• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI KEMAMPUAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PENGAWAS SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN MAGELANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONTRIBUSI KEMAMPUAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PENGAWAS SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN MAGELANG."

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

KONTRIBUSI KOMPETENSI KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PENGAWAS SEKOLAH DASAR

DI LINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN MAGELANG

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh:

MERINDA NOORMA NOVIDA SIREGAR NIM: 1101587

(2)

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013

KONTRIBUSI KEMAMPUAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PENGAWAS SEKOLAH DASAR

DI LINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN MAGELANG

Oleh

MERINDA NOORMA NOVIDA SIREGAR, S.Pd.

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister pada Sekolah Pascasarjana

© Merinda Noorma Novida Siregar 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang

(3)

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa

ijin dari penulis.

LEMBAR PENGESAHAN

MERINDA NOORMA NOVIDA SIREGAR, S.Pd. NIM. 1101587

KONTRIBUSI KEMAMPUAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PENGAWAS SEKOLAH DASAR

DI LINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN MAGELANG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Munir, M.IT. NIP. 19660325200112 1 001

(4)

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

Dr. Cicih Sutarsih, M.Pd. NIP. 19700929199802 2 001

Mengetahui

Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan

Prof. H. Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D.

(5)

iv

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

KONTRIBUSI KEMAMPUAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PENGAWAS SEKOLAH DASAR

DI LINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN MAGELANG. Oleh: Merinda Noorma Novida Siregar

(1101587)

ABSTRAK

Kinerja pengawas sekolah menjadi penentu keberhasilan penjaminan mutu pendidikan di tingkat satuan pendidikan. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja pengawas sekolah, dua diantaranya adalah kemampuan kerja dan motivasi kerja. Masalah pokok dalam penelitian ini adalah seberapa besar kontribusi kemampuan kerja dan motivasi kerja secara simultan terhadap kinerja pengawas sekolah dasar (SD) di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Magelang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kinerja pengawas, gambaran kemampuan kerja pengawas, gambaran motivasi kerja pengawas, kontribusi kemampuan kerja terhadap kinerja pengawas, kontribusi motivasi kerja terhadap kinerja pengawas, dan kontribusi kemampuan kerja dan motivasi kerja secara simultan terhadap kinerja pengawas.

Populasi dalam penelitian sebanyak 45 orang pengawas SD di lingkungan Disdikpora Kabupaten Magelang. Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data berupa angket. Analisis deskriptif dengan rumus Weight Means Scores. Pengujian hipotesis menggunakan teknik korelasi dilanjutkan dengan regresi.

Hasil temuan penelitian yang diperoleh ialah: kinerja pengawas sangat tinggi, kemampuan kerja pengawas sangat tinggi, motivasi kerja pengawas sangat tinggi, kemampuan kerja berkontribusi secara signifikan terhadap kinerja pengawas sebesar 56,8% (tinggi); motivasi kerja berkontribusi secara signifikan terhadap kinerja pengawas sebesar 46,4% (tinggi); dan secara simultan kemampuan kerja dan motivasi kerja berkontribusi secara signifikan terhadap kinerja pengawas sebesar 63% (tinggi) dan sebesar 37% dipengaruhi faktor lain.

Berdasarkan temuan hasil penelitian ini maka direkomendasikan: (1) Disdikpora Kabupaten Magelang memberikan reward kepada pengawas untuk mendorong pencapaian prestasi; (2) Disdikpora memberikan kesempatan bagi pengawas untuk dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi; dan (3) Bagi penelitian selanjutnya dapat meneliti faktor lain yang berkontribusi terhadap kinerja pengawas dan diukur melalui persepsi kepala sekolah dan guru atau pihak atasan (Disdikpora) sehingga lebih objektif.

(6)

v

(7)

ix

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

DAFTAR ISI

PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 14

E. Struktur Organisasi Tesis ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 16

A. Kajian Pustaka ... 16

1. Kinerja Pengawas ... 16

2. Kemampuan Kerja Pengawas ... 30

3. Motivasi Kerja Pengawas ... 40

4. Kemampuan Kerja dan Motivasi Kerja Berkontribusi terhadap Kinerja Pengawas ... 44

(8)

x

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

B. Kerangka Pemikiran ... 50

C. Hipotesis Penelitian ... 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 54

A. Lokasi dan Populasi Penelitian ... 54

B. Metode Penelitian ... 55

C. Definisi Operasional ... 56

D. Instrumen Penelitian ... 56

E. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 68

F. Teknik Pengumpulan Data ... 75

G. Analisis Data ... 77

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 87

A. Hasil Penelitian ... 87

1. Deskripsi Data Variabel Kinerja Pengawas (Y) ... 87

2. Deskripsi Data Variabel Kemampuan Kerja (X1) ... 96

3. Deskripsi Data Variabel Motivasi Kerja (X2) ... 104

4. Uji Persyaratan Analisis ... 112

5. Uji Hipotesis Penelitian ... 118

B. Pembahasan ... 128

1. Deskripsi Kinerja Pengawas (Y) Sekolah Dasar di Lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang ... 128

2. Deskripsi Kemampuan Kerja (X1) Pengawas Sekolah Dasar di Lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang ... 132

3. Deskripsi Motivasi Kerja (X2) Pengawas Sekolah Dasar di Lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang ... 137

(9)

xi

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

5. Kontribusi Motivasi Kerja (X1) terhadap Kinerja Pengawas (Y) Sekolah Dasar di Lingkungan Dinas Pendidikan

Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang ... 141

6. Kontribusi Kemampuan Kerja (X1) dan Motivasi Kerja (X2) Secara Simultan terhadap Kinerja Pengawas (Y) Sekolah Dasar di Lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang ... 143

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 147

A. Kesimpulan ... 147

B. Rekomendasi ... 148

DAFTAR PUSTAKA ... 151

(10)

xii

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Hasil Akreditasi BAN-SM Jenjang Sekolah Dasar Kabupaten

Magelang Tahun 2013 ... 7

3.1 Jumlah Pengawas Sekolah Dasar di Lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang ... 54

3.2 Skala Likert ... 57

3.3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Kinerja Pengawas (Y) ... 58

3.4 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Kemampuan Kerja Pengawas (X1) ... 61

3.5 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Motivasi Kerja (X2) ... 65

3.6 Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Pengawas (Y) ... 69

3.7 Hasil Uji Validitas Variabel Kemampuan Kerja (X1)... 71

3.8 Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Kerja (X2) ... 72

3.9 Interpretasi Nilai r ... 74

3.10 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 75

3.11 Konsultasi skor WMS ... 78

3.12 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 81

3.13 Interpretasi Koefisien Determinasi ……… 81

4.1 Deskripsi Data ... 87

4.2 Rata-rata Skor WMS Variabel Kinerja Pengawas (Y) ... 88

4.3 Statistik Deskriptif Variabel Kinerja Pengawas (Y) ... 93

(11)

xiii

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

4.5 Rata-rata Skor WMS Variabel Kemampuan Kerja (X1) ... 96

4.6 Statistik Deskriptif Variabel Kemampuan Kerja (X1) ... 102

4.7 Distribusi Frekuensi Skor Variabel Kompetensi Kerja (X1) ... 103

4.8 Rata-rata Skor WMS Variabel Motivasi Kerja (X2) ... 105

4.9 Statistik Deskriptif Variabel Motivasi Kerja (X2) ... 110

4.10 Distribusi Frekuensi Skor Variabel Motivasi Kerja (X2) ... 111

4.11 Uji Normalitas Variabel Kinerja Pengawas (Y) ... 113

4.12 Uji Normalitas Variabel Kemampuan Kerja (X1)... 113

4.13 Uji Normalitas Variabel Motivasi Kerja (X2) ... 114

4.14 Hasil Perhitungan Uji Linieritas Variabel X1 atas Y ... 115

4.15 Hasil Perhitungan Uji Linieritas Variabel X2 atas Y ... 115

4.17 Hasil Transformasi Data Ordinal ke Data Interval Variabel Kinerja Pengawas (Y) ... 116

4.18 Hasil Transformasi Data Ordinal ke Data Interval Variabel Kemampuan Kerja (X1) ... 117

4.19 Hasil Transformasi Data Ordinal ke Data Interval Variabel Motivasi Kerja (X2) ... 118

4.20 Hasil Uji Korelasi Antarvariabel Penelitian ... 119

4.21 Model Summaryb X1 terhadap Y ... 119

4.22 ANOVAb X1 terhadap Y ... 120

4.23 Coefficientsa X1 terhadap Y ... 120

4.24 Model Summaryb X2 terhadap Y ... 122

4.25 ANOVAb X2 terhadap Y ... 123

4.26 Coefficientsa X2 terhadap Y ... 123

4.27 Model Summaryb X1 dan X2 terhadap Y ... 125

4.28 Coefficientsa X1 dan X2 terhadap Y ... 125

(12)

xiv

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja ... 11

2.1 Fungsi Supervisi ... 19

2.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja Menurut Keith Davis ... 26

2.3 Komponen Kinerja Individual ... 28

2.4 Ciri-ciri Orang yang Termotivasi ... 43

2.5 Kerangka Pemikiran ... 50

2.6 Hubungan Antarvariabel Penelitian ... 51

4.1 Skor Rata-rata Variabel Kinerja Pengawas (Y) ... 93

4.2 Histogram Distribusi Frekuensi Data Variabel Kinerja Pengawas (Y) ... 96

4.3 Skor Rata-rata Variabel Kemampuan Kerja (X1) ... 102

4.4 Histogram Distribusi Frekuensi Data Variabel Kemampuan Kerja (X1) ... 104

4.5 Skor Rata-rata Variabel Motivasi Kerja (X2) ... 110

4.6 Histogram Distribusi Frekuensi Data Variabel Motivasi Kerja (X2).. 112

(13)

xv

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

4.8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 145

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Hasil Akreditasi BAN-SM

2. Angket Uji Coba Penelitian

3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

4. Data Pengawas

5. Angket Penelitian

6. Data Hasil Penelitian

7. Analisis Deskriptif

8. Uji Persyaratan Analisis

9. Uji Hipotesis Penelitian

(14)

1

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan perlu pengelolaan yang baik. Perkembangan keilmuan

pendidikan mulai tahun 1980 memunculkan struktur keilmuan administrasi

pendidikan sebagai keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan dan

memberdayakan segala sumber yang tersedia melalui aktivitas perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan, pemotivasian, pengendalian, pengawasan dan

supervisi, serta penilaian untuk mewujudkan sistem pendidikan yang efektif,

efisien, dan berkualitas. Agar pendidikan berfungsi dan mencapai tujuan

seperti yang telah dirumuskan dalam undang-undang Sisdiknas maka pendidikan harus “diadministrasikan” artinya dikelola sesuai dengan ilmu administrasi (Engkoswara dan Komariah, 2010: 48-52).

Salah satu lingkup kajian Administrasi Pendidikan ialah Manajemen

Sumber Daya Manusia (SDM) karena pendidikan harus dikelola oleh tenaga

yang profesional. Tenaga pendidik seperti guru dan tenaga kependidikan

seperti kepala sekolah, penilik dan pengawas, petugas bimbingan dan

penyuluhan, perencanaan dan pembina kurikulum atau tenaga kependidikan

lainnya yang akan muncul merupakan komponen pendidikan yang penting

sebagai fasilitator bagi peserta didik (Engkoswara dan Komariah, 2010: 62).

Kontribusi SDM dalam suatu organisasi termasuk organisasi pendidikan

memerlukan pengelolaan dan pengembangan yang baik dalam melaksanakan

tugas dan perannya agar dapat memberikan kontribusi optimal dalam upaya

meningkatkan kinerja organisasi, sehingga mereka dapat memberi sumbangan

yang makin meningkat bagi pencapaian tujuan (Suharsaputra, 2010: 153).

Masalah mutu atau kualitas menjadi keharusan dalam setiap elemen

kehidupan dalam menghadapi era globalisasi dimana mutu pendidikanpun

(15)

2

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

(Suharsaputra, 2010: 224). Sesungguhnya ada banyak sumber mutu

pendidikan seperti dikemukakan Sallis (2011: 30-31) yakni misalnya sarana

gedung yang bagus, guru yang terkemuka, nilai moral yang tinggi, hasil ujian

yang memuaskan, spesialisasi atau kejuruan, dorongan orang tua, bisnis dan

komunitas lokal, sumberdaya yang melimpah, aplikasi teknologi mutakhir,

kepemimpinan yang baik dan efektif, perhatian terhadap pelajar dan anak

didik, kurikulum yang memadai, atau juga kombinasi dari faktor-faktor

tersebut.

Sebagai dasar perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan

dalam rangka mencapai mutu pendidikan, pemerintah menyusun Standar

Nasional Pendidikan (SNP) dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun

2005. Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem

pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia

yang terbagi menjadi delapan standar yakni standar isi, standar proses,

standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,

standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan

standar penilaian pendidikan.

Sesuai dengan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan,

ketercapaian tujuan pendidikan nasional bergantung pada kualitas sumber

daya manusia yang mengelolanya, salah satunya ialah pengawas pendidikan.

Untuk sekolah formal, maka pengawasan dilakukan oleh pengawas satuan

pendidikan atau pengawas sekolah.

Kedudukan pengawas dalam institusi pendidikan sangat strategis karena

melakukan penilaian sekaligus pembinaan terhadap kinerja guru, kepala

sekolah, dan staf administrasi dalam pengelolaan pendidikan di sekolah yang

merupakan upaya dalam mencapai tujuan pendidikan nasional yang bermutu.

Pentingnya pengawas dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah maka

ditetapkan standar profesi dan standar kinerja pengawas sekolah dalam

Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas

(16)

3

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

kepribadian, kompetensi supervisi manajerial, kompetensi supervisi

akademik, kompetensi evaluasi pendidikan, kompetensi penelitian

pengembangan, dan kompetensi sosial.

Pengawasan pendidikan sebagai suatu kegiatan strategis yang tidak

terpisahkan dalam manajemen pendidikan guna mencapai mutu pendidikan

seperti diungkapkan Laalisa (2011) bahwa pengawasan pendidikan

merupakan bagian tidak terpisahkan dalam upaya peningkatan prestasi belajar

dan mutu sekolah. Kemudian Sagala (2010: 144) juga mengemukakan bahwa

berhasil tidaknya pengawas sekolah melaksanakan tugas dan

tanggungjawabnya diukur dari penilaian kinerjanya dalam melaksanakan

tugas dan wewenangnya. Peningkatan mutu pendidikan adalah merupakan

salah satu tugas dari supervisor pendidikan atau pengawas sekolah (Imam

Setiyono, 2005).

Stolovitch dan Keeps (dalam Veithzal dkk., 2005: 14) berpendapat bahwa “Kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta”. Maka dapat dikatakan kinerja merupakan pencapaian seseorang berkenaan

dengan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pekerjaan yang diberikan

kepadanya sesuai dengan standar yang ditetapkan. Kinerja pengawas

menggambarkan pencapaian kerjanya dalam melakukan penjaminan mutu

pendidikan di sekolah sesuai dengan standar tugas pokoknya menjalankan

pengawasan akademik dan pengawasan manajerial.

Namun, kinerja pengawas sekolah justru dikeluhkan oleh para guru.

Pengawas justru dinilai menjadi penghambat sekolah dan guru untuk

melakukan terobosan dalam meningkatkan mutu dan layanan pendidikan di

masyarakat. Hal ini sangat timpang dengan fungsi pengawas dalam hal

supervisi pendidikan yang berperan memberikan kemudahan dan membantu

kepala sekolah dan guru mengembangkan potensi secara optimal (Wahyudi,

2009: 97). Padahal Iskandar Hasan (2011) menemukan bahwa seharusnya

(17)

4

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

terjadi peningkatan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Semakin banyak frekuensi supervisi akademik yang dilakukan pengawas

akan dapat meningkatkan kompetensi guru.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ali Unal (2010) terhadap

pengawas pendidikan di Turki juga mengatakan bahwa pengawas belum

dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi kepala sekolah dan guru.

Hasil temuan mengindikasikan bahwa pengawas menilai dirinya sendiri

sebagai orang yang berpengetahuan luas, membantu guru dan kepala sekolah

dalam pendidikan, dan orang yang dapat memudahkan pekerjaan guru dan

kepala sekolah. Beberapa dari pengawas tersebut juga berpikiran bahwa

pekerjaan mereka didasarkan pada otoritas dan pelaporan. Persepsi diri

pengawas yang positif tersebut, berbanding terbalik dengan persepsi kepala

sekolah dan guru. Kepala sekolah dan guru berpendapat bahwa pengawas

sebagai orang yang selalu mencari kesalahan, angkuh, orang yang mencoba

menggunakan kompetensinya dibanding memberikan pengaruh positif bagi

mereka, orang yang tidak meningkatkan kemampuannya, dan orang yang

berpikir bahwa pekerjaannya hanyalah mengikuti aturan saja. Sehingga

terjadi perbedaan hasil persepsi pengawas sendiri dengan persepsi kepala

sekolah dan guru tentang pengawas.

Fathurrohman dan Suryana (2011: 143-145) bahkan mengungkapkan

saat ini posisi pengawas berada pada posisi yang tidak jelas sehingga profesi

pengawas tidak bergengsi di depan guru atau kepala sekolah. Sama halnya dikemukakan Prasetiyo (2012: 12) bahwa: “Penugasan pengawas ke sekolah tidak pernah didukung dengan biaya yang memadai sehingga sebagian beban

itu menjadi tanggungan sekolah. Akibatnya, wibawa pengawas di sekolah terganggu dengan dampak psikologis.” Pernyataan ini didukung temuan Laalisa (2011) atas penelitian yang dilakukan terhadap pengawas sekolah

dasar di Kota Bau-Bau bahwa memang penugasan pengawas sekolah belum

didukung anggaran yang memadai sehingga beberapa tujuan pengawasan

(18)

5

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

dasar di Kota Bau-Bau menyatakan bahwa sumber daya keuangan (anggaran)

kurang memadai.

Keberadaan pengawas sekolah juga sering dikeluhkan karena justru

sering mancari-cari kesalahan daripada mendukung sekolah dan para guru

yang mempunyai ide untuk melakukan terobosan. Para guru menjadi

terhambat dalam mengembangkan ide-ide kreatif atau berimprovisasi dalam

kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) karena indikator penilaian yang

dibuat pengawas tidak sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sekolah. Padahal

seharusnya pengawas melakukan supervisi dan memberikan bantuan kepada

kepala sekolah, guru, dan siswa dalam mengatasi persoalan yang dihadapi

selama proses pendidikan berlangsung di sekolah. Pengawas sekolah di

Indonesia berjumlah sekitar 23.000 orang. Setiap pengawas bertugas

mengawasi 10-15 sekolah atau setara 60 guru. Rolande H. Hofman, Guru

Besar Pendidikan Universitas Groningen Belanda, dalam suatu seminar di

Indonesia, mengatakan, dari hasil penelitiannya pengawas yang efektif dapat

mendorong performa sekolah. Artinya sebaliknya jika kinerja pengawas tidak

optimal maka berdampak pada performa atau mutu sekolah yang diawasinya

(www.nasional.kompas.com).

Pengawas diberikan wewenang dalam melaksanakan supervisi meliputi

supervisi akademik dan supervisi manajerial. Sesuai dengan PP Nomor 74

Tahun 2008 bahwa supervisi akademik merupakan fungsi pengawas yang

berkenaan dengn aspek pelaksanaan tugas pembinaan, pemantauan, penilaian

dan pelatihan profesional guru dalam merencanakan pembelajaran,

melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan

melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada

pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja guru. Berkaitan

dengan implementasi supervisi akademik terhadap proses pembelajaran

tersebut, Ali Sudin (2008) mengungkap hasil penelitian yang dilaksanakan di

Sekolah Dasar se Kabupaten Sumedang bahwa pengawas melaksanakan

(19)

6

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

perencanaan atas tugas pokoknya tersebut. Temuan ini didukung data sebagai

berikut: (1) pelaksanaan pengelolaan pembelajaran sebesar 56,37% dalam

kategori cukup; (2) pelaksanaan akademik pembelajaran sebesar 41% dalam

kategori cukup; (3) pelaksanaan pengembangan profesi guru sebesar 35,97%

dalam kategori kurang; dan pelaksanaan supervisi pembelajaran sebesar

45,27% dalam kategori cukup. Dari hasil penelitian tersebut terindikasi

bahwa pengawas sekolah belum optimal dalam pelaksanaan supervisi

akademik terutama dalam pengembangan profesi guru yang masih dalam

kategori kurang. Bahkan dikatakan bahwa pembinaan yang diberikan

terhadap guru sangat tidak jelas karena pengawas kurang memahami apa

yang seharusnya disupervisi. Dengan demikian ada indikasi bahwa

kemampuan yang dipersyaratkan bagi pengawas sekolah belum sepenuhnya

terpenuhi.

Studi lain juga dilakukan oleh Suliadi (2009) di Malang yang

mengungkapkan bahwa supervisi yang dilaksanakan oleh pengawas sekolah

termasuk dalam kategori rendah. Penelitian Mucthith (2011) bahkan

mengungkap bahwa model pembinaan pengawas sekolah sementara ini masih

belum intensif yang mengacu pada karakteristik pengangkatan, diklat, dan

penilaian kinerja (dalam Utari, 2012).

Perihal penjaminan mutu pendidikan diatur dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 19 Tahun 2005 bahwa setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan

nonformal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan yang bertujuan

untuk memenuhi atau melampaui SNP. Selanjutnya berdasarkan

Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 dinyatakan bahwa penjaminan dan

pengendalian mutu pendidikan perlu dilakukan, salah satunya melalui

program akreditasi sekolah. SNP dijadikan sebagai acuan oleh seluruh

pengelola pendidikan di sekolah untuk mencapai standar minimal yang

ditetapkan. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 bahwa

akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan

(20)

7

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

dan jenis pendidikan. Jadi akreditasi pada setiap jenjang dan satuan

pendidikan dilakukan menggunakan instrumen dan kriteria yang mengacu

pada SNP guna mengupayakan penjaminan mutu pendidikan.

Berkaitan dengan penjaminan mutu pendidikan di sekolah yang

mengacu pada SNP, dalam Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 mengenai

standar pengawas sekolah bahwa pengawas diharuskan memiliki kemampuan

untuk membantu kepala sekolah dengan memantau pelaksanaan standar

nasional pendidikan dan memanfaatkan hasil-hasilnya untuk membantu

kepala sekolah dalam mempersiapkan akreditasi sekolah. Akreditasi sekolah

adalah proses penilaian secara komprehensif terhadap kelayakan satuan atau

program pendidikan yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk sertifikat

pengakuan dan peringkat kelayakan sekolah. Dapat dikatakan bahwa hasil

akreditasi mencerminkan kinerja seluruh pengelola pendidikan di sekolah

salah satunya adalah pengawas sekolah sebagai penjamin mutu pendidikan di

sekolah karena perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan menjadi

komitmen bersama sehingga menjadi tanggung jawab bersama termasuk

pengawas sekolah.

Akreditasi sekolah merupakan salah satu pengukur ketercapaian SNP

yang dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah

(BAN-SM). Namun, hasil akreditasi yang dilakukan oleh BAN-SM terhadap sekolah

dasar di Kabupaten Magelang menunjukkan belum optimalnya pencapaian

SNP. Padahal sekolah dasar merupakan jenjang paling dasar pada pendidikan

formal di Indonesia yang ditempuh dalam waktu enam tahun dan melandasi

jenjang pendidikan menengah. Hasil akreditasi sekolah dasar di Kabupaten

Magelang seperti terlihat dalam tabel berikut:

Tabel 1.1

Hasil Akreditasi BAN-SM Jenjang Sekolah Dasar Kabupaten Magelang Tahun 2013

PERINGKAT AKREDITASI

KATEGORI AKREDITASI

JUMLAH

(21)

8

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

A Sangat Baik 128 18,85%

B Baik 530 78,06%

C Cukup Baik 21 3,09%

Total 679

(sumber: www.ban-sm.or.id)

Dari data tersebut terlihat bahwa peringkat akreditasi jenjang sekolah

dasar di Kabupaten Magelang rata-rata dalam peringkat B dalam kategori

baik sehingga dikatakan belum optimal memenuhi SNP yang dipersyaratkan.

Bahkan sekolah yang mencapai standar minimal yang diterapkan dengan

peringkat A hanya 18,85% dari total sekolah yang ada di Kabupaten

Magelang. Dari hasil ini tergambar bahwa penjaminan mutu pendidikan di

sekolah masih belum optimal. Pihak yang bertanggung jawab dalam

pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan di sekolah ialah pengawas sekolah

sehingga secara tidak langsung hasil ini mencerminkan bagaimana pengawas

melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya di sekolah.

Tidak optimalnya kinerja pengawas artinya prestasi kerjanya kurang

baik yang dipengaruhi banyak hal, diantaranya faktor kemampuan kerja yang

dimiliki pengawas dan motivasi kerja seperti yang diformulasikan Vroom

(dalam Wahyudi 2009: 81) bahwa produktivitas yang diartikan sebagai

kinerja sebagai fungsi perkalian antara motivasi dan kemampuan. Jadi dapat

dikatakan bahwa kinerja pengawas dapat ditingkatkan jika kemampuan kerja

terpenuhi dan memiliki motivasi kerja tinggi.

Ornstone dan Shaw (Fathurrohman dan Suryana, 2011: 165)

mengemukakan bahwa ketentuan mengenai jabatan fungsional pengawas

sekolah merupakan upaya untuk menciptakan standar profesi dan standar

kinerja pengawas agar quality assurance pelaksanaan supervisi pendidikan

menjadi lebih jelas. Senada dengan pendapat Laalisa (2011) yang menyatakan

bahwa efektivitas pengawasan tidak terlepas dari standar mutu pengawas

sekolah yang ditetapkan pemerintah dalam Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar

(22)

9

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

nasional terdiri atas pengawas Taman Kanak-Kanak, pengawas Sekolah

Dasar, pemgawas mata pelajaran/rumpun mata pelajaran, pengawas

pendidikan luar biasa, dan pengawas bimbingan dan konseling (Buku Kerja

Pengawas, 2011: 7-8). Kinerja pengawas akan baik jika ia mempunyai

keahlian yang tinggi, artinya ia profesional dalam melaksanakan tugas dan

tanggungjawabnya.

Jabatan pengawas merupakan jabatan fungsional yang strategis dalam

upaya peningkatan mutu pendidikan, sehingga dituntut memiliki kemampuan

kerja yang dipersyaratkan untuk menjalankan fungsi dan tugasnya. Faktor

kemampuan ini bila tidak terpenuhi bisa menjadi penghambat pelaksanaan

tugas pengawas seperti Ali Sudin (2008) katakan bahwa “Faktor penghambat

dalam efektivitas pembinaan guru lebih kepada faktor pribadi; yakni

kemampuan para pengawas pendidikan untuk melaksanakan pembinaan

profesional guru secara efektif karena keterbatasan pengetahuan,

keterampilan, dan bahkan kepribadiannya.” Berarti jelas bahwa kemampuan

yang seharusnya dimiliki pengawas tidak sepenuhnya terpenuhi.

Selain kemampuan kerja, motivasi kerja juga berpengaruh terhadap

kinerja pengawas sesuai formulasi Keith Davis (dalam Mangkunegara, 2009:

13) bahwa terdapat dua unsur yang menentukan performance yakni ability

(kemampuan) dan motivation. Motivasi menurut G.R. Terry (dalam

Sedarmayanti, 2010: 233) adalah keinginan yang terdapat pada seorang

individu yang merangsangnya melakukan tindakan. Berarti motivasi kerja

pengawas ialah keinginan yang menjadi dorongan dari dalam diri pengawas

untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pengawas sekolah.

Pernyataan Ketua KKPS (Kelompok Kerja Pengawas Sekolah)

se-Kabupaten Sumedang yang dikutip Ali Sudin (2008) mengatakan bahwa yang

memperburuk citra dan kinerja pengawas sekolah adalah latar belakang

pengawas yang tidak menguasai bidangnya serta tidak cukup memiliki

motivasi yang tinggi dalam menjalankan tugasnya. Dari pernyataan ketua

(23)

10

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

dengan kinerjanya yang dipengaruhi oleh kurangnya kemampuan penguasaan

bidang kepengawasan atau kompetensi kerja pengawas dan kurangnya

motivasi kerja dalam menjalankan tugas kepengawasan.

Namun, pengawas sendiri menemukan beberapa kelemahan dalam

melaksanakan kepengawasan diantaranya berupa guru kelas yang tidak

mengacu pada kurikulum untuk materi yang diajarkan, ketidakmampuan

dalam menganalisis materi, ketidakmapuan guru kelas dalam menganalisis

hasil evaluasi belajar anak didik, dan ketidakmampuan dalam menyajikan

materi dengan baik. Selain itu, yang juga menjadi hambatan dalam

pelaksanaan tugas kepengawasan ialah masalah anggaran untuk pelaksanaan

pengawasan sekolah dasar maka direkomendasikan adanya peningkatan

anggaran dari Dinas Pendidikan (Laalisa, 2011). Arikunto, Suyanto, dan

Raharja (2006) juga menemukan hambatan dari segi lingkungan atau kultur

sekolah sebagai komponen objek pengawasan yang belum tergarap intensif.

Kinerja menjadi hal yang penting bagi pengawas dalam melaksanakan

pengawasan pendidikan di sekolah yang dapat dipengaruhi oleh dua unsur

yakni kemampuan berupa kompetensi kerja dan juga faktor motivasi kerja.

Oleh karena itu kinerja pengawas sekolah dalam sebuah lembaga pendidikan

menarik untuk diteliti karena pengawas sebagai supervisor pendidikan yakni

pihak yang menjaga mutu pendidikan sesuai standar tugas pokok pengawas di

sekolah harus memiliki kemampuan kerja yang sesuai dan memiliki motivasi

kerja. Pengawas sekolah di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Magelang terdiri dari pengawas TK/RA, pengawas

SD/MI, pengawas SMP/MTs, pengawas SMA/MA, dan pengawas

SMK/MAK. Pengawas SD dalam lingkup Kabupaten Magelang berjumlah 45

orang yang berkentor di 21 Unit Pelaksana Teknis Disdikpora (UPTD)

Kecamatan yang melakukan pengawasan terhadap 1.516 guru se-Kabupaten

Magelang (sumber: Disdikpora Kabupaten Magelang).

Sesuai arah kebijakan nasional serta memperhatikan masalah dan

(24)

11

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

Pemerintah Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah menetapkan prioritas

program pembangunan pendidikan yakni perluasan dan pemerataan akses

pendidikan, peningkatan mutu pendidikan, dan pengembangan manajemen

sekolah dengan menerapkan prinsip good governance

(www.magelang2.magelangkab.go.id). Jelas dicantumkan dalam Buku Kerja

Pengawas (2011: 1) bahwa peningkatan mutu pendidikan di sekolah menjadi

bagian dari peran strategis pengawas sekolah sebagai salah satu tenaga

kependidikan. Suhardan (2007) menegaskan hal ini dengan pernyataannya, “Sistem kepengawasan yang tidak profesional merupakan salah satu mata rantai penyebab rendahnya mutu pendidikan nasional.”

Berdasarkan uraian fenomena-fenomena di atas maka peneliti tertarik

untuk membuktikan apakah faktor kemampuan kerja dan motivasi kerja

memang berkontribusi terhadap kinerja pengawas di lingkungan Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang Jawa Tengah dengan

mengadakan penelitian berjudul “Kontribusi Kemampuan Kerja dan Motivasi

Kerja terhadap Kinerja Pengawas Sekolah Dasar di Lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang.”

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang dikemukakan, masalah yang dapat

diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja pengawas dalam pelaksanaan

(25)

12

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

Gambar 1.1

Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja Pengawas

2. Dari berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kinerja pengawas,

tampak bahwa permasalahan yang muncul bersumber dari dalam diri

pengawas sekolah itu sendiri artinya dari faktor internal yakni

kemampuan kerja dan motivasi kerja pengawas.

3. Masih adanya pengawas yang tidak menguasai bidangnya sehingga

memperburuk citra dan kinerja pengawas sekolah di mata guru, kepala

sekolah, dan pihak sekolah lainnya.

4. Masih banyaknya pengawas yang kinerjanya dikeluhkan karena justru

dinilai menjadi penghambat sekolah dan guru untuk melakukan

terobosan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

Berbagai masalah yang telah dipaparkan selanjutnya dirumuskan dalam

bentuk kalimat tanya yang menggambarkan variabel-variabel yang diteliti dan

keterkaitan antarvariabel tersebut. Rumusan masalah merupakan suatu

pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data.

Rumusan masalah harus didasarkan pada masalah penelitian (Sugiyono,

2011: 58).

Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Kinerja

Pengawas Motivasi Kerja

Kemampuan Kerja

Kompensasi

Lingkungan Nilai-nilai

(values) Kejelasan peran

(26)

13

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

1. Bagaimana gambaran kinerja pengawas sekolah dasar di lingkungan

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang?

2. Bagaimana gambaran kemampuan kerja pengawas sekolah dasar di

lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten

Magelang?

3. Bagaimana gambaran motivasi kerja pengawas sekolah dasar di

lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten

Magelang?

4. Seberapa besar kontribusi kemampuan kerja terhadap kinerja pengawas

sekolah dasar di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Magelang?

5. Seberapa besar kontribusi motivasi kerja terhadap kinerja pengawas

sekolah dasar di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Magelang?

6. Seberapa besar kontribusi kemampuan kerja dan motivasi kerja secara

simultan terhadap kinerja pengawas sekolah dasar di lingkungan Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan rumusan kalimat yang menunjukkan adanya

sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai (Arikunto, 2006: 58).

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini dibagai

menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data

dan informasi mengenai kemampuan kerja dan motivasi kerja yang

dimiliki pengawas yang berkontribusi terhadap kinerja pengawas sekolah

dasar di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten

Magelang.

(27)

14

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

Secara khusus penelitian ini bertujuan:

a. Untuk mengetahui gambaran kinerja pengawas sekolah dasar di

lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten

Magelang.

b. Untuk mengetahui gambaran kemampuan kerja pengawas sekolah

dasar di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Magelang.

c. Untuk mengetahui gambaran motivasi kerja pengawas sekolah dasar

di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten

Magelang.

d. Untuk menganalisa kontribusi kemampuan kerja terhadap kinerja

pengawas sekolah dasar di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Magelang.

e. Untuk menganalisa kontribusi motivasi kerja terhadap kinerja

pengawas sekolah dasar di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Magelang.

f. Untuk menganalisa kontribusi kemampuan kerja dan motivasi kerja

secara simultan terhadap kinerja pengawas sekolah dasar di

lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten

Magelang.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian merupakan kelanjutan dari tujuan penelitian apabila

peneliti telah selesai mengadakan penelitian dan memperoleh hasil (Arikunto,

2006: 60). Dari hasil penelitian ini nantinya penulis berharap ada manfaat

yang akan diperoleh baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam

memberikan tambahan wawasan berpikir ilmiah sehingga dapat

(28)

15

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

Administrasi Pendidikan khususnya mengenai kinerja pengawas sekolah

dilihat dari faktor kemampuan yakni kemampuan kerja dan faktor

motivasi kerja yang dimiliki pengawas.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan dan

pertimbangan bagi para pembuat kebijakan dalam hal pemecahan

masalah di dunia pengawasan pendidikan pada tingkat satuan

pendidikan khususnya tingkat Sekolah Dasar terutama dalam hal

kinerja pengawasnya.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran bagi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten

Magelang dalam meningkatkan kinerja pengawas sekolah khususnya

pengawas Sekolah Dasar.

c. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi

para guru dan kepala sekolah yang memiliki keinginan untuk

menjadi pengawas sekolah.

d. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai temuan

awal tentang kinerja pengawas yang dapat meningkatkan

pengetahuan dan pengalaman sebagai peneliti.

e. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat digunakan sebagai

acuan untuk melaksanakan penelitian dengan cakupan yang lebih

luas dan mendalam mengenai kinerja pengawas.

E. Struktur Organisasi Tesis

Penyusunan tesis ini dibagi dalam lima bab. BAB I adalah Pendahuluan

yang merupakan bagian awal dari tesis dan berisi latar belakang penelitian,

identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat

(29)

16

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

BAB II merupakan Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis

Penelitian. Kajian pustaka terdiri atas konsep-konsep atau teori-teori atas

variabel yang dikaji dalam penelitian yakni konsep tentang kinerja pengawas,

kemampuan kerja pengawas, dan motivasi kerja pengawas. Selain

konsep-konsep atau teori-teori, dalam kajian pustaka juga terdapat penelitian

terdahulu yang relevan. Selanjutnya dalam Bab ini juga disajikan kerangka

pemikiran dan hipotesis penelitian.

BAB III adalah Metodologi Penelitian yang terdiri dari lokasi dan

populasi penelitian, desain penelitian, definisi operasional, instrumen

penelitian beserta proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data,

dan analisis data.

BAB IV merupakan Hasil Penelitian dan Pembahasan yakni berisi

deskripsi dari temuan yang diperoleh di lapangan, pengujian hipotesis, dan

pembahasan hasil sesuai konsep yang digunakan.

BAB V adalah bab penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan

Rekomendasi yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap

(30)

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Populasi Penelitian

Penelitian dilakukan di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Magelang yang beralamat di kompleks Kantor Bupati

Magelang, Jl. Letnan Tukiyat, Kota Mungkid, Magelang, Jawa Tengah.

Namun, pengawas Sekolah Dasar berkantor di setiap kecamatan yang ada di

Kabupaten Magelang, maka penelitian dilakukan di 21 UPT Disdikpora

Kecamatan dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.1

Jumlah Pengawas Sekolah Dasar di Lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang

UPT Disdikpora Jumlah Pengawas SD

Kecamatan Bandongan 2

Kecamatan Borobudur 2

Kecamatan Candimulyo 3

Kecamatan Dukun 2

Kecamatan Grabag 3

Kecamatan Kajoran 2

Kecamatan Kaliangkrik 2

Kecamatan Mertoyudan 3

Kecamatan Mungkid 1

Kecamatan Muntilan 3

Kecamatan Ngablak 2

Kecamatan Ngluwar 1

Kecamatan Pakis 2

Kecamatan Salam 2

Kecamatan Salaman 2

Kecamatan Sawangan 3

Kecamatan Secang 2

Kecamatan Srumbung 2

Kecamatan Tegalrejo 2

Kecamatan Tempuran 2

Kecamatan Windusari 2

(31)

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

“Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian” (Arikunto, 2006: 108). Senada dengan pendapat Sugiyono (2011: 119) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Pengawas sekolah dasar (SD) di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda

dan Olahraga Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah yang selanjutnya

disebut sebagai responden berjumlah 45 orang. Populasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah seluruh pengawas sekolah dasar (SD) berjumlah

45 orang maka disebut penelitian populasi. Sesuai pendapat Arikunto (2006: 134) bahwa “Sebagai ancer-ancer apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.”

B. Metode Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan

kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menurut Sugiyono (2011: 11) diartikan

sebagai metode penelitian yang berlandaskan filsafat positivisme, digunakan

untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data mengginakan

instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan

untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2011: 3).

Metode penelitian yang dipilih mengarahkan peneliti untuk melaksanakan

penelitian sesuai dengan langkah yang tepat untuk memecahkan masalah.

Metode penelitian ini ialah metode deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan

menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik

mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Penelitian deskriptif

(32)

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk

difahami dan disimpulkan (Azwar, 2007: 6-7).

C. Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan setiap variabel

menjadi lebih operasional dalam penelitian ini. Definisi operasional untuk

setiap variabel dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Kinerja pengawas (Y) adalah kesesuaian kemampuan kerja yang

diperlihatkan oleh pengawas untuk memeroleh hasil kerja yang optimal

dalam pelaksanaan tugas pengawasan akademik dan manajerial pada

level Sekolah Dasar (SD) dibandingkan dengan standar tugas pokok

pengawasan yang dipengaruhi faktor kemampuan (ability) dan motivasi

(motivation) yang diukur dari dimensi usaha yang dicurahkan,

kemampuan individual, dan dukungan organisasional.

2. Kemampuan kerja pengawas (X1) adalah seperangkat pengetahuan

(knowledge) dan keterampilan (skill) yang dimiliki pengawas sekolah

dasar (SD) untuk melakukan pekerjaannya dengan baik meliputi

kemampuan melakukan supervisi akademik dan kemampuan supervisi

manajerial. Kemampuan kerja pengawas mencakup kemampuan

mengembangkan orang, kemampuan merancang dan mengembangkan

kurikulum, kemampuan meningkatkan pengajaran di kelas, kemampuan

melakukan kerjasama, kemampuan mengadakan pengembangan staf, dan

kemampuan administratif.

3. Motivasi kerja pengawas (X2) merupakan dorongan dari dalam diri

pengawas Sekolah Dasar (SD) untuk giat bekerja dan melaksanakan

pekerjaan, tugas, dan tanggung jawabnya yang terlihat pada unjuk

kerjanya. Motivasi kerja pengawas dipengaruhi oleh faktor higiene dan

faktor motivator.

(33)

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka

harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian dinamakan

instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang

digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono,

2011: 147-148).

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah kuesioner atau

angket. Untuk instrumen angket atau kuesioner ini digunakan analisis statistik

kuantitatif sehingga data harus berupa angka. Untuk setiap pernyataan

diberikan nilai atau skor berdasarkan skala Likert yang dimodifikasi sebagai

berikut:

Tabel 3.2 Skala Likert

Alternatif Jawaban Skor untuk pernyataan

Selalu (SL) 4

Sering (SR) 3

Jarang (JR) 2

Tidak Pernah (TP) 1

Dalam menyusun instrumen penelitian dalam hal ini berupa kuesioner

atau angket, maka peneliti perlu menyusun sebuah rancangan penyusunan instrumen yang dikenal dengan istilah “kisi-kisi”. Menurut pengertiannya, kisi-kisi adalah sebuah tabel yang menunjukkan hubungan antara hal-hal yang

disebutkan dalam baris dengan hal-hal yang disebutkan dalam kolom.

Kisi-kisi penyusunan instrumen menunjukkan kaitan antara variabel yang diteliti

dengan sumber data darimana data akan diambil, metode yang digunakan,

dan instrumen yang disusun (Arikunto, 2006: 162).

(34)

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel Kinerja Pengawas (Y)

Definisi Konseptual Definisi Operasional Dimensi Aspek Indikator Nomor

Item

- Kinerja sebagai ukuran kesuksesan dalam Veithzal dkk., 2005: 15; Kirkpatrick dan Nixon dalam Sagala, 2010: 179; dan Wibowo: 2009: 7).

- Moeheriono (2009: 60) menjabarkan kinerja dan manajerial pada level Sekolah Dasar (SD) yang diukur dari dimensi usaha yang dicurahkan,

a. Motivasi  Memotivasi guru dan kepala sekolah.

 Pengakuan dan penghargaan.

 Mengusahakan prestasi sekolah binaan.

1, 2

3 4, 5

b. Etika Kerja  Kerapihan dalam bekerja.

 Metode Kerja

6 7 c. Kehadiran  Tepat waktu.

 Kehadiran dalam tugas.

8

 Evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan.

(35)

suatu program kegiatan

Definisi Konseptual Definisi Operasional Dimensi Aspek Indikator Nomor

Item

atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis organisasi.

- Mathis dan Jackson (2006: 113-114) menyatakan bahwa ada tiga faktor utama yang memengaruhi bagaimana individu yang ada dalam organisasi bekerja untuk

a. Bakat  Sebagai mediator.

 Komunikasi.

 Terbuka terhadap kritik.

19

c. Standar Kinerja  Berpedoman pada buku kerja pengawas.

 Penyampaian laporan hasil pelaksanaan tugas.

 Melakukan pembinaan kepada guru dan kepala sekolah.

 Melakukan pemantauan pelaksanaan SNP.

(36)

Definisi Konseptual Definisi Operasional Dimensi Aspek Indikator Nomor Item  Membantu kepala sekolah

melakukan Evaluasi Diri Sekolah (EDS).

 Membantu kepala sekolah mempersiapkan akreditasi sekolah.

29

30

d. Manajemen dan Rekan Kerja. 

Working in group.

 Aktif dalam asosiasi pengawas sekolah.

 Mendampingi kegiatan KKG-MGMP dan KKKS dan MKKKS.

31 32

33

(37)

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel Kemampuan Kerja Pengawas (X1)

Definisi Konseptual Definisi Operasional Dimensi Aspek Indikator Nomor

Item

- Menurut Gibson (dalam Suharsaputra, 2010: 147) ditekankan oleh Zane K. Quible (dalam sekolah dasar (SD) untuk melakukan pekerjaannya

 Mampu membantu guru mendesain pengalaman belajar untuk siswa.

 Mampu mendorong kepala sekolah mengembangkan dirinya.

 Mampu membantu guru dan kepala sekolah

mengembangkan kemampuan mereka.

 Mampu mendorong guru dan kepala sekolah merefleksikan

 Mampu bekerjasama dengan guru dan kepala sekolah dalam mengembangkan kurikulum.

 Sebagai sumber informasi adanya perubahan atau perbaikan kurikulum.

 Mampu memberikan solusi

5

6, 7

(38)

seseorang dapat kemampuan mengadakan konkrit terhadap

permasalahan pelaksanaan

Definisi Konseptual Definisi Operasional Dimensi Aspek Indikator Nomor

Item

melakukan pekerjaan, bakat akan peran dalam membantu melaksanakan skill areas of supervision yang harus dimiliki

 Mampu memahami berbagai bidang studi dan

perkembangannya yang relevan di sekolah.

 Mampu membantu guru menyusun silabus dan RPP.

 Mampu membantu guru memperkaya materi sesuai tingkatan kelas.

 Menguasai teori dan konsep pembelajaran.

 Mampu membantu guru memahami dan memilih teknik pembelajaran.

 Mampu menyusun kriteria dan indikator keberhasilan.

(39)

Mengembangkan Kurikulum).

c. Improving classroom

 Mampu membimbing guru dalam menyusun PTK.

18

Definisi Konseptual Definisi Operasional Dimensi Aspek Indikator Nomor

Item

 Mampu bekerja dalam kelompok.

Mampu menjadi public relation bagi sekolah.

 Aktif dalam kegiatan asosiasi pengawas sekolah. kepala sekolah dan guru.

 Mampu merencanakan kegiatan pengembangan kepala sekolah dan guru.

 Mampu menilai kinerja kepala sekolah dan guru.

 Memiliki ketajaman dalam melihat potensi seluruh

(40)

Administratif. bekerja dan mampu memberikan saran

pemecahan masalah kepada guru dan kepala sekolah.

Definisi Konseptual Definisi Operasional Dimensi Aspek Indikator Nomor

Item  Mampu membimbing

pengelolaan administratif kepala sekolah dan guru.

 Mampu memantau pelaksanaan SNP.

29

30, 31

(41)

Tabel 3.5

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel Motivasi Kerja (X2)

Definisi Konseptual Definisi Operasional Dimensi Aspek Indikator Nomor

Item dan Tanjung, 2004: 12; dan GR Terry dalam Hasibuan, 2005: 145).

- Berdasarkan teori yang dikemukakan Frederick

Motivasi kerja (X2) merupakan dorongan dari dalam diri pengawas Sekolah Dasar (SD) untuk giat bekerja dan melaksanakan pekerjaan,

a. Gaji.  Besarnya tunjangan fungsional.

Aman dan nyaman bekerja. 4

c. Kondisi Kerja.  Kerapihan tempat kerja.

 Ketepatan waktu.

 Kemandirian dalam bekerja.

5 6 7 d. Status.  Diakui keberadaannya

sebagai pengawas.

8, 9

e. Prosedur Kerja.  Merencanakan, mengupayakan dan mengusahakan semua pekerjaan.

 Berpedoman pada buku kerja pengawas sekolah.

10, 11

(42)

Herzberg (Ivancevich, Konopaske, dan Matteson, 2007; dan Mathis & Jackson, 2006) mengasumsikan dua faktor dalam motivasi yakni faktor higiene dan

 Konsisten dalam

 Menjalin kerjasama dengan kepala sekolah dan guru.

14

Definisi Konseptual Definisi Operasional Dimensi Aspek Indikator Nomor

Item

faktor motivator.  Terjalin keakraban (tanpa

gap) dengan guru dan kepala sekolah.

15

2. Motivator (satisfier)

a. Pencapaian.  Berusaha untuk mencapai prestasi dalam bekerja.

 Bangga dengan prestasi yang diperoleh.

 Memiliki target keberhasilan.

16

17

18 b. Pengakuan.  Penghargaan atas prestasi.

 Diterima dan dihormati di tempat kerja.

 Komitmen pada tugas.

 Optimis/tidak mudah menyerah.

22 23,24

25

d. Kemajuan.  Peduli pada tujuan organisasi.

(43)

 Cepat, tepat, dan proaktif. 28, 29 e. Pekerjaan itu

sendiri. 

Pekerjaan sebagai pengawas memiliki arti bagi diri pengawas.

30

f. Kemungkinan untuk tumbuh. 

Kesempatan untuk mengembangkan kemampuan.

31

Definisi Konseptual Definisi Operasional Dimensi Aspek Indikator Nomor

Item  Kesempatan promosi jabatan.

 Percaya diri.

32 33

(44)

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

E. Pengembangan Instrumen Penelitian

Untuk memeroleh kuesioner dengan hasil yang mantap adalah dengan

proses uji coba atas kuesioner yang telah disusun (Arikunto, 2006: 226).

Supaya diperoleh data penelitian yang valid dan reliabel, maka sebelum

instrumen kuesioner tersebut diberikan kepada responden, maka perlu diuji

validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu (Sugiyono, 2009: 203).

Uji coba instrumen dilakukan kepada 10 orang pengawas Sekolah Dasar

di Kabupaten Bandung Barat yakni di luar populasi dengan pertimbangan

memiliki karakteristik mendekati karakteristik populasi yakni pengawas

sekolah dasar di lingkungan Kabupaten dimana pengawas berkantor di Unit

Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Pendidikan di setiap Kecamatan. Seperti

dikemukakan Arikunto (2006: 210) bahwa apabila dimungkinkan sebaiknya

subjek uji coba diambilkan dari populasi yang nantinya tidak akan dikenai

penelitian artinya boleh mengambil dari luar populasi dengan syarat bahwa

ciri-cirinya sama atau hampir sama dengan ciri-ciri populasi yang akan

diselidiki misalnya kesamaan kebudayaan, adat-istiadat, agama, cara hidup,

dan sebagainya yang paling banyak memengaruhi data penelitian.

1. Uji Validitas

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk

mendapatan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut

dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono,

2009: 173). Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan

tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen

yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi (Arikunto, 2006: 168).

Untuk menguji validitas butir soal digunakan korelasi product moment

dengan rumus sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

(45)

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

rXY = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y N = Jumlah responden

untuk memudahkan penghitungan maka digunakan program SPSS

(Statistical Product and Service Solution) PASW Statistic 18.

Instrumen penelitian diujicobakan kepada 10 orang responden

dengan hasil uji validitas menggunakan SPSS 18.0 sebagai berikut:

Tabel 3.6

Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Pengawas (Y)

Nomor Butir

Pearson

Correlation N r tabel Validitas Keterangan

(46)

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

Correlation N r tabel Validitas Keterangan

24 0,876 10 0,632 Valid

Hasil pengujian r dikonsultasikan terhadap r product moment atau r tabel.

Berdasarkan nilai r product moment untuk 10 responden uji coba pada

taraf signifikansi 5% ialah 0,632. Dari pengujian ini diperoleh hasil

bahwa dari 35 butir kuesioner variabel Kinerja Pengawas (Y) 5 butir

dinyatakan tidak valid yakni butir nomor 2, 6, 17, 25, dan 31.

1) Nomor 2 diperbaiki menjadi “Mendukung guru yang dibina untuk meningkatkan pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi”. 2) Nomor 6 diperbaiki menjadi “Bekerja dalam lingkungan kerja

yang rapi dan teratur”.

3) Nomor 17 dihapus karena kurang esensial dengan aspek yang ada

dan telah terwakili dengan butir nomor 18 dalam satu indikator

yang sama.

4) Nomor 25 dihapus karena kurang esensial dan kurang relevan

dengan aspek yang ada.

(47)

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

Sementara itu, hasil pengujian validitas butir angket untuk variabel

Kemampuan Kerja (X1) menunjukkan bahwa dari 44 butir pernyataan

dinyatakan 7 butir tidak valid yaitu butir nomor 7, 14, 22, 25, 33, 37, dan

44.

Tabel 3.7

Hasil Uji Validitas Variabel Kemampuan Kerja (X1)

Nomor Butir

Pearson

Correlation N r tabel Validitas Keterangan

(48)

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

39 0,690 10 0,632 Valid

40 0,940 10 0,632 Valid

41 0,690 10 0,632 Valid

42 0,901 10 0,632 Valid

43 0,804 10 0,632 Valid

44 0,230 10 0,632 Tidak Valid Diperbaiki

1) Nomor 7 diperbaiki menjadi “Menganalisis kebutuhan pengembangan kemampuan guru dan kepala sekolah.”

2) Nomor 14 diperbaiki menjadi “Mengupayakan kegiatan pelatihan

bagi guru dan kepala sekolah.”

3) Nomor 22 diperbaiki menjadi “Membimbing guru dalam memahami prosedur penyusunan RPP yang benar.”

4) Nomor 25 dihapus kurang esensial dengan aspek yang ada dan

telah terwakili dengan butir nomor 24 dalam satu indikator yang

sama.

5) Nomor 33 diperbaiki menjadi “Melakukan penelitian untuk

memecahkan masalah yang berkaitan dengan tugas kepengawasan”.

6) Nomor 37 dihapus karena kurang esensial dengan aspek yang ada

dan telah terwakili butir nomor 35 dan 36 dalam satu indikator

yang sama.

7) Nomor 44 diperbaiki menjadi “Menjadi anggota aktif dalam kelompok kerja pengawas”.

Namun, karena terjadi perubahan kisi-kisi instrumen untuk variabel

kemampuan kerja (X1) maka terdapat perubahan dalam penyusunan

nomor butir.

Sedangkan pengujian validitas terhadap 34 butir pernyataan

variabel Motivasi Kerja (X2) terdapat 5 butir yang dinyatakan tidak valid

(49)

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

Tabel 3.8

Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Kerja (X2)

Nomor Butir

Pearson

Correlation N r tabel Validitas Keterangan

1 0,273 10 0,632 Tidak Valid Dihapus

Correlation N r tabel Validitas Keterangan

6 0,870 10 0,632 Valid

1) Nomor 1 dihapus karena tidak esensial dan kurang sesuai dengan

aspek yang ada.

(50)

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

3) Nomor 12 diperbaiki menjadi “Mengupayakan dan mengusahakan prestasi tinggi dalam bekerja” dan menjadi butir nomor 11 dalam angket penelitian.

4) Nomor 20 diperbaiki menjadi “Menerima penghargaan dari atasan atas prestasi yang diperoleh” dan menjadi butir nomor 19 dalam angket penelitian.

5) Nomor 34 diperbaiki menjadi “Percaya pada kemampuan diri dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab pekerjaan” dan menjadi butir nomor 33 dalam angket penelitian.

2. Uji Reliabilitas

Secara sederhana, reliabilitas (reliability) berarti tahan uji atau

dapat dipercaya. Sebuah alat evaluasi dipandang reliabel (reliable) atau

tahan uji, apabila memiliki konsistensi atau keajegan hasil (Syah, 2008:

145). Jadi reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat

pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Uji reabilitas instrumen

dalam penelitian ini digunakan rumus Alpha Cronbach atau Rumus

Alpha karena digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang

skornya bukan 1 dan 0 yakni untuk angket (kuesioner) dengan rumus:

(

)

Keterangan :

rII = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal ∑ = Jumlah varian butir

σ2

t = Varians total

(Arikunto, 2006: 196).

Harga r11 dikonsultasikan dengan tabel r product moment. Instrumen

dikatakan reliabel jika r II > r tabel dan sebaliknya jika r II < r tabel instrumen

(51)

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

Tabel 3.9 Interpretasi Nilai r

Besarnya nilai r Interpretasi

Antara 0,800 sampai dengan 1,000 Antara 0,600 sampai dengan 0,799 Antara 0,400 sampai dengan 0,599 Antara 0,200 sampai dengan 0,399 Antara 0,000 sampai dengan 0,199

Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah

(Arikunto, 2006: 75)

Pengukuran reliabilitas instrumen yang diujicobakan pada 10 orang

responden di luar populasi dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach

pada taraf signifikansi 5% menunjukkan hasil sebagai berikut:

Tabel 3.10

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Variabel rII Interpretasi

Y 0,975 Sangat Tinggi X1 0,978 Sangat Tinggi

X2 0,973 Sangat Tinggi

Dari hasil uji reliabilitas tersebut dapat disimpulkan bahwa angket yang

telah diujicobakan memiliki reliabilitas sangat tinggi sehingga memenuhi

syarat untuk digunakan sebagai instrumen penelitian terhadap populasi yang

telah ditentukan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian menggunakan teknik tertentu bertujuan

untuk mengungkap fakta mengenai variabel-variabel yang diteliti (Azwar,

2007: 36 dan 91). Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Angket (Kuesioner)

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

(52)

Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

responden untuk dijawab. Kuesioner dapat berupa pertanyaan tertutup

atau terbuka (Sugiyono, 2011). Angket merupakan suatu bentuk

instrumen pengumpulan data yang sangat fleksibel dan relatif mudah

digunakan (Azwar, 2007: 101). Dalam penelitian ini, angket digunakan

sebagai instrumen utama untuk memeroleh data penelitian.

Dalam penelitian ini angket yang digunakan ialah angket tertutup

berupa pernyataan yang harus dijawab oleh responden dan jawabannya

telah disediakan sehingga responden tinggal memilih. Dipandang dari

bentuknya, angket berupa rating scale (skala bertingkat) yakni sebuah

pernyataan yang diikuti kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan dari

mulai Selalu, Sering, Jarang, dan Tidak Pernah (Arikunto, 2006: 152).

Angket digunakan untuk mengukur setiap variabel dalam penelitian

yakni Kinerja Pengawas (Y), Kemampuan Kerja Pengawas (X1), dan

Motivasi Kerja Pengawas (X2). Angket dipilih dengan pertimbangan

sebagai berikut:

a. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden.

b. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya

masing-masing dan menurut waktu senggang responden.

c. Akan mendapatkan jawaban yang relatif seragam sehingga

memudahkan analisis data.

d. Pengumpulan data lebih efisien dalam hal waktu, tenaga, dan biaya.

2. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data merupakan suatu proses

yang digunakan mengumpulkan data bila penelitian berkenaan dengan

perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden

yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2009: 203).

Berdasarkan segi instrumentasi yang digunakan maka observasi yang

dilakukan dalam penelitian ini termasuk dalam observasi tidak terstruktur

Gambar

Tabel Halaman
Gambar Halaman
Gambar 1.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja Pengawas
Tabel 3.1 Jumlah Pengawas Sekolah Dasar di Lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda
+7

Referensi

Dokumen terkait

Implikasi  dari  adanya  kesadaran  sifat  dan perkembangan  kodrat  seperti  ini  secara normatif,  manusia  Hindu  mengakui  gerak dinamika hukum 

Pada mulanya masyarakat  sipil  (civil society)  adalah  diskursus  pemikiran  krisis radikal sebagai media untuk menjelaskan dan dipahami  dalam  konotasi  sebagai 

Peneliti akan memberi motivasi pada siswa dengan memberi penguatan agar siswa merasa senangDari tindakan yang dilaksanakan peneliti, diharapkan mencapai kondisi

Penelitian ini mempunyai tujuan yaitu: (1) mengetahui hubungan antara Tingkat Pendidikan Orang Tua dengan Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi pada Siswa Kelas XI

April 2000 untuk menilai Tesis Master Sains yang bertajuk &#34;Imej Korporat Telekom Malaysia Berhad: Satu Kajian terhadap Kepuasan Pelanggan dan Kualiti Perkhidmatan&#34;

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang di laksanakan dalam 2 siklus yang mengacu pada model Kemmis dan Mc Taggar dalam Dahlia (2012:29)

Gabungan Partai Politik adalah dua partai politik peserta pemilihan umum atau lebih yang secara bersama-sama bersepakat mencalonkan 1 (satu) pasangan calon Kepala Daerah dan

Pengembangan, Produksi, Penimbunan, dan Penggunaan Senjata Kimia serta Tentang Pemusnahannya). Dilihat dari penjelasan-penjelasan yang telah di paparkan diatas, dapat