EFEKTIVITAS ALOKASI INPUT USAHATANI PADI
DALAM PROGRAM UPSUS PAJALE DI SUBAK
GADUNGAN DELOD DESA, DESA GADUNGAN,
KABUPATEN TABANAN
SKRIPSI
Oleh
I GEDE MADE ARTHA SUDEWA WIJAYA
KONSENTRASI PENGEMBANGAN BISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
EFEKTIVITAS ALOKASI INPUT USAHATANI PADI
DALAM PROGRAM UPSUS PAJALE DI SUBAK
GADUNGAN DELOD DESA, DESA GADUNGAN,
KABUPATEN TABANAN
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Udayana
Oleh
I Gede Made Artha Sudewa Wijaya NIM. 1205315053
KONSENTRASI PENGEMBANGAN BISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Saya bersedia dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam aturan yang berlaku apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya saya sendiri atau mengandung tindakan plagiarism.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan seperlunya.
Denpasar, 21 April 2016 Yang menyatakan,
ABSTRACT
I Gede Made Artha Wijaya Sudewa. Student Number 1205315053. Effectiveness Allocation Inputs of Rice Farm in Upsus Pajale Program at Subak Gadungan Delod Desa, Gadungan Village, Tabanan Regency. Directed by: Ir. I Wayan Widyantara, MP. and Ida Ayu Dewi Listia, SP., M.Agb. *)
Upsus Pajale is one of the Indonesian government programs to increase rice, corn, and soybeans production to achieve food self-sufficiency. Subak Gadungan Delod Desa is one of the beneficiaries Upsus (Special Effort) Pajale (rice, corn, and soybeans) program to increase rice productivity 0,3 tons/hectare. This study aims to determine the effect, effectiveness, and efficiency of production rice yield.
Data Collection in this study was conducted from August to November 2015 and the research method used was descriptive quantitative analysis. Samples in this study were 68 farmers using Slovin method with 10% disturbance error and techniques used in sampling with random sampling. The Cobb-Douglass equation was used to analyze the influence factors of production to yield, effectiveness and efficiency allocation of production factors. Effectiveness analysis was conducted to determine the successful of Upsus program to increase productivity of rice.
The results showed all factors of production individually and jointly affect on production with significance value under 0.05. Farmer in allocates production factors has not been effective yet as the value of effectiveness below 40 percent. However, Upsus program has been implemented very effective because the value of productivity more than 0.3 tons/hectare. All production factors has not been efficienct accordingly their use can be increased.
Suggestion can be given in this research is the farmers should be more careful in the use of production factors, the government should continue to support farmers. Researchers are expected to find out combination of allocation production factors in Upsus Pajale areas.
ABSTRAK
I Gede Made Artha Sudewa Wijaya. NIM 1205315053. Efektivitas Alokasi Input Usahatani Padi dalam Program Upsus Pajale di Subak Gadungan Delod Desa, Desa Gadungan, Kabupaten Tabanan. Dibimbing oleh: Ir. I Wayan Widyantara, MP. dan Ida Ayu Listia Dewi, SP., M.Agb. *)
Upsus Pajale merupakan salah satu program pemerintah Indonesia untuk meningkatkan produktivitas padi, jagung, dan kedelai dalam rangka mencapai swasembada pangan. Subak Gadungan Delod Desa merupakan salah satu subak penerima bantuan Program Upsus (Upaya Khusus) Pajale (Padi, Jagung, dan Kedelai) untuk meningkatkan produktivitas padi sebesar 0,3 ton/hektar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh, efisiensi, dan efektivitas faktor produksi terhadap hasil produksi.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus sampai November 2015 dan penelitian ini dibahas secara deskriptif kuantitatif. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 68 petani yang ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin dengan menetapkan batas toleransi kesalahan 10% dan teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah random sampling. Persamaan fungsi produksi Cobb-Douglass digunakan untuk menganalisis pengaruh faktor produksi terhadap hasil produksi, efektivitas alokasi faktor produksi, dan efisiensi penggunaan faktor produksi. Analisis efektivitas digunakan untuk mengetahui keberhasilan program Upsus dalam meningkatkan produktivitas padi.
Hasil penelitian menunjukkan seluruh faktor produksi secara individual dan bersama-sama berpengaruh positif terhadap hasil produksi. Petani mengalokasikan input secara sangat tidak efektif karena nilai efektivitas kurang dari 40%. Akan tetapi, program Upsus terlaksana secara sangat efektif karena nilai produktivitas lebih dari 0,3 ton/hektar. Alokasi input bibit, pupuk urea, pupuk NPK, dan pestisida yang dilakukan oleh petani belum efisien sehingga penggunaannya perlu ditambah agar efisien.
Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini yaitu petani harus lebih teliti dalam penggunaan faktor produksi, pemerintah diharapkan terus melakukan bantuan subsidi kepada petani. Bagi peneliti lain dapat mengembangkan penelitian mengenai kombinasi jumlah penggunaan faktor produksi yang tepat di lokasi Upsus Pajale.
RINGKASAN
Dalam rangka mencapai misi pembangunan nasional sektor pertanian, Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia menetapkan kebijakan nomor 03/Permentan/0T.140/2/2015 tentang pedoman upaya khusus (Upsus) peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai (Pajale) melalui program perbaikan jaringan irigasi dan sarana pendukungnya tahun 2015. Berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia tentang pedoman Upsus Pajale maka, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali tanggal 16 April 2015 nomor 521.1/2519/SKRET/DISTAN TP. menetapkan Subak Gadungan Delod Desa merupakan salah satu subak yang menerima bantuan program ini berupa bibit padi sebanyak 1.725 kg, pupuk urea sebanyak 3.450 kg, pupuk NPK sebanyak 3.450 kg dan rehabilitasi jaringan irigasi tersier sehingga program ini perlu diteliti keberhasilannya dalam meningkatkan produktivitas padi sebesar 0,3 ton/hektar.
dengan melihat hasil perbandingan antara nilai produk marginal faktor produksi dengan harga rata-rata faktor produksi.
Hasil penelitian ini yaitu seluruh faktor produksi meliputi bibit, pupuk urea, pupuk NPK, dan pestisida secara individual berpengaruh positif terhadap hasil produksi padi dengan nilai significance kurang dari 0,05. Sedangkan secara bersama-sama seluruh faktor produksi tersebut juga berpengaruh positif terhadap hasil produksi padi dengan nilai significance kurang dari 0,05. Petani di Subak Gadungan Delod Desa mengalokasikan input usahatani secara sangat tidak efektif karena nilai efektivitasnya kurang dari 40%. Ditinjau dari aspek produktivitas padi, program Upsus Pajale sudah terlaksana dengan sangat efektif karena peningkatan produktivitas padi sudah mampu melebihi target 0,3 ton/hektar yaitu meningkat 0,93 ton/hektar. Alokasi faktor produksi bibit, pupuk urea, pupuk NPK, dan pestisida yang dilakukan oleh petani belum efisien karena nilai produk marjinal faktor produksi dibandingkan dengan harga faktor produksi lebih dari satu sehingga penggunaannya perlu ditambah agar menjadi efisien.
Kesimpulan penelitian ini yaitu secara individu seluruh faktor produksi berpengaruh positif terhadap hasil produksi dan secara bersama-sama seluruh faktor produksi juga berpengaruh positif terhadap hasil produksi padi. Petani di Subak Gadungan Delod Desa mengalokasikan input usahatani secara sangat tidak efektif dan Program Upsus Pajale sudah terlaksana secara sangat efektif dalam meningkatkan produktivitas padi. Alokasi faktor produksi yang dilakukan oleh petani belum efisien sehingga penggunaannya perlu ditambah agar efisien.
EFEKTIVITAS ALOKASI INPUT USAHATANI PADI DALAM
PROGRAM UPSUS PAJALE DI SUBAK GADUNGAN DELOD
DESA, DESA GADUNGAN, KABUPATEN TABANAN
I Gede Made Artha Sudewa Wijaya
NIM. 1205315053
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Ir. I Wayan Widyantara, MP. Ida Ayu Listia Dewi, SP., M. Agb.
NIP. 19541222 198403 1 002 NIP. 19801009 200501 2 003
Mengesahkan, Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Udayana
Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, MS. NIP. 19630515 1988 1 001
EFEKTIVITAS ALOKASI INPUT USAHATANI PADI DALAM
PROGRAM UPSUS PAJALE DI SUBAK GADUNGAN DELOD
DESA, DESA GADUNGAN, KABUPATEN TABANAN
Dipersiapkan dan diajukan oleh I Gede Made Artha Sudewa Wijaya
NIM. 1205315053
telah diuji dan dinilai oleh Tim Penguji pada tanggal 21 April 2016
Berdasarkan SK Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana No.: ………
Tanggal ……….. Tim Penguji Skripsi adalah:
Ketua: Dr. Ir. I Ketut Suamba, MP. Anggota:
1. Dr. Ir. Ratna Komala Dewi, MP.
2. Prof. Ir. I G.A.A. Ambarawati, M.Ec., Ph.D. 3. Ir. I Wayan Widyantara, MP.
RIWAYAT HIDUP
I Gede Made Artha Sudewa Wijaya lahir di Denpasar pada tanggal 15 Juli 1994. Penulis merupakan anak kedua dari I Gede Nyoman Mahendra Wijaya, SE. dengan Ni Luh Gede Seri Meilawati, SH.
Pendidikan dasar ditempuh di SD Saraswati 4 Denpasar dari tahun 2000 hingga tahun 2006. Kemudian melanjutkan ke SMP (SLUB) Saraswati 1 Denpasar selama 3 tahun dari tahun 2006 hingga tahun 2009. Pendidikan sekolah lanjutan tingkat atas ditempuh selama 3 tahun di SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar. Penulis, melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tahun 2012 diterima di Program Studi Pengembangan Bisnis, Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Dalam penyusunan skripsi ini, banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Untuk itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, MS. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
2. Dr. Ir. I Dewa Putu Oka Suardi, M.Si. selaku Ketua Program Jurusan Agribisnis Universitas Udayana.
3. Ir. I Wayan Widyantara, MP. selaku pembimbing akademik dan dosen pembimbing I, yang telah memberikan pengarahan dalam pelaksanaan penelitian ini.
4. Ida Ayu Listia Dewi, SP. M. Agb. selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini tepat pada waktunya.
5. Keluarga dan teman-teman yang telah memberikan doa restu dan dukungan selama berlangsungnya proses penyusunan skripsi ini.
6. Ni Putu Dewi Gardina Rahayu, A.Md. yang telah memberikan dukungan dan semangat selama berlangsungnya proses penyusunan skripsi ini. 7. Seluruh lapisan masyarakat di Desa Gadungan yang telah memberikan
kesempatan untuk melaksanakan penelitian dilokasi ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya yang tersaji dalam skripsi ini masih banyak yang dapat dikembangkan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Akhir kata, penulis mengharapkan agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Denpasar, 21 April 2016
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... ii
ABSTRACT ... iii
ABSTRAK ... iv
RINGKASAN ... v
HALAMAN PERSETUJUAN ... vii
TIM PENGUJI ... viii
DAFTAR ARTI, LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
2.4.2 Efisiensi harga atau allocative efficiency ... 19
2.4.3 Efisiensi ekonomis ... 20
2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 21
2.6 Kerangka Teoritis ... 23
III. METODELOGI PENELITIAN ... 27
3.6.2 Uji kriteria ekonometrika dengan uji asumsi klasik... 34
3.6.3 Uji kriteria statistik dengan uji R2, uji F dan uji t ... 35
4.2.2 Struktur organisasi Subak Gadungan Delod Desa ... 53
4.2.3 Tugas dan wewenang organisasi Subak Gadungan Delod Desa ... 55
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 56
5.1 Karakteristik Petani Padi dalam Program UPSUS PAJALE di Subak Gadungan Delod Desa ... 56
5.2 Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Produksi Padi dalam Program UPSUS PAJALE di Subak Gadungan Delod Desa ... 61
5.2.1 Uji kriteria ekonometrika dengan uji asumsi klasik... 62
5.2.2 Uji kriteria statistika dengan uji R2, uji F, dan uji t ... 65
5.3 Efektivitas Alokasi Input ... 69
5.4 Efektivitas Program Upsus Pajale ... 72
5.5 Efisiensi Alokasi Input Usahatani Padi dalam Program UPSUS PAJALE di Subak Gadungan Delod Desa ... 74
VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 78
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Tabel Halaman
1.1 Jumlah Produksi Padi (ton) di Provinsi Bali menurut Kabupaten
atau Kota Tahun 2009 s.d. 2014 ... 2
2.1 Standar Acuan Pengukuran Efektivitas ... 18
3.1 Variabel, Indikator, Parameter, dan Pengukuran Variabel ... 30
3.2 Standar Acuan Pengukuran Efektivitas Alokasi Input ... 38
4.1 Potensi Tanaman Pangan di Desa Gadungan ... 47
4.2 Potensi Tanaman Buah-buahan di Desa Gadungan ... 58
4.3 Potensi Hasil Perkebunan di Desa Gadungan ... 49
4.4 Potensi Sumber Daya Manusia di Desa Gadungan ... 49
4.5 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Desa Gadungan ... 50
4.6 Mata Pencaharian Pokok Masyarakat di Desa Gadungan ... 51
5.1 Karakteristik Luas Garapan Petani Padi dalam Program Upsus Pajale di Subak Gadungan Delod Desa... 56
5.2 Karakteristik Golongan Usia Petani Padi dalam Program Upsus Pajale di Subak Gadungan Delod Desa... 58
5.3 Karakteristik Pengalaman Petani Padi dalam Program Upsus Pajale di Subak Gadungan Delod Desa... 59
5.4 Karakteristik Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Padi dalam Program Upsus Pajale di Subak Gadungan Delod Desa ... 60
5.5 Karakteristik Jenjang Pendidikan Formal Petani Padi dalam Program Upsus Pajale di Subak Gadungan Delod Desa... 61
5.6 Hasil Uji Multikolinearitas Faktor Produksi Usahatani Padi dalam Program Upsus Pajale di Subak Gadungan Delod Desa ... 63
5.7 Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Hasil Produksi Padi dalam Program Upsus Pajale di Subak Gadungan Delod Desa... 68
5.8 Standar Acuan Pengukuran Efektivitas Alokasi Input Usahatani Padi dalam Program Upsus Pajale di Subak Gadungan Delod Desa ... 70
5.9 Efektivitas Alokasi Input Usahatani Padi dalam Program Upsus Pajale di Subak Gadungan Delod Desa... 71
5.11 Hasil Analisis Efisiensi Alokasi Input Usahatani Padi dalam Program Upsus Pajale di Subak Gadungan Delod Desa... 75 5.12 Hasil Uji Efisiensi Alokasi Input Usahatani Padi dalam Program Upsus
DAFTAR GAMBAR
Gambar Teks Halaman
2.1 Tahapan dari Suatu Proses Produksi ... 15
2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 25
4.1 Struktur Organisasi Desa Gadungan ... 43
4.2 Struktur Organisasi Subak Gadungan Delod Desa ... 54
5.1 Grafik Normal P-P Plot of Regression Standardizen Residual ... 62
DAFTAR ARTI, LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH
1. Upsus = Upaya khusus
2. Pajale = Padi, jagung, dan kedelai
3. mm = Millimeter
4. mdpl = Meter diatas permukaan laut
5. OPT = Organisme Pengganggu Tanaman
6. C = Celcius
7. β = Koefisien regresi (beta) 8. α = Taraf nyata (alpha) 9. Ln = Logaritma natural 10. ∆ = Delta
11. PR = Produk Rata-rata 12. PM = Produk Marginal 13. PT = Produk Total
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Teks Halaman
I. Tabulasi Karakteristik Petani ... 84
II. Tabulasi Input dan Output Usahatani Padi ... 87
III. Produktivitas Usahatani Padi sebelum dan sesudah program Upsus Pajale ... 90
IV. Tabulasi Biaya dan Penerimaan Usahatani Padi dalam Program Upsus Pajale ... 93
V. Tabulasi Data dalam Bentuk Logaritma Natural ... 96
VI. Hasil Output Analisis Regresi Model Cobb-Douglass ... 98
VII. Hasil Perhitungan Efektivitas Alokasi Input ... 99
VIII. Hasil Perhitungan Efisiensi Alokasi Input ... 100
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan
ekonomi nasional karena memiliki kontribusi yang dominan, baik secara langsung
maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan pembangunan
perekonomian nasional. Pembangunan sektor pertanian masih menjadi prioritas
dalam pembangunan nasional karena Indonesia merupakan negara agraris
mengingat sebagian terbesar masyarakat Indonesia adalah petani baik yang
mengusahakan lahan di lahan sawah maupun di lahan kering. Hal ini terbukti dari
kemampuan sektor pertanian dalam menumbuhkan perekonomian nasional
rata-rata 6,8% per tahun (1969 sampai dengan 1994), kontribusi dalam Produk
Domestik Bruto (PDB) sekitar 48% dan penyerapan tenaga kerja 77% (Firdaus,
2010). Oleh karena jumlah petani sangat besar, maka setiap kebijakan yang terkait
dengan pertanian haruslah berorientasi pada peningkatan kesejahteraan petani.
Kebijakan di bidang pertanian harus mendorong petani untuk meningkatkan
kualitas produk yang dihasilkannya, meningkatkan daya saing produk, dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang bekerja sebagai petani melalui
peningkatan hasil produksi (Husodo, 2004).
Hasil produksi padi di Provinsi Bali menurut Badan Pusat Statistik
Provinsi Bali (2015) menunjukkan bahwa dalam kurun waktu dari tahun 2009
sampai dengan 2014, Kabupaten Tabanan merupakan kabupaten dengan jumlah
produksi terbesar di Bali. Pada tahun 2009 yaitu 227.270 ton GKG (Gabah Kering
Giling), pada tahun 2010 turun menjadi 223.256 ton GKG, pada tahun 2011 turun
2
GKG, pada tahun 2013 meningkat menjadi 233.681 ton GKG, dan pada tahun
2014 turun menjadi 214.203 ton GKG. Secara rinci hasil produksi padi di Provinsi
Bali dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini.
Tabel 1.1
Jumlah Produksi Padi di Provinsi Bali menurut Kabupaten atau Kota Tahun 2009 s.d. 2014
Kabupaten Kota Produksi (ton)
2009 2010 2011 2012 2013 2014
Jembrana 52.160 52.052 49.190 59.297 56.946 62.279 Tabanan 227.270 223.256 210.762 222.706 233.681 214.203 Badung 118.218 126.831 124.238 120.754 112.705 109.149 Gianyar 169.915 178.786 180.676 174.007 184.592 186.526 Klungkung 36.249 30.601 31.254 33.740 29.401 32.063 Bangli 27.804 25.708 30.948 28.165 27.317 29.209 Karangasem 73.997 73.204 77.659 68.618 74.687 66.116 Buleleng 141.578 129.876 127.798 128.616 135.905 133.447 Denpasar 31.573 28.746 25.792 29.650 26.200 24.952 Bali 878.764 869.160 858.316 865.554 880.982 857.944 Sumber: BPS Provinsi Bali (2015).
Fluktuasi jumlah produksi padi di Bali disebabkan oleh berbagai masalah
yang datang dari internal maupun eksternal. Masalah eksternal yang sering
dihadapi oleh petani kecil biasanya persaingan antara usahatani besar maupun
dengan usaha non pertanian. Masalah tersebut terjadi karena pertama, petani kecil
umumnya melakukan usahataninya di daerah yang jauh dari pusat penduduk dan
pusat pengembangan. Kedua, banyaknya lahan pertanian lepas dari petani kecil
baik itu keluar dari usahatani atau beralih ke petani besar. Ketiga, adanya
pergeseran dari petani menjadi buruh tani atau beralih ke pekerjaan lain, dan
keempat makin sempitnya skala usahatani (Hernanto, 1996). Masalah lain yang
sering kali muncul di dalam usahatani yaitu masalah harga gabah yang tidak
stabil, kesempatan kerja, kualitas sumber daya manusia, persediaan tanah yang
3
yang semakin tinggi dan masalah sosial tentang kepemilikan lahan (Daniel, 2004).
Selain permasalahan yang datang dari luar usahatani, petani juga dihadapkan pada
masalah yang muncul dari dalam usahatani yaitu masalah faktor-faktor produksi
usahatani seperti tingginya harga pupuk, ongkos tenaga kerja yang mahal, dan
mahalnya alat-alat penunjang kinerja petani seperti traktor. Kondisi seperti ini
membuat membuat petani kesulitan modal dalam menjalankan usahataninya.
Faktor-faktor produksi usahatani sangat penting bagi petani untuk
menjalankan usahataninya. Produktivitas yang tinggi hanya dapat dicapai dengan
menggunakan cara budidaya dan teknologi tepat guna (Firdaus, 2010). Alokasi
faktor produksi yang efektif akan menghasilkan penggunaaan faktor produksi
yang efisien. Apabila petani mengalokasikan faktor produksi secara efektif dan
efisien tentunya petani mampu mengalokasikan biaya usahatani secara tepat guna
mendapatkan keuntungan maksimum (Soekartawi, 2002).
Tum (1997, dalam Setiawan 2005) mengungkapkan sistem-sistem pada
sektor pertanian akan hancur menghadapi gelombang globalisasi, bila pihak
pemerintah tidak memberikan proteksi dan subsidi. Subsidi faktor produksi pada
usahatani sangatlah penting karena faktor produksi usahatani akan mempengaruhi
hasil produksi usahatani tersebut. Apabila di era globalisasi peran pemerintah
kurang dalam melakukan subsidi dan proteksi maka petani tidak akan mampu
bertahan menghadapi persaingan globalisasi dan pemerintah tidak mampu
mencapai misi pembangunan nasional pada sektor pertanian.
Dalam rangka mencapai misi pembangunan nasional sektor pertanian,
Kementerian Pertanian Republik Indonesia (2015) menetapkan kebijakan nomor
4
peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai (Pajale) melalui program
perbaikan jaringan irigasi dan sarana pendukungnya tahun anggaran 2015.
Kegiatan ini dilakukan dalam upaya meningkatkan produktivitas padi sebesar 0,3
ton/hektar Gabah Kering Panen (GKP), kedelai sebesar 0,2 ton/hektar pada areal
existing, dan jagung sebesar 1 ton/hektar pada areal existing untuk mencapai
swasembada berkelanjutan padi, jagung, dan kedelai dengan memberikan bantuan
berupa sarana dan prasarana produksi pertanian. Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Provinsi Bali (2015) melalui keputusan nomor 521.1/2519/SKRET/DISTAN TP.
tanggal 16 April 2015 menetapkan Subak Gadungan Delod Desa merupakan salah
satu subak yang menerima bantuan program Upsus Pajale.
Subak Gadungan Delod Desa merupakan subak yang berlokasi di
Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan. Subak ini menerapkan sistem
pola tanam padi-palawija-padi dan memiliki anggota petani 204 orang. Subak ini
merupakan subak yang menerima bantuan untuk komoditi padi berupa bibit padi
sebanyak 1.725 kg, pupuk urea sebanyak 3.450 kg, pupuk NPK sebanyak 3.450
kg dan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) pada tahun 2015.
Berdasarkan pemahaman di atas, perlu diadakan penelitian tentang analisis
efektivitas alokasi faktor produksi pada usahatani padi dalam program Upsus
Pajale yang ditinjau dari pengaruh faktor produksi usahatani terhadap hasil
produksi, efektivitas penggunaan faktor produksi dan produktivitas padi, serta
efisiensi alokasi input usahatani padi untuk melihat keberhasilan program Upsus
Pajale dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas sektor pertanian khususnya
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini yaitu
1. Bagaimanakah pengaruh faktor produksi terhadap hasil produksi usahatani
padi dalam program Upsus Pajale di Subak Gadungan Delod Desa, Desa
Gadungan, Kabupaten Tabanan?
2. Bagaimanakah efektivitas alokasi input usahatani padi dalam program
Upsus Pajale dalam rangka meningkatkan produktivitas padi di Subak
Gadungan Delod Desa, Desa Gadungan, Kabupaten Tabanan?
3. Bagaimanakah efisiensi alokasi input usahatani padi dalam program
Upsus Pajale di Subak Gadungan Delod Desa, Desa Gadungan,
Kabupaten Tabanan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka
penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut.
1. Pengaruh faktor produksi terhadap hasil produksi usahatani padi dalam
program Upsus Pajale di Subak Gadungan Delod Desa, Desa Gadungan
Kabupaten Tabanan.
2. Efektivitas alokasi input usahatani padi dalam program Upsus Pajale
dalam rangka meningkatkan produktivitas padi sebesar 0,3 ton/hektar di
Subak Gadungan Delod Desa.
3. Efisiensi alokasi input usahatani padi dalam program Upsus Pajale di
6
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian efektivitas alokasi faktor produksi usahatani padi
dalam program Upsus Pajale di Subak Gadungan Delod Desa, Desa Gadungan,
Kabupaten Tabanan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak.
1. Petani
Membantu petani di Subak Gadungan Delod Desa, Desa Gadungan,
Kabupaten Tabanan dalam pengambilan keputusan atau kebijakan bisnis.
2. Pemerintah
Membantu pemerintah dalam pengambilan langkah keputusan atau
kebijakan khususnya pada sektor pertanian.
3. Peneliti
Menambah kajian pustaka dalam dunia pendidikan khususnya bagi peneliti
yang akan melakukan penelitian sejenis dan menambah wawasan peneliti.
1.5 Ruang Lingkup
Penelitian ini membahas tentang efektivitas alokasi input usahatani padi
dalam program Upsus Pajale di Subak Gadungan Delod Desa pada tahun 2015
yang dibahas secara deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di subak yang
menerima bantuan program Upsus Pajale yaitu Subak Gadungan Delod Desa.
Varietas bibit yang digunakan pada saat program Upsus Pajale yaitu varietas bibit
Hibrida dan Ciherang dengan pola tanam padi-palawija-padi, sedangkan sebelum
program ini dilaksanakan hanya menggunakan bibit padi Ciherang dengan
menggunakan pola tanam padi-palawija-padi di tahun 2014. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor produksi terhadap hasil produksi,
7
menggunakan metode regresi linier berganda model fungsi produksi
Cobb-Douglass yang meliputi uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji
heteroskedasitas, uji multikoliniearitas untuk memenuhi kriteria ekonometrika dan
uji model regresi linier yang meliputi uji koefisien determinasi (R2), uji F, dan uji
t dengan taraf nyata (α) yaitu 5% atau 0,05 untuk memenuhi kriteria statistika dan
mengetahui pengaruh faktor produksi terhadap hasil produksi. Analisis efektivitas
alokasi input usahatani padi dilakukan dengan membandingkan nilai Marginal
Physical Product (MPP) dengan Average Physical Product (APP) yang
dinyatakan dalam satuan persen. Analisis efektivitas produktivitas padi dilakukan
dengan membandingkan produktivitas realita rata-rata keseluruhan produksi padi
dengan target produktivitas. Target yang digunakan sesuai dengan pedoman
pemerintah dalam menetapkan kebijakan Upsus Pajale yaitu adanya peningkatan
produktivitas sebesar 0,3 ton/hektar dari produksi sebelum program dilaksanakan
dan hasil analisis efektivitas kemudian dinyatakan dalam satuan persen.
Persamaan fungsi produksi model Cobb-Douglas dalam bentuk logaritma natural
digunakan untuk melakukan analisis efisiensi alokasi input usahatani dengan
melihat hasil perbandingan antara nilai produk marginal faktor produksi dengan
harga rata-rata faktor produksi. Setelah seluruh hasil analisis yang meliputi
analisis pengaruh faktor produksi terhadap hasil produksi, efektivitas program
Upsus Pajale dalam pencapaian target atau tujuan, efisiensi alokasi penggunaan
faktor produksi, maka selanjutnya merekomendasikan kesimpulan kepada petani
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Upsus Pajale
Peraturan Kementerian Pertanian Republik Indonesia nomor
03/Permentan/0T.140/2/2015 tentang pedoman upaya khusus (Upsus)
peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai melalui program perbaikan
jaringan irigasi dan sarana pendukungnya tahun anggaran 2015 telah menetapkan
upaya khusus pencapaian swasembada berkelanjutan padi, jagung, dan kedelai
(Kementan, 2015).
Kegiatan Upsus Pajale dilakukan melalui rehabilitasi jaringan irigasi
tersier dan kegiatan pendukung lainnya, antara lain pengembangan jaringan
irigasi, optimasi lahan, pengembangan System of Rice Intensification (SRI),
Gerakan Penerapan Pengolahan Tanaman Terpadu (GP-PPT), Optimasi Perluasan
Areal Tanam Kedelai melalui Peningkatan Indeksi Pertanaman (PAT-PIP
Kedelai), Perluasan Areal Tanam jagung (PAT jagung), penyediaan sarana dan
prasarana pertanian (bibit, pupuk, pestisida, alat, dan mesin pertanian),
pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), dan dampak perubahan
iklim, asuransi pertanian serta pengawalan atau pendampingan (Kementan, 2015).
2.1.1 Tujuan dan sasaran
Tujuan dilaksanakannya program upaya khusus (Upsus) padi, jagung, dan
kedelai (Pajale) sebagai berikut (Kementan, 2015).
1. Menyediakan kebutuhan prasarana dan sarana pertanian berupa air irigasi,
benih, pupuk, alsintan dan sarana produksi lainnya.
2. Meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dan produktivitas pada lahan
9
3. lebak untuk mendukung pencapaian swasembada berkelanjutan padi,
jagung dan kedelai.
Sasaran dalam pelaksanaan program upaya khusus (Upsus) padi, jagung,
dan kedelai (Pajale) sebagai berikut (Kementan, 2015).
1. Petugas pelaksana kegiatan Upsus peningkatan produksi padi, jagung, dan
kedelai dalam pencapaian swasembada pangan berkelanjutan padi, jagung,
dan kedelai di provinsi, kabupaten/kota, dan di tingkat lapangan.
2. Seluruh kelompok tani yang berusaha tanaman pangan,
kehutanan-perhutani, dan perkebunan.
3. Lahan sawah, lahan tadah hujan, lahan kering, lahan rawa pasang surut,
dan lahan rawa lebak.
4. Adanya peningkatan Indeks Pertanaman (IP) minimal sebesar 0,5 dan
produktivitas padi meningkat minimal sebesar 0,3 ton/hektar GKP (Gabah
Kering Panen).
5. Tercapainya produktivitas kedelai minimal sebesar 1,57 ton/hektar pada
areal tanam baru dan meningkatnya produktivitas kedelai sebesar 0,2
ton/hektar pada areal existing.
6. Tercapainya produktivitas jagung minimal sebesar 5 ton/hektar pada areal
tanam baru dan adanya peningkatan produktivitas jagung sebesar satu
ton/hektar pada areal existing.
2.1.2 Ruang lingkup dan indikator kinerja
Ruang lingkup kegiatan Upsus peningkatan produksi padi, jagung, dan
kedelai dalam pencapaian swasembada pangan berkelanjutan padi, jagung, dan
10
System of Rice Intensification (SRI), gerakan Pengelolaan Tanaman Terpadu
(GP-PPT), optimasi Perluasan Areal Tanam kedelai melalui Peningkatan Indeks
Pertanaman (PAT-PIP kedelai) Perluasan Areal Tanam jagung (PAT jagung),
penyediaan bantuan benih, penyediaan bantuan pupuk, penyediaan bantuan alat
dan mesin pertanian (Alsintan), pengendalian OPT dan dampak perubahan iklim,
asuransi pertanian, dan pengawalan atau pendampingan (Kementan, 2015).
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan
pendampingan Upsus di lapangan meliputi (Kementan, 2015).
1. Meningkatnya Indeks Pertanaman (IP) minimal sebesar 0,5.
2. Meningkatnya produktivitas tanaman padi minimal sebesar 0,3 ton/hektar
Gabah Kering Panen (GKP).
3. Tercapainya produktivitas kedelai minimal sebesar 1,57 ton/hektar pada
areal tanam baru dan meningkatnya produktivitas kedelai sebesar 0,2
ton/hektar pada areal existing.
4. Tercapainya produktivitas jagung minimal sebesar lima ton/hektar pada
areal tanam baru dan meningkatnya produktivitas kedelai sebesar satu
ton/hektar pada areal existing.
2.2 Konsep Teori Produksi
Teori produksi mengambarkan tentang keterkaitan diantara faktor-faktor
produksi dengan tingkat produksi yang diciptakan. Teori produksi dapat
dinyatakan dalam bentuk fungsi produksi dan tingkat produksi yang diciptakan.
Faktor-faktor produksi dikenal dengan istilah input produksi, dan jumlah produksi
disebut output. Dalam kaitannya dengan pertanian, produksi merupakan esensi
11
yang meliputi: kapital, tenaga kerja dan teknologi. Dengan demikian terdapat
hubungan antara produksi dengan faktor produksi, yaitu output maksimal yang
dihasilkan dengan faktor produksi tertentu atau disebut fungsi produksi (Sukirno,
2000 dalam Suryana, 2007).
Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk atau output. Dalam
bidang pertanian, produk atau produksi itu bervariasi karena perbedaan kualitas
pengukuran terhadap produksi. Untuk menghasilkan suatu hasil produksi (output)
diperlukan bantuan kerjasama beberapa faktor produksi sekaligus. Kombinasi
faktor produksi yang baik tentunya akan menghasilkan tingkat efisiensi yang
tinggi baik secara fisik maupun secara ekonomis (Mubyarto, 1977).
Menurut Soekartawi (2002), faktor produksi adalah faktor yang mutlak
diperlukan dalam proses produksi terdiri dari empat komponen yaitu tanah, tenaga
kerja, modal, dan manajemen. Sedangkan sarana produksi adalah sarana yang
dibutuhkan dalam proses produksi terdiri dari lahan, bibit, pupuk, obat-obatan,
dan tenaga kerja. Menurut Downey dan Erickson (1989), faktor produksi hanya
boleh ditambahkan pada proses produksi sampai pada titik di mana biayanya
persis sama dengan tambahan pendapatan yang dihasilkan sebagai output.
Menurut Soekartawi (1990), fungsi produksi adalah hubungan teknis
antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel
yang dijelaskan biasa disebut variabel output dan variabel yang menjelaskan biasa
disebut variabel input. Penyebab Fungsi produksi sangat penting dalam teori
12
1. Dengan fungsi produksi, maka dapat diketahui hubungan antara faktor
produksi dan hasil produksi (output) secara langsung dan hubungan
tersebut dapat dengan mudah dimengerti.
2. Dengan fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel
yang dijelaskan (dependent variable) Y dan variabel yang menjelaskan
(independent variable) X sekaligus juga untuk mengetahui hubungan antar
variabel penjelas.
Menurut Soekartawi (2002), dalam istilah ekonomi faktor produksi kadang
disebut dengan input produksi dimana macam input atau faktor produksi ini perlu
diketahui oleh produsen. Antara produksi dengan faktor produksi terdapat
hubungan fisik yang disebut dengan istilah factor relationship (FR). Secara
matematis, hubungan FR tersebut dapat ditulis sebagai berikut.
Y = f (X1, X2,...Xi, ...Xn)
Persamaan penambahan jumlah input untuk meningkatkan produksi yaitu
Y = f {(X1 + ∆X1), (X2 + ∆X2), ...(Xi + ∆Xi), ...(Xn+ ∆Xn)}
∆X = Tambahan faktor produksi dari X
2.2.1 Fungsi Produksi Cobb-Douglass
Fungsi Produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang
melibatkan dua atau lebih variabel. Variabel yang satu disebut dengan variabel
dependen yang dijelaskan oleh (Y) dan yang lainnya disebut variabel independent
yang menjelaskan (X). Fungsi produksi Cobb-Douglas menjadi terkenal setelah
diperkenalkan oleh Cobb, C.W. dan Douglas, P.H. pada tahun 1928 melalui
artikelnya yang berjudul A Theory of Production. Penyelesaian hubungan antara
13
variasi dari X. Kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku dalam penyelesaian
fungsi Douglass. Secara matematik persamaan fungsi produksi
Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai berikut (Soekartawi, 2002).
Y = a X1b1X2b2...Xibi...Xnbneu
= a ∏X1b1 eu
Bila fungsi Cobb-Douglas tersebut dinyatakan oleh hubungan Y dan X maka
Y = f (X1, X2, …. , Xi, …., Xn)
Dimana:
Y = Variabel yang dijelaskan
X = Variabel yang menjelaskan
a, b = Besaran yang akan diduga
u = Kesalahan (disturbance term), dan
e = Logaritma natural, e = 2,718
Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan, maka perlu diubah menjadi
bentuk linier berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut.
LnY = Lnβ0 + β1LnX1 + β2LnX2 + ……….βiLnXi +………… βnLnXn
Menurut Soekartawi (2002) terdapat beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi dalam penggunaan penyelesaian fungsi produksi yang selalu
dilogaritmakan dan diubah bentuk fungsinya menjadi fungsi linier, yaitu:
1. Tidak ada pengamatan variabel penjelas (X) yang bernilai nol, sebab
logaritma dari nol adalah bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite).
2. Dalam fungsi produksi, diasumsikan tidak terdapat perbedaan teknologi
pada setiap pengamatan. Dalam arti bahwa kalau fungsi ini dipakai
sebagai model dalam suatu pengamatan dan bila diperlukan analisis yang
memerlukan lebih dari satu model, maka perbedaan model tersebut
terletak pada intercept dan bukan pada kemiringan garis (slope) model
14
3. Tiap variable X adalah perfect competition.
4. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah
tercakup pada faktor kesalahan u.
Menurut Soekartawi (2002) ada tiga alasan pokok mengapa fungsi
Cobb-Douglas lebih banyak dipakai oleh para peneliti, yaitu:
1. Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan
dengan fungsi lainnya karena fungsi Cobb-Douglas dapat dengan mudah
ditransfer ke dalam bentuk linier.
2. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan
koefisien regresi yang sekaligus menunjukkan besaran elastisitas produksi.
3. Besaran elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan tingkat besaran returns
to scale dalam usahatani.
Menurut Soekartawi (2002) fungsi produksi Cobb-Douglas memiliki
beberapa kelemahan, yaitu:
1. Spesifikasi variabel yang keliru, akan menghasilkan elastisitas produksi
yang negatif atau nilainya terlalu besar atau terlalu kecil. Spesifikasi yang
keliru juga sekaligus mendorong terjadinya multikolinearitas pada variabel
independen yang dipergunakan.
2. Kesalahan pengukuran variabel yang terletak pada validitas data sehingga
menyebabkan besarnya elastisitas menjadi terlalu tinggi atau rendah.
3. Sulitnya mengukur faktor manajemen karena faktor ini merupakan faktor
yang penting juga dalam meningkatkan produksi sehingga data terhadap
variabel manajemen menjadi bias.
15
2.2.2 Hubungan antara PM, PT, dan PR
Produk Marginal (PM) merupakan tambahan satu-satuan faktor produksi
X yang dapat menyebabkan penambahan atau pengurangan satu-satuan output Y,
dan PM dapat ditulis dengan ∆Y/∆X. Apabila nilai PM konstan maka dapat
diartikan bahwa setiap tambahan unit faktor produksi X, menyebabkan tambahan
satu-satuan unit output Q secara proposional (constans productivity). Apabila
tambahan satu-satuan unit faktor produksi X menyebabkan satu-satuan unit output
Y turun (decreasing productivity) maka PM akan menurun. Apabila penambahan
satu-satuan unit faktor produksi X menyebabkan satu-satuan unit output Y
meningkat secara tidak proposional maka peristiwa ini disebut produktivitas yang
meningkat (increasing productivity) (Soekartawi, 2002).
Gambar 2.1
Tahapan dari Suatu Proses Produksi.
Menurut Soekartawi (2002) dengan mengaitkan Produk Marginal (PM)
atau Marginal Product (MP), Produk Rata-rata (PR) atau Average Product (AP),
dan Total Produk (PT) atau Total Product (TP) maka dapat diketahui elastisitas
16
Elastisitas produksi (Ep) merupakan persentase perubahan dari output
sebagai akibat dari persentase perubahan faktor produksi. Rumus Elastisitas
produksi (Ep) yaitu (Soekartawi, 2002).
Karena ∆Y/∆X adalah PM, maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya PM
dari suatu faktor produksi, misalnya faktor produksi X.
Hubungan antara PM dan PT dapat dilihat ketika PT naik maka nilai PM
positif. Bila PT mencapai maksimum, maka nilai PM menjadi nol. Bila PT sudah
mulai menurun, maka nilai PM menjadi negatif dan bila PT naik pada tahapan
increasing rate, maka PM bertambah pada decreasing rate (Soekartawi, 2002).
Hubungan antara PM dan PR dapat dilihat pada Gambar 2.1 PR
merupakan perbandingan antara PT per jumlah faktor produksi. Adapun rumus
mencari PR yaitu (Soekartawi, 2002).
PR = Y/X
Dengan demikian hubungan PM dan PR yaitu bila PM lebih besar dari pada PR,
maka posisi PR masih dalam keadaan meningkat. Bila PM lebih kecil dari PR,
maka posisi PR dalam keadaan turun. Bila terjadi PM sama dengan PR, maka PR
dalam keadaan maksimum. Hubungan antara PM dan PT serta PM dan PR dengan
besar kecilnya Ep yaitu (Soekartawi, 2002).
1. Ep = 1 bila PR mencapai maksimum atau bila PR = PM.
17
3. Ep > 1 bila PT naik pada tahapan increasing rate dan PR naik di daerah I
maka petani mampu memperoleh keuntungan ketika jumlah faktor
produksi ditambah.
4. 1 > Ep > 0 menunjukkan tambahan sejumlah faktor produksi tidak
diimbangi secara proporsional oleh tambahan output yang diperoleh.
Peristiwa ini terjadi di daerah II, di mana pada sejumlah faktor produksi
yang diberikan maka PT tetap naik pada tahapan decreasing rate.
5. Ep < 0 yang berada di daerah III menunjukkan PT dalam keadaan turun,
nilai PM menjadi negatif dan PR dalam keadaan turun. Setiap upaya
penambahan faktor produksi tetap merugikan petani.
2.3 Teori Efektivitas
Efektivitas merupakan ukuran yang menggambarkan sejauhmana sasaran
dapat dicapai (Atmosoeprapto, 2002 dalam Suwarthiani 2014). Hasil yang
semakin mendekati sasaran berarti derajat efektivitasnya semakin tinggi.
Sedangkan hasil yang semakin tidak mendekati sasaran berarti derajat
efektivitasnya semakin rendah.
Wisnu dan Siti (2005, dalam Suwarthiani 2014) mengungkapkan bahwa
penilaian efektivitas dapat dilakukan dengan mengambil salah satu pendekatan
dari tiga pendekatan yang ada. Tiga pendekatan tersebut meliputi pendekatan
sumber daya eksternal (kontrol), pendekatan sistem-sistem internal (motivasi),
dan pendekatan teknis (efisiensi). Gibson, dkk (1996, dalam Suwarthiani 2014)
mengungkapkan faktor atau unsur yang dipakai sebagai indikator efektivitas
adalah produksi, mutu, efisiensi, fleksibelitas, kepuasan, persaingan,
18
2014) mengungkapkan tingkat efektivitas dari sistem produksi merupakan rasio
output aktual terhadap output yang direncanakan dan diukur dalam satuan persen.
Rumus untuk mengukur tingkat efektivitas dalam pencapaian tujuan atau sasaran
yaitu (Subagyo, 2000 dalam Budiani 2009).
Dimana:
R = Realita
T = Target
Halim (2004, dalam Sangurjana 2016) menetapkan standar acuan untuk mengukur
efektivitas. Adapun standar acuan untuk mengukur efektivitas dapat dilihat pada
Tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1
Standar Acuan Pengukuran Efektivitas
Rasio Efektivitas (%) Tingkat Capaian
< 40 Sangat tidak efektif
≥40 s.d. <60 Tidak efektif
≥60 s.d. <80 Cukup efektif
≥80 s.d. 100 Efektif
Sumber: Halim (2004. dalam Sangurjana 2016).
2.4 Teori Efisiensi
Menurut Soekartawi (2002) efisiensi merupakan upaya penggunaan faktor
produksi yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan hasil produksi yang
sebesar-besarnya. Soekartawi (2003, dalam Dewi 2007) menerangkan bahwa dalam
terminologi ilmu ekonomi, pengertian efisiensi ini dapat dibedakan menjadi tiga
yaitu efisiensi teknis, efisiensi alokatif atau harga dan efisiensi ekonomis. R
Efektivitas Program = x 100%
19
2.4.1 Efisiensi teknis
Efisiensi teknis merupakan kemampuan maksimum yang dicapai oleh
faktor produksi. Suatu perusahaan efisien secara teknis bilamana produksi dengan
output terbesar yang menggunakan set kombinasi beberapa faktor produksi saja.
Efisiensi teknis (technical efficiency) mensyaratkan adanya proses produksi yang
dapat memanfaatkan faktor produksi yang sedikit demi menghasilkan output
produksi dalam jumlah yang sama. Analisis efisiensi teknis dapat dilakukan
dengan menggunakan pendekatan fungsi produksi Cobb-Douglas karena koefisien
regresi merupakan elastisitas produksi (Soekartawi, 2002).
2.4.2 Efisiensi harga atau allocative efficiency
Efisiensi harga menujukkan hubungan biaya dan output. Efisiensi harga
tercapai jika perusahaan tersebut mampu memaksimalkan keuntungan yaitu
menyamakan nilai produk marginal setiap faktor produksi dengan harganya. Bila
peternak mendapatkan keuntungan yang besar dari usaha ternaknya, misalnya
karena pengaruh harga, maka peternak tersebut dapat dikatakan mengalokasikan
faktor usaha ternaknya secara efisien. Efisiensi alokatif ini terjadi bila perusahaan
memproduksi output yang paling disukai oleh konsumen.
Produk Marginal (PM) menggambarkan perubahan penggunaan
satu-satuan faktor produksi yang digunakan (Soekartawi, 2002). Adapun nilainya dapat
dicari dengan rumus sebagai berikut.
PMxi = βi . PRxi
Dimana: PRxi = Y/Xi
Keterangan:
βi = Elastisitas produksi faktor produksi ke i
PRxi = Produk rata-rata faktor produksi ke i
Y = Jumlah produksi
20
Nilai Produk Marginal (NPM) dapat dihitung dengan mengalikan produk
marginal dengan harga satu-satuan unit produksi yang dihasilkan (Soekartawi,
2002). Adapun NPM dapat dicari dengan rumus sebagai berikut.
NPMxi = PMxi . Py
Dimana:
NPMxi = Nilai Produk Marginal dari faktor Xi
Py = Harga rata-rata satu-satuan unit produksi (Y)
Tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi ditentukan dengan cara
membandingkan NPM faktor produksi dengan harga faktor produksi yang
digunakan. Adapun rumusnya yaitu (Soekartawi, 2002).
Keterangan:
Ef = Indeks efisiensi faktor produksi (Xi)
NPMxi = Nilai produk marjinal faktor produksi ke i
Pxi = Harga per satuan faktor produksi ke i
Alokasi penggunaan faktor produksi tidak efisien dapat terjadi karena dua
kemungkinan yaitu: alokasi masukan faktor produksi masih terlampau rendah atau
alokasi masukan faktor produksi sudah terlampau tinggi. Menurut Soekartawi
(2003, dalam Dewi 2012) bahwa dalam kenyataan NPMxi tidak selalu sama
dengan Pxi, yang sering terjadi adalah NPMxi/Pxi lebih besar dari satu artinya
penggunaan faktor produksi X belum efisien, untuk mencapai efisiensi maka
faktor produksi X perlu ditambah. NPMxi/Pxi kurang dari satu artinya
penggunaan faktor produksi X tidak efisien, agar faktor produksi X menjadi
efisien maka penggunaan faktor produksi X perlu dikurangi.
2.4.3 Efisiensi ekonomis
Konsep dalam efisiensi ekonomis adalah meminimalkan biaya artinya
21
tidak ada proses lain yang dapat menghasilkan output serupa dengan biaya yang
lebih murah. Efisiensi ekonomis dapat tercapai bila kedua efisiensi yaitu efisiensi
teknis dan efisiensi harga tercapai serta memenuhi dua kondisi, antara lain:
(Soekartawi, 2003 dalam Suryana 2007).
1. Syarat keperluan (necessary condition) menunjukkan hubungan fisik
antara input dan output, bahwa proses produksi pada waktu elastisitas
produksi antara nol dan satu. Hasil ini merupakan efisiensi teknis.
2. Syarat kecukupan (sufficient condition) yang berhubungan dengan
tujuannya yaitu kondisi keuntungan maksimum tercapai dengan syarat
nilai produk marginal sama dengan biaya marginal.
2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Pengkajian terhadap hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan para
peneliti sebelumnya sangat perlu dilakukan mengingat pentingnya bagi peneliti
untuk menelaah masalah yang dihadapi peneliti dalam penelitiannya. Adapun
penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu:
Suryana (2007) dalam penelitiannya yaitu analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi jagung di Kabupaten Blora mempergunakan variabel
bebas yaitu luas lahan (X1), varietas bibit (X2), jarak dan jumlah tanam (X3), biaya
tenaga kerja (X4), biaya pembelian pupuk (X5) dan hasil produksi jagung hibrida
(Y). Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 170 orang dengan
penentuan jumlah sampel mempergunakan rumus Slovin. Model yang
dipergunakan yaitu analisis regresi linier berganda metode Ordinary Least Square
(OLS) dengan melakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji multikolinieritas, uji
22
koefisien determinasi (R2). Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa seluruh
variabel bebas berpengaruh sangat nyata terhadap variabel terikat dan pengaruh
dominan ditunjukkan oleh variabel bebas X3 yaitu jarak dan jumlah tanam karena
nilai standar koefisien betanya paling besar jika dibandingkan dengan variabel
bebas (X) lainnya.
Dewi (2012) dalam penelitiannya yaitu analisis efisiensi usahatani padi
sawah menggunakan metode regresi linier berganda dengan model fungsi
produksi Cobb-douglas untuk menganalisis efisiensi teknis, efisiensi harga, dan
efisiensi ekonomi usahatani padi sawah. Variabel yang dipergunakan dalam
penelitiannya yaitu enam variabel bebas yang meliputi bibit (X1), pupuk urea
(X2), pupuk NPK (X3), pupuk organik (X4), pestisida (X5), tenaga kerja (X6) dan
variabel terikat (Y) yaitu jumlah produksi padi. Hasil analisis efisiensi teknis
menunjukkan tidak adanya variabel bebas yang berada pada daerah elastisitas
produksi I, variabel bebas X2, X3, dan X4 berada pada daerah elastisitas produksi
II, sedangkan variabel bebas X1, X5, dan X6 berada pada daerah elastisitas
produksi III. Hasil analisis efisiensi harga menunjukkan seluruh variabel bebas
tidak efisien. Ditinjau dari efisiensi ekonomi, seluruh variabel bebas tidak efisien.
Noor (2007) dalam penelitiannya yaitu analisis optimasi penggunaan
tenaga kerja pada usahatani nanas di Kabupaten Simalungun menggunakan
metode regresi linier dan non linier dengan model fungsi produksi Cobb-douglas
untuk menganalisis tingkat optimasi melalui pendekatan efisiensi harga. Variabel
yang dipergunakan dalam penelitian meliputi variabel bebas tenaga kerja (X1) dan
variabel terikat jumlah produksi nanas (Y). Hasil analisis uji t regresi linier dan
23
bebas berpengaruh sangat nyata. Pada usahatani skala sempit dan skala luas,
tingkat optimasi tenaga kerja belum optimal sehingga penggunaan tenaga kerja
perlu ditambah. Penggunaan tenaga kerja pada usaha nanas skala luas lebih
optimal jika dibandingkan dengan usaha nanas dengan skala usaha sempit.
Persamaan peneliti terdahulu dengan penelitian ini adalah pada penelitian
yang pertama juga digunakan metode regresi linier berganda untuk menganalisis
data, pada penelitian yang kedua digunakan metode analisis regresi linier
berganda dengan model fungsi produksi Cobb-Douglas, pada penelitian ketiga
mempergunakan analisis regresi. Sedangkan perbedaan pada penelitian ini dengan
penelitian pertama yaitu peneliti pertama mempergunakan metode Ordinary Least
Square (OLS), variabel penelitian, lokasi, waktu, dan jumlah sampel yang
digunakan. Pada penelitian kedua terdapat perbedaan pada variabel penelitian,
lokasi, waktu, jumlah sampel, dan pendekatan metode analisis yaitu pada
penelitian ini tidak mengkaji efisiensi ekonomis usahatani. Pada penelitian ketiga
terdapat perbedaan pada variabel penelitian, lokasi, waktu, jumlah sampel, dan
pendekatan metode analisis yaitu pada penelitian ini membahas efisiensi teknis
sedangkan pada penelitian terdahulu tidak.
2.6 Kerangka Teoritis
Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang teori berhubungan
dengan berbagai faktor produksi yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang
penting dan menggambarkan hubungan antara konsep atau variabel-variabel yang
akan diteliti. Penelitian ini membahas tentang bagaimana efektivitas alokasi faktor
24
Petani padi di Subak Gadungan Delod Desa mempergunakan faktor
produksi yang meliputi: jumlah bibit, pupuk urea, pupuk NPK, dan pestisida. Pada
penelitian ini faktor produksi dianalisis mempergunakan analisis regresi linier
berganda dengan kriteria uji ekonometrika dan uji statistika untuk mengetahui
pengaruh antara faktor produksi terhadap hasil produksi. Penelitian ini
mengunakan metode regresi linier berganda model fungsi produksi
Cobb-Douglass untuk mengetahui pengaruh faktor produksi terhadap hasil produksi,
efektivitas dan efisiensi penggunaan faktor produksi. Analisis efektivitas
penggunaan faktor produksi dilakukan dengan melihat nilai Marginal Physical
Product (MPP) dan Average Physical Product (APP). Efisiensi penggunaan faktor
produksi dapat diketahui dengan membandingkan nilai produk marjinal faktor
produksi (NPMxi) dengan harga faktor produksi (Pxi). Setelah seluruh hasil
analisis yang meliputi analisis pengaruh faktor produksi terhadap hasil produksi,
efektivitas alokasi input dan program Upsus Pajale dalam pencapaian target atau
tujuan, dan efisiensi alokasi input, maka selanjutnya dibuat kesimpulan yang akan
direkomendasikan kepada petani di lokasi penelitian agar petani mampu
mengambil kebijakan yang tepat dalam memproduksi padi. Secara rinci kerangka
25
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran Teoritis
Keterangan: Dimana:
Ep = Elastisitas produksi = Hubungan variabel
MPP = Marginal Physical Product = Jalur analisis regresi APP = Average Physical Product = Hasil analisis
R = Realitas produktivitas padi
T = Target produktivitas padi
NPMxi = Nilai Produk Marjinal faktor produksi ke i
Pxi = Harga per satuan faktor produksi ke i
Petani Subak Gadungan
APP Kriteria Statistika: Uji Koefisien
26
2.6 Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan ilmiah yang dilandasi oleh kajian teoretik
dan empirik yang merupakan jawaban sementara dari tujuan penelitian yang dapat
diuji kebenarannya secara empirik (Antara, 2014). Hipotesis yang akan diuji
dalam penelitian ini yaitu:
1. Faktor produksi berpengaruh positif terhadap hasil produksi usahatani.
2. Usahatani padi dalam program Upsus Pajale di Subak Gadungan Delod
Desa sudah terlaksana secara efektif dalam penggunaan faktor produksi
dan pencapaian target peningkatan produktivitas sebesar 0,3 ton/hektar.
3. Alokasi input usahatani padi dalam program Upsus Pajale di Subak