1
Modul Tutorial
Blok Pembelajaran
“Pencernaan & Endokrin 2 - 2021”
Semester 5 Fase III Proses Sehat - Sakit
Editor
dr. Isbandiyah, Sp.PD
Kontributor Materi:
Dr. dr. Meddy Setiawan, Sp.PD., FINASIM
Dr. dr. Febri Endra Budi Setyawan, M.Kes., FISPH., FISCM dr. Hawin Nurdiana SpA
Diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang All right reserved
@ Faculty of Medicine Press
This publication is protected by Copyright law and permission should be obtained from publisher prior to any prohibited reproduction, storage in a retrieval system, or transmission in any form by any means, electronic,
mechanical, photocopying, recording or likewise
2 KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan anugerah sehingga penulis dapat menyelesaikan Modul Tutorial Blok Pencernaan dan Endokrin 2. Kegiatan akademik dari blok ini akan selesai dalam waktu 5 minggu yang meliputi 3 unit pembelajaran (gastrointestinal, hepatobilier, dan endokrin) yang terbagi menjadi 3 skenario. Blok ini akan memberikan para mahasiswa pengetahuan dan ketrampilan tentang kelainan atau penyakit dalam ilmu kedokteran terutama yang menyangkut sistem pencernaan, dan endokrin termasuk dasar etika (bioetika Islam). Blok ini akan mengintegrasikan berbagai aspek ilmu antara lain: penyakit dalam, ilmu kesehatan anak, ilmu bedah, mikrobiologi, parasitologi, IKM, PK, PA ,Gizi dan farmakologi yang berkaitan dengan sistem pencernaan dan endokrin. Berbagai strategi pembelajaran akan dilaksanakan dalam beberapa kegiatan seperti kuliah, tutorial dan praktik laboratorium serta belajar mandiri untuk membantu mahasiswa secara aktif dan efektif mempelajari isi blok. Mahasiswa juga harus mempelajari berbagai keterampilan klinis seperti pemeriksaan fisik abdomen, pemasangan NGT, pemakaian insulin, Pembuatan formula gizi buruk pada anak dan pemeriksaan feses cacing dan protozoa usus, pemeriksaan mikrobiologi. Ujian akhir blok digunakan untuk menilai pengetahuan, pemahaman dan kemampuan analisa mahasiswa sedangkan OSCE (objective structured clinical examination) digunakan untuk menilai ketrampilan klinik. Ketrampilan critical appraisal, clinical reasoning,keterampilan komunikasi dan perilaku profesional juga akan dinilai melalui proses tutorial.
Penulis menyadari bahwa modul ini meskipun telah diupayakan dengan maksimal akan tetapi masih terdapat kekurangan baik dari isi, tata bahasa, tata urutan maupun referensi yang menjadi rujukan,.
Untuk itu penulis sangat berharap adanya masukan dan kritik untuk menyempurnakan modul ini.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangan pikiran, waktu dan telah mendukung terhadap kehadiran modul ini. Mudah-mudahan modul ini memberikan manfaat bagi seluruh umat, Amien.
Malang, November 2021
penulis
3 SEBARAN KURIKULUM BLOK 2013
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Tahun SEMESTER GANJIL SEMESTER GENAP
I
TEMA
Blok 1.1 Belajar, Humaniora dan Etika
Blok 1.2 Muskuloskel etal I
Blok 1.3 Respirasi &
Cardiovaskular I
Blok 1.4 Pencernaan I
Blok 1.5 Uropoetika
&
Reproduksi I
Blok 1. 6 Cerebro &
Pancaindera I
FASE I GENERAL EDUCATION
FASE II
SISTEM NORMAL
II
TEMA
Blok 2.1 Hematologi Sistem Limfatik
&
Endokrin
Blok 2.2 Tumbuh Kembang
Blok 2.3 Infeksi &
Imunologi
Blok 2.4 Neoplasma dan Degeneratif
Blok 2.5
IKM Blok 2.6
Metodologi Penelitian
FASE III
PROSES SEHAT-SAKIT FASE IV
RISET III
TEMA
Blok 3.1 Neuromuskulos keletal II
Blok 3.2 Pencernaan
&
Endokrin II
Blok 3.3 Respirasi, Cardiovaskular
& Hematologi II
Blok 3.4 Cerebro &
Pancaindera II
Blok 3.5 Uropoetika
&
Reproduksi II
Blok 3.6 Perilaku &
Kesehatan
FASE V
GANGGUAN KESEHATAN DAN LINGKUNGAN (KELUHAN DAN PENYAKIT) IV
TEMA
Blok 4.1 Trauma dan Kegawatan
Blok 4.2 Kesehatan Industri &
Lingkungan
Blok 4.3 Elektif dan
Proses Klinik KEPANITERAAN KLINIK FASE V
GANGGUAN KESEHATAN DAN LINGKUNGAN (KELUHAN DAN PENYAKIT)
V KEPANITERAAN KLINIK
VI KEPANITERAAN KLINIK
4 DAFTAR ISI
Kata pengantar
Sebaran Blok Kurikulum 2013 Daftar isi
BAB 1 Pendahuluan
1.1. Tujuan Belajar 1.2. Ilmu Terkait
1.3. Hubungan dengan Blok Lainnya 1.4. Persyaratan
BAB 2 Pohon topik (topic tree) BAB 3 Kegiatan pembelajaran
BAB 4 SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP) BAB 5 Blueprint penilaian dan Kisi-kisi Soal Ujian
BAB 6 UNIT BELAJAR
Unit Belajar 1. GASTROINTESTINAL Unit Belajar 2. HEPATOBILIER Unit Belajar 3. ENDOKRIN
BAB 7 MATERI KULIAH PAKAR
BAB 8 JADWAL PEMBELAJARAN
BAB 9 KISI-KISI SOAL UJIAN
5 BAB 1
PENDAHULUAN
Blok Pencernaan dan Endokrin adalah blok kedua pada tahun III fase III tentang proses sehat- sakit. Dalam blok 3.2 ini mahasiswa belajar tentang ilmu penyakit dalam, ilmu penyakit anak, ilmu penyakit bedah, yang berkaitan dengan kelainan pada sistem pencernaan serta gangguan endokrin. Selanjutnya, mahasiswa juga akan mempelajari ilmu farmakologi, bioetika Islam, serta gizi dan kedokteran keluarga dalam kaitannya dengan penanganan penyakit atau kelainan pada sistem tersebut.
Blok ini terdiri dari tiga 3 unit pembelajaran (gastrointestinal, hepatobilier, endokrin) yang terbagi menjadi 3 skenario.
1.1 TUJUAN BELAJAR TUJUAN UMUM
Mahasiswa dapat menguasai pengetahuan, keterampilan dasar dan beberapa penyakit dari sistem pencernaan dan endokrin dalam tubuh manusia, sehingga selanjutnya mampu menerapkan pengetahuan ini sebagai bekal ilmu di klinik nantinya. Pada akhir blok ini, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menguasai beberapa kelainan atau penyakit pada sistem penecernaan dan endokrin 2. Memahami beberapa obat yang digunakan pada kelainan atau penyakit pada sistem
pencernaan dan endokrin
3. Memahami tinjauan islam mengenai makanan haram dan alkohol terhadap sistem pencernaan
4. Mempraktekkan pemeriksaan fisik abdomen, injeksi insulin pada orang diabetes serta pemasangan Nasogastric tube
5. Mempraktekkan pembuatan makanan gizi buruk pada anak
6 TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
TARGET KOMPETENSI AREA
KOMPETENSI SKDI 2012 A KETERAMPILAN Mahasiswa memperoleh keterampilan dan
pengetahuan untuk:
1. Pemeriksaan status gizi 2. Pemeriksaan abdomen normal
Area 6 :
Ketrampilan Klinis
B. PENGETAHUAN Mahasiswa mampu memahami:
Anatomi traktus Gastrointestinal dan hepatobilier
Fisiologi traktus Gastrointestinalis dan hepatobilier
Histologi traktus Gastrointestinalis dan hepatobilier
Enzim pencernaan
Metabolisme karbohidrat, lipid, asam amino
Vitamin dan mineral
Mekanisme kerja Obat-obat dalam traktus Gastrointestinal dan hepatobilier
Tes fungsi Hati
Gizi dasar dan pemeriksaan status gizi
Puasa dan kesehatan
Adab makan dan minum
Makanan yang halal dan toyyib
Faktor risiko timbulnya penyakit
Pencegahan penyakit
Area 4 :
Pengelolaan informasi
Area 5 :
Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
C. ASPEK KLINIS Mahasiswa dapat mengamati (paparan awal) pasien atau kasus simulasi dengan masalah sistem pencernaan / gastroenterohepatologi melalui seluruh skenario pembelajaran.
Area 6 :
Ketrampilan Klinis D. ASPEK ILMIAH Mahasiswa dapat menganalisis informasi
bagaimana cara mengatasi masalah sistem pencernaan / gastroenterohepatologi pada individu dan masyarakat.
Area 4 :
Pengelolaan informasi
Area 7 :
Pengelolaan masalah kesehatan E. ASPEK ETIKA DAN
PROFESIONALITAS PERILAKU
1. Mahasiswa mampu menjelaskan cara pengumpulan data yang valid
2. Mahasiswa dapat belajar bekerja dan berkomunikasi dalam tim selama proses tutorial
Area 4 :
Pengelolaan informasi
Area 1:
Profesionalitas
yang luhur
7
Area 3 :
Komunikasi efektiff F. ASPEK SOSIAL Mahasiswa dapat menggali informasi
bagaimana cara masyarakat mengatasi
masalah sistem pencernaan /
gastroenterohepatologi
8 ILMU TERKAIT :
NO BIDANG ILMU
KULIAH PAKAR PRAKTIKUM SKILL TUTORIAL
IPD GEA, Colitis, Thypoid
Hepatitis, Cirrhosis hepatis, amoebiasis hepar
Perdarahan saluran cerna atas
Kolesistitis akut , Pancreatitis akut
Gastritis, Ulkus peptikum
Penyakit Metabolik dan manajemen o Diabetes Melitus
(Komplikasi akut dan kronis) o Cushing
Syndrome o Hyperthyroid,
Hypothyroid o Metabolik
Sindrom (Dislipidemia, Obesitas)
Pemerik saan abdome n.
NGT
Insulin
IKA Malabsorsi,
Intoleransi Laktosa
Diare dan dehidrasi
GER dan GERD, Worms
Konstipasi
Keracunan makanan
Ikterus pada anak, Cholestasis
Perdarahan saluran cerna
Pembuatan formula gizi buruk pada anak
10 tata laksana Gizi buruk
BEDAH Hernia
Appendicitis
Hemoroid
Hirschprung
disease
9
Manajemen pembedahan pada gangguan
endokrin (struma dan diabetic foot) PARASITOL
OGI
Parasitologi : cacing usus dan protozoa usus
Pemeriksaan tinja (protozoa usus dan cacing usus) Mikrobiologi Enterobacteriaceae
(bakteri batang gram negatif)
Enterobacteria ceae (bakteri batang gram negatif) Farmakologi Obat Hipo dan
Hipertiroid
OAD dan Insulin
Obat hiperlipid dan anti obesitas
Obat sistem bilier dan farmakoterapi pada pasien gangguan fungsi hepar
Farmakotera pi obat GIT dan
endokrine
Farmakotera pi obat sistem bilier dan fungsi hepar
RADIOLOGI Radiodiagnostik pada kelainan Pencernaan (colon inlop, polos abdomen, abdomen 3 posisi, USG
abdomen) PATOLOGI
KLINIK
Seromarker Hepatitis
Pemeriksaan laboratorium diagnosis DM dan dislipidemia
Pemeriksaan fungsi tyroid
IKM Terapi dietetik pada penyakit pencernaan dan endokrin : jenis2 diet, diare, DM, obesitas.
Konselin
g Gizi :
DM+obe
sitas
dewasa
10
Makanan sebagai media interaksi lingkungan dan kesehatan
Penyakit2 Gizi Masyarakat
Hubungan perilaku dengan gangguan kesehatan (Gastritis, Gastric/duodenal ulcer, Gastrointestinal bleeding, obesitas) Kedokteran
Keislaman
Hikmah pengharaman makanan (babi,bangkai, darah)
Efek alkohol pada tubuh Kedokteran
keluarga
Behaviour
modification change family conference and conseling DM,
hepatitis and diarrhoe
Patologi Anatomi
Patologi Anatomi Gastrointestinal
Patologi Anatomi Hepatik dan Sistem Bilier
Patologi Anatomi Sistem Endokrine
Praktikum Gastroenter ohepatikum dan
Praktikum
Endokrine
11 BAB 2
POHON TOPIK Blok Topik
gangguan pencernaan pada anak-anak Ikterus pada anak, Cholestasis
hepatobilier
Endokrin
Praktikum Praktikum
Gastroenterohepatikum Praktikum Endkrine Pemeriksaan tinja (protozoa usus dan cacing usus) Gizi
Pemeriksaan penunjang Radiodiagnostik pada kelainan Pencernaan Seromarker Hepatitis Pemeriksaan lab.diagnosis DM dan dislipidemia Pemeriksaan fungsi tyroid Kelainan pada gaster dan
intestin (Gastritis,Ulkus peptikum, kolitis, typhoid,
GEA,
Gastrointestinal
Penyakit Metabolik dan manajemen (DM, hypertyroid , hypothyroid
)
Hernia, Appendicitis, Hemoroid, Hirschprung disease, Manajemen pembedahan pada gangguan endokrin (struma dan diabetic foot)
Pengobatan
Obat –obat pada gangguan endokrin (DM , Hipo dan hipertiroid) Obat gangguan metabolisme Obat sistem bilier dan farmakoterapi pada pasien gangguan fungsi hepar
Terapi dietetik pada penyakit pencernaan dan endokrin : jenis2 diet, diare, DM
, obesitas.
Makanan sebagai media interaksi lingkungan dan kesehatan
Penyakit2 Gizi Masyarakat
Hubungan perilaku dengan gangguan kesehatan (Gastritis, Gastric/duodenal ulcer,
Gastrointestinal bleeding, obesitas)
Behaviour modification change family conference and conseling DM, hepatitis and diarrhoeHikmah pengharaman makanan (babi,bangkai, darah)
Efek alkohol pada tubuh
P E N C E R N A A N
&
E
N
D
O
K
R
I
N
12 BAB 3
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Blok 3 ini dibagi menjadi tiga UNIT BELAJAR (gastrointestinal, hepatobilier, endokrin) dan tiga skenario. Tujuan pembelajaran berikut siap untuk membimbing mahasiswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran blok ini.
a. Tutorial (Diskusi kelompok dengan tutor)
Tutorial dijadwalkan dua kali seminggu. Selama diskusi, kelompok perlu memastikan bahwa mereka MEMBAWA sumber referensi yang relevan untuk belajar. Dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran, diskusi kelompok dilakukan metode seven jump. Diskusi pada pertemuan pertama mencakup langkah 1 s.d 5, sedangkan langkah 6 dan 7 dilakukan dalam diskusi pada pertemuan kedua.
Metode Seven jump meliputi :
Langkah 1: mengklarifikasi istilah dan konsep Langkah 2: mendefinisikan masalah
Langkah 3: menganalisis masalah
Langkah 4: membuat kerangka sistematis berbagai penjelasan yang ditemukan di step3 Langkah 5: merumuskan tujuan pembelajaran
Langkah 6: mengumpulkan informasi tambahan di luar diskusi kelompok Langkah 7: mensintesis dan menguji informasi yang diperoleh
Pada akhir pertemuan kedua, mahasiswa diharapkan dapat membuat suatu refleksi diri yang akan dikoreksi oleh tutor dan selanjutnya diserahkan kepada PJMK dan Koordinator Keislaman. Adapun refleksi diri yang dibuat mencakup :
Pendahuluan
Manfaat Ilmu yang dipelajari bagi diri sendiri dan masyarakat
Keterkaitan ilmu yang dipelajari dengan nilai-nilai keislaman (dikaitkan dengan Al Quran dan Al Hadits)
Rencana implementasi dari ilmu yang sudah dipelajari tersebut
b. Belajar mandiri (belajar mandiri)
13 Sebagai pelajar dewasa, mahasiswa diharapkan melakukan belajar mandiri, keterampilan yang sangat penting bagi pengembangan karir dan masa depan. Keterampilan ini meliputi menemukan apa yang dianggap penting bagi mereka, mencari informasi lebih lanjut dari sumber belajar yang tersedia, memahami informasi dengan strategi belajar yang berbeda dan menggunakan berbagai kegiatan pembelajaran, menilai pembelajaran mereka sendiri, dan mengidentifikasi kebutuhan belajar lebih lanjut. Mereka tidak akan pernah puas untuk belajar hanya dari catatan kuliah atau buku teks. Belajar mandiri adalah fitur penting dari pendekatan PBL dan pada tahap tertentu pembelajaran akan menjadi perjalanan yang tak pernah berakhir tanpa batas.Mahasiswa belajar mandiri berdasarkan tujuan blok dan tujuan skenario, namun dapat dikembangkan sesuai dengan referensi yang sudah direkomendasikan.
c. Kuliah Pakar
Kuliah pakar ditujukan untuk memberikan konsep dasar penyakit pada sistem pencernaan dan kemudian mengkaitkannya dengan aspek klinis untuk mempermudah dan memperkaya pemahaman mahasiswa. Selama blok 3 ini akan ada beberapa kuliah yang terkait dengan topik modul pada minggu berjalan. Para mahasiswa didorong untuk mengajukan pertanyaan dan meminta penjelasan dari masalah yang belum terpecahkan
dalam tutorial.
d. Praktikum
Selama blok 3 akan ada beberapa sesi praktikum yang diselenggarakan oleh beberapa bagian/ departemen untuk mengembangkan dan memperkaya pemahaman mahasiswa yang terkait dengan topik modul pada minggu berjalan.
e. Skill’s Lab (ketrampilan klinik)
Pada blok 3 ini akan ada latihan skill’s lab untuk mempelajari ketrampilan klinik yang harus
dikuasai sesuai dengan tujuan modul. Metode yang digunakan adalah demonstrasi, praktek
mandiri dan bimbingan oleh instruktur serta asisten saat skill mandiri.
14 BAB 4
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
Skenario/
Topik Area Kompete
nsi Tujuan Instruksional Khusus
Topik dan Sub Topik Bahasan
Alokasi
Waktu Metode
Evaluasi Refer ensi
Gastro-
intestinal 4,5 Mahasiswa mampu menjelaskan tentang:
1. Patofisiologi penyakit pada penyakit gastrointestina 2. Pemeriksaan l
penunjang untuk menegakkan diagnosis penyakit gastrointestina l
3. Gejala dan keluhan yang timbul pada penyakit gastrointestina 4. Pemeriksaan l
fisik penyakit gastrointestina l
5. Penegakkan diagnosis penyakit gastrointestina l
6. Tata laksana farmakologi dan non farmakologi serta terapi diet pada penyakit gastrointestina l
7. Konseling gizi pada kelainan gastrointestina l
1 Kelainan gaster:
gastritis, ulkus gaster,
perdarahan saluran cerna 2 Kelainan intestin
(GEA, Colitis, thypoid)
3 gangguan pencernaan pada anak; diare dan dehidrasi
4 malabsorbsi, intoleransi laktosa 5 WORM,GER,
GERD 6 Obstipasi,
konstipasi, soiling, incopresis fungsional 7 Perdarahan
saluran cerna pada anak dan food poisoning 8 hernia,
appendisitis dan penyakit
Hirschprung 9 Pemeriksaan
tinja (protozoa usus dan cacing usus)
10 Radiodiagnostik pada kelainan Pencernaan (colon inlop, polos abdomen, abdomen 3 posisi, USG abdomen
11 Patologi Anatomi Gastrointestinal
@2X50me
nit Penilaian
keaktifan
diskusi
tutorial
15 12 Terapi dietetik
pada penyakit pencernaan dan endokrin : jenis2 diet, diare, DM, obesitas.
13 Hubungan perilaku dengan gangguan kesehatan (Gastritis, Gastric/duodenal ulcer,
Gastrointestinal bleeding, 14 Hikmah
pengharaman makanan (babi,bangkai, darah)
Hepatobilier 4,5 Mahasiswa mampu menjelaskan tentang:
1. Patofisiologi penyakit pada sistem hepatobilier 2. Pemeriksaan
penunjang untuk menegakkan diagnosis penyakit pada sistem hepatobilier 3. Gejala dan
keluhan yang timbul pada penyakit hepatobilier 4. Pemeriksaan
fisik pada penyakit hepatobilier 5. Penegakkan
diagnosis penyakit hepatobilier 6. Tata laksana
awal pada
1. Hepatitis, sirosis hepatis,
amoebiasis hepar 2. Kolesistitis akut,
pankreatitis akut 3. Kolelithiasis dan
kolesistitis 4. Ikterus pada
anak, Cholestasis 5. Pemeriksaan
Seromarker Hepatitis
6. Patologi Anatomi Hepatik dan Sistem Bilier 7. Obat sistem
bilier dan farmakoterapi pada pasien gangguan fungsi hepar
@2X50me
nit Penilaian
keaktifan
diskusi
tutorial
16 penyakit
hepatobilier 7. Dasar
pengobatan
farmakologis
dan non
farmakologi
penyakit
hepatobilier
17 BAB 5
BLUEPRINT PENILAIAN DAN KISI-KISI SOAL UJIAN
Prasyarat ikut ujian Blok :
- Kehadiran tutorial dan pleno minimal 80%
- Kehadiran skill laboratorium dan praktikum 100%
Instrumen Ujian :
PROPORSI PENILAIAN UJIAN BLOK Jenis Ujian Prosentase Penilaian
5SKS 6SKS 7SKS
MCQ 40 50 42,86
Tutorial 20 16,67 14,29
Skill Laboratorium 20 16,67 28,57
Praktikum 20 16,67 14,29
MCQ :
1. UTB (Ujian Tengah Blok ) 2. UAB (Ujian Akhir Blok)
:
Nilai MCQ Blok 5 minggu = (1 x UTB ) + (2 x UAB) / 3
18 BAB 6
UNIT PEMBELAJARAN
Unit belajar 1: Gastrointestinal
Tujuan Pembelajaran unit 1
Skenario 1.
...
Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang ke FKTP dengan mengeluh epigastric pain. Keluhan dirasakan semakin sering terjadi disejak 3 bulan yang lalu, yaitu sejak dimana penderita setiap pagi mengkonsumsi roti yang diproduksi perusahaan tempat bekerjanya. Penderita ini adalah seorang karyawan bagian quality control staff pabrik roti, dan mendapatkan tugas dari pimpinan untuk mendaftarkan hasil proses produksi roti pada lembaga terkait tentang logo halal. Staf ini mengetahui bahwa salah satu proses produksinya menggunakan bahan yang
Pada akhir unit pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan dapat :
Metode
Kuliah Praktikum Tutorial 1. Mengetahui dan memahami penyakit gaster
(gastritis, ulkus gaster), intestin (GEA, Colitis, Thypoid), perdarahan saluran cerna
2. Mengetahui dan memahami gangguan pencernaan pada anak (malabsorbsi, diare, konstipasi), GER, GERD
3. Mengetahui dan memahami penyakit hernia,
appendik dan penyakit Hirschprung
4. Mengetahui dan memahami cacing dan protozoa
penyebab kelainan pada usus
5. Mengetahui dan memahami Hubungan perilaku dengan gangguan kesehatan, Terapi dietetik pada penyakit pencernaan
6. Mengetahui dan memahami bakteri batang gram negatif sebagai penyebab penyakit saluran pencernaan
7. Memahami hikmah Hikmah pengharaman
makanan (babi,bangkai, darah)
8. Mengetahui dan memahami Radiodiagnostik pada kelainan Pencernaan (colon inlop, polos abdomen,
abdomen 3 posisi, USG abdomen)
19 disebut ragi instan yang akan mengalami proses fermentasi. Pada proses ini diketahui bahwa dapat terbentuk alkohol yang dapat menjadi salah satu risiko occupational disease dan menjadi salah satu titik kritis halal yang harus di ketahui. Staf ini berkoordinasi dengan tim SMK3 untuk melakukan upaya hierarchy of risk control terhadap risiko occupational disease dan sekaligus dapat mendapatkan sertifikat halal dari lembaga terkait.
Klarifikasi Istilah:
quality control staff , ragi instan, titik kritis halal, occupational disease, SMK3, hierarchy of risk control
Topik
1. occupational disease
2. Hikmah pengharaman makanan Tujuan Pembelajaran:
1. Memahami tentang konsep occupational disease 2. Menganalisis faktor kimia pada occupational disease 3. Memahami konsep hierarchy of risk control
4. Titik kritis halal
Rumusan Masalah:
1. Bagaimana konsep occupational disease?
Jawaban:
Occupational disease adalah penyakit akibat kerja. Suatu diagnosis penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau suatu aktifitas. Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang sudah diakui.
2. Bagaimana pemahaman tentang hierarchy of risk control?
Jawaban:
5 tahap hirarki pengendalian risiko nadalah:
a. Eliminasi b. Subtitusi
c. Rekayasa Teknik d. Administrasi e. Alat Pelindung Diri
3. Apasajakah faktor kimia pada occupational disease?
Jawaban:
Berdasarkan Peraturan Presiden No 7 tahun 2019, yang termasuk faktor kimia pada Occupational disease adalah:
1) Berillium
2) Cadmium
3) Fosfor
4) Krom
5) Mangan
6) Arsen
20 7) Raksa
8) Timbal 9) Fluor
10) Karbon disulfida;
11) Derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon alifatik atau aromatic;
12) Benzene atau homolognya;
13) Derivat nitro dan amina dari benzene atau homolognya;
14) Nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya;
15) Alcohol, glikol, atau keton;
16) Gas penyebab asfiksia seperti karbon monoksida, hydrogen sulfida, hydrogen sianida atau derivatnya;
17) Acrylonitrile;
18) Nitrogen oksida;
19) Vanadium 20) Antimon 21) Hexane;
22) Asam mineral;
23) Bahan obat;
24) Nikel 25) Thalium 26) Osmium 27) Selenium 28) Tembaga 29) Platinum 30) Timah 31) Zinc 32) Phosgene;
33) Benzoquinon 34) Isosianat;
35) Pestisida;
36) Sulfur oksida;
37) Pelarut organik;
38) Lateks atau
39) Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lain di tempat 4. Apa yg dimaksud titik kritis halal ?
Titik Kritis Kehalalan Produk adalah suatu fase dalam tahapan proses produksi Halal seperti dalam memproduksi Makanan,Minuman,Obat-obatan Kosmetika serta barang kegunaan lain nya yang akan dipakai atau dikonsumsi oleh konsumen. Di titik kritis ini sangat Vital dimana kemungkinan suatu produk bisa menjadi haram jika tidak di awasi dengan ketat.
5. Dimana titik ktitis halal ragi instan?
Ragi banyak dipakai pada produk-produk bakery sebagai bahan pengembang (bread improver) terkadang ada juga ragi yang dibuat dari hasil samping industri beer.
Semua bentuk ragi isinya tak hanya yeast tapi juga sejumlah kecil bahan aditif. Inilah yang perlu dicermati kehalalannya. Pada pembuatan compressed yeast sering
ditambahkan pengemulsi (emulsifier) yang syubhat. Anti menggumpal E542 (edible bone phosphate) yang berasal dari tulang hewan. Bahan aditif lain yang mungkin ada pada ragi instan bisa juga berupa E570 (asam stearart) dan E572 (magnesium stearat).
Asam stearat dapat berasal dari tanaman atau dari hewan, magnesium stearat dibuat
21 dengan menggunakan bahan asam stearat. Disamping gum dan desktrin, gelatin
kadang digunakan sebagai bahan pengisi pada ragi instan
.Tinjauan Pustaka Occupational Disease
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan/atau lingkungan kerja. Penyakit Akibat Kerja sebagaimana dimaksud meliputi jenis penyakit:
a. Yang disebabkan pajanan faktor yang timbul dari aktivitas pekerjaan;
Penyakit Akibat Kerja pada klasifikasi jenis ini sebagai berikut:
1) penyakit yang disebabkan oleh faktor kimia 2) penyakit yang disebabkan oleh faktor fisika
3) penyakit yang disebabkan oleh faktor biologi dan penyakit infeksi atau parasit b. Berdasarkan sistem target organ;
Penyakit Akibat Kerja pada klasifikasi jenis ini sebagai berikut:
1) penyakit saluran pernafasan 2) penyakit kulit,
3) gangguan otot dan kerangka 4) gangguan mental dan perilaku.
c. Kanker akibat kerja; dan d. Spesifik lainnya.
Penyakit spesifik lainnya merupakan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau proses kerja, dimana penyakit tersebut ada hubungan langsung antara paparan dengan penyakit yang dialami oleh pekerja yang dibuktikan secara ilmiah dengan menggunakan metode yang tepat.
Terdapat beberapa faktor utama sebagai penyebab PAK ditempat kerja, secara garis besar dapat dikelompokan kedalam 5 bagian, yaitu:
1. Faktor Fisik, seperti:
o Suara atau kebisingan yang dapat merusak pendengaran.
o Radiasi sinar radioaktif yang dapat merusak sel-sel tubuh dan kelainan kulit.
o Suhu yang terlalu tinggi yang dapat meyebabkan heat stress seperti heat stroke, heat cramp, dst.
o Tekanan yang terlalu tinggi yang dapat menyebabkan “caisson disease”.
o Penerangan yang kurang baik yang dapat merusak mata.
2. Faktor Kimia, seperti:
o Debu yang dapat menyebabkan pneumoconioses, diantaranya> silicosis, asbestosis dan lain-lain.
o Fume dari metal yang dapat menyebabkan metal fume fever.
o Uap beracun yang dapat menyebabkan keracunan.
o Gas, misalnya keracunan H2S, CO dan lain-lain.
o Larutan bahan kimia, misalnya menyebabkan dermatitis.
o Dll.
3. Faktor Biologis/Infeksi, seperti virus atau bakteri. Misalnya Avian Flu, HIV, dst.
4. Faktor Ergonomi, yang disebabkan oleh kesalahan konstruksi mesin, sikap badan yang kurang baik, salah cara melakukan pekerjaan, dll.
5. Faktor Mental –Psikologis, seperti stress akibat kerja, hubungan yang kurang baik, tekanan
dari atasan, dst.
22 Diagnosis menderita Penyakit Akibat Kerja berdasarkan surat keterangan dokter sebagaimana dimaksud merupakan diagnosis jenis Penyakit Akibat Kerja yang dilakukan oleh:
a. dokter; atau b. dokter spesialis,
yang berkompeten di bidang kesehatan kerja
Penyakit yang telah didiagnosis sebagai Penyakit Akibat Kerja dilakukan pencatatan dan pelaporan.
Beberapa permasalahan yang terkait PAK di Indonesia diantaranya:
1. Minimnya pemahaman tenaga kerja dan Pengurus Serikat Pekerja tentang PAK dan hak-hak yang seharusnya didapatkan oleh pekerja atas Jaminan Penyakit Akibat Kerja yang saat ini dimasukan dalam kategori Kecelakaan Kerja sehingga:
a. Ada kecenderungan hak-hak tenaga kerja tidak dibayar apabila terkena PAK b. Pemberian hak jaminan kecelakaan kerja dan PAK yang lebih kecil dari ketentuan
perundangan yang berlaku (sub standar)
c. Tenaga kerja dan serikat pekerja masih sangat jarang mengajukan tuntutan atas kasus tidak dipenuhinya hak atas perlindungan K3 termasuk dalam hal PAK dan kompensasi BPJS Katenagakerjaan
2. Ada kecenderungan PAK yang terdiagnosa tidak dilaporkan, dokter di perusahaan sering berstatus sebagai tenaga paruh waktu sehingga kurang leluasa dalam melaksanakan program kesehatan kerja secara komprehensif;
3. PAK dalam peraturan perundangan termasuk kategori Kecelakaan Kerja sehingga perusahaan cenderung tidak melaporkan kasus PAK, terkait penghargaan Nihil Kecelakaan (Zero Accident).
4. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja belum banyak dilakukan, sebagian besar belum dilakukan secara benar sehingga penyakit yang dilaporkan sebagai PAK masih sangat jarang. Hal ini juga disebabkan karena belum banyaknya dokter yang memahami mengenai PAK. Meskipun di bawah kementrian kesehatan sudah banyak upaya yang dilakukan untuk dapat melatih para dokter untuk dapat mendiagnosa PAK, termasuk dokter-dokter di Puskesmas.
Hierarchy Of Risk Control
Hierarchy Of Risk Control adalah pada dasarnya berarti prioritas dalam pemilihan dan pelaksanaan pengendalian yang berhubungan dengan bahaya K3. Ada beberapa kelompok kontrol yang dapat dibentuk untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya K3. Tujuan hirarki pengendalian risiko adalah untuk menyediakan pendekatan sistematik guna peningkatan keselamatan dan kesehatan, mengeliminasi bahaya dan mengurangi atau mengendalikan risiko keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam hirarki pengendalian bahaya, pengendalian yang lebih atas disepakati lebih efektif daripada pengendalian yang lebih bawah. Kita bisa mengkombinasikan beberapa pengendalian risiko dengan tujuan agar berhasil dalam mengurangi risiko terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja kepada level yang serendah mungkin yang dapat dikerjakan dengan pertimbangan (as low as reasonably practicable). Lima (5) tahap hirarki pengendalian risiko adalah:
1. Eliminasi
Eliminasi berarti menghilangkan bahaya. Contoh tindakan eliminasi adalah berhenti
menggunakan zat kimia beracun, menerapkan pendekatan ergonomic ketika
merencanakan tempat kerja baru, mengeliminasi pekerjaan yang monoton yang bisa
menghilangkan stress negatif, dan menghilangkan aktifitas forklift dari sebuah area.
23 2. Substitusi
Substitusi berarti mengganti sesuatu yang berbahaya dengan sesuatu yang memiliki bahaya lebih sedikit. Contoh tindakan substitusi adalah mengganti aduan konsumen dari telepon ke on line, mengganti cat dari berbasis solven ke berbasis air, mengganti lantai yang berbahan licin ke yang tidak licin, dan menurunkan voltase dari sebuah peralatan.
3. Rekayasa Teknik, Reorganisasi dari Pekerjaan, atau Keduanya
Tahapan rekayasa teknik dan reorganisasi dari pekerjaan merupakan tahapan untuk memberikan perlindungan pekerja secara kolektif. Contoh perlindungan dalam rekayasa teknik dan reorganisasi pekerjaan adalah pemberian pelindung mesin, system ventilasi, mengurangi bising, perlindungan melawan ketinggian, mengorganisasi pekerjaan untuk melindungi pekerja dari bahaya bekerja sendiri, jam kerja dan beban kerja yang tidak sehat
4. Pengendalian Administrasi
Pengendalian administrasi merupakan pengendalian risiko dan bahaya dengan peraturan-peraturan terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja yang dibuat.
Contoh pengendalian administrasi adalah melaksanakan inspeksi keselamatan terhadap peralatan secara periodik, melaksanakan pelatihan, mengatur keselamatan dan kesehatan kerja pada aktivitas kontraktor, melaksanakan safety induction, memastikan operator forklift sudah mendapatkan lisensi yang diwajibkan, menyediakan instruksi kerja untuk melaporkan kecalakaan, mengganti shift kerja, menempatkan pekerja sesuai dengan kemampuan dan risiko pekerjaan (missal terkait dengan pendengaran, gangguan pernafasan, gangguan kulit), serta memberikan instruksi terkait dengan akses kontrol pada sebuah area kerja.
5. Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 8 Tahun 2010 adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja ..
Gambar 1. Hirarki Pengendalian Risiko
24 Gambar 2. Studi Kasus Hirarki Pengendalian Risiko
Tanpa implementasi dari hirarki pengendalian risiko, tingkat risiko pastinya akan sangat tinggi. Sebagai ilustrasi, risiko tertabrak kereta dapat dieliminasi dengan membangun jalan layang di atas perlintasan kereta. Dengan cara ini, risiko yang tersisa akan sangat kecil karena tidak ada jalan lagi yang sebidang dengan perlintasan kereta. Pengendalian jenis ini sangat efektif, namun memang memerlukan biaya yang lebih besar.
Pengendalian risiko dengan cara rakayasa tekniki dapat diterapkan dengan memasang palang pintu yang akan menutup jika ada kereta lewat. Cara jenis ini memang lebih murah untuk diterapkan namun pengendara kadang masih bisa menerobos palang pintu dan juga akan berdampak pada peningkatan kemacetan lalu lintas di sekitar perlintasan kereta. Risiko tertabrak kereta dapat dikurangi dengan pengendalian administratif melalui pemasangan rambu-rambu peringatan tentang risiko tertabrak kereta. Pengendalian ini sangat murah namun risiko yang ada masih sangat besar karena pengendara bisa saja tidak menghiraukan rambu dan langsung melintas meski kereta sudah dekat.
Referensi
British Standard Institution. 2018. Occupational Health and Safety Management Systems.
Geneva, Swiss. ISO 45001: 2018
Republik Indonesia. 2019. Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2019 Tentang Penyakit Akibat Kerja, Jakarta.
Jaswir I, Rahayu EA, Dewim NY, Priangani A R, 2020 DAFTAR REFERENSI BAHAN- BAHAN YANG MEMILIKI TITIK KRITIS HALAL DAN SUBSTITUSI BAHAN NON-HALAL, Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah. Diunduh dari https://knks.go.id/storage/upload/1611664891-Buku%20Referensi%
20Titik%20Kritis%20Halal%20dan%20Substitusi%20Non%20Halal-min.pdf
25 Tujuan pembelajaran unit 2: Hepatobilier
Skenario 2.
Kenapa anakku susah BAB?
Seorang anak laki-laki umur 5 tahun, dibawa ibunya berobat ke RS dengan keluhan konstipasi sejak 4 bulan yang lalu. Menurut orang tuanya, anak selalu terlihat kesakitan setiap BAB. Feses keluarnya sedikit sekali dengan konsistensi keras. Feses berwarna kuning kecoklatan, ...tidak ada lendir maupun darah. Anak BAB sekitar 4 hari sekali, demikian beulang-ulang. Sampai sejak 2 minggu yang lalu anak selalu menahan kalau mau BAB dan selalu berdiri setiap terasa mulas dan tidak mau ke toilet. Sering terjadi soiling atau encopresis. Pada pemeriksaan fisik oleh dokter teraba skibala pada regio iliaca sinistra abdomen
Klarifikasi istilah
Konstipasi, soiling, encopresis, skibala, region iliaca sinistra
Tujuan Pembelajaran
Pada akhir unit pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan dapat :
Metode
Kuliah Praktikum Tutorial 1. Mengetahui dan memahami penyakit hati: Hepatitis,
Cirrhosis hepatis, amoebiasis hepar. penyakit pada
saluran empedu: kolelitiasis, pankreatitis
2. Mengetahui dan memahami Ikterus pada anak,
Cholestasis
3. Mengetahui dan memahami Patologi Anatomi
Hepatik dan Sistem Bilier
4. Mengetahui dan memahami obat-obat yang dipakai
sebagai terapi pada kelainan hati dan sistem bilier 5. Mengetahui dan memahami pemeriksaan seromarker
hepatitis
6. Mengetahui dan memahami Patologi Anatomi
Hepatik dan Sistem Bilier
26 1. Mahasiswa mengetahui mekanisme defekasi
2. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosis konstipasi dan komplikasi yang terjadi 3. Mahasiswa mampu melakukan tatalaksana konstipasi dan komplikasinya
4. Mahasiswa mampu memberikan edukasi upaya antisipasi dampak komplikasi 5. Mahasiswa mengetahui pemantauan setelah dilakukan tatalaksana
Topik
1. Obstipasi, Konstipasi, Soiling, Encopresis Fungsional pada Anak
Rumusan Masalah
1. Mengapa anak terlihat kesakitan setiap BAB?
Nyeri saat BAB disebabkan oleh adanya tinja yang besar dan keras menjadi lebih sulit dikeluarkan melalui kanal anus menimbulkan rasa sakit, biasanya disertai fisura ani 2. Mengapa feses konsistensi keras?
Kebiasaan menahan tinja(retensi tinja) yang berulang menyebabkan tinja yang berada di kolon akan terus mengalami reabsorbsi air dan elektrolit sehingga tinja menjadi keras 3. Bagaimana mekanisme terjadinya soiling atau ancopresis?
Distensi tinja kronis sebagai akibat retensi tinja menyebabkan menurunnya kemampuan sensor terhadap volume tinja, yang sebetulnya merupakan panggilan atau rangsangan untuk BAB. Temuan terbanyak pada pemeriksaan manometri anak denagn konstipasi kronis adalah meningkatnya ambang rangsang sensasi rektum
4. Mengapa teraba skibala pada abdomen sebelah kiri?
Kebiasaan menahan tinja(retensi tinja) yang berulang akan meregangkan rectum dan kemudian kolon sigmoid yang menampung bolus tinja berikutnya. Tinja yang berada di kolon akan terus mengalami reabsorbsi air dan elektrolit dan membentuk skibala.
KONSTIPASI
Gambaran umum
Secara umum definisi konstipasi menurut the North American Society for Pediatric
Gastroenterology and Nutrition (NASPHGAN) adalah kesulitan atau keterlambatan melakukan
defekasi selama dua minggu atau lebih, dan mampu menyebabkan stres pada pasien. Sedangkan
27 konstipasi fungsional pada bayi dan anak menurut kriteria Roma III adalah paling sedikit selama dua minggu mengalami feses keras, seperti kerikil pada sebagian besar defekasi, atau defekasi dengan feses yang normal kurang dari tiga kali seminggu; tanpa ada kelainan struktural, endokrin, atau metabolik.
Batasan konstipasi menyangkut 2 aspek, yaitu frekuensi defekasi dan konsistensi tinja. Pada konstipasi, frekuensi defekasi berkurang dari biasanya, umumnya kurang dari 3 kali defekasi per minggu. Sedangkan konsistensinya lebih keras dari biasanya, yaitu tinja berbentuk bulat-bulat seperti pelet atau kotoran kambing. Temuan penting lainnya yang menunjukkan adanya konstipasi adalah terabanya masa tinja yang keras (skibala) pada palpasi abdomen. Aspek lain adalah rasa nyeri yang timbul saat defekasi.
Mekanisme defekasi
Tahap 1. Rektum merenggang karena adanya tekanan dari feses yang sudah mengumpul di rektum
Tahap 2. Adanya regangan pada rektum akan memacu reseptor regangan pada dinding rektum.
Adanya pacuan pada reseptor ii akan menyebabkan refleks pendek dan refleks panjang
Tahap 3 a. Refleks pendek ini akan memacu pleksus mesenterikus di sigmoid, kolon dan rektum sendiri
Tahap 3 b. Refleks panjang akan memacu neuron motor parasimpatik di medula spinalis sakrum
Tahap 3 c. Refleks panjang juga akan memacu motor neuron somatik
Tahap 4a. Rangsangan pada tahap 3a akan dilanjutkan dengan peningkatan peristaltik direktum, kemudian berlanjut dengan lingkaran umpan balik 1, dimana memperkuat tahap 1
Tahap 4 b. Rangsangan pada tahap 3b berlanjut dengan peningkatan peristaltik seluruh usus besar, kemudian diteruskan dengan lingkaran umpan balik 2, dimana akan memperkuat tahap 1. Selain itu 3b akan memacu relaksasi sfingter ani internus yang menyebabkan feces terdorong ke kanalis anorektal
Tahap 3c akan berlanjut dengan kontraksi sfingter ani externus
Jika ada relaksasi sengaja dari sfingter ani externus maka akan terjadi defekasi
Konstipasi fungsional terjadi jika ada gangguan pada tahap tahap defekasi tersebut diatas (lihat
gambar dibawah ini)
28 Gambar 1. Mekanisme Defekasi
Perasaan untuk defekasi dipacu oleh kontraksi sfingter anal eksternal dan meningkatnya tegangan anal dalam waktu yang singkat dan diteruskan tegangan di kanalis analis.
Defekasi adalah adanya material fecal di rektum karena pacuan peristaltik. Akibatnya stimuli sensor di kanalis anal terpacu untuk menurunkan tegangan di sfingter anal internal
Sensasi pada pada squemus epitel dari anus menimbulkan rasa adanya feses atau flatus dan dengan pengendalian sengaja maka ada rasa untuk mulai defekasi dengan relaksasi muskulus puborektal yang berakibat menegangnya angulasi anorektal dan membukanya saluran anal dengan relaksasi muskulus levator
Adanya distensi di rektum memacu gelombang kontraksi dari rektum dan defekasi dapat sempurna dengan meningkatnya tekanan intraabdominal menutupnya glottis, fiksasi diafragma dan kontraksi abdomen dimana semuanya membantu mendorong tinja melewati saluran anal yang dilanjutkan dengan keluarnya gas, cairan atau feces.
Batasan
Konstipasi pada anak memerlukan perhatian khusus karena dapat merupakan manifestasi berbagai kelainan. Definisi konstipasi pada orang dewasa dan pada anak-anak berbeda, hal ini disebabkan oleh karena perbedaan persepsi konstipasi pada dokter dan pada pasien. Laporan penelitian di Belanda menyatakan bahwa konstipasi mencapai 3% dari kunjungan RS Pendidikan , sekitar 10%
sampai 25% untuk pasien-pasien yang ditujukan ke gastroenterologi anak dan hanya 1% untuk anak
berusia 0-4 tahun yang berobat ke dokter umum
29 Pada orang dewasa (kriteria dari Roma) :
1) meningkatnya gerakan usus lebih dari 25%
2) Perasaan tidak puas pengeluaran feses sampai 25% jumlah feses 3) feses yang keras dan lengket lebih dari 25% feses
4) buang air besar kurang dari 3 kali / minggu
Pada anak > 4 tahun:
1) 2-3 kali gerakan usus dalam 1 minggu tanpa laksansia 2) 2-3 kali soiling atau encopresis per minggu
3) pengeluaran feses dalam ukuran besar dan banyak sekali dalam periode 7-30 hari 4) teraba masa abdomen atau rectal
Pada anak < 4 tahun
1) frekuensi buang air besar < 3 kali dalam seminggu 2) gerakan usus yang terasa sakit serta retensi feses
Soiling:
Bab yang tidak disengaja sehingga memberikan bercak tinja di celana
Enkopresis:
Bab tanpa disadari
Perbedaan dua keadaan tersebut diatas adalah dalam kuantitas feses.
Etiologi
Meskipun sebagian besar konstipasi pada anak adalah fungsional kita perlu mempertimbangkan suatu kelainan organik bila kita menemukan tanda tanda seperti yang tercantum dalam Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Tanda kelainan organik pada konstipasi
Tanda yang perlu diwaspadai Kemungkinan diagnosis Mekonium keluar lebih dari 48 jam,
kesulitan defekasi sejak lahir, gagal tumbuh, distensi abdomen, spingter anus
sempit, rektum tidak terisi feses pada colok dubur, feses menyemprot setelah
colok dubur
Penyakit Hirschprung
30 Distensi abdomen, muntah hijau, ileus Pseudo-obstruksi
Penurunan reflek anus, ekstremitas inferior, dan tonus otot.
Terdapat dimple atau hair tuft
Anomali tulang belakang
Tampak lemah, perkembangan terhambat, kulit kering, hernia umbilikalis, makroglosi
Hipotiroidism
Posisi anus tampak abnormal pada pemeriksaan fisis
Malformasi anorektal kongenital
Patofisiologi
Sangat komplex
Yang berperan multiple faktor :
- kolon
- rectum, rectal capasity, rectal compliance - anorectal sensation - Fungsi sphincter ani interna/ externa
- M. pelvic floor - perianal nerves
- kematangan dan komponent psychologic
Kelainan diluar kolon:
endokrin: hipothyroid, hiperparathyroid, hiperkalsemia, diabetes insipidus, asidosis renal infantil, hipokalemia, hiponatremia, uremia, porfiria, feokhromositoma, CF