IMPLEMENTASI PENDEKATAN PERMAINAN DALAM BELAJAR LOMPAT DI SMP NASIONAL BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Oleh,
IDAH MILAWATI 060220
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Implementasi Pendekatan Permainan
Dalam Belajar Lompat Siswa Kelas VIII A SMP Nasional Kota Bandung Studi
Penelitian Tindakan Kelas) sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di
dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain. Dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan
yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung
resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan
adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak
lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Mei 2012
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Idah Milawati Nim : 060220
Judul Skripsi : Implementasi Pendekatan Permaianan Dalam Belajar Lompat Di SMP Nasional Kota Bandung
Disetujui dan Disahkan Oleh:
Pembimbing I
Drs. Sucipto M.Kes NIP. 194907221973031001
Pembimbing II
Carsiwan S.Pd, M.Pd NIP. 197101052002121001
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
ABSTRAK
IMPLEMENTASI PENDEKATAN PERMAINAN DALAM BELAJAR LOMPAT DI SMP NASIONAL KOTA BANDUNG
(Penelitian Tindakan Kelas)
Idah Milawati
Pendidikan jasmani yang dilakukan di sekolah mempunyai jangkauan yang sangat luas, selain siswa diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam berolahraga pendidikan jasmani juga mengarahkan siswa supaya tumbuh dan berkembang secara harmonis dan seimbang. Proses belajar mengajar di sekolah berbagai model dilakukan, untuk pembelajaran yang dilakukan sekarang dalam penelitian ini menggunakan model pendekatan bermain. Rumusan masalahnya yaitu kurangnya tingkat kemampuan gerak dasar siswa kelas VIII A SMP Nasional Kota Bandung dalam penguasaan pembelajaran lompat jauh pada pembelajaran pendidikan jasmani. Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan menggunakan penelitian tindakan kelas melalui observasi dan pelaksanaan pengajaran di sekolah SMP Nasional Kota Bandung. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam pembelajaran lompat jauh melalui pendekatan permainan terdapat motivasi yang tinggi untuk mengikuti proses pembelajaran serta adanya peningkatan pada proses tes setelah pendekatan bermain baik dari teknik dan jarak.
DAFTAR ISI
F. Manfaat Penelitian………...
1. Hakikat Pendekatan Permainan ………...……
2. Pembelajaran Aktivitas Lompat Jauh ………...
3. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas ………
a. Penyusunan Perencanaan………
F. Tahapan Intervensi dan Hasil yang Diharapkan………
G. Data dan Sumber Data ………...
A.Deskripsi Implementasi Pendekatan Permainan dalam belajar
Lompat di SMP Nasional Kota Bandung Kelas VIII A ………
B.Hasil Monitoring Implementasi Pendekatan Permainan dalam
Belajar Lompat di SMP Nasional Kota Bandung Kelas VIII A..
C.Hasil Pengamatan Observasi I,II,II ………
D.Deskripsi Pelaksanaan Proses Tindakan I,II,III ………
E. Pengolahan dan Analisis Data ……….
F. Diskusi Penemuan ………...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………
A. Kesimpulan ...
B. Saran...
DAFTAR PUSTAKA ………..
LAMPIRAN-LAMPIRAN ………..
50
52
55
65
72
76
76
77
79
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1
2.2
3.1
3.2
Model Spiral………
Model Lewin ………..
Siklus Pelaksanaan Tindakan………
Alur Desain Taniredja ………..………
26
27
33
DAFTAR TABEL
Deskripsi Kegiatan Tindakan I ………..
Deskripsi Kegiatan Tindakan II ………
Deskripsi Kegiatan Tindakan III dan IV ………...
Deskripsi Kegiatan Tindakan V ………
Data Umum Pelaksanaan Kegiatan PTK ………..
Perkembangan Kemajuan Hasil Belajar Lompat Jauh Melalui Pendekatan Bermain……….
Perkembangan Hasil Belajar Lompat Jauh Setelah Pendekatan Bermain……….
Data Prosentase Hasil Kemajuan Hasil Belajar Lompat Jauh Siswa Berdasarkan Perhitungan Microsoft Excel Yang
Dituangkan kedalam Microsoft Word………..
Data Prosentase Perkembangan Kemajuan Hasil Lompat Jauh
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1
2
3
4
5
6
7
Proses Pelaksanaan Pembelajaran ...
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...
Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran...
Catatan Lapangan...
Foto Penelitian...
Foto Penelitian...
Daftar Riwayat Hidup...
80
112
122
123
131
132
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan hidup yang sangat penting bagi
kehidupan manusia, demikian pula halnya pendidikan jasmani. Pendidikan
jasmani sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah memiliki peran penting
terhadap perkembangan perilaku siswa baik dalam dimensi kognitif, afektif
maupun psikomotorik. Mengenai hal ini Lutan (2000:15), menjelaskan bahwa :
“Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani. Tujuan
yang ingin dicapai bersifat menyeluruh, mencakup domain kognitif, afektif dan
psikomotor”. Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang
mengaktualisasikan potensi-potensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan dan
kemampuan gerak menuju kebulatan pribadi yang seutuhnya. Sementara menurut
Tarigan (2002:1), menjelaskan bahwa : “Pendidikan jasmani dan olahraga
merupakan sebuah investasi jangka panjang dalam upaya pembinaan mutu
sumber daya manusia Indonesia”.
Di lingkungan persekolahan, pendidikan jasmani dilaksanakan dalam
bentuk kegiatan belajar mengajar, yaitu kegiatan intrakulikuler, kokulikuler, dan
kegiatan ekstrakulikuler.
Dalam
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2010/03/perbedaan-kegiatan-ekstrakurikuler-dan.html kegiatan Intrakurikuler adalah segala kegiatan
proses belajar mengajar yang dilakukan di sekolah sesuai dengan struktur program
2
kokurikuler adalah kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran kurikuler dan
pada dasarnya bertujuan agar peserta didik lebih mendalami dan menghayati
materi pelajaran yang dipelajari dalam kegiatan intrakurikuler dapat berupa :
mempelajari buku-buku pendidikan jasmani, mencoba melakukan apa yang telah
dipelajari dalam buku pendidikan jasmani dan mempraktikannya melalui aktivitas
atau kegiata pendidikan jasmani. Sedangkan kegiatan Ekstrakurikuler adalah
kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk
membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat,
dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh
pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan
di sekolah/madrasah. Contoh dari kegiatan ekstrakurikuler dalam pendidikan
jasmani adalah ekstrakurikuler olahraga seperti futsal, bola basket, bola voli,
karate, bulutangkis, dll.
Tujuan pembelajaran pendidikan jasmani dilingkungan persekolahan
secara normatif telah dituangkan di dalam kurikulum KTSP 2008 di setiap jenjang
pendidikan dalam bentuk rumusan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Menurut website
http://www.dhanay.co.cc/2010/10/pengertian-standar-kompetensi-sk.html standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan
minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada
suatu mata pelajaran. Sedangkan kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan
yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan
Khususnya pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), standar
kompetensi dan kompetensi dasar dirumuskan dalam bentuk praktek dan teori
yang mengacu terhadap perkembangan aspek afektif, kognitif dan psikomotor.
Standar kompetensi yang dirumuskan dalam kurikulum KTSP mata pelajaran
pendidikan jasmani untuk siswa Sekolah Menengah Pertama kelas VII(tujuh)
yaitu sebagai berikut:
1. Mengembangkan teknik dasar ke dalam permainan dan olahraga serta
nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
2. Mempraktikkan latihan kebugaran jasmani , dan nilai-nilai yang terkandung
didalamnya.
3. Mempraktikkan rangkaian gerak senam dan nilai-nilai yang terkandung
didalamnya.
4. Mempraktikkan senam irama tanpa alat dan nilai-nilai yang terkandung
didalamnya.
5. Mempraktikkan sebagian teknik dasar renang gaya dada, dan nilai-nilai yang
terkandung didalamnya.
6. Mempraktikkan perkemahan dan dasar-dasar penyelamatan di lingkungan
sekolah , dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
7. Menerapkan budaya hidup sehat.
Berdasarkan Kurikilum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006) yang
dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional Ditjen Dikdasmen, ruang
lingkup mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan meliputi 7
4
1. Permainan dan olahraga yang meliputi olahraga tradisional,permainan,
eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor, non-lokomotor manipulatif, atletik,
kasti,rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis
lapangan, bulu tangkis, dan bela diri, serta aktivitas lainnya.
2. Aktivitas pengembangan meliputi mekanika sikap tubuh, komponen
kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya.
3. Aktivitas senam meliputi ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat,
ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya.
4. Kegiatan aktivitas ritmik meliputi gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam
aerobik serta aktivitas lainnya.
5. Aktivitas air yang meliputi permainan di air, keselamatan di air, dan renang
serta aktivitas lainnya.
6. Kegiatan pendidikan luas kelas meliputi piknik/karyawisata, pengenalan
lingkungan, berkemah, menjelajah, mendaki gunung.
7. Berkenaan pada semua hal yang berkaitan dengan masalah kesehatan yang
meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari,
khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar lebih sehat, merawat
lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat,
mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan
berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan
aspek tersendiri,dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek.
Khususnya pada ruang lingkup aktivitas atletik terdiri atas tolak peluru,
dicapai dalam aktivitas atletik yaitu Mempraktikkan variasi dan kombinasi
teknik dasar atletik serta nilai toleransi, percaya diri, keberanian, menjaga
keselamatan diri dan orang lain, bersedia berbagi tempat dan peralatan.
Di dalam aktivitas atletik terdapat salah satu materi pelajaran yaitu
belajar lompat diantaranya lompat jauh dan lompat jangkit. Memperhatikan
ruang lingkup materi disetiap jenjang pendidikan (di SD, SMP, maupun SMA)
nampak sama, yang membedakan pembelajaran pendidikan jasmani disetiap
jenjang pendidikan tersebut terletak pada standar kompetensi dan kompetensi
dasar.
Dalam ruang lingkup materi belajar atletik merupakan salah satu dasar
kompetensi yang bertujuan untuk mencapai kompetensi dasar berupa
mempraktikkan teknik atletik dengan menggunakan peraturan yang sesungguhnya
serta nilai kerjasama, kejujuran, menghargai, semangat dan percaya diri. Tetapi
pada kenyataan dilapangan antara praktek dan teori tidak sejalan, ini disebabkan
oleh beberapa faktor diantaranya pemahaman siswa yang kurang baik.
Permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran lompat pada umumnya
siswa takut untuk jatuh, ini diakibatkan karena siswa belum pernah mengalami
jatuh dan mentalnya belum siap untuk melakukan lompat. Khususnya pada
pembelajaran lompat di tingkat Sekolah Menengah Pertama siswa takut untuk
mengalami luka (cedera) serta belum menunjangnya sarana dan prasarana untuk
menjamin keselamatan siswa. Dari berbagai kejadian di atas dapat disimpulkan
bahwa siswa takut untuk melakukan lompat diakibatkan oleh faktor eksternal dan
6
Faktor internal (faktor yang berada pada diri murid itu sendiri), yaitu siswa
mempunyai sifat pemalas untuk belajar lompat, ada gangguan fisik pada anggota
tubuh anak sehingga menimbulkan kesulitan dalam bergerak lompat, memiliki
rasa takut ketika ingin melompat. Siswa memiliki kelemahan yang disebabkan
oleh kebiasaan dan sikap yang salah, seperti kurang perhatian dan kurang minat
terhadap pelajaran sekolah umumnya dalam pelajaran pendidikan jasmani dan
khususnya dalam belajar lompat, dan sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran
sehingga siswa tersebut tidak mengetahui apa yang telah diajarkan oleh gurunya
baik manfaat ataupun tujuannya.
Faktor-faktor eksternal (faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu),
yaitu disebabkan oleh pembicaraan orang lain dengan cara menakut-nakuti ketika
akan melakukan lompat sehingga siswa merasa terburu yang akhirnya tidak mau
melakukan gerakan lompat.
Pada dasarnya, pembelajaran akan terlaksana apabila ditentukan oleh
bentuk-bentuk pendekatan mengajar yang diterapkan oleh guru penjas selama
pembelajaran dilaksanakan. Biasanya para siswa dalam belajar, aktivitas yang
paling disukai adalah berupa permainan baik di Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah Pertama Maupun Sekolah Menengah Atas. Sebagaimana telah
diungkapkan Subroto (2009:5) bahwa: “sudah menjadi satu kenyataan bahwa
bermain permainan merupakan salah satu bagian integral dalam kehidupan
manusia dan menjadi satu-satu sarana untuk merelaksasi pikiran dan mengurangi
Dari penjelasan diatas, tentunya guru dapat memilih salah satu aktivitas
yang bisa menunjang belajar siswa lebih kondusif, yaitu dengan cara
menerapkan pendekatan permainan dalam belajar. Karena dengan adanya
permainan, proses belajar siswa dapat lebih aktif bergerak. Tujuan guru
menerapkan pendekatan belajar melalui pernainan yaitu agar siswa dalam
belajarnya tidak merasa jenuh atau bosan. Oleh karena itu, guru berupaya untuk
mengembangkan berbagai gerak bermain dengan variasi yang beragam sesuai
kebutuhan pembelajaran.
Macam-macam permainan diantaranya permainan modern dan permainan
tradisional. Permainan modern merupakan aktifitas yang lebih mengarah ke hal
material karena mulai dari fasilitas dan alat-alatnya lebih canggih. Sedangkan
permainan tradisional merupakan permainan yang telah dimainkan oleh
anank-anak pada suatu daerah secara tradisi. Yang dimaksudkan secara tradisi di sini,
ialah permainan itu telah diwarisi yang satu ke generasi berikutnya. Jadi
permainan tersebut telah dimainkan oleh anak-anak dari suatu zaman ke zaman
berikutnya ( Sukintaka, 1992:91). Pada umumnya, anak jaman sekarang banyak
memilih permainan modern daripada memilih permainan tradisional. Contoh dari
permainan modern salah satunya yaitu seperti PS (Play Station), PS dapat
menimbulkankan dampak negatif terhadap perkembangan belajar anak, karena
dengan bermain PS bisa menimbulkan malas belajar, mata rusak dan akhirnya
cenderung bisa jatuh sakit. Sedangkan contoh olahraga tradisional yaitu main
egrang, babancakan dan lain-lain. Dengan anak memilih permainan tradisional,
8
pada perkembangan pribadi siswa, serta dalam belajar geraknya secara otomatis
bisa sekaligus menggairahkan anak untuk bersenang-senang, seperti dalam gerak
berjalan, berlari dan melompat. Dari ke tiga gerak tersebut termasuk dalam
keterampilan gerak lokomotor. Dalam permainan tersebut siswa dapat bergerak
secara aktif dan bisa mengolah tubuh mereka tanpa disengaja dan akhirnya
mendapat kesenangan. Tujuan guru menerapkan pendekatan belajar melalui
pernainan yaitu agar siswa dalam belajarnya tidak merasa jenuh atau bosan. Oleh
karena itu, guru berupaya untuk mengembangkan berbagai gerak bermain dengan
variasi yang beragam sesuai kebutuhan pembelajaran.
Implementasi pendekatan pengajaran merupakan proses yang digunakan
untuk mencapai suatu tujuan dengan melaksanakan perencanaan yang telah
disusun, sehingga nantinya akan tercipta suatu struktur dengan bagian-bagian
yang diintegrasikan hingga mempunyai hubungan saling mempengaruhi.
Menyikapi pengimplementasian pengajaran sangat penting dalam proses belajar
mengajar, menurut Bafadal (1992:37), sebagai berikut:
“Keterampilan mengimplementasikan merupakan tugas profesional guru dalam menciptakan satu sistem atau melakukan aktivitas-aktivitas pengajaran. Ada tiga tugas atau aktivitas pokok dalam mengimplementasikan pengajaran yaitu: 1). Membuka pengajaran, 2). Mengelola aktivitas pengajaran dan 3). Menutup pengajaran.
Berdasarkan pendapat tersebut diatas, pada intinya adalah bagaimana
aktivitas seorang guru dalam penerapan proses pembelajaran pendidikan jasmani
dalam belajar lompat melalui pendekatan permainan. Cara mengimplementasikan
membimbing dan memotivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan
siswa yang dihadapinya.
B. Identifikasi Masalah
Melalui pendekatan permainan dalam belajar lompat pada siswa selalu
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Selain kemampuan awal yang dimiliki oleh
siswa, kompetisi guru dapat menyajikan bahan ajar akan sangat berpengaruh pada
siswa, apakah siswa menyenangi aktivitas pembelajaran penjas atau tidak. Untuk
itu diperlukan pendekatan mengajar melalui permainan yang sesuai dengan
karakteristik siswa.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis lakukan, maka masalah penelitian
yang diajukan adalah “Apakah implementasi pendekatan permainan dapat
meningkatkan belajar lompat di Sekolah Menengah Pertama Nasional Bandung.
D. Cara Pemecahan Masalah
Masalah utama yang terjadi dalam penelitian ini, terdapat dalam masalah
kesulitan gerak siswa di Sekolah Menengah Pertama yang akan coba dipecahkan
melalui implementasi pendekatan permainan. Pendekatan permainan yang
dimaksudkan adalah kegiatan bermain aktif yang disesuaikan dengan kemampuan
gerak siswa. Cara pemecahan masalahnya dilakukan melalui Penelitian Tindakan
Kelas (PTK).
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan penelitian
10
1. Untuk mengetahui apakah kemampuan gerak dasar siswa Sekolah Menengah
Pertama sudah sesuai dengan apa yang diharapkan.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan siswa mengalami
kesulitan gerak dalam belajar lompat.
3. Apakah implementasi pendekatan permainan dapat meningkatkan belajar
lompat di Sekolah Menengah Pertama Nasional Bandung.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan akan memberikan manfaat
yang berarti bagi berbagai pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran penjasorkes.
1. Bagi guru penjasorkes diharapkan dapat mengetahui kekurangan dan
kelebihan pada siswa dalam menguasai belajar lompat.
2. Bagi siswa diharapkan dapat lebih termotivasi dalam belajar penjasorkes
terutama dalam belajar lompat melalui pendekatan bermain.
3. Bagi sekolah diharapkan dapat memberikan masukan (input) dalam rangka
meningkatkan efisiensi proses pembelajaran penjasorkes pada siswa Sekolah
Menengah Pertama.
G. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
tindakan kelas (PTK) atau class room action research sebagai cara untuk
menjawab permasalahan yang ada. Menurut Mc Taggart (1996 dalam Dikdasmen,
sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau
peningkatan proses dan praksis pembelajaran.
PTK menuntut sejumlah informasi dan tindak lanjut yang terjadi di
lapangan untuk segera dikaji dan ditindak lanjuti secara reflektif, partisipatif, dan
kolaboratif (Suwarsih, 1994:23). Untuk itu perlu keseriusan peneliti dan orang
yang terlibat (misalnya guru) selama proses penelitian. Makna yang terkandung
dari penelitian tindakan kelas ini adalah suatu bentuk penilaian yang reflektif
dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu guna meningkatkan kinerja guru
dalam proses pembelajaran di kelas dan atau di lapangan ke arah yang lebih baik
dan profesional. Selain dari itu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut
Suhardjono (2009:1) merupakan “penelitian tindakan yang dilakukan di kelas
dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran”.
Menurut Dikdasmen (1999:8) “penelitian tindakan kelas merupakan upaya
kolaboratif antara guru dengan siswa-siswanya suatu kesatuan kerjasama dengan
perspektif berbeda misalnya bagi guru demi mutu profesionalnya dan bagi siswa
peningkatan prestasi belajarnya”.
H. Lokasi Penelitian
Tempat yang dijadikan penelitian ini adalah SMP Nasional Kota Bandung.
Alasan memilih SMP Nasional Kota Bandung berdasarkan pertimbangan:
a. Sebagian besar siswa SMP Nasional Kota Bandung memiliki ketertarikan
yang masih rendah terhadap permainan lompat serta masih rendahnya
12
b. Minimnya fasilitas lapangan dengan siswa yang cukup banyak yg bahkan akan
membuat proses pembelajaran kurang produktif.
I. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah upaya meningkatkan belajar lompat melalui
pendekatan bermain. Penelitian ini berkenaan dengan hampir semua aspek yang
terkait dengan proses pembelajaran lompat. Sampel yang diambil berjumlah 30
orang SMP Nasional Kota Bandung. Sedang waktu penelitian berlangsung selama
kurang lebih dua bulan antara dengan jumlah pertemuan sebanyak 5 kali yang
terdiri dari beberapa tindakan dalam 3 siklus.
Peneliti bertindak sebagai guru yang terjun langsung ke lapangan untuk
menyajikan pembelajaran yang dibantu oleh guru yang lainnya sebagai mitra dan
observer selama penelitian berlangsung.
J. Instrumen Penelitian
Arikunto mengemukakan, bahwa “Instrumen penelitian adalah alat Bantu
yang dipilih dan digunakan dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan
tersebut menjadi sistematis dan di permudah (Arikunto, 2002:134).
Data tersebut di analisis dan hasilnya di gunakan untuk menggambarkan
perubahan yang terjadi, yaitu perubahan aktivitas siswa, guru atau perubahan
susana belajar siswa. Instrument penelitian dilaksanakan dengan menggunakan tes
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan masalah penelitian, maka tujuan penelitian
adalah untuk mengetahui Untuk mengetahui apakah kemampuan gerak dasar
siswa Sekolah Menengah Pertama sudah sesuai dengan apa yang diharapkan,
Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan
gerak dalam belajar lompat, Apakah implementasi pendekatan permainan dapat
meningkatkan belajar lompat di Sekolah Menengah Pertama Nasional Bandung.
B. Tempat dan Waktu Penelitian (Latar Penelitian)
Penelitian ini dilaksanakan di Lapangan Atletik Stadion Padjajaran Kota
Bandung, Jl. 40 Kota Bandung, waktu pelaksanaan penelitian ini yaitu pada hari
jum’at pukul 15.30 - 17.30 WIB.
C. Metode dan Disain Penelitian
Penggunaan metode yang tepat dalam suatu penelitian ilmiah sangat
menentukan tercapainya tujuan pemecahan masalah dalam penelitian. Oleh
karena itu diperlukan suatu metode tertentu agar data dapat terkumpul untuk
keberhasilan penelitian. Mengenai jenis dan bentuk metode penelitian yang
digunakan dalam sebuah penelitian biasanya disesuaikan dengan tujuan yang
34
Penggunaan metode penelitian tergantung kepada permasalahan yang akan
dibahas, dengan kata lain harus dilihat dari efektivitas, efisiensi, dan relevansinya
metode penelitian tersebut. Suatu metode dikatakan efektif apabila selama
pelaksanaan dapat terlihat adanya perubahan positif menuju tujuan yang
diharapkan, dan suatu metode dapat dikatakan efisien apabila penggunaan waktu,
fasilitas, biaya dan tenaga dapat dilaksanakan sehemat mungkin serta dapat
mencapai hasil yang maksimal. Metode dikatakan relevan apabila waktu
penggunaan hasil pengolahan dengan tujuan yang hendak dicapai tidak terjadi
penyimpangan.
Banyak metode yang dapat dipergunakan untuk berbagai penelitian,
khususnya untuk Metode dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
metode kualitatif dengan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) atau dalam
Bahasa Inggris disebut Clasroom Action Research (CAR). Mengenai pengertian
penelitian tindakan kelas ini Menurut Carr dan Kemmis (Hardjodipuro, 1997),
dikatakan bahwa:
“Yang dimaksud dengan istilah PTK adalah suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan (guru, siswa atau kepala sekolah) dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) praktik-praktik sosial atau pendidikan yang dilakukan dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktik-praktik ini, dan (c) situasi-situasi (dan lembaga-lembaga) tempat praktik-praktik tersebut dilaksanakan”.
Penelitian ini terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan
tindakan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini dimaksudkan untuk
pengaruh model pendekatan bermain terhadap hasil pembelajaran pendidikan
jasmani di Sekolah.
Tujuan dari pada penelitian tindakan kelas adalah untuk memecahkan
masalah-masalah pada pembelajaran tertentu dengan menggunakan metode
ilmiah. Selain itu penelitian dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan dan
memperbaiki praktek pembelajaran yang seharusnya dilakukan guru,
meningkatkan dan memperbaiki layanan pendidikan bagi guru dalam konteks
pembelajaran, memperbaiki dan meningkatkan layanan profesional guru dalam
menangani kegiatan belajar mengajar, memungkinkan terjadinya proses latihan
selama penelitian tindakan kelas dilaksanakan.
Melalui penelitian tindakan kelas guru dapat meneliti sendiri kegiatan
pembelajaran yang dilakukannya di dalam kelasnya. Dengan melihat unjuk
kerjanya sendiri, kemudian direfleksikan lalu diperbaiki, guru pada akhirnya
mendapatkan otonomi secara profesional. Konsep penting dalam pendidikan ialah
selalu adanya upaya perbaikan dari waktu ke waktu pada proses pembelajaran.
Perbaikan pembelajaran yang dapat dilakukan akibat dari adanya penelitian
tindakan kelas akan memungkinkan bagi guru, sebagai peneliti dalam penelitian
tindakan kelas, untuk meningkatkan profesionalismenya secara sistematik dan
sistemik.
Ada beberapa alasan mengapa PTK merupakan suatu kebutuhan bagi guru
36
1. PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka tanggap terhadap
dinamika pembelajaran di kelasnya. Dia menjadi reflektif dan kritis terhadap
apa yang dia lakukan dan muridnya.
2. PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional. Guru
tidak lagi sebagai seorang praktis, yang sudah merasa puas terhadap apa
yang dikerjakan selama bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan
inovasi, namun juga sebagai peneniliti di bidangnya.
3. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan dalam PTK, guru mampu
memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap
apa yang terhadap apa yang terjadi di kelasnya. Tindakan yang dilakukan
guru semata-mata didasarkan pada masalah aktual dan faktual yang
berkembang di kelasnya.
4. Pelaksanaan PTK tidak mengganggu tugas pokok seorang guru karena dia
tidak perlu meninggalkan kelasnya. PTK merupakan suatu kegiatan
penelitian yang terintegrasi dengan pelaksanaan proses pembelajaran.
5. Dengan melaksanakan PTK guru menjadi kreatif karena selalu dituntut
untuk melakukan upaya-upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi
berbagai teori dan teknik pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya.
6. Penerapan PTK dalam pendidikan dan pembelajaran memiliki tujuan untuk
memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek pembelajaran secara
berkesinambungan sehingga meningkatan mutu hasil instruksional;
efisiensi pengelolaan instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti
pada komunitas guru.
Banyak manfaat yang dapat diraih dengan dilakukannya penelitian tindakan
kelas. Manfaat itu antara lain dapat dilihat dan dikaji dalam beberapa komponen
pendidikan atau pembelajaran di kelas. Kemanfaatan yang terkait dengan
komponen pembelajaran antara lain mencakup:
1. Inovasi pembelajaran
2. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan tingkat kelas.
3. Peningkatan profesionalisme guru.
Penelitian tindakan kelas ini didesain menjadi dua siklus yang setiap
siklusnya dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Berdasarkan
hasil rencana maka disusun siklus 1 yang terdiri dari rencana tindakan 1, rencana
tindakan 2. Berdasarkan hasil refleksi siklus I, maka disusun siklus II yang terdiri
dari rencana tindakan 1, dan rencana tindakan 2. Untuk lebih jelasnya berikut ini
38
Terselesaikan, Berlanjut ke siklus berikutnya
Gambar 3.1 Satu Siklus Pelaksanaan Tindakan dalam PTK (Sa’ud, 2006:6)
Dari bagan di atas, Rancangan ini berupa komponen-komponen dengan satu
rangkaian yang terdiri empat komponen yaitu rencana tindakan (plan),
pelaksanaan tindakan (action), pengamatan/observasi (observe), dan refleksi
(reflective). Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai
satu siklus. Untuk pelaksanaannya jumlah siklus sangat tergantung pada
permasalahan yang dihadapi dan perlu dipecahkan.
Tahap pertama, rencana tindakan (plan); yaitu tindakan yang akan
dilakukan untuk memperbaiki, dan melakukan upaya perubahan, terjadi perilaku
dan sikap sebagai solusi. Tahap kedua, pelaksanaan tindakan (action); yaitu apa
saja yang harus dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan atau
perubahan yang diinginkan. Tahap ketiga, pengamatan/Observasi (observe); yaitu Permasalahan
Rencana Tindakan
Refleksi
Observasi
Pelaksanaan tindakan
mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh
siswa. Tahap keempat, refleksi (reflective); yaitu tahap pengkajian, melihat dan
mempertimbangkan atas hasil dan proses dari setiap tindakan. Berdasarkan hasil
dari refleksi ini dilakukan revisi atau perbaikan terhadap rencana awal yang
didiskusikan atau dilakukan konferensi dengan tiga observer lainnya.
Setiap tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini merupakan serangkaian
tahapan yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Dalam
masing-masing tahapan termuat proses penyempurnaan yang didasarkan atas hasil
masing-masing proses. Pelaksanaan penelitian dimulai dengan dilakukannya suatu
pra-perlakuan sebagai identifikasi masalah untuk membuat rencana dalam
memasuki siklus pertama, selanjutnya diadakan tindakan dan observasi yang
kemudian dilakukan refleksi sebagai gambaran untuk membuat rencana
selanjutnya. Adapun langkah-langkah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
peneliti di lapangan digambarkan dengan alur di bawah ini:
? Gambar 3.2
Alur Desain Penelitian menurut Taniredja et.al (2010:42)
Pra-Observasi
Tindakan I Rencana
Tindakan (plan)
Refleksi Analisis Data
40
D. Subyek/Partisipasi dan Kolaborator
Pada penelitian ini yang menjadi subyek populasi adalah seluruh siswa kelas
VIII (delapan) Nasional Kota Bandung, sedangkan yang menjadi sampel
penelitian ini adalah kelas VIII A yaitu sebanyak 36 siswa, penelitian ini
melibatkan dua kelas karena siswa dan siswi SMP Nasional Kota Bandung
dipisahkan dengan guru penjas yang disesuaikan dengan jenis kelamin daripada
siswa. Alasan mengapa penulis memilih siswa SMP karena dilihat dari segi usia,
siswa SMP termasuk ke dalam golongan anak remaja yang berkisar antara usia 12
sampai 16 tahun, menurut Makmun (1996) ”masa remaja itu dibagi kedalam dua
tahapan, yaitu masa remaja awal 13-16 tahun dan masa remaja akhir 16-18
tahun.” Lebih lanjut lagi Alberty (1957) yang dikutip Makmun (1996:90)
menjelaskan bahwa: Periode masa remaja itu kiranya dapat diidentifikasi secara
umum sebagai suatu periode dalam perkembangan yang dijalani seseorang yang
terbentang semenjak masa kanak-kanaknya sampai datangnya awal masa dewasa.
Selanjutnya Atkinson et al. (1987:233) mengemukakan bahwa;
....masa remaja harus menjadi periode “eksperimentasi peran” dimana orang muda dapat mengeksplorasi perilaku, minat, dan ideologi alternatif. Banyak
keyakinan, peran, dan cara perilaku mungkin “dicoba,” dimodifikasi, atau dibuang
sebagai upaya membentuk konsep diri yang terintegrasi. Idealnya, krisis identitas harus dipecahkan...
Pada penelitian ini terdapat beberapa orang yang menjadi kolaborator dalam
pelaksanaan penelitian tindakan, yaitu:
1. Ridwan S.Pd. yaitu Guru Pendidikan Jasmani SMP Nasional Kota
dengan observasi langsung pada proses pembelajaran penjas
berlangsung.
2. Teman sejawat peneliti yaitu Devani Putri, ikut serta dalam
mengumpulkan data dari siswa dengan observasi langsung pada proses
pembelajaran penjas berlangsung.
3. Enjang Risan, membantu dalam mengabadikan pelaksanaan penelitian
pada proses pembelajaran permainan penjas berlangsung melalui foto
dan video handycam.
E. Peran dan Posisi Peneliti dalam penelitian
Peran dan posisi peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai partisipan aktif
dan observer yang pasif dan peneliti hanya menawarkan alternatif pemecahan
masalah. Peran peneliti dalam penelitian tindakan menurut Zuriah (2003:68)
terikat pada batasan:
….1) keterlibatan berarti partisipasi pemecahan masalah, bukan kompetisi memperoleh satuan formal atau informal dalam masyarakat; 2) membiarkan warga masyarakat memahami kekuatan sendiri untuk memecahkan masalah, dalam hal tidak timbul pemecahan, ilmuwan memberikan saran pemecahan masalah; 3) tetap berpegang pada etik penelitian, yang terlibat pemecahan masalah tetapi tidak memihak atau menguntungkan dirinya; 4) peneliti action research adalah pendorong motivasi pemecahan masalah, tetapi ia bukan pemimpin eksekutif masyarakat. Bila ia kemudian memimpin program perbaikan, ia bertindak sebagai pelaksana program perbaikan.
Dalam penelitian ini peneliti juga berusaha membuat rancangan penelitian
dari mulai rencana penelitian yaitu membuat skenario pembelajaran berupa RPP
dan menyiapkan perangkat penelitian seperti lembar observasi, lembar catatan
lapangan dan alat dokumentasi seperti handycam/kamera digital. Tahap persiapan
42
sekolah dan guru kelas dalam penelitian serta melihat ketersediaan sarana dan
prasarana penunjang kegiatan pembelajaran. Mengontrol pelaksanaan kegiatan
penelitian yaitu bagaimana peneliti bekerjasama dengan kolaborator
melaksanakan kegiatan penelitian untuk mendapatkan informasi data yang akurat
sesuai dengan fokus penelitian, hingga tahap refleksi penelitian dimana peneliti
berperan sebagai pencatat informasi dan data penelitan.
F. Tahapan Intervensi dan Hasil yang Diharapkan
1. Tahap intervensi ini adalah tahap peneliti mengimplementasi konseptual
intervensi tindakan berkaitan dengan implementasi pendekatan permainan
dalam pembelajaran lompat bagi siswa , menciptakan skenario konsep
pembelajaran permainan yang arahannya pada pembelajaran lompat, guna
mengetahui apakah kemampuan gerak dasar siswa Sekolah Menengah
Pertama Nasional Kota Bandung sudah sesuai dengan apa yang diharapkan,
Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan siswa mengalami
kesulitan gerak dalam belajar lompat, Apakah implementasi pendekatan
permainan dapat meningkatkan belajar lompat di Sekolah Menengah Pertama
Nasional Bandung.
Hasil yang diharapkan dalam penelitian tindakan ini adalah:
1. Dalam proses penerapan pembelajaran Pembelajaran lompat ini diharapkan
dapat menimbulkan antusiasme siswa untuk mengikuti pembelajaran penjas
karena pada prosesnya pembelajaran lompat mendorong siswa berpartisipasi
2. Terciptanya skenario pembelajaran lompat yang secara efektif
mengembangkan kemampuan siswa selama mengikuti pembelajaran penjas
berlangsung.
G. Data dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang didapat adalah data kualitatif yaitu data perilaku sosial siswa
SMP Nasional Kota Bandung selama mengikuti pembelajaran lompat yang terdiri
dari:
a. Data kualitatif dari hasil observasi pelaksanaan pembelajaran lompat
b. Catatan harian atau catatan lapangan.
c. Dokumentasi (foto/kamera/handycam).
2. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini yaitu adalah:
a). Siswa kelas VIII SMP Nasional Kota Bandung pada proses
pembelajaran Lompat
b). Guru/peneliti dengan merencanakan pembelajaran dengan membuat
skenario dan mengevaluasi hasil dari proses pembelajaran lompat.
H. Instrumen Pengumpul Data
Untuk memperoleh data yang akurat dalam sebuah penelitian tentunya
diperlukan sebuah alat yang disebut instrument. Oleh karena itu alat atau
44
pemecahan masalah penelitian yang hendak diteliti. Instrumen pengumpul data
yang digunakan penulis selama penelitian berlangsung adalah sebagai berikut:
1. Lembar Observasi
Peneliti membuat lembar observasi yang bertujuan untuk melihat, mengamati
dan mengetahui tentang implemntasi pendekatan bermain dalam belajar lompat
serta mengetahui apakah kemampuan gerak dasar siswa Sekolah Menengah
Pertama Nasional Kota Bandung sudah sesuai dengan apa yang diharapkan siswa
yang digambarkan ketika pelaksanaan pembelajaran lompat melalui pendekatan
bermain.
2. Alat Perekam Data
Peneliti Menyiapkan peralatan mekanis yang tujuannya untuk merekam data
ketika peneliti sedang melaksanakan penelitian di lapangan yaitu dengan
menggunakan video recorder.
3. Catatan Harian atau Lapangan
Membuat catatan harian atau lapangan, yaitu salah satu alat untuk
mengumpulkan data dimana peneliti mencatat segala aspek pada proses
pembelajaran lompat melalui pendekatan bermain sedang berlangsung.
4. Catatan Tambahan
Catatan tambahan ini adalah untuk mencatat kejadian-kejadian yang tak
terduga yang terjadi didalam proses pembelajaran berlangsung.
I. Teknik Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dilakukan melalui observasi pada setiap perlakuan
Selain peneliti proses pengumpulan data dibantu oleh observer (mitra sejawat
peneliti) selama proses pembelajaran berlangsung. Proses pengumpulan data ini
dilakukan melalui lembar observasi, catatan harian/lapangan dan hasil
dokumentasi selama pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini
dimaksudkan untuk membantu peneliti mengumpulkan data-data pembelajaran
lompat melalui pendekatan bermain SMP Nasional Kota Bandung selama
pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Petunjuk pengisian lembar ini tidak lepas
dari aspek-aspek yang diteliti dalam mengikuti pembelajaran lompat melalui
pendekatan bermain, berikut ini adalah tugas dalam pelaksanaan observasi:
1. Mencatat semua kegiatan pembelajaran lompat melalui pendekatan
bermain, guru dan sesama siswa selama mengikuti pembelajaran lompat
melalui pendekatan bermain sesuai).
2. Mencatat kekurangan/kelemahan serta hal-hal yang harus ditingkatkan
guru penjas dalam menyajikan materi pembelajara lompati melalui
pendekatan bermain.
3. Mencatat antusiasme siswa selama proses pembelajaran permainan
pembelajaran berlangsung, yaitu dimana siswa merasa senang, biasa
saja atau tidak senang mengikuti proses pembelajaran lompat melalui
pendekatan bermain Setelah data-data terkumpul, kemudian data-data
tersebut dipelajari dan ditelaah dengan seksama dan diteliti pada saat
konferensi portofolio dengan observer yang lain, kemudian direfleksi
melalui rencana perbaikan-perbaikan terhadap pelaksanaan tindakan
46
J. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif, data kualitatif ini yaitu data
yang tidak berbentuk satuan waktu maupun angka nominal yang diperoleh siswa
pada proses pembelajaran lompat melalui pendekatan bermain berlangsung.
Setelah itu peneliti memasuki tahap validasi untuk memeriksa keabsahan data
yang diperoleh melalui empat tahapan yang terdiri dari:
a). Tahap Triangulasi
Triangulasi maksudnya adalah rumusan hipotesa tersebut di validasi
berdasarkan tiga sudut pandang mengakses data yang relevan dengan situasi
pembelajaran (Nasution, 1996:115). Ketiga sudut pandang tersebut adalah:
1. Peneliti sebagai pengajar (introspeksi diri terhadap pembelajaran yang
sedang dan telah diselenggarakan).
2. Siswa (mengakses reaksi terhadap apa saja dan bagaimana proses
pembelajaran yang diberikan oleh peneliti sebagai pengajar yaitu terkait
minat atau antusiasme siswa).
3. Observer yaitu mitra peneliti (guru penjas dan teman sejawat) yang
memberikan masukkan terhadap proses pembelajaran yang disajikan oleh
peneliti sebagai pengajar serta memberikan informasi data dari
penelitian.
b). Member check yaitu mengecek kebenaran dan kesahihan data temuan
penelitian dengan mendiskusikannya dengan observer pada setiap akhir
c). Audit trial dikemukakan oleh Nasution (1996:120) yaitu, “mengecek
kebenaran hasil penelitian dengan mengkonfirmasi pada bukti-bukti temuan
yang telah diperiksa dan mengecek kesahihan pada sumber data hasil
member check”.
d). Expert opinion menurut (Nasution, 1996:116) adalah pengecekan terakhir
terhadap kesahihan temuan penelitian dengan para pembimbing penelitian
ini.
K. Analisis dan Intervensi Data
Analisis data merupakan kelanjutan dari tahap pengumpulan data dan
pemeriksaan keabsahan data. Data pada penelitian ini adalah implementasi
pendekatan bermain dalam belajar lompat dan antusiasme siswa SMP Nasional
Bandung pada proses pembelajaran lompat melalui pendekatan bermain, data
jenis ini dapat dianalisis secara kualitatif.
Setelah data terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik kualitatif
untuk memperoleh data yang sesuai dengan fokus masalah. Secara garis besar
pemeriksaan data menurut Miles dan Hubberman (dalam Zuriah, 2003:102)
dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Tahap pertama, adalah reduksi data, dimana peneliti mencoba
memilahkan data yang relevan, penting, bermakna, dan data yang tidak
berguna untuk menjelaskan tentang apa yang menjadi sasaran analisis.
Langkah yang dilakukan adalah menyederhanakan dengan jalan
membuat fokus, klasifikasi, dan abstraksi dat kasar menjadi data yang
48
b. Tahap kedua, adalah sajian deskriptif tentang apa yang ditemukan dalam
analisis, sajian deskriptif dapat diwujudkan dalam narasi, visual gambar,
tabular dan lain sebagainya yang akan lebih memudahkan pembaca
mengikutinya, alur sajiannya harus sistematik dan logik.
c. Tahap ketiga, adalah penyimpulan atas apa yang disajikan. Kesimpulan
merupakan intisari dari analisis yang memberikan pernyataan tentang
dampak dari penelitian tindakan yang dilakukan maupun efektivitas
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Secara keseluruhan dengan di berikannya pembelajaran lompat melalui
pendekatan bermain siswa lebih tertarik dan efektif serta partisipasi dalam
pembelajaran pendidikan jasmani menjadi lebih baik dan meningkat.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam pembelajaran lompat melalui
pendekatan permainan terdapat hasil yang baik yaitu para siswa banyak
mengalami pengalaman gerak yang baru, mengalami peningkatan gerak dasar dan
motivasi untuk mengikuti proses pembelajaran berlangsung sangat tinggi sehingga
pembelajaran penjas sangat ditunggu-tunggu oleh para siswa. Dari hasil capaian
target hasil kemajuan lompat jauh siswa setiap siklus dan tindakan mengalami
perubahan pada siklus I untuk kategori baik mencapai 42,21%, siklus II 65,75%,
dan siklus III 69,13%. Kemudian untuk siklus I untuk kategori Cukup mencapai
prosentase 45,95%, Siklus II 42,21% (mengalami Penurunan), dan Siklus III
57,43 (mengalami peningkatan cukup signifikan pada kategori cukup). Sedangkan
untuk siklus I kategori Kurang mencapai prosentase 42,21%, Siklus II mencapai
prosentase 35,23%(mengalami Penurunan), dan Siklus III mencapai prosentase
31,17 (mengalami penurunan). Dengan demikian pendekatan permainan dapat
dijadikan alternatif untuk memilih dan menarik minat dan motivasi siswa yang
77
Sebagai kesimpulan pembahasan pendekatan bermain dalam belajar
lompat adalah sebagai berikut:
1. Melalui pembelajaran yang mirip dengan tugas gerak yang sesungguhnya,
motivasi, minat dan partisipasi siswa meningkat.
2. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pembelajaran penjas penting bagi
siswa untuk menjaga konsistensi keberhasilan pelaksanaan pembelajaran
pendidikan jasmani.
3. Memperdalam pemahaman bermain dan meningkatkan kemampuan
pemahaman secara efektif.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan temuan penelitian di lapangan, dalam rangka
membantu meningkatkan kegiatan dan mengatasi hambatan-hambatan pada
kegiatan belajar mengajar pendidikan jasmani di SMP Nasional Kota Bandung
peneliti mengajukan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat
untuk perbaikan proses pembelajaran pendidikan jasmani yaitu sebagai berikut:
1. Guru pendidikan jasmani meningkatkan kinerjanya dalam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran penjas. Salah satu upaya ke arah itu adalah harus
semakin lebih berani dalam melakukan pembaharuan terkait dengan
penerapan metode mengajar. Penyajian bahan ajar merupakan inti dari metode
mengajar. Untuk itu pemilihan cara menyajikan bahan ajar harus direncanakan
sebaik mungkin dengan tidak mengabaikan faktor-faktor keselamatan dan
menumbuhkan tingkat minat dan motivasi siswa dalam melakasanakan proses
pembelajaran. Memodifikasi tujuan pembelajaran dan merekayasa lingkungan
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa SMP Nasional Kota
Bandung kelas VIII merupakan tindakan penting yang menjadi acuan utama
ketika menyajikan bahan ajar yang disertai pemilihan pendekatan mengajar
yang sesuai.
2. Pihak sekolah, masyarakat, dan semua pihak yang berkepentingan dalam
pelaksanaan program pendidikan jasmani (dinas pendidikan dan pemerintahan
daerah) harus turut berpartisipasi secara aktif membantu kinerja para guru
penjas di sekolah. Partisipasi aktif tersebut misalnya dengan membantu
menyediakan fasilitas pendukung atau saran prasarana pembelajaran penjas
melalui pengalokasian dana pendidikan, atau pengadaan secara langsung
alat-alat pembelajaran penjas. Semua tindakan itu dilandasi oleh asumsi dan
keyakinan bersama bahwa jika program pembelajaran penjas dapat terlaksana
dengan baik maka tujuan umumnya akan tercapai juga. Tujuan nyata yang
dimaksud adalah tujuan pembelajaran akan tercapai oleh peserta didik, yang
berarti pula derajat kesehatannya turut meningkat. Jika generasi muda
memiliki kualitas derajat sehat yang baik maka bibit unggul sumber daya
manusia untuk masa mendatang sudah tercipta.
3. Bagi para guru penjas SMP diharapkan dapat menerapkan modifikasi
pembelajaran, bentuk-bentuk tugas gerak secara sistematis dalam kegiatan
79
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi. (1996). Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta.
Arikunto Suharsimi. (1997). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi
Aksara.
Harsono. (1988). Coaching : Aspek-aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta :
CV Tambak Kusuma.
Harsono. (2000). Perencanaan Program Latihan. FPOK UPI : Bandung.
Harsono. (2001). Latihan Kondisi Fisik. FPOK UPI : Bandung.
Jose Manuel Bellesteros (1979), Pedoman Latihan Dasar Atletik. Terjemahan
Manual. Jakarta : Komisi Pengembangan PASI.
Kosasih, Engkos (1985). Olahraga Teknik dan Program Latihan. Jakarta : CV
Akademik Presindo.
Lutan, Rusli. Dkk (1991), Manusia dan Olahraga. Bandung : ITB.
Lutan, Rusli (1988). Teori Belajar Keterampilan Motorik. Jakarta : Dirjen
Pendidikan Tinggi (P2LPTK).
Mohammad Nazir. (1988). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Nasution (1987). Metode Penelitian. UGM Yogyakarta.
Nurhasan. (2000). Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. FPOK UPI :
Bandung.
Nurhasan. (1999). Hand Out Statistika. FPOK UPI : Bandung.
Santoso, Budi. Dkk (2007), Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.
Sudjana. (1996). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.
Surachmad (1985). Pengantar Penelitian ILmiah Dasar dan Teknik Penelitian.