• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS DI KELAS X TAHUN AJARAN 2009- 2010 (Penelitian Tindakan Kelas di salah satu SMA Negeri di Kota Bandu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS DI KELAS X TAHUN AJARAN 2009- 2010 (Penelitian Tindakan Kelas di salah satu SMA Negeri di Kota Bandu"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

vii DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan ... 6

C. Perumusan Masalah ... 6

D. Cara Pemecahan Masalah ... 6

E. Hipotesis Tindakan ... 7

F. Pembatasan Masalah ... 7

G. Tujuan Penelitian ... 8

H. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KERANGKA TEORITIK ... 11

A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ... 11

1. Pembelajaran Kooperatif ... 11

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 14

B. Prestasi Belajar ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

A. Desain Penelitian ... 25

B. Seting Penelitian ... 26

C. Faktor yang Diselidiki ... 26

D. Data dan Cara Pengambilan Data ... 27

E. Indikator Kinerja ... 28

F. Teknik Analisis Data ... 28

(2)

viii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Hasil Penelitian ... 44

1. Siklus I ... 44

a. Tindakan Pembelajaran pada Siklus I ... 44

b. Pencapaian Siklus I ... 47

c. Hasil Refleksi Berdasarkan Siklus I ... 51

2. Siklus II ... 53

a. Tindakan Pembelajaran pada Siklus II ... 53

b. Pencapaian Siklus II ... 56

c. Hasil Refleksi Berdasarkan Siklus II ... 60

3. Siklus III ... 63

a. Tindakan Pembelajaran pada Siklus III... 63

b. Pencapaian Siklus III ... 67

c. Pencapaian Akhir Penelitian ... 69

B. Pembahasan ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82

LAMPIRAN A ... 84

LAMPIRAN B ... 90

LAMPIRAN C ... 152

LAMPIRAN D ... 222

(3)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran ... 29

Tabel 3.1 Interpretasi Kategori Hasil Kelompok ... 30

Tabel 4.1 Presentasi Aspek Kognitif pada Tes Hasil Siklus I ... 51

Tabel 4.2 Rencana Tindakan Siklus II ... 52

Tabel 4.3 Presentasi Aspek Kognitif pada Tes Hasil Siklus II ... 60

Tabel 4.4 Rencana Tindakan Siklus III ... 61

Tabel 4.5 Presentasi Aspek Kognitif pada Tes Hasil Siklus III ... 69

(4)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Bagan Model Jigsaw ...18

Gambar 2.2 Ilustrasi Kelompok Jigsaw ...19

Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas ...33

Gambar 4.1 Diagram Perolehan Nilai Hasil Belajar Siklus I ...50

Gambar 4.2 Diagram Perolehan Nilai Hasil Belajar Siklus II ...59

Gambar 4.3 Diagram Perolehan Nilai Hasil Belajar Siklus III ...68

Gambar 4.4 Peningkatan IPK setiap Siklus ...71

Gambar 4.5 Presentasi Pencapaian Keterlaksanaan Pembelajaran ...79

(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan utama dalam proses pendidikan di sekolah adalah proses belajar mengajar. Dimyati dan Mudjiono (1996:7) mengemukakan siswa adalah penentu terjadi atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar mengajar yang ada merupakan penentu keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan (Azizah: 2006). Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan amat tergantung pada proses belajar dan mengajar yang dialami siswa dan pendidik baik ketika para siswa itu di sekolah maupun di lingkungan keluarganya sendiri (Sagala, 2003: 13).

Mata pelajaran fisika memiliki tujuan pembelajaran tersendiri. Salah satu tujuan pembelajaran fisika yang dituliskan pada tujuan rumpun sains di Indonesia adalah siswa memiliki pengetahuan dan mampu mendemonstrasikan pemahamannya tentang konsep atau prinsip sains untuk menjelaskan berbargai peristiwa alam baik secara kualitatif maupun kuantitatif (Koes, 2003: 52). Sementera itu, berdasarkan Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 bahwa pada tingkat SMA/MA, pelajaran fisika dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan beberapa pertimbangan. Pertama, selain memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, mata pelajaran fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, mata pelajaran

(6)

fisika perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi.

Ketercapaian tujuan tersebut merupakan tanggung jawab seorang guru, yang memiliki peran yang amat besar “Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi, melainkan juga mengarahkan dan memberi fasilitas belajar (directing and facilitating learning) agar proses belajar lebih memadai.” (Sagala, 2003:61)”. Dari proses pembelajaran siswa memperoleh prestasi belajar yang merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar yaitu mengalami proses untuk meningkatkan kemampuan mentalnya dan tindak mengajar yaitu membelajarkan siswa” (Sagala, 2003:62). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa guru berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik, menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan pembelajaran akan berlangsung baik jika guru dapat menyajikan materi pelajarannya dengan baik. Seperti yang dikemukakan Dunkin dan Biddle (Sagala, 2003: 63) mengatakan proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik jika pendidik mempunyai dua kompetensi utama yaitu: (1) kompetensi substansi materi pembelajaran atau penguasaan materi pelajaran; dan (2) kompetensi metodologi pembelajaran.

(7)
(8)

63,6% siswa mencapai KKM yang diujikan dengan IPK 59,6 pada ulangan harian 2. Hal tersebut diperkuat dengan menyebarkan angket kepada 33 orang siswa yang terdiri dari 22 perempuan dan 11 laki-laki (angket tercantum dalam lampiran A). Hasil penyebaran angket menunjukkan 70% siswa menganggap fisika itu sulit, 57,5% siswa menjawab kadang-kadang tidak memperhatikan guru saat menerangkan, dan 52,5% nilai fisikanya memenuhi KKM pada semester satu, tetapi masih dibawah mata pelajaran yang lain. Maka penulis menyimpulkan bahwa:

(i) Proses pembelajaran fisika biasanya dilakukan dengan ceramah dan pada saat pembelajaran siswa banyak yang kurang memperhatikan, sehingga kurangnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran.

(ii) Pada proses pembelajaran siswa mengalami kesulitan belajar, dan

(iii) Prestasi belajar siswa masih banyak yang berada di bawah nilai kriteria ketuntasan minimum serta perolehan Indeks Prestasi Kelompok (IPK) yang termasuk kategori rendah.Dapat dilihat pada lampiran A

Rusyan dalam Sagala (2003: 59) menawarkan petunjuk umum cara dan teknik mengatasi kesulitan belajar yakni;

(1) menetapkan target dan tujuan belajar yang jelas; (2) menghindari saran dan kritik yang negatif; (3) menciptakan situasi belajar yang sehat dan kompetitif; (4) menyelenggarakan remedial program; (5) memberi kesempatan agar peserta didik memperoleh pengalaman yang sukses.

(9)

kooperatif tipe lainnya, salah satu contohnya jika dalam tipe kooperatif yang lain pengelompokan siswa itu akan selalu tetap dari awal hingga akhir pembelajaran, namun dalam Jigsaw akan menuntut pertanggung jawaban siswa dalam menguasai materi, karena saat dibentuk kelompok asal, siswa akan dipecah menjadi tim ahli yang akan mengerjakan kegiatan yang berbeda, dan mereka harus bertanggung jawab untuk menguasai dan menyampaikan materinya masing-masing kepada teman-temannya di kelompok asal. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal (Isjoni, 2009: 77).

(10)

78).Selain itu Jigsaw dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi dan merupakan tipe pembelajaran yang aktif (Slish: 2005).

Adapun kelebihan proses model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk memiliki pengalaman belajar yang nyata dan aktif, siswa dilatih bagaimana menguasai pelajaran (konsep), memecahkan masalah sekaligus membuat keputusan dan mengkomunikasikannya. Peran guru di dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih sebagai pemberi bimbingan dan arahan jika diperlukan oleh siswa. Dalam proses model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa dituntut bertanggungjawab penuh terhadap proses belajarnya, sehingga guru harus menyesuaikan diri dengan kegiatan yang dilakukan oleh siswa, sehingga tidak menganggu proses belajar siswa. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diharapkan dapat memberikan solusi dan suasana baru yang menarik dalam pengajaran serta pembelajaran Jigsaw dapat membawa konsep pemahaman inovatif, dan menekankan keaktifan siswa, diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasan gotong-royong dan memiliki banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi.

(11)

B. Permasalahan

Berdasarkan atas latar belakang tersebut, maka masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya prestasi belajar siswa dalam pembelajaran fisika di kelas X SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2009-2010.

C. Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini di tulis dalam bentuk pertanyaan penelitian, yaitu:

Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ?

D. Cara Pemecahan Masalah

Masalah mengenai rendahnya prestasi belajar siswa dalam pembelajaran fisika akan dipecahkan dengan menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dalam hal ini, model pembelajaran yang diperlukan adalah model pembelajaran yang mengacu pada prinsip pedagogik yaitu memahami karakteristik peserta didik. Seperti yang sudah dipaparkan di atas bahwa prestasi belajar kelas termasuk kedalam kategori sangat rendah. Sehingga peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai salah satu solusi dari permasalahan di atas.

(12)

77). Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat memacu prestasi belajar siswa, sehingga dengan begitu model ini dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dan bertanggung jawab dalam menguasai materi. Adapun tahap-tahap dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah tahap pendahuluan, penugasan, pelaporan dan pengetesan dan tahap penghargaan.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka pemecahan masalah rendahya prestasi belajar siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Adapun media yang dipakai adalah media poster, demonstrasi,

eksperimen dan LKS eksperimen diterapkan pada tahap kerja kelompok dan eksperimen.

E. Hipotesis Tindakan

“Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diharapkan prestasi belajar dalam pembelajaran fisika akan lebih baik atau meningkat.”

F. Pembatasan Masalah

(13)

G. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan penelitian tindakan ini adalah meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran fisika dalam pokok bahasan listrik dinamis dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw di kelas X Tahun Ajaran 2009-2010.

H. Manfaat Penelitian

Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang merupakan “self reflective teaching” ini akan memberikan manfaat yang berarti bagi perorangan

maupun instansi yang terkait yaitu : 1. Bagi Siswa

a. Meningkatkan prestasi belajar siswa b. Dapat memberikan motivasi belajar siswa c. Melatih siswa dalam bekerja sama.

2. Bagi guru atau peneliti

a. Memotivasi guru untuk lebih mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada pokok bahasan lain.

b. Dapat mengetahui tentang kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

(14)

3. Bagi lembaga atau sekolah

a. Memberikan sumbangan yang baik kepada sekolah dalam usaha meningkatkan kualitas pembelajaran fisika di sekolah yang bersangkutan. b. Jika berhasil, sekolah dapat mengembangkan model pembelajaran

(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Class Action Research). Metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai sebuah inovasi pembelajaran diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara berkesinambungan dengan memperhatikan perkembangan pemahaman siswa. Selain itu, metode ini juga diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme guru serta mengembangkan kurikulum di tingkat sekolah dan di tingkat kelas .

Penelitian tindakan kelas merupakan proses pengkajian melalui system berdaur dari berbagai kegiatan pembelajaran. Dengan menggunakan kerangka fikir yang dikemukakan oleh Raka Joni dkk. (1998), dapat dikenali adanya 5 (lima) tahapan pelaksanaan PTK, termasuk tahap awal berupa proses penghayatan mengenai adanya permasalahan yang perlu mendapat penanganan. Namun dalam kenyataannya tahap-tahap tersebut merupakan titik-titik dalam semacam estafet yang terdapat dalam suatu siklus (Tim Pelatihan Proyek PGSM, 1999: 26). Adapun tahap-tahap berikut adalah :

1. Pengembangan fokus masalah penelitian; 2. Perencanaan tindak perbaikan;

3. Pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi dan interpretasi; dan 4. Analisis dan refleksi ;

(16)

5. Perencanaan tidak lanjut.

Penelitian ini terdiri dari beberapa siklus. Tiap siklus dimulai dari rencana (planning) kemudian tindakan (acting), dilanjutkan dengan observasi (observing) tindakan yang telah dilakukan dan diakhiri dengan refleksi (reflecting) untuk memperbaiki rencana penelitian pada siklus selanjutnya.

B. Seting Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X tahun ajaran 2009/2010 di salah satu SMA Negeri di kota Bandung. Jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian adalah 33 orang siswa. Terdiri dari 22 orang siswa laki-laki dan 11 orang siswa perempuan. Pelaku tindakan adalah peneliti sendiri, yang merupakan guru kelas tersebut dan empat sampai lima orang observer.

Alasan pemilihan kelas X sebagai subjek penelitian adalah karena kelas tersebut memiliki permasalahan prestasi belajar yang dirasakan oleh peneliti selama pembelajaran berlangsung.

C. Faktor yang diselidiki

Faktor-faktor yang diselidiki dan dikaji dalam penelitian ini meliputi :

(17)

b. Faktor Siswa : Melihat kemampuan siswa kelas X dalam mempelajari konsep listrik dinamis.

D. Data dan Cara Pengambilannya

1. Sumber Data: Sumber data penelitian ini adalah siswa dan guru

2. Jenis Data: Jenis data yang didapatkan adalah data kuantitatif dan data kualitatif yang terdiri dari:

a. Prestasi belajar siswa

b. Keterlaksanaan Model Pembelajaran 3. Cara Pengambilan Data

a. Data prestasi Belajar diambil dengan memberikan tes berupa soal pilihan ganda kepada siswa. Soal pilihan ganda yang diberikan kepada siswa adalah soal yang terlebih dahulu sudah melalui proses bimbingan dengan dosen pembimbing peneliti.

(18)

E. Indikator Kinerja

1. Keterlaksanaan Pembelajaran

Penelitian ini dikatakan berhasil jika pembelajaran sudah terlaksana 100%. 2. Prestasi Belajar

Siswa dikatakan meningkat prestasi belajarnya ditinjau dari indeks prestasi belajar kelompok (IPK) yang dihitung berdasarkan nilai rata-rata tes prestasi belajar seluruh siswa yang dilakukan setiap siklus.

Pembelajaran dikatakan tuntas jika 85% dari keseluruhan siswa mendapat nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), adapun KKM mata pelajaran Fisika kelas X di sekolah tersebut adalah sebesar 60. Oleh karena itu, peneliti menargetkan IPK dengan nilai minimum 60.

F. Teknik Analisis data

1. Keterlaksanaan Pembelajaran (Aktivitas Guru)

Observasi keterlaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru dihitung dengan:

(19)

Krite Pers

1. Prestasi Belaja a. Menghitun kelas

1) Meng

Keterangan: M = rata-rata kel

N = jumlah sisw = jumlah nila Menghitung i berikut :

Tabel 3.1

riteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran ersentase rata-rata (%) Kategori

0,00 – 24,90 Sangat kurang

25,00 – 37,50 Kurang

37,60 – 62,50 Sedang

62,60 – 87,50 Baik

87,60 – 100,00 Sangat Baik Nuh (dalam Mu ajar

ung Indeks hasil kelompok untuk menentukan

nghitung rata-rata kelas

… . (3.2

kelas iswa nilai siswa

g indeks hasil kelompok (IPK), dengan pers

… . (3

Mulyadi, 2007:52)

kan kategori hasil

3.2)

ersamaan sebagai

(20)

Keterangan:

IPK = indeks hasil kelompok M = Rata-rata kelas

SM = Skor maksimal jika soal benar semua 2) Menentukan kategori hasil kelas

Nilai IPK yang didapat, diinterpretasi berdasarkan kategori pada tabel berikut:

Tabel 3.2

Interpretasi Kategori Indeks Hasil Kelompok Kategori Indeks

Pretasi Kelompok

Interpretasi

0,00 – 30,00 sangat rendah

31,00 – 54,00 Rendah

55,00 – 74,00 Sedang

75,00 – 89,00 Tinggi

90,00 – 100,00 sangat tinggi

(Panggabean: 1989) 3) Menganalisis Prestasi Belajar

(21)

!" # $ % %

!" … . (3.4)

Keterangan:

P = persentase soal C1 yang dijawab benar oleh siswa A Selanjutnya:

…. (3.5)

Keterangan:

∑ = jumlah persentase prestasi belajar (soal C1) yang dijawab benar oleh siswa = jumlah siswa

Masing-masing prestasi belajar dihitung persentasenya untuk mengamati peningkatan dan tinggi/rendahnya prestasi belajar siswa.

G. Alur Penelitian

(22)

Berdasarkan data-data studi awal siswa, yaitu prestasi belajar siswa yang sangat rendah, maka dalam refleksi peneliti menetapkan bahwa tindakan yang akan dipergunakan dalam penelitian untuk meningkatkan prestasi belajar siswa adalah melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw .

Dengan berpatokan pada refleksi awal tersebut maka dilaksanakanlah penelitian tindakan kelas dengan prosedur sebagai berikut:

1. Observasi Awal 2. Refleksi Awal 3. Rencana Tindakan 4. Aksi/tindakan 5. Observasi 6. Refleksi

(23)

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian

Penyusunan laporan

Studi Awal

Studi Eksplorasi : - Observasi

- Wawancara

Refleksi Awal Identifikasi Masalah

Siklus III Siklus I Perencanaan Tindakan Pelaksanaan : Refleksi : - Analisis hasil

- Penyimpulan Tindakan Observasi & evaluasi Siklus II Perencanaan Tindakan Refleksi : - Analisis hasil

- Penyimpulan

Perencanaan Tindakan

Refleksi : - Analisis hasil

(24)

1. Observasi Awal

Pelaksanaan observasi awal dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang permasalahan yang dirasakan oleh guru dan dialami oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Guru mengamati seluruh siswa selama pembelajaran, menyebarkan angket untuk mengetahui prestasi belajar siswa selama pembelajaran fisika, melakukan wawancara nonformal dengan beberapa siswa menganai proses pembelajaran, dan melakukan wawancara nonformal dengan guru fisika di sekolah tersebut mengenai permasalah yang dialami siswa. Selain itu juga guru menghitung IPK dari nilai ulangan harian siswa untuk mengetahui prestasi belajar siswa. Setelah peneliti yang juga merupakan guru kelas tersebut mendapat data-data dan mengetahui permasalahan yang ada, guru mendiskusikan rencana tindakan seperti apa yang cocok digunakan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut.

2. Refleksi Awal

Pada tahap ini, peneliti menganalisis segala kekurangan dan penyebab permasalahan yang terjadi di kelas agar dapat menentukan solusi yang tepat. Hasil refleksi disepakati menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw . Alasan pemilihan Jigsaw telah dijelaskan dilatar belakang.

3. Rencana Tindakan

Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut:

(25)

yang pada tahap penyajian materinya guru menampilkan poster dan demonstrasi .

b. Membuat LKS Eksperimen untuk siklus 1, 2, dan 3 yang akan dikerjakan siswa pada tahap penugasan, pelaporan dan pengetesan berdasarkan eksperimen yang mereka lakukan.

c. Membuat poster untuk siklus 2, dan 3 sebagai media pembelajaran yang akan digunakan dalam menyajikan materi.

d. Menetapkan jenis data dan pengumpulan data, yaitu data kualitatif dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi, dan data kuantitatif dikumpulkan dengan memberikan tes berupa soal pilihan ganda, yang sebelumnya soal tersebut telah melalui bimbingan Dosen Pembimbing peneliti. e. Menetapkan cara pelaksanaan refleksi, yaitu dilakukan oleh pelaksana tindakan

dan observer bersama-sama membahas apa saja kekurangan dan bagaimana tindakan untuk siklus selanjutnya. Sebelum pelaksana tindakan dan observer melakukan refleksi, pelaksana tindakan dan observer mengolah data terlebih dahulu untuk mengetahui indikator mana saja yang sudah mencapai keberhasilan.

f. Membuat lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran oleh guru untuk mengamati jalannya proses pembelajaran dan sebagai data refleksi untuk siklus selanjutnya.

(26)

4. Pelaksanaan Tindakan/ Observasi Siklus 1

Pelaksanaan tindakan pada siklus 1 adalah sebagai berikut:

a. Melakukan kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran, yaitu melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan arahan kepada siswa. b. Melakukan demonstrasi, kemudian memberikan pertanyaan-pertanyaan

berkaitan dengan demonstrasi tersebut. c. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

d. Membentuk tim ahli dari setiap kelompok asal

e. Membagikan LKS eksperimen kepada seluruh siswa dan memantau siswa selama pengerjaan LKS dan selama eksperimen, serta membimbing mereka jika kesulitan dalam eksperimen dan mengerjakan LKS nya.

f. Memberikan penguatan dalam pengambilan kesimpulan

g. Melaksanakan evaluasi dengan memberikan tes prestasi belajar berupa soal pilihan ganda setelah pembelajaran selesai

h. Memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik i. Memberikan pekerjaan rumah pada siswa

(27)

5. Refleksi Siklus 1

Hasil yang didapatkan dalam tahap observasi dan evaluasi dikumpulkan dan di analisa dalam tahap ini. Sebelum melakukan analisis, peneliti perlu mengolah seluruh data yang didapat sesuai dengan teknik analisis data. Adapun data yang akan di olah yaitu:

1) Keterlaksanaan Pembelajaran (Aktivitas Guru) 2) Prestasi Belajar

a) Menghitung Indeks hasil kelompok untuk menentukan kategori hasil kelas

• Menghitung rata-rata kelas

• Menghitung indeks hasil kelompok (IPK)

• Menentukan kategori hasil kelas b) Menganalisis Prestasi Belajar

Analisis prestasi belajar dilakukan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan pada prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil analisis aspek kognitif, peneliti/guru dapat menentukan tindakan apa yang akan dilakukan sebagai penekanan pada siklus berikutnya (refleksi). Masing-masing aspek kognitif dihitung persentasenya untuk mengamati peningkatan dan tinggi/rendahnya prestasi belajar siswa.

(28)

pembelajaran serta perangkat pembelajarannya sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.

Dari hasil refleksi, belum ada indikator yang mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan. Sehingga peneliti harus merancang tindakan untuk siklus selanjutnya berdasarkan kekurangan-kekurangan yang ada yang menyebabkan tidak berhasilnya tindakan siklus 1 ini.

Tindakan selanjutnya adalah guru menggunakan poster sebagai media untuk membantu siswa dalam memahami pembelajaran. Berikut ini rencana tindakan siklus 2 berdasarkan hasil refleksi siklus 1:

a. Penambahan kegiatan pada tahap penyajian materi, yaitu guru menggunakan poster sebagai media untuk membantu siswa dalam memahami pembelajaran b. Peneliti lebih memotivasi siswa agar siswa terlibat aktif dalam pembelajaran c. Peneliti lebih menegaskan dalam pengambilan kesimpulan

6. Pelaksanaan Tindakan/ Observasi Siklus 2

Pelaksanaan tindakan pada siklus 2 adalah berdasarkan rencana tindakan awal dengan revisi dan penekanan-penekanan tertentu berdasarkan hasil refleksi siklus sebelumnya, berikut ini pelaksanaan tindakan siklus 2:

a. Melakukan kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran, yaitu melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan arahan kepada siswa. b. Menampilkan poster, guna menyampaikan apresepsi awal

c. Melakukan demonstrasi, kemudian memberikan pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan demonstrasi tersebut.

(29)

e. Membentuk tim ahli

f. Membagikan LKS eksperimen kepada seluruh siswa dan memantau siswa selama pengerjaan LKS dan selama eksperimen, serta membimbing mereka jika kesulitan dalam eksperimen dan mengerjakan LKS nya.

g. Memberikan penguatan pada penarikan kesimpulan, terutama pada rumus-rumus

h. Melaksanakan evaluasi dengan memberikan tes prestasi belajar berupa soal pilihan ganda setelah pembelajaran selesai

i. Memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik j. Memberikan pekerjaan rumah pada siswa

k. Melaksanakan Observasi Keterlaksanaan model pembelajaran oleh guru dan observer.

7. Refleksi Siklus 2

Hasil yang didapatkan dalam tahap observasi dan evaluasi dikumpulkan dan di analisa dalam tahap ini. Sebelum melakukan analisis, peneliti perlu mengolah seluruh data yang didapat, yaitu:

a. Keterlaksanaan Pembelajaran (Aktivitas Guru)

(30)

b. Prestasi Belajar

Seluruh perhitungan yang dilakukan untuk mengolah data prestasi belajar digunakan rumus yang sama dengan perhitungan pada siklus 1.

a) Menghitung Indeks hasil kelompok untuk menentukan kategori hasil kelas

• Menghitung rata-rata kelas

• Menghitung indeks hasil kelompok (IPK)

• Menentukan kategori prestasi belajar b) Menganalisis Prestasi Belajar

Analisis prestasi belajar dilakukan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan pada prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil analisis prestasi belajar, peneliti/guru dapat menentukan tindakan apa yang akan dilakukan sebagai penekanan pada siklus berikutnya (refleksi).

Masing-masing prestasi belajar dihitung persentasenya untuk mengamati peningkatan dan tinggi/rendahnya prestasi belajar siswa.

Pada tahap refleksi ini, seluruh data yang didapat, yaitu persentase keterlaksanaan model pembelajaran, IPK dari tes prestasi belajar siswa, analisis prestasi belajar pada instrumen tes, serta persentase siswa yang mencapai KKM, digunakan guru untuk mengevaluasi dirinya dan keseluruhan proses pembelajaran serta perangkat pembelajarannya sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.

(31)

mengerjakan LKS. Berdasarkan hasil refleksi, peneliti merencanakan tindakan berdasarkan hasil refleksi tersebut, yaitu:

a. Menekankan dalam perhitungan atau penerapan , guru dan siswa membahas beberapa soal hitungan.

b. Lebih memotivasi siswa agar meningkatkan keaktifannya dalam proses pembelajaran, motivasi dilakukan dengan cara apresepsi, menampilkan poster, serta memancing keingin tahuan siswa dalam pembelajaran

8. Pelaksanaan Tindakan/Observasi Siklus 3

Berikut ini pelaksanaaan tindakan siklus 3 berdasarkan hasil refleksi siklus 2 :

c. Melakukan kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran, yaitu melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan arahan kepada siswa. d. Menmpilkan poster untuk membantu siswa dalam memahai apresepsi awal dan

materi yang disampaikan

e. Melakukan demonstrasi, kemudian memberikan pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan demonstrasi tersebut.

f. Menyampaikan tujuan pembelajaran. g. Membentuk tim ahli

h. Membagikan LKS eksperimen kepada seluruh siswa dan memantau siswa selama pengerjaan LKS dan selama eksperimen, serta membimbing mereka jika kesulitan dalam eksperimen dan mengerjakan LKS nya.

(32)

j. Memberikan penguatan pada penarikan kesimpulan, terutama pada rumus-rumus

k. Melaksanakan evaluasi dengan memberikan tes prestasi belajar berupa soal pilihan ganda setelah pembelajaran selesai

l. Memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik m. Memberikan pekerjaan rumah pada siswa

n. Melaksanakan Observasi Keterlaksanaan model pembelajaran oleh guru dan observer

9. Refleksi Siklus 3

Hasil yang didapatkan dalam tahap observasi dan evaluasi dikumpulkan dan di analisa dalam tahap ini. Sebelum melakukan analisis, peneliti perlu mengolah seluruh data yang didapat, yaitu:

a. Keterlaksanaan Pembelajaran (Aktivitas Guru)

Menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan rumus yang sama dengan perhitungan yang dilakukan pada tahap refleksi siklus 1

b. Prestasi Belajar

Seluruh perhitungan yang dilakukan untuk mengolah data prestasi belajar digunakan rumus yang sama dengan perhitungan pada siklus 1.

a) Menghitung Indeks hasil kelompok untuk menentukan kategori hasil kelas a. 1 ) Menghitung rata-rata kelas

(33)

b) Menganalisis Prestasi Belajar

Analisis prestasi belajar dilakukan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan pada prestasi belajar siswa. Kemudian peneliti/guru dapat menentukan tindakan apa yang akan dilakukan sebagai penekanan pada siklus berikutnya (refleksi). Masing-masing prestasi belajar dihitung persentasenya untuk mengamati peningkatan dan tinggi/rendahnya prestasi belajar siswa.

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di sekolah yang menjadi objek penelitian, yaitu salah satu SMA Negeri di kota Bandung dan berdasarkan pembahasan maka secara umum dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X dengan perolehan IPK kategori sedang pada siklus 1 dan 2, sedangkan siklus 3 kategori tinggi, dan perolehan KKM pada siklus 1 adalah 72,2% pada siklus 2 adalah 81,8% dan pada siklus 3 adalah 93,9% .

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka ada beberapa saran yang dapat dikemukakan untuk penelitian lebih lanjut dan untuk penyelesaian permasalahan pembelajaran yang terjadi di kelas, antara lain:

1. Jika ditemukan permasalahan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa, maka Model Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat dijadikan alternatif pemecahan masalah.

2. Dalam upaya menggali konsep awal siswa pada kegiatan apresepsi , guru hendaknya menampilkan gejala-gejala fisis yang menarik yang dapat dibantu dengan penggunaan media poster agar lebih mudah dipahami. Jika konsep awalnya sudah dipahami siswa maka pembelajaran berlangsung ke

(35)

kegiatan inti, dan diharapkan pembelajaran pada kegiatan inti dapat berjalan dengan baik.

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. ( 2007 ) . Manajemen Penelitian . Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. ( 2008 ) . Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan . Jakarta: Bumi Aksara

Azizah, Bahriyatul. (2006). Studi Komparasi Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Metode Konvensional. http://www.google.com.html. 15 April 2010

Isjoni. (2009). Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Isjoni. (2010). COOPERATIVE LEARNING Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta

Kardiawarman. (2007). PenelitiN Tindakan kela. UPI Bandung : Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia

Koes, Supriyono. (2003). Strategi Pembelajaran Fisika. Malang: Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang

Lie, Anita. (2008). COOPERATIVE LEARNING. Jakarta: Pt Gramedia

Nuh, Usep. (2007). Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam upaya meningkatkan keterampilan proses sains. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Pangabean, Luhut. P. (1989). Kontribusi Relatif Sikap Siswa SMA Pada Bimbingan Karir terhadap Prestasi Belajar Fisika. Tesis IKIP Bandung: tidak diterbitkan

(37)

Portilo, JAP. (2003). Aplication of the Jigsaw Method in a Learning Session for Analysis Class Diagrams.[Online]. Tersedia:http://home.arcor.de/udo-hinze/Dokumente/Jigsaw.pdf ( 08 September 2010 )

Pow-Sang, JA & Campos,PG. (2006).The Jigsaw Technique: Experiences

Teaching Analysis Class Diagrams. [Online].

Tersedia:http://en.wikipedia.org/wiki/Jigsaw(teaching_technique) (08 September 2010 )

Sagala, Syaiful. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta

Slavin, Robert. (2008). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusamedia

Slish, DF. (2005). Assessment of the use of the Jigsaw Method and Active Learning Non-Majors, Introductory Biology. Dalam Journal of Biology Science.[Online].Tersedia:http://amcbt.indstate.edu/volume_31/v31-4p4-10.pdf ( 08 September 2010 )

Tim Pelatih Proyek PGSM (1999). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah (Secondary School Teacher Development Project) IBRD Loan No. 3979 – Ind.

Gambar

Tabel 3.1   Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran ..................................
Gambar 2.1 Bagan Model Gambar 2.2 Jigsaw ...................................................................18  Ilustrasi Kelompok Jigsaw ..........................................................19
Tabel  3.1
Tabel 3.2 Interpretasi Kategori Indeks Hasil Kelompok

Referensi

Dokumen terkait

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk men- gukur keberhasilan sasaran Pencegahan yang Terintegrasi terdiri atas tiga indikator, dengan capaian kinerja

Capaian yang diperoleh bagian II kebijakan pelayanan kefarmasian di puskesmas Helvetia, Medan-Deli dan Belawan adalah 100% (baik), pelayanan farmasi di puskesmas Helvetia

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keluarga, kelompok referensi, dan persepsi konsumen terhadap keputusan pembelian smartphone android merek

Akan tetapi, data yang ada belum dapat menjawab permasalahan yang terjadi dalam kegiatan budidaya, seperti periode pemijahan alaminya, tingkat mortalitas larva

Untuk penyelenggaraan kegiatan tersebut diatas, Pemerintah Kabupaten Tanah Laut memerlukan Event Organizer (EO) sebagai pelaksananyaa. Maka dengan ini kami

8.6.1.Guru dapat mengolah hasil penilaian proses pembelajar-an untuk berbagai tujuan pada setiap standar kompetensi teknik Pemelihara-an Mekanik Industri 8.7 Melakukan

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, agar saudara dapat hadir dan membawa dokumen asli sesuai dengan yang di upload pada website :hhtp/www.lpse.sumsel.polri.go.id

2013 pada Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Musi Banyuasin, kami Pejabat Pengadaan pada Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Musi Banyuasin, dengan