• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Alokasi Input Usahatani Padi dalam Program Upsus Pajale di Subak Gadungan Delod Desa, Desa Gadungan, Kabupaten Tabanan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Alokasi Input Usahatani Padi dalam Program Upsus Pajale di Subak Gadungan Delod Desa, Desa Gadungan, Kabupaten Tabanan."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS ALOKASI INPUT USAHATANI PADI

DALAM PROGRAM UPSUS PAJALE DI SUBAK

GADUNGAN DELOD DESA, DESA GADUNGAN,

KABUPATEN TABANAN

SKRIPSI

Oleh

I GEDE MADE ARTHA SUDEWA WIJAYA

KONSENTRASI PENGEMBANGAN BISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(2)

EFEKTIVITAS ALOKASI INPUT USAHATANI PADI

DALAM PROGRAM UPSUS PAJALE DI SUBAK

GADUNGAN DELOD DESA, DESA GADUNGAN,

KABUPATEN TABANAN

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Udayana

Oleh

I Gede Made Artha Sudewa Wijaya NIM. 1205315053

KONSENTRASI PENGEMBANGAN BISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Saya bersedia dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam aturan yang berlaku apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya saya sendiri atau mengandung tindakan plagiarism.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Denpasar, 21 April 2016 Yang menyatakan,

(4)

ABSTRACT

I Gede Made Artha Wijaya Sudewa. Student Number 1205315053. Effectiveness Allocation Inputs of Rice Farm in Upsus Pajale Program at Subak Gadungan Delod Desa, Gadungan Village, Tabanan Regency. Directed by: Ir. I Wayan Widyantara, MP. and Ida Ayu Dewi Listia, SP., M.Agb. *)

Upsus Pajale is one of the Indonesian government programs to increase rice, corn, and soybeans production to achieve food self-sufficiency. Subak Gadungan Delod Desa is one of the beneficiaries Upsus (Special Effort) Pajale (rice, corn, and soybeans) program to increase rice productivity 0,3 tons/hectare. This study aims to determine the effect, effectiveness, and efficiency of production rice yield.

Data Collection in this study was conducted from August to November 2015 and the research method used was descriptive quantitative analysis. Samples in this study were 68 farmers using Slovin method with 10% disturbance error and techniques used in sampling with random sampling. The Cobb-Douglass equation was used to analyze the influence factors of production to yield, effectiveness and efficiency allocation of production factors. Effectiveness analysis was conducted to determine the successful of Upsus program to increase productivity of rice.

The results showed all factors of production individually and jointly affect on production with significance value under 0.05. Farmer in allocates production factors has not been effective yet as the value of effectiveness below 40 percent. However, Upsus program has been implemented very effective because the value of productivity more than 0.3 tons/hectare. All production factors has not been efficienct accordingly their use can be increased.

Suggestion can be given in this research is the farmers should be more careful in the use of production factors, the government should continue to support farmers. Researchers are expected to find out combination of allocation production factors in Upsus Pajale areas.

(5)

ABSTRAK

I Gede Made Artha Sudewa Wijaya. NIM 1205315053. Efektivitas Alokasi Input Usahatani Padi dalam Program Upsus Pajale di Subak Gadungan Delod Desa, Desa Gadungan, Kabupaten Tabanan. Dibimbing oleh: Ir. I Wayan Widyantara, MP. dan Ida Ayu Listia Dewi, SP., M.Agb. *)

Upsus Pajale merupakan salah satu program pemerintah Indonesia untuk meningkatkan produktivitas padi, jagung, dan kedelai dalam rangka mencapai swasembada pangan. Subak Gadungan Delod Desa merupakan salah satu subak penerima bantuan Program Upsus (Upaya Khusus) Pajale (Padi, Jagung, dan Kedelai) untuk meningkatkan produktivitas padi sebesar 0,3 ton/hektar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh, efisiensi, dan efektivitas faktor produksi terhadap hasil produksi.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus sampai November 2015 dan penelitian ini dibahas secara deskriptif kuantitatif. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 68 petani yang ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin dengan menetapkan batas toleransi kesalahan 10% dan teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah random sampling. Persamaan fungsi produksi Cobb-Douglass digunakan untuk menganalisis pengaruh faktor produksi terhadap hasil produksi, efektivitas alokasi faktor produksi, dan efisiensi penggunaan faktor produksi. Analisis efektivitas digunakan untuk mengetahui keberhasilan program Upsus dalam meningkatkan produktivitas padi.

Hasil penelitian menunjukkan seluruh faktor produksi secara individual dan bersama-sama berpengaruh positif terhadap hasil produksi. Petani mengalokasikan input secara sangat tidak efektif karena nilai efektivitas kurang dari 40%. Akan tetapi, program Upsus terlaksana secara sangat efektif karena nilai produktivitas lebih dari 0,3 ton/hektar. Alokasi input bibit, pupuk urea, pupuk NPK, dan pestisida yang dilakukan oleh petani belum efisien sehingga penggunaannya perlu ditambah agar efisien.

Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini yaitu petani harus lebih teliti dalam penggunaan faktor produksi, pemerintah diharapkan terus melakukan bantuan subsidi kepada petani. Bagi peneliti lain dapat mengembangkan penelitian mengenai kombinasi jumlah penggunaan faktor produksi yang tepat di lokasi Upsus Pajale.

(6)

RINGKASAN

Dalam rangka mencapai misi pembangunan nasional sektor pertanian, Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia menetapkan kebijakan nomor 03/Permentan/0T.140/2/2015 tentang pedoman upaya khusus (Upsus) peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai (Pajale) melalui program perbaikan jaringan irigasi dan sarana pendukungnya tahun 2015. Berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia tentang pedoman Upsus Pajale maka, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali tanggal 16 April 2015 nomor 521.1/2519/SKRET/DISTAN TP. menetapkan Subak Gadungan Delod Desa merupakan salah satu subak yang menerima bantuan program ini berupa bibit padi sebanyak 1.725 kg, pupuk urea sebanyak 3.450 kg, pupuk NPK sebanyak 3.450 kg dan rehabilitasi jaringan irigasi tersier sehingga program ini perlu diteliti keberhasilannya dalam meningkatkan produktivitas padi sebesar 0,3 ton/hektar.

(7)

dengan melihat hasil perbandingan antara nilai produk marginal faktor produksi dengan harga rata-rata faktor produksi.

Hasil penelitian ini yaitu seluruh faktor produksi meliputi bibit, pupuk urea, pupuk NPK, dan pestisida secara individual berpengaruh positif terhadap hasil produksi padi dengan nilai significance kurang dari 0,05. Sedangkan secara bersama-sama seluruh faktor produksi tersebut juga berpengaruh positif terhadap hasil produksi padi dengan nilai significance kurang dari 0,05. Petani di Subak Gadungan Delod Desa mengalokasikan input usahatani secara sangat tidak efektif karena nilai efektivitasnya kurang dari 40%. Ditinjau dari aspek produktivitas padi, program Upsus Pajale sudah terlaksana dengan sangat efektif karena peningkatan produktivitas padi sudah mampu melebihi target 0,3 ton/hektar yaitu meningkat 0,93 ton/hektar. Alokasi faktor produksi bibit, pupuk urea, pupuk NPK, dan pestisida yang dilakukan oleh petani belum efisien karena nilai produk marjinal faktor produksi dibandingkan dengan harga faktor produksi lebih dari satu sehingga penggunaannya perlu ditambah agar menjadi efisien.

Kesimpulan penelitian ini yaitu secara individu seluruh faktor produksi berpengaruh positif terhadap hasil produksi dan secara bersama-sama seluruh faktor produksi juga berpengaruh positif terhadap hasil produksi padi. Petani di Subak Gadungan Delod Desa mengalokasikan input usahatani secara sangat tidak efektif dan Program Upsus Pajale sudah terlaksana secara sangat efektif dalam meningkatkan produktivitas padi. Alokasi faktor produksi yang dilakukan oleh petani belum efisien sehingga penggunaannya perlu ditambah agar efisien.

(8)

EFEKTIVITAS ALOKASI INPUT USAHATANI PADI DALAM

PROGRAM UPSUS PAJALE DI SUBAK GADUNGAN DELOD

DESA, DESA GADUNGAN, KABUPATEN TABANAN

I Gede Made Artha Sudewa Wijaya

NIM. 1205315053

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. I Wayan Widyantara, MP. Ida Ayu Listia Dewi, SP., M. Agb.

NIP. 19541222 198403 1 002 NIP. 19801009 200501 2 003

Mengesahkan, Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Udayana

Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, MS. NIP. 19630515 1988 1 001

(9)

EFEKTIVITAS ALOKASI INPUT USAHATANI PADI DALAM

PROGRAM UPSUS PAJALE DI SUBAK GADUNGAN DELOD

DESA, DESA GADUNGAN, KABUPATEN TABANAN

Dipersiapkan dan diajukan oleh I Gede Made Artha Sudewa Wijaya

NIM. 1205315053

telah diuji dan dinilai oleh Tim Penguji pada tanggal 21 April 2016

Berdasarkan SK Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana No.: ………

Tanggal ……….. Tim Penguji Skripsi adalah:

Ketua: Dr. Ir. I Ketut Suamba, MP. Anggota:

1. Dr. Ir. Ratna Komala Dewi, MP.

2. Prof. Ir. I G.A.A. Ambarawati, M.Ec., Ph.D. 3. Ir. I Wayan Widyantara, MP.

(10)

RIWAYAT HIDUP

I Gede Made Artha Sudewa Wijaya lahir di Denpasar pada tanggal 15 Juli 1994. Penulis merupakan anak kedua dari I Gede Nyoman Mahendra Wijaya, SE. dengan Ni Luh Gede Seri Meilawati, SH.

Pendidikan dasar ditempuh di SD Saraswati 4 Denpasar dari tahun 2000 hingga tahun 2006. Kemudian melanjutkan ke SMP (SLUB) Saraswati 1 Denpasar selama 3 tahun dari tahun 2006 hingga tahun 2009. Pendidikan sekolah lanjutan tingkat atas ditempuh selama 3 tahun di SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar. Penulis, melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tahun 2012 diterima di Program Studi Pengembangan Bisnis, Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Dalam penyusunan skripsi ini, banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Untuk itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, MS. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

2. Dr. Ir. I Dewa Putu Oka Suardi, M.Si. selaku Ketua Program Jurusan Agribisnis Universitas Udayana.

3. Ir. I Wayan Widyantara, MP. selaku pembimbing akademik dan dosen pembimbing I, yang telah memberikan pengarahan dalam pelaksanaan penelitian ini.

4. Ida Ayu Listia Dewi, SP. M. Agb. selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini tepat pada waktunya.

5. Keluarga dan teman-teman yang telah memberikan doa restu dan dukungan selama berlangsungnya proses penyusunan skripsi ini.

6. Ni Putu Dewi Gardina Rahayu, A.Md. yang telah memberikan dukungan dan semangat selama berlangsungnya proses penyusunan skripsi ini. 7. Seluruh lapisan masyarakat di Desa Gadungan yang telah memberikan

kesempatan untuk melaksanakan penelitian dilokasi ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya yang tersaji dalam skripsi ini masih banyak yang dapat dikembangkan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Akhir kata, penulis mengharapkan agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Denpasar, 21 April 2016

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... ii

ABSTRACT ... iii

ABSTRAK ... iv

RINGKASAN ... v

HALAMAN PERSETUJUAN ... vii

TIM PENGUJI ... viii

DAFTAR ARTI, LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

2.4.2 Efisiensi harga atau allocative efficiency ... 19

2.4.3 Efisiensi ekonomis ... 20

2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 21

2.6 Kerangka Teoritis ... 23

(13)

III. METODELOGI PENELITIAN ... 27

3.6.2 Uji kriteria ekonometrika dengan uji asumsi klasik... 34

3.6.3 Uji kriteria statistik dengan uji R2, uji F dan uji t ... 35

4.2.2 Struktur organisasi Subak Gadungan Delod Desa ... 53

4.2.3 Tugas dan wewenang organisasi Subak Gadungan Delod Desa ... 55

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 56

5.1 Karakteristik Petani Padi dalam Program UPSUS PAJALE di Subak Gadungan Delod Desa ... 56

5.2 Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Produksi Padi dalam Program UPSUS PAJALE di Subak Gadungan Delod Desa ... 61

5.2.1 Uji kriteria ekonometrika dengan uji asumsi klasik... 62

5.2.2 Uji kriteria statistika dengan uji R2, uji F, dan uji t ... 65

5.3 Efektivitas Alokasi Input ... 69

5.4 Efektivitas Program Upsus Pajale ... 72

5.5 Efisiensi Alokasi Input Usahatani Padi dalam Program UPSUS PAJALE di Subak Gadungan Delod Desa ... 74

VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 78

(14)
(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Tabel Halaman

1.1 Jumlah Produksi Padi (ton) di Provinsi Bali menurut Kabupaten

atau Kota Tahun 2009 s.d. 2014 ... 2

2.1 Standar Acuan Pengukuran Efektivitas ... 18

3.1 Variabel, Indikator, Parameter, dan Pengukuran Variabel ... 30

3.2 Standar Acuan Pengukuran Efektivitas Alokasi Input ... 38

4.1 Potensi Tanaman Pangan di Desa Gadungan ... 47

4.2 Potensi Tanaman Buah-buahan di Desa Gadungan ... 58

4.3 Potensi Hasil Perkebunan di Desa Gadungan ... 49

4.4 Potensi Sumber Daya Manusia di Desa Gadungan ... 49

4.5 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Desa Gadungan ... 50

4.6 Mata Pencaharian Pokok Masyarakat di Desa Gadungan ... 51

5.1 Karakteristik Luas Garapan Petani Padi dalam Program Upsus Pajale di Subak Gadungan Delod Desa... 56

5.2 Karakteristik Golongan Usia Petani Padi dalam Program Upsus Pajale di Subak Gadungan Delod Desa... 58

5.3 Karakteristik Pengalaman Petani Padi dalam Program Upsus Pajale di Subak Gadungan Delod Desa... 59

5.4 Karakteristik Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Padi dalam Program Upsus Pajale di Subak Gadungan Delod Desa ... 60

5.5 Karakteristik Jenjang Pendidikan Formal Petani Padi dalam Program Upsus Pajale di Subak Gadungan Delod Desa... 61

5.6 Hasil Uji Multikolinearitas Faktor Produksi Usahatani Padi dalam Program Upsus Pajale di Subak Gadungan Delod Desa ... 63

5.7 Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Hasil Produksi Padi dalam Program Upsus Pajale di Subak Gadungan Delod Desa... 68

5.8 Standar Acuan Pengukuran Efektivitas Alokasi Input Usahatani Padi dalam Program Upsus Pajale di Subak Gadungan Delod Desa ... 70

5.9 Efektivitas Alokasi Input Usahatani Padi dalam Program Upsus Pajale di Subak Gadungan Delod Desa... 71

(16)

5.11 Hasil Analisis Efisiensi Alokasi Input Usahatani Padi dalam Program Upsus Pajale di Subak Gadungan Delod Desa... 75 5.12 Hasil Uji Efisiensi Alokasi Input Usahatani Padi dalam Program Upsus

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Teks Halaman

2.1 Tahapan dari Suatu Proses Produksi ... 15

2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 25

4.1 Struktur Organisasi Desa Gadungan ... 43

4.2 Struktur Organisasi Subak Gadungan Delod Desa ... 54

5.1 Grafik Normal P-P Plot of Regression Standardizen Residual ... 62

(18)

DAFTAR ARTI, LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH

1. Upsus = Upaya khusus

2. Pajale = Padi, jagung, dan kedelai

3. mm = Millimeter

4. mdpl = Meter diatas permukaan laut

5. OPT = Organisme Pengganggu Tanaman

6. C = Celcius

7. β = Koefisien regresi (beta) 8. α = Taraf nyata (alpha) 9. Ln = Logaritma natural 10. ∆ = Delta

11. PR = Produk Rata-rata 12. PM = Produk Marginal 13. PT = Produk Total

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Teks Halaman

I. Tabulasi Karakteristik Petani ... 84

II. Tabulasi Input dan Output Usahatani Padi ... 87

III. Produktivitas Usahatani Padi sebelum dan sesudah program Upsus Pajale ... 90

IV. Tabulasi Biaya dan Penerimaan Usahatani Padi dalam Program Upsus Pajale ... 93

V. Tabulasi Data dalam Bentuk Logaritma Natural ... 96

VI. Hasil Output Analisis Regresi Model Cobb-Douglass ... 98

VII. Hasil Perhitungan Efektivitas Alokasi Input ... 99

VIII. Hasil Perhitungan Efisiensi Alokasi Input ... 100

(20)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan

ekonomi nasional karena memiliki kontribusi yang dominan, baik secara langsung

maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan pembangunan

perekonomian nasional. Pembangunan sektor pertanian masih menjadi prioritas

dalam pembangunan nasional karena Indonesia merupakan negara agraris

mengingat sebagian terbesar masyarakat Indonesia adalah petani baik yang

mengusahakan lahan di lahan sawah maupun di lahan kering. Hal ini terbukti dari

kemampuan sektor pertanian dalam menumbuhkan perekonomian nasional

rata-rata 6,8% per tahun (1969 sampai dengan 1994), kontribusi dalam Produk

Domestik Bruto (PDB) sekitar 48% dan penyerapan tenaga kerja 77% (Firdaus,

2010). Oleh karena jumlah petani sangat besar, maka setiap kebijakan yang terkait

dengan pertanian haruslah berorientasi pada peningkatan kesejahteraan petani.

Kebijakan di bidang pertanian harus mendorong petani untuk meningkatkan

kualitas produk yang dihasilkannya, meningkatkan daya saing produk, dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang bekerja sebagai petani melalui

peningkatan hasil produksi (Husodo, 2004).

Hasil produksi padi di Provinsi Bali menurut Badan Pusat Statistik

Provinsi Bali (2015) menunjukkan bahwa dalam kurun waktu dari tahun 2009

sampai dengan 2014, Kabupaten Tabanan merupakan kabupaten dengan jumlah

produksi terbesar di Bali. Pada tahun 2009 yaitu 227.270 ton GKG (Gabah Kering

Giling), pada tahun 2010 turun menjadi 223.256 ton GKG, pada tahun 2011 turun

(21)

2

GKG, pada tahun 2013 meningkat menjadi 233.681 ton GKG, dan pada tahun

2014 turun menjadi 214.203 ton GKG. Secara rinci hasil produksi padi di Provinsi

Bali dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini.

Tabel 1.1

Jumlah Produksi Padi di Provinsi Bali menurut Kabupaten atau Kota Tahun 2009 s.d. 2014

Kabupaten Kota Produksi (ton)

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Jembrana 52.160 52.052 49.190 59.297 56.946 62.279 Tabanan 227.270 223.256 210.762 222.706 233.681 214.203 Badung 118.218 126.831 124.238 120.754 112.705 109.149 Gianyar 169.915 178.786 180.676 174.007 184.592 186.526 Klungkung 36.249 30.601 31.254 33.740 29.401 32.063 Bangli 27.804 25.708 30.948 28.165 27.317 29.209 Karangasem 73.997 73.204 77.659 68.618 74.687 66.116 Buleleng 141.578 129.876 127.798 128.616 135.905 133.447 Denpasar 31.573 28.746 25.792 29.650 26.200 24.952 Bali 878.764 869.160 858.316 865.554 880.982 857.944 Sumber: BPS Provinsi Bali (2015).

Fluktuasi jumlah produksi padi di Bali disebabkan oleh berbagai masalah

yang datang dari internal maupun eksternal. Masalah eksternal yang sering

dihadapi oleh petani kecil biasanya persaingan antara usahatani besar maupun

dengan usaha non pertanian. Masalah tersebut terjadi karena pertama, petani kecil

umumnya melakukan usahataninya di daerah yang jauh dari pusat penduduk dan

pusat pengembangan. Kedua, banyaknya lahan pertanian lepas dari petani kecil

baik itu keluar dari usahatani atau beralih ke petani besar. Ketiga, adanya

pergeseran dari petani menjadi buruh tani atau beralih ke pekerjaan lain, dan

keempat makin sempitnya skala usahatani (Hernanto, 1996). Masalah lain yang

sering kali muncul di dalam usahatani yaitu masalah harga gabah yang tidak

stabil, kesempatan kerja, kualitas sumber daya manusia, persediaan tanah yang

(22)

3

yang semakin tinggi dan masalah sosial tentang kepemilikan lahan (Daniel, 2004).

Selain permasalahan yang datang dari luar usahatani, petani juga dihadapkan pada

masalah yang muncul dari dalam usahatani yaitu masalah faktor-faktor produksi

usahatani seperti tingginya harga pupuk, ongkos tenaga kerja yang mahal, dan

mahalnya alat-alat penunjang kinerja petani seperti traktor. Kondisi seperti ini

membuat membuat petani kesulitan modal dalam menjalankan usahataninya.

Faktor-faktor produksi usahatani sangat penting bagi petani untuk

menjalankan usahataninya. Produktivitas yang tinggi hanya dapat dicapai dengan

menggunakan cara budidaya dan teknologi tepat guna (Firdaus, 2010). Alokasi

faktor produksi yang efektif akan menghasilkan penggunaaan faktor produksi

yang efisien. Apabila petani mengalokasikan faktor produksi secara efektif dan

efisien tentunya petani mampu mengalokasikan biaya usahatani secara tepat guna

mendapatkan keuntungan maksimum (Soekartawi, 2002).

Tum (1997, dalam Setiawan 2005) mengungkapkan sistem-sistem pada

sektor pertanian akan hancur menghadapi gelombang globalisasi, bila pihak

pemerintah tidak memberikan proteksi dan subsidi. Subsidi faktor produksi pada

usahatani sangatlah penting karena faktor produksi usahatani akan mempengaruhi

hasil produksi usahatani tersebut. Apabila di era globalisasi peran pemerintah

kurang dalam melakukan subsidi dan proteksi maka petani tidak akan mampu

bertahan menghadapi persaingan globalisasi dan pemerintah tidak mampu

mencapai misi pembangunan nasional pada sektor pertanian.

Dalam rangka mencapai misi pembangunan nasional sektor pertanian,

Kementerian Pertanian Republik Indonesia (2015) menetapkan kebijakan nomor

(23)

4

peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai (Pajale) melalui program

perbaikan jaringan irigasi dan sarana pendukungnya tahun anggaran 2015.

Kegiatan ini dilakukan dalam upaya meningkatkan produktivitas padi sebesar 0,3

ton/hektar Gabah Kering Panen (GKP), kedelai sebesar 0,2 ton/hektar pada areal

existing, dan jagung sebesar 1 ton/hektar pada areal existing untuk mencapai

swasembada berkelanjutan padi, jagung, dan kedelai dengan memberikan bantuan

berupa sarana dan prasarana produksi pertanian. Dinas Pertanian Tanaman Pangan

Provinsi Bali (2015) melalui keputusan nomor 521.1/2519/SKRET/DISTAN TP.

tanggal 16 April 2015 menetapkan Subak Gadungan Delod Desa merupakan salah

satu subak yang menerima bantuan program Upsus Pajale.

Subak Gadungan Delod Desa merupakan subak yang berlokasi di

Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan. Subak ini menerapkan sistem

pola tanam padi-palawija-padi dan memiliki anggota petani 204 orang. Subak ini

merupakan subak yang menerima bantuan untuk komoditi padi berupa bibit padi

sebanyak 1.725 kg, pupuk urea sebanyak 3.450 kg, pupuk NPK sebanyak 3.450

kg dan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) pada tahun 2015.

Berdasarkan pemahaman di atas, perlu diadakan penelitian tentang analisis

efektivitas alokasi faktor produksi pada usahatani padi dalam program Upsus

Pajale yang ditinjau dari pengaruh faktor produksi usahatani terhadap hasil

produksi, efektivitas penggunaan faktor produksi dan produktivitas padi, serta

efisiensi alokasi input usahatani padi untuk melihat keberhasilan program Upsus

Pajale dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas sektor pertanian khususnya

(24)

5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, yang menjadi permasalahan

dalam penelitian ini yaitu

1. Bagaimanakah pengaruh faktor produksi terhadap hasil produksi usahatani

padi dalam program Upsus Pajale di Subak Gadungan Delod Desa, Desa

Gadungan, Kabupaten Tabanan?

2. Bagaimanakah efektivitas alokasi input usahatani padi dalam program

Upsus Pajale dalam rangka meningkatkan produktivitas padi di Subak

Gadungan Delod Desa, Desa Gadungan, Kabupaten Tabanan?

3. Bagaimanakah efisiensi alokasi input usahatani padi dalam program

Upsus Pajale di Subak Gadungan Delod Desa, Desa Gadungan,

Kabupaten Tabanan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka

penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut.

1. Pengaruh faktor produksi terhadap hasil produksi usahatani padi dalam

program Upsus Pajale di Subak Gadungan Delod Desa, Desa Gadungan

Kabupaten Tabanan.

2. Efektivitas alokasi input usahatani padi dalam program Upsus Pajale

dalam rangka meningkatkan produktivitas padi sebesar 0,3 ton/hektar di

Subak Gadungan Delod Desa.

3. Efisiensi alokasi input usahatani padi dalam program Upsus Pajale di

(25)

6

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian efektivitas alokasi faktor produksi usahatani padi

dalam program Upsus Pajale di Subak Gadungan Delod Desa, Desa Gadungan,

Kabupaten Tabanan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak.

1. Petani

Membantu petani di Subak Gadungan Delod Desa, Desa Gadungan,

Kabupaten Tabanan dalam pengambilan keputusan atau kebijakan bisnis.

2. Pemerintah

Membantu pemerintah dalam pengambilan langkah keputusan atau

kebijakan khususnya pada sektor pertanian.

3. Peneliti

Menambah kajian pustaka dalam dunia pendidikan khususnya bagi peneliti

yang akan melakukan penelitian sejenis dan menambah wawasan peneliti.

1.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini membahas tentang efektivitas alokasi input usahatani padi

dalam program Upsus Pajale di Subak Gadungan Delod Desa pada tahun 2015

yang dibahas secara deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di subak yang

menerima bantuan program Upsus Pajale yaitu Subak Gadungan Delod Desa.

Varietas bibit yang digunakan pada saat program Upsus Pajale yaitu varietas bibit

Hibrida dan Ciherang dengan pola tanam padi-palawija-padi, sedangkan sebelum

program ini dilaksanakan hanya menggunakan bibit padi Ciherang dengan

menggunakan pola tanam padi-palawija-padi di tahun 2014. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor produksi terhadap hasil produksi,

(26)

7

menggunakan metode regresi linier berganda model fungsi produksi

Cobb-Douglass yang meliputi uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji

heteroskedasitas, uji multikoliniearitas untuk memenuhi kriteria ekonometrika dan

uji model regresi linier yang meliputi uji koefisien determinasi (R2), uji F, dan uji

t dengan taraf nyata (α) yaitu 5% atau 0,05 untuk memenuhi kriteria statistika dan

mengetahui pengaruh faktor produksi terhadap hasil produksi. Analisis efektivitas

alokasi input usahatani padi dilakukan dengan membandingkan nilai Marginal

Physical Product (MPP) dengan Average Physical Product (APP) yang

dinyatakan dalam satuan persen. Analisis efektivitas produktivitas padi dilakukan

dengan membandingkan produktivitas realita rata-rata keseluruhan produksi padi

dengan target produktivitas. Target yang digunakan sesuai dengan pedoman

pemerintah dalam menetapkan kebijakan Upsus Pajale yaitu adanya peningkatan

produktivitas sebesar 0,3 ton/hektar dari produksi sebelum program dilaksanakan

dan hasil analisis efektivitas kemudian dinyatakan dalam satuan persen.

Persamaan fungsi produksi model Cobb-Douglas dalam bentuk logaritma natural

digunakan untuk melakukan analisis efisiensi alokasi input usahatani dengan

melihat hasil perbandingan antara nilai produk marginal faktor produksi dengan

harga rata-rata faktor produksi. Setelah seluruh hasil analisis yang meliputi

analisis pengaruh faktor produksi terhadap hasil produksi, efektivitas program

Upsus Pajale dalam pencapaian target atau tujuan, efisiensi alokasi penggunaan

faktor produksi, maka selanjutnya merekomendasikan kesimpulan kepada petani

(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Upsus Pajale

Peraturan Kementerian Pertanian Republik Indonesia nomor

03/Permentan/0T.140/2/2015 tentang pedoman upaya khusus (Upsus)

peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai melalui program perbaikan

jaringan irigasi dan sarana pendukungnya tahun anggaran 2015 telah menetapkan

upaya khusus pencapaian swasembada berkelanjutan padi, jagung, dan kedelai

(Kementan, 2015).

Kegiatan Upsus Pajale dilakukan melalui rehabilitasi jaringan irigasi

tersier dan kegiatan pendukung lainnya, antara lain pengembangan jaringan

irigasi, optimasi lahan, pengembangan System of Rice Intensification (SRI),

Gerakan Penerapan Pengolahan Tanaman Terpadu (GP-PPT), Optimasi Perluasan

Areal Tanam Kedelai melalui Peningkatan Indeksi Pertanaman (PAT-PIP

Kedelai), Perluasan Areal Tanam jagung (PAT jagung), penyediaan sarana dan

prasarana pertanian (bibit, pupuk, pestisida, alat, dan mesin pertanian),

pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), dan dampak perubahan

iklim, asuransi pertanian serta pengawalan atau pendampingan (Kementan, 2015).

2.1.1 Tujuan dan sasaran

Tujuan dilaksanakannya program upaya khusus (Upsus) padi, jagung, dan

kedelai (Pajale) sebagai berikut (Kementan, 2015).

1. Menyediakan kebutuhan prasarana dan sarana pertanian berupa air irigasi,

benih, pupuk, alsintan dan sarana produksi lainnya.

2. Meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dan produktivitas pada lahan

(28)

9

3. lebak untuk mendukung pencapaian swasembada berkelanjutan padi,

jagung dan kedelai.

Sasaran dalam pelaksanaan program upaya khusus (Upsus) padi, jagung,

dan kedelai (Pajale) sebagai berikut (Kementan, 2015).

1. Petugas pelaksana kegiatan Upsus peningkatan produksi padi, jagung, dan

kedelai dalam pencapaian swasembada pangan berkelanjutan padi, jagung,

dan kedelai di provinsi, kabupaten/kota, dan di tingkat lapangan.

2. Seluruh kelompok tani yang berusaha tanaman pangan,

kehutanan-perhutani, dan perkebunan.

3. Lahan sawah, lahan tadah hujan, lahan kering, lahan rawa pasang surut,

dan lahan rawa lebak.

4. Adanya peningkatan Indeks Pertanaman (IP) minimal sebesar 0,5 dan

produktivitas padi meningkat minimal sebesar 0,3 ton/hektar GKP (Gabah

Kering Panen).

5. Tercapainya produktivitas kedelai minimal sebesar 1,57 ton/hektar pada

areal tanam baru dan meningkatnya produktivitas kedelai sebesar 0,2

ton/hektar pada areal existing.

6. Tercapainya produktivitas jagung minimal sebesar 5 ton/hektar pada areal

tanam baru dan adanya peningkatan produktivitas jagung sebesar satu

ton/hektar pada areal existing.

2.1.2 Ruang lingkup dan indikator kinerja

Ruang lingkup kegiatan Upsus peningkatan produksi padi, jagung, dan

kedelai dalam pencapaian swasembada pangan berkelanjutan padi, jagung, dan

(29)

10

System of Rice Intensification (SRI), gerakan Pengelolaan Tanaman Terpadu

(GP-PPT), optimasi Perluasan Areal Tanam kedelai melalui Peningkatan Indeks

Pertanaman (PAT-PIP kedelai) Perluasan Areal Tanam jagung (PAT jagung),

penyediaan bantuan benih, penyediaan bantuan pupuk, penyediaan bantuan alat

dan mesin pertanian (Alsintan), pengendalian OPT dan dampak perubahan iklim,

asuransi pertanian, dan pengawalan atau pendampingan (Kementan, 2015).

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan

pendampingan Upsus di lapangan meliputi (Kementan, 2015).

1. Meningkatnya Indeks Pertanaman (IP) minimal sebesar 0,5.

2. Meningkatnya produktivitas tanaman padi minimal sebesar 0,3 ton/hektar

Gabah Kering Panen (GKP).

3. Tercapainya produktivitas kedelai minimal sebesar 1,57 ton/hektar pada

areal tanam baru dan meningkatnya produktivitas kedelai sebesar 0,2

ton/hektar pada areal existing.

4. Tercapainya produktivitas jagung minimal sebesar lima ton/hektar pada

areal tanam baru dan meningkatnya produktivitas kedelai sebesar satu

ton/hektar pada areal existing.

2.2 Konsep Teori Produksi

Teori produksi mengambarkan tentang keterkaitan diantara faktor-faktor

produksi dengan tingkat produksi yang diciptakan. Teori produksi dapat

dinyatakan dalam bentuk fungsi produksi dan tingkat produksi yang diciptakan.

Faktor-faktor produksi dikenal dengan istilah input produksi, dan jumlah produksi

disebut output. Dalam kaitannya dengan pertanian, produksi merupakan esensi

(30)

11

yang meliputi: kapital, tenaga kerja dan teknologi. Dengan demikian terdapat

hubungan antara produksi dengan faktor produksi, yaitu output maksimal yang

dihasilkan dengan faktor produksi tertentu atau disebut fungsi produksi (Sukirno,

2000 dalam Suryana, 2007).

Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk atau output. Dalam

bidang pertanian, produk atau produksi itu bervariasi karena perbedaan kualitas

pengukuran terhadap produksi. Untuk menghasilkan suatu hasil produksi (output)

diperlukan bantuan kerjasama beberapa faktor produksi sekaligus. Kombinasi

faktor produksi yang baik tentunya akan menghasilkan tingkat efisiensi yang

tinggi baik secara fisik maupun secara ekonomis (Mubyarto, 1977).

Menurut Soekartawi (2002), faktor produksi adalah faktor yang mutlak

diperlukan dalam proses produksi terdiri dari empat komponen yaitu tanah, tenaga

kerja, modal, dan manajemen. Sedangkan sarana produksi adalah sarana yang

dibutuhkan dalam proses produksi terdiri dari lahan, bibit, pupuk, obat-obatan,

dan tenaga kerja. Menurut Downey dan Erickson (1989), faktor produksi hanya

boleh ditambahkan pada proses produksi sampai pada titik di mana biayanya

persis sama dengan tambahan pendapatan yang dihasilkan sebagai output.

Menurut Soekartawi (1990), fungsi produksi adalah hubungan teknis

antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel

yang dijelaskan biasa disebut variabel output dan variabel yang menjelaskan biasa

disebut variabel input. Penyebab Fungsi produksi sangat penting dalam teori

(31)

12

1. Dengan fungsi produksi, maka dapat diketahui hubungan antara faktor

produksi dan hasil produksi (output) secara langsung dan hubungan

tersebut dapat dengan mudah dimengerti.

2. Dengan fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel

yang dijelaskan (dependent variable) Y dan variabel yang menjelaskan

(independent variable) X sekaligus juga untuk mengetahui hubungan antar

variabel penjelas.

Menurut Soekartawi (2002), dalam istilah ekonomi faktor produksi kadang

disebut dengan input produksi dimana macam input atau faktor produksi ini perlu

diketahui oleh produsen. Antara produksi dengan faktor produksi terdapat

hubungan fisik yang disebut dengan istilah factor relationship (FR). Secara

matematis, hubungan FR tersebut dapat ditulis sebagai berikut.

Y = f (X1, X2,...Xi, ...Xn)

Persamaan penambahan jumlah input untuk meningkatkan produksi yaitu

Y = f {(X1 + ∆X1), (X2 + ∆X2), ...(Xi + ∆Xi), ...(Xn+ ∆Xn)}

∆X = Tambahan faktor produksi dari X

2.2.1 Fungsi Produksi Cobb-Douglass

Fungsi Produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang

melibatkan dua atau lebih variabel. Variabel yang satu disebut dengan variabel

dependen yang dijelaskan oleh (Y) dan yang lainnya disebut variabel independent

yang menjelaskan (X). Fungsi produksi Cobb-Douglas menjadi terkenal setelah

diperkenalkan oleh Cobb, C.W. dan Douglas, P.H. pada tahun 1928 melalui

artikelnya yang berjudul A Theory of Production. Penyelesaian hubungan antara

(32)

13

variasi dari X. Kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku dalam penyelesaian

fungsi Douglass. Secara matematik persamaan fungsi produksi

Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai berikut (Soekartawi, 2002).

Y = a X1b1X2b2...Xibi...Xnbneu

= a ∏X1b1 eu

Bila fungsi Cobb-Douglas tersebut dinyatakan oleh hubungan Y dan X maka

Y = f (X1, X2, …. , Xi, …., Xn)

Dimana:

Y = Variabel yang dijelaskan

X = Variabel yang menjelaskan

a, b = Besaran yang akan diduga

u = Kesalahan (disturbance term), dan

e = Logaritma natural, e = 2,718

Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan, maka perlu diubah menjadi

bentuk linier berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut.

LnY = Lnβ0 + β1LnX1 + β2LnX2 + ……….βiLnXi +………… βnLnXn

Menurut Soekartawi (2002) terdapat beberapa persyaratan yang harus

dipenuhi dalam penggunaan penyelesaian fungsi produksi yang selalu

dilogaritmakan dan diubah bentuk fungsinya menjadi fungsi linier, yaitu:

1. Tidak ada pengamatan variabel penjelas (X) yang bernilai nol, sebab

logaritma dari nol adalah bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite).

2. Dalam fungsi produksi, diasumsikan tidak terdapat perbedaan teknologi

pada setiap pengamatan. Dalam arti bahwa kalau fungsi ini dipakai

sebagai model dalam suatu pengamatan dan bila diperlukan analisis yang

memerlukan lebih dari satu model, maka perbedaan model tersebut

terletak pada intercept dan bukan pada kemiringan garis (slope) model

(33)

14

3. Tiap variable X adalah perfect competition.

4. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah

tercakup pada faktor kesalahan u.

Menurut Soekartawi (2002) ada tiga alasan pokok mengapa fungsi

Cobb-Douglas lebih banyak dipakai oleh para peneliti, yaitu:

1. Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan

dengan fungsi lainnya karena fungsi Cobb-Douglas dapat dengan mudah

ditransfer ke dalam bentuk linier.

2. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan

koefisien regresi yang sekaligus menunjukkan besaran elastisitas produksi.

3. Besaran elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan tingkat besaran returns

to scale dalam usahatani.

Menurut Soekartawi (2002) fungsi produksi Cobb-Douglas memiliki

beberapa kelemahan, yaitu:

1. Spesifikasi variabel yang keliru, akan menghasilkan elastisitas produksi

yang negatif atau nilainya terlalu besar atau terlalu kecil. Spesifikasi yang

keliru juga sekaligus mendorong terjadinya multikolinearitas pada variabel

independen yang dipergunakan.

2. Kesalahan pengukuran variabel yang terletak pada validitas data sehingga

menyebabkan besarnya elastisitas menjadi terlalu tinggi atau rendah.

3. Sulitnya mengukur faktor manajemen karena faktor ini merupakan faktor

yang penting juga dalam meningkatkan produksi sehingga data terhadap

variabel manajemen menjadi bias.

(34)

15

2.2.2 Hubungan antara PM, PT, dan PR

Produk Marginal (PM) merupakan tambahan satu-satuan faktor produksi

X yang dapat menyebabkan penambahan atau pengurangan satu-satuan output Y,

dan PM dapat ditulis dengan ∆Y/∆X. Apabila nilai PM konstan maka dapat

diartikan bahwa setiap tambahan unit faktor produksi X, menyebabkan tambahan

satu-satuan unit output Q secara proposional (constans productivity). Apabila

tambahan satu-satuan unit faktor produksi X menyebabkan satu-satuan unit output

Y turun (decreasing productivity) maka PM akan menurun. Apabila penambahan

satu-satuan unit faktor produksi X menyebabkan satu-satuan unit output Y

meningkat secara tidak proposional maka peristiwa ini disebut produktivitas yang

meningkat (increasing productivity) (Soekartawi, 2002).

Gambar 2.1

Tahapan dari Suatu Proses Produksi.

Menurut Soekartawi (2002) dengan mengaitkan Produk Marginal (PM)

atau Marginal Product (MP), Produk Rata-rata (PR) atau Average Product (AP),

dan Total Produk (PT) atau Total Product (TP) maka dapat diketahui elastisitas

(35)

16

Elastisitas produksi (Ep) merupakan persentase perubahan dari output

sebagai akibat dari persentase perubahan faktor produksi. Rumus Elastisitas

produksi (Ep) yaitu (Soekartawi, 2002).

Karena ∆Y/∆X adalah PM, maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya PM

dari suatu faktor produksi, misalnya faktor produksi X.

Hubungan antara PM dan PT dapat dilihat ketika PT naik maka nilai PM

positif. Bila PT mencapai maksimum, maka nilai PM menjadi nol. Bila PT sudah

mulai menurun, maka nilai PM menjadi negatif dan bila PT naik pada tahapan

increasing rate, maka PM bertambah pada decreasing rate (Soekartawi, 2002).

Hubungan antara PM dan PR dapat dilihat pada Gambar 2.1 PR

merupakan perbandingan antara PT per jumlah faktor produksi. Adapun rumus

mencari PR yaitu (Soekartawi, 2002).

PR = Y/X

Dengan demikian hubungan PM dan PR yaitu bila PM lebih besar dari pada PR,

maka posisi PR masih dalam keadaan meningkat. Bila PM lebih kecil dari PR,

maka posisi PR dalam keadaan turun. Bila terjadi PM sama dengan PR, maka PR

dalam keadaan maksimum. Hubungan antara PM dan PT serta PM dan PR dengan

besar kecilnya Ep yaitu (Soekartawi, 2002).

1. Ep = 1 bila PR mencapai maksimum atau bila PR = PM.

(36)

17

3. Ep > 1 bila PT naik pada tahapan increasing rate dan PR naik di daerah I

maka petani mampu memperoleh keuntungan ketika jumlah faktor

produksi ditambah.

4. 1 > Ep > 0 menunjukkan tambahan sejumlah faktor produksi tidak

diimbangi secara proporsional oleh tambahan output yang diperoleh.

Peristiwa ini terjadi di daerah II, di mana pada sejumlah faktor produksi

yang diberikan maka PT tetap naik pada tahapan decreasing rate.

5. Ep < 0 yang berada di daerah III menunjukkan PT dalam keadaan turun,

nilai PM menjadi negatif dan PR dalam keadaan turun. Setiap upaya

penambahan faktor produksi tetap merugikan petani.

2.3 Teori Efektivitas

Efektivitas merupakan ukuran yang menggambarkan sejauhmana sasaran

dapat dicapai (Atmosoeprapto, 2002 dalam Suwarthiani 2014). Hasil yang

semakin mendekati sasaran berarti derajat efektivitasnya semakin tinggi.

Sedangkan hasil yang semakin tidak mendekati sasaran berarti derajat

efektivitasnya semakin rendah.

Wisnu dan Siti (2005, dalam Suwarthiani 2014) mengungkapkan bahwa

penilaian efektivitas dapat dilakukan dengan mengambil salah satu pendekatan

dari tiga pendekatan yang ada. Tiga pendekatan tersebut meliputi pendekatan

sumber daya eksternal (kontrol), pendekatan sistem-sistem internal (motivasi),

dan pendekatan teknis (efisiensi). Gibson, dkk (1996, dalam Suwarthiani 2014)

mengungkapkan faktor atau unsur yang dipakai sebagai indikator efektivitas

adalah produksi, mutu, efisiensi, fleksibelitas, kepuasan, persaingan,

(37)

18

2014) mengungkapkan tingkat efektivitas dari sistem produksi merupakan rasio

output aktual terhadap output yang direncanakan dan diukur dalam satuan persen.

Rumus untuk mengukur tingkat efektivitas dalam pencapaian tujuan atau sasaran

yaitu (Subagyo, 2000 dalam Budiani 2009).

Dimana:

R = Realita

T = Target

Halim (2004, dalam Sangurjana 2016) menetapkan standar acuan untuk mengukur

efektivitas. Adapun standar acuan untuk mengukur efektivitas dapat dilihat pada

Tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1

Standar Acuan Pengukuran Efektivitas

Rasio Efektivitas (%) Tingkat Capaian

< 40 Sangat tidak efektif

≥40 s.d. <60 Tidak efektif

≥60 s.d. <80 Cukup efektif

≥80 s.d. 100 Efektif

Sumber: Halim (2004. dalam Sangurjana 2016).

2.4 Teori Efisiensi

Menurut Soekartawi (2002) efisiensi merupakan upaya penggunaan faktor

produksi yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan hasil produksi yang

sebesar-besarnya. Soekartawi (2003, dalam Dewi 2007) menerangkan bahwa dalam

terminologi ilmu ekonomi, pengertian efisiensi ini dapat dibedakan menjadi tiga

yaitu efisiensi teknis, efisiensi alokatif atau harga dan efisiensi ekonomis. R

Efektivitas Program = x 100%

(38)

19

2.4.1 Efisiensi teknis

Efisiensi teknis merupakan kemampuan maksimum yang dicapai oleh

faktor produksi. Suatu perusahaan efisien secara teknis bilamana produksi dengan

output terbesar yang menggunakan set kombinasi beberapa faktor produksi saja.

Efisiensi teknis (technical efficiency) mensyaratkan adanya proses produksi yang

dapat memanfaatkan faktor produksi yang sedikit demi menghasilkan output

produksi dalam jumlah yang sama. Analisis efisiensi teknis dapat dilakukan

dengan menggunakan pendekatan fungsi produksi Cobb-Douglas karena koefisien

regresi merupakan elastisitas produksi (Soekartawi, 2002).

2.4.2 Efisiensi harga atau allocative efficiency

Efisiensi harga menujukkan hubungan biaya dan output. Efisiensi harga

tercapai jika perusahaan tersebut mampu memaksimalkan keuntungan yaitu

menyamakan nilai produk marginal setiap faktor produksi dengan harganya. Bila

peternak mendapatkan keuntungan yang besar dari usaha ternaknya, misalnya

karena pengaruh harga, maka peternak tersebut dapat dikatakan mengalokasikan

faktor usaha ternaknya secara efisien. Efisiensi alokatif ini terjadi bila perusahaan

memproduksi output yang paling disukai oleh konsumen.

Produk Marginal (PM) menggambarkan perubahan penggunaan

satu-satuan faktor produksi yang digunakan (Soekartawi, 2002). Adapun nilainya dapat

dicari dengan rumus sebagai berikut.

PMxi = βi . PRxi

Dimana: PRxi = Y/Xi

Keterangan:

βi = Elastisitas produksi faktor produksi ke i

PRxi = Produk rata-rata faktor produksi ke i

Y = Jumlah produksi

(39)

20

Nilai Produk Marginal (NPM) dapat dihitung dengan mengalikan produk

marginal dengan harga satu-satuan unit produksi yang dihasilkan (Soekartawi,

2002). Adapun NPM dapat dicari dengan rumus sebagai berikut.

NPMxi = PMxi . Py

Dimana:

NPMxi = Nilai Produk Marginal dari faktor Xi

Py = Harga rata-rata satu-satuan unit produksi (Y)

Tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi ditentukan dengan cara

membandingkan NPM faktor produksi dengan harga faktor produksi yang

digunakan. Adapun rumusnya yaitu (Soekartawi, 2002).

Keterangan:

Ef = Indeks efisiensi faktor produksi (Xi)

NPMxi = Nilai produk marjinal faktor produksi ke i

Pxi = Harga per satuan faktor produksi ke i

Alokasi penggunaan faktor produksi tidak efisien dapat terjadi karena dua

kemungkinan yaitu: alokasi masukan faktor produksi masih terlampau rendah atau

alokasi masukan faktor produksi sudah terlampau tinggi. Menurut Soekartawi

(2003, dalam Dewi 2012) bahwa dalam kenyataan NPMxi tidak selalu sama

dengan Pxi, yang sering terjadi adalah NPMxi/Pxi lebih besar dari satu artinya

penggunaan faktor produksi X belum efisien, untuk mencapai efisiensi maka

faktor produksi X perlu ditambah. NPMxi/Pxi kurang dari satu artinya

penggunaan faktor produksi X tidak efisien, agar faktor produksi X menjadi

efisien maka penggunaan faktor produksi X perlu dikurangi.

2.4.3 Efisiensi ekonomis

Konsep dalam efisiensi ekonomis adalah meminimalkan biaya artinya

(40)

21

tidak ada proses lain yang dapat menghasilkan output serupa dengan biaya yang

lebih murah. Efisiensi ekonomis dapat tercapai bila kedua efisiensi yaitu efisiensi

teknis dan efisiensi harga tercapai serta memenuhi dua kondisi, antara lain:

(Soekartawi, 2003 dalam Suryana 2007).

1. Syarat keperluan (necessary condition) menunjukkan hubungan fisik

antara input dan output, bahwa proses produksi pada waktu elastisitas

produksi antara nol dan satu. Hasil ini merupakan efisiensi teknis.

2. Syarat kecukupan (sufficient condition) yang berhubungan dengan

tujuannya yaitu kondisi keuntungan maksimum tercapai dengan syarat

nilai produk marginal sama dengan biaya marginal.

2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Pengkajian terhadap hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan para

peneliti sebelumnya sangat perlu dilakukan mengingat pentingnya bagi peneliti

untuk menelaah masalah yang dihadapi peneliti dalam penelitiannya. Adapun

penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu:

Suryana (2007) dalam penelitiannya yaitu analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi jagung di Kabupaten Blora mempergunakan variabel

bebas yaitu luas lahan (X1), varietas bibit (X2), jarak dan jumlah tanam (X3), biaya

tenaga kerja (X4), biaya pembelian pupuk (X5) dan hasil produksi jagung hibrida

(Y). Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 170 orang dengan

penentuan jumlah sampel mempergunakan rumus Slovin. Model yang

dipergunakan yaitu analisis regresi linier berganda metode Ordinary Least Square

(OLS) dengan melakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji multikolinieritas, uji

(41)

22

koefisien determinasi (R2). Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa seluruh

variabel bebas berpengaruh sangat nyata terhadap variabel terikat dan pengaruh

dominan ditunjukkan oleh variabel bebas X3 yaitu jarak dan jumlah tanam karena

nilai standar koefisien betanya paling besar jika dibandingkan dengan variabel

bebas (X) lainnya.

Dewi (2012) dalam penelitiannya yaitu analisis efisiensi usahatani padi

sawah menggunakan metode regresi linier berganda dengan model fungsi

produksi Cobb-douglas untuk menganalisis efisiensi teknis, efisiensi harga, dan

efisiensi ekonomi usahatani padi sawah. Variabel yang dipergunakan dalam

penelitiannya yaitu enam variabel bebas yang meliputi bibit (X1), pupuk urea

(X2), pupuk NPK (X3), pupuk organik (X4), pestisida (X5), tenaga kerja (X6) dan

variabel terikat (Y) yaitu jumlah produksi padi. Hasil analisis efisiensi teknis

menunjukkan tidak adanya variabel bebas yang berada pada daerah elastisitas

produksi I, variabel bebas X2, X3, dan X4 berada pada daerah elastisitas produksi

II, sedangkan variabel bebas X1, X5, dan X6 berada pada daerah elastisitas

produksi III. Hasil analisis efisiensi harga menunjukkan seluruh variabel bebas

tidak efisien. Ditinjau dari efisiensi ekonomi, seluruh variabel bebas tidak efisien.

Noor (2007) dalam penelitiannya yaitu analisis optimasi penggunaan

tenaga kerja pada usahatani nanas di Kabupaten Simalungun menggunakan

metode regresi linier dan non linier dengan model fungsi produksi Cobb-douglas

untuk menganalisis tingkat optimasi melalui pendekatan efisiensi harga. Variabel

yang dipergunakan dalam penelitian meliputi variabel bebas tenaga kerja (X1) dan

variabel terikat jumlah produksi nanas (Y). Hasil analisis uji t regresi linier dan

(42)

23

bebas berpengaruh sangat nyata. Pada usahatani skala sempit dan skala luas,

tingkat optimasi tenaga kerja belum optimal sehingga penggunaan tenaga kerja

perlu ditambah. Penggunaan tenaga kerja pada usaha nanas skala luas lebih

optimal jika dibandingkan dengan usaha nanas dengan skala usaha sempit.

Persamaan peneliti terdahulu dengan penelitian ini adalah pada penelitian

yang pertama juga digunakan metode regresi linier berganda untuk menganalisis

data, pada penelitian yang kedua digunakan metode analisis regresi linier

berganda dengan model fungsi produksi Cobb-Douglas, pada penelitian ketiga

mempergunakan analisis regresi. Sedangkan perbedaan pada penelitian ini dengan

penelitian pertama yaitu peneliti pertama mempergunakan metode Ordinary Least

Square (OLS), variabel penelitian, lokasi, waktu, dan jumlah sampel yang

digunakan. Pada penelitian kedua terdapat perbedaan pada variabel penelitian,

lokasi, waktu, jumlah sampel, dan pendekatan metode analisis yaitu pada

penelitian ini tidak mengkaji efisiensi ekonomis usahatani. Pada penelitian ketiga

terdapat perbedaan pada variabel penelitian, lokasi, waktu, jumlah sampel, dan

pendekatan metode analisis yaitu pada penelitian ini membahas efisiensi teknis

sedangkan pada penelitian terdahulu tidak.

2.6 Kerangka Teoritis

Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang teori berhubungan

dengan berbagai faktor produksi yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang

penting dan menggambarkan hubungan antara konsep atau variabel-variabel yang

akan diteliti. Penelitian ini membahas tentang bagaimana efektivitas alokasi faktor

(43)

24

Petani padi di Subak Gadungan Delod Desa mempergunakan faktor

produksi yang meliputi: jumlah bibit, pupuk urea, pupuk NPK, dan pestisida. Pada

penelitian ini faktor produksi dianalisis mempergunakan analisis regresi linier

berganda dengan kriteria uji ekonometrika dan uji statistika untuk mengetahui

pengaruh antara faktor produksi terhadap hasil produksi. Penelitian ini

mengunakan metode regresi linier berganda model fungsi produksi

Cobb-Douglass untuk mengetahui pengaruh faktor produksi terhadap hasil produksi,

efektivitas dan efisiensi penggunaan faktor produksi. Analisis efektivitas

penggunaan faktor produksi dilakukan dengan melihat nilai Marginal Physical

Product (MPP) dan Average Physical Product (APP). Efisiensi penggunaan faktor

produksi dapat diketahui dengan membandingkan nilai produk marjinal faktor

produksi (NPMxi) dengan harga faktor produksi (Pxi). Setelah seluruh hasil

analisis yang meliputi analisis pengaruh faktor produksi terhadap hasil produksi,

efektivitas alokasi input dan program Upsus Pajale dalam pencapaian target atau

tujuan, dan efisiensi alokasi input, maka selanjutnya dibuat kesimpulan yang akan

direkomendasikan kepada petani di lokasi penelitian agar petani mampu

mengambil kebijakan yang tepat dalam memproduksi padi. Secara rinci kerangka

(44)

25

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran Teoritis

Keterangan: Dimana:

Ep = Elastisitas produksi = Hubungan variabel

MPP = Marginal Physical Product = Jalur analisis regresi APP = Average Physical Product = Hasil analisis

R = Realitas produktivitas padi

T = Target produktivitas padi

NPMxi = Nilai Produk Marjinal faktor produksi ke i

Pxi = Harga per satuan faktor produksi ke i

Petani Subak Gadungan

APP Kriteria Statistika: Uji Koefisien

(45)

26

2.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan ilmiah yang dilandasi oleh kajian teoretik

dan empirik yang merupakan jawaban sementara dari tujuan penelitian yang dapat

diuji kebenarannya secara empirik (Antara, 2014). Hipotesis yang akan diuji

dalam penelitian ini yaitu:

1. Faktor produksi berpengaruh positif terhadap hasil produksi usahatani.

2. Usahatani padi dalam program Upsus Pajale di Subak Gadungan Delod

Desa sudah terlaksana secara efektif dalam penggunaan faktor produksi

dan pencapaian target peningkatan produktivitas sebesar 0,3 ton/hektar.

3. Alokasi input usahatani padi dalam program Upsus Pajale di Subak

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Produksi Padi di Provinsi Bali menurut Kabupaten atau Kota Tahun 2009
Gambar 2.1 Tahapan dari Suatu Proses Produksi.
Tabel 2.1
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi usahatani jahe, tingkat skala usaha, alokasi penggunaan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas distribusi subsidi pupuk organik oleh Pemerintah Provinsi Bali dan dampaknya terhadap pendapatan usahatani

UPSUS PAJALE bertujuan untuk meningkatkan indeks pertanamam (IP) dan produktivitas lahan sawah, lahan tadah hujan, lahan kering, lahan rawa pasang surut dan rawa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) partisipasi petani dalam perencanaan dengan program upaya khusus peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai, 2)

Jumlah informasi Analisis karakteristik eksternal untuk jumlah sumber informasi dalam proses adopsi inovasi petani padi terhadap UPSUS PAJALE di Desa Bunga

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui tingkat motivasi petani dalam pelaksanaan kegiatan program upsus pajale di Kecamatan Kumpeh, dan untuk mengetahui hubungan motivasi

Melalui Program UPSUS PAJALE upaya yang dilakukan adalah dengan memberikan bantuan sarana dan prasarana yang diharapkan mampu meningkatkan kesadaran petani akan

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok Wanita Tani dalam Program Penangkaran Benih Padi Sawah Upsus Pajale Variabel X dalam penelitian ini merupakan