter /charger

Berfungsi untuk mengubah energi listrik DC dari baterai menjadi energi listrik AC atau sebaliknya.

10 tahun

Penyangga PV modul

Berfungsi sebagai support untuk menyimpan dan menyangga modul surya sesuai dengan posisi dan kemiringan yang telah ditentukan. Terbuat dari besi yang galvanized untuk melindungi dari karat.

20–25 tahun

Baterai Berfungsi untuk menyimpan

energi listrik selama siang hari.

Energi yang tersimpan akan dipakai pada saat malam atau bila energi dari PV tidak mencukupi.

5 tahun

(20)

Combiner box Merupakan panel DC yang berfungsi menggabungkan output dari beberapa String PV menjadi satu. Berfungsi juga sebagai panel isolasi dan proteksi terhadap arus/ tegangan lebih dan petir.

5–10 tahun

Solar/Battery inverter

Merupakan panel AC yang berfungsi menggabungkan output dari beberapa Solar Inverter dan Battery Inverter menjadi satu. Berfungsi juga sebagai panel isolasi dan proteksi terhadap arus/ tegangan lebih dan lightning.

10 tahun

Panel distribusi Merupakan panel AC tegangan rendah 1 fasa atau 3 fasa, berfungsi menyalurkan daya dari pembangkit ke beban.

Terdiri dari beberapa output feeder.

10 tahun

Kabel listrik Meliputi kabel fotovoltaik, kabel baterai, dan kabel power lainnya, disesuaikan dengan kriteria yang ditetapkan di RKS.

10–15 tahun

Rumah pembangkit (Power House)

Merupakan bangunan/rumah, yang berfungsi untuk penempatan peralatan dan tempat kegiatan operasional pembangkit.

20 tahun

Sistem pentanahan dan

penangkal petir

Sistem pentanahan peralatan dibuat dengan menggunakan rod tembaga. Penangkal petir berfungsi untuk melindungi peralatan PV Array dan rumah baterai / inverter dari sambaran petir.

5 - 10 tahun

(21)

15

Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Tiang

distribusi dan lampu penerangan

Tiang distribusi terbuat dari pipa besi dan tiap tiang dipasang lampu penerangan jenis super hemat energi (lampu LED).

5 - 10 tahun

Energy limiter Merupakan alat yang digunakan

untuk membatasi pemakaian listrik konsumen. Alat ini sangat penting digunakan untuk menjaga kehandalan sistem pembangkit agar beroperasi sesuai dengan desain yang direncanakan (tidak overload).

5 – 10 tahun

Pyranometer Merupakan sensor yang

berfungsi untuk mengukur besarnya intensitas radiasi matahari pada permukaan bidang dengan satuan W/m2. Kinerja alat ini dengan dipasang pada suatu permukaan bidang kemudian dengan adanya hantaman cahaya tepat pada sensor cahaya yang akan diteruskan pada tampilan komputer

simpangan besarnya fluks yang diberikan cahaya tersebut

10–15 tahun

2.3. Tahapan kegiatan PLTS

Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa pengembangan PLTS dimulai dari tahap pra-konstruksi, tahap konstruksi, tahap operasi, dan pasca operasi.

a. Tahapan pra-konstruksi

Pada tahapan ini, ada beberapa kegiatan yang dilakukan dimana terdapat potensi dampak lingkungan. Secara garis besar tahapan pra-konstruksi meliputi:

Survey kesiapan lokasi

Pengadaan lahan dan peruntukannya, serta pembersihan lahan.

Sosialisasi dan konsultasi publik

Perizinan (izin lokasi dan izin lingkungan) b. Tahapan konstruksi

Secara garis besar tahapan konstruksi meliputi:

Perekrutan tenaga kerja

(22)

Pembuatan dan operasional basecamp,

Aksesibilitas lokasi

Mobilisasi peralatan/material

Penyiapan/pematangan lahan

Pembangunan pembangkit dan sarana penunjang

Pendirian/pemasangan tiang transmisi dan/atau distribusi

Uji comissioning

Pengelolaan limbah c. Tahapan operasi

Secara garis besar tahapan operasi meliputi:

Rekrutmen tenaga kerja pengoperasian

Pengoperasian pembangkit

Pemeliharaan pembangkit

Pemeliharaan baterai

Pengelolaan limbah d. Tahapan pasca operasi

Secara garis besar tahapan pasca operasi meliputi:

Pembongkaran fasilitas PLTS

Pemutusan hubungan kerja

Pemulihan lingkungan

Transportasi

Pengolahan limbah

(23)

17

Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

BAB III

IZIN LINGKUNGAN PLTS

Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

(24)

BAB III

IZIN LINGKUNGAN PLTS

3.1. Regulasi izin lingkungan

Perencanaan pembangunan PLTS yang berbasis pada pengelolaan lingkungan hidup perlu disesuaikan dengan regulasi yang sudah diamanatkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, diantaranya adalah:

a. PP Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan

Dokumen lingkungan terdiri dari SPPL, formulir UKL-UPL, dan dokumen Amdal.

Izin lingkungan adalah izin yang diberikan izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib Amdal atau UKL- UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat memperoleh izin Usaha dan/atau Kegiatan.

Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki Amdal, sedangkan setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria wajib AMDAL wajib memiliki UKL-UPL.

b. Permen LH Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.

Permen ini dapat digunakan oleh Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah dalam mengajukan izin lingkungan.

c. Permen LH No 8 Tahun 2013 tentang Tata Laksana penilaian, pemeriksaan dokumen lingkungan hidup serta penerbitan izin lingkungan

Keputusan kelayakan lingkungan hidup dan izin lingkungan, jika rencana usaha dan/atau kegiatan dinyatakan layak lingkungan akan didasarkan atas terbitnya izin lingkungan berupa surat keputusan kelayakan lingkungan maka kewajiban pemegang izin lingkungan harus memenuhi, antara lain:

1. Persyaratan, standar, dan baku mutu lingkungan dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan sesuai dengan RKL-RPL dan peraturan perundang- undangan.

2. Menyampaikan laporan pelaksanaan persayaratan dan kewajiban yang dimuat dalam izin lingkungan selama 5 (lima) bulan sekali.

(25)

19

Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

3. Mengajukan permohonan perubahan izin lingkungan apabila direncanakan untuk melakukan perubahan terhadap deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatannya.

4. Kewajiban lain yang ditetapkan oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya berdasarkan kepentingan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

d. Permen LHK No. P.26 Tahun 2018 tentang Pedoman penyusunan dan penilaian serta pemeriksaan dokumen lingkungan hidup dalam pelaksanaan pelayanan perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik.

Permen ini digunakan oleh pengembang swasta (pelaku usaha) dalam mengurus izin lingkungan.

Pengurusan izin lingkungan sudah terintegrasi secara elektronik sesuai dengan standar pelayanan publik dan perlindungan lingkungan hidup.

e. Permen LHK No P.38 Tahun 2019 tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

Pembangkit PLTS dengan kapasitas ≥ 50 MW wajib AMDAL.

Tabel 3 – Dokumen lingkungan hidup

KETERANGAN SPPL UKL-UPL AMDAL

Waktu Penyusunan

Sebelum pelaksanaan usaha/kegiatan

Sebelum pelaksanaan usaha/kegiatan

Sebelum pelaksanaan usaha/kegiatan Skala

usaha/kegiatan pembangunan PLTS

PLTS Kapasitas < 1 MW

Kegiatan dengan potensi dampak alih fungsi lahan dan dampak lingkungan lainnya tidak ada atau kecil

PLTS Kapasitas 1 s.d <

50 MW

Kegiatan dalam satu lokasi dengan potensi dampak alih fungsi guna lahan dan dampak lingkungan lainnya tidak besar

PLTS Kapasitas ≥ 50 MW

Kegiatan dalam satu lokasi dengan potensi dampak alih fungsi guna lahan dan dampak lingkungan lainnya sangat besar Penyusun Pemrakarsa kegiatan Konsultan/ Pemrakarsa

kegiatan

Konsultan tersertifikasi (kompetensi penyusun AMDAL)*

(26)

Mekanisme penyusunan

Mengisi formulir SPPL dan melakukan pendaftaran langsung ke instansi/Lembaga lingkungan hidup daerah setempat

Melalui tahap pemerksaan dokuemn UKL/UPL

sebelum mendapatkan rekomendasi persetujuan atau penolakan UKL/UPL

Melalui tahapan penilai oleh Komisi Penilai AMDAL sebelum mendapatkan Surat Keputusan Kelayakan/Izin Lingkungan Media pengajuan Pemerintah

pusat/daerah melalui Lembaga lingkungan setempat

Pengembang (pelaku usaha) melalui OSS

Pemerintah

pusat/daerah melalui Lembaga lingkungan setempat

Pengembang (pelaku usaha) melalui OSS

Pemerintah

pusat/daerah melalui Lembaga lingkungan setempat

Pengembang (pelaku usaha) melalui OSS

* Sertifikat dapat berkoordinasi dengan BNSP/LSP, sesuai dengan kriteria pada Permen Tenaga Kerja No. 122/2016.

3.2. Pedoman izin lingkungan untuk Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah dan pengembang swasta/pelaku usaha

Saat ini pedoman izin lingkungan mengacu kepada Peraturan Menteri LH No No.16 Tahun 2012 dan Peraturan Menteri LHK No P.26 Tahun 2018. Kedua peraturan tersebut menjadi acuan dalam menyusun dokumen lingkungan, baik disusun oleh Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah ataupun pengembang swasta/pelaku usaha.

Dalam menyusun dokumen panduan pengelolaan lingkungan PLTS disusun sesuai dengan kapasitas PLTS apakah akan menyusun SPPL, formulir UKL-UPL, ataupun dokumen Amdal.

Peraturan Menteri LH No.16 Tahun 2012 menjadi acuan bagi Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah dan format seluruh dokumen lingkungan dapat dilihat pada lampiran 1, sedangkan untuk pengembang swasta/pelaku usaha dapat mengacu pada Peraturan Menteri LHK No P.26 Tahun 2018, seluruh dokumen yang diajukan melalui perizinan yang berintegrasi secara elektronik sesuai dengan standar pelayanan publik diajukan melalui sistem elektronik pada Lembaga Online Single Submission (OSS) dengan melengkapi dokumen format formulir dokumen lingkungan dapat dilihat pada lampiran 2.

(27)

21

Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

BAB IV

PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN

Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

(28)

BAB IV

PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN

Dokumen lingkungan dibagi menjadi tiga kategori yaitu SPPL, UKL/UPL dan AMDAL.

Penentuan kriteria dilakukan sesuai jenis rencana usaha dan/atau kegiatan berdasarkan kriteria yang dijelaskan pada Tabel 3. Adapun informasi dan penjelasan isi dokumen sebagaimana dideskripsikan pada sub bab selanjutnya:

4.1. SPPL

Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL) adalah pernyataan kesanggupan dari penganggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup atas dampak lingkungan hidup dari usaha dan/atau kegiatan diluar usaha dan/atau kegiatan yang wajib AMDAL atau UKL-UPL. Pada pembangunan PLTS dengan kapasitas

< 1 MW wajib memiliki SPPL yang dapat diajukan ke Lembaga lingkungan daerah setempat.

a. Pengisian dan pengajuan SPPL terdiri dari:

Identitas pemrakarsa/pelaku usaha.

Informasi singkat terkait dengan usaha dan/atau kegiatan.

Keterangan singkat mengenai dampak lingkungan yang terjadi dan pengelolaan lingkungan hidup yang akan dilakukan.

Pernyataan kesanggupan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

Tandatangan pemrakarsa di atas kertas bermaterai cukup.

b. Verifikasi dan pendaftaran SPPL

4.2. Formulir UKL-UPL

Formulir Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha/atau kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Pada

(29)

23

Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

pembangunan PLTS dengan kapasitas 1-50 MW wajib memiliki formulir UKL-UPL yang dapat diajukan ke Lembaga lingkungan daerah setempat.

A. Pengajuan formulir UKL-UPL untuk Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah

Lingkup informasi yang perlu dicakup dalam Formulir UKL-UPL terdiri dari: a) Identitas Pemrakarsa Pembangunan PLTS

b) Rencana Usaha dan/atau kegiatan. Garis Besar komponen rencana usaha dan/atau kegiatan:

1. Kesesuaian lokasi rencana kegiatan pembangunan PLTS dengan tata ruang daerah setempat.

2. Penjelasan mengenai persetujuan prinsip atas rencana kegiatan yang diberikan oleh Kepala Daerah.

3. Uraian mengenai komponen rencana kegiatan pembangunan PLTS yang dapat menimbulkan dampak lingkungan.

b) Pra-konstruksi: survey kesiapan lokasi, pengadaan lahan dan peruntukannya, sosialisasi dan konsultasi publik.

c) Kontruksi: perekrutan tenaga kerja, pembuatan dan operasional basecamp, mobilisasi peralatan/material, penyiapan/pematangan lahan, pembangunan pembangkit dan sarana penunjang, pendirian/pemasangan tiang transmisi dan/atau distribusi, pengelolaan limbah.

d) Operasi: rekrutmen tenaga kerja, pengoperasian pembangkit, pemeliharaan baterai, pemeliharaan pembangkit, pengelolaan sistem sanitasi lingkungan, pengelolaan limbah.

e) Pasca operasi: pembongkaran fasilitas PLTS, pemutusan hubungan kerja, pemulihan lingkungan, transportasi, pengelolaan limbah.

c) Dampak lingkungan yang ditimbulkan dan upaya pengelolaan lingkungan serta upaya pemantauan lingkungan. Bagian ini pada dasarnya berisi satu tabel/ matriks, yang merangkum mengenai:

1. Dampak lingkungan yang ditimbulkan rencana kegiatan, kolom dampak lingkungan terdiri atas tiga sub kolom yang berisi informasi:

(30)

Sumber dampak, kegiatan penghasil dampak untuk setiap tahapan kegiatan pembangunan PLTS (pra-kontruksi, konstruksi, operasi, dan pasca operasi);

Jenis dampak, kegiatan pembangunan PLTS pada setiap tahapan kegiatan (pra-kontruksi, konstruksi, operasi, dan pasca operasi);

Besaran dampak, parameter yang bersifat kuantitatif, besaran dampak harus dinyatakan secara kuantitatif (pra-kontruksi, konstruksi, operasi, dan pasca operasi);

2. Bentuk upaya pengelolaan lingkungan hidup (UKL)

Kolom upaya pengelolaan lingkungan hidup terdiri atas tiga sub kolom yang berisi informasi:

Bentuk upaya pengelolaan lingkungan hidup, yang diisi dengan informasi mengenai bentuk/jenis pengelolaan lingkungan hidup yang direncanakan untuk mengelola setiap dampak lingkungan yang ditimbulkan;

Lokasi pengelolaan lingkungan hidup, yang diisi dengan informasi mengenai lokasi dimana pengelolaan lingkungan dimaksud dilakukan (dapat dilengkapi dengan narasi yang menerangkan bahwa lokasi tersebut disajikan lebih jelas dalam peta pengelolaan lingkungan pada lampiran UKL-UPL); dan

Periode pengelolaan lingkungan hidup, yang diisi dengan informasi mengenai waktu/periode dilakukannya bentuk upaya pengelolaan lingkungan hidup yang direncanakan.

3. Bentuk upaya pemantauan lingkungan (UPL)

Kolom Upaya Pemantauan Lingkungan terdiri atas tiga sub kolom yang berisi informasi:

Bentuk upaya pemantauan lingkungan, kegiatan memahami fenomena- fenomena yang terjadi pada berbagai tingkatan mulai dari prilaku dampak yang timbul akibat usaha dan/atau kegiatan.

Lokasi pemantauan lingkungan, lokasi pembangunan PLTS.

Periode pemantauan lingkungan, kegiatan yang dilakukan dalam mengevaluasi dan monitoring pengelolaan lingkungan.

4. Institusi pengelola dan pemantauan lingkungan

(31)

25

Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

Kolom Institusi Pengelola dan Pemantauan Lingkungan, yang diisi dengan informasi mengenai berbagai institusi yang terkait dengan pengelolaan lingkungan dan pemantauan lingkungan yang akan:

Melakukan/melaksanakan pengelolaan lingkungan dan pemantauan lingkungan;

Melakukan pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan; dan

Menerima pelaporan secara berkala atas hasil pelaksanaan komitmen pengelolaan lingkungan dan pemantauan lingkungan sesuai dengan lingkup tugas instansi yang bersangkutan, dan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

d) Jumlah dan jenis izin PPLH yang iibutuhkan

Dalam hal rencana kegiatan pembangunan PLTS yang diajukan memerlukan Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH).

e) Surat pernyataan

Bagian ini berisi pernyataan/komitmen pemrakarsa pembangunan PLTS untuk melaksanakan UKL-UPL yang ditandatangani di atas kertas bermaterai.

f) Daftar pustaka

Menuliskan sumber data dan informasi yang digunakan dalam penyusunan UKL- UPL.

g) Lampiran

Formulir UKL-UPL PLTS juga dapat dilampirkan data dan informasi lain yang dianggap perlu atau relevan, antara lain:

Bukti formal yang menyatakan bahwa jenis usaha kegiatan pembangunan PLTS tersebut secara prinsip dapat dilakukan;

Bukti formal bahwa rencana lokasi kegiatan pembangunan PLTS;

Informasi detail lain mengenai rencana kegiatan pembangunan PLTS;

Peta yang sesuai dengan kaidah kartografi dan/atau ilustrasi lokasi pembangunan PLTS;

Data dan informasi lain yang dianggap perlu.

(32)

B. Pengajuan formulir UKL-UPL untuk pengembang swasta/pelaku usaha

Pelaku usaha/IPP yang akan mengajukan dokumen UKL-UPL melalui OSS telah menyusun perencanaan usaha dan/atau kegiatan, lokasi usaha dan/atau kegiatan dan perlu integrasi dengan persyaratan dan kewajiban perlindungan pengelolaan lingkungan hidup serta hasil analisis dampak lalu lintas pada rencana pembangunan PLTS. Selain hal tersebut data dan informasi perlu mencakup:

a. Arahan hasil penapisan dari intasnsi lingkungan hidup sesuai dengan kewenangannya

b. Deskripsi rencana usaha dan /atau kegiatan

c. Rona lingkungan hidup awal dan disekitar lokasi rencana

d. Hasil konsultasi publik dalam hal konsultasi publik telah dilakukan sebelum pelaku usaha mengajukan permohonan izin usaha ke Lembaga OSS.

Tahapan dalam pengajuan UKL-UPL adalah sebagai berikut:

a. Pengisian dan pengajuan formulir UKL-UPL

b. Pemeriksaan UKL-UPL dan penetapan persetujuan rekomendasi UKL-UPL

Jangka waktu dalan pengisian dan pengajuan UKL-UPL dilakukan paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah lembaga OSS menerbitkan izin lingkungan berdasarkan komitmen. Formulir UKL-UPL diisi dengan cara:

a. Formulir identitas pelaku usaha

b. Formulir deskripsi rinci rencana usaha dan/atau kegiatan c. Matrik dampak lingkungan yang akan terjadi

d. Program pengelolaan serta pemantauan lingkungan

e. Formulir pernyataan komitmen pemrakarsa dalam formulir UKL-UPL f. Daftar pustaka

g. Lampiran

4.3. Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup

(33)

27

Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Dokumen AMDAL terdiri dari dokumen Kerangka Acuan (KA), Andal, dan RKL-RPL.

Sesuai dengan Permen LHK Nomor P. 38 Tahun 2019 bahwa rencana usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting wajib memiliki Amdal. Kegiatan yang berdampak penting terdiri dari:

a. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam.

b. Eksploitasi sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan.

c. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta pemborosan dan kemorosotan sumber daya alam dalam pemanfaatanya.

d. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya.

e. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian Kawasan konservasi sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar budaya.

f. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, dan jasad renik.

g. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan nonhayati.

h. Kegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan/atau mempengaruhi pertahanan negara.

i. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi lingkungan hidup.

Pada dokumen pengajuan Amdal baik yang diusulkan oleh Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah atau pengembang swasta dalam proses penyiapan dokumen perlu menyiapkan dokumen yaitu kerangka acuan, andal, dan RKL-RPL. Hal yang membedakan dalam setiap tahap pengajuan oleh Pemerintah Pusat/Pemerintah daerah dengan pengembang swasta yang terintegrasi melalui sistem elektronik OSS.

(34)

Hal-hal umum yang diatur dalam Permen LHK P.226 tahun 2018 adalah sebagai berikut:

a. Data dan informasi yang perlu mencakup hal-hal sebagai berikut:

Arahan hasil penapisan dari intasnsi lingkungan hidup sesuai dengan kewenangannya

Deskripsi rencana usaha dan /atau kegiatan

Rona lingkungan hidup awal dan disekitar lokasi rencana

Hasil konsultasi publik dalam hal konsultasi publik telah dilakukan sebelum pelaku usaha mengajukan permohonan izin usaha ke Lembaga OSS.

b. Tahapan dalam melengkapi dokumen Amdal adalah sebagai berikut:

Pelaksanan pengumuman rencana usaha dan/atau kegiatan serta konsultasi publik

Pengisian dan pengajuan formulir Kerangka Acuan

Penyusunan dan pengajuan Andal dan RKL-RPL

Penilaian Andal dan RKL-RPL dan penetapan keputusan kelayakan lingkungan hidup atau ketidaklayanagn lingkungan hidup.

Penyusunan dokumen Amdal dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak lembaga OSS menerbitkan izin lingkungan berdasarkan komitmen pelaku usaha yang telah mencantumkan pada formulir Kerangka Acuan (KA) dan perseutujuan Formulir KA, sedangkan penyusunan dokumen Andal dan RKL-RPL dilakukan paling lama 180 (seratur delapan puluh) hari kerja.

Sebelum pelaksanaan rencana kegiatan pelaku usaha pperlu melakukan pengumuman di lokasi serta di media, hal tersebut guna mendapatkan saran, pendapat yang menjadi dasar dalam pengisian formulir Kerangka Acuan oleh pelaku usaha. Dalam hal pengajuan dokumen lingkungan hidup, pelaku usaha perlu melakukan konsultasi publik kepada masyarakat yang terkena dampak, konsultasi publik tersebut menyampaikan informasi tentang:

a. Tujuan konsultasi publik b. Waktu dan tempat pelaksanan

c. Bentuk, cara dan metode konsultasi publik yang akan dilakukan

(35)

29

Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) d. Masyarakat mendapat informasi tambahan

e. Lingkup saran, pendapat dan tanggapan dari masyarakat.

Bentuk dan cara metode konsultasi publik bisa dilaksanakan melalui:

a. Lokakarya b. Seminar

c. Focus group discussion d. Temu warga

e. Forum dengar pendapat f. Dialog interaktif

g. Bentuk, cara dan metode lain yang dapat digunakan untuk berkomunikasi secara 2 (dua) arah.

A. Amdal - Kerangka Acuan (KA) a) Tujuan penyusunan KA adalah:

Merumuskan lingkup dan kedalaman studi Andal;

Mengarahkan studi Andal agar berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan biaya, tenaga, dan waktu yang tersedia

Fungsi dokumen kerangka acuan adalah:

Sebagai rujukan penting bagi pemrakarsa, penyusunan dokumen amdal, instansi yang membidangi rencana usaha dan/atau kegiatan.

Sebagai salah satu bahan rujukan bagi penilai dokumen andal untuk mengevaluasi hasil studi andal.

b) Muatan dokumen terdiri dari:

1. Pendahuluan: pendahuluan pada dasarnya berisi informasi tentang latar belakang, tujuan rencana usaha dan/atau kegiatan serta pelaksananaan studi Amdal.

Latar belakang berisi uraian mengenai:

a. Justifikasi dilaksanakannya rencana usaha dan/atau kegiatan, termasuk penjelasan mengenai persetujuan prinsip yang menyatakan bahwa jenis usaha kegiatan tersebut secara prinsip dapat dilakukan

(36)

dari pihak yang berwenang. Bukti formal atas persetujuan prinsip tersebut wajib dilampirkan;

b. Alasan mengapa rencana usaha dan/atau kegiatan ini wajib memiliki Amdal dan pendekatan studi yang digunakan (tunggal, terpadu, atau kawasan); dan

c. Alasan mengapa rencana usaha dan/atau kegiatan ini dinilai oleh Komisi Penilai Amdal (KPA) Pusat, Provinsi, atau Kabupaten/Kota.

Tujuan rencana kegiatan berisi:

a. Uraian umum maupun rinci mengenai tujuan dilaksanakannya rencana usaha dan/atau kegiatan; dan

b. Justifikasi manfaat dari rencana kegiatan kepada masyarakat sekitar dan peranannya terhadap pembangunan nasional dan daerah.

Pelaksana studi yang berisi informasi tentang:

a. Pemrakarsa dan penanggung jawab rencana usaha dan/atau kegiatan;

b. Pelaksana studi amdal yang terdiri dari tim penyusun dokumen amdal, tenaga ahli dan asisten penyusunan dokumen handal.

2. Pelingkupan

Muatan pelingkupan pada dasarnya berisi informasi tentang:

a. Deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dikaji.

1. Status studi amdal, apakah dilaksanakan secara terintegrasi, bersamaan atau setelah studi kelayakan teknis dan ekonomis.

2. Kesesuaian lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan dengan rencana tata ruang sesuai ketentuan peraturan perundangan.

3. Deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan dengan fokus kepada komponen-komponen kegiatan yang berpotensi menyebabkan dampak lingkungan berdasarkan tahapan kegiatan,

b. Deskripsi rona lingkungan hidup awal (environmental setting).

Deskripsi umum rona lingkungan hidup awal berisi uraian mengenai rona lingkungan hidup (environmental setting) secara umum di lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan yang mencakup:

(37)

31

Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

1. Komponen lingkungan terkena dampak (komponen/features lingkungan yang ada disekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan serta kondisi lingkungannya), yang pada dasarnya paling sedikit memuat:

a) Komponen geo-fisik-kimia:

Iklim: meliputi data radiasi matahari, curah hujan, kecepatan dan arah angin, kelembapan relatif dan suhu udara dapat dilihat dari pengukuran mandiri atau lembaga terkait.

Kualitas udara: Mutu udara ambient adalah kadar zat, energi, dan atau komponen lain yang ada di udara bebas. Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain kedalam udara ambient oleh kegiatan manusia sehingga mutu udara turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan udara ambient tidak dapat memenuhi fungsinya.

Kebisingan: Kebisingan diartikan sebagai bentuk suara yang tidak diinginkan atau yang tidak sesuai dengan tempat dan waktunya. Kebisingan juga diartikan sebagai suara yang pada frekuensi dan besaran tertentu dapat mengganggu kenyamanan.

Geologi: Struktur geologi akan berbeda disetiap lokasi pembangunan PLTS, sehingga perlu melihat kondisi di lokasi PLTS.

Tanah: Secara fisik tanah terdiri atas campuran partikel anorganik, bahan organik yang melapuk, air dan udara. Partikel anorganik berupa bahan padatan yang terdiri atas kumpulan dari beberapa jenis mineral.

Air larian: permukaan tanah menuju ke sungai, danau dan lautan. Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah ada yang langsung masuk ke dalam tanah atau disebut air infiltrasi.

Sebagian lagi tidak sempat masuk ke dalam tanah dan oleh karenanya mengalir di atas permukaan tanah ke tempat yang lebih rendah. Ada juga bagian dari air hujan yang telah masuk ke dalam tanah, terutama pada tanah yang hampir atau telah

(38)

jenuh, air tersebut ke luar ke permukaan tanah lagi dan lalu mengalir ke bagian yang lebih rendah. Aliran air permukaan yang disebut terakhir sering juga disebut air larian atau limpasan.

Erosi: Perhitungan tingkat bahaya erosi pada suatu wilayah atau lahan didasarkan pada perkiraan jumlah tanah hilang maksimum yang terjadi pada lahan atau volume sedimen yang dihasilkannya.

Kulaitas air merupakan salah satu kebutuhan hidup yang paling penting, karena tanpa air berbagai proses tidak dapat berlangsung. Untuk mengetahui kualitas air diwilayah kegiatan dilakukan pengamatan dan pengukuran kualitas air berdasarkan system Daerah Aliran Sungai (DAS).

b) Komponen biologi

Flora: vegetasi alamiah dan vegetasi budidaya

Fauna darat: jika PLTS dibangun di lingkungan hutan maka akan mempengaruhi fauna disekitarnya.

c) Komponen sosio-ekonomi-budaya

Perilaku dan persepsi masyarakat, padat istiadat, warisan budaya, jumlah dan kepadatan peduduk, mata pencaharian penduduk, kesempatan kerja dan berusaha, pendapatan masyarakat

d) Komponen kesehatan masyarakat.

Tingkat kualitas masyarakat, sanitasi, pusat layanan kesehatan.

2. Usaha dan/atau kegiatan yang ada di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan beserta dampak yang ditimbulkannya terhadap lingkungan hidup. Tujuan penjelasan ini adalah memberikan gambaran utuh tentang kegiatan- kegiatan lain (yang sudah ada di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan) yang memanfaatan sumber daya alam dan mempengaruhi lingkungan setempat.

c. Hasil pelibatan masyarakat.

(39)

33

Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

Pelibatan masyarakat merupakan bagian proses pelingkupan. Pelibatan masyarakat dilakukan melalui pengumuman dan konsultasi publik.

Prosedur pelibatan masyarakat dalam proses Amdal harus mengacu pada peraturan perundang-undangan.

d. Dampak penting hipotetik.

Dampak penting hipotetik pada bagian ini penyusun dokumen amdal menguraikan dampak penting hipotetik terkait dengan rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan. Proses untuk menghasilkan dampak penting hipotetik dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah yang berlaku secara nasional dan/atau internasional di berbagai literatur yang sesuai dengan kaidah ilmiah metode penentuan dampak penting hipotetik dalam Amdal.

e. Batas wilayah studi dan batas waktu kajian

Batas wilayah studi ini merupakan batas terluar dari hasil tumpang susun (overlay) dari batas wilayah proyek, ekologis, sosial dan administratif setelah mempertimbangkan kendala teknis yang dihadapi.

3. Metode studi: metode pengumpulan dan analisis data yang akan digunakan, metode prakiraan dampak penting yang akan digunakan, metode evaluasi secara holistik terhadap dampak lingkungan

4. Daftar pustaka dan lampiran

Menuliskan sumber data dan informasi yang digunakan dalam penyusunan dokumen KA.

5. Lampiran

Pada bagian lampiran, penyusun dokumen Amdal melampirkan informasi tambahan yang terkait dengan:

Bukti formal yang menyatakan bahwa jenis usaha kegiatan tersebut secara prinsip dapat dilakukan;

Copy sertifikat kompetensi penyusun Amdal;

Copy tanda registrasi lembaga penyedia jasa penyusunan (LPJP) Amdal untuk dokumen Amdal yang disusun oleh LPJP atau tanda registrasi penyusun perorangan, untuk dokumen amdal yang disusun oleh tim penyusun perorangan;

(40)

Keputusan Pembentukan Tim Pelaksana Studi Amdal, untuk dokumen amdal yang disusun oleh tim penyusun perorangan;

Biodata singkat personil penyusun Amdal;

Surat pernyataan bahwa personil tersebut benar-benar melakukan penyusunan dan ditandatangani di atas materai;

Informasi detail lain mengenai rencana kegiatan (jika dianggap perlu);

Bukti formal bahwa rencana lokasi Usaha dan/atau Kegiatan telah sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku (kesesuaian tata ruang ditunjukkan dengan adanya surat dari Badan Koordinasi Perencanaan Tata Ruang Nasional (BKPTRN), atau instansi lain yang bertanggung jawab di bidang penataan ruang);

Data dan informasi mengenai rona lingkungan hidup, antara lain berupa tabel, data, grafik, foto rona lingkungan hidup, jika diperlukan;

Bukti pengumuman studi Amdal;

Butir-butir penting hasil pelibatan masyarakat yang antara lain dapat berupa: hasil konsultasi publik; diskusi dengan pihak-pihak yang terlibat;

dan pengolahan data hasil konsultasipublik; dan

Data dan informasi lain yang dianggap perlu

B. AMDAL - Andal

a) Definisi, fungsi, dan tujuan

Analisis dampak lingkungan hidup selanjutnya disebut Andal adalah telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak penting suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.

Fungsi pedoman penyusunan dokumen Andal Pedoman penyusunan Andal digunakan sebagai dasar penyusunan Andal.

Tujuan dan fungsi Andal disusun dengan tujuan untuk menyampaikan telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak penting suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Hasil kajian dalam Andal berfungsi untuk memberikan pertimbangan guna pengambilan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan dari rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan.

b) Muatan dokumen andal

(41)

35

Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) 1. Pendahuluan

Pendahuluan ini memuat ringkasan deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan, dampak penting hipotetik, batas wilayah studi dan batas waktu kajian berdasarkan hasil pelingkupan dalam kerangka acuan (termasuk bila ada alternatif-alternatif). Pada dasarnya berisikan info-info mengenai:

a. Ringkasan deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan PLTS;

Kesesuaian lokasi rencana/usaha

Deskripsi rencana usaha/kegiatan yang berpotensi menyebabkan dampak lingkungan (tahap pra konstruksi, tahap konstruksi, tahap operasi, dan tahap pasca operasi).

b. Ringkasan dampak penting hipotetik PLTS yang ditelaah/dikaji

Setiap tahap kegiatan tahap pra konstruksi, tahap konstruksi, tahap operasi, dan tahap pasca operasi dibuat ringkasan evaluasi dampak potensial.

c. Batas wilayah studi dan batas wilayah kajian PLTS

Batas wilayah studi (batas proyek, batas administratif, batas ekologis, batas sosial).

Batas waktu kajian

2. Deskripsi rinci rona lingkungan hidup awal

Komponen lingkungan terkena dampak penting rencana usaha dan/atau kegiatan (komponen/features lingkungan yang ada disekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan serta kondisi lingkungannya), yang pada dasarnya paling sedikit memuat:

1. Komponen lingkungan terkena dampak (komponen/features lingkungan yang ada disekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan serta kondisi lingkungannya), yang pada dasarnya paling sedikit memuat:

a) Komponen geo-fisik-kimia:

Iklim: meliputi data radiasi matahari, curah hujan, kecepatan dan arah angin, kelembapan relatif dan suhu udara dapat dilihat dari pengukuran mandiri atau lembaga terkait.

Kualitas udara: Mutu udara ambient adalah kadar zat, energi, dan atau komponen lain yang ada di udara bebas. Pencemaran udara

(42)

adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain kedalam udara ambient oleh kegiatan manusia sehingga mutu udara turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan udara ambient tidak dapat memenuhi fungsinya.

Kebisingan: Kebisingan diartikan sebagai bentuk suara yang tidak diinginkan atau yang tidak sesuai dengan tempat dan waktunya.

Kebisingan juga diartikan sebagai suara yang pada frekuensi dan besaran tertentu dapat mengganggu kenyamanan.

Geologi: Struktur geologi akan berbeda disetiap lokasi pembangunan PLTS, sehingga perlu melihat kondisi di lokasi PLTS.

Tanah: Secara fisik tanah terdiri atas campuran partikel anorganik, bahan organik yang melapuk, air dan udara. Partikel anorganik berupa bahan padatan yang terdiri atas kumpulan dari beberapa jenis mineral.

Air larian: permukaan tanah menuju ke sungai, danau dan lautan.

Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah ada yang langsung masuk ke dalam tanah atau disebut air infiltrasi. Sebagian lagi tidak sempat masuk ke dalam tanah dan oleh karenanya mengalir di atas permukaan tanah ke tempat yang lebih rendah. Ada juga bagian dari air hujan yang telah masuk ke dalam tanah, terutama pada tanah yang hampir atau telah jenuh, air tersebut ke luar ke permukaan tanah lagi dan lalu mengalir ke bagian yang lebih rendah. Aliran air permukaan yang disebut terakhir sering juga disebut air larian atau limpasan.

Erosi: Perhitungan tingkat bahaya erosi pada suatu wilayah atau lahan didasarkan pada perkiraan jumlah tanah hilang maksimum yang terjadi pada lahan atau volume sedimen yang dihasilkannya.

Kuaitas air merupakan salah satu kebutuhan hidup yang paling penting, karena tanpa air berbagai proses tidak dapat berlangsung. Untuk mengetahui kualitas air diwilayah kegiatan dilakukan pengamatan dan pengukuran kualitas air berdasarkan sistem Daerah Aliran Sungai (DAS).

(43)

37

Panduan Pengelolaan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) b) Komponen biologi

Flora: vegetasi alamiah dan vegetasi budidaya

Fauna darat: jika PLTS dibangun di lingkungan hutan maka akan mempengaruhi fauna disekitarnya.

c) Komponen sosio-ekonomi-budaya

Perilaku dan persepsi masyarakat, padat istiadat, warisan budaya, jumlah dan kepadatan peduduk, mata pencaharian penduduk, kesempatan kerja dan berusaha, pendapatan masyarakat

d) Komponen kesehatan masyarakat.

Tingkat kualitas masyarakat, sanitasi, pusat layanan kesehatan.

3. Prakiraan dampak penting

Analisis prakiraan dampak penting pada dasarnya menghasilkan informasi mengenai besaran dan sifat penting dampak untuk setiap dampak penting hipotetik (DPH) yang dikaji. Karena itu dalam bagian ini, penyusun dokumen Amdal menguraikan hasil prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak untuk setiap dampak penting hipotetik (DPH) yang dikaji.

Perhitungan dan analisis prakiraan dampak penting hipotetik tersebut menggunakan metode prakiraan dampak yang tercantum dalam kerangka acuan. Metode prakiraan dampak penting menggunakan metode-metode ilmiah yang berlaku secara nasional dan/atau internasional di berbagai literatur yang sesuai dengan kaidah ilmiah metode prakiraan dampak penting dalam Amdal.

Besaran dan sifat penting dampak untuk masing-masing DPH mengacu kepada UU No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Hal- hal yang perlu dicantumkan adalah sebagai berikut:

Jumlah manusia yang terkena dampak

Luas wilayah penyebaran dampak

Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

Banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak

Sifat kumulatif dampak

Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

(44)

Kriteria lain sesuai ilmu dan teknologi

4. Evaluasi secara holistik terhadap dampak lingkungan

Dalam bagian ini, pada dasarnya penyusun dokumen Amdal menguraikan hasil evaluasi atau telaahan keterkaitan dan interaksi seluruh dampak penting hipotetik (DPH) dalam rangka penentuan karakteristik dampak rencana usaha dan/atau kegiatan secara total terhadap lingkungan hidup. Dalam melakukan evaluasi secara holistik terhadap DPH tersebut, penyusun dokumen Amdal menggunakan metode evaluasi dampak yang tercantum dalam kerangka acuan.

Identifikasi dampak dan mengevaluasi dampak penting dan dilanjutkan dengan prediksi besaran dan sifat penting pada tahap (tahap pra konstruksi, tapak konstruksi, tahap operasi, dan tahap pasca operasi).

Wilayah yang perlu mendapatkan perhatian/ wilayah yang menerima dampak.

Arahan pengelolaan lingkungan/ seluruh kegiatan yang terkena dampak (pendekatan teknologi, pendekatan sosial ekonomi, pendekatan institusi, SOP).

Kesimpulan kelayakan lingkungan dari pemrakarsa.

5. Daftar pustaka

Menuliskan sumber data dan informasi yang digunakan dalam penyusunan dokumen Andal.

6. Lampiran

Pada bagian lampiran, penyusun dokumen Andal dapat melampirkan hal-hal sebagai berikut:

Surat Persetujuan Kesepakatan Kerangka Acuan atau Pernyataan Kelengkapan Administrasi Dokumen Kerangka Acuan.

Data dan informasi rinci mengenai rona lingkungan hidup, antara lain berupa tabel, data, grafik, foto rona lingkungan hidup, jika diperlukan.

Ringkasan dasar-dasar teori, asumsi-asumsi yang digunakan, tata cara, rincian proses dan hasil perhitungan-perhitungan yang digunakan dalam prakiraan dampak.

Gambar

Gambar 1 - Peta potensi energi surya Indonesia (P3TKEBTKE, KESDM, 2017)  Sedangkan potensi teknis surya per provinsi adalah sebagai berikut:
Diagram instalasi PLTS secara umum ditunjukkan oleh  Gambar 2 .
Gambar 4 – Diagram sistem PLTS off grid tipe DC coupling
Tabel 3 – Dokumen lingkungan hidup
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini yaitu pengaruh gas CO 2 terhadap efisiensi PLTS yaitu tidak berpengaruh terhadap efisiensi PLTS yaitu pada intensitas cahaya 100 W/m 2 sampai 380

Jika seluruh waduk pada waduk tersebut dipasangi PLTS terapung dengan potensi kapasitas tersebut, potensi pembangkitan listrik yang dihasilkan mencapai 974,66 GWh per tahun,

„ Penyusunan dokumen UKL dan UPL, meliputi deskripsi rencana kegiatan (jenis kegiatan, rencana lokasi dan posisinya dengan rencana umum tata ruang, jarak lokasi kegiatan dengan

Inverter adalah alat yang berfungsi untuk mengubah arus searah (direct current–DC) yang dibangkitkan oleh sistem modul fotovoltaik dan disimpan ke dalam

Sistem PLTS yang akan dipasang untuk catu daya pada lampu sorot Gedung Iqra adalah sistem PLTS yang berdiri sendiri (stand alone) dengan daya total beban

Penggunaan PLTS dapat menjadi solusi terbaik dalam penghematan energi dan enegi yang ramah lingkungan Solar Home System atau SHS PLTS Atap yang mulai banyak digunakan saat ini adalah

Baterai Battery Baterai merupakan salah satu komponen utama dalam PLTS, dan fungsinya untuk menyimpan energi listrik yang dihasilkan dari panel surya sehingga dapat digunakan untuk...

Perancangan Simulasi Diagram alir dari Tugas Akhir berjudul “Perancangan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS Hybrid di Gedung ICT Universitas Diponegoro Menggunakan Software