vii Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAKSI
PERANCANGAN INTERIOR PUSAT TERAPI
UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
PERVASIVE DEVELOPMENT DISORDER (PDD)
Dewasa ini, penderita anak berkebutuhan khusus semakin meningkat di dunia dan di
Indonesia. UNESCO mencatat 35 juta penyandang autisme di seluruh dunia dan di
Indonesia sekitar 112 ribu anak penyandang autisma dalam rentang usia 5-19 tahun.
Autisma infantil (autisma masa kanak-kanak) dan Asperger’s Syndrome merupakan masalah terbanyak dan terberat pada anak berkebutuhan khusus.
Tujuan perancangan pusat terapi ini adalah merancang sebuah tempat terapi untuk anak
berkebutuhan khusus dalam hal ini adalah Pervasive Development Disorder (PDD)
dengan fasilitas yang memadai untuk penderita serta menerapkan konsep working
memory dan diterapkan salah satunya dengan wall activity, yaitu elemen interior yang
digunakan untuk mengulang materi ajar pada penderita PDD. Dalam perancangan
interior pusat terapi PDD ini memerlukan beberapa pertimbangan dari segi bentuk,
material, warna, pencahayaan, serta alur sirkulasi. Bentuk yang dipakai menggunakan
bentuk geometri dasar. Warna yang digunakan adalah warna pastel sehingga
intesitasnya tidak terlalu tinggi. Material yang digunakan adalah material yang aman
dan tidak licin seperti busa dan vinyl flooring. Pencahayaan yang digunakan adalah
pencahayaan tidak langsung karena penderita PDD memiliki tingkat sensitif yang
tinggi terhadap cahaya. Pusat terapi pada PDD ini dirancang agar penderita PDD dapat
menjalankan terapinya dengan baik dibantu dengan elemen interior untuk mengulang
materi ajar yang ada di kelas terapi.
viii Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
INTERIOR DESIGN OF A THERAPY CENTER
FOR CHILDREN WITH SPECIAL NEEDS
OF PERVASIVE DEVELOPMENT DISORDER (PDD)
Nowadays the number of children with special needs keeps increasing in the world,
including in Indonesia. UNESCO notes there are 35 millions of autistic children in the
world and about 112 thousands in Indonesia between the ages of 5 – 19 years old.
Infantile autism and Asperger’s Syndrome are the most and heaviest problems suffered by children with special needs.
The aim of the design of the therapy center is to provide a therapy center for children
with special needs, in this case Pervasive Development Disorder (PDD) with sufficient
facilities for patients by applying the concept of working memory and one of its
elements, wall activity, an interior element used to repeat the learning material to PDD
patients. In the design of the therapy center for PDD, some considerations are required,
such as shape, material, color, lighting, and circulation. The shape used is basic
geometrical shapes. The pastel colors are used so that the intensity is not too high,
Material which are safe and not slippery are used, such as sponge and vinyl flooring.
Indirect lighting is used because PDD patients have a very high level of sensitivity
towards light. The therapy center for PDD is designed to make PDD patients do the
therapy in a convenient way by being assisted by the interior element to repeat the
learning material in the therapy class.
ix Universitas Kristen Maranatha
1.5 Manfaat Perancangan ………...………5
1.6 Ruang Lingkup Perancangan ...6
BAB II. TERAPI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PDD …………7
2.1 Terapi ………...7
2.1.1 Tujuan Terapi ……….8
2.2 Pervasive Development Disorder (PDD) ………..9
2.2.1 Autisma ………9
2.2.2 Aspesger Syndrome ……….…17
2.2.3 Rett’s Syndrome……….….18
x Universitas Kristen Maranatha
2.2.5 PDD –NOS ……….19
2.3 Metode Pembelajaran Applied Behaviour Analysis (ABA) ………...19
2.4 Terapi Perilaku pada PDD ………..23 2.4.1 Terapi Wicara ……….23
2.4.2 Terapi Okupasi ………23
2.4.3 Terapi Sosial ………...24 2.4.4 Terapi Musik ………...24
2.5 Teori dan Psikologi Warna ……….25 2.6 Bentuk Geometri ………28 2.7 Antropomentri ………28 2.7.1 Antropomentri Anak Usia 3-5 Tahun ………...29
2.7.2 Antropomentri Anak Usia 6-11 Tahun ……….29
2.8 Working Memory ………....32
BAB III. PUSAT TERAPI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PERVASIVE DEVELOPMENT DISORDER (PDD) ...33
3.1 Fungsi Objek Studi ...33
3.1.1 Deksripsi Umum ...34
3.2 Analisis Site dan Bangunan ...35
3.3 Analisis Fungsional ...40
3.4.1 Tabel Kebutuhan Ruang ...44
3.4.2 Buble Diagram...49
3.4.3 Zoning Blocking ...51
xi Universitas Kristen Maranatha
BAB IV. PERANCANGAN INTERIOR PUSAT TERAPI UNTUK ANAK
BERKEBUTHAN KHUSUS PERVASIVE DEVELOPMENT
DISORDER (PDD) BANDUNG
………......58
4.1 Konsep Desain ………..60
4.1.1 Konsep Ruang ……….60
4.1.2 Konsep Bentuk ………61
4.1.3 Konsep Warna ………62
4.1.4 Konsep Material ………..63
4.1.5 Konsep Akustik ………..64
4.2 Ruang yang Dirancang ………..64
4.2.1 Lobi, Ruang Tunggu, Ruang Konsultasi, dan Toko CD dan Buku ……65 4.2.2 Ruang Okupasi ………67
4.2.3 Ruang Terapi Sosial ………68 4.2.4 Ruang Musik ………...70
4.2.5 Ruang Terapi One on One ………...72
4.2.6 Ruang Perpustakaan dan Ruang Rapat Informal ……….73
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ………76
5.1 Kesimpulan ………76
5.2 Saran ………...77
xii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1 Terapi Wicara pada PDD 23
Gambar 2.2 Terapi Okupasi pada PDD 24
Gambar 2.3 Bentuk Geometri Ruang (kiri) dan Geometri Datar (kanan) 28
Gambar 3.1 Site Proyek 35
Gambar 3.8 Flow Activity Penderita PDD 43
Gambar 3.9 Flow Activity Orang Tua Penderita PDD 44
Gambar 3.10 Flow Activity Terapis 44
Gambar 3.11 Buble Diagram Lantai 1 50
Gambar 3.12 Buble Diagram Lantai 2 50
Gambar 3.13 Zoning Lantai 1 51
Gambar 3.14 Zoning Lantai 2 52
Gambar 3.15 Blocking Lantai 1 53
Gambar 3.16 Blocking Lantai 2 54
Gambar 3.17 Ruang Terapi Bermain di Unique Kids 55
Gambar 3.18 Ruang Kelas Terapi di Unique Kids 55
Gambar 3.19 Ruang Makan Bersama di Unique Kids 56
xiii Universitas Kristen Maranatha Gambar 3.21 Ruang Terapi One on One Melinda Hospital II 57
Gambar 3.22 Referensi Ruang Terapi 57
Gambar 4.1 Konsep Working Memory 60
Gambar 4.2 Bentuk Geometri 61
Gambar 4.3 Implementasi Bentuk pada Ruang Interior 62
Gambar 4.4 Warna Pastel 63
Gambar 4.5 Material 64
Gambar 4.6 Yumen Board 64
Gambar 4.7 Denah Lobi, Ruang Tunggu, Ruang Konsultasi, dan Toko CD
dan Buku 65
Gambar 4.8 Perspektif Lobi 66
Gambar 4.9 Denah Ruang Okupasi 67
Gambar 4.10 Perspektif Ruang Okupasi 68
Gambar 4.11 Denah Ruang Terapi Sosial 68
Gambar 4.12 Perspektif Ruang Terapi Sosial 69
Gambar 4.13 Denah Ruang Musik 70
Gambar 4.14 Perspektif Ruang Musik 71
Gambar 4.15 Denah Ruang Terapi One on One 72
Gambar 4.16 Potongan Ruang Terapi One on One 73
Gambar 4.17 Denah Ruang Perpustakaan dan Ruang Rapat Informal 73
xiv Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel II.1 Hubungan Tingkat Kecerdasan dan Kemampuan pada 12
Autisma
Tabel II.2 Ciri-Ciri Autisma 14
Tabel II.3 Siklus Discrete Trial Training 20
Tabel II.4 Psikologi Warna 26
Tabel II.5 Antropomentri Anak Usia 3-5 Tahun 29
Tabel II.6 Antropomentri Anak Usia 6-11 Tahun 29
Tabel III.1 Analisa Fisik Bangunan 36
xv Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR BAGAN
halaman
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini para penderita anak berkebutuhan khusus semakin meningkat di dunia
dan juga di Indonesia, UNESCO (2010) melaporkan, tercatat 35 juta orang
penyandang autisma di seluruh dunia. Ini berarti rata-rata 6 dari 1.000 orang di
dunia mengidap autisma. Belum ada penelitian khusus yang dapat menyajikan data
autisma pada anak di Indonesia. Bila diasumsikan dengan prevalensi autisma pada
anak di Hongkong, di mana jumlah anak usia 5-19 tahun di Indonesia mencapai
66.000.805 jiwa (BPS tahun 2010), maka diperkirakan terdapat lebih dari 112 ribu
2 Universitas Kristen Maranatha Menurut dr. Melly Budiman SpKJ dari Yayasan Autisma Indonesia, tidak ada satu
jenis obat pun yang dapat menyembuhkan autisma. Keberhasilan penyembuhan
atau perbaikan gangguan autisma tergantung pada banyak faktor seperti berat atau
ringannya gangguan pada otak, gangguan pada tubuh, kecepatan anak terdiagnosa
serta penangan dini, tepat, terpadu, dan intensif.
Autisma infantile atau autisma masa kanak-kanak dan Asperger’s disease
merupakan masalah terbanyak dan terberat pada anak berkebutuhan khusus
(Handojo, 2003:12). Autisma infantile dan Asperger’s disease merupakan
kelainan jenis PDD (Pervasive Development Disorder) selain daripada PDD-NOS
(Pervasive Development Disorder-Not Otherwise Specified), Rett’s syndrome, dan
Childhood Diseitegrative Disorder (CDD), yaitu kondisi kehilangan atau
keterlambatan perkembangan kemampuan dasar.
Menurut Handojo, 2003:12, dahulu dikatakan autisma merupakan kelainan seumur
hidup, tetapi autisma pada masa kanak-kanak dapat dikoreksi namun harus
dilakukan pada usia sedini mungkin, sebaiknya jangan melebihi 5 tahun karena
diatas usia ini perkembangan otak anak akan sangat melambat. Usia paling ideal
untuk mendeteksi autisma adalah 2-3 tahun, karena pada usia ini perkembangan
otak anak berada pada tahap yang paling cepat.
Terapi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah usaha untuk
memulihkan keadaan seseorang. Sangat perlu dipahami para orang tua dari anak
berkebutuhan khusus (ABK), khususnya kasus autisma bahwa terapi harus dimulai
sedini mungkin sebelum usia 5 tahun. Perkembangan paling pesat dari otak
manusia terjadi pada usia sebelum 5 tahun, puncaknya terjadi pada usia 2-3 tahun.
(Handojo, 2003:28). Pada usia 5-7 tahun perkembangan otak melambat menjadi
25% dari usia sebelum 5 tahun. Terapi pada anak berkebutuhan khusus (ABK)
khususnya jenis PDD bertujuan untuk menggali kemampuan potensial anak untuk
3 Universitas Kristen Maranatha tersebut memiliki keterbatasan motorik, fisik, serta komunikasi serta sosial. Terapi
pada penderita ini juga memiliki tujuan agar para penderita mendapatkan
pendidikan yang sejajar dengan anak-anak pada umumnya setidaknya dapat
mengembangkan diri dan keterampilan yang dimiliki untuk dapat berkarya serta
bekerja secara mandiri.
Pengetahuan orang tua akan terapi pada autisma merupakan masalah yang cukup
berat. Banyak orang tua dari penderita yang tidak mengerti dan akhirnya terlambat
untuk melakukan terapi pada anak autisma dan masalah-masalah PDD lainnya.
Terapi di rumah bisa menjadi pilihan bagi orang tua penderita, namun persyaratan
harus memenuhi seperti pengetahuan orang tua, pengelolahan proses terapi
menyangkut pengawasan dan pembinaan terapis, ruangan yang bebas distraksi,
cukup sejuk, dan cukup penerangan, serta yang paling penting adalah harus
didampingi oleh 2-3 orang terapis. Dana yang dibutuhkan dan kebutuhan ruang
untuk melakukan terapi di rumah jauh melebihi terapi yang dilakukan di pusat
terapi, selain itu kelangkaan terapis yang handal masih sulit didapta, sehingga lebih
efektif jika terapi dilakukan di pusat terapi dengan tenaga yang memang ahli di
bidangnya.
Pusat terapi ini dibuat dengan tujuan agar penderita PDD dapat dideteksi sejak dini
dan mendapat fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan dengan harga yang lebih murah
dibandingkan dilakukan di rumah. Selain intu, penanganan PDD khususnya untuk
autisma dan asperger’s syndrome dapat dilakukan secara efektif karena ditangani
oleh ahlinya dan orang tua juga dapat memantau perkembangan anak dan
4 Universitas Kristen Maranatha
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perancangan menjabarkan
masalah-masalah, yaitu :
Penderita PDD harus dideteksi sejak dini karena pada usia 2-3 tahun adalah waktu yang penting untuk perkembangan otak anak.
Perancangan untuk pusat terapi anak berkebutuhan khusus (ABK) untuk PDD ini harus mendukung aktivitas terapi sebagai kebutuhan ruang khusus yang
harus diperhatikan keamanan dan kenyamanannya semua aspek di dalamnya
khususnya furniture yang digunakan.
Pemilihan warna dan bentuk menjadi perhatian khusus karena adanya ketentuan-ketentuan khusus untuk ABK.
Sirkulasi ruang harus diperhatikan agar menciptakan interaksi secara tidak langsung antar user khususnya untuk penderita PDD yang mempunyai
masalah utama pada interaksi sosial.
1.3 Ide/Gagasan Perancangan
Berdasarkan penjelasan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, penulis
melihat masih banyaknya pusat terapi pada PDD yang kurang memadai. Maka dari
itu, perancang berencana untuk membuat pusat terapi untuk PDD dengan
fasilitas-fasilitas yang mendukung untuk para penderita, staff pengajar, serta orang tua dari
penderita. Selain itu, perancang ingin membuat suatu fasilitas berupa elemen
interior yang juga dapat digunakan sebagai pengulangan materi ajar yang disebut
dengan wall activity.
Lobi utama akan disediakan dengan tujuan agar para orang tua yang baru
mendaftar dapat langsung mendapatkan informasi Ruang tunggu untuk para orang
tua akan disediakan dan dirancang dengan nyaman dan bersifat kekeluargaan
sehingga para orang tua pun selain mendampingi anaknya dapat juga bertukar
pikiran dengan orang tua lainnya. Kelas-kelas terapi akan disediakan sesuai
5 Universitas Kristen Maranatha agak besar dan semi terbuka agar anak-anak dapat bersosialisasi dengan
teman-temannya secara bebas. Ruang staff pengajar akan disediakan agar para pengajar
dapat beristirahat jika tidak mengajar serta dapat juga bertukar pikiran dengan
pengajar lainnya. Ruang meeting disediakan untuk rapat kecil maupun besar.
Selain ruang-ruang yang disediakan, alur sirkulasi harus terlihat jelas agar
penderita PDD tidak tersesat dan tidak terlalu fokus dengan bentuk yang rumit
(penderita PDD cenderung memperhatikan bentuk-bentuk yang rumit dan menjadi
fokus denna benda tersebut).
1.4 Tujuan Perancangan
Tujuan dari perancangan ini adalah :
Membuat suatu tempat terapi untuk anak berkebutuhan khusus PDD dnegan difasilitasi berbagai fasilitas yang memadai.
Merancang tempat terapi yang menampilkan konsep working memory yang merupakan masalah bagi penderita PDD.
Menerpakan working memory sebagai elemen interior dalam bentuk pengulangan materi ajar yang disebut dengan wall activity.
1.5 Manfaat Perancangan
Manfaat yang diharapakn oleh perancang pada perancangan ini adalah :
Manfaat untuk perancang : mengetahui perancangan mengenai pusat terapi untuk PDD dengan memperhatikan material, warna, dan bentuk yang sesuai
dengan penderita PDD.
Manfaat untuk pembaca : mengetahui masalah-masalah, ciri-ciri, serta karakteristik dari penderita PDD dan bagaimana diterapkan dalam bidang
interior.
Manfaat untuk orang tua penderita PDD : mengetahui perbedaan antara autisma, asperger’s syndrome, rett’s syndrome, CDD, dan PDD-NOS dan
6 Universitas Kristen Maranatha
1.6 Ruang Lingkup Perancangan
Dalam perancangan ini, penulis memberikan ruang lingkup perancangan yang
berkaitan dengan user, fasilitas ruang, serta denah existing yang digunakan.
User utama dalam perancangan ini adlaah anak-anak dengan rentang usia 2-8
tahun, dalam hal ini adalah anak berkebutuhan khusus (ABK) jenis PDD. Selain
itu, staff terapis adalah orang dewasa dengan rentang usia 20-50 tahun.
User pendukung adalah orang tua yang mendampingi anaknya, mengantar jemput,
serta mendaftar untuk terapi.
Fasilitas ruang yang diperlukan dalam merancang pusat terapi PDD adalah sebagai
berikut :
- Lobi utama sebagai area welcoming.
- Ruang tunggu untuk orang tua
- Ruang konsultasi orang tua dan staff terapis
- Ruang terapi, dibedakan berdasarkan jenis terapinya.
76 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa penderita PDD dapat diterapi untuk
menjadi mandiri sesuai dengan tingkatannya. Penderita PDD dengan tingkat high
dapat dimaksimalkan potensinya sehingga mereka dapat berkarya namun tetap
membutuhkan terapi-terapi lainny. Pada dasarnya, PDD bermasalah pada interaksi
77 Universitas Kristen Maranatha dini sehingga dapat diambil langkah mana yang harus diambil ketika anak
terdiagnosis PDD. PDD bukanlah suatu penyakit melainkan sebuah kelainan
dalam perkembangan anak.
Dalam perancangan ini, penulis melihat bahwa adanya material yang tidak boleh
digunakan dan material yang wajib digunakan. Selain itu, penulis juga melihat
materi-materi ajar apa saja yang bisa diterapkan di elemen interior.
5.2 Saran
Dalam merancang sebuah pusat terapi pada PDD harus memperhatikan sirkulasi,
material, bentuk, serta lighting yang benar sehingga tidak membahayakan bagi
78 Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
Alcott, Michael. 2002. An Introduction to Children with Special Educational Needs.
Oxon : Bookpoint.
E., Kosasih. 2012. Cara BijakMemahami Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung :
Yrama Widya.
Handojo. 2003. Autisma. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer Pusponegoro, H.D dan
Purboyo Solek. 2007. Apakah Anak Kita Autis?. Bandung: Trikarsa Multi Media
Sastry, Anjali dan Blaise Aguirre, MD. 2014. Parenting Anak dengan Autisme.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sumber Jurnal :
Wijayanto, Anastasia Vera. 2013. Perancangan Interior Pusat Terapi Anak Autis dan
Indigo Berdasarkan Pendekatan Psikologi Interior di Surabaya. Jurnal Intra
Vol. 1, No.2, p 1-12.
Sumber Internet :
Autis dan Penangannya. http/terapiautis.org/diakses 16 Oktober 2015 pukul 12.25
WIB
Autis di Indonesia. http/: klinikautis.com/2015/09/06/jumlah-penderita-autis-di-Indo-
nesia/diakses 4 Oktober 2015 pukul 21.00 WIB.
Ciri Anak Autis. http/cirianakautis.com/ciri-ciri-autisme-pada-anak/diakses 14
Okto-ber pukul 12.05 WIB.
Definisi Terapi dalam Pendidikan Khas. http/www.scribd.com/doc/13098776/Defini-
si-Terapi-Dalam-Pendidikan-Khas#scribd/diakses 18 Oktober 2015 pukul
79 Universitas Kristen Maranatha Gangguan Down Syndrome pada Anak Usia Dini #1. http/:ourdreamingindonesia.
sch.id/gangguan-down-syndrome-pada-anak-usia-dinil/ diakses 10 Oktober
2015 pukul 16.19 WIB.
Klasifikasi Autisme. http/saktienda.wordpress.com/2010/03/16/autis/diakses 14
Oktober pukul 22.51 WIB.
Penyebab Autisme. http/www.alergon.co.id/penyebab-autisme/diakses 13 Oktober
2015 pukul 21.09 WIB.
Sepuluh Jenis Terapi Autisme.