• Tidak ada hasil yang ditemukan

FENOMENA PEMEROLEHAN BAHASA DAN PERKEMBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FENOMENA PEMEROLEHAN BAHASA DAN PERKEMBA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

FENOMENA PEMEROLEHAN BAHASA DAN PERKEMBANGAN BAHASA PADA MASA ANAK-ANAK

Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas Psikolinguistik Dosen: Prof. Dr. Andayani, M. Pd.

Oleh :

Marfuah Unsayaini K1212046/ 5B

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Dewasa ini, masih banyak orang yang mempertukarkan penggunaan istilah “bicara” (speech) dengan “bahasa” (language), meskipun kedua istilah tersebut sebenarnya tidak sama (Hurlock, 1991:176). Bahasa mencakup setiap sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain, termasuk di dalamnya perbedaan bentuk komunikasi yang luas seperti: tulisan, bicara, bahasa symbol, ekspresi muka, isyarat, pantomime, dan seni. Sedangkan bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud.

Penggunaan bahasa dan pemerolehan bahasa oleh manusia dipelajari dalam bidang ilmu psikolinguistik. Menurut Levelt ada 3 bidang kajian utama psikolinguistik, yaitu: psikolinguistik umum, psikolinguistik perkembangan dan psikolinguistik terapan.

(3)

Psikolinguistik perkembangan adalah studi psikologi mengenai perolehan bahasa pada anak-anak dan orang dewasa, baik perolehan bahasa pertama (bahasa ibu) maupun bahasa kedua. Dalam ilmu ini dibahas persoalan-persoalan apa yang dialami seorang anak yang harus belajar dua bahasa secara bersamaan atau bagaimana seorang anak memperoleh bahasa pertamanya. Di samping itu dibahas pula tentang bagaimana 4orang dewasa memperoleh bahasa keduanya, apakah sama dengan proses ketika anak belajar bahasa pertamanya? Bagaimana pula teknik-teknik pengajaran bahasa yang sesuai yang dapat mengurangi terjadinya interferensi antara dua bahasa pada para siswa.

Psikolinguistik perkembangan adalah studi psikologi mengenai perolehan bahasa pada anak-anak dan orang dewasa, baik perolehan bahasa pertama (bahasa ibu) maupun bahasa kedua. Dalam ilmu ini dibahas persoalan-persoalan apa yang dialami seorang anak yang harus belajar dua bahasa secara bersamaan atau bagaimana seorang anak memperoleh bahasa pertamanya. Di samping itu dibahas pula tentang bagaimana 4 orang dewasa memperoleh bahasa keduanya, apakah sama dengan proses ketika anak belajar bahasa pertamanya? Bagaimana pula teknik-teknik pengajaran bahasa yang sesuai yang dapat mengurangi terjadinya interferensi antara dua bahasa pada para siswa.

Selama bertahun-tahun awal masa kanak-kanak, tidak semua bicara digunakan untuk berkomunikasi. Pada waktu sedang bermain, anak seringkali berbicara dengan dirinya sendiri atau dengan mainannya. Meskipun demikian, pada saat minat untuk menjadi bagian dari kelompok sosial berkembang, mereka sebagian besar bicara untuk berkomunikasi dengan yang lain dan hanya sewaktu-waktu berbicara terhadap diri mereka dan terhadap mainan mereka.

Dalam makalah ini, penulis akan membahas mengenai teori pemerolehan bahasa pada anak-anak dan juga fenomena pemerolehan bahasa pada masa anak-anak.

B. RUMUSAN MASALAH

(4)

2. Bagaimana fenomena pemerolehan dan perkembangan bahasa pada masa anak-anak?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian pemerolehan bahasa pada masa anak-anak. 2. Untuk mengetahui fenomena pemerolehan dan perkembangan bahasa pada

masa anak-anak?

(5)

A. PENGERTIAN PEMEROLEHAN BAHASA PADA ANAK-ANAK

Bahasa adalah suatu aktivitas mental yang merupakan satu kemampuan manusia yang dikembangkan oleh beberapa faktor sejalan dengan bertambahnya usia. Manusia dilahirkan dengan alat-alat penguasaan bahasa dan manusia bisa menguasai suatu bahasa yang diajarka kepada mereka.

Bila kita mengamati perkembangan kemampuan berbahasa anak, kita akan terkesan dengan pemerolehan bahasa anak yang berjenjang dan teratur. Pada usia satu tahun anak mulai mengucapkan kata-kata pertamanya yang terdiri dari satu kata yang kadang-kadang tidak jelas tetapi sesungguhnya bermakna banyak. hingga umur enam tahun anak telah siap menggunakan bahasanya untuk belajar di sekolah dasar, sekaligus dengan bentuk-bentuk tulisannya. Proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara verbal itulah yang disebut dengan pemerolehan bahasa anak.

Apakah itu pemerolehan bahasa? Menurut Mangantar Simanjuntak (1987), pemerolehan bahasa ialah proses yang berlaku di dalam otak seorang anak-anak (bayi) sewaktu memperoleh bahasa ibu (bahasa pertamanya). Pemerolehan bahasa bermula pada fase bayi melalui perlakuan dan kecakapan indera pendengaran dan pertuturan.

Istilah pemerolehan dipakai untuk padanan istilah bahasa Inggris aquisition, yakni, proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya. Proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara verbal disebut dengan pemerolehan bahasa anak. Pemerolehan bahasa pertama terjadi bila anak yang sejak semula tanpa bahasa kini telah memperoleh satu bahasa. Pada masa pemerolehan bahasa anak, anak lebih mengarah pada fungsi komunikasi dari pada bentuk bahasanya.

(6)

terhadap pengusaan bahasa lebih banyak dituntut pada pemerolehan bahasa kedua dari pada dalam pemerolehan bahasa pertama.

Pemerolehan bahasa merupakan suatu proses yang dipergunakan oleh anak-anak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis yang makin bertambah rumit, ataupun teori-teori yang masih terpendam atau tersembunyi yang mungkin sekali terjadi, dengan ucapan-ucapan orang tuanya sampai dia memilih, berdasarkan suatu ukuran atau dari bahasa tersebut (Kiparsky dalam Tarigan, 1986:243). Penjelasan Kiparsky tersebut dapat dilihat dari pengamatan sehari-hari terhadap perkembangan seorang anak (dalam hal ini anak yang normal) memproses kecakapan berbahasanya.

Pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang dalam hal ini anak-anak belajar dan kemudian mendapatkan kelancaran dalam berbahasa. Kelancaran berbahasa yang dimaksud adalah bahasa ibunya atau bahasa pertama sekali yang didengarnya. Tahap-tahap dalam proses pemerolehan bahasa pada seorang anak merupakan suatu hal yang menarik. Oleh karena itu, para pakar linguistik tertarik untuk meneliti tentang pemerolehan bahasa tersebut, sampai sekarang sudah banyak penelitian tentang pemerolehan bahasa. Kajian pemerolehan bahasa ini merupakan salah satu cara untuk mengetahui bagaimana mengetahui perkembangan linguistik anak. Menurut Chomsky dalam Dardjowidjoyo manusia mempunyai apa yang dia namakan faculties of the mind, yakni semacam kapling-kapling intelektual( abstrak ) dalam benak otak mereka, di antara kapling-kapling tersebut diperuntukkan untuk penggunaan dan pemerolehan bahasa.

Pemerolehan bahasa anak-anak dapat dikatakan mempunyai ciri kesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit. Terdapat 3 bagian pemerolehan bahasa yang diperoleh anak-anak secara bersamaan, yaitu pemerolehan sintaksis, semantik dan fonologi.

B. FENOMENA PEMEROLEHAN DAN PERKEMBANGAN BAHASA PADA MASA ANAK-ANAK

(7)

dan kedua adalah kemampuan mengaitkan arti dengan kata-kata tersebut, yakni aspek mental dan bicara.

Berdasarkan pengamatan dan kajian para ahli bahasa dapat disimpulkan bahwa manusia telah dilengkapi sesuatu yang khusus dan secara alamiah untuk dapat berbahasa dengan cepat dan mudah. Miller dan Chomsky (1957) menyebutnya LAD (language acquisition device) yang intinya bahwa setiap anak telah memiliki LAD yang dibawa sejak lahir. LAD ini merupakan suatu perangkat intelek nurani yang khusus untuk menguasai bahasa ibu dengan mudah dan cepat.Sedangkan benda yang diperoleh adalah kemampuan dan penampilan berbahasa. Kemampuan adalah tata bahasa atau pengetahuan bahasa anak yang terdiri dari tiga komponen, yakni: fonologi, semantik dan sintaksis. 1. Pemerolehan bidang fonologi

Pada waktu dilahirkan, anak hanya memiliki sekitar 20% dari otak dewasanya. Ini berbeda dengan binatang yang sudah memiliki sekitar 70%. Karena perbedaan inilah maka binatang sudah dapat melakukan banyak hal segera sesudah lahir, sedangkan manusia hanya bisa menangis dan menggerak-gerakkan badannya. Proposi yang ditakdirkan kecil pada manusia ini mungkin memang “dirancang” agar pertumbuhan otaknya proposional pula dengan pertumbuhan badannya.

Pada umur sekitar 6 minggu, anak mulai mengeluarkan bunyi-bunyi yang mirip dengan bunyi konsonan atau vokal.Bunyi-bunyi ini belum dapat dipastikan bentuknya karena memang terdengar dengan jelas. Proses bunyi-bunyi seperti ini dinamakan cooing, yang telah diterjemahkan menjadi dekutan (Dardjowidjojo 2000: 63). Anak mendekutkan bermacam-macam bunyi yang belum jelas identitasnya.

(8)

Orang tua kemudian mengaitkan “kata” papa dengan ayah mama dengan ibu meskipun apa yang ada dibenak anak tidaklah kita ketahui; tidak mustahil celotehan itu hanyalah sekedar latihan artikulori belaka. Konsonan dan vokalnya secara gradual berubah sehingga muncullah kata-kata seperti dadi, dida, tita, dita, mama, mami, dan sebagainya.

2. Pemerolehan bidang semantik

Dari segi sintaksisnya, USK (Ujaran Satu Kata) sangatlah sederhana karena memang hanya terdiri dari satu kata saja, bahkan untuk bahasa seperti bahasa Indonesia hanya sebagian saja dari kata itu. Namun dari segi semantiknya, USK adalah kompleks karena satu kata ini bisa memiliki lebih dari satu makna. Anak yang mengatakan /b/ untuk mobil bisa bermaksud mengatakan:

 Ma, itu mobil.

 Ma, ayo kita ke mobil.  Aku mau ke mobil.

 Aku minta (mainan) mobil.  Aku nggak mau mobil.

 Papa ada di mobil, dan sebagainya

Kata mempunyai jalur hierarkhi semantik. Perkutut Bangkok adalah satu jenis perkutut, dan perkutut adalah satu jenis perkutut, dan perkutut adalah satu dari sekian banyak macam burung. Sementara itu, burung adalah salah satu binatang, dan binatang adalah salah satu wujud dari makhluk. Dalam hal pemerolehan kata, anak tidak akan memperoleh kata yang hirarkinya terlalu tinggi atau terlalu rendah. Anak akan mengambil apa yang dinamakan basic level category, yakni, suatu kategori dasar yang tidak terlalu tetapi juga tidak terlalu rendah. Dalam contoh binatang di atas, anak tidak akan mengambil binatang atau makhluk; dia juga tidak akan mengambil perkutut. Dia akan mengambil kata yang dasar, yakni, burung. Tentu saja inputnya adalah dari bahasa sang ibu tetapi bahasa sang ibu juga mengikuti prinsip ini.

3. Pemerolehan bidang sintaksis

(9)

adalah kata mana yang dia pilih? Seandainya anak itu bernama Dodi dan yang ingin ia sampaikan adalah Dodi mau bubuk, dia akan memilih di (untuk Dodi), mau (untuk mau), ataukah buk (untuk bubuk)? Kita pasti akan menerka bahwa dia akan memilih buk. Tapi mengapa demikian?

Dalam pola pikir yang masih sederhana pun tampaknya anak sudah mempunyai pengetahuan tentang informasi lama versus informasi baru. Kalimat diucapkan untuk memberikan informasi baru kepada pendengarnya. Dari tiga kata pada kalimat Dodi mau bubuk, yang baru adalah kata bubuk. Karena itulah anak memilih buk, dan bukan di, atau mau. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa dalam ujaran yang dinamakan Ujaran Satu Kata, USK anak tidak sembarangan saja memilih kata yang memberikan informasi baru.

Ada dua pandangan mengenai pemerolehan bahasa (McGraw dalam Krisanjaya, 1998). Pertama pemerolehan bahasa mempunyai permulaan mendadak atau tiba-tiba. Kebebasan berbahasa dimulai sekitar satu tahun ketika anak-anak menggunakan kata-kata lepas atau terpisah dari simbol pada kebahasaan untuk mencapai aneka tujuan sosial mereka. Pandangan kedua menyatakan bahwa pemerolehan bahasa memiliki suatu permulaan yang gradual yang muncul dari prestasi-prestasi motorik, sosial dan kemampuan kognitif pralinguistik.

Pemerolehan bahasa erat kaitannya dengan perkembangan bahasa pada anak-anak. Menurut Piaget dan Vygotsky (dalam Tarigan, 1988), tahap-tahap perkembangan bahasa anak adalah sebagai berikut:

Usia (tahun) Tahap Perkembangan Bahasa

0,0-0,5 Tahap Meraban (Pralinguistik) Pertama

0,5-1,0 Tahap Meraban (Pralinguistik) Kedua: Kata nonsense 1,0-2,0 Tahap Linguistik I: Holofrastik;Kalimat Satu Kata 2,0-3,0 Tahap Lingistik II: Kalimat Dua Kata

(10)

5,0- Tahap Linguistik V: Kompetensi Penuh

1. Tahap Meraban (Pralinguistik) Pertama

Pada tahap meraban pertama, selama bulan-bulan awal kehidupan, bayi-bayi menangis, mendekut, mendenguk, menjerit, dan tertawa. Bunyi-bunyian seperti itu dapat ditemui dalam segala bahasa di dunia.

Tahap meraban pertama ini dialami oleh anak berusia 0-5 bulan. Pembagian kelompok usia ini sifatnya umum dan tidak berlaku percis pada setiap anak. Mungkin Anda ingin mengetahui apa saja keterampilan bayi pada tahap ini.Berikut adalah rincian tahapan perkembangan anak usia 0-6 bulan berdasarkan hasil penelitian beberapa ahli yang dikutip oleh Clark(1977). Selain itu juga akan diungkap keterlibatan orang tuan pada tahap ini:

a. 0-2 minggu: anak sudah dapat menghadapkan muka ke arah suara. Meraka sudah dapat membedakan suara manusia dengan suara lainnya, seperti bel, bunyi gemerutuk, dan peluit. Mereka akan berhenti menangis jika mendengar orang berbicara.

b. 1-2 bulan: mereka dapat membedakan suku kata , seperti (bu) dan (pa), mereka bisa merespon secara berbeda terhadap kualitas emosional suara manusia. Misalnya suara marah membuat dia menangis, sedangkan suara yang ramah membuat dia tersenyum dan mendekat (seperti suara merpati).

c. 3-4 bulan: mereka sudah dapat membedakan suara laki-laki dan perempuan. d. 6 bulan: mereka mulai memperhatikan intonasi dan ritme dalam ucapan. Pada

tahap ini mereka mulai meraban (mengoceh) dengan suara melodis.

Melihat tahap-tahap perkembangan tadi, kita dapat menyimpulkan bahwa anak pada tahap meraban satu sudah bisa berkomunikasi walau hanya dengan cara menoleh, menangis atau tersenyum. Dengan demikian orang tua dan anak sudah berkomunikasi dengan baik sebelum anak dapat berbicara. Inisiatif untuk berkomunikasi datangnya dari orang tua (Clark:1977). Orang tua memiliki peran yang sangat penting sebagai komunikator dalam membangun kemampuan berkomunkasi seorang anak, orang tua secara tidak sadar mengajarkan bahasa baik verbal maupun nonverbal sejak dini.

(11)

dahulu oleh anak sebelum anak bisa memproduksi apa pun yang bermakna. Menurut Altmann (dalam Dardjowidjojo, 2000) bahwa sejak bayi berumur 7 bulan dalam kandungan, seorang bayi telah memiliki sistem pendengaran yang telah berfungsi. Setelah bayi lahir dan mendapatkan masukan dari orang-orang sekitar, dia mengembangkan komprehensi ini lima kali lipat daripada produksinya. Pada hakikatnya komprehensi adalah proses interaktif yang melibatkan berbagai koalisi antara lima faktor, yakni: sintetik, konteks lingkungan, konteks sosial, informasi leksikal dan prosodi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bahasa tidak diturunkan melainkan dapat dikuasai melalui proses pemerolehan, yang harus dipelajari dan ada yang mengajari.

2. Tahap Meraban (Pralinguitik) Kedua: Kata Nonsense

Pada tahap ini anak mulai aktif artinya tidak sepasif sewaktu ia berada pada tahap meraban pertama. Secara fisik ia sudah dapat melakukan gerakan-gerakan seperti memegang dan mengangkat benda atau menunjuk. Berkomunikasi dengan mereka mulai mengasyikan karena mereka mulai aktif memulai komunikasi, kita lihat apa saja yang dapat mereka lakukan pada tahap ini.

a. 5-6 bulan

Dari segi komprehensi kemampuan bahasa anak semakin baik dan luas, anak semakin mengerti beberapa makna kata, misal: nama (diri sendiri atau panggilan ayah dan ibunya), larangan, perintah dan ajakan (misal permainan “ciluk baa”). Hal ini menunjukkan bahwa bayi sudah dapat memahami ujaran orang dewasa. Di samping itu bayi mulai dapat melakukan gerakan-gerakan seperti mengangkat benda dan secara spontan memperlihatkannya kepada orang lain (Clark:1997).

(12)

dsb.Ocehan ini tidak memiliki makna, dan ada kemungkinan tidak dipakai lagi setelah anak dapat berbicara (mengucapkan kata atau kalimat). Ocehan ini akan semakin bertambah sehingga anak mampu memproduksi perkataan pertama atau periode satu kata, yang muncul sekitar usia anak satu tahun.

Pada periode ini merabannya disertai gerakan-gerakan memperlihatkan barang, misalnya, gerakan-gerakan mengangkat mainan. Hal tersebut harus mendapatakan respon. Anak akan bahagia dan puas jika mendapatkannya. Biasanya, pada tahap ini orang tua mulai membelikan mainan yang dapat dipegang anak. Sebaiknya mainan yang menarik perhatian anak dari segi bentuk dan warna juga tidak membahayakan Si Anak. Dengan demikian seorang ibu yang bijaksana akan memanfaatkan masa ini untuk memperkenalkan nama benda sebanyak mungkin dan berulang-ulang. Dapat dibayangkan apabila seorang anak pada tahap ini jarang atau tidak mendapat respon ketika sedang meraban atau Si Ibu tidak pernah mengacuhkan bayinya ketika memperlihatkan sesuatu padanya. b. 7-8 bulan

Pada tahap ini orang tua sudah bisa mengenalkan hal hal baru bagi anaknya, artinya anak sudah bisa mengenal bunyi kata untuk obyek yang sering diajarkan dan dikenalkan oleh orang tuanya secara berulang-ulang. Orang dewasa biasanya mulai menggunakan gerakan-gerakan isyarat seperti menunjuk. Gerakan ini dilakukan untuk menarik perhatian anak, karena si Ibu ingin menunjukkan sesuatu dan menawarkan sesuatu yang baru dan menarik (Clark,1997).

Lebih lanjut, Clark mengungkapkan bahwa pada tahap ini orang tua sudah bisa mengenalkan hal hal baru bagi anaknya, artinya anak sudah bisa mengenal bunyi kata untuk obyek yang sering diajarkan dan dikenalkan oleh orang tuanya secara berulang-ulang. Orang dewasa biasanya mulai menggunakan gerakan-gerakan isyarat seperti menunjuk. Gerakan ini dilakukan untuk menarik perhatian anak, karena si Ibu ingin menunjukkan sesuatu dan menawarkan sesuatu yang baru dan menarik.

c. 8 bulan - 1 tahun

(13)

mengoceh ia pun pandai menggunakan bahasa isyarat. Misalnya dengan cara menunjuk atau meraih benda-benda.

Gerakan- gerakan isyarat tersebut mimiliki dua fungsi yaitu untuk mengkomunikasikan sesuatu dan meminta sesuatu atau minta penjelasan, contohnya ketika si anak meraih benda: tujuannya adalah, ia meminta sesuatu atau meminta penjelasan . si anak akan merasa puas jika orang dewasa melihat ke arah benda yang menarik perhatiannya.

Menurut Marat (1983) anak pada periode ini dapat mengucapkan beberapa suku kata yang mungkin merupakan reaksi terhadap situasi tertentu atau orang tertentu sebagai awal suatu simbolisasi karena kematangan proses mental (kognitif). Dengan kata lain kepandaian anak semakin meningkat. Semakin pandai si anak, pada akhirnya perkembangan meraban kedua telah dicapai. Anak akan mulai belajar mengucapkan kata pada periode berikutnya yang disebut periode/ tahap linguistik.

3. Tahap Linguistik I: Holofrastik; Kalimat Satu Kata

Pada usia 1-2 tahun masukan kebahasaan berupa pengetahuan anak tentang kehidupan di sekitarnya semakin banyak, missal: nama-nama keluarga, binatang, mainan, makanan, kendaraan, perabot rumah tangga, jenis-jenis pekerjaan, dan sebagainya. Faktor-faktor masukan inilah yang memungkinkan anak memperoleh semantic (makna kata) dan kemudian secara bertahap dapat mengucapkannya.

(14)

Tahap holofrase ini dialami oleh anak normal yang berusia sekitar 1-2 tahun. Waktu berakhirnya tahap ini tidak sama pada setiap anak. Ada anak yang lebih cepat mengakhirinya, tetapi ada pula yang sampai umur anak 3 tahun. 4. Tahap Lingistik II: Kalimat Dua Kata

Tahap linguistik kedua ini biasanya mulai menjelang hari ulang tahun kedua. Kanak-kanak memasuki tahap ini dengan pertama sekali mengucapkan dua holofrase dalam rangkaian yang cepat (Tarigan, 1986). Misal: mama masak, adik minum, papa pigi (ayah pergi), baju kakak dsb. Ucapan-ucapan ini pun, mula-mula tidak jelas seperti “di” maksudnya adik, kemudian anak berhenti sejenak, lalu melanjutkan “num” maksudnya minum. Maka berikutnya muncul kalimat, “adik minum”.

Setelah tahap dua kata ini anak masih mengalami beberapa perkembangan penting yang patut kita pahami. Perkembangan berikutnya yang disebut dengan pengembangan tata bahasa.

5. Tahap Linguistik III: Pengembangan Tata Bahasa

Tahap ini dimulai sekitar usia anak 2,6 tahun, akan tetapi ada juga sebagian anak yang memasuki tahap ini ketika memasuki usia 2,0 tahun, bahakan ada juga anak yang lambatyaitu ketika anak berumur 3,0 tahun. Pada umumya pada tahap ini, anak-anak telah mulai menggunakan elemen-elemen tata bahasa yang lebih rumit, seperti pola-pola kalimat sederhana, kata-kata tugas (di, ke, dari, ini, itu, dsb.), penjamakan pengimbuhan, terutama awalan dan akhiran yang mudah dan bentuknya sederhana (Hartati, 2000). Meskipun demikian, kalimat-kalimat yang dihasilkan anak masih seperti bentuk telegram atau dalam bahasa Inggrisnya telegraphic utterance (ucapan-ucapan telegram). Contoh: “ini adi nani, kan?” (adi maksudnya adik), “mama pigi ke pasar”, “nani mau mandi dulu”, dsb.

(15)

tahap perkembangan 2 kata anak lebih banyak bergaul dengan orang tuanya. Sedangkan pada tahap ini pergaulan anak makin luas yang berarti menambah pengetahuan dan menambah perbendaharaan kata. Mereka dapat bercakap-cakap dengan teman sebaya, teman yang lebih besar, orang dewasa, dapat menyimak radio dan televisi.

6. Tahap Linguistik IV: Tata Bahasa Pra-Dewasa

Pada tahap ini anak sudah tidak mengalami kesulitan dalam mengucapkan bunyi-bunyi suara. Walaupun mungkin Anda masih menemukan sebagian kecil anak yang tidak dapat mengucapkan bunyi-bunyi tertentu. Sekali lagi orang tua dan guru sangatlah berperan untuk membantu anak memperkaya kosa kata.

Menurut Clark (1977) pada tahap ini anak masih mengalami kesulitan bagaimana memetakan ide ke dalam bahasa. Maksudnya adalah Si Anak mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikirannya ke dalam kata-kata yang bermakna. Hal ini karena anak memiliki ketebatasan-keterbatasan seperti: pengusaan struktur tata bahasa, kosa kata dan imbuhan.

Pada tahap ini anak-anak sulit mengucapkan kata-kata yang tidak muncul dari hati nuraninya, tetapi pada dasarnya anak-anak senang mempelajari sesuatu. Lambat laun mereka dapat mempelajari bahwa jika bersalah mereka harus minta maaf dan mengucapkan terima kasih bila ditolong atau diberi sesuatu. Sebenarnya anak itu tidak mau mempergunakan kata-kata yang menurutnya tidak bermakna (Clark, 1997). Jadi jika kata-kata seperti maaf, terima kasih, nada bicara tertentu, dan lain-lain yang tidak difahami/ tidak ada artinya bagi mereka atau tidak penting bagi anak-anak, maka sulitlah bagi mereka untuk mengucapkannya. Di sinilah pentingnya peranan dan kesabaran orang tua, guru, atau pengasuh anak untuk membimbing dan memberi contoh penggunaan kata-kata yang fungsional , kontekstual dan menyenangkan bagi anak. Untuk memperkaya kebahasaan anak orang tua atau guru dapat mulai dengan mendongeng, bernyanyi atau bermain bersama anak di samping sesering mungkin mengajaknya bercakap-cakap.

7. Tahap Linguistik V: Kompetensi Penuh

(16)

perkembangannya normal telah menguasai elemen-elemen sintaksis bahasa ibunya dan telah memiliki kompetensi (pemahaman dan produktivitas bahasa) secara memadai. Walau demikian, perbendaharaan katanya masih terbatas tetapi terus berkembang/bertambah dengan kecepatan yang mengagumkan.

Berikutnya anak memasuki usia sekolah dasar. Selama periode ini, anak-anak dihadapkan pada tugas utama mempelajari bahasa tulis. Hal ini dimungkinkan setelah anak-anak menguasai bahasa lisan. Perkembangan bahasa anak pada periode usia sekolah dasar ini meningkat dari bahasa lisan ke bahasa tulis. Kemampuan mereka menggunakan bahasa berkembang dengan adanya pemerolehan bahasa tulis atau written language acquisition. Bahasa yang diperoleh dalam hal ini adalah bahasa yang ditulis oleh penutur bahasa tersebut, dalam hal ini guru atau penulis. Jadi anak mulai mengenal media lain pemerolehan bahasa yaitu tulisan, selain pemerolehan bahasa lisan pada masa awal kehidupannya.

Pada masa perkembangan selanjutnya, yakni pada usia remaja, terjadi perkembangan bahasa yang penting. Periode ini menurut Gielson (1985) merupkan umur yang sensitif untuk belajar bahasa. Remaja menggunakan gaya bahasa yang khas dalam berbahasa, sebagai bagian dari terbentuknya identitas diri.Akhirnya pada usia dewasa terjadi perbedaan-perbedaan yang sangat besar antara individu yang satu dan yang lain dalam hal perkembangan bahasanya. Hal ini bergantung pada tingkat pendidikan, peranan dalam masyarakat dan jenis pekerjaan.

BAB III

(17)

1. Pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang dalam hal ini anak-anak belajar dan kemudian mendapatkan kelancaran dalam berbahasa. Kelancaran berbahasa yang dimaksud adalah bahasa ibunya atau bahasa pertama sekali yang didengarnya.

2. Pemerolehan bahasa anak-anak dapat dikatakan mempunyai ciri kesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit. Terdapat tiga bagian pemerolehan bahasa yang diperoleh anak-anak secara bersamaan, yaitu pemerolehan sintaksis, semantik dan fonologi.

3. Menurut Piaget dan Vygotsky (dalam Tarigan, 1988), tahap-tahap perkembangan bahasa anak adalah sebagai berikut:

a. Tahap Meraban (Pralinguistik) Pertama

b. Tahap Meraban (Pralinguistik) Kedua: Kata nonsense c. Tahap Linguistik I: Holofrastik;Kalimat Satu Kata d. Tahap Lingistik II: Kalimat Dua Kata

e. Tahap Linguistik III: Pengembangan Tata Bahasa f. Tahap Linguistik IV: Tata Bahasa Pra-Dewasa g. Tahap Linguistik V: Kompetensi Penuh B. SARAN

Pemerolehan bahasa dan perkembangan bahasa pada anak-anak juga dipengaruhi oleh rangsangan yang diberikan orang tua. Dengan adanya makalah ini, penulis berharap pembaca yang nantinya akan menjadi orang tua atau yang sudah memiliki anak bisa memahami tentang pemerolehan dan perkembangan bahasa pada anak-anak, sehingga orang tua bisa memberikan stimulus yang membantu kelancaran perkembangan bahasa pada anak-anaknya.

DAFTAR PUSTAKA

Clark dan Clark. 1977. Psychology And Language. Harcount. Brace Jovanovich, Inc.

Dardjowidjojo, Soenjono. 2000. ECHA, Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia. Jakarta: Grasindo.

(18)

Hurlock, Elizabeth B. 1991. Perkembangan Anak. Jakarta: P.T. Gelora Aksara Pratama.

Krisanjaya. 1998. Teori Belajar Bahasa, Pemerolehan Bahasa Pertama. Jakarta. IKIP Jakarta.

Marat, Samsuniwiyati. 1983. Psikolinguistik. Bandung. Universitas Padjajaran. Pateda, Mansoer. 1990. Aspek-Aspek Psikolinguistik,Jogjakarta: Nusa Indah. Simanjuntak, Mangantar.1987. Pengantar Psikolinguistik Moden. Kuala Lumpur:

Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pelajaran Malaysia.

Steinberg, Danny D. 1990. Psikolinguistik Bahasa, Akal Budi, dan Dunia. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Subiyakto N, Sri Utari. 1988. Psikolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Depdikbud.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Psikolinguistik, Bandung: Angkasa.

Referensi

Dokumen terkait

Cepatnya umur berbunga pada perlakuan N2, disebabkan karena pupuk organik cair Nasa yang diberikan melalui tanah mampu meningkatkan aktivitas mikroorganisme di dalam

Menurut Nursing Interventions Classification intervensi yang diberikan pada klien masalah keperawatan bersihan jalan tidak efektif yaitu: peningkatan manajemen batuk yaitu:

h deretan bit p ran dari demap kan untuk da digital serial kukan konver ralel secara be an bentuk par an mengubah Data terima s gkan dengan menentukan k Decomposition) OWDM m rm

Penelitian ini adalah quasi eksperimen yaitu penelitian yang membandingkan kelas perlakuan (eksperimen) dengan kelas yang tidak diberikan perlakuan (kontrol).

Kaum Muslimin para hamba Allah yang berbahagia, Demikianlah pentingnya mesjid, oleh karenanya sudah sepatutnya kita bersyukur kepada Allah, kalau kita perhatikan

(2) BPJS Kesehatan mengirimkan tautan aktivasi secara realtime kepada Badan Usaha Lama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui surat elektronik Badan Usaha Lama yang telah

Surakarta adalah sebuah keniscayaan dalam era teknologi informasi dan komunikasi seperti sekarang ini. Suatu fenomena di mana teknologi telah menisbikan ruang dan

Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas