~
P
e
k
e
R
k
t
«UNrAU~
~o@)
I
I
Iran
a
ya
t""'~
o
Kamis0
Jumat
0
Sabtu0
Minggu-B 9 10 11 12 13 14 15 16
23 24 25 26 27 28 29 30 31
o
Jun-OJul
- .
A--g;-6-~p-
0
Okt
0
No~--
0
O;s-.
Sel<,sa
0
Rabu
456
7
20 21 22
o
Mar
0
A(Jf
0
Mei
o
Senin
1
~
3 1 7 CJ,JJJ 19-.---.
o
Jan0
PebDileIlla Partai
Goll~ar
maupun legislatif, seperti Abu-rizal Bakrie, Andi Mattalata, Agung Laksono, sedangkan kubu yang memilih opsi kedua direpresentasikan mereka yang berada di luar pemerintahan seperti Sultan Hamengkubu-wono X, Syamsul Muarif, dan kalangan muda dengan tokoh utamanya Yuddy Chrisnandi.
Dari perkembangan situasi yang terjadi pada Rapimnas kemarin tampaknya opsi yang pertama sangat dominan. Ku-bu yang menjadikan leal seba-gai kandidat Ketua Umum Partai Golkar mendapatkan le-bih banyak dukungan dari De-rah Luar Biasa (Munaslub) wan Pimpinan Daerah (DPD) dari jadwal semula yaitu De- I. Kubu yang dikenal dengan sember. Kedua, isu apakah Triple A tersebut, yakni Aburi-partai ini akan tetap berada zal Bakrie, Akbar Tanjung, dan dalam pemerintahan atau ke- Agung Laksono, diyakini bakal luar menjadi partai oposisi. memilih merapat kepada Susi-Dengan disepakatinya waktu 10Bambang Yudhoyono (SBY). penyelenggaraan Munas pada Permintaan kubu ini agar Mu-Oktober mendatang, berarti nas dipercepat tidak lain agar Menguatnya pragmatisme isu utama sekarang adalah mereka dapat.
"mempersiap-Pascakekalahan Golkar, apakah Golkar akan memutus- kan" para kademya menjelang baik dalam pileg maupun pil- kan tetap di pemerintahan pembentukan kabinet baru pres,ada dua isu utama yang atau menjadi oposisi. Kubu SBY-Boediono.
berembus pada tubuh partai yang menghendaki opsi perta- Apa yang berlangsung pada beringin tersebut. Pertama, ma direpresentasikan oleh eli- tubuh Partai Golkar mengin-adalah isu apakah Munas di- te Golkaryang kini memegang dikasikan sejumlah halo Perta-percepat menjadi Musyawa- jabatan baik pada eksekutif ma, pra~atisme politik
ma---
~ ~- -""'-;.-
-Oleh IDING R. HASAN
R
. APAT PimpinanNa-sional (Rapimnas) V . Partai Golkar di Kan-tor DPPPG, Slipi, Jakarta Ba-rat, berakhir Kamis (13/8) ma-lam. Meskipun dalam acara Rapimnas tersebut tidak dibi-carakan masalah-masalah yang akan dibahas pada Mu-nas, tetapi terlihat dari berba-gai pemyataan para elite Partai Golkar bahwa partai ini ingin melakukan konsolidasi diri, terutama akibat kekalahannya baik pad a Pemilihan Legislatif (Pileg) April 2009 maupun pa-da Pemilihan Presiden (Pil-pres) Juli 2009. Dalam kon-teks ini, semua kandidat ketua umum~ yakni Aburizal Bakrie, . Surya Paloh, Ferry Mursyidan Baldan, dan Yuddy Chrisnandi bersepakat tentang perlunya Golkar berkonsolidasi.
---Kliping
Humas
Unpad
2009
--sih begitu dominan di mana kepentingan politik praktis, yakni mendapatkan kue ke-kuasaan, seolah menjadi ruh perjuangan politik mereka. Hal ini kian memperkuat si-nyalemen bahwa Golkar tidak akan pemah bisa hidup tanpa pemerintah.
Kedua, kekuatan uang ada-lah segala-galanya bagi elite Golkar. Artinya, orang-orang yang berhak memimpin Gol-kar adalah mereka yang ber-kantong tebal. Sementara itu, yang hanya mengandalkan idealisme dengan sendirinya akan tersingkir dari arena. Dalam konteks inilah, peluang leal untuk menjadi ketua umum partai ini paling besar dibandingkan dengan kandi-dat-kandidat lainnya.
Dilema
Menurut hemat penulis, menguatnya opsi untuk tetap berada dalam pemerintahan bagi Golkar membawa dilema tersendiri yang dalam derajat tertentu justru menimbulkan citra buruk partai ini. Perta-ma, meskipun Golkar tetap berada dalam pemerintahan akan mendapatkan keuntung-
-
..-
--an politik, tetapi sejatinya ke-rugian politiknya akan lebih besar. Citra bahwa partai ini bergantung sepenuhnya kepa-da pemerintah akan terus me-lekat ill benak masyarakat.
Kedua, dengan opsi terse-but Golkar seakan tidak per-nah mau belajar dari kesalah-an. Perilaku elite partai ini yang tetap memperlihatkan kecenderungan Orde Haru, tentu akan menjadi catatan buruk di mata rakyat. Seha-rusnya, Golkar melakukan perbaikan diri antara lain de-ngan memilih para pemim-pinnya yang masih memiliki idealisme politik untuk me-nyongsong Pemilu 2014.
Sayangnya, wacana tersebut tergerus oleh arus besar prag-matisme politik. Jika demiki-an, bukan tidak mungkin apa yang dikatakan Arbi Sanit se-perti dikutip harian ini, bahwa Golkar sedang menggali lu-bang kubumya sendiri akan menjadi kenyataan.***
Penulis, mahasiswa