• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Peserta Didik tentang Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Melalui Penerapan Strategi dan Aplikasi Google Classroom di Jurusan Kriya Tekstil SMK Negeri 3 Gowa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Persepsi Peserta Didik tentang Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Melalui Penerapan Strategi dan Aplikasi Google Classroom di Jurusan Kriya Tekstil SMK Negeri 3 Gowa"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) Jurusan Pendidikan Agama Islam pada Fakultas

Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Oleh:

NURUL ILMI HIDAYAH NIM: 20100119097

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2023

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nurul Ilmi Hidayah

NIM : 20100119097

Tempat/Tgl Lahir : Sungguminasa/29 Agustus 2001 Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Alamat : Campagaya/Samata

Judul :.Persepsi Peserta Didik tentang Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Melalui Penerapan Strategi dan Aplikasi Google Classroom di Jurusan Kriya Tekstil SMK Negeri 3 Gowa

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat orang lain, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Samata, 09 Februari 2023 Penyusun,

Nurul Ilmi Hidayah NIM: 20100119097

(3)
(4)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan ke hadirat Allah swt salawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad saw, para sahabat, keluarga, serta pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa sejak persiapan dan proses penelitian ini terdapat banyak kesulitan dan tantangan yang dihadapi peneliti, namun dengan ridho Allah swt dan bimbingan dari para pihak, segala kesulitan dan tantangan yang dihadapi dapat teratasi. Oleh karena itu, melalui ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyampaikan permohonan maaf dan terima kasih sedalam- dalamnya kepada bapak Sirajuddin dan ibu Fatmawati yang penuh kasih sayang dan kesabaran dalam membesarkan serta mendidik peneliti juga kepada kakak dan adik tercinta dan sahabat-sahabatku yang selalu memberikan semangat kepada peneliti.

Begitu pula peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Hamdan, M.A., Ph.D., selaku Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. H. Mardan, M.Ag., selaku Wakil Rektor I, Prof. Dr. H. Wahyuddin, M.Hum., selaku Wakil Rektor II, Prof. Dr. H. Darussalam, M.Ag., selaku Wakil Rektor III, dan Dr. H. Kamaluddin Abunawas, M.Ag., selaku Wakil Rektor IV, yang telah mendorong dan memimpin UIN Alauddin Makassar menjadi tempat bagi peneliti dan para sarjana dapat menimba ilmu baik dari segi akademik maupun nonakademik.

(5)

2. Dr. H. A. Marjuni, M.Pd.I., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, Dr. M. Shabir U., M.Ag., selaku Wakil Dekan I, Dr.

M. Rusdi, M.Ag., selaku Wakil Dekan II, dan Dr. H. Ilyas, M.Pd., M.Si.

selaku Wakil Dekan Fakultas III, yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti dan para sarjana untuk menimba ilmu di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.

3. Dr. H. Syamsuri, S.S., M.A., dan Dr. Muhammad Rusmin B., M.Pd.I. selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Alauddin Makassar yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan motivasi selama peneliti menempuh kuliah berupa ilmu, nasehat dan pengalaman.

4. Dr. Muhammad Rusmin B., M.Pd.I., dan Drs. Muhammad Yusuf Hidayat, M.Pd. selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah bersedia dan sabar meluangkan waktu, memberi arahan, koreksi, pengetahuan baru dalam penyusunan skripsi ini serta membimbing peneliti sampai tahap penyelesaian.

5. Dr. H. Muzakkir, M.Pd.I. dan Muhammad Iqbal, S.H.I., M.H.I. selaku Penguji I dan Penguji II yang telah memberi arahan, koreksi, masukan, dan pengetahuan baru dalam perbaikan skripsi ini.

6. Para staff jurusan PAI Baharuddin, S.Pd.I., M.Pd., Nidya Nina Ichiana, S.Pd., M.Pd., dan Nur Ima, S.Pd., M.Hum, yang secara konkrit memberikan bantuannya baik secara langsung maupun tidak langsung.

7. Kepada kedua orang tua beserta adik Sri Agusti yang telah membantu, memberikan motivasi serta selalu memberi semangat sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

(6)

vi

8. Rekan-rekan di HMJ Pendidikan Agama Islam periode 2021/2022 dan rekan- rekan di DEMA Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar periode 2022/2023, yang telah banyak memberikan pengalaman dalam berorganisasi selama menempuh pendidikan di kampus peradaban UIN Alauddin Makassar.

9. Kepada kepala sekolah, staff, guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti dan adik-adik jurusan Kriya Tekstil SMK Negeri 3 Gowa kelas XI tekstil 2, yang telah membantu dan meluangkan waktunya untuk melakukan penelitian sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Kepada sahabat seperjuangan bangku perkuliahan Nur Riski yang selalu mendukung dan memberi semangat selama perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebut satu persatu, yang dalam hal ini telah memberi banyak semangat, motivasi, dorongan bagi peneliti selama perkuliahan hingga pembuatan skripsi ini.

Selama penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan untuk penyempurnaan skripsi ini. Sekali lagi peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu semaksimal mungkin. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua orang. Aamiin.

Samata, 09 Februari 2023 Penyusun,

Nurul Ilmi Hidayah NIM: 20100119097

(7)

vii

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

ABSTRAK ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1-17 A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ... 9

C. Rumusan Masalah ... 11

D. Tinjauan Pustaka ... 11

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 16

BAB II TINJAUAN TEORETIS ... 18-34 A. Persepsi ... 18

B. Strategi Pembelajaran ... 20

C. Media Pembelajaran ... 26

D. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35-45 A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 35

B. Pendekatan penelitian ... 37

C. Sumber Data ... 37

D. Metode Pengumpulan Data ... 38

E. Instrumen Penelitian ... 40

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 42

G. Penguji Keabsahan data ... 44

BAB IV PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG STRATEGI PEMBELAJARAN DAN APLIKASI GOOGLE CLASSROOM SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN ... 46-40 A. Persepsi Peserta Didik tentang Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ... 46

B. Persepsi Peserta Didik tentang Aplikasi Google Classroom Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ... 50

C. Faktor Penghambat Guru dalam Pengunaan Strategi Pembelajaran dan Media Aplikasi Google Classroom dalam Mengajarkan Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ... 55

D. Faktor Pendukung Guru dalam Pengunaan Strategi Pembelajaran dan Media Aplikasi Google Classroom dalam Mengajarkan Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ... 57

E. Solusi Guru dalam Mengatasi Faktor yang Menjadi Penghambat Saat Pembelajaran Berlangsung Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di Jurusan Kriya Tekstil SMK Negeri 3 Gowa... 59

BAB V PENUTUP ... 61-63 A. Kesimpulan ... 61

B. Implikasi ... 62 DAFTAR PUSTAKA ... 64-66 LAMPIRAN-LAMPIRAN ...

DOKUMENTASI ...

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...

(8)

viii ABSTRAK Nama : Nurul Ilmi Hidayah

NIM : 20100119097

Jurusan/Prodi : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Persepsi Peserta Didik tentang Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Melalui Penerapan Strategi dan Aplikasi Google Classroom di Jurusan Kriya Tekstil SMK Negeri 3 Gowa

Skripsi ini bertujuan: 1) Untuk mendeskripsikan tentang strategi pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti di Jurusan Kriya Tekstil SMK Negeri 3 Gowa. 2) Untuk mendeskripsikan tentang penggunaan aplikasi google classroom sebagai media pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti di Jurusan Kriya Tekstil SMK Negeri 3 Gowa. 3) Untuk mengidentifikasi faktor yang menjadi penghambat guru menggunakan media aplikasi google classroom dan strategi pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti di Jurusan Kriya Tekstil SMK Negeri 3 Gowa. 4) Untuk mengidentifikasi faktor yang menjadi pendukung guru menggunakan media aplikasi google classroom dan strategi pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti di Jurusan Kriya Tekstil SMK Negeri 3 Gowa. 5) Untuk mengidentifikasi solusi guru dalam mengatasi faktor yang menjadi penghambat saat pembelajaran berlangsung pendidikan agama Islam dan budi pekerti di Jurusan Kriya Tekstil SMK Negeri 3 Gowa.

Jenis penelitian ini adalah kualitatif yang mengambil lokasi di SMK Negeri 3 Gowa. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan peserta didik jurusan kriya tekstil kelas XI tekstil 2, pengumpulan data metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Instrumen penelitian ini adalah pedoman observasi, wawancara dan dokumentasi, serta analisis data.

Hasil pada penelitian ini menyebutkan bahwa Persepsi Peserta Didik tentang Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Melalui Penerapan Strategi dan Aplikasi google classroom di Jurusan Kriya Tekstil SMK Negeri 3 Gowa adalah baik. Dan Faktor penghambat guru dalam pengunaan strategi pembelajaraan dan media aplikasi google classroom adalah strategi pembelajaran langsung jika menjelaskan materi pembelajaran diaplikasi, karena kondisi peserta didik yang lebih mudah menangkap pembelajaran ketika pembelajaran itu dilakukan secara tatap muka serta kurangnya respon balik ketika guru menjelaskan materi pelajaran. Faktor pendukung guru dalam strategi pembelajaran dan pengunaan media aplikasi google classroom adalah strategi pembelajaran langsung yang diperbolehkannya pembelajaran tatap muka terbatas. Penerapan aplikasi google classroom sebagai media pembelajaran yang bisa diakses kapan saja dan di mana saja, serta bisanya digunakan melalui hp maupun laptop. Solusinya adalah pengiriman vidio pembelajaran di aplikasi belajar, menggunakan aplikasi belajar google classroom dan WhatsApp agar lebih hemat dalam peggunaan paket data, dibolehkannya mengumpul tugasn secara langsung.

Implikasi pada penelitian ini yakni guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti di jurusan kriya tekstil SMK Negeri 3 Gowa tepatnya kelas XI tekstil 2, agar meningkatkan strategi pembelajaran agar peserta didik tetap mudah dalam pembelajaran daring, senang dan tenang serta nyaman dalam proses belajar mengajar dan penggunaan aplikasi google classroom.

(9)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata didik.

Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.1

Pendidikan dan pembelajaran keagamaan menjadi salah satu kunci bagaimana proses kaum muda Muslim membangun pengetahuan keagamaannya. Pengetahuan keagamaan akan mempengaruhi cara pandang seorang Muslim dan berpengaruh pada bagaimana praktik keagamaannya, relasinya dalam kehidupan sosial, serta pandangannya sebagai Muslim dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.2

Makna pendidikan dalam bahaya Yunani paedagogie yang berarti pendidikan, serta paedagogie yang berarti “pergaulan dengan anak“. Bangsa Jerman melihat pendidikan “sebagai erziehung yang setara dengan educare, yakni membangkitkan kekuatan yang terpendam atau mengaktifkan kekuatan atau potensi anak”. Adapun pengertian pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan menurut kamus besar merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.3

1Karlany HD, Islam & Aspek-Aspek Kemasyarakatan (Cet. 1; Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h.

240.

2Anas Chaider S. Bamualim, dkk, Kaum Muda Muslim Milenial (Jakarta: Center For The Study of Religion and Culture, 2018), h. 25.

3Syukurman, Sosiologi Pendidikan, Memahami Pendidikan dari Aspek Multikulturalisme (Cet. I; Jakarta: Prenadamedia Group, 2020), h. 79.

(10)

2

Pendidikan dapat diartikan sebagai hasil peradaban bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan norma masyarakat), yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita dan pernyataan tujuan pendidikannya.1

Pada dasarnya pendidikan merupakan bagian integral dari kehidupan manusia.

Dari mulai lahirnya manusia senantiasa belajar hal-hal terjadi disekitarnya, hingga manusia lanjut usia bahkan meninggal dunia, ia tetap melakukan prakondisi- prakondisi dalam melihat persoalan yang dihadapi, dan inilah proses pembelajaran.2

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.3

Tujuan pendidikan yang digambarkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratif dan bertanggung jawab.4

Dalam pendidikan, tuntunan diberikan oleh pendidik kepada pertumbuhan peserta didik untuk memajukan kehidupannya. Dalam hal ini, pendidikan bermaksud

1Muhammmad Anwar, Filsafat Pendidikan (Cet. II; Jakarta: Kencana, 2017), h. 20.

2Syukurman, Sosiologi Pendidikan, Memahami Pendidikan dari Aspek Multikulturalisme, h. 80.

3Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun. 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Cet. II; Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 7.

4Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Cet 1; Bandung: Fokus Media, 2003), h. 7.

(11)

menuntun segala kekuatan kodrati peserta didik untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Untuk itu pertumbuhan budi pekerti dan pikiran tubuh peserta didik dituntun menurut peranan kodrati peserta didik.5

Pentingnya pendidikan ini juga terdapat pada QS Al-Mujadilah/58:11

َ ا ٰ ٰ

ي

َُ هاللَِّٰح سْف يَا ْىُح سْفا فَ ِسِل ج مْلاَىِفَا ْىُحَّس ف تَْمُك لَ لْيِقَا ذِاَا ْىُى م اَ هْيِذَّلاَا هُّي ا َ

َ مْلِعْلاَاىُت ْوُاَ هْيِذَّلا وَ ْْۙمُكْىِمَا ْىُى م اَ هْيِذَّلاَُ هاللَِّٰع ف ْز يَا ْوُزُشْوا فَا ْوُزُشْواَ لْيِقَا ذِا وَ ْْۚمُك ل

َ

َُهاللّٰ وَ ٍۗ ت ج ر د

َ زْيِب خَ ن ْىُل مْع تَا مِب َ

Terjemahnya:

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang- lapanglah dalam majelis". Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu, dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu". Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.6

Menilai munculnya proses pendidikan, ada aspek yang perlu dikembangkan, yaitu proses personal dan proses sosial. Beberapa ahli pendidikan lebih menekankan pada bagaimana mengembangkan semua kemampuan dasar (potensi) yang sudah dimiliki anak sejak lahir. Agar pendidikan menjadi proses sosial, pendidikan harus berusaha untuk melestarikan dan mewariskan nilai-nilai budaya kepada generasi berikutnya.

Menilai tujuan yang ingin dicapai dalam proses pendidikan, apa yang dibahas lebih banyak menceritakan sistem nilai yang akan dicapai melalui pendidikan, di mana pelaksanaan pendidikan didasarkan kepada sistem nilai yang sudah dimiliki oleh suatu masyarakat.

5Pupu Saeful Rahmat, Psikologi Pendidikan (Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 2018), h. 5-6.

6Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Surabaya: Fajar Mulya), h. 543.

(12)

4

Apabila dalam proses pendidikan lebih menekankan kepada tujuan yang ingin dicapai, maka hal-hal yang dibicarakan lebih banyak mengungkapkan sistem nilai yang diharapkan melalui pendidikan. Sistem nilai merupakan sumber dari segala sumber hukum yang berlaku dalam satu masyarakat, bangsa, atau negara. Dengan demikian dalam pelaksanaan pendidikan, seyogianya lah didasarkan kepada sistem nilai yang sudah dimiliki oleh masyarakat, bangsa, atau negara tersebut.7

Dalam pengertian sederhana, pendidikan sering dipahami sebagai usaha manusia untuk mengembangkan kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai masyarakat dan budaya. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie mengacu pada bimbingan atau dukungan yang sengaja diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya pendidikan diartikan sebagai suatu usaha yang dijalankan oleh orang lain atau sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.8

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang sudah melekat pada diri manusia, karena sebelum ia lahirpun ia telah dibekali pendidikan oleh ibunya sejak ia dalam kandungan. Dari pendidikan seseorang anak bisa mengetahui banyak hal bahkan pendidikan dikatakan juga sebagai proses pendewasaan, dan pendidikan pula yang akan menentukan masa depan seorang anak ataupun peserta didik kelak.

7Syafril dan Zelhendri Zen, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Cet. I; Depok: Kencana, 2017), h. 27.

8Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Cet. VII; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), h. 1.

(13)

Agama dalam bahasa Arab disebut din, yang artinya menguasai, tununduk, patuh, berhutang, mengembalikan, kebiasaan. Agama memang membawa peraturan- peraturan yang membawa hukum, yang harus dipatuhi orang. Din dalam bahasa semit juga berarti hukum atau aturan. Sedangkan dalam bahasa Inggris, agama disebut dengan religion, dari bahasa latin disebut relegere yang mengandung arti mengumpulkan, membaca. Pendapat lain kata itu berasal relegare yang berarti mengikat.

Agama adalah sesuatu yang melekat dalam diri manusia. Tidak ada orang yang benar-benar tidak beragama. Keberadaan agama dalam kehidupan manusia pada dasarnya memiliki dua fungsi utama. Pertama informasi dan kemudian konfirmasi.

Agama juga mempunyai fungsi, yaitu agama sebagai petunjuk, agama sebagai informasi metafisika, agama sebagai sumber moral, agama sebagai sumber syariah dan ibadah, dan agama sebagai sumber ilmu atau fungsi konfirmasi.

Islam adalah agama yang diturunkan Allah swt kepada manusia melalui rasul- Nya, berisi hukum-hukum yang mengatur hubungan antara manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam semesta. Islam menjadi agama yang dibawa oleh Rasul-rasul sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad saw semua Rasul mengajarkan ketauhidan sebagai dasar keyakinan umatnya. Setelah Rasul-rasul yang membawanya wafat, agama Islam yang dianut oleh para pengikutnya itu mengalami perkembangan dan perubahan baik dari segi nama maupun isi ajarannya.

Untuk zaman sekarang Islam menjadi satu-satunya agama, yaitu agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.9

9Nurhasanah Bakhtiar, Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum (Cet. I;

Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2018), h. 1, 8, 15.

(14)

6

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa, agama juga merupakan sesuatu yang sudah melekat pada diri manusia, sama halnya dengan pendidikan tadi, adanya agama dikehidupan manusia itu memiliki fungsi tersendiri bagi manusia seperti informasi dan komunikasi. Dari agama kita belajar banyak hal, karena agama merupakan sebuah petunjuk bagi umat manusia, terutama agama Islam, karena semua Rasul mengajarkan bahwa Islam, itu mengajarkan ketauhidan sebagai dasar keyakinan umat muslim.

Pengertian pendidikan Islam seutuhnya sebenarnya di bangun dari kombinasi pengertian term pendidikan dan Islam secara sinergis. Jelasnya, pendidikan Islam tidak lebih dari upaya sadar secara sistematis yang mendorong proses pembelajaran yang berkelanjutan dan penyesuaian individu dengan nilai-nilai budaya dan cita-cita berdasarkan orientasi nilai-nilai Islam. Frasa “usaha sadar secara sistematis”

menunjukkan adanya pelaku pendidikan sebagai salah satu unsur yang harus ada dalam kegiatan pendidikan.10

Landasan pendidikan Islam terutama yang didasarkan pada landasan ajaran Islam dan seluruh perangkat budayaanya. Landasan pertama dan utama bagi pembentukan dan pengembangan pendidikan Islam adalah Al-Qur`an dan As-Sunnah.

Misalnya, Al-Qur`an memberikan prinsip-prinsip yang sangat penting bagi pendidikan, yaitu menghormati akal manusia, mengarahkan ilmu pengetahuan, tidak bertentangan dengan fitrah manusia, dan memelihara kebutuhan sosial.11

10Muljono Damopolii, Pesantren Modern IMMIM Pencetak Muslim Modern (Cet. I;

Makassar: Alauddin Press, 2011), h. 75.

11Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenuim Baru (Cet. I;

Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 9.

(15)

Salah satu langkah strategis dalam menanamkan pemahaman agama yang ideal kepada peserta didik adalah melalui teks dan buku pendukung. Pemahaman agama yang ideal bersifat moderat, menanamkan keadaan pada setiap pribadi dan komunitas muslim, dan mengembangkan sikap toleran terhadap siswa yang menganut agama selain Islam. Mengembangkan kerja sama antar sesama manusia, serta mengajarkan tindakan yang bersahabat dan positif terhadap alam. Pemahaman seperti ini sesungguhnya bukanlah hal yang baru, namun dipandang perlu untuk diberi aksentuasi yang kuat dan penjelasan yang memadai dan memuaskan dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam. Hal-hal lain yang terkait dengan pendekatan, metode, tehnik, dan media pembelajaran perlu pula dikembangkan secara terus menerus seirama dengan tuntunan zaman.12

Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pendidikan sangat penting bagi seorang anak, karenanya pendidikan diajarkan kepadanya sejak dini bahkan sejak ia masih dalam kandungan dan itu merupakan sesuatu yang sudah melekat dalam dirinya. Ketika seorang anak menduduki bangku sekolah menengah atas atau memasuki masa remaja, ia telah memasuki masa yang komplit, serta memiliki rasa keingintahuan yang besar, dan juga memperlihatkan sikap fanatik terhadap agama, dan kadang juga menentang nilai-nilai agama sehingga dapat merugikan baginya maupun orang lain.

Metode mengajar pendidikan agama Islam adalah cara sistematis dan terencana yang digunakan untuk melakukan suatu pengajaran dalam pendidikan

12Hamdar Arraiyyah dan Jejen Musfah, Pendidikan Islam Memajukan Umat dan Memperkuat Kesadaran Bela Negara (Cet. I; Jakarta: Kencana, 2016), h. 5.

(16)

8

agama Islam dan budi pekerti untuk dapat mencapai hasil yang maksimal dari tujuan yang telah ditentukan atau telah direncanakan sebelumnya.13

Mempelajari pendidikan agama Islam dan budi pekerti menjadi sangat penting, namun jika melihat pada masa sekarang ini salah satu problematika kehidupan pada peserta didik sekolah menengah atas khususnya pada sekolah menengah kejuruan, yaitu kurangnya pemahaman pada mata pelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti.

Pendidikan agama Islam dan budi pekerti merupakan salah satu mata pelajaran yang ada pada SMK Negeri 3 Gowa yang di dalamnya terdapat materi yang mengajarkan tentang ajaran agama Islam.

Berdasarkan wawancara awal pada 29 November 2021 yang dilakukan peneliti dengan guru pendidikan agama Islam serta peserta didik kelas XI tekstil 2 di jurusan kriya tekstil SMK Negeri 3 Gowa, bahwa ternyata media dan strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru, masih sangat sulit diterapkan secara maksimal dikarenakan adanya covid 19 ini. Media pembelajaran merupakan yang menjadi masalah atau terkendala dalam proses pembelajaran apalagi saat ini masih dalam suasana pandemi dan strategi yang cukup sulit diterapkan oleh guru karena adanya pandemi covid-19, maka alasan peneliti mengambil dua komponen pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti di sekolah tersebut yakni media, karena komponen media pembelajaran merupakan salah satu komponen pendukung keberhasilan proses belajar mengajar dan komponen strategi, yang akan

13Andi Abdul Muis dan Arifuddin, Metode Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Cet. I; Pare-Pare: Lembaga Penerbitan Universitas Muhammadiyah Pare-Pare, 2018), h. 45.

(17)

berpusat pada peserta didik, dimana guru akan berperang sebagai fasilitator yang mengelola pembelajaran.

Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang persepsi peserta didik tentang pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti, karena ada siswa yang minat belajarnya tinggi dan adapula yang rendah di jurusan kriya tekstil SMK Negeri 3 Gowa.

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

No Fokus Penelitian Deskripsi Fokus

1. Persepsi Peserta Didik tentang Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Melalui Penerapan Strategi dan Aplikasi Google Classroom di Jurusan Kriya Tekstil SMK Negeri 3 Gowa.

Pada penelitian ini dapat digambarkan secara singkat yaitu persepsi yang ingin dilihat dalam penelitian ini adalah tanggapan peserta didik baik dari segi lisan maupun tulisan terhadap pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti melalui penerapan strategi dan aplikasi Google Classroom di jurusan kriya tekstil SMK Negeri 3 Gowa. Persepsi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi pembelajaran, bagaimana aplikasi google classroom sebagai media pembelajaran, apa yang menjadi faktor pendukung guru dalam pengunaan

(18)

10

strategi pembelajaran dan media aplikasi google classroom, karena itu menjadi unsur penting bagi peserta didik dalam memandang proses pembelajaran yang diterapkan guru dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti dan faktor apa yang menjadi penghambat guru dalam pengunaan strategi pembelajaran dan media aplikasi google classroom dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti, faktor apa yang menjadi pendukung guru dalam pengunaan strategi pembelajaran dan media aplikasi google classroom dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti, serta solusi guru dalam mengatasi faktor yang menjadi penghambat saat pembelajaran berlangsung, sehingga guru dapat mengembangkan potensi peserta didik di jurusan kriya tekstil kelas XI tekstil 2 pada SMK Negeri 3 Gowa.

(19)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana persepsi peserta didik tentang strategi pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti di Jurusan Kriya Tekstil SMK Negeri 3 Gowa?

2. Bagaimana persepsi peserta didik tentang penggunaan aplikasi google classroom sebagai media pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti di Jurusan Kriya Tekstil SMK Negeri 3 Gowa?

3. Faktor apa saja yang menjadi penghambat guru dalam pengunaan media aplikasi google classroom dan strategi pembelajaran dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti di Jurusan Kriya Tekstil SMK Negeri 3 Gowa?

4. Faktor apa saja yang menjadi pendukung guru dalam pengunaan media aplikasi google classroom dan strategi pembelajaran dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti di Jurusan Kriya Tekstil SMK Negeri 3 Gowa?

5. Bagaimana solusi guru dalam mengatasi faktor yang menjadi penghambat saat pembelajaran berlangsung pendidikan agama Islam dan budi pekerti di Jurusan Kriya Tekstil SMK Negeri 3 Gowa?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan penelurusan pustaka yang dijadikan peneliti sebagai rujukan serta perbandingan terhadap penelitian sebelumnya, berdasarkan pada penelusuran kajian pustaka maka peneliti menemukan hasil penelitian yang hampir sama dengan judul peneliti atau ada beberapa kaitannya dengan hasil

(20)

12

penelitian terdahulu yang mengenai kelebihan maupun kekurangan. Kajian pustaka sangat penting dalam suatu penelitian karena melalui kajian pustaka, peneliti dapat mengetahui sejauh mana fokus masalah yang akan diteliti, dan tidak ada duplikasi atau mengulang kembali penelitian yang telah diteliti, akan tetapi dapat melanjutkan penelitian tersebut. Berikut ini hasil penelusuran pustaka terdahulu:

1. Persepsi Peserta Didik tentang Mata Pelajaran PAI dan Hubungannya dengan Minat Belajar pada Peserta Didik Kelas XI IPA 2 di SMA Negeri 3 Bulukumba Kabupaten Bulukumba, skripsi ini disusun oleh Sukmawati, menjelaskan tentang persepsi peserta didik tentang mata pelajaran PAI dan hubungannya dengan minat belajar pada peserta didik kelas XI IPA 2 di SMA Negeri 3 Bulukumba Kabupaten Bulukumba mempunyai persepsi yang baik, dan minat belajar peserta didiknya sangat baik yang dapat dilihat dari antusias peserta didik pada saat proses pembelajaran pendidikan agama Islam sedang berlangsung.14 Persamaan dari skripsi yang disusun oleh Sukmawati adalah sama-sama membahas tentang persepsi peserta didik terhadap pendidikan agama Islam, persamaan lainnya yaitu, variabel peserta didik terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam. Perbedaan skripsi yang disusun oleh Sukmawati adalah jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, sedangkan skripsi yang akan disusun peneliti adalah penelitian kualitatif, perbedaan lainnya yaitu Sukmawati membahas hubungan mata pelajaran pendidikan agama Islam dengan minat belajar peserta didiknya sedangkan peneliti tidak membahas hubungannya dengan minat belajar

14Sukmawati, “Persepsi Peserta Didik tentang Mata Pelajaran PAI dan Hubungannya dengan Minat Belajar pada Peserta Didik Kelas XI IPA 2 di SMA Negeri 3 Bulukumba Kabupaten Bulukumba”, Skripsi (Makassar: Fak. Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, 2017), h. 67.

(21)

peserta didik. Perbedaan lainnya adalah tempat penelitian, jika Sukmawati melakukan penelitian di SMA Negeri 3 Bulukumba Kabupaten Bulukumba, sedangkan peneliti melakukan penelitian di SMK Negeri 3 Gowa.

2. Persepsi Siswa terhadap Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus di SMA 3 Kota Tanggerang Selatan), skripsi ini disusun oleh Rahmah yang menjelaskan tentang persepsi siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam (studi kasus di SMA 3 Kota Tanggerang Selatan) mempunyai persepsi yang baik. Hal ini nampak pada hasil angket yakni mereka mengikuti pelajaran pendidikan agama Islam dengan baik. Pelajaran PAI terutama di SMA Negeri 3 Kota Tanggerang Selatan perlu diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti shalat lima waktu wajib dilaksanakan oleh setiap muslim yang sudah baligh, zakat fitrah wajib dikeluarkan bagi orang muslim yang mampu, memberi salam ketika bertamu ke rumah orang lain, serta berbuat baik dan hormat kepada orang tua, guru, dan tetangga.15 Persamaan dari skripsi yang disusun oleh Rahmah adalah sama-sama membahas tentang persepsi peserta didik terhadap pendidikan agama Islam, persamaan lainnya adalah variabel siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam, Terdapat pula perbedaan skripsi yang disusun oleh Rahmah adalah jenis penelitian lapangan/kuantitatif, sedangkan peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif, dan perbedaan lainnya adalah Rahmah membahas pelajarannya sedangkan peneliti membahas pembelajarannya, dan perbedaan lainnya adalah tempat penelitian, jika Rahmah melakukan penelitian di SMA

15Rahmah, “Persepsi Siswa terhadap Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus di SMA 3 Kota Tanggerang Selatan)”, Skripsi (Tanggerang Selatan: Fak. Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 81.

(22)

14

3 Kota Tanggerang Selatan, sedangkan peneliti melakukan penelitian di SMK Negeri 3 Gowa.

3. Persepsi Siswa tentang Pentingnya Pendidikan Agama Islam terhadap Minat Belajar PAI di SMAN 1 Tayu Pati, skripsi ini disusun oleh Farida Sofiana yang menjelaskan tentang rata-rata persepsi siswa tentang pentingnya pendidikan agama Islam dalam kategori penting dengan frekuensi 96 responden dan presentase 40,33%, dengan minat belajar yang memiliki rata- rata 96 responden dengan presentase 40,33% menunjukkan kategori minat belajar pendidikan agama Islam yang tinggi, serta persepsi siswa tentang PAI memiliki hubungan sebesar 37,7% terhadap minat belajar PAI.16 Persamaan skripsi yang disusun oleh Farida Sofiana adalah persepsi siswa tentang pendidikan agama Islam. Perbedaan skripsi yang disusun oleh Farida Sofiana adalah jenis penelitian kuantitatif, sedangkan peneliti mengunakan jenis penelitian kualitatif, dan Farida Sofiana membahas tentang pentingnya pendidikan agama Islam sedangkan peneliti membahas tentang pembelajaran pendidikan agama Islam, adapula perbedaan lainnya adalah tempat penelitian, jika Farida Sofiana melakukan penelitian di SMAN 1 Tayu Pati, sedangkan peneliti melakukan penelitian di SMK Negeri 3 Gowa.

4. Persepsi Siswa Dengan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 2 Tungkal Ulu Jambi, skripsi ini disusun oleh Erma Yusmi, bahwa perolehan pada analisa data penelitian ini diketahui nilai r tabel menunjukkan pada jumlah responden 62 terdapat du r tabel df= N-2 df=62-2=60 pada taraf

16Farida Sofiana, “Persepsi Siswa tentang Pentingnya Pendidikan Agama Islam terhadap Minat Belajar PAI di SMAN 1 Tayu Pati”, Skripsi (Malang: Fak. Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2017), h. 114.

(23)

signifikan 5% adalah 0,530>0,250. Signifikan juga diketahui bahwa nilai signifikan adalah 0,000. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi siswa dengan mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 2 Tungkal Ulu Jambi.17 Persamaan skripsi yang disusun oleh Erma Yusmi adalah persepsi peserta didik terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam, perbedaan skripsi yang disusun oleh Erma Yusmi, yaitu jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, sedangkan peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif, dan terdapat pula perbedaan lainnya yakni jika Erma Yusmi melakukan penelitian di SMA Negeri 2 Tungkal Ulu Jambi, maka peneliti melakukan penelitian di SMK Negeri 3 Gowa.

5. Persepsi Siswa terhadap Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi pada SMP Muhammadiyah Palopo), skripsi ini disusun oleh Sitti Aminah, bahwa pelaksanaan metode pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Muhammadiyah menggunakan beberapa metode pembelajaran yaitu metode ceramah, metode diskusi, metode demonstrasi, metode penugasan, metode sosiodrama, metode latihan, metode kisah, metode tutorial, metode perumpamaan, metode sari tauladan, metode peringatan, metode praktek, dan metode pemberian ampunan. Persepsi siswa terhadap metode pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Muhammadiyah cukup menyenangkan.18

17Erma Yusmi, “Persepsi Siswa dengan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 2 Tungkal Ulu Jambi”, Skripsi (Yogyakarta: Fak. Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2018), h. 74.

18Sitti Aminah, “Persepsi Siswa terhadap Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi pada SMP Muhammadiyah Palopo)”, Skripsi (Palopo: Tarbiyah Institusi Agama Islam Negeri (IAIN) Palopo, 2015), h. 70.

(24)

16

Adapun persamaan skripsi ini dengan skripsi yang disusun oleh peneliti adalah sama-sama membahas tentang persepsi peserta didik terhadap pembelajaran pendidikan agama Islam. Sedangkan perbedaan skripsi yang disusun oleh Sitti Aminah yaitu menggunakan penelitian kuantitatif, sedangkan peneliti menggunakan penelitian kualitatif, dan perbedaan lainnya adalah Sitti Aminah membahas tetang metode pembelajaran, sedangkan peneliti membahas tentang media dan strategi pembelajaran, dan perbedaan selanjutnya adalah Sitti Aminah melakukan penelitian di SMP Muhammadiyah Palopo, sedangkan peneliti akan melakukan penelitian di SMK Negeri 3 Gowa.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dikemukakan peneliti adalah sebagai berikut:

a. Untuk mendeskripsikan tentang strategi pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti di Jurusan Kriya Tekstil SMK Negeri 3 Gowa.

b. Untuk mendeskripsikan tentang penggunaan aplikasi google classroom sebagai media pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti di Jurusan Kriya Tekstil SMK Negeri 3 Gowa.

c. Untuk mengidentifikasi faktor yang menjadi penghambat guru menggunakan strategi pembelajaran dan media aplikasi google classroom pendidikan agama Islam dan budi pekerti di Jurusan Kriya Tekstil SMK Negeri 3 Gowa?

d. Untuk mengidentifikasi faktor yang menjadi pendukung guru menggunakan strategi pembelajaran dan media aplikasi google classroom

(25)

pendidikan agama Islam dan budi pekerti di Jurusan Kriya Tekstil SMK Negeri 3 Gowa?

e. Untuk mengidentifikasi solusi guru dalam mengatasi faktor yang menjadi penghambat saat pembelajaran berlangsung pendidikan agama Islam dan budi pekerti di Jurusan Kriya Tekstil SMK Negeri 3 Gowa?

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian adalah:

a. Untuk menambah pengalaman peneliti dan juga berguna bagi mahasiswa, dosen, dan masyarakat.

b. Penelitian ini, sangat penting sebagai syarat formal bagi peneliti menyelesaikan studi pada program strata (S1) pada jurusan Pendidikan Agama Islam.

c. Sebagai bahan masukan untuk para guru tentang pentingnya penerapan media dan strategi dalam mengajarkan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.

(26)

18 BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses pengindraan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indra atau juga disebut proses sensoris atau kecakapan. Proses persepsi tidak lepas dari proses pengindraan, dan proses pengindraan akan berlangsung setiap saat, pada waktu individu menerima stimulus.1

Persepsi berlangsung saat seseorang menerima stimulus dari dunia luar yang ditangkap oleh organ-organ bantunya yang kemudian masuk ke dalam otak, di dalamnya terjadi proses berfikir yang pada akhirnya terwujud dalam sebuah pemahaman, pemahaman inilah yang disebut dengan persepsi.2

2. Faktor-Faktor Yang Berperan dalam Persepsi

Adapula faktor-faktor yang berperan dalam persepsi, yaitu:

a. Objek yang dipersepsi

Objek membangkitkan rangsangan yang mempengaruhi indra atau reseptor.

Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsikan, tetapi dapat juga datang dari dalam individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Tetapi kebanyakan rangsangan datang dari luar individu.

1Adnan Achiruddin Saleh, Pengantar Psikologi (Cet. I; Makassar: Aksara Timur, 2018), h.

82.

2Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum (Cet. V; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), h. 86

(27)

b. Alat indra, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indra atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan rangsangan yang diterima oleh reseptor untuk susunan syaraf pusat, khususnya otak sebagai pusat kesadaran.3

c. Perhatian

Memahami dan menciptakan persepsi membutuhkan perhatian penuh, yang merupakan langkah pertama dalam mempersiapkan penciptaan persepsi.

d. Proses terjadinya persepsi.

Proses terjadinya persepsi dijelaskan sebagai berikut. Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indra atau reseptor. Dapat dikemukakan bahwa antara objek dan stimulus itu berbeda, namun ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi satu, misalnya dalam hal memaksakan. Benda sebagai objek langsung mengenai kulit, sehingga akan terasa tekanan tersebut.4

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Persepsi Fakrot-faktor yang mempengaruhi perbedaan persepsi adalah:

a. Perhatian, biasanya seseorang tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada di sekitarnya sekaligus, tetapi memfokuskan perhatian pada satu objek atau dua objek. Perbedaan fokus antara satu orang dengan orang lainnya akan timbul perbedaan persepsi diantara mereka.

b. Kebutuhan, kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang, akan mempengaruhi persepsi orang tersebut. Kebutuhan-kebutuhan yang

3Adnan Achiruddin Saleh, Pengantar Psikologi (Cet. I; Makassar: Aksara Timur, 2018), h.

79-81.

4Adnan Achiruddin Saleh, Pengantar Psikologi, h. 82

(28)

20

berbeda akan menyebabkan perbedaan persepsi.

c. Sistem nilai, sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi. Contohnya, bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu mempersepsikan uang logam lebih besar dari pada ukuran yang sebenarnya. Gejala ini tidak terdapat pada anak-anak dari keluarga kaya.

d. Tipe kepribadian, akan mempengaruhi persepsi.

e. Gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan persepsi yang disebut halusinasi.5

Berdasarkan uraian dan pendapat di atas peneliti dapat menyimupulkan bahwa, persepsi merupakan proses yang dijalani oleh proses pengindraan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui panca indra atau juga disebut proses sensoris. Stimulus adalah bagian dari respon yang berhubungan dengan kelakuan.

B. Strategi Pembelajaran

1. Pengertian Strategi Pembelajaran

Istilah strategi (strategy) berasal dari “kata benda” dan “kata kerja” dalam bahasa Yunani. Sebagai kata benda, strategos merupakan gabungan kata stratos (militer) dengan “ago” (memimpin). Sebagai kata kerja, stratego berarti merencanakan (to plan).

Istilah strategi awalnya digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan.

5Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, h. 103-106.

(29)

Sekarang, istilah strategi banyak digunakan dalam berbagai bidang kegiatan yang bertujuan memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan.

Dapat dikemukakan bahwa strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi melingkupi tujuan kegiatan, yang terlibat dalam kegiatan tersebut siapa, rangkaian kegiatan, proses kegiatan, dan alat penunjang kegiatan.

Istilah pembelajaran (instruction) bermakna sebagai “usaha untuk mengajarkan seseorang atau sekelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan kearah pencapaian tujuan yang telah direncanakan”. Pembelajaran dapat pula dipandang sebagai kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Strategi pembelajaran dapat dikatakan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang dirancang untuk mencapai tujuan tpembelajaran.

Strategi pembelajaran adalah pendekatan dalam suatu sistem pembelajaran yang menyeluruh berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran, yang dijabarkan dari pandangan falsafah atau teori tertentu.6

Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran.

Pemilihan dilakukan dengan mempertimbangkan keadaan dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang akan dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu.7

6Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Cet. V; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2016), h. 3- 4, 6-7.

7Zainal Aqib, Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif), h. 71.

(30)

22

Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan termasuk menggunakan metode dan pemanfaatan sumber daya dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran menentukan pendekatan yang dipilih guru untuk mencapai tujuan pembelajaran strategi pembelajaran meliputi pendekatan, metode, dan tehnik pembelajaran.8

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu perencanaan dengan berbagai rangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien.

Ada empat yang menjadi strategi dalam pembelajaran, yaitu mengidentifikasi, menetapkan spesifikasi, kualifikasi hasil, dan sasaran yang harus dicapai.

2. Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran

Memilih strategi pembelajaran tidak terlepas dari kurikulum yang akan diterapkan untuk karakteristik peserta didik. Karakteristik peserta didik terutama yang berkaitan dengan pengalaman pertama dan pengetahuan peserta didik, minat peserta didik, perkembangan peserta didik dan model belajar peserta didik tersebut. Strategi pembelajaran juga dapat diklasifikasikan berdasarkan cara komunikasi guru dengan peserta didik. Beberapa jenis strategi serta metode pembelajaran yang berhubungan adalah sebagai berikut:

a. Strategi Pembelajaran Langsung (Direct Instuction)

Pembelajaran langsung memposisikan pendidik sebagai sumber belajar yang cukup efektif digunakan untuk menyampaikan informasi dan membangun keterampilan secara perlahan-lahan. Strategi ini pada umumnya efektif diterapkan guna memperkenalkan strategi lain atau metode pembelajaran lainnya pada awal

8Ridwan Abdullah Sani, Strategi Belajar Mengajar (Cet. I; Depok: Rajawali Pers, 2019), h. 99.

(31)

pembelajaran. Pembelajaran langsung pada umumnya deduktif, di mana disajikan aturan umum, kemudian diberikan contoh yang relevan. Kelemahan dari strategi ini adalah tidak dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan, proses dan sikap yang diperlukan untuk berpikir kritis, maupun kemampuan untuk bekerja kelompok.

Strategi lain dibutuhkan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher oerder thinking).

b. Strategi Pembelajaran Tidak Langsung (Indirect Instuction)

Istilah pembelajaran tidak langsung jarang dikenal, dan orang lebih mengenal dengan pembelajaran inkuairi, induksi, penyelesaian masalah (Problem Solving), dan strategi lainnya yang merupakan variasi dari pembelajaran tidak langsung.

Pembelajaran tidak langsung ini berpusat pada peserta didik, di mana siswa lebih aktif membangun pengetahuan dan guru bertindak sebagai fasilitator. Strategi ini memungkinkan untuk peserta didik ikut serta secara mental dalam mengamati, menyelidiki, membuat penjelasan berdasarkan data, membuat hipotesis, dan sebagainya. Keuntungan ketika menggunakan strategi ini yaitu dapat meningkatkan minat dan keingintahuan dalam diri peserta didik, serta mendorong mereka untuk mengembangkan pilihan/alternatif penyelesaian masalah. Penggunaan strategi ini memungkinkan untuk mengembangkan kreativitas peserta didik serta keterampilan dan kemampuan interpersonalnya. Pada umumnya peserta didik yang belajar secara aktif dan memiliki pemahaman dan ide yang lebih baik, serta mampu mengembangkan pemahaman tersebut.

Kelemahan strategi pembelajaran tidak langsung adalah membutuhkan waktu yang banyak, guru kurang dapat mengontrol semua proses pembelajaran, dan hasil atau efek dari pembelajaran mungkin tidak seperti dengan yang diharapkan. Strategi

(32)

24

ini tidak cocok untuk mengingat informasi dengan segera, penyajian informasi rinci, dan perolehan keterampilan secara langkah demi langkah.

c. Strategi Pembelajaran Interaktif

Strategi pembelajaran interaktif menekankan pada kegiatan diskusi dengan sesama peserta didik lain. Diskusi dan saling berbagi informasi menyebabkan peserta didik bereaksi terhadap ide-ide, pengalaman, pendapat dan pengetahuan rekan-rekan atau orang dari sumber daya informasi. Peserta didik dapat belajar mengembangkan keterampilan sosial dan kemampuan untuk mengorganisasikan pikirannya serta mengembangkan alas an-alasan yang rasional(masuk akal).9

d. Strategi Pembelajaran Eksperensial

Belajar secara eksperensial atau berdasarkan pengalaman merupakan pembelajaran induktif, berpusat pada peserta didik, dan beriorientasi pada kegiatan.

Refleksi pengalaman pribadi dan perumusan rencana untuk mengaplikasikan pembelajaran dalam konteks yang lain merupakan faktor penting dalam pembelajaran eksperensial. Ciri pembelajaran eksperensial yaitu peserta didik ikut serta dalam sebuah kegiatan, peserta didik melakukan refleksi atau mengingat dan menganalisis kegiatan yang telah dilakukan, peserta didik memperoleh sesuatu yang bermanfaat berdasarkan analisis tindakan yang telah dilakukan, dan peserta didik menerapkan hasil belajar dalam situasi baru.

e. Strategi Pembelajaran Mandiri

Strategi belajar mandiri adalah strategi mengembangkan strategi untuk pengembangan inisiatif peserta didik kepercayaan diri, dan pertumbuhan diri peserta didik. Belajar mandiri dapat dimulai oleh peserta didik atau dengan bantuan guru, di

9Ridwan Abdullah Sani, Strategi Belajar Mengajar, h. 155-158.

(33)

mana guru memandu dan memantau perkembangan belajar yang dilakukan oleh peserta didik secara sendiri. Belajar mandiri bisa dilakukan dalam kelompok kecil, dimana peserta didik saling membantu satu sama lain ketika belajar. Strategi ini dapat diterapkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik untuk membuat keputusan yang bertanggung jawab, menganalisis permasalahan, melakukan refleksi, dan melakukan tindakan yang berguna.

f. Strategi Pembelajaran Tuntas

Strategi belajar tuntas (mastery learning) merupakan strategi yang banyak diterapkan dalam pembelajaran. Strategi ini juga digunakan sebagai model pembelajaran. Pembelajarn holistik/tuntas dicapai dengan asumsi bahwa semua peserta didik dapat mampu belajar dengan baik dalam kondisi yang tepat, dan memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajari.

Strategi belajar tuntas menerapkan beberapa prinsip, yaitu pelaksanaan tes secara teratur untuk memperoleh balikan terhadap bahan yang diajarkan sebagai alat untuk mendiagnosis kemajuan (diagnostic progress test), peserta didik baru melangkah pada pelajaran berikutnya setelah benar-benar menguasai bahan pelajaran sebelumnya sesuai dengan patokan yang ditentukan, dan dilakukan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik yang gagal mencapai taraf penguasaan penuh melalui pengajaran remedial (pengajaran korektif).

g. Strategi Pembelajaran Partisipasif

Strategi yang juga dikenal adalah pembelajaran partisipasif (participative teaching and learning) yang merupakan strategi pembelajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi belajar.

Adapun indikator pembelajaran partisipasif, yaitu: adanya keterlibatan emosional dan

(34)

26

mental peserta didik; adanya kesediaan peserta didik ikut serta dalam memberikan pencapaian tujuan; dan pada kegiatan belajar terdapat hal yang menguntungkan bagi peserta didik. Strategi pembelajaran partisipasif dilakukan dengan prinsip berikut, yaitu menciptakan suasana yang mendorong peserta didik untuk siap belajar, membantu peserta didik menyusun kelompok untuk siap belajar serta mengajarkan, membantu peserta didik dalam mendiagnosis dan menemukan kebutuhan belajarnya, memberi semangat peserta didik menyusun tujuan belajar, membantu peserta didik merancang pola-pola pengalaman belajar, membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar, dan membantu peserta didik melakukan evaluasi diri terhadap proses dan hasil belajar.10

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa strategi pembelajaran tidak terlepas dari kurikulum yang digunakan untuk karakteristik peserta didik. Karakteristik peserta didik terutama yang terkait dengan pengalaman pertama dan pengetahuan peserta didik, minat peserta didik, model belajar peserta didik, dan perkembangan peserta didik.

C. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah dapat diartikan sebagai penghubung atau perantara.

Media pengajaran meliputi perangkat keras (Hardwere) dan perangkat lunak (softwere). Hardwere adalah alat yang bisa mengantar pesan seperti Over Head Projector, radio, tv, dan lain sebagainya. Sedangkan software adalah isi program

10Ridwan Abdullah Sani, Strategi Belajar Mengajar, h. 162-166.

(35)

yang mengandung pesan seperti informasi yang terdapat pada transparansi atau buku dan bahan-bahan cetakan lainnya.11

Media pembelajaran terdiri dari dua kata, yaitu media dan pembelajaran.

Media secara etimologis, berasal dari bahasa Latin, merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang berarti “tengah, perantara, atau pengantar”. Istilah perantara atau pengantar ini menurut Bovee dalam buku yang dikutip oleh Rayandra Asyhar, digunakan karena fungsi media sebagai perantara atau pengantar suatu pesan dari pengirim (sender) kepada si penerima (receiver) pesan. Sedangkan secara terminologis mengenai media menurut Kemp dalam buku yang dikutip oleh Rayandra Asyhar, menunjukkan bahwa selain media, pesan akan sampai kepada penerima jika terjadi proses penyandian (endconding) pesan tersebut. Setelah penerima pesan menafsirkan, penerima pesan, barulah penerima pesan memberikan respon (umpan balik) kepada pengirim pesan. Disinilah terjadi komunikasi yang efektif.

Kata pembelajaran merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris, yaitu

“instruction”. Instruction diartikan sebagai proses interaktif antara guru dan siswa yang berlangsung secara dinamis. Berbeda dengan istilah “teaching” yang berarti mengajar. Teaching memiliki konotasi proses belajar dan mengajar yang berlangsung satu arah dari guru ke peserta didik. Dalam hal, ini hanya guru yang aktif mengajar, dan peserta didik pasif.

Media pembelajaran menurut Briggs dalam buku yang dikutip oleh Rayandra Asyhar, mendefinisikan media sebagai sarana fisik yang digunakan untuk mengirim pesan kepada peserta didik sehingga merangsang mereka untuk belajar. Sedangkan

11Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2008), h. 205.

(36)

28

menurut Schramm dalam buku yang dikutip oleh Rayandra Asyhar tentang media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan (informasi) yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.12

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan merangsang terjadinya proses belajar pada si pelajar (peserta didik).13

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa media pembelajaran itu sendiri terdiri dari dua kata, yakni media dan pembelajaran, di mana media adalah perantara atau pengantar, dan pembelajaran adalah proses belajar dan mengajar yang berlangsung satu arah dari guru ke peserta didik. Media pembelajaran adalah suatu ilmu atau pengetahuan yang disampaikan ke peserta didik melalui perantara atau pengantar dari seorang guru.

2. Manfaat dan Fungsi Media Pembelajaran

Secara khusus media pembelajaran bermanfaat untuk:

a. Menangkap suatu objek atau peristiwa tertentu, peristiwa penting atau objek yang dapat diabadikan dengan foto, film, atau direkam melalui video atau audio, kemudian peristiwa tersebut dapat disimpan dan digunakan jika suatu waktu diperlukan. Guru dapat menjelaskan proses terjadinya gerhana matahari yang langkah melalui hasil rekaman video tersebut.

12Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran (Cet. I; Jakarta: Referensi Jakarta, 2012), h. 5-7.

13Zainal Aqib, Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif) (Cet.

I; Bandung: Yrama Widya, 2013), h. 50.

(37)

b. Dengan memanipulasikan situasi, peristiwa, atau objek/benda tertentu dengan menggunakan perlengkapan pembelajaran, guru dapat menyajikan bahan pelajaran atau alat peraga yang bersifat abstrak menjadi konkret sehingga mudah dipahami dan dapat dikategorikan menghilangkan verbalisme. Misalkan untuk menyampaikan bahan pembelajaran tentang sistem peredaran darah pada manusia, dapat disajikan melalui film.

c. Untuk mengatasi situasi tersebut, alat juga dapat menunjukkan suatu proses atau gerakan yang terlalu cepat dan sulit untuk diikuti seperti gerakan mobil, gerakan pesawat terbang, gerakan pelari, atau gerakan yang sedang berolahraga, atau sebaliknya dapat mempercepat gerakan- gerakan yang lambat, seperti gerakan pertumbuhan tanaman, perubahan warna suatu zat dan lain sebagainya.

d. Menambah semangat dan motivasi peserta didik untuk belajar.

Penggunaan media dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik yang pada akhirnya dapat meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi pembelajaran. Misalnya, sebelum memberi ceramah/materi tentang topic polusi, untuk menarik perhatian peserta didik pada topik tersebut, guru terlebih dahulu menayangkan film tentang banjir, atau tentang limbah industri dan lain sebagainya.14

Levie dan Lentz dalam buku yang dikutip oleh Cecep Kustandi dan Daddy Darmawan, mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris.

14Wina Sanjaya, Media Komunikasi Pembelajaran (Cet. I; Jakarta: Kencana, 2012), h. 70-72.

(38)

30

Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian peserta didik untuk fokus kepada materi pelajaran yang berhubungan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai bahan materi pelajaran. Sering kali pada awal pelajaran peserta didik tidak tertarik dengan materi pelajaran atau materi pelajaran itu merupakan salah satu pelajaran yang tidak disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan.

Fungsi afektif media visual yang bisa dilihat dari tingkat kenikmatan peserta didik ketika belajar atau membaca teks, membaca teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat mengunggah emosi dan sikap peserta didik, misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras.

Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesanan yang terkandung.

Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu peserta didik yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran sebagai fasilitas berfungsi untuk menerima peserta didik yang lemah dan lambat menangkap serta memahami isi pelajaran yang disajikan dengan dengan teks atau disajikan secara verbal.

Media pembelajaran, menurut Kemp dan Dayton dalam buku yang dikutip oleh Cecep Kustandi dan Daddy Darmawan, dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok yang besar jumlahnya, yaitu memotivasi minat atau tindakan, menyajikan informasi, dan

(39)

memberi instruksi. Untuk memenuhi fungsi motivasi, media pembelajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan.

Sebagai tujuan informasi, media pembelajaran dapat digunakan dalam penyajian informasi dihadapan para peserta didik. Isi dan bentuk penyajian materi bersifat sangat umum, agar berfungsi sebagai pengantar, ringkasan laporan atau pengetahuan latar belakang. Penyajian dapat pula berbentuk hiburan, drama, atau teknik motivasi.15

Degend juga mengungkapkan dalam buku yang dikutip oleh Evy Fatimatur Rusydiyah bahwa secara garis besar fungsi media dalam buku yang dikutip adalah sebagai berikut:

a. Menghindari terjadinya verbalisme b. Meningkatkan minat/motivasi c. Menarik perhatian peserta didik

d. Mengatasi keterbatasan ruang waktu bahkan juga ukuran e. Mendorong peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran f. Memberikan rangsangan kepada peserta didik untuk belajar.16

Peneliti dapat menyimpulkan, jika ditinjau dari proses pembelajaran sebagai proses komunikasi, maka fungsi media pembelajaran adalah membawa informasi dari sumber (guru) ke penerima (peserta didik). Selanjutnya, jika ditinjau dari proses pembelajaran sebagai kegiatan interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya,

15Cecep Kustandi dan Daddy Darmawan, Pengembengan Media Pembelajaran (Cet. I;

Jakarta: Kencana, 2020), h. 16-17.

16Evy Fatimatur Rusydiyah, Media Pembelajaran Problem Based Learning (Cet. I; Surabaya:

Sunan Ampel Press, 2020), h. 12-13.

(40)

32

maka untuk mengetahui fungsi dari media pembelajaran dapat dilihat dari kelebihan media serta hambatan komunikasi yang akan timbul selama proses pembelajaran.

D. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata

“pendidikan” dan “agama”. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata education, dengan diberi awalan “pe” dan akhiran “an”, yang berarti proses pengubahan sikap dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.

M. Arifin mendefinisikan dalam buku yang dikutip oleh Aat Syafaat, dkk, pendidikan Islam adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang lebih baik dan mengangkat derajat kemanusiaanya, sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarannya (pengaruh dari luar).

Pendidikan agama Islam, yaitu usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam, serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan, baik pribadi maupun dikehidupan masyarakat.

Menurut Djamaluddin dan Abdullah Aly yang dikutip dalam buku Aat Syafaat, dkk bahwa karakteristik pendidikan agama Islam itu ada lima, yaitu:

pendidikan Islam selalu mempertimbangkan dua sisi kehidupan duniawi dan ukhrawi dalam setiap langkah dan geraknya, pendidikan Islam merujuk pada aturan-aturan yang sudah pasti, pendidikan Islam bermisikan pembentukan akhlakul karimah, pendidikan Islam diyakini sebagai tugas suci, dan pendidikan Islam bernuansakan

Referensi

Dokumen terkait

Guru menyampaikan penugasan yang dikerjakan di Google Classroom Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti (Tugas Kelas 7) dengan harapan peserta didik bisa

Pada percobaan karakterisasi rasio input bahan bakar pada generator-set listrik dual fuel (gasoline-biogas) menggunakan jaringan syaraf tiruan dipergunakan beban 9 bola

Penelitian Eken Patmasari,dkk 2016 tentang Pengaruh Pelayanan, Sanksi, Sistem Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak, Terhadap Kepatuhan Membayar Pajak Bumi dan Bangunan

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kesesuaian materi dan soal dalam Lembar Kerja Siswa MGMP matematika Kabupaten Pati kelas IX SMP semester gasal

Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa media miniatur rangkaian listrik yang dikembangkan dapat digunakan sebagai media penunjang pembelajaran pada

Di kalangan masyarakat luas juga berlaku pendapat umum bahwa semakin berpendidikan maka makin baik status sosial seseorang dan penghormatan masyarakat terhadap

Perencanaan laba memerlukan alat bantu berupa analisis break even point yang mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume

 Badan Usaha Jasa Konstruksi yang dibentuk dalam rangka kerja sama modal harus memenuhi persyaratan kualifikasi besar dan wajib memiliki Izin Usaha1.  Wajib memiliki IZIN USAHA