• Tidak ada hasil yang ditemukan

SPP 4 Recent site activity teeffendi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SPP 4 Recent site activity teeffendi"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Sinkronisasi dalam Sistem

Peradilan Pidana

(2)

Sistem Peradilan Pidana

Sistem Peradilan Pidana adalah teori yang berkenaan dengan upaya pengendalian kejahatan melalui

kerjasama dan koordinasi di antara lembaga-lembaga yang oleh undang-undang diberi tugas untuk itu.

Kejahatan sendiri sulit dihilangkan sama sekali di muka bumi, tetapi melalui sistem peradilan pidana kejahatan tersebut dapat dikendalikan sehingga tidak bertambah banyak. Bahkan, jika mungkin, berkurang. Pengendalian kejahatan sama maknanya dengan

(3)

Sistem Peradilan Pidana

Sistem peradilan pidana mempunyai perangkat

struktur atau subsistem yang seharusnya bekerja

secara koheren, koordinatif dan integratif agar

efisien dan efektif.

Dalam rangkaian sistem, sub-subsistem ini berupa

polisi, jaksa, pengadilan, penasihat hukum dan

lembaga koreksi, baik yang sifatnya institusional

maupun yang non institusional.

(4)

Pendekatan dalam Sistem Peradilan

Pidana

Dalam sistem peradilan pidana dikenal tiga

bentuk pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan normatif;

2. Pendekatan administratif; dan

3. Pendekatan sosial.

(5)

Pendekatan dalam Sistem Peradilan

Pidana (Lanjutan)

1. Pendekatan normatif;

Pendekatan normatif memandang unsur

aparatur penegak hukum sebagai institusi

pelaksana peraturan perundang-undangan yang

berlaku sehingga para aparatur tersebut

(6)

Pendekatan dalam Sistem Peradilan

Pidana (Lanjutan)

2. Pendekatan administratif;

Pendekatan administratif memandang para

aparatur penegak hukum sebagai suatu

organisasi manajemen yang memiliki

(7)

Pendekatan dalam Sistem Peradilan

Pidana (Lanjutan)

3. Pendekatan sosial;

Pendekatan sosial memandang para aparatur

penegak hukum merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari suatu sistem sosial, sehingga

masyarakat secara keseluruhan ikut

bertanggungjawab atas keberhasilan atau

(8)

Ciri-ciri pendekatan sistem dalam

sistem peradilan pidana

Pendekatan sistem dalam sistem peradilan pidana memiliki ciri sebagai berikut:

1. Titik berat pada koordinasi dan sinkronisasi komponen peradilan pidana;

2. Pengawasan dan pengendalian penggunaan kekuasaan oleh komponen peradilan pidana;

3. Efektivitas sistem penanggulangan kejahatan lebih utama dari efisiensi penyelesaian perkara;

(9)

Sistem Peradilan Pidana sebagai satu

kesatuan

Sistem peradilan pidana secara teoritis dan praktis haruslah terintegrasi menjadi satu kesatuan,

Integrated Criminal Justice System. Masing-masing komponen/ subsistem dalam sistem peradilan pidana haruslah sinkron/ selaras dalam mewujudkan tujuan yang sama, yaitu penegakan hukum.

Istilah sinkron mengandung makna selaras, baik berupa fisik dalam arti sinkronisasi struktural

(10)

Sistem Peradilan Pidana sebagai satu

kesatuan (Lanjutan)

1. Sinkronisasi struktural mengharuskan adanya

keserempakan dan keselarasan dalam mekanisme

administrasi peradilan pidana (the administration of justice) dalam kerangka hubungan antar lembaga

penegak hukum;

2. Sinkronisasi substansial mengandung makna adanya keselarasan baik vertikal maupun horisontal dalam kaitannya dengan hukum positif yang berlaku;

3. Sinkronisasi kultural mengandung usaha untuk selalu serempak dalam menghayati pandangan-pandangan sikap-sikap dan falsafah yang secara menyeluruh mendasari jalannya sistem peradilan pidana.

(11)

Sistem Peradilan Pidana sebagai satu

kesatuan (Lanjutan)

Sistem peradilan pidana harus dilihat sebagai

The network of courts and tribunals which

deal with criminal law and its enforcement.

Sebagai suatu jaringan (

network

), sistem

peradilan pidana mengoperasionalkan hukum

pidana sebagai sarana utamanya. Dalam hal ini

dapat berupa hukum pidana materiil, hukum

pidana formil dan hukum pelaksanaan pidana.

(12)

Sistem Peradilan Pidana sebagai satu

kesatuan (Lanjutan)

Di dalam mengoperasionalkan hukum pidana

tersebut, terdapat beberapa prinsip utama, yaitu prinsip kegunaan atau prinsip kelayakan dan prinsip prioritas.

Dua prinsip tersebut di atas dipergunakan sebagai salah satu hal yang harus diperhatikan dalam

mengoperasionalkan hukum pidana, dalam hal ini adalah sistem peradilan pidana sebagai suatu

jaringan yang saling berkesinambungan.

(13)

Sinkronisasi Sistem Peradilan Pidana

Sistem peradilan pidana selalu memiliki konsekuensi dan implikasi sebagai berikut:

1. Semua subsistem akan saling bergantung

(interdependent), karena produk (output) suatu

subsistem merupakan masukan (input) bagi subsistem lain;

2. Pendekatan sistem mendorong adanya inter-agency consultation and cooperation, yang pada gilirannya akan meningkatkan upaya penyusunan strategi dari keseluruhan sistem;

3. Kebijakan yang diputuskan dan dijalankan oleh suatu subsistem akan berpengaruh pada subsistem lain.

(14)

Ketidaksinkronan dalam Sistem

Peradilan Pidana

Apabila antar subsistem tersebut tidak dapat bekerja secara simultan, maka terdapat beberapa kerugian yang dapat

diperkirakan, antara lain:

1. Sulit dalam menilai keberhasilan atau kegagalan masing-masing instansi, sehubungan dengan tugas mereka

bersama;

2. Sulit dalam memecahkan masalah pokok masing-masing instansi sebagai subsistem dari sistem peradilan pidana; 3. Karena tanggungjawab masing-masing instansi sering

kurang jelas terbagi, maka setiap instansi tidak terlalu memperhatikan efektivitas menyeluruh dari sistem

peradilan pidana

(15)

Daftar Bacaan

1. Mardjono Reksodiputro, Hak Asasi Manusia dalam Sistem Peradilan Pidana: Kumpulan Karangan Buku Ketiga, 1994

2. Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, 2002

3. Romli Atmasasmita, Sistem Peradilan Pidana:

Perspektif Eksistensialisme dan Abolisionalisme, 1996

4. _______, Sistem Peradilan Pidana Kontemporer, 2010

Referensi

Dokumen terkait

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)

Sementara itu, Burung Hantu yang sedang bertengger di ranting pohon untuk menjaga ladang, merasa sangat terkejut dengan kehadiran bidadari yang tiba-tiba sudah berada di

Berdasarkan hasil analisa dari kedua teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa percaya diri merupakan sikap percaya kepada kemampuan diri sendiri dan memiliki konsep diri yang

pembelajaran yang tepat, sehingga dapat mendorong siswa untuk lebih aktif dalam. kegiatan proses

Kepala sekolah wajib melakukan verifikasi kelengkapan dan kesesuaian berkas yang dipersyaratkan serta membuatkan surat pengantar Usulan Pemberian Kesetaraan Pangkat Dan

Dalam ketentuan umum Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 dijelaskan bahwa: (1) Jabatan

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)