xii DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ……… i
ABSTRAK ……… ii
ABSTRACT ……….. iii
KATA PENGANTAR ……….. iv
UCAPAN TERIMA KASIH ………. vi
DAFTAR ISI ………. xii
DAFTAR TABEL ………. xxiv
DAFTAR GAMBAR ……… xxxiv
DAFTAR SINGKATAN ………. xliv DAFTAR LAMBANG ……… xlv BAB I PENDAHULUAN ……… 1
A. Latar Belakang ……… 1
B. Rumusan Masalah Penelitian ……….. 6
C. Tujuan Penelitian ……… 8
D. Manfaat Penelitian ……….. 9
E. Asumsi ……… 13
F. Hipotesis Penelitian ……… 16
G. Lokasi dan Sampel Penelitian ……… 17
BAB II LANDASAN TEORETIS DAN HASIL-HASIL
xiii AJAR BERGANDA DAN PENCAPAIAN HASIL
BELAJAR BAHASA INDONESIA 19
A. Perkembangan Teori Pemerian Bahasa dan Model Ajar Bahasa … 19
1. Perkembangan Teori Pemerian Bahasa ………. 19
a. Tatabahasa Tradisional ……… 19
b. Linguistik Struktural ……… 21
c. Tatabahasa Transformasional Generatif ….…………. 22
d. Linguistik Sistemik ……….. 23
2. Perkembangan Model Ajar Bahasa ……… 27
a. Model Pembelajaran Bahasa yang Berorientasi kepada Produk ……….. 27
b. Model Pembelajaran-Model Pembelajaran yang Menekankan Signifikansi Proses ……… 33
c. Pendekatan Model Berganda: Memadukan Orientasi Proses dan Produk ……… 41
B. Prestasi Belajar Bahasa ……… 47
1. Penguasaan Kompetensi-kompetensi Berbahasa ………... 47
a. Pengertian ………..……..……… 48
b. Pengukuran ………. ……… 53
c. Perkembangan Pendekatan terhadap Pengukuran Prestasi Belajar Bahasa ……….….. 54
2. Kualitas Partisipasi Belajar Siswa …………..………….. 88
a. Pengertian ……….………. 88
b. Pengukuran ……….… 90
c. Penelitian-penelitian Terdahulu dalam Analisis Partisipasi Belajar Bahasa ……….. 100
3. Faktor-faktor Afektif ……… 106
a. Sikap terhadap bahasa dan pengajaran bahasa .……. 108
1) Pengertian ..……….. 108
2) Pengukuran ……….. 109
b. Motivasi Belajar Bahasa ………. 111
1) Pengertian . ……….. 111
2) Pengukuran ……….. 112
c. Kecemasan (anxiety) ………. 113
1) Pengertian ……… 113
2) Pengukuran ……….. 115
d. Rasa Berdaya Diri dalam Belajar Bahasa ……….…. 116
1) Pengertian ……… 116
2) Pengukuran ……….. 122
e. Rasa Mandiri dalam Belajar Bahasa ………. 125
xiv
2) Pengukuran ……….. 130
C. Efektivitas Model Ajar Berorientasi kepada Kompetensi Berbasis Interaksi Afeksionatif dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia ………... 132
BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN……….. 136
A. Definisi Operasional Variabel Penelitian ……… 136
B. Pengembangan Alat Pengumpul Data ………. 149
C. Pemilihan Subjek Penelitian ……….… 161
D. Pengumpulan Data ……….. 164
E. Prosedur dan Teknik Analisis Data .……… 199
BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA PENELITIAN ……. 200
A. Pengolahan dan Analisis Data Kualitatif ……… 200
1. Pengorganisasian ……….. 200
a. Karya dan Penampilan Komunikasi Siswa ………… 200
b. Data Rekaman ……… 201
1) Transkripsi ………. 201
2) Analisis Wacana ……… 202
c. Catatan Lapangan ……….. 202
2. Prosedur dan Analisis Data ……….. 203
a. Analisis Kompetensi Berbahasa Indonesia Siswa ..… 203
1) Contoh Transkripsi Data ……… 203
2) Hasil Analisis Data Kompetensi Berbahasa Indonesia Siswa ……… 209
a) Data Prestasi belajar siswa dalam KBM Sebelum Implementasi MABKBIA ………… 209
(1) Membaca ……….. 210
(2) Menulis ……… 221
(3) Mendaftar Kata Berimbuhan yang Terdapat dalam Bacaan, dan Mengamati Kedekatan Hubungan Makna antara Imbuhan yang satu dengan Imbuhan yang lain ……… 233
xv
(5) Membaca Nyaring ……… 241
b) Data Prestasi belajar siswa dalam KBM Selama Implementasi MABKBIA ………… 256
(1) Membaca Nyaring ……… 256
a) Data Partisipasi Belajar Siswa dalam PBM MAKV ……….……… 333
(1) Dalam Tahap Apersepsi ……….. 333
(2) Dalam Tahap Pembahasan Bahan Ajar ... 338
(3) Dalam Tahap Pembahasan Bahan Ajar (Lanjutan) ……… 342
(4) Dalam Tahap Pengecekan Pemahaman Siswa ………. 345
(5) Dalam Tahap Pembahasan Kata-kata Sulit ……….. 347
(6) Dalam Tahap Pemberian Latihan ……. 355
b) Data Partisipasi Belajar Siswa dalam PBM MABKBIA ………….……… 357
(1) Dalam Tahap Penyajian Model …….. 357
(2) Dalam Tahap Penjelasan Tolok Ukur ……… 359
a) Sikap Siswa dalam Belajar Bahasa Indo- nesia ………. 373
(1) Sebelum Eksperimentasi ..……….. 373
(2) Selama Eksperimentasi ……….. 374
b) Motivasi Siswa dalam Belajar Bahasa Indo- nesia ………. 374
(1) Sebelum Eksperimentasi ..……….. 375
(2) Selama Eksperimentasi ……….. 385
xvi
Bahasa Indonesia ……… 398
e) Rasa Mandiri Siswa dalam Belajar Bahasa Indo- nesia ………. 403
B. Pengolahan dan Analisis Data Kuantitatif ……….. 408
1. Pembobotan ……….. 409
a. Data Tes Bahasa Indonesia ………. 409
b. Data Skala Faktor-faktor Afektif Siswa ………. 410
2. Pentabelan ………. 414
3. Analisis ……….……… 416
a. Perbandingan Ukuran Pengaruh ……… 417
b. Pengujian Asumsi-asumsi Statistik ………. 420
c. Pengujian Perbedaan Rerata Kelas ……….. 426
1) Data Penguasaan Kompetensi Berbahasa Indonesia ……….. 426
a) Penguasaan Kompetensi Berbahasa Indonesia Secara Umum 426 b) Penguasaan Pengetahuan Teoretis Bahasa Indonesia 429 c) Penguasaan Keterampilan Berbahasa Indonesia 432 2) Data Kualitas Partisipasi Siswa ………. 434
a) Sikap Siswa terhadap Belajar Bahasa Indonesia ……….. 479
b) Motivasi Siswa dalam Belajar Bahasa Indonesia ………. 480
xvii d) Rasa Berdaya Diri Siswa dalam Belajar
Bahasa Indonesia ……… 482
e) Rasa Mandiri Siswa dalam Belajar Bahasa Indonesia ……… 483
f) Faktor-faktor Afektif Siswa dalam Belajar Bahasa Indonesia ……… 484
BAB V PEMBAHASAN HASIL-HASIL ANALISIS DATA DAN TEMUAN-TEMUAN PENELITIAN ……… 486
A. Hasil-hasil Analisis Data ……… 486
1. Tingkat Efektifitas MBKBIA dalam Meningkatkan Kompetensi Berbahasa Indonesia ……… 486
2. Tingkat Efektifitas MBKBIA dalam Meningkatkan
1. Keniscayaan Mengembangkan Model Ajar Ganda ..…… 562
2. Keniscayaan Menggantungkan Cita ……… 564
3. Keniscayaan Menyajikan Model Penampilan Kemampuan Berbahasa ………..……….. 565
4. Keniscayaan Memperjelas Tolok Ukur Kemampuan Berbahasa ……… 567
5. Keniscayaan Mendapatkan Kesempatan Berlatih …….. 568
6. Keniscayaan Mendapatkan Pengalaman Nyata ………. 569
7. Prestasi Belajar Siswa dan Keragaman Tingkat Efektifitas MABKBIA ……… 575
8. Keniscayaan Pengembangan Teori Buatan Guru, Otoritas Keilmuan dan Otonomi Mengajar Para Guru …………. 586
BAB VI SIMPULAN DAN REKOMENDASI .……… 591
A. Simpulan ………..……… 591
B. Rekomendasi ……… 602
DAFTAR PUSTAKA ……… 610
xviii
SURAT KETERANGAN PENELITIAN ………. 634
LAMPIRAN 1 SAMPEL TRANSRIPSI PBM MAKV & PBM MBKBIA …….. 635 LAMPIRAN 2 KISI-KISI TES BAHASA INDONESIA ………. 654
LAMPIRAN 3 DRAF AWAL TES BAHASA INDONESIA ………. 656
LAMPIRAN 4 KISI-KISI SKALA PENILAIAN DIRI FAKTOR-FAKTOR
AFEKTIF (SPD-FAKTAF) ……… 666
LAMPIRAN 5 DRAF AWAL SPD-FAKTAF ……….. 672
LAMPIRAN 6 HASIL ANALISIS BUTIR-BUTIR SOAL TES BAHASA
INDONESIA ………. 690
LAMPIRAN 7 HASIL ANALISIS BUTIR-BUTIR SPD-FAKTAF ……….. 694
LAMPIRAN 8 NASKAH TES BAHASA INDONESIA ……… 698
LAMPIRAN 9 NASKAH SPD-FAKTAF ……….. 708
LAMPIRAN 10 HASIL PEMBOBOTAN SKOR SPD-FAKTAF ………… 720
LAMPIRAN 11 DATA SKOR TES BAHASA INDONESIA ………. 740
LAMPIRAN 12 DATA SKOR SPD-FAKTAF ……… 746
LAMPIRAN 13 CATATAN LAPANGAN SEJUMLAH PBM MAKV & PBM
MBKBIA ……… 758
LAMPIRAN 14 HASIL ANALISIS DATA KONDISI AWAL SISWA …. 774 LAMPIRAN 15 HASIL ANALISIS DATA PASCA EKSPERIMENTASI 781
LAMPIRAN 16 KUMPULAN CERPEN KARYA SISWA 2 B …………. 792
LAMPIRAN 17 SAMPEL HASIL KEGIATAN PENYUNTINGAN NASKAH 804
LAMPIRAN 18 TEKS BAHAN AJAR MEMBACA PEMAHAMAN …….. 807
xix
Tabel Halaman
2.1 Ciri-ciri Pelajar yang Memiliki Tujuan-tujuan Belajar dan Pelajar yang
Memiliki Tujuan-tujuan Penampilan 92
2.2 Perbandingan Struktur Proses Belajar-Mengajar 97
3.1 Jumlah Butir Pertanyaan/Pernyataan Draf Awal SPD-Faktaf 157 3.2 Butir-butir Angket I yang Tidak Memenuhi Syarat 159 3.3 Butir-butir Angket II yang Tidak Memenuhi Syarat 159
3.4 Kesejalanan Hasil Analisis Butir 160
3.5 Kisi-kisi Tes Ulangan Umum 152
3.6 Kesejalanan Hasil Analisis Butir SPD-FAKTAF 153
3.7 Jumlah Butir Pertanyaan/Pernyataan Draf Akhir SPD-FAKMOS 154 3.8 Butir-Butir Tes Formatif yang Tidak Memenuhi Syarat 155
3.9 Kisi-kisi Draf Akhir Tes Ulangan Umum 155
3.10 Jadwal Perekaman PBM 150
3.11 Hasil Uji Perbedaan Rerata Hasil Ulangan Umum Kelas-kelas Sampel 162 3.12 Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor Angket Faktaf Kelas-kelas Sampel 163
3.13 Kelas-kelas Sampel Penelitian 163
3.14 Jadual Kegiatan Belajar Mengajar MABKBIA 192
3.15 Jadwal Kegiatan Belajar Mengajar MAKV 195
3.16 Jadwal Kegiatan Pengamatan dan Perekaman PBM 198
xx Mengenai Teks Wisata Selam, Fenomena Baru Pariwisata Indonesia 216 4.2 Rangkuman Karakteristik Jawaban Siswa Terhadap Pertanyaan
Mengenai Teks Polisi Butuh Dukungan 221
4.3 Rangkuman Karakteristik Jawaban Siswa Terhadap Pertanyaan
Mengenai Teks Wisata Selam, Fenomena Baru Pariwisata Indonesia 227 4.4 Rangkuman Karakteristik Surat Pembaca Hasil Karya Siswa 232 4.5 Rangkuman Karakteristik Daftar Kata Imbuhan Hasil Karya Para Siswa 236 4.6 Rangkuman Karakteristik Kalimat yang Dikembangkan Siswa 240 4.7 Rangkuman Penilaian Kemampuan Membaca Nyaring ED-5, EB-2,
EA-1 dan EB-4 256
4.8 Rangkuman Penilaian Kemampuan Membaca Nyaring Wakil Tiap-tiap
Kelompok 285
4.9 Rangkuman Karakteristik Umum Rangkuman Teks Cerita Hasil
Karya Para Siswa 293
4.10 Rangkuman Karakteristik Umum Rangkuman Hasil Karya Para Siswa 301 4.11 Rangkuman Karakteristik Umum Kemampuan Bercerita Kelompok Siswa 306 4.12 Rangkuman Karakteristik Umum Catatan Harian Buatan Siswa 314 4.13 Rangkuman Karakteristik Cerita Pendek Hasil Karya Para Siswa 320 4.14 Rangkuman Karakteristik Teks Cerita Pendek Kelompok 327 4.15 Persentase Intensitas Perilaku Afektif Siswa dalam Kegiatan
Apersepsi PBM MAKV 376
xxi
Menyimak Penjelasan dalam PBM MAKV 378
4.17 Persentase Intensitas Perilaku Afektf Siswa dalam Kegiatan Menyelesaikan
Tugas dalam PBM MAKV 381
4.18 Persentase Intensitas Perilaku Afektf Siswa dalam Kegiatan Guru
Membaca dan Membahas Teks dalam PBM MAKV 383 4.19 Persentase Intensitas Perilaku Afektf Siswa dalam Kegiatan Apersepsi
dalam PBM MABKBIA 388
4.20 Persentase Intensitas Perilaku Afektf Siswa dalam Kegiatan Menjelaskan
Tolok Ukur Penampilan dalam PBM MABKBIA 389 4.21 Persentase Intensitas Perilaku Afektf Siswa dalam Menyelesaikan Tugas
Belajar dalam PBM MABKBIA 391
4.22 Persentase Intensitas Perilaku Afektf Siswa dalam Kegiatan Latihan
Komunikasi dalam PBM MABKBIA 392
4.23 Peningkatan Kualitas Keselarasan Pandangan Mata Secara Individual
Sebelum dan Sesudah Eksperimentasi 406
4.24 Peningkatan Kualitas Keselarasan Gerak Badaniah Secara Individual
Sebelum dan Sesudah Eksperimentasi 407
4.25 Peningkatan Kualitas Keselarasan Arah Gerakan Tubuh Secara
Individual Sebelum dan Sesudah Eksperimentasi 407 4.26 Peningkatan Kualitas Intensitas Partisipasi Secara Individual
Sebelum dan Sesudah Eksperimentasi 408
xxii
Masing-masing Skala dalam SPD-FAKTAF 415
4.29 Contoh Tabel Respon Siswa Terhadap Masing-masing Skala
dalam SPD-FAKTAF 416
4.30 Ukuran Pengaruh MABKBIA terhadap Penguasaan Kompetensi
Bahasa Indonesia 418
4.31 Ukuran Pengaruh MABKBIA terhadap Penguasaan Kompetensi
Bahasa Indonesia 418
4.32 Ukuran Pengaruh MABKBIA terhadap Faktor-faktor Afektif Siswa 419 4.33 Ukuran Pengaruh MABKBIA terhadap Faktor-faktor Afektif Siswa
pada Kelas Eksperimental 420
4.34 Ukuran Pengaruh MABKBIA terhadap Faktor-faktor Afektif Siswa
pada Kelas Kontrol 420
4.35 Hasil Pengujian Normalitas Distribusi Penguasaan Kompetensi
Bahasa Indonesia Siswa 421
4.36 Hasil Pengujian Normalitas Distribusi Penguasaan Kompetensi
Bahasa Indonesia Siswa 422
4.37 Hasil Pengujian Normalitas Distribusi Data Faktor-faktor Afektif
Sebelum Eksperimen 423
4.38 Hasil Pengujian Normalitas Distribusi Data Faktor-faktor Afektif
Pasca Eksperimentasi 424
4.39 Hasil Pengujian Homogenitas Distribusi Data Faktor-faktor
xxiii Afektif Siswa Sebelum dan Pasca Eksperimentasi 425 4.41 Data Statistik Kompetensi Berbahasa Indonesia Secara Umum
Siswa Kelas Eksperimental dan Siswa Kelas Kontrol 426 4.42 Data Statistik Kompetensi Berbahasa Indonesia Secara Umum
Siswa Kelas Eksperimental dan Siswa Kelas Kontrol 426 4.43 Hasil Perhitungan Uji Perbedaan Rerata Peringkat Kompetensi
Berbahasa Indonesia Secara Umum Siswa Kelas Eksperimental dan
Siswa Kelas Kontrol 427
4.44 Signifikansi Perbedaan Rerata Peringkat Kompetensi Berbahasa Indonesia
Secara Umum Siswa Kelas Eksperimental dan Siswa Kelas Kontrol 427 4.45 Hasil Perhitungan Uji Perbedaan Rerata Peringkat Kompetensi
Berbahasa Indonesia Secara Umum Siswa Kelas Eksperimental dan
Siswa Kelas Kontrol 428
4.46 Signifikansi Perbedaan Rerata Peringkat Kompetensi Berbahasa Indonesia
Secara Umum Siswa Kelas Eksperimental dan Siswa Kelas Kontrol 428 4.47 Data Statistik Penguasaan Pengetahuan Teoretis Bahasan Indonesia
Siswa Kelas Eksperimental dan Siswa Kelas Kontrol 429 4.48 Data Statistik Penguasaan Pengetahuan Teoretis Bahasan Indonesia
Siswa Kelas Eksperimental dan Siswa Kelas Kontrol 429 4.49 Hasil Perhitungan Uji Perbedaan Rerata Peringkat Penguasaan Pengetahuan Teoretis Bahasa Indonsesia Siswa Kelas Eksperimental dan Siswa Kelas
Kontrol 430
xxiv Bahasa Indonesia Siswa Kelas Eksperimental dan Siswa Kelas Kontrol 430 4.51 Hasil Perhitungan Uji Perbedaan Rerata Peringkat Penguasaan Pengetahuan Teoretis Bahasa Indonsesia Siswa Kelas Eksperimental dan Siswa Kelas
Kontrol 431
4.52 Hasil Perhitungan Uji Perbedaan Rerata Peringkat Penguasaan Pengetahuan Teoretis Bahasa Indonsesia Siswa Kelas Eksperimental dan Siswa
Kelas Kontrol 431
4.53 Data Statistik Penguasaan Keterampilan Berbahasa Indonesia Siswa Kelas
Eksperimental dan Siswa Kelas Kontrol 432
4.54 Data Statistik Penguasaan Keterampilan Berbahasa Indonesia Siswa Kelas
Eksperimental dan Siswa Kelas Kontrol 432
4.55 Hasil Perhitungan Uji Perbedaan Rerata Peringkat Penguasaan Keterampilan Berbahasa Indonsesia Siswa Kelas Eksperimental dan Siswa Kelas Kontrol 433 4.56 Hasil Perhitungan Uji Perbedaan Rerata Peringkat Penguasaan Keterampilan Berbahasa Indonsesia Siswa Kelas Eksperimental dan Siswa Kelas Kontrol 433 4.57 Hasil Perhitungan Uji Perbedaan Rerata Peringkat Penguasaan Keterampilan Berbahasa Indonsesia Siswa Kelas Eksperimental dan Siswa Kelas Kontrol 434 4.58 Data Karakteristik Interaksi Guru-Siswa dalam Rekaman PBM Membaca
Pemahaman 435
4.59 Data Karakteristik Linguistik Kontribusi Verbal Siswa dalam Rekaman PBM
Membaca Pemahaman 437
xxv
Membaca Pemahaman 438
4.61 Data Karakteristik Interaksi Guru-Siswa dalam Rekaman PBM Memahami
Kata Sapaan 439
4.62 Data Karakteristik Linguistik Kontribusi Verbal Siswa dalam Rekaman
PBM Memahami Kata Sapaan 441
4.63 Data Karakteristik Muatan Perilaku Belajar Siswa dalam Rekaman
PBM Memahami Kata Sapaan 442
4.64 Data Karakteristik Interaksi Guru-Siswa dalam Rekaman PBM Membaca
Puisi 443
4.65 Data Karakteristik Linguistik Kontribusi Verbal Siswa dalam Rekaman
PBM Membaca Puisi 445
4.66 Data Karakteristik Muatan Perilaku Belajar Siswa dalam Rekaman
PBM Membaca Puisi 446
4.67 Data Karakteristik Interaksi Guru-Siswa dalam Rekaman PBM Membaca
Nyaring 447
4.68 Data Karakteristik Linguistik Kontribusi Verbal Siswa dalam Rekaman
PBM Membaca Nyaring 449
4.69 Data Karakteristik Muatan Perilaku Belajar Siswa dalam Rekaman
PBM Membaca Nyaring 451
4.70 Data Karakteristik Interaksi Guru-Siswa dalam Rekaman PBM Merangkum
Isi Cerita 452
xxvi
PBM Merangkum Isi Cerita 453
4.72 Data Karakteristik Muatan Perilaku Belajar Siswa dalam Rekaman
PBM Merangkum Isi Cerita 454
4.73 Data Karakteristik Interaksi Guru-Siswa dalam Rekaman PBM Menceritakan
Kembali Isi Cerita 456
4.74 Data Karakteristik Linguistik Kontribusi Verbal Siswa dalam Rekaman
PBM Menceritakan Kembali Isi Cerita 457
4.75 Data Karakteristik Muatan Perilaku Belajar Siswa dalam PBM Menceritakan
Kembali Isi Cerita 458
4.76 Data Karakteristik Interaksi Guru-Siswa dalam Rekaman Tahap Apersepsi/
Penyajian Model Masing-masing PBM 460
4.77 Data Karakteristik Linguistik Kontribusi Verbal Siswa dalam Rekaman Tahap Apersepsi/Penyajian Model Masing-masing PBM 462 4.78 Data Karakteristik Muatan Perilaku Belajar Siswa dalam Rekaman Tahap
Apersepsi/Penyajian Model Masing-masing PBM 463 4.79 Data Karakteristik Interaksi Guru-Siswa dalam Rekaman Tahap Penjelasan
Masing-masing PBM 465
4.80 Data Karakteristik Linguistik Kontribusi Verbal Siswa dalam Rekaman Tahap
Penjelasan Masing-masing PBM 466
4.81 Data Karakteristik Muatan Perilaku Belajar Siswa dalam Rekaman Tahap
Penjelasan Masing-masing PBM 468
xxvii
dalam Masing-masing PBM 470
4.83 Data Karakteristik Linguistik Kontribusi Verbal Siswa dalam Rekaman
Tahap Pelatihan dalam Masing-masing PBM 472 4.84 Data Karakteristik Muatan Perilaku Belajar Siswa dalam Rekaman Tahap
Pelatihan dalam Masing-masing PBM 473
4.85 Data Karakteristik Interaksi Guru-Siswa dalam Rekaman Tahap Aplikasi
dalam Masing-masing PBM 475
4.86 Data Karakteristik Linguistik Kontribusi Verbal Siswa dalam Rekaman Tahap
Aplikasi dalam Masing-masing PBM 476
4.87 Data Karakteristik Muatan Perilaku Belajar Siswa dalam Rekaman Tahap
Aplikasi dalam Masing-masing PBM 478
4.88 Data Statistik Sikap Terhadap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia 479 4.89 Hasil Perhitungan Uji Perbedaan Rerata Skor Skala Sikap Terhadap Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia 479
4.90 Data Statistik Motivasi Siswa dalam Belajar Bahasa Indonesia 480 4.91 Hasil Perhitungan Uji Perbedaan Rerata Skor Skala Motivasi Terhadap Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia 481
4.92 Data Statistik Kecemasan Siswa dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia 482 4.93 Hasil Perhitungan Uji Perbedaan Rerata Peringkat Kecemasan Siswa dalam
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia 482
4.94 Data Statistik Rasa Berdaya diri Siswa dalam Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia 483
xxviii Siswa dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia 483 4.96 Data Statistik Rasa Mandiri Siswa dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia 484 4.97 Hasil Perhitungan Uji Perbedaan Rerata Peringkat Rasa Mandiri Siswa
dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia 484
4.98 Data Statistik Faktor-faktor Afektif Siswa dalam Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia 485
4.99 Hasil Perhitungan Uji Perbedaan Rerata Peringkat Faktor-faktor Afektif
Siswa dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia 485 5.1 Perbedaaan Rerata Penguasaan Kompetensi Berbahasa Indonesia dan
Tingkat Signifikansi Perbedaannya 504
5.2 Hasil Perhitungan Skor dan Jumlah Skor Penilaian Kualitas Interaksi
Guru-Siswa dalam Masing-masing PBM 532
5.3 Hasil Perhitungan Skor dan Jumlah Skor Penilaian Kualitas Karakteristik
Linguistik Kontribusi Verbal Siswa dalam Masing-masing PBM 533 5.4 Hasil Perhitungan Skor dan Jumlah Skor Penilaian Kualitas Muatan
Perilaku Belajar dalam Masing-masing PBM 534 5.5 Hasil Pengujian Perbedaan Proporsi Kualitas Peran Siswa dalam
Interaksi Belajar-Mengajar pada Masing-masing PBM 535 5.6 Hasil Pengujian Perbedaan Proporsi Kualitas Unsur Linguistik dalam
Kontribusi Verbal Siswa pada Masing-masing PBM 535 5.7 Hasil Pengujian Perbedaan Proporsi Kualitas Muatan Perilaku Belajar
xxix
2.1 Tabel Substitusi 22
2.2 Kedudukan Wacana Dalam Interaksi Sosial 27
2.3 Siklus Langkah-langkah PBM dalam GBA 33
2.4 Skema Identifikasi Ciri-ciri Butir Soal 60
2.5 Posisi Sampel Format Soal Menyimak Pemahaman 62
2.6 Posisi Sampel Format-format Soal Membaca dalam Skema 69
2.7 Contoh Tiga Jenis Surat Undangan 73
2.8 Posisi Sampel Format-format Soal Menulis dalam Skema 74
2.9 Struktur Wacana Kelas 95
3.1 Model Ajar Berorientasi kepada Kompetensi Berbasis Interaksi Afeksionatif 140 3.2 Salah Satu Alternatif Siklus Model Ajar MABKBIA-UI 187 3.3 Gambar Skematik Langkah-langkah Pengembangan MABKBIA 189
4.1 Contoh Hasil Transkripsi Rekaman PBM 209
4.2 Representasi Keragaman Karakteristik Jawaban Siswa terhadap Teks
Wisata Selam, Fenomena Baru Pariwisata Indonesia 212 4.3 Representasi Keragaman Karakteristik Jawaban Siswa terhadap Teks
Polisi Butuh Dukungan 218
4.4 Representasi Ikhtisar Teks “Wisata Selam, Fenomena Baru Pariwisata
Indonesia” Hasil Karya Siswa 223
4.5 Representasi Teks Surat Pembaca Hasil Karya Siswa 229
4.6 Daftar Imbuhan yang Teridentifikasi 235
xxx
4.8 Representasi Kemampuan Membaca Nyaring ED-5 243
4.9 Representasi Kemampuan Membaca Nyaring EB-2 245
4.10 Representasi Kemampuan Membaca Nyaring ED-5 249
4.11 Representasi Kemampuan Membaca Nyaring EA-4 252
4.12 Representasi Kemampuan Membaca Nyaring EB-4 254
4.13 Representasi Kemampuan Membaca Nyaring EB-4 258
4.14 Representasi Kemampuan Membaca Nyaring EA-1 262
4.15 Representasi Kemampuan Membaca Nyaring ED-4 265
4.16 Representasi Kemampuan Membaca Nyaring EC-5 269
4.17 Representasi Kemampuan Membaca Nyaring EB-2 272
4.18 Representasi Kemampuan Membaca Nyaring EA-9 276
4.19 Representasi Kemampuan Membaca Nyaring EB-4 279
4.20 Representasi Kemampuan Membaca Nyaring EB-7 282
4.21 Representasi Kemampuan Membaca Nyaring ED-5 284
4.22 Rangkuman Hasil Menyimak Para Siswa 288
4.23 Rangkuman Teks Cerita Hasil Karya Siswa 298
4.24 Catatan Harian Sutan Malekewi Karya Para Siswa 309
4.25 Cerita Pendek Karya Para Siswa 317
4.26 Teks Cerita Pendek Kelompok 323
xxxi
PBM Konvensional 337
4.31 Gambaran Skematik Langkah-langkah Pembahasan Bahan Ajar dalam
PBM Konvensional 340
4.32 Gambaran Skematik Langkah-langkah Lanjutan Pembahasan Bahan Ajar
Dalam PBM Konvensional 344
4.33 Gambaran Skematik Langkah-langkah Pengecekan Pemahaman Siswa
Dalam PBM Konvensional 346
4.34 Gambaran Skematik Langkah-langkah Pembahasan Kata-kata Sulit dalam
PBM Konvensional 353
4.35 Gambaran Skematik Langkah-langkah Pemberian Latihan dalam
PBM Konvensional 356
4.36 Gambaran Skematik Langkah-langkah Apersepsi dan Penyajian Model
Dalam MABKBIA 358
4.37 Gambaran Skematik Langkah-langkah Penjelasan Tolok Ukur dalam
PBM MABKBIA 361
4.38 Gambaran Skematik Langkah-langkah Kegiatan Belajar (Pelatihan) dalam
PBM MABKBIA 363
4.39 Gambaran Skematik Langkah-langkah Latihan Komunikasi (Aplikasi)
dalam PBM MABKBIA 370
4.40 Contoh Deskripsi Perilaku Afektif Siswa dalam PBM MAKV 372
xxxii
MAKV 375
4.42 Contoh Deskripsi Perilaku Afektif Siswa dalam Kegiatan Menyimak
Penjelasan dalam PBM MAKV 377
4.43 Contoh Deskripsi Perilaku Afektif Siswa dalam Kegiatan Menyelesaikan
Tugas dalam PBM MAKV 380
4.44 Contoh Deskripsi Perilaku Afektif Siswa dalam Kegiatan Guru Membaca
Teks dalam PBM MAKV 382
4.45 Contoh Deskripsi Perilaku Afektif Siswa dalam Kegiatan Apersepsi dalam
PBM MABKBIA 385
4.46 Contoh Deskripsi Perilaku Afektif Siswa dalam Kegiatan Penjelasan Tolok
Ukur dalam PBM MABKBIA 386
4.47 Contoh Deskripsi Perilaku Afektif Siswa dalam Kegiatan Penyelesaian
Tugas Belajar dalam PBM MAKV 387
4.48 Contoh Deskripsi Perilaku Afektif Siswa dalam Kegiatan Guru Membaca
Teks dalam PBM MAKV 387
4.49 Data Kecemasan dalam Rekaman Kegiatan Penjelasan Tolok Ukur
dalam MABKBIA 393
4.50 Data Kecemasan dalam Rekaman Kegiatan Penampilan Kelompok 5
dalam MABKBIA 394
4.51 Data Kecemasan dalam Rekaman Kegiatan Penampilan Kelompok 2
dalam MABKBIA 394
xxxiii
dalam MABKBIA 395
4.53 Data Kecemasan dalam Rekaman Kegiatan Penampilan Kelompok 7
dalam MABKBIA 396
4.54 Data Kecemasan dalam Rekaman Kegiatan Membaca Teks dalam
MABKBIA 397
4.55 Data Rasa Berdaya Diri dalam Rekaman Kegiatan Membaca Nyaring
dalam MABKBIA 398
4.56 Data Rasa Berdaya Diri dalam Rekaman Kegiatan Membaca Nyaring
dalam MABKBIA 399
4.57 Data Rasa Berdaya Diri dalam Rekaman Kegiatan Membaca Teks
dalam MABKBIA 400
4.58 Data Rasa Berdaya Diri dalam Rekaman Penampilan Membaca Nyaring
dalam MABKBIA 401
4.59 Data Rasa Berdaya Diri dalam Rekaman Penampilan Kelompok 2
dalam MABKBIA 402
4.60 Data Rasa Mandiri Siswa dalam Rekaman Kegiatan Penampilan Kelompok 2
dalam MABKBIA 403
4.61 Data Rasa Mandiri Siswa dalam Rekaman Kegiatan Penampilan Kelompok 2
dalam MABKBIA 404
5.1 Grafik Kemampuan Menulis Surat Pembaca Para
Siswa 488
xxxiv 5.3 Grafik Kemampuan Membaca Pemahaman (Opini) Para Siswa 490 5.4 Grafik Kemampuan Merangkum Isi Teks Para Siswa 491 5.5 Grafik Kemampuan Membaca Nyaring Para Siswa 492 5.6 Grafik Kemampuan Mengidentifikasi Kata Berimbuhan dalam Teks 494 5.7 Grafik Kemampuan Membuat Kalimat Berdasarkan Kata-kata yang
Disediakan 495
5.8 Grafik Kemampuan Membaca Nyaring Para Siswa 496 5.9 Grafik Kemampuan Kemampuan Merangkum Hasil Menyimak 497 5.10 Grafik Kemampuan Merangkum Hasil Membaca 498 5.11 Grafik Kemampuan Menceritakan Kembali Isi Teks Cerita 499 5.12 Grafik Kemampuan Merangkum Hasil Menyimak 499 5.13 Grafik Kemampuan Merangkum Hasil Menyimak 500 5.14 Grafik Kemampuan Menulis Cerita Pendek Kelompok 501 5.15 Grafik Penguasaan Kompetensi Berbahasa Indonesia Secara Umum
Berdasarkan TBG 501
5.16 Grafik Penguasaan Kompetensi Berbahasa Indonesia Secara Umum
Berdasarkan TBP 502
5.17 Grafik Ukuran Pengaruh MABKBIA Terhadap Pengaruh Penguasaan
Kompetensi Berbahasa Indonesia Secara Umum Berdasarkan TBG 502 5.18 Grafik Ukuran Pengaruh MABKBIA Terhadap Pengaruh Penguasaan
xxxv 5.21 Grafik Proporsi Jenis-Jenis Baku Tutur dalam Tahap Pelatihan 508 5.22 Grafik Proporsi Jenis-Jenis Baku Tutur dalam Tahap Aplikasi 510 5.23 Grafik Proporsi Jenis-Jenis Baku Tutur dalam Masing-masing PBM 511 5.24 Diagram Proporsi Jenis-jenis Baku Tutur dalam PBM Membaca
Pemahaman 511
5.25 Diagram Proporsi Jenis-jenis Baku Tutur dalam PBM Memahami
Kata Sapaan 512
5.26 Diagram Proporsi Jenis-jenis Baku Tutur dalam PBM Membaca Puisi 512 5.27 Diagram Proporsi Jenis-jenis Baku Tutur dalam PBM Membaca Nyaring 512 5.28 Diagram Proporsi Jenis-jenis Baku Tutur dalam PBM Merangkum Isi
Cerita 513
5.29 Diagram Proporsi Jenis-jenis Baku Tutur dalam PBM
Bercerita 513
5.30 Grafik Proporsi Jenis-Jenis Unsur Linguistik Kontribusi Siswa dalam
Tahap Apersepsi 514
5.31 Grafik Proporsi Jenis-Jenis Unsur Linguistik Kontribusi Siswa dalam
Tahap Penjelasan 515
5.32 Grafik Proporsi Jenis-Jenis Unsur Linguistik Kontribusi Siswa dalam
Tahap Pelatihan 516
5.33 Grafik Proporsi Jenis-Jenis Unsur Linguistik Kontribusi Siswa dalam
Tahap Aplikasi 517
xxxvi
Masing-masing PBM 518
5.35 Diagram Proporsi Jenis-jenis Unsur Linguistik Kontribusi Siswa dalam
PBM Membaca Pemahaman 519
5.36 Diagram Proporsi Jenis-jenis Unsur Linguistik Kontribusi Siswa dalam
PBM Memahami Kata Sapaan 519
5.37 Diagram Proporsi Jenis-jenis Unsur Linguistik Kontribusi Siswa dalam
PBM Membaca Puisi 520
5.38 Diagram Proporsi Jenis-jenis Unsur Linguistik Kontribusi Siswa dalam
PBM Membaca Nyaring 520
5.39 Diagram Proporsi Jenis-jenis Unsur Linguistik Kontribusi Siswa dalam
PBM Merangkum Isi Cerita 520
5.40 Diagram Proporsi Jenis-jenis Unsur Linguistik Kontribusi Siswa dalam
PBM Bercerita 521
5.41 Diagram Proporsi Jenis-jenis Perilaku Belajar Siswa dalam Tahap
Apersepsi 522
5.42 Grafik Proporsi Jenis-jenis Perilaku Belajar Siswa dalam Tahap Penjelasan 523 5.43 Grafik Proporsi Jenis-jenis Perilaku Belajar Siswa dalam Tahap Pelatihan 524 5.44 Grafik Proporsi Jenis-jenis Perilaku Belajar Siswa dalam Tahap Aplikasi 525 5.45 Grafik Proporsi Jenis-jenis Perilaku Belajar Siswa dalam Tahap Masing-
masing PBM 526
5.46 Diagram Proporsi Jenis-jenis Perilaku Belajar Siswa dalam PBM
Membaca Pemahaman 527
xxxvii
Kata Sapaan 527
5.48 Diagram Proporsi Jenis-jenis Perilaku Belajar Siswa dalam PBM Membaca
Puisi 527
5.49 Diagram Proporsi Jenis-jenis Perilaku Belajar Siswa dalam PBM
Membaca Nyaring 528
5.50 Diagram Proporsi Jenis-jenis Perilaku Belajar Siswa dalam PBM
Merangkum Isi Cerita 528
5.51 Diagram Proporsi Jenis-jenis Perilaku Belajar Siswa dalam PBM Bercerita 528 5.52 Representasi Ukuran Pengaruh MABKBIA dalam Meningkatkan Sikap
Positif Siswa dalam Belajar Bahasa Indonesia dan Perbandingan Rerata
Skornya dengan Rerata Skor MAKV 544
5.53 Grafik Perbandingan Rerata Skor Sikap Siswa terhadap Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia 545
5.54 Representasi Ukuran Pengaruh MABKBIA dalam Meningkatkan Motivasi Siswa dalam Belajar Bahasa Indonesia dan Perbandingan Rerata Skornya
dengan Rerata Skor MAKV 547
5.55 Grafik Perbandingan Rerata Skor Motivasi Siswa dalam Belajar Bahasa
Indonesia 548
5.56 Representasi Ukuran Pengaruh MABKBIA dalam Meningkatkan Kecemasan Siswa dalam Belajar Bahasa Indonesia dan Perbandingan
Rerata Skornya dengan Rerata Skor MAKV 550
5.57 Grafik Perbandingan Rerata Skor Kecemasan Siswa dalam Belajar
xxxviii 5.58 Representasi Ukuran Pengaruh MABKBIA dalam Meningkatkan Rasa
Berdaya Diri Siswa dalam Belajar Bahasa Indonesia dan Perbandingan
Rerata Skornya dengan Rerata Skor MAKV 554
5.59 Grafik Perbandingan Rerata Skor Rasa Berdaya Diri Siswa dalam Belajar
Bahasa Indonesia 555
5.60 Representasi Ukuran Pengaruh MABKBIA dalam Meningkatkan Rasa Mandiri Siswa dalam Belajar Bahasa Indonesia dan Perbandingan Rerata
Skornya dengan Rerata Skor MAKV 557
5.61 Grafik Perbandingan Rerata Skor Rasa Mandiri Siswa dalam Belajar
Bahasa Indonesia 558
5.62 Representasi Ukuran Pengaruh MABKBIA dalam Meningkatkan Kualitas Faktor-faktor Afektif Siswa dalam Belajar Bahasa Indonesia dan
Perbandingan Rerata Skornya dengan Rerata Skor MAKV 560 5.63 Grafik Perbandingan Rerata Skor Faktor-faktor Afektif Siswa dalam
Belajar Bahasa Indonesia 561
5.64 Gambar Skematik Keterkaitan antara PBM, SRB, dan Keberhasilan
Belajar 584
xxxix
AMTBI Attitude/Motivation Test Battery Items DRP Daerah Rentang Perkembangan
IKH Ikhtisar
IMB Imbuhan
IMVBI Intensitas Motivasi Belajar Bahasa Indonesia KCBBI Kecemasan dalam Belajar Bahasa Indonesia KCPBI Kecemasan dalam Penggunaan Bahasa Indonesia
LK Latihan Komunikasi
MABKBIA Model Ajar Berorientasi Kompetensi Berbasis Interaksi Afeksionat
MAKV Model Ajar Konvensional
MBC Membaca
MNBI Minat Belajar Bahasa Indonesia
PK Proyek Komunikasi
PKB Pengembangan Kegiatan Belajar RASBERDI/RSBRD Rasa Berdaya Diri
RASMAN/RSMNBI Rasa Mandiri dalam Belajar Bahasa Indonesia
RNK Rangkuman
SKBBI Sikap dalam Belajar Bahasa Indonesia SKTBI Sikap terhadap Bahasa Indonesia
xl DAFTAR LAMBANG
K
Titi nada rendah
A
Titi nada menurun
;
Titi nada menaik
&
Titi nada menaik tiba-tiba dalam membaca sebuah konstituen
(
Titi nada menurun tiba-tiba dalam membaca sebuah konstituen
[V]
Jeda bukan pada tempatnya
[W]
Jeda terlalu lama
M
Menghilangkan jeda
8
Mengulang unsur kalimat
7
Gugup dalam membaca
æ
Menghilangkah konstituen
+
Menambahkan konstituen
T
Tempo yang terlalu cepat
S
Tempo yang terlalu lambat
E
Mengganti konstituen
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian ini didorong oleh dua faktor utama, yakni keprihatinan peneliti atas
kualitas pembelajaran bahasa Indonesia dan rendahnya kemampuan berbahasa sebagian
besar para penutur bahasa Indonesia (BI) dan perkembangan terkini dalam metodologi
pembelajaran bahasa, baik dalam konteks pendidikan bahasa secara internasional
maupun dalam konteks pendidikan bahasa Indonesia pada sekolah-sekolah di
Indonesia. Dalam kaitan dengan kondisi pertama, peneliti menemukan paradoks
kehidupan berbahasa Indonesia yang sangat menyedihkan pada sebagian besar penutur
bahasa Indonesia. Di satu pihak, mereka kurang mampu berbahasa secara memadai
(Badudu, 1996; Effendi, 1998; Ismail, 2000 seperti dikutip Suherdi, 2000d; Ridwan,
1998); di lain pihak, mereka enggan mempelajari BI secara maksimal (Suherdi, 2001).
Pada kasus-kasus tertentu, paradoks ini telah menyebabkan kerugian yang sangat besar
bagi kehidupan para penutur tersebut. Tidak jarang kekurangmampuan berbahasa
Indonesia menyebabkan para penuturnya terhambat karir dan jabatannya, yang pada
gilirannya berpengaruh kepada keberhasilan hidupnya secara keseluruhan. Sebagai
contoh, tidak sedikit jumlah dosen yang terhambat karir dan jabatannya karena mereka
kurang menguasai keterampilan menulis dan berbicara secara ilmiah (Alwasilah, 1994).
Tidak sedikit pula jumlah para pelajar dan mahasiswa yang tidak bisa belajar maksimal
karena kurang mampu membaca kritis dan kurang mampu menulis. Kondisi serupa juga
2
penelitian cermat mengenai kerugian-kerugian yang disebabkan oleh
kekurangmampuan berbahasa Indonesia, baik moril maupun materiil, bukan tidak
mungkin kita akan tercengang oleh temuan yang dihasilkannya.
Kenyataan ini mengundang perhatian dan keprihatinan peneliti, sebab jika
keengganan untuk belajar tetap bertahan, dapat diramalkan bahwa akibat buruk yang
ditimbulkannya akan lebih besar bagi kehidupan para penutur, terutama dalam kaitan
dengan kegiatan-kegiatan profesional mereka. Memang, keenganan sebagian penutur
untuk mempelajari BI bukan tanpa sebab. Pengalaman belajar yang kurang
menyenangkan diduga telah menyebabkan sebagian besar di antara mereka kurang
termotivasi untuk mempelajari BI secara optimal. Padahal tanpa motivasi belajar yang
memadai, interaksi belajar-mengajar tidak akan berjalan dengan baik (Wlodkowski,
1996), sedangkan interaksi belajar-mengajar merupakan syarat mutlak untuk
berkembangnya belajar bahasa yang optimal (Rivers, 1987). Interaksi diyakini berperan
sebagai proses kognitif dalam interaksi siswa dengan masukan belajar (Shrum dan
Glisan, 2000) dan dengan sesama pelajar. Pelajar tidak cukup sekedar menyimak
masukan, melainkan harus berpartisipasi aktif dalam mengolah dan menegosiasikan
masukan tersebut (Long, 1983). Melalui interaksi, masukan diubah menjadi bahasa
yang batini dan otomatis sejalan dengan proses pengenalan ciri-ciri khusus masukan,
pembandingannya dengan ciri-ciri luaran bahasa mereka, dan pemaduan ciri-ciri
tersebut dengan sistem bahasa mereka sendiri (Gass dan Selinker, 1994). Dengan kata
lain, belajar bahasa yang optimal memerlukan interaksi negosiatif, yang menempatkan
siswa pada posisi pengolah informasi-informasi yang diperlukannya melalui negosiasi
makna dengan guru dan sesama teman-temannya.
Interaksi negosiatif seperti yang dikemukakan di atas masih sulit ditemukan dalam
3
menunjukkan bahwa PBM BI rata-rata ditandai oleh dominasi kegiatan guru
menjelaskan-siswa menyimak, atau guru bertanya-siswa menjawab. Tanya-jawab
semacam ini umumnya hanya menyisakan kesempatan mengungkapkan satu atau dua
kata kepada para siswa (Suherdi, 2000a). Jarang sekali ditemukan peluang yang cukup
besar bagi siswa untuk menyumbangkan gagasannya dalam bentuk wacana terbuka dan
ekstensif. Hal ini diduga merupakan salah satu penyebab ketidakpedulian sebagian
siswa terhadap kegiatan-kegiatan yang tengah berlangsung dalam PBM. Pernyataan di
atas selain didukung oleh persepsi umum sebagian besar orang yang pernah terlibat
dalam pembelajaran BI, juga oleh hasil sejumlah penelitian awal. Survei yang peneliti
(Suherdi, 2001) lakukan atas 60 orang guru BI di Jawa Bagian Barat (Jawa Barat,
Banten, dan DKI Jakarta) yang tengah melanjutkan studi pada program S1 di UPI
menunjukkan bahwa sedikit sekali guru yang menganggap para siswanya memiliki
sikap yang positif, tingkat motivasi dan rasa berdaya diri yang tinggi, dan tingkat
partisipasi dan penguasaan kompetensi berbahasa yang memuaskan. Persepsi para guru
ini juga didukung oleh hasil survei lain yang peneliti lakukan atas 285 siswa pada tiga
sekolah yang memiliki tingkat masukan yang berbeda (Suherdi, 2000c). Hasil survei
tersebut menunjukkan bahwa kecil sekali persentase siswa sampel yang memiliki sikap
yang positif, motivasi yang tinggi, serta rasa berdaya diri yang memadai. Penelitian
tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar persepsi para guru tersebut sejalan dengan
penilaian para siswa terhadap dirinya.
Kenyataan-kenyataan yang kurang kondusif tersebut diduga sangat besar
kontribusinya pada kondisi pembelajaran BI yang kurang memuaskan seperti yang
digambarkan di atas; sementara itu, penelitian-penelitian terdahulu dalam bidang
pembelajaran bahasa menunjukkan bahwa kontribusi sikap positif, motivasi belajar
4
Ramage, 1990; Tachibana, Matsukawa, and Zhong, 1996), dan rasa berdaya diri yang
tinggi (Deci dan Ryan, 1992; Pajares, 1996; Pajares dan Miller, 1994) terhadap
interaksi siswa dalam PBM dan penguasaan kompetensi berbahasa bahasa telah banyak
mendapatkan dukungan bukti empiris. Dengan kata lain, kenyataan-kenyataan yang
telah menempatkan BI sebagai mata pelajaran yang tidak disenangi dan membosankan
(Sumardi, 1992) sesungguhnya dapat diubah menjadi kenyataan-kenyataan yang dapat
menempatkan mata pelajar tersebut ke tingkat yang lebih baik, yakni menjadi mata
pelajaran yang menyenangkan, menarik dan memberi manfaat nyata bagi kehidupan
para penuturnya.
Kondisi kedua yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian ini berkait
dengan upaya pengembangan model ajar-model ajar yang dapat mengembangkan
aspek-aspek afektif dan psikomotorik di samping aspek-aspek kognitif sehingga
pencapaian belajar akan lebih optimal. Seperti telah disinggung di atas, kemungkinan
pengembangan model ajar-model ajar seperti itu bukan harapan kosong. Sejumlah hasil
penelitian menunjukkan bahwa sikap dapat diubah (Watt, 2000), motivasi, rasa berdaya
diri, rasa mandiri, dan intensitas upaya dapat ditingkatkan (Ormrod, 2000; Stipek,
1998; Wlodkowski, 1996), dan partisipasi siswa dapat ditumbuhkan (Seifert, 1999).
Salah satu cara yang paling efektif untuk mengubah kondisi-kondisi di atas adalah
melalui pengembangan lingkung belajar yang mendukung penciptaan kondisi-kondisi
yang kondusif bagi perkembangan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
partisipasi siswa dalam PBM, yang pada gilirannya juga mempengaruhi prestasi belajar
siswa (Ormrod, 2000; Stipek, 1998; Wlodkowski, 1996). Penciptaan kondisi seperti itu
umumnya dilakukan melalui pengembangan model, metode, atau pendekatan
pembelajaran yang disesuaikan dengan fokus pengembangan aspek-aspek perilaku
5
bahasa, dalam praktek pembelajaran bahasa dapat kita jumpai berbagai model, metode,
dan pendekatan pembelajaran (Joyce, Weil, dan Showers, 1992, Joyce, Weil, dan
Calhoun, 2000; Nunan, 1991c; Rivers, 1968). Perkembangan mutakhir menunjukkan
bahwa pengembangan model, metode, atau pendekatan ‘monolitik’ dianggap tidak
memadai bagi pelayanan yang adil bagi semua pelajar dalam satu kelas (Kumaradivelu,
1994, 2001; Prabhu, 1990; Shrum dan Glisan, 2000; Rodgers, dalam presentasinya
pada TESOL Convention 2001 di St. Louis, Missouri). Peningkatan pemahaman
terhadap kompleksitas permasalahan kelas pada dasawarsa terakhir ini telah mendorong
pengembangan perangkat-perangkat prinsip pedagogi pasca-metode atau post-method
pedagogy (Kumaradivelu, 2001). Dalam kaitan ini, Joyce, Weil, dan Calhoun (2000)
mengajukan model ajar alternatif yang mereka sebut sebagai pendekatan model
berganda (multiple-models approach), Kumaradivelu (2001) mengajukan istilah
pedagogi pasca-metode (PPM), Grittner (1977) dan Rivers (1981) menyebutnya
pendekatan eklektik atau eklektisisme, dan IAAM (Incorporated Association of
Assistant Masters) (1949, 1956, 1967) menyebutnya “Compromise Method” yang pada
dasarnya berupa perangkat prinsip yang digunakan untuk menyelenggarakan
pembelajaran yang lebih adil dan diharapkan lebih efektif dalam mengembangkan
perilaku para pelajar.
Berdasarkan dua kondisi tersebut, peneliti memilih pengembangan model berganda
sebagai fokus penelitian. Sementara itu, penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan
adanya keterkaitan antara faktor-faktor afektif, partisipasi, dan penguasaan kompetensi
berbahasa, model berganda akan diuji efektivitasnya dalam meningkatkan kemajuan
siswa dalam ketiga faktor tersebut. Namun, karena peningkatan kualitas faktor-faktor
afektif dan partisipasi belajar juga merupakan bentuk-bentuk prestasi belajar, kedua
6
akan mengkaji pengaruh model berganda dalam meningkatkan prestasi belajar BI, yang
meliputi peningikatan kualitas penguasaan kompetensi berbahasa, partisipasi belajar,
dan faktor-faktor afektif.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Seperti terungkap dalam paparan di atas, sangat banyak faktor yang mempengaruhi
pembelajaran bahasa Indonesia. Oleh karenanya, banyak sekali alternatif fokus masalah
yang dapat dikaji. Mengambil semua alternatif fokus bukan hanya mustahil dari
perspektif keterbatasan keahlian peneliti melainkan juga karena terlalu luas untuk
cakupan sebuah disertasi. Oleh karena itu, penelitian disertasi ini difokuskan kepada
pengujian efektivitas Model Ajar BerorientasiKompetensi Berbasis Interaksi
Afeksionat (yang selanjutnya akan disingkat menjadi MABKBIA), yang dikembangkan
melalui prinsip-prinsip pengembangan model berganda, dalam meningkatkan kualitas
hasil belajar BI. Dengan kata lain, penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab
pertanyaan “Apakah MABKBIA efektif bagi peningkatan kualitas hasil belajar Bahasa
Indonesia?”
Konsep hasil belajar juga mencakup banyak perilaku dan kondisi siswa. Mulai dari
latar belakang individu, latar belakang sosioekonomi keluarga, lamanya pembelajaran
bahasa Indonesia, hingga intensitas partisipasi dan kualitas afektif disamping
kompetensi berbahasa. Dengan alasan yang sama seperti yang dikemukakan di atas,
cakupan kajian penelitian ini telah mengambil tiga aspek hasil belajar yang paling
sentral bagi pembentukan kemampuan berbahasa yang baik dan benar, yakni
kompetensi berbahasa, kualitas partisipasi dan faktor-faktor afektif siswa. Dari semua
faktor afektif yang bisa memiliki pengaruh penting terhadap pencapaian hasil belajar
bahasa Indonesia, hanya sikap, motivasi, kecemasan, rasa berdaya diri, dan rasa
7
pertanyaan-pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini telah dirumuskan dalam
rumusan-rumusan berikut:
“Dalam konteks pembelajaran bahasa Indonesia terhadap para siswa yang memiliki
masalah dalam bidang afektif, partisipasi, dan penguasaan kompetensi berbahasa,
apakah MABKBIA efektif dalam:
1. meningkatkan kualitas penguasaan siswa atas pengetahuan teoretis kebahasaan
BI?
2. meningkatkan kualitas keterampilan berbahasa siswa?”
Penguasaan kedua kompetensi di atas mensyaratkan sebuah interaksi
belajar-mengajar yang memberikan peluang bagi pengembangan
subkompetensi-subkompetensi yang membentuk kompetensi-kompetensi tersebut. Dengan kata lain,
untuk mencapai kedua kompetensi di atas diperlukan PBM-PBM yang melibatkan
siswa secara aktif dalam setiap langkah pembelajaran yang dilakukan guru. Oleh karena
itu, perantanyaan-pertanyaan mengenai efektivitas MABKBIA dalam meningkatkan
kualitas partisipasi siswa sangat penting untuk dijawab. Secara rinci,
pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Dalam konteks pembelajaran bahasa Indonesia terhadap para siswa yang memiliki
masalah dalam bidang afektif, partisipasi, dan penguasaan kompetensi berbahasa,
apakah MABKBIA efektif dalam:
3. meningkatkan kualitas peran siswa dalam interaksi belajar-mengajar?
4. meningkatkan kualitas linguistik kontribusi verbal siswa dalam proses
belajar-mengajar?
5. meningkatkan kualitas muatan kognitif kontribusi verbal siswa dalam interaksi
8
Seperti halnya penguasaan kompetensi-kompetensi berbahasa, peningkatan kualitas
partisipasi siswa dalam PBM juga menuntut adanya kondisi yang kodusif bagi
pertumbuhannya. Para siswa lazimnya hanya bersedia berpartisipasi dalam PBM jika
mereka merasa aman dari mendapat malu jika membuat kesalahan, diterima oleh
kelompoknya, dan didukung oleh lingkungan kelasnya, terutama guru. Jika
kondisi-kondisi seperti itu terpenuhi, para siswa umumnya mau berpartisipasi secara sukarela
atau paling tidak jika diminta untuk berpartisipasi. Keberhasilan berpartisipasi akan
menimbulkan rasa percaya diri, sikap positif dan motivasi yang tinggi serta
kemandirian dalam belajar. Tumbuhnya unsur-unsur tersebut dapat menurunkan
kecemasan debilitatif yang sering menghambat kemajuan belajar siswa. Dengan kata
lain, untuk menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam PBM diperlukan
langkah-langkah pengembangan faktor-faktor afektif. Oleh karena itu, pertanyaan-pertanyaan
mengenai efektivitas MABKBIA dalam meningkatkan kualitas faktor-faktor afektif
siswa sangat relevan untuk dijawab. Secara rinci, pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut:
“Dalam konteks pembelajaran bahasa Indonesia terhadap para siswa yang memiliki
masalah dalam bidang afektif, partisipasi, dan penguasaan kompetensi berbahasa,
apakah MABKBIA efektif dalam:
6. meningkatkan sikap positif siswa terhadap BI dan pembelajaran BI?”
7. meningkatkan minat dan intensitas motivasi siswa dalam belajar BI?
8. menurunkan kecemasan siswa dalam belajar dan dalam berbahasa Indonesia?
9. meningkatkan rasa berdaya diri siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar
dalam mata pelajaran BI?
9
Untuk mendapatkan informasi lengkap mengenai efektivitas MABKBIA dalam
meningkatkan faktor-faktor tersebut, perlu diketahui berbagai kemudahan dan kesulitan
yang mungkin dihadapi guru dan siswa dalam upaya mereka mengoptimalkan
pencapaian tujuan-tujuan pembelajaran melalui langkah-langkah yang disarankan
MABKBIA, pertanyaan-pertanyaan mengenai faktor-faktor yang membantu dan
menghambat penerapan MABKBIA juga relevan untuk dijawab.
C. Tujuan Penelitian
Seperti yang dapat disimpulkan dari uraian di atas, penelitian ini ditujukan untuk
mengembangkan dan menguji efektivitas MABKBIA. Secara rinci, tujuan-tujuan yang
hendak dicapai melalui penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Menguji efektivitas MABKBIA dalam meningkatkan kualitas hasil belajar,
yang meliputi penguasaan kompetensi berbahasa, partisipasi siswa dalam PBM
dan faktor-faktor afektif dalam mata pelajaran BI serta informasi rinci mengenai
berbagai faktor pendukung dan penghambat implementasinya;
2. Menemukan pola perkembangan prestasi belajar serta informasi rinci mengenai
berbagai faktor pendukung dan penghambat perkembangannya;
3. Menemukan pola perkembangan partisipasi siswa dalam PBM serta informasi
rinci mengenai berbagai faktor pendukung dan penghambat perkembangannya;
4. Menemukan pola perkembangan faktor-faktor afektif siswa serta informasi rinci
mengenai berbagai faktor pendukung dan penghambat perkembangannya.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penyelenggaraan penelitian ini dapat dirinci
sebagai berikut:
10
Konteks penelitian dan kompleksitas permasalahan dalam penelitian ini telah
memberikan peluang kepada MABKBIA untuk diuji coba secara intensif. Program
implementasi dan segala persyaratan yang berkait dengannya telah menempatkan
pengembangan MABKBIA sebagai alternatif yang lebih komprehensif daripada
alternatif-alternatif pengembangan unsur-unsur PBM secara parsial (Stern, 1983;
Nunan, 1991c) seperti pengembangan bahan ajar, media pembelajaran, atau
teknik-teknik pembelajaran secara terpisah-pisah. Keterkaitan langsungnya dengan
sasaran, yakni peningkatan kualitas ranah-ranah perilaku siswa, menempatkan
MABKBIA sebagai alternatif lebih strategis daripada alternatif-alternatif lain
seperti pengembangan kurikulum atau pengembangan unsur-unsur lain sistem
pendidikan yang memerlukan rute panjang untuk sampai kepada sasaran.
Sekurang-kurangnya dalam konteks pendidikan bahasa Indonesia. Temuan-temuan yang
dihasilkan penelitian ini menegaskan kompleksitas permasalahan pembelajaran
bahasa dan kompleksitas permasalahan yang ditimbulkan oleh kesenjangan antara
target pengembangan prestasi belajar (penguasaan kompetensi berbahasa,
partisipasi siswa dalam PBM, dan faktor-faktor afektif) dengan kondisi
variabel-variabel tersebut sebelum implementasi dimulai.
Temuan-temuan tersebut juga telah menegaskan pentingnya perangkat prinsip
yang khas bagi konteks pembelajaran bahasa Indonesia sehingga efektif bagi
pemecahan permasalahan yang teridentifikasi. Karakateristik-karakteristik khusus
siswa dan kedudukan BI dalam masyarakat Indonesia memerlukan langkah-langkah
penanganan khusus di samping langkah-langkah yang relatif universal dalam
pembelajaran bahasa. Temuan ini dapat memperjelas sebab-sebab
kekurangberhasilan implementasi inovasi-inovasi yang telah dilakukan dalam
11
pengalaman mengadopsi pendekatan-pendekatan dan metode-metode pembelajaran
BI yang telah dilakukan belum memberikan hasil yang memuaskan. Kurangnya
pertimbangan-pertimbangan sosiokultural khusus dalam implementasi upaya-upaya
inovatif tersebut dapat merupakan salah satu sebab penting ketidakberhasilan
tersebut. Sementara itu, penelitian-penelitian mutakhir menyarankan penggunaan
konsep-konsep yang secara luwes dapat menangani kelas dengan segala keragaman
karakteristik siswanya (Shrum dan Glisan, 2000).
2. Temuan-temuan Pola Perkembangan Prestasi belajar
Keragaman pola perkembangan penguasaan kompetensi berbahasa para siswa
dan temuan-temuan yang berkait dengannya dapat mempertegas manfaat penelitian
ini. Keragaman pola perkembangan komponen-komponen kompetensi berbahasa
telah memberikan bukti empiris bagi signifikansi pengembangan strategi-strategi
khusus bagi pembelajaran masing-masing keterampilan. Temuan-temuan seperti itu
sejalan dengan pikiran-pikiran dan hasil-hasil penelitian yang disajikan Hadley
(2001), dan Shrum and Glisan (2000). Sementara itu, keragaman karakteristik
belajar siswa mendukung saran-saran penelitian terdahulu mengenai pentingnya
strategi-strategi pelayanan yang berbeda kepada masing-masing siswa (Misalnya,
Oxford, Nyikos, and Crookall, 1987; Green and Oxford, 1995). Selain itu, pola
perkembangan yang dihasilkan oleh perilaku belajar MABKBIA telah
menunjukkan pentingnya kegiatan penilaian yang sinambung dan pentingnya
penilaian-diri oleh masing-masing siswa.
3. Temuan-temuan Pola Perkembangan Partisipasi siswa dalam PBM
Deskripsi rinci mengenai perkembangan partisipasi siswa dalam PBM dapat
menghasilkan gambaran mengenai pola dan karakteristik partisipasi siswa yang
12
ajar sangat berguna untuk menimbang efektivitas PBM-PBM yang berlangsung,
baik berupa jenis peran-peran yang dipegang para siswa dalam KBM maupun
kualitas kontribusi verbal dan muatan kognitif kontribusi mereka.
Keterkaitan antara pola-pola dan karakteristik-karakteristik partisipasi siswa
tersebut dengan strategi pemotivasian (Misalnya, Wlodkowski, 1996; Stipek, 1998;
Ormrod, 2000) dan fungsi skafolding (Donato, 1994; Donato dan McCormick,
1994; Wood, Bruner, dan Ross, 1976) dapat memberikan bukti empiris bagi
teori-teori pemotivasian dan skafolding serta perkembangan ZPD (Vygotsky, 1978).
Temuan mengenai keragaman tingkat efektivitas perkembangtan kualitas partisipasi
siswa selain menjadi bukti lebih lanjut pentingnya pertimbangan-pertimbangan latar
belakang siswa dan manfaat pendekatan model-berganda, juga dapat menjadi
landasan bagi penelitian-penelitian lanjutan.
4. Temuan-temuan Mengenai Pola Perkembangan Faktor-faktor afektif
Manfaat lain penelitian ini berupa temuan-temuan mengenai pola
perkembangan faktor-faktor afektif. Keragaman pola perkembangan masing-masing
faktor menunjukkan kerumitan perkembangan yang berkait dengan karakteristik
masing-masing faktor dan dengan karakteristik MABKBIA. Keragaman pola
perkembangan ini bukan hanya menarik melainkan juga penting untuk dijelaskan
dan dipahami dalam perspektif pembelajaran BI.
Interpretasi dan penjelasan logis atas pola perkembangan seperti itu dapat
mempertegas signifikansi kajian faktor-faktor afektif yang selama ini cenderung
terabaikan, baik pada tingkat praktek pembelajaran maupun pada praktek pengujian
dan penelitian PBM. Pada tataran teoretis, pola perkembangan tersebut juga
mengisyaratkan pentingnya konseptualisasi faktor-faktor afektif dalam konteks
13
konteks-konteks khusus sudah ditengarai oleh sejumlah peneliti terdahulu
(misalnya, Iyengar dan Lepper, 1999; Littlewood, 1999; Noles, et. al., 2000).
Dalam bagian akhir tulisannya mengenai konseptualisasi motivasi, misalnya, Noles,
Pelletier, Clément, dan Vallerand (2000) menegaskan:
It remains the subject of future research, however, to articulate the manner in which these different motivational processes can be consolidated into a more comprehensive model of L2 motivation that can account for how motivational parameters may be set in different sociocultural contexts.
Signifikansi pertimbangan-pertimbangan konteks ini didukung oleh hasil-hasil
sejumlah penelitian yang relevan. Penelitian Ree (1980), misalnya, menemukan
bahwa para siswa Asia cenderung menghindari partisipasi. Iyengar dan Lepper
(1999) menemukan bahwa anak-anak Amerika-Asia termotivasi secara intrinsik
jika pilihan dalam belajar dilakukan oleh yang berkewenangan, dan Cho (2001)
menemukan bahwa para pelajar Korea cenderung pasif dalam mengangkat isyu dari
bacaan, mendiskusikan pendapat pribadi atau gagasan-gagasan yang berkait dengan
diskusi, dan bertanya mengenai hal-hal yang bersifat pengembangan dari gagasan
yang sedang dibicarakan. Terakhir, Alwasilah (1991) menemukan bahwa dalam
diskusi kelompok, para mahasiswa Indonesia cenderung menjadi penyimak
daripada pembicara, dan jika berbahasa Indonesia, mereka cenderung kurang
meyakinkan dan insisten. Dalam presentasi, mereka kurang percaya diri dan di
dalam kelas mereka cenderung dingin dan alim. Penelitian lain yang relevan untuk
dikaji dalam kaitan ini adalah penelitian Warden dan Lin (2000). Penelitian ini
mengkaji keberadaan motivasi integratif dalam sebuah latar pengajaran bahasa
Inggris sebagai bahasa asing di Asia, yakni Taiwan. Dalam penelitian tersebut,
Warden dan Lin menemukan bahwa hasil penelitian menunjukkan tidak adanya
14
mereka. Sebaliknya, bukti-bukti keberadaan motivasi instrumental justru signifikan.
Temuan ini menjadi bukti lain adanya keterkaitan variabel-variabel pembelajaran
bahasa dengan konteks pembelajaran itu sendiri.
E. Asumsi
Ada sejumlah asumsi yang dijadikan landasan dalam penelitian ini:
1. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses bantuan yang diberikan orang
dewasa kepada mereka yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya.
Dalam jenis proses pendidikan apa pun, kegiatan utama pihak-pihak yang
terlibat di dalamnya adalah menuntun para peserta didik kepada
kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk menjalani hidupnya. Lazimnya bantuan ini
diberikan oleh mereka yang lebih dewasa kepada mereka yang belum mencapai
kedewasaannya. Orang dewasa dalam kaitan ini tidak hanya terbatas kepada
guru dan orang tua atau orang-orang lain menurut usia kalender lebih tua,
melainkan juga sebaya yang telah lebih dulu mencapai kedewasaanya.
2. Pencapaian tingkat kedewasaan menuntut optimalisasi seluruh potensi yang
dimiliki semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan. Optimalisasi
pemanfaatan potensi-potensi tersbut sangat menentukan keberhasilan sebuah
proses pendidikan. Sebaliknya kegagalan mengotimalkan potensi-potensi
tersebut bukan hanya akan memperendah tingkat keberhasilan, melainkan juga
dapat menyebabkan kegagalan. Keberhasilan proses pendidikan sangat
bergantung kepada keberhasilan orang dewasa membantu mereka yang belum
dewasa memanfaatkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka.
3. Semakin beragam dan alamiah pajanan dan pengalaman belajar yang diperoleh
siswa, semakin besar peluang siswa mencapai keberhasilan belajar. Siswa yang
15
(roughly-tuned materials and experiences) akan memperoleh peluang yang lebih
besar untuk melihat sebuah konsep dari berbagai sudut. Sehingga pemahaman
mereka terhadap konsep tersebut akan lebih komprehensif. Sebaliknya, siswa
yang hanya dipajankan kepada pajanan dan pengalaman laboratoris
(finely-tuned materials and experiences) akan menyebabkan siswa tercerabut dari
pemahaman mengenai kehidupan nyata dan mendapatkan kesulitan berarti
untuk memperoleh pemahaman secara komprehensif.
4. Semakin tinggi tingkat interaksi antar peserta didik, semakin besar para peserta
memperoleh peluang menegosiasikan makna. Interaksi selain memberi
kesempatan untuk menambah frekuensi latihan, juga memberi kesempatan
untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami, menguji dugaan
sementara atas pola dan pemahaman konsep, dan menyadari
kesalahan-kesalahan yang terlanjur dibuatnya. Dengan kata lain, interaksi dapat berfungsi
sebagai sarana skafol (pemberian bantuan kepada yang belum mencapai tujuan
belajar), sehingga peluang siswa untuk mengotimalkan daerah rentang
perkembangannya (zone of proximal development) lebih terbuka.
5. Semakin kondusif sebuah PBM, semakin besar peluang siswa untuk
menyelesaikan tugas-tugas belajar secara optimal. PBM-PBM yang diwarnai
oleh kasih sayang orang-orang dewasa terhadap mereka yang belum mencapai
kedewasaannya, akan menyebabkan pihak yang sedang belajar merasa tenang,
tidak merasa cemas dan tegang, serta mendorong munculnya keberanian untuk
mencoba. Dalam suasana seperti itu, membuat kesalahan bukanlah sebuah
perbuatan yang memalukan, karena dengan penuh kasih sayang, orang-orang
16
Sebaliknya, mereka yang membuat kesalahan akan merasa beroleh kesempatan
untuk menguji dugaan-dugaan ilmiahnya atas pemahaman mereka.
6. Bahasa adalah perilaku sosial. Belajar bahasa berarti belajar berperilaku sosial.
Oleh karena itu, keberhasilan belajar bahasa sangat dipengaruhi oleh
keotentikan konteks PBM. Mempelajari bahasa dalam konteks sosial yang
mendekati konteks nyata akan menuntun siswa kepada penguasaan bahasa
secara alamiah, bermakna, dan bermanfaat bagi kehidupan mereka. Sebaliknya,
mempelajari bahasa dalam konteks-konteks semu dan laboratoris hanya akan
menghasilkan perkembangan parsial dan tercerabut dari kebermaknaan yang
optimal.
Sebagai perilaku sosial, belajar bahasa sangat dipengaruhi oleh konteks
sosio-budaya tempat PBM dilakukan. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa yang
berhasil mensyaratkan perumusan tujuan khusus bagi peserta didik khusus di
tempat yang khusus dalam waktu yang khusus.
7. Bangsa Indonesia hidup dalam latar budaya yang khas; karenanya,
penyelenggaraan proses pembelajaran yang sesuai dengan latar belakang
budaya bangsa Indonesia akan lebih memberikan peluang keberhasilan daripada
proses pembelajaran yang tidak memiliki ciri-ciri yang selaras dengan latar
tersebut, termasuk proses-proses belajar yang telah terbukti efektif diterapkan di
negara-negara maju. Penekanan kepada nilai-nilai luhur bangsa Indonesia dalam
mengembangkan prinsip-prinsip pembelajaran akan lebih menjamin efektivitas
pencapaian keberhasilan belajar daripada penggunaan nilai-nilai luhur bangsa
17
F. Hipotesis
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, peneliti telah merumuskan sebuah hipotesis
utama dalam penelitian ini, yakni:
“MABKBIA efektif dalam meningkatkan kualitas penguasaan kompetensi
berbahasa Indonesia, kualitas partisipasi belajar, dan kualitas faktor-faktor afektif
para siswa.”
Dari hipotesis ini, sejumlah rumusan hipotesis rinci telah diturunkan, meliputi:
1. MABKBIA efektif dalam meningkatkan kualitas penguasaan pengetahuan
teoretis kebahasaan para siswa.
2. MABKBIA efektif dalam meningkatkan kualitas penguasaan keterampilan
berbahasa para siswa.
3. MABKBIA efektif dalam meningkatkan kualitas peran para siswa dalam PBM.
4. MABKBIA efektif dalam meningkatkan kualitas aspek linguistik kontribusi
verbal para siswa.
5. MABKBIA efektif dalam meningkatkan kualitas muatan perilaku belajar siswa.
6. MABKBIA efektif dalam meningkatkan kualitas sikap positif para siswa dalam
belajar bahasa Indonesia.
7. MABKBIA efektif dalam meningkatkan kualitas motivasi para siswa dalam
belajar bahasa Indonesia.
8. MABKBIA efektif dalam menurunkan kecemasan para siswa dalam belajar
bahasa Indonesia.
9. MABKBIA efektif dalam meningkatkan kualitas rasa berdaya diri para siswa
dalam belajar bahasa Indonesia.
10.MABKBIA efektif dalam meningkatkan kualitas rasa mandiri para siswa dalam
18
G. Lokasi dan Sampel Penelitian
Penelitian diselenggarakan di SLTP KORPRI Unit Universitas Pendidikan
Indonesia Kota Bandung. Sekolah ini dipilih karena memiliki karakteristik yang
diperlukan untuk menjadi latar penelitian ini. Tiga buah kelas II telah dipilih sebagai
sampel penelitian. Pertimbangan-pertimbangan berikut telah diambil dalam
menentukan sampel penelitian. Pertama, atas pertimbangan bahwa siswa harus telah
mengalami pembelajaran bahasa Indonesia secara memadai, peneliti telah memilih
kelas II sebagai sampel. Persyaratan ini diterapkan untuk memastikan bahwa para siswa
sampel telah memiliki kesan dan bisa mempersepsi pembelajaran yang pernah
dialaminya dengan memadai. Kelas I dianggap belum cukup memenuhi persyaratan
tersebut; karena itu tidak dipilih sebagai sampel penelitian. Sementara itu, karena
pertimbangan tengah dipersiapkan untuk menghadapi ujian akhir, kelas III pun tidak
dipilih. Kedua, atas pertimbangan bahwa kelas-kelas yang dipilih harus berada dalam
tanggung jawab seorang guru yang sama, maka hanya kelas IIA, IIB, dan IIC yang
telah dipilih sebagai sampel. Ketiga, atas pertimbangan hasil tes awal, kelas IIA dan
kelas IIB dipilih sebagai kelas-kelas sampel dalam eksperimentasi murni, sedangkan