• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP BEST TIME DALAM VISIBILITAS HILAL DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KASTNER.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONSEP BEST TIME DALAM VISIBILITAS HILAL DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KASTNER."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP BEST TIME DALAM VISIBILITAS HILAL DENGAN

MENGGUNAKAN MODEL KASTNER

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI

Oleh

KHOERIYAH LUTFIYAH S

0608740

PROGRAM STUDI FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

KONSEP BEST TIME DALAM

VISIBILITAS HILAL DENGAN

MENGGUNAKAN MODEL KASTNER

Oleh

Khoeriyah Lutfiyah S

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Khoeriyah Lutfiyah S 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

KHOERIYAH LUTFIYAH S 0608740

KONSEP BEST TIME DALAM VISIBILITAS HILAL DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KASTNER

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I,

Judhistira Aria Utama, M.Si NIP. 197703312008121001

Pembimbing II,

Drs. Taufik Ramlan Ramalis, M.Si. NIP.195904011986011001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika

(4)

KONSEP BEST TIME DALAM VISIBILITAS HILAL DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KASTNER

Nama : Khoeriyah Lutfiyah S NIM : 0608740

Pembimbing : 1. Judhistira Aria Utama, M.Si

2. Taufik Ramlan Ramalis, Drs., M.Si. Program Studi : S-1 Fisika FPMIPA UPI

ABSTRAK

Awal bulan dalam kalender hijriyah ditandai dengan kenampakan (visibilitas) hilal pascakonjungsi di arah barat setelah terbenamnya Matahari. Selain karena alasan syariah, waktu pengamatan setelah Matahari terbenam dimaksudkan untuk meningkatkan kontras kecerahan hilal terhadap kecerahan langit senja (langit latar depan). Di samping itu, kehadiran objek-objek pengecoh di dekat posisi hilal berada seringkali tidak disadari oleh para pengamat hilal yang tidak terlatih. Akibatnya seringkali laporan kesaksian menyaksikan kenampakan hilal menjadi bias, terlebih lagi manakala konfigurasi Bulan dan Matahari turut membuat hilal sulit untuk diamati dengan mata telanjang. Bahkan pernah terjadi laporan menyaksikan hilal justru pada saat Bulan sudah terbenam dari posisi pengamat berada. Untuk itu dalam tugas akhir ini diusulkan “konsep best time” alternatif menggunakan model fungsi visibilitas Kastner untuk modus pengamatan dengan mata telanjang menggunakan data kesaksian mengamati hilal yang dikompilasi oleh Kementerian Agama Republik Indonesia (1962–2011) dan data yang bersumber dari Rukyatul Hilal Indonesia (2007–2009). Berdasarkan data observasi hilal yang ada, perumusan “best time” dihadirkan dalam bentuk persamaan linear sederhana, apabila dibandingkan dengan konsep “best time” dari Yallop dan Qureshi, waktu terbaik yang disarankan dalam menyaksikan kenampakan hilal berkisar 5 menit–25 menit lebih akhir. Persamaan yang dihasilkan dapat menjadi alternatif untuk menghitung waktu optimum dalam observasi hilal.

(5)

BEST TIME CONCEPT IN VISIBILITY HILAL BY USING KASTNER MODEL

Name : Khoeriyah Lutfiyah S NIM : 0608740

Preceptor : 1. Judhistira Aria Utama, M.Si

2. Taufik Ramlan Ramalis, Drs., M.Si. Courses : S-1 Fisika FPMIPA UPI

ABSTRAK

Early months of the calendar is marked by the appearance hijriyah (visibility) pascakonjungsi crescent in the west after the setting of the sun. Apart from the sharia, the observation time after sunset is intended to increase the brightness contrast of the brightness of the sky twilight new moon (foreground sky). In addition, the presence of objects near the position of the new moon detractors are often not realized by the untrained observer moon. Consequently witness testimony often report the appearance of the new moon to be biased, especially when the configuration of the Moon and the Sun also makes it difficult to observe the new moon with the naked eye. Never even seen the new moon occurs report it at the time the Moon had set of the observer position is. For it is in this final proposed "concept best time" alternative model for the mode functions Kastner visibility observations with the naked eye using the data observed hilal testimony compiled by the Ministry of Religious Affairs of the Republic of Indonesia (1962-2011) and the data is sourced from Indonesia rukyatul Hilal (2007-2009). Based on the new moon of existing observational data, the formulation of "best time" presented in the form of a simple linear equation, when compared with the concept of "best time" of Yallop and Qureshi, who suggested the best time to witness the appearance of the new moon around 5 minutes-25 minutes late. The resulting equation can be an alternative for calculating the optimum time in hilal observation.

(6)

DAFTAR ISI

1.1Latar Belakang Masalah... 1

1.2Rumusan Masalah... 3

1.3Batasan Masalah... 3

1.4Tujuan Penelitian... 3

1.5Manfaat Penelitian... 4

1.6Metode Penelitian... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1Hilal... 5

2.2Konsep Best Time... 6

2.5Visibilitas Hilal Dengan Model Babilonia Kuno ... 7

2.6Visibilitas Hilal Dengan Model Yallop... 8

2.7Visibilitas Hilal Dengan Model Qureshi... 10

2.8Visibilitas Hilal Dengan Model Kastner ... 10

BAB III METODE PENELITIAN ... 14

3.1Metode Penelitian... 14

3.2Pengolahan Data... 14

3.2.1 Pengolahan data parameter fisis bulan-matahari... 14

(7)

3.2.3 Penemuan formulasi baru best time... 17

3.3Alur penelitian……... 18

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 20

4.1Hasil Penelitian ... 20

4.1.1 Hasil seleksi dengan menggunakan visibilitas model Kastner ... 20

4.2Pembahasan... 24

4.2.1 Best time menurut model kastner ... 24

4.2.2 Perbandingan best time menurut model kastner, model yallop dan model qureshi ... 26

4.4Penerapan Formulasi Best Time ... 28

4.4.1 Prediksi waktu terbaik pengamatan hilal awal ramadhan 1434 H.... 28

4.4.2 Prediksi waktu terbaik pengamatan hilal awal syawal 1434 H... 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 32

5.1Kesimpulan... 32

5.2Saran... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

LAMPIRAN... 35

(8)

DAFTAR TABEL

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hilal Ramadhan 1424H / 26 Oktober 2003... 6

Gambar 2.2 Kecerahan langit senja……….. 7

Gambar 2.3 Kurva visibilitas minimum menurut model Bruin... 9

Gambar 2.4 Kurva waktu optimum menurut model Kastner... 13

Gambar 3.1 Tampilan MoonCalc versi. 6.0, untuk parameter fisis Bulan dan Matahari... 15

Gambar 3.2 Tampilan pengolahan data visibilitas dengan model Kastner dalam perangkat lunak Microsoft Excel... 16

Gambar 3.3 Grafik fungsi visibilitas terhadap interval setelah terbenam Matahari... 17

Gambar 3.4 Diagram alur proses penelitian ……… 18

Gambar 4.1 Kurva fungsi visibilitas hilal 1 Syawal 1407 H... 21

Gambar 4.2 Kurva fungsi visibilitas hilal 1 Syawal 1428 H... 22

Gambar 4.3 Hasil rajahan dari ke-21 buah data pengamatan hilal yang tersedia antara Lag dan waktu optimum... 25

Gambar 4.4 Perbandingan prediksi waktu terbaik (best time) untuk pengamatan hilal menggunakan model Kastner 1, model Kastner 2, model Yallop, dan model Qureshi... 27

Gambar 4.5 Kurva fungsi visibilitas pada awal Ramadhan 1434 H... 29

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Data rekapitulasi perukyat yang berhasil 1 Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah 1381-1432 H/1962-2011 M

2. Data pengamatan hilal yang dikompilasi KEMENAG dari tahun 1962-2011, hasil seleksi menggunakan visibilitas model Kastner

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Banyak diantara umat muslim masih kurang paham mengenai konsep waktu dalam Islam. Penentuan awal bulan kalender Hijriyah yang menyangkut waktu-waktu ibadah tergantung pada kenampakan (visibilitas) hilal. Metode penentuan kriteria awal bulan kalender Hijriyah yang berbeda seringkali menyebabkan perbedaan penentuan awal bulan, yang berakibat adanya perbedaan hari melaksanakan ibadah seperti puasa Ramadhan atau penentuan Hari Raya Idul Fitri.

Awal bulan dalam kalender Hijriyah ditandai dengan kenampakan hilal, yaitu bulan sabit muda pertama yang dapat dilihat setelah terjadinya konjungsi pada arah dekat Matahari terbenam. Hilal bisa atau tidaknya teramati bergantung pada waktu dan tempat, kebergantungan waktu pengamatan hilal yaitu bergantung pada terbenamnya Matahari dan usia hilalnya itu sendiri, usia hilal muda cenderung lebih sulit teramati dengan mata telanjang dibandingkan dengan usia hilal tua yang lebih jelas terlihat cahaya hilalnya dengan mata telanjang. Sedangkan kebergantungan hilal terhadap tempat yaitu posisi geografis pengamat di muka Bumi. Faktor lainnya yang memepengaruhi kenampakan cahaya hilal yaitu kecerahaan langit senja dan refraksi angkasa.

(12)

2

sebagai fungsi ketinggian objek, distribusi kecerahan langit senja sebagai fungsi depresi Matahari, dan kontribusi dari kecerahan langit malam.

Untuk mengeliminasi adanya laporan kesaksian pengamatan hilal yang meragukan, pengamat hilal membutuhkan waktu terbaik (best time) saat mengamati hilal, dimana waktu terbaik untuk mengamati hilal yaitu setelah terbenamnya Matahari beberapa saat sebelum akhirnya Bulan terbenam mengikuti terbenamnya Matahari. Seperti laporan pada saat Bulan telah terbenam, laporan tersebut harus dibandingkan dengan perhitungan secara astronomis yang akurat, harus dipastikan kondisi Bulan pada saat itu sudah berada di bawah ufuk. Secara teknis objek yang sudah terbenam tidak akan bisa diamati. Untuk kasus laporan kesaksian pengamataan yang dilakukan tidak lama berselang setelah Matahari terbenam, selain harus dipastikan bahwa posisi Bulan masih berada di atas ufuk juga harus dipastikan dengan kecerahan cahaya hilal lebih terang dari pada kecerahan langit senja. Apabila kecerahan langit senja lebih terang dibanding cahaya hilal maka cahaya hilal tidak akan dapat diamati tanpa bantuan alat bantu (seperti binokuler atau teleskop), tetapi sebaliknya kecerahan langit senja lebih redup dibandingkan dengan cahaya hilal maka akan lebih terlihat jelas cahaya hilal tersebut (dapat diamati). Seperti pada kejadian kasus pengamatan hilal di Cakung pada saat pengamatan hilal awal Ramadhan 1433 H, pada saat pengamatan menggunakan mata telanjang dan kondisi langit senja masih terang sehingga diperoleh visibilitas hilalnya itu minimum. Model Kastner bisa menjadi salah satu indikator kesaksian pengamatan hilal seperti kasus penagamatan di Cakung tersebut.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam tugas akhir ini penulis mengambil

judul “Konsep Best Time Dalam Visibilitas Hilal Dengan Menggunakan Model

(13)

3

bantu penyusunan kiriteria. Aspek yang menjadi pertimbangan penulis dalam menggunakan visibilitas model Kastner di antaranya kecerahaan Bulan di luar dan di dalam atmosfer Bumi, ekstingsi optis atmosfer sebagai fungsi ketinggian Bulan, distribusi kecerahan langit senja sebagai fungsi depresi Matahari, dan kontribusi dari kecerahan langit malam.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana formulasi waktu terbaik (best time) saat pengamatan hilal menurut model Kastner untuk modus pengamatan dengan mata telanjang?

Formulasi yang dimaksud diatas diperoleh dari grafik waktu optimum setelah Matahari terbenam terhadap beda waktu terbenamnya Matahari dan Bulan (lag), dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Microsoft Excel maka diperoleh formulasi best time untuk visibilitas hilal.

1.3 Batasan Masalah

Konsep best time untuk visibilitas hilal menggunakan model Kastner dengan mengambil asumsi kondisi atmosfer yang bersih dengan menggunakan nilai konstanta , dan pengamatan hilal dengan mata telanjang (tanpa menggunakan bantuan alat pengamatan).

1.4Tujuan Penelitian

(14)

4

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang bisa diambil dari hasil penelitian ini bisa menjadi usulan bagi pengamat hilal di Indonesia untuk memperoleh waktu terbaik (best time) pada saat visibilitas hilal terjadi.

1.6 Metode Penelitian

(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan memanfaatkan laporan kesaksian merukyat hilal yang dihimpun oleh Kementrian Agama Republik Indonesia dari tahun 1962-2011 dan data RHI dari tahun 2007-2009. Kemudian mengujinya dengan menggunakan uji validitas data menggunakan kriteria seleksi yang terdiri atas kriteria utama (konfigurasi geometri) dan kriteria tambahan (mengeleminasi bias karena kehadiran objek pengecoh), sehingga diperoleh data yang valid dan memodelkannya berdasarkan fungsi visibilitas hilal dengan menggunakan model Kastner untuk mendapatkan kriteria yang diharapkan. Setelah diperoleh data yang valid dengan menggunakan model Kastner fungsi visibilitasnya mencapai nilai maksimum diusulkan dapat digunakan sebagai indikator waktu terbaik (best time) pengamatan hilal.

3.2 Metode Pengolahan Data

3.2.1 Pengolahan data parameter fisis bulan-matahari

(16)

15

Gambar 3.1 Tampilan MoonCalc versi. 6.0, untuk parameter fisis Bulan dan Matahari

3.2.2 Pengujian menggunakan model kastner

(17)

16

Gambar 3.2 Tampilan pengolahan data visibilitas dengan model Kastner dalam perangkat lunak Microsoft Excel.

Kemudian dirajah fungsi visibilitas Kastner ( ) terhadap interval waktu setelah Matahari terbenam (Tsunset), seperti terlihat pada Gambar 3.3. Nilai fungsi

(18)

17

Gambar 3.3 Grafik fungsi visibilitas terhadap interval setelah terbenam Matahari

3.2.3 Penemuan formulasi baru best time

Data yang diproses menggunakan model Kastner hanya nilai ( ) yang positif yang digunakan dalam penelitian ini. Ketika nilai puncak ( ) postif diperoleh waktu optimum setelah terbenamnya Matahari. Dan nilai Lag (beda waktu antara terbenamnya Matahari dan Bulan).

Untuk memperoleh formulasi baru best time, diperoleh dari hasil rajahan waktu optimum terhadap Lag. Dari hasil rajahan tersebut diperoleh persamaan linear yang menghubungkan antara Lag dan waktu terbaik (Tbest). Persamaan linear tersebut

(19)

18

3.3 Alur Penelitian

Secara singkat memperoleh formulasi best time dengan menggunakan visibilitas model Kastner dijelaskan pada diagram alur seperti di bawah ini:

(20)

19

Gambar 3.4 Diagram alur proses penelitian

penyeleksian data dengan

model Kastner

Hasil

Fungsi visibilitas ( ) yang positif yang digunakan dalam

penelitian ini

Fungsi visibilitas ( ) yang negatif yang akan dieliminasi

Plot dalam grafik waktu optimum terhadap lag, sehingga menghasilkan formulasi baru untuk

best time pengamatan hilal

Analisis

(21)

32

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Seleksi atas data kesaksian mengamati hilal yang dihimpun dari Kementerian Agama Republik Indonesia (1962–2011) dan Rukyatul Hilal Indonesia (2007–2009) telah menghasilkan persamaan linear sederhana untuk memperoleh waktu terbaik pengamatan hilal dalam modus pengamatan visual dengan mata telanjang yang berbentuk:

Tbest = Tsunset + (19/20 x Lag – 242/25)

Karena dibangun atas data terseleksi yang memiliki nilai fungsi visibilitas hilal positif, persamaan yang diperoleh ini valid untuk kasus di mana hilal dimungkinkan untuk diamati dengan mata telanjang (kecerahan hilal lebih besar daripada kecerahan langit senja).

Apabila dibandingkan prediksi waktu pengamatan hilal dengan menggunakan nilai Lag yang ada dengan menggunakan formulasi best time model Kastner dan formulasi best time yang dikemukakan oleh Bruin dan Qureshi, maka diperoleh waktu optimum dengan rentang waktu 5 menit – 25 menit lebih akhir.

5.2 Saran

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Djamaluddin, T. 2011. Astronomi Memberi Solusi Penyatuan Ummat. LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA

Djamaluddin, T. Tinjauan Astronomis Data Kesaksian Hilal Di Indonesia Dan Prospek Kriteria Hisab Rukyat Indonesia. Bandung: Bidang Matahari dan Lingkungkan Antariksa - LAPAN

Utama, J.A. 2003. Visibilitas Hilal Awal Syawal 1433 H Berdasarkan Model fungsi visibilitas Model Kastner. Prosidang Seminar Nasional, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta

Shahid Qureshi, Muhammad. 2010. A new Criterion For Earliest Visibility Of New Lunar Crescent. Institute of Space and Planetary Astrophysics. University of Karachi. Pakistan

Ma’rufin Sudibyo, Muh. 2012. Data Observasi Hilaal 2007 – 2009 di Indonesia. Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Ilmu Falak Rukyatul Hilal Indonesia

Utama, J.A. Analisis Visibilitas Hilal Penentu Awal Ramadhan Dan Syawal 1433 H Dengan Model Fungsi Visibilitas Kastner. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Fisika, Universitas Negeri Semarang, 6 Oktober

Utama, J.A. Konsep “Best Time” Dalam Observasi Hilal Menurut Model Visibilitas

Kastner. Makalah di sajikan dalam Seminar Nasional Penelitian, Penelitian dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta , 18 Mei

(23)

34

Yallop, B.D. 1997. NAO Technical Note 69. A Method for Predicting Sighting of the New Crescent Moon

Ahmed, M. 2001. Documentation of Mooncalc 6.0

Gambar

Tabel 4.3. Prediksi waktu terbaik pengamatan hilal 1 Syawal 1434 H ......................
Gambar 3.1 Tampilan MoonCalc versi. 6.0, untuk parameter fisis Bulan dan
Gambar 3.2 Tampilan pengolahan data visibilitas dengan model Kastner
Gambar 3.3 Grafik fungsi visibilitas terhadap interval setelah terbenam
+2

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, maka dengan adanya karya tulis dengan judul “ Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Elhanief Group Banda Aceh (Ditinjau Berdasarkan

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel perputaran modal kerja, perputaran kas dan perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap

Fenomena tersebut menyangkut proses komunikasi dengan cara memposting foto, video atau text yang nantinya akan di komentari oleh pemilik situs Tumblr yang lain yang

Berdasarkan data dan pembahasan hasil penelitian, dari observasi, wawancara dan dokumentasi kepada sepasang pengantin, Mak andam, Pemuka adat, Kepala Desa, dan

Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis hubungan antara persepsi dan sikap masyarakat dengan kondisi habitat pesut di Danau Semayang dan Danau Melintang saat ini

Dengan demikian, calon suksesor sesuai dengan standar penerus yang efektif dalam menjalankan perusahaan keluarga sehingga memudahkan proses transisi dan kinerja

Kata yang tepat untuk melengkapi kalimat ajakan tersebut adalah

Dianjurkan oleh Pusat Penyelidikan Dasar dan Kajian Antarabangsa [CenPRIS], Universiti Sains Malaysia, dengan kerjasama Keluarga Dato' Ienaton [K-Jenaton], Persatuan Sejarah dan