• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Berlakunya otonomi daerah meninggalkan pengaruh yang permanen terhadap kehidupan bangsa dan negara. Hadirnya tuntutan otonomi daerah bersamaan dengan kebangkitan kesadaran daerah untuk mengatur diri sendiri, berekspresi diri, serta kebangkitan masyarakat dan dalam mengarifi dan mengaktualisasikan keragaman budaya lokal dalam mewarnai dan memberi kontribusi optimal bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat di daerah.

Otonomi, atau juga sering disebut devolusi merupakan pelimpahan wewenang (diskresi) kepada badan hukum lokal di luar organisasi yang memberikan kewenangan tersebut. Di Indonesia sering dirumuskan sebagai wewenang yang diberikan kepada suatu daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Wewenang itu, tidak saja wewenang pemerintahan dan politik, tapi juga wewenang keuangan dan ekonomi.

Efektivitas implementasi otonomi daerah terletak pada satu kata kunci strategis, yakni pada kemampuan dan kesiapan pemerintah daerah, elite politik daerah dan rakyat di daerah dalam mengelola segala sumber daya yang dimiliki untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi terwujudnya kesejahteraan masyarakat di daerah yang bersangkutan.

Abstrak

Efektivitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah

Oleh

(2)

Latar Belakang

Implementasi kebijak-sanaan otonomi daerah yang dicanangkan melalui Undang-undang No. 22 Tahun 1999, dan kemudian direvisi melalui Undang-undang No. 32 Tahun 2004, sudah lebih lima tahun dijalankan. Undang-undangnya itu sendiri dalam salah satu klausulnya menya-takan bahwa sekalipun sudah ditetapkan pada tanggal 7 mei 1999, tetapi dilakukan secara bertahap. Hal ini dinyatakan dengan jelas dalam Pasal 132 ayat (1) dan ayat (2) sebagai berikut:

“1) Ketentuan pelaksanaan sebagai tindak lanjut undang-undang ini sudah selesai selambat-lambatnya satu tahun s e j a k u n d a n g - u n d a n g i n i ditetapkan; 2) Pelaksanaan undang-undang ini dilakukan s e c a r a e f e k t i f s e l a m b a t -lambatnya dalam waktu dua tahun sejak ditetapkannya undang-undang ini”.

Dari rumusan diatas, kita dapat melihat dengan jelas bahwa ada masa tenggang waktu y a n g d i p e r l u k a n s e b e l u m U n d a n g - u n d a n g t e r s e b u t diimplementasikan. Hal itu d i p e r l u k a n d a l a m r a n g k a menyiapkan semua Peraturan pelaksanaan yang memang diperlukan sebagai pedoman bagi Pemerintah Daerah dan semua pihak dalam pelaksanaan-nya. Di samping itu, tenggang

waktu tersebut akan dimanfaat-kan untuk melakudimanfaat-kan sosialisasi dari Undang-undang tersebut, terutama yang berhubungan dengan maksud dan tujuan dari setiap Pasal sehingga masya-rakat dapat memahami dengan benar.

Namun, implementasi merupakan hal yang lain, sekalipun merupakan satu kesatuan dari semua proses kebijaksanaan publik dalam sebuah negara. Bagaimana pun baiknya misi yang diemban dan bagaimana pun luhurnya tujuan sebuah kebijaksanaan, kuncinya adalah pada implementasi. Dalam implementasi terjadi interaksi yang melibatkan berbagai macam kepentingan yang ada dalam masyarakat, yang dikenal dengan istilah

stakeholders. Karena itu, implementasi akan selalu melibatkan kepentingan politik masyarakat; hal itulah yang m e n j a d i k a n i m p l e m e n t a s i sangat rumit.

Otonomi dan Birokrasi

(3)

yang diwariskan kelompok, secara bebas mengatur, menen-tukan, mengelola, merumuskan, dan melaksanakan aktivitas yang diorientasikan pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Angga-pan dasar ini sejalan dengan sistem pengetahuan lokal masya-rakat yang mengajarkan bahwa otonomi itu sebagai hak atau suatu tradisi turun temurun yang didapat sejak lahir, sebagai hak bawaan adalah kemandirian, kedewasaan, dan kematangan dalam mengurus rumah tangga kehidupannya sendiri.

Hal ini berarti, bahwa otonomi merupakan hak bawaan asasi manusia untuk mengatur dan mengurus rumah tangga dan diri mereka sendiri sesuai dengan tradisi dan adat kebiasaan yang berlaku bagi seluruh anggota kelompok, tanpa intervensi dan pengendalian pihak lain. Artinya, setiap kelompok masyarakat mempunyai otonomi atas diri mereka sendiri. Karena itu, otonomi daerah merupakan hak bawaan suatu institusi masya-rakat, bukan pemberian antar-kelompok. Dengan demi-kian, otonomi daerah itu pada awal mulanya adalah hak suatu institusi masyarakat yang dikon-versi melalui proses pemerin-tahan. Isi otonomi sebagai hak bawaan masyarakat, adalah urusan privat yang diseleng-g a r a k a n s e c a r a v o l u n t a r y

b e r d a s a r k a n k e s e p a k a t a n ,

termasuk di dalamnya hak atas lingkungan hidup, bumi dengan segala isinya, perairan dan a n g k a s a , s e b a g a i s u m b e r kehidupan. Dalam hal ini, masyarakat sendiri yang meme-nuhi kebutuhan hidupnya melalui optimalisasi potensi sumber daya alam dan sumber daya lainnya.

(4)

sangat tergantung pada kapa-sitas, kapabilitas, kuantitas, dan kualitas birokrasi itu sendiri.

Makna Implementasi dalam Kebijaksanaan Publik

Implementasi merupakan salah satu tahap dalam proses kebijaksanaan publik dalam s e b u a h n e g a r a . B i a s a n y a , implementasi dilaksanakan setelah sebuah kebijaksanaan dirumuskan dengan tujuan yang jelas, termasuk tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. C h a r l e s O . J o n e s ( 1 9 9 4 ) merumuskan implementasi sebagai “a process of getting additional resources so as to figure out what is to be done”. Sementara itu, Pressman dan Wildavsky (1990) merumus-kannya sebagai “a process of interaction between setting of goals and action geared to achieving them…” dan “A set of activities directed toward putting a program into effect”. Aktivitas tersebut mencakup: “ Organi-sasi: penetapan penyusunan kembali sumber daya, unit, dan metoda untuk meletakkan program ke dalam efek; “Penaf-siran: terjemahan program bahasa ke dalam rencana dan bisa diterima dan direktif;

“Aplikasi: ketetapan jasa rutin, pembayaran, atau instrumen lain a t a u h a s i l p r o g r a m y a n g disetujui.

Mengacu kepada beberapa

pemahaman yang dikemukakan di atas, terlihat dengan jelas bahwa implementasi merupakan suatu rangkaian aktivitas dalam rangka menghantarkan kebijak-sanaan kepada masyarakat sehingga kebijaksanaan tersebut dapat membawa hasil sebagai-mana diharapkan. Rangkaian kegiatan tersebut mencakup: Pertama, persiapan seperangkat peraturan lanjutan yang meru-pakan interpretasi dari kebijak-sanaan tersebut. Dari sebuah Undang-Undang muncul sejum-lah Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Peraturan Daerah, dan lain-lain.

K e d u a , m e n y i a p k a n sumber daya guna menggerak-kan kegiatan implementasi termasuk di dalamnya sarana dan prasana, sumber daya keuangan, dan tentu saja penetapan siapa yang bertang-gung jawab melaksanakan kebijaksanaan tersebut.

K e t i g a , b a g a i m a n a mengantarkan kebijaksanaan secara kongkret kepada masya-rakat. Kelihatannya implemen-tasi merupakan hal yang mudah, namun kenyataannya sangatlah kompleks.

Prinsip-prinsip Praktik Implementasi

(5)

kurangnya penelitian yang terperinci apakah sistem kualitas, yang pernah diperkenalkan, memperbaiki kulaitas pelayanan atau tidak. D a l a m p e l a y a n a n publik, penelitian cen-derung menguji opini p e n g g u n a , t a n p a mengaitkan dengan sistem produksi pela-yanan atau menghitung dan kadang-kadang menganalisis sistem dan struktur mana-jemen tanpa mengait-kannya dengan pela-yanan yang dihasilkan. Sama halnya dalam sektor swasta sulit menemukan bukti efek program kualitas dalam

outputs dan outcomes.

Peters dan Waterman (1982) menganalisis k a r a k t e r i s t i k p e r u s a h a a n y a n g ' u n g g u l ' , t e t a p i penelitiannya lebih pada proses induksi dari pada mengamati perencanaan program k u a l i t a s m e n g e n a i kinerja. Pakar lain hampir tidak menye-butkan tentang peneli-tian yang sistematis. Sumber untuk model mereka adalah ide dan p e n g a l a m a n , y a n g

hampir menghubung-k a n p a d a p r o s e s manajemen. Outcome

diasumsikan bukan diuji.

2) Rantai Kualitas dan

gap Pelayanan

Rantai kualitas p e l a y a n a n a d a l a h bagian kunci teka-teki k u a l i t a s . R a n t a i kualitas pela-yanan a d a l a h p e r a l a t a n diagnosa, dan dasar untuk program tinda-kan. Juga menyoroti tidak hanya saling k e t e r g a n t u n g a n banyak tindakan yang terpisah, tetapi fakta bahwa setiap tahap p r o s e s p e l a y a n a n , terdapat produser dan k o n s u m e n . J i k a kualitas adalah tentang p e l a y a n a n k e p a d a k o n s u m e n , m a k a r a n t a i k u a l i t a s pelayanan mengguna-kan begitu banyak hubungan sepanjang rantai seperti pada hubungan akhir, yakni pada perbatasan antara organisasi dan publik. 3) Menganalisis Rantai

(6)

k r i t i s : p e r l u n y a tindakan untuk meng-hasilkan hasil khusus dianalisis untuk meli-hat siapa yang harus melakukan apa, dan kapan, dalam rangka untuk meng-hasilkan h a s i l y a n g p a l i n g efisien. Teknik ini berguna untuk meng-klarifikasi sebe-rapa banyak tindakan berbe-d a y a n g m e m b u a t pelayanan lengkap, beberapa penyedia pelayanan lain, yang menghubungkan diri-n y a d a l a m r a diri-n t a i , mungkin tidak menya-darinya. Teknik ini juga mengklarifikasi area tanggung jawab ber-beda yang seringkali terfragmentasi.

4) R a n t a i K u a l i t a s Pelayanan Termasuk Publik

R a n t a i p e l a y a n a n adalah ide yang sangat praktis, yang relevan untuk semua pelayanan publik. Rantai ini ditunjukan dalam studi baru-baru ini tentang p e l a y a n a n p u b l i k Belanda. Studi Belanda mengidentifikasi bebe-rapa tahap palayanan kunci, yang membantu dalam

mengembang-kan konsep pelayanan atau rantai kulaitas. Tahap-tahap ini dilihat dari titik pandang konsumen, yaitu: ·K e w a s p a d a a n:

konsumen perlu mengetahui hak dan komitmennya, m e r e k a p e r l u w a s p a d a d a n m e n g e t a h u i k e l o m p o k t a r g e t n y a , d a n m e n g e l u a r k a n 'kegiatan promosi' untuk meyakinkan bahwa informasi yang benar melalui kelompok ini. ·F o r m u l a s i

p e r m i n t a a n: publik perlu untuk b i s a m e m f o r -mulasikan permin-taan dengan cara yang akan dires-ponkan.

·Interaksi: permin-taan harus diter-jemahkan dalam program tindakan. Hubungan antara publik dan peme-rintah harus diben-tuk dengan cara seperti memper-tinggi proses ter-sebut.

·Penawaran

(7)

pelayanan yang benar

Ide pusat pela-yanan adalah untuk memutuskan 'kema-cetan' yang terjadi selama proses ini. Termasuk kemacetan internal, antara garis d e p a n d a n g a r i s belakang, dan antara d e p a r t e m e n y a n g kegiatannya terkoor-dinasi perlu menyedia-kan pelayanan penuh. T a h a p i n t e r a k s i pelayanan merupakan titik dimana koneksi pelayanan internal, rantai kualitas pela-yanan, harus diiden-tifikasikan. Analisi ini merupakan pengingat bahwa rantai pelayanan b u k a n m e r u p a k a n gambaran internal yang terisolasi, rantai ini h a r u s t e r h u b u n g dengan konsumen dan dengan publik yang lebih luas, yang pada akhirnya tidak hanya dalam istilah untuk merespon permintaan khusus, tetapi sebagai sistem lengkap yang memperhatikan tujuan publik untuk pelayanan y a n g d i b e n t u k d i tempat pertama.

A n a l i s i s i n i

merupakan pengingat b a h w a r a n t a i p e l a y a n a n b u k a n merupakan gambaran internal yang ter-isolasi: rantai ini harus t e r h u b u n g d e n g a n konsumen dan dengan publik yang lebih luas, yang pada akhirnya tidak hanya dalam istilah untuk merespon permintaan khusus, tetapi sebagai sistem lengkap yang memper-hatikan tujuan publik untuk pelayanan yang dibentuk di tempat pertama.

5) Analisis gap

D a l a m k o n s e p hubungan ini dan titik lemah dalam rantai m e n j a d i i d e g a p

p e l a y a n a n , y a n g awalnya dikembang oleh Parasuraman, Zeithml dan Berry p a d a p e r t e n g a h a n 1980-an dan sekarang sedang dikembangkan d a l a m k o n t e k s pemerintahan Inggris o l e h S p e l l e r d a n G h o b a d i a n ( 1 9 9 3 ) . Gap adalah antara pengetahuan produser d a n k o n s u m e n , p e m a h a m a n d a n harapan pelayanan.

(8)

pelayanan dipengaruhi oleh dua gap selan-jutnya. Satu adalah l e v e l m a n a j e m e n , antara persepsi apa yang diperlukan dan kemampuan kemudian untuk menspeksifikasi a p a y a n g p e r l u d i l a k u k a n ; k e d u a a d a l a h a n t a r a spesifikasi dan kinerja aktual.

6) Infrastruktur Organisasi R e f o r m a s i i n f r a -struktur organisasi dalam sistem kualitas, k h u s u s n y a T Q M , m u n g k i n m e n j a d i bagian integral dari p r o g r a m k u a l i t a s . Namun, untuk menem-patkan kepercayaan memperbaiki seluruh infrastruktur organisasi tunggal dalam suatu program merupakan strategi yang berba-haya, jika merupakan kasus, maka perubahan u t a m a d i p e r l u k a n . Kemudian kebijakan kualitas harus dibawa dengan semua kebija-kan strategik lain.

7) Memetakan Sistem

Kualitas

S i s t e m k u a l i t a s idealnya mencakup proses:

·Mengidentifikasi

dan melihatkan p e m i n a t ,

s t a k e h o l d e r s

(pelaku/pemegang saham) dan aktor kunci.

·Mengembangkan

dan membuat nilai dan tujuan yang eksplisit.

·Mengembangkan

standar pelayanan yang ideal (jangka panjang) dan dapat diperoleh (jangka menengah).

·D i a g n o s a organisasi: rantai pelayanan, gap

p e l a y a n a n , k e k u a t a n d a n kelemahan.

·Mengindentifikasi d a n m e m i l i h p i l i h a n u n t u k tindakan.

·I m p l e m e n t a s i program.

·M e m o n i t o r , mengevaluasi, dan meninjau.

8) Peta Komisi Audit Komisi audit (1993c) menyarankan bahwa peta kualitas yang komprehensif terdiri dari empat elemen utama:

(9)

2. Spesifikasi, 3. Pengiriman, 4. Orang dan sistem

P e m e r i n t a h daerah dapat meng-gunakan peta untuk menempatkan area apa yang tercakup atau tidak tercakup oleh sistem kualitasnya. Implikasinya adalah bahwa semua empat area tersebut harus tercakup jika kekuasa-a n d kekuasa-a n p r o g r kekuasa-a m kualitas dapat dikerja-k a n , m a dikerja-k a d a p a t dikeluarkan.

9) Metode dan Tujuan Sistem Kualitas

Organisasi kesehatan y a n g d e f i n i s i kualitasnya terutama ditulis dalam istilah ' 'kepuasan pelanggan' d i f o k u s k a n p a d a usaha memperbaiki hubungan dengan p e n g g u n a , d a l a m penelitian pasar dan,

u n t u k

p e r l u a s a n , d a l a m pendidikan pasien. P e n d i d i k a n i n i t a m p k n y a t e l a h menjadi didominasi produser umumnya, m e n j a d i l e b i h memperhatikan ten-tang membuat pasien memahami apa yang

sedang dilakukan s e c a r a m e d i s kemudian meng-klarifikasi harapan-nya atau mendorong p e r t a n y a a n a t a u tantangan terhadap p e l a y a n a n y a n g ditawarkan lebih pada suatu model medis!

10) Inputs, Throughputs

(proses), Outputs

dan Outcomes

Sistem kualitas perlu m e m p e r h a t i k a n model manajemen

inputs, throughputs

(proses), output dan

outcome. Model ini digunakan secara luar dan merupakan bantuan lebih lanjut dalam membedakan f o k u s p r o g r a m k u a l i t a s y a n g b e r b e d a , b a i k s e b a g a i p r o s e s manajeman internal m a u p u n s e b a g a i bagian hubungan antara klien dan kontraktor.

11) Memetakan Inisiatif Kualitas

(10)

eksplisit didefini-sikan di bawah judul 'kualitas' atau tidak masuk dalam banyak bentuk dan formula, k a d a n g - k a d a n g dalam pencakupan strategi, kadang-kadang sebagai hasil antusias dan nilai i n d i v i d u a t a u departemen. Setelah d i p e r m a i n k a n d e n g a n i d e menghasilkan meja yang terlihat rapi melawan inisiatif yang dapat dipeta-kan, mungkin ada terlalu banyak varia-bel yang dapat mela-kukan hal ini dengan cara yang bermanfaat dan berarti.

B e r i k u t i n i a d a l a h masalahnya, program utama yang akan penting untuk diamati adalah:

·Kontrol Kualitas(KK)

Kontrol kualitas mungkin m e r u p a k a n m e t o d e implementasi kualitas yang p a l i n g f a m i l i a r . Pendefinisian karakteris-tiknya memfokuskan pada k u a l i t a s p r o d u k a t a u p e l a y a n a n s e t e l a h diproduksi. Berdasarkan spesifikasi terperinci dan dilengkapi oleh desain produk dan proses produksi

yang bermaksud untuk meraih spesifikasi, apa yang s e b e n a r n y a d i h a s i l k a n dibandingkan melalui proses inspeksi dengan apa yang b e r m a k s u d d i p r o d u k s i (Caplan,1982). Konsistensi dapat diuji melalui teknik sampling, dan sesuai untuk spesifikasi dapat diuji melalui observasi, uji fisik dan survey, uji fisik dan survey konsumen post-hoc. ·Jaminan Kualitas(JK)

Jaminan kualitas adalah ' p e n c e g a h a n m a s a l a h k u a l i t a s s e c a r a u m u m melalui kegiatan yang terencana dan sistematis (termasuk dokumentasi). P e m o n i t o r a n a t a u pengauditan efektivitas sistem jaminan dilakukan m e l a u i ' l a p o r a n k e t i d a k s e s u a i a n ' y a n g k e d e n g a r a n n y a s e p e r t i prosedur kontrol kualitas dan menekankan, seperti pada kontrol kualitas, apada kebutuhan kesesuaian dan kurangnya variasi.

·Total Quality Management (TQM)

(11)

penasehatnya, beberapa fitur utamanya harus merupakan komitmen obesesional dari atas, dipahami bagian bawah, yang sistem dan pelatihannya harus dikembangkan dengan b a i k , d a n t u j u a n kebijakannya harus jelas. Tujuan akhirnya mencapai kecacatan nol: kegagalan tidak diterima.

Pemberdayaan Birokrasi

Pemberdayaan birokrasi pemerintahan mengacu pada suatu upaya untuk mengubah paradigma birokrasi ke arah model paradigma birokrasi pemerintahan baru dari sisi kultur dan struktur kerja, hubungan kerja, tujuan kerja, sikap terhadap masyarakat, pola rekrutmen, pengawasan dan penghargaan, model pelayanan, serta keterkaitan dengan politik. Oleh karena itu, paradigma baru a t a u m o d e l p e m e r d a y a a n birokrasi pemerintahan berikut ditawarkan sebagai upaya untuk melepaskan diri dari fenomena pembusukan politik (Political decay) dan merupakan langkah reformasi birokrasi pemerin-tahan. Hal-hal yang dapat menjadi perhatian adalah sebagai berikut:

1. Perlu dibangun birokrasi berkultur rasional-egaliter, bukan irasional-hirarkis. Caranya dengan pelatihan untuk menghargai

peng-gunaan nalar sehat dan menggunakan hasil-hasil ilmu pengetahuan. Perlunya memiliki semangat pioner, bukan memelihara budaya minta petunjuk dari atasan. Perlunya memiliki semangat pioner, bukan memelihara budaya minta petunjuk dari atasan. Perlu dibiasakan mencari cara-cara baru yang praktis untuk pelayanan publik, inisiatif, antisipatif d a n p r o a k t i f , c e r d a s membaca keadaan kebu-tuhan publik, memandang semua orang sederajat di muka hukum, menghargai p r i n s i p k e s e d e r a j a t a n kemanusiaan, di mana setiap o r a n g y a n g b e r u r u s a n diperlukan dengan sama pentingnya.

2. B i r o k r a s i y a n g p r o p a r t i s i p a n - o u t o n o m bukan komando-hirarkis. Birokrasi pemerintahan di masa yang akan datang perlu mendukung dan melakukan peran pemberdayaan dan memerdekakan masyarakat untuk berkarya dan ber-kreatifitas. Perlu dikurangi kadar pengawasan dan represi terhadap hak ekspresi masyarakat. Perlu diting-galkan cara-cara penguasaan masyarakat lewat kooptasi kelembagaan dan dihindari sikap dominasi.

(12)

profesional terhadap publik, berperan menjadi pelayan masyarakat (public servant). D a l a m m e m b e r i k a n pelayanan ada transparansi biaya dan tidak terjadi pungutan liar. PNS perlu d i m i n t a p e r t a n g g u n g -jawaban (public accoun-t i b i l i accoun-t y) l e w a t d e n g a r pendapat (hearing) dengan legislatif atau kelompok kepentingan yang datang melakukan pemberdayaan publik dan mendukung t e r b a n g u n n y a p r o s e s demokratisasi.

4. B i r o k r a s i y a n g s a l i n g bersaing antar bagian dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam melayani publik secara kompetitif, bukan minta dilayani atau membebani masyarakat dengan pungutan liar, salah urus, dan ketidakpedulian. 5. Birokrasi yang melakukan

rekruitmen sumber daya manusianya melalui seleksi

fit and proper test, bukan m e n g a n g k a t s t a f a t a u pimpinan karena alasan k o l u s i d a n n e p o t i s m e . Birokrasi yang memberikan

r e w a r d m e r i t s y s t e m

(memberikan penghargaan dan imbalan gaji sesuai pencapaian prestasi) bukan

spoil system (hubungan kerja yang kolutif, diskriminatif dan kurang mendidik, pola

reward dan punishment

kurang berjalan).

Terakhir, birokrasi yang bersikap netralitas politik, tidak diskriminatif, tidak memanfaatkan fasilitas negara untuk kepentingan partai politik tertentu.

I m p l e m e n t a s i O t o n o m i Daerah: Teori dan Praktik

K e b i j a k a n o t o n o m i daerah sangat dibutuhkan untuk mengorganisasikan berbagai bentuk dan jenis peran serta dan tanggung jawab masyarakat dalam proses pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik. Sistem politik dan pemerintahan selalu dibangun di atas sistem sosial dan budaya masyarakatnya sehingga ada kongruenitas baik dalam tujuan maupun cara menyampai tujuan antara sistem tradisi, adat istiadat, sosial dan budaya masyarakat dengan sistem, cara, dan tujuan sistem politik dan pemerintahan suatu negara.

(13)

Pemerintahan yang ada menjadi milik masyarakat dan antara pemerintah dan masyarakat tidak dapat dipisahkan walau bisa dibedakan.

Pendekatan politik dan adiministrasi dalam ketatalak-sanaan akan yang sifatnya sentralistik nampak dalam bentuk sentralitas wewenang, tugas dan pelaksanaan tupoksi yang dihadapi dalam birokrasi pemerintahan di kalangan pemerintah pusat. Hal ini turut mempengaruhi juga kinerja aparat pada tingkat sudin birokrasi pemerintahan pada jajaran kota/kabupaten, tingkat kecamatan dan kelurahan. Kewenangan atasan masih mengental sebagai pusat penentu k e b i j a k a n d a n p e n g a m b i l keputusan dalam penanganan b e r b a g a i p e r s o a l a n y a n g dihadapi birokrasi pemerintahan t i n g k a t w a l i k o t a h i n g g a kecamatan dan kelurahan. A p a r a t u m u m n y a h a n y a menunggu keputusan atasan yang dikeluarkan dari provinsi.

D a l a m k o n t e k s Indonesia, krisis multidimen-sional yang dialami telah menyebabkan peningkatan jumlah orang miskin, pengang-guran, meningkatnya anak putus sekolah, meningkatnya krimina-litas, dan meningkatnya kualitas kesehatan masyarakat. Krisis ini juga menyadarkan kepada kita akan pentingnya menggagas dan

merajut konsep desentralisasi dan otonomi daerah dalam arti yang sebenarnya. Gagasan p e n a t a a n k e m b a l i s i s t e m otonomi daerah era reformasi telah memberikan peluang bagi perubahan paradigma pem-b a n g u n a n n a s i o n a l d a r i paradigma pertumbuhan menuju p a r a d i g m a p e m e r a t a a n pembangunan secara lebih adil dan berimbang keuangan pusat dan daerah yang diatur dalam UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan UU No. 3 3 t a h u n 2 0 0 4 t e n t a n g perimbangan keuangan antara pusat dan Daerah.

P r a k t e k p e n y e l e n g -garaan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyeleng-garaan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah, dimana besarnya disesuaikan d a n d i s e l a r a s k a n d e n g a n pembagian dengan pembagian kewenangan antara pemerintah dan daerah, semua sumber keuangan yang melekat pada setiap urusan pemerintah yang diserahkan kepada daerah menjadi sumber keuangan.

(14)

a. Pemberian kewenangan d a n p e m b e r i a n p e n d a p a t a n y a n g demokratis

Mereka tunduk pada otoritas menurut atasannya sesuai satu orde, dan yang paling atas itu mengarahkan bawahan pada orde itu dalam b e n t u k k e p u t u s a n d a n perintah, jenis kesenaungan i n i d i t a n d a i d e n g a n pelaksanaan kegiatan yang dilakukan staf secara teratur dan merupakan kedinasan-k e d i n a s a n y a n g j e l a s batasnya, bidang-bidang kewenangan para pejabat dibatasi dengan jelas dan tingkat-tingkat otoritas digariskan batas-batasnya dengan jelas dan bentuk hirarki kantor.

Implikasi dari sistem sentralisasi kewenangan, birokrasi pemerintahan ini p r o p i n s i n a m p a k d a r i kuatnya peran birokrasi pemerintah ditingkat dinas dalam menemukan kebijakan dan keputusan dalam upaya penanganan masalah yang dihadapi, pemerintah di t i n g k a t b a w a h h a n y a m e n j a l a n k a n a p a y a n g d i p u t u s k a n b i r o k r a s i pemerintahan di tingkat propinsi. Dengan kata lain tidak ada kewenangan di tingkat walikota untuk m e n e n t u k a n k e b i j a k a n

strategis dalam penanganan masalah yang ada sesuai kebutuhan dan konteks situasi permasalahan yang dihadapi.

(15)

mengurangi kesenjangan s o s i a l d a n m e r e d a m ketidakpuasan daerah.

b. Dalam hubungan dengan p e n y e l a n g g a r a a n desentralisasi fiskal

Meskipun desentralisasi fiskal sudah muncul sebagai suatu fokus dari reformasi sektor publik di banyak n e g a r a y a n g s e d a n g berkembang, dari teori yang subtansial dan penelitian tentang keuangan publik di n e g a r a - n e g a r a s e d a n g berkembang dasar teori yang subtansial dan penelitian tentang keuangan publik di n e g a r a - n e g a r a s e d a n g b e r k e m b a n g b e l u m menunjukkan kemajuan berarti: konsep tentang Desentralisasi fiskal masih sedikit di telaah dalam upaya penyelenggaran pemerintah di era otonomi daerah. Hanya s e d i k i t u p a y a u n t u k m e n g k o n s e p t u a l i s a s i persoalan-persoalan secara l u a s d a n a t a u u n t u k m e m b a n d i n g k a n desentralisasi dan kebijak-sanaan keuangan daerah. Beberapa literatur yang mendalami masalah desen-tralisasi fiskal kebanyakan terfokus pada daerah-daerah perkotaan atau aspek-aspek nonfiskal dari desentralisasi.

Beberapa Hambatan

Ya n g m e n g h a m b a t proses penyelenggaraan peme-rintah dalam konteks dan program otonomi daerah, desentralisasi fiskal merupakan salah satu langkah strategis untuk menciptakan sosok penyelenggaraan pemerintahan yang nyata, walaupun desen-tralisasi fiskal sudah dikenal dalam pemerintah lokal di banyak negara berkembang oleh kolonisasi dan berbagai bentuk bantuan pembangunan, dalam kenyataannya hal tersebut tekun sesuai dengan makna dan tujuan bagi penyelenggaraan pemerin-tahan lokal di era otonomi daerah yang sesuai dengan h a r a p a n d a n p e n e r i m a a n masyarakat, meskipun banyak negara berkembang masih merupakan kebijakan sistem sentralisasi fiskal, akan tetapi tuntutan situasi di tengah semangat otonomi daerah akan desentralisasi fiskal begitu kuat, publikasi World Bank (2000:5) m e n y e b u t k a n t i g a a l a s a n p e n t i n g n y a d e s e n t r a l i s a s i pentingnya fiskal yaitu:

1. Perencanaan ekonomi oleh pemerintah pusat sudah tidak berhasil meningkatkan p e m b a n g u n a n y a n g memadai.

(16)

meningkat-kan kinerja sektor publik s u d a h m e n c i p t a k a n kesulitan-kesulitan fiskal yang serius bagi negara berkembang, berkembang-nya tuntutan pelayanan dan

underperforming economics

berakibat pada besarnya

defisit anggaran, yang dibiayai pada dasarnya oleh pinjaman luar negeri.

3. Perubahan iklim mendorong perkembangan pemerintah lokal di negara-negara b e r k e m b a n g . K e t i k a masyarakat semakin ketika masyarakat semakin ter-didik, semakin terinformasi melalui teknologi komuni-kasi dan semakin sadar akan masalah-masalah birokrasi pusat, mereka ingin mem-bawa kontrol fungsi-fungsi pemerintah lebih dekat dengan diri mereka sendiri. Kunci reformasi kelem-bagaan adalah pemerdayaan masing-masing elemen di daerah yaitu: masyarakat umum sebagai share holders

dengan memberikan tang-gung jawab kewenangan, dan kesempatan yang lebih luas untuk menentukan kebijakan daerahnya sendiri.

M a s a l a h - m a s a l a h y a n g Berbobot Policy

A d a p u n m a s a l a h -masalah yang berbobot policy

mempunyai dampak sebagai

berikut:

1) Menyangkut kehidupan orang banyak. Hal tersebut misalnya: karena jumlah dan j e n i s - j e n i s t u j u a n , keinginan, cita-cita, harapan dan kebutuhan tersebut, tidak ada lagi seorang pun yang dapat memuaskannya tanpa menggunakan jalur organisional. Tujuan dan aspirasi disalurkan melalui organisasi politik. Tujuan y a n g d i d a s a r k a n p a d a kebutuhan material diusaha-kan pencapaian melalui organisasi niaga yang bagi b a n y a k o r a n g b e r a r t i mempunyai pekerjaan tetap dengan imbalan yang wajar. 2) M e n g h a r u s k a n a d a n y a

(17)

siap digunakan. Pada masa mendatang, peran peme-rintah akan semakin ber-kuran g s eiring dengan meningkatnya kedewasaan masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah harus pandai-pandai memilih urusan apakah yang sekiranya masih harus dikelolanya urusan sangat penting menyangkut hidup matinya suatu bangsa, seperti urusan pertahanan k e a m a n a n , m o n e t e r , peradilan.

Dalam hal peran serta m a s y a r a k a t d a l a m pembuatan kebijakan tun-tutannya tidak hanya timbul dari individu, tetapi setiap organisasi senantiasa harus terlibat mensosialisasikan setiap keputusan yang akan d i a m b i l , d e n g a n memperhitungkan pengeta-huan dan pendapat dari orang-orang yang akan berpartisipasi dan mengam-bil bagian di dalamnya. Partisipasi kebijakan adalah suatu aktivitas proses dan sistim pengambilan kepu-tusan yang mengikutsertakan semua elemen masyarakat yang berkepentingan terha-dap suksesnya suatu rencana. Keterlibatan masyarakat dalam proses penentuan k e b i j a k a n y a n g d a p a t memberikan nilai strategis bagi masyarakat itu sendiri

menjadi salah satu syarat p e n t i n g d a l a m u p a y a p e m b a n g u n a n p o l i t i k ekonomi, sosial dan budaya. 3) Mengharuskan

digunakan-nya sumber-sumber daya yang tersedia di masyarakat.

§Adapun alokasi sumber

d a y a d a l a m r a n g k a mempercepat proses pemerataan hasil-hasil pembangunan terutama dengan dimulainya era otonomi yang luas bagi daerah.

§Sumber daya organisasi,

berupa pendirian ber-bagai bentuk badan usaha yang jaringannya (network) tidak hanya berada di tingkat lokal, tetapi nasional, dan bahkan internasional, sehingga mampu men-jamin kontinuitas pema-s a r a n p r o d u k y a n g dihasilkan dan membuka lapangan kerja baru.

§Sumber daya manusia,

dalam bentuk menda-tangkan tenaga-tenaga ahli yang terampil dan professional dibidang-nya, sehingga mampu menghasilkan produkti-vitas kerja yang tinggi dan menjadi teladan bagi pekerja lokal.

§Sumber daya modal

(18)

pengadaan faktor-faktor produksi dan biaya “over head cost” perusahaan yang dapat memper-tinggi daya beli dan konsumsi masyarakat daerah, sehingga mampu m e n i n g k a t k a n l a j u pertumbuhan ekonomi daerah.

§Sumber daya teknologi

berupa menghadirkan berbagai macam bentuk teknologi yang tepat g u n a b a g i p r o s e s p r o d u k s i , s e h i n g g a mampu menghasilkan produk yang memenuhi standar.

Salah satu kunci utama dari pengelolaan kebijakan adalah tingginya itensitas p a r t i s i p a s i p u b l i k . S e b a b kesahihan kebijakan apapun dari pemerintahan terletak disana dialog dengan publik adalah kebenaran suatu kebijakan dan menjadi sarana utama untuk kebijakan yang siap digunakan.

Perbincangan mengenai partisipasi dalam pengelolaan s ek to r p u b lik telah lama mendapat perhatian serius di berbagai negara. Dinegara maju partisipasi public telah lama menjadi agenda yang mapan dalam sistem pemerintahan dan pembangunan untuk setiap proses pengambilan keputusan seperti di Amerika Serikat, I n g g r i s , d a n A u s t r a l i a .

Partisipasi berkembang sejalan dengan perubahan struktur politik ke sistem demokrasi. Di mana sistem demokrasi memberi ruang yang cukup luas bagi m a s y a r a k a t u n t u k t u r u t berpartisipasi aktif dalam p e n y e l e n g g a r a a n n e g a r a sehingga civil society dapat diwujudkan.

Pemahaman terhadap konsep partisipasi dalam banyak hal sering diartikan secara sederhana sebagai peran serta dalam suatu lingkungan kegia-tan. Konsep peran serta dalam pengambilan keputusan dapat dijelaskan bahwa, peran serta (partisipasi) menunjukkan suatu proses antara dua atau lebih pihak (individu atau kelompok) y a n g m e m p e n g a r u h i s a t u terhadap yang lainnya dalam membuat rencana, kebijakan, dan keputusan. Keputusan itu adalah sesuatu yang akan berpengaruh dikemudian hari bagi pihak pembuat keputusan, kelompok sasaran dan seringkali bagi lingkungannya.

(19)

mengambil bagian di dalamnya. Untuk itu, partisipasi kebijakan adalah suatu aktivitas, proses, d a n s i s t e m p e n g a m b i l a n keputusan yang mengikut-sertakan semua elemen masya-rakat yang berkepentingan terhadap sukses suatu rencana.

Tu j u a n u t a m a d a r i partisipasi adalah memper-temukan seluruh kepentingan yang sama dan berbeda dalam suatu proses perumusan dan penetapan kebijakan (keputusan) secara profesional yang terlihat dan terpengaruh oleh kebijakan dan akan ditetapkan dalamnya.

Argumentasi Mendiskusikan Isu-isu Kebijakan

Argumentasi kebijakan yang merupakan sarana untuk melakukan diskusi mengenai isu-isu kebijakan pemerintahan yang meliputi enam elemen. Argumentasi tersebut dimak-sudkan untuk perumusan dan pembuatan suatu kebijakan publik. Selanjutnya yang perlu dirancang adalah membangun argumentasi akan perlunya suatu kebijakan publik di rumuskan ditetapkan. Atas dasar ini, secara teoretis diperlukan pemahaman terhadap bentuk argumen untuk memungkinkan efektivitas suatu kebijakan yang diambil. Bentuk a r g u m e n k e b i j a k a n y a n g dimaksud diklasifikasikan sebagai berikut:

·Cara otoritatif, diubah

menjadi pernyataan berda-sarkan asumsi yang dibuat oleh para ilmuan untuk direkomendasikan sebagai kebijakan.

·Cara statistik, cara ini mendasarkan pernyataan kebijakan pada argument yang diperoleh dari sampel. Asumsinya merujuk pada kebenaran yang dinyatakan oleh anggota sample. Dalam hal ini semua anggota populasi yang tidak menjadi bagian dari sampee juga dianggap membenarkan asumsi yang dimaksud. ·Cara klasifikasional,

pernya-taan kebijakan dalam cara ini didasarkan pada argumen yang berasal dari suatu keanggotaan informasi yang diubah menjadi pernyataan kebijakan atas dasar asumsi bahwa apa yang benar suatu kelas individu ataupun kelompok yang merupakan anggota di kelas yang bersangkutan.

·Cara intuitif, cara ini mendasarkan pernyataan kebijakan didasarkan dari argument berasal dari batin. Hal ini sangat ditentukan dari pengalaman mendalam oleh pembuat kebijakan terhadap suatu masalah untuk menerima suatu rekomendasi kebijakan. ·Cara analisentrik, cara ini

(20)

kebijakan pada argument yang berasal dari validitas metode atau aturan yang ditetapkan oleh analis.

·Cara ekplanatori, cara ini didasarkan dari pernyataan yang dibuat atas argumen yang dibuat dari suatu penyebab. Informasi diubah menjadi pernyataan atas dasar asumsi tentang adanya kekuatan penyebab tertentu dan hasilnya.

Untuk akurasi pengelo-laam kebijakan, juga sangat diperlukan pemahaman tentang model kebijakan. Dalam hal ini, seorang atau sekumpulan aktor kebijakan tanpa dilandasi pemahaman terhadap model kebijakan sangat potensial untuk mengalami kegagalan dalam merumuskan kebijakan publik. Bagaimana pun model kebijakan adalah gambaran sederhana tentang aspek-aspek yang dipilih dari suatu situasi atau masalah yang disusun untuk tujuan atau sasaran tertentu.

Model kebijakan dapat p u l a d i p a n d a n g s e b a g a i rekonstruksi artificial dari realitas dalam suatu wilayah yang penuh dengan komplesititas lingkungan dan kemanusiaan. Sebab itu, model kebijakan dapat dinyatakan sebagai konsep, diagram, grafik, atau persamaan dalam matematika. Model kebijakan dapat digunakan tidak hanya untuk menerangkan,

menjelaskan, dan mempredik-sikan elemen-elemen suatu kondisi masalah melainkan juga untuk memperbaiki dengan merekomendasikan serangkaian tindakan untuk memecahkan masalah tertentu.

M o d e l k e b i j a k a n bermanfaat dan bahkan harus a d a . M o d e l k e b i j a k a n merupakan penyederhanaan sistem masalah dengan mem-bantu mengurangi kompleksitas dan menjadikannya dapat dikelola oleh para analis kebijakan. Demikian pula, model kebijakan dapat mem-bantu membedakan hal-hal yang esensial dan yang tidak esensial dari situasi masalah memper-tegas hubungan diantara factor atau variable penting, dan membantu menjelaskan dan memprediksikan konsekuensi dari pilihan kebijakan selain itu, model kebijakan juga dapat memainkan peran kreatif dan kritis didalam analisis kebijakan dengan mendorong para analis u n t u k m e n a n t a n g i d e - i d e konvensional maupun metode analisis.

(21)

penentuan kebijakan tetapi hanya dua bentuk utama dari model kebijakan itu sendiri.

Beberapa model yang dimaksud dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1) Model deskriptif, bertujuan untuk menjelaskan dan memprediksi sebab dan konsekuensi dari pilihan kebijakan. model deskripsi digunakan untuk memantau hasil dari kebijakan.

2) Model normatif, model ini bukan hanya bertujuan untuk menjelaskan dan mempre-diksi tetapi juga memberikan dalil dan rekomendasi mengoptimalkan pencapaian beberapa utilitas atau nilai. B e b e r a p a j e n i s m o d e l normatif yang digunakan oleh para analis kebijakan adalah: (1) model antri, yaitu model normative yang m e m b a n t u m e n e n t u k a n tingkat kapasitas pelayanan yang optimum; (2) model penggantian, yaitu pengatu-ran waktu pelayanan dan perbaikan yang optimum; (3) model inventaris, yaitu pengaturan volume dan waktu yang optimum.,(4) model biaya manfaat yaitu, p e r l u n y a k e u n t u n g a n optimum pada investasi publik.

3) Model verbal, model ini merupakan ekspresi dalam tiga bentuk utama yaitu

verbal, simbol, prosedural. Model verbal diekspresikan dalam bahasa sehari-hari. Dalam menggunakan model ini, analisis bersandar pada p e n i l a i a n n a l a r u n t u k membuat prediksi dan menawarkan rekomendasi. Penilaian nalar menghasil-kan argument kebijamenghasil-kan, tetapi bukan dalam bentuk nilai-nilai angka yang pasti. Model verbal secara relatif mudah dikomunikasikan ke publik dan berbiaya murah dan mengandalkan debat publik. Keterbatasan model v e r b a l a d a l a h b a h w a masalah yang digunakan untuk memberi prediksi dan r e k o m e n d a s i b e r s i f a t implisit atau tersembunyi, sehingga sulit untuk mema-hami dan memeriksa secara kritis argumen tersebut secara keseluruhan.

(22)

adalah hasilnya mungkin tidak mudah diintrepre-tasikan, bahkan di antara para spesialis, karena asumsinya mungkin tidak dinyatakan secara memadai.

5) Model prosedural, model ini menampilkan hubungan yang dinamis di antara variabel yang diyakini menjadi ciri suatu masalah kebijakan. Prediksi dan solusi optimal diperoleh dengan mensimulasikan dan m e n e l i t i s e p e r a n g k a t hubungan. Biaya model ini relatif lebih tinggi jika disbanding dengan model verbal dan simbolis

Pendekatan Teoretik untuk Memahami proses Analisi Kebijakan Pemerintah

Dalam upaya memahami p r o s e s a n a l i s i s k e b i j a k a n pemerintah, dikembangkan lima pendekatan teoretik, yaitu:

1) Perumusan masalah,

dimaksud untuk membantu menemukan asumsi yang tersembunyi, mendiagnosis penyebabnya, memetakan tujuan yang memungkinkan, memadukan pandangan yang bertentangan, dan merancang peluang kebijakan yang baru. 2) P e r a m a l a n , a d a l a h

tahap formulasi kebijakan yang dapat menguji masa d e p a n y a n g f e a s e a b l e, p o t e n s i a l , d a n s e c a r a

normatif bernilai, menges-timasi akibat dari kebijakan yang ada atau diusulkan, mengenai kendala yang mungkin akan terjadi dalam pencapaian tujuan, serta mengestimasi kelayakan politik (dukungan dan o p o s i s i ) d a r i b e r b a g a i pilihan.

3) Rekomendasi, adalah

s e b a g a i t a h a p a d o p s i k e b i j a k a n y a n g d a p a t membantu mengestimasi tingkat resiko dan ketidak-pastian, mengenali ekster-nalitas dan akibat ganda, menentukan criteria dalam pembuatan pilihan dan menentukan pertanggung-jawaban administrative bagi implementasi kebijakan.

4) Pemantauan,

merupa-kan tahap implementasi kebijakan yang membantu menilai tingkat kepatuhan, menemukan akibat yang tidak diinginkan dari kebija-kan dan program, mengin-dentifikasi hambatan dan rintangan implementasi, dan menemukan letak pihak-pihak yang bertanggung jawab pada setiap tahap kebijakan.

(23)

menyumbang pada klarifi-kasi dan kritik terhadap nilai-n i l a i y a nilai-n g m e nilai-n d a s a r i kebijakan, membantu dalam penyesuaian dan perumusan kembali masalah.

Secara umum kebijakan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan dan yang tidak dilakukan oleh pemerintah. Kajian kebijakan merupakan studi yang kompleks, dimulai dari mengendentifikasikan dan merumuskan masalah, meru-muskan dan mengagendakan suatu kebijakan, menganalisis kebijakan, membuat keputusan terhadap suatu kebijakan, mengimplementasikan dan memonitoring kebijakan, serta mengevaluasi suatu kebijakan mencapai hasil sebagaimana desainnya, serta mengkaji d a m p a k d a n e f e k t i v i t a s pelaksanaan kebijakan itu.

Pada tataran praktis, suatu kebijakan dapat dilakukan pada tingkat mikro maupun pada tingkat makro. Ruang lingkup kebijakan pada tingkat mikro berada pada tataran kebijakan yang di buat dan diputuskan pada tingkat organisasi dan memiliki dampak luas kepada para pengguna jasa atau pada umumnya. Ruang lingkup kebijakan pada tingkat makro dilakukan oleh pejabat negara atau institusi negara untuk menyelesaikan suatu maslah yang secara konstitusional

mengikat setiap warga negara, karena keputusan itu di buat dengn menggunakan perangkat hukum baik ada tingkat undang-undang, Keputusan Pemerintah atau Keputusan Menteri, atau berbentuk Peraturan Daerah dan Keputusan Gubernur atau Keputusan Bupati. Memahami proses kebijakan yang secara mendasar berpengaruh pada kehidupan kita, terutama kasus-kasus kebijakan yang terjadi pada sistem sosial, politik, dan sistem ekonomi di Indonesia. Memahami kasus-kasus kebija-kan asli Indonesia akebija-kan menjadi pembuka bagi terwujudnya kehidupan demokrasi di negeri ini dengan cara mendorong masyarakat untuk semakin peduli dan terlibat dalam proses kebijakan.

(24)

memerintah dapat dipercaya dan bertanggungjawab langsung kepad orang yang diperintah. Ada mekanisme politik yang memungkinkan warga negara dapat mengontrol sejauhmana kepentingan mereka dilaksana-kan oleh yang memerintah. Ada kesejajaran tawar-menawar politik antar warga negara dan orang yang memerintah, sebagai jaminan terciptanya hubungan yang bersifat konsultatif.

Dari tatanan kehidupan politik dimaksud, maka varian ukuran demokrasi akan nampak semakin rumit tatkala pengama-tan diarahkan pada dimensi pemerintahan terkecil dari suatu masyarakat yaitu desa. Sebagian besar indikator demokrasi di desa sangan diwarnai oleh kultur dan lingkungan setempat, dimana pemerintah orde baru sejak tahun 1970-an telah mencanangkan berbagai macam kebijakan dan program pem-bangunan desa.

Kebijakan ini mendapat tantangan keras dari pihak DPR, karena dianggap paradoksal yaitu di satu sisi kebijakan yang diambil untuk melakukan efisiensi sektor pemerintah; sementara di sisi lain dilakukan inefisiensi dengan membentuk lembaga-lembaga baru seperti penambahan pengendalian pemerintah sementara sebelum-nya masing-masing sekretaris negara, sekretaris militer dan

sekretaris kepresidenan.

Berbicara mengenai efisiensi, maka sebenarnya banyak organisasi di Indonesia selam ini yang tidak produktif, misalnya kantor berita Antara, karena pada era globalisasi ada begitu banyak sumber informasi yang dapat diperoleh secara langsung, baik di media cetak maupun media televisi, terma-suk media internet sekalipun.

Bertumpu pada argu-mentasi tersebut maka pereko-nomian Indonesia, sebagaimana juga negara-negara berkembang lainnya, dihadapkan pada tuntu-tan yang semakin mendesak untuk merumuskan kembali, guna menentukan langkah yang perlu dilakukan dalam meng-hadapi liberalisasi investasi dan perdagangan yang akan datang. Indonesia harus mengusahakan perkembangan dan kemajuan ekonomi yang lebih kuat dan luas ketimbang sekarang. Hal ini didasarkan pada penilaian bahwa ekonomi Indonesia masih mangandung bnyak kesenjangan antara lain adalah kesenjangan daerah.

(25)

dunia. Di samping itu, berbagai tantangan masih dihadapi sektor industri khususnya dalam inves-tasi di Indonesia, antara lain adalah permasalahan birokrasi dan peraturan-peraturan yang belum menunjang usaha efisien-si dan pengurangan beban ekonomi biaya tinggi (high cost economy). Untuk itu dirantai birokrasi dalam pengaturan sector investasi dan perdagangan perlu di pangkas, antara lain melalui kebijaksanaan yang m e m p e r m u d a h p r o s e d u r perizinan.

Lahirnya birokrasi pemerin-tahan, semenjak awal pada hakekatnya dimaksudkan untuk melayani dan melindungi kepen-tingan masyarakat, sekaligus meningkatkan kesejahteraan,

raison d`etre atau alasan satu-satunya bagi eksistensi negara adalah pelayanan umum. Pela-yanan umum adalah sesuatu yang disedikan baik oleh organi-sasi pemerintah atau swasta,

karena umumnya masyarakat tidak dapat memenuhi kebutu-han yang dilakukan untuk selu-ruh masyarakat guna kesejah-teraan sosial. Sejalan dengan definisi tersebut, birokrasi harus mampu mewujudkan tujuan nasional yaitu tercapainya masyarakat yang maju, mandiri dan sejahtera. Pemerintahan tidaklah diadakan untuk mela-yani dirinya sendiri, tetapi untuk melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyarakat dapat mengembang-kan kemampuan dan kreativitas-nya demi mencapai tujuan bersama. Oleh karena itu dalam pemerintahan modern pada era globalisasi dewasa ini pemerin-tahan perlu semakin didekatkan kepada masyarakat sehingga pelayanan yang diberikan men-jadi semakin baik (the closer the government, the better it services).

Daftar Pustaka

Gaster, Lucy 2007. Quality In Public Services, Program Pascasarjana IPDN: Jatinangor

Lembaga Pengkajian Manajeman Pemerintah Indonesia: Jakarta Ndraha, Taliziduhu, 2003. Kybernology 1, Rineka Cipta: Jakarta ---, 2003. Kybernology 2, Rineka Cipta: Jakarta

S i n a m b e l a , L i j a n , 2 0 0 6 . R e f o r m a s i P e l a y a n a n P u b l i k (Teori,Kebijakan,dan Implementasi), Bumi Aksara: Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Produk yang dihasilkan PT Aneka Dharna Persada adalahbeton tipe dry mixed yaitu hasil pencampuran semua bahan-bahan pembuat beton sesuai dengan mix design  sesuai dengan

Tujuan penelitian ini adalah membuat alat pengering tipe Solar Dryer dengan media udara panas yang dihasilkan dari panas matahari yang ditangkap oleh kolektor termal..

Power Amplifier adalah alat yang berfungsi untuk mengubah sinyal input dengan. amplitude rendah menjadi output dengan amplitude yang lebih tinggi

Berdasarkan apa yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang dikemukakan pada penelitian ini adalah: Apakah penggunaan model pembelajaran Learning Cycle 7E dapat

Sistem penanaman yang digunakan didominasi (82,35 persen) oleh sistem polikultur. Sedangkan 17,64 persen petani menggunakan sistem monokultur. Petani yang

Menurut MKJI (1997: 3-7), faktor penyesuaian lebar Pendekat (Fw) ini merupakan faktor penyesuaian untuk kapasitas sehubungan dengan lebar masuk persimpangan jalan, faktor

Dalam penelitian ini K-Means dapat mengelompokkan data instruktur ke dalam kluster berbeda berdasarkan judul materi yang telah ditentukan dengan centroid awal sesuai

Pengujian pemadatan tanah dilakukan dengan metode Proctor standar atau pengujian kepadatan ringan (SNI No. 1742-1989-F) dan dilakukan di laboratorium untuk mendapatkan