ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN
KARANGANYAR TAHUN 2014-2016
Disusun Oleh :
Nama : Sri Tugiyanti
NIM : F1117056
Prodi : Ekonomi Pembangunan
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Bab I Pendahuluan
Menurut Undang-Undang Nomor 28, Pasal 1 Ayat (1) tahun 2007 pajak
merupakan kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Salah satu pajak yang berkontribusi besar terhadap pendapatan
negara adalah pajak bumi dan bangunan. Pajak bumi dan bangunan
sebelumnya dikelola oleh pemerintah pusat yang dipungut melalui
Direktorat Jendral Pajak, namun sejak tahun 2011 penarikan Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB) dilimpahkan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah
Kota sesuai dengan Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri
Dalam Negeri Nomor : 213/PMK.07/2010, Nomor: 58 Tahun 2010 tentang
Tahapan Persiapan Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan sebagai Pajak Daerah yang sebagian besar hasilnya akan
diserahkan ke pemerintah daerah berdasarkan Undang-undang No 28
tahun 2007.
Dana pajak digunakan sepenuhnya untuk kepentingan rakyat,
kehidupan masyarakat yang hidup dalam kubangan kemiskinan
(Syafruddin, E dkk (2017)) bisa meningkat jika wajib pajak patuh dalam
membayar pajak karena dana pajak digunakan sebesar-besarnya bagi
kemakmuran dan kepentingan masyarakat.
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui Bagaimana
penerimaan pajak bumi dan bangunan di kabupaten karanganyar,
bagaimana kontribusi pajak bumi dan bangunan bagi pendapatan asli
daerah di kabupaten karanganyar, apa saja faktor yang menghambat
realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan serta bagaimana cara
untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi
Bab II
Rumusan Masalah
Pajak merupakan sejumlah uang yang harus dibayarkan wajib pajak
kepada negara. Sebagaimana diketahui bersama, pajak merupakan
penerimaan terbesar yang diterima oleh pendapatan negara dan
penerimaan pajak tersebut digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan
rakyat.
Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang dibayarkan atas bumi dan
atau bangunan yang dimiliki, dikuasai dan dimanfaatkan baik oleh
perorangan maupun suatu badan. Pajak Bumi dan Bangunan termasuk ke
dalam pajak daerah dimana memiliki kontribusi terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD). Kontribusi PBB ini sangat dipengaruhi oleh seberapa besar
penerimaan PBB, yang bisa dilihat dari realisasi penerimaan PBB. Semakin
besar penerimaan PBB dan tidak adanya tunggakan pembayaran PBB
maka akan semakin besar pula kontribusi PBB terhadap Pendapatan Asli
Daerah.
Dalam pembayaran PBB wajib pajak dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang dapat menghambat penerimaan PBB, jika hal ini dibiarkan terus
menerus maka akan mempengaruhi kontribusi PBB terhadap Pendapatan
Asli Daerah (PAD), dimana kontribusi PBB terhadap PAD akan berkurang.
Untuk itu perlu adanya cara yang dapat digunakan untuk meningkatakan
kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB sehingga kontribusi PBB
Bab III Kajian Literatur
1. Kontribusi
Pengertian kontribusi menurut kamus ekonomi Guritno dalam
Utiarahman, N. R. (2016) kontribusi adalah sesuatu yang diberikan
bersama-sama dengan pihak lain untuk tujuan biaya atau kerugian
tertentu atau bersama. Sehingga kontribusi yang dimaksud dapat
diartikan sebagai sumbangan yang diberikan oleh pendapatan PBB
terhadap PAD. Menurut Handoko dalam Octovido, I. (2014) analisis
kontribusi daerah adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui
seberapa besar kontribusi yang dapat disumbangkan dari penerimaan
pajak terhadap pendapatan asli daerah, yang mana didapat dengan
membandingkan antara realisasi penerimaan pajak terhadap
pendapatan asli daerah.
Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi pajak bumi dan
bangunan terhadap pendapatan asli daerah (PAD) dapat
menggunakan rumus sebagai berikut:
� � � � = �� �� � �� � � %
Penilaian kinerja rasio kontribusi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel kriteria rasio kontribusi Persentase Kriteria
0% - 10% Sangat Kurang 10,10% - 20% Kurang 20,10% - 30% Sedang 30,10% - 40% Cukup Baik 40,10% - 50% Baik
>50% Sangat Baik
Sumber : Depdagri, kepmendagri No. 690.900.327 (fadhlia, wida dan Raudhatun wardani (2017))
2. Pendapatan Asli Daerah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009,
yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan
perundang-undangan, bahwa pendapatan asli daerah bersumber dari
hasil pajak daerah, hasil restribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) bersumber dari pajak dan retribusi
daerah serta hasil usaha daerah sendiri. Menurut Undang-undang No.
28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah, Pajak
Daerah yang selanjutnya disebut adalah kontribusi wajib kepada
daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Sedangkan silalahi dalam Arditia, R. (2013) pendapatan asli
daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan perundang-undangan.
3. Pengertian Pajak
Definisi pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H pajak
adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontra
prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.
Menurut Shita Tiara(2013), “pajak merupakan pungutan kepada
orang pribadi atau badan yang dipaksakan dengan Undang-undang
tanpa ada timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara.”
Sedangkan menurut mangkusubroto dalam Sasana, H. (2005)
pajak didefinisikan sebagai suatu pungutan yang merupakan hak
pemerintah, pungutan tersebut diasarkan pada undang-undang serta
dapat dipaksakan kepada objek pajak dengan tidak ada balas jasa yang
4. Pajak Daerah
Menurut Mardiasmo dalam Widari, B. E. (2017), pajak daerah
adalah pajak yang wewenangnya berada pada pemerintah daerah baik
tingkat Provinsi, Kabupaten, dan Kota Madya yang hasil punggutannya
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan
pembangunan daerah.
Sedangkan menurut Halim dalam Mosal, M. M. (2013) pajak
daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
5. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan
Menurut Resmi yang dikutip oleh (Yanti, N) Pajak Bumi dan
Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas harta tidak bergerak , oleh
sebab itu yang dipentingkan adalah objeknya dan oleh karena itu
keadaan atau status orang atau badan yang dijadikan subjek tidak
penting dan tidak mempengaruhi besarnya pajak , maka disebut juga
pajak objektif .
Sedangkan menurut Mardiasmo dalam Rahmawan, E. (2016)
memberikan pengertian bahwa, “Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
adalah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) terdiri atas pajak terhadap
bumi dan bangunan. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi
yang ada di bawahnya, meliputi tanah dan perairan, serta laut wilayah
Republik Indonesia. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam
atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan untuk tempat
tinggal, tempat usaha dan tempat yang diusahakan” .Menurut Adelina,
R. (2013). Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang sepenuhnya
Bab IV Pembahasan
A. Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten Karanganyar
Tahun 2014 - 2016
Pajak bumi dan bangunan sebelumnya dikelola oleh pemerintah
pusat yang dipungut melalui Direktorat Jendral Pajak, namun sejak
tahun 2011 penarikan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dilimpahkan
dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Kota sesuai dengan Peraturan
Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor :
213/PMK.07/2010, Nomor: 58 Tahun 2010 tentang Tahapan Persiapan
Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
sebagai Pajak Daerah.
Pada tahun 2014 Pajak Bumi dan Bangunan telah berubah
menjadi golongan Pajak Pendapatan Retribusi Daerah dikarenakan
adanya Otonomi Daerah yang tertuang dalam Undang- Undang Nomor
28 Tahun 2009. Pajak Bumi dan Bangunan di desentralisasikan secara
fiskal untuk meningkatkan (Lokal Taxing) power pada kabupaten, dan
memperluas objek pajak daerah dan retribusi daerah, Sehingga pajak
yang semestinya dikelola oleh pemerintah pusat kota dialih tangan
menjadi tanggung jawab pemerintah daerah perpajakan
Kabupaten/kota, maka dari itu segala bentuk administrasi pengelolaan
menjadi wewenang pemerintah daerah.
Berikut ini adalah data target penerimaan dan realisasi Pajak Bumi
dan Bangunan Kabupaten Karanganyar tahun 2014 sampai tahun 2016
Tabel Target dan Realisasi Penerimaan PBB Kabupaten Karanganyar tahun 2014-2016
Berdasarkan data dalam tabel diatas dapat diketahui bahwa target
penerimaan PBB kabupaten karanganyar tahun 2014 adalah sebesar
Tahun Target Realisasi Piutang
2014 Rp 27,958,094,432 Rp 22,438,059,805 Rp 5,520,034,627
2015 Rp 28,053,627,442 Rp 23,112,577,114 Rp 4,941,050,328
27, 9 miliar sedangkan realisasi penerimaan PBB nya hanya sebesar
22,4 miliar sehingga masih terdapat tunggakan PBB sebesar 5,5 miliar.
Dan pada tahun 2015 kabupaten karanganyar memiliki target PBB
sebesar 28 miliar, realisasi penerimaan PBB sebesar 23 miliar dan
masih terdapat 4,94 miliar tunggakan PBB. Sedangkan pada tahun
2016 kabupaten karanganyar memiliki target penerimaan PBB sebesar
28,1 miliar, realisasi penerimaan PBB sebesar 23,5 miliar, masih
terdapat tunggakan PBB sebesar 4,5 miliar. Dan untuk mengetahui
efektif atau tidaknya peneimaan Pajak Bumi dan Bangunan di
kabupaten karanganyar bisa diketahui dengan mengitung
mengguanakn rumus :
� � � = �� � �� � �� � � %
Untuk mengukur tingkat efektivitas maka digunakan indikator
sebagai berikut :
Tabel Kriteria Tingkat Efektifitas realiasi penerimaan PBB
Sumber : Depdagri, kepmendagri No. 690.900.327 (fadhlia, wida dan Raudhatun wardani (2017))
Berikut ini adalah perhitungan efektifitas penerimaan PBB
kabupaten karanganyar selama tahun 2014 sampai tahun 2016 :
1. Tahun 2014
� � � = �� � �� � �� � � � %
� � � = Rp ,, , , , , � %
� � � = , %
Persentase Kriteria
>100% Sangat Efektif
90 - 100% Efektif
80 - 90% Cukup Efektif
60 - 80% Kurang Efektif
2. Tahun 2015
� � � = ��� � � � �� � � �� ��� �� �� � � �� � � %
� � � = Rp ,Rp , ,, ,, � %
� � � = , %
3. Tahun 2016
� � � = ��� � � � �� � � �� ��� �� �� � � �� � � %
� � � = Rp ,Rp , ,, ,, � %
� � � = , %
Dari Hasil perhitungan diatas, efektifitas penerimaan PBB
Kabupaten Karanganyar dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel Hasil Perhitungan Efektifitas Realisasi Penerimaan PBB
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa selama
tahun 2014 sampai tahun 2016 Penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan Kabupaten Karanganyar dapat dkategorikan cukup efektif
meskipun masih terdapat tunggakan PBB dalam setiap tahunnya.
B. Kontribusi pajak bumi dan bangunan dalam Pendapatan Asli
Daerah di kabupaten karanganyar
Kontribusi adalah pungutan yang dilakukan pemerintah
kepada sejumlah penduduk yang menggunakan fasilitas yang telah
disediakan oleh pemerintah. Dalam menyediakan fasilitas tersebut
pemerintah telah mengeluarkan sejumlah biaya. Kontribusi yang
dipungut adalah untuk mengganti biaya yang telah dikeluarkan
pemerintah (Nurmantu, 2003:5).
Tahun
Efektifitas
Penerimaan PBB Kriteria
2014 80,26% Cukup Efektif
2015 82,39% Cukup Efektif
Berikut adalah data yang menunjukkan kontribusi PBB
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Karanganyar “
Tabel Kontribusi PBB Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Karanganyar Tahun 2014-2016 (Dalam Jutaan
Rupiah)
Sumber : BKD.karanganyarkab.go.id
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa Pajak Bumi
dan Bangunan merupakan penyumbang terbesar kedua dalam
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Karanganyar, dimana
Dari data diatas dapat dihitung seberapa besar kontribusi
Pajak Bumi dan Bangunan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Karanganyar selama tahun 2014-2016 sebagai berikut :
1. � � � � = ��� � � � �
��� � � � � �� %
= .. � %
= , %
2. � � � � = ��� � � � �
��� � � � � �� %
= .. � %
= , %
3. � � � � = ��� � � � �
��� � � � � �� %
= .. � % = , %
Berdasarkan hasil perhitungan kontribusi Pajak Bumi dan
Bangunan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) selama tahun
2014-2016 diatas dapat dikategorikan seperti tabel dibawah ini :
Tabel Hasil Perhitungan kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Karanganyar
tahun 2014-2016
Tahun Kontribusi Keterangan
2014 12,74 Kurang
2015 10,02 Kurang
2016 8,66 Kurang
Dari hasil perhitungan dan tabel diatas dapat diketahui bahwa
bahwa kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan terhadap Pendapatan
Asli Daerah (PAD) Kabupaten Karanganyar selama tahun 2014
sampai 2016 rata-rata 10,47 %, dimana selama 3 tahun tersebut
kontribusi PBB terhadap PAD masih dikategorikan kurang. Ini
belum tercapai dan masih terjadi tunggakan pembayaran PBB oleh
wajib pajak.
C. Faktor yang Menghambat Realisasi Penerimaan PBB
Terdapat faktor penghambat yang menyebabkan realisasi
penerimaan PBB tidak maksimal sehingga kontribusi PBB terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) kurang, faktor penghambat tersebut
antara lain :
1. Faktor yang Berasal dari Wajib Pajak
a. Wajib Pajak Lupa Membayar PBB Karena Faktor Kesibukan
Alasan yang dikemukan oleh Wajib Pajak dan aparat bahwa
Wajib Pajak tidak memenuhi kewajibannya karena lupa untuk
membayar PBB pada tahun berjalan.
b. Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan Wajib Pajak yaitu pengetahuan Wajib
Pajak mengenai PBB dari pengertian PBB, hak dan kewajiban
sebagai Wajib Pajak, kapan harus membayar, dimana harus
membayar.
c. Kesadaran Rendah Dalam Membayar PBB
Kesadaran wajib pajak untuk membayar PBB sangat
mempengaruhi realisasi penerimaan PBB. Pada dasarnya
wajib pajak itu mempunyai 2 nilai yaitu nilai dominan dan nilai
yang mendarah daging. Nilai dominan yaitu nilai yang
berhubungan dengan lingkungan sosial sekitar atu situasi
kondisi yang mempengaruhi seseorang, sedangkan niali
mendarah daging adalah nilai yang sudah melekat pada diri
manusia atau sudah menjadi kepribadiannya (Pratama, Y. P.
(2016)). Dalam hal rendahnya kesadaran wajib pajak dalam membayar PBB lebih mengarah pada nilai dominan karena
rendahnya kesadaran biasanya lebih disebabkan karena
d. Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan yaitu tingkat pendapatan yang diperoleh
Wajib Pajak setiap bulan, mampukah digunakan untuk
memenuhi kewajiban perpajakan khususnya PBB. Untuk itu
masyarakat harus dapat meningkatkan pendapatannya dalam
bidang pekerjaan yang digelutinya. Misalnya UMKM, agar
pendapatannya meningkat UMKM harus mempunyai inovasi
barang atau jasa yang diproduksinya, meningkatkan keahlian,
memanfatkan teknologi yang ada maupun memperluas
jaringan pemasaran.(Setyanto, A. R. Dkk (2015))
Dalam meningkatkan pendapatan, UMKM juga bisa menjalin
hubungan baik dengan konsumen, distributor maupun
pihak-pihak yang lain (cahyani, okkie pritha dkk (2017)).
Keberlangsungan usaha UMKM sangat bergantung pada
pihak-pihak yang berkaitan dengannya.
Namun dalam meningkatkan pendapatan tidak sepenuhnya
menjadi tanggung jawab masyarakat, ada peran pemerintah
sebagaimana yang diamanatkan pancasila bahwa tujuan
pembangunan di Indonesia dalam bidang ekonomi yaitu
pemerataan pendapatan. (Husen, C. Dkk (2017))
Sistem perekonomian indonesia merupakan sistem yang
memperbolehkan pemerintah dalam mengatur sisttem
perekonomian. Untuk itu peran pemerintah dalam
meningkatkan perekonomian indonesia agar pendapatan
masyarakat juga meningkat yaitu dengan menyusun kebijakan
yang mengatur pola perekonomian. (Sulistiyana, R. P dkk
(2017))
2. Faktor dari Petugas Pajak
a. Kurangnya Kualitas Pelayanan Wajib Pajak
Jika kualitas pelayanan petugas pajak kepada wajib pajak
sehingga dapat menyebabkan wajib pajak memilih untuk
tidak membayar pajak dan menyebabkan realisasi
penerimaan pajak berkurang.
b. Data Belum dientry
Ketika ada pembayaran PBB seharusnya ada perubahan
data dari Wajib Pajak tertunggak menjadi lunas. Apabila
data belum atau tidak dientry walaupun Wajib Pajak
sudah membayar akan tetap menjadi tunggakan.
D. Cara untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar
Pajak Bumi dan Bangunan
Wajib pajak yang patuh adalah wajib pajak yang taat dan patuh
serta tidak memiliki tunggakan atau keterlambatan penyetoran
pajak. Berikut ini adalah cara untuk meningkatkan kepatuhan wajib
pajak dalam membayar PP :
1. Sanksi Pajak
Sanksi pajak terdiri atas dua yaitu sanksi kesadaran perpajakan
dan sanksi pidana, pengenaan sanksi perpajakan diterapkan
sebagai akibat tidak terpenuhinya kewajiban perpajakan oleh
wajib pajak sebagaimana diamanatkan oleh undang-undang
perpajakan. Dengan demikian pengenaan sanksi kepada wajib
pajak dapat meningkatkann kepatuhan wajib pajak itu sendiri.
2. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Petugas Pajak
Jika kualitas pelayanan petugas baik maka akan
meningkatkan minat wajib pajak untuk membayar pajak.
3. Melakukan Penyuluhan Kepada Masyarakat
Adanya penyuluhan kepada masyarakat akan meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman wajib pajak, maka wajib pajak
dapat menentukan perilakunya dengan lebih baik dan sesuai
Bab 5 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Selama tahun 2014 sampai tahun 2016 Penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan Kabupaten Karanganyar dapat dkategorikan cukup efektif
meskipun masih terdapat tunggakan PBB dalam setiap tahunnya.
2. Selama tahun 2014-2016 kontribusi PBB terhadap PAD masih
dikategorikan kurang. Ini disebabkan karena Target penerimaan PBB
selama 3 tahun tersebut masih terjadi tunggakan pembayaran PBB oleh
wajib pajak.
3. Terdapat faktor penghambat yang menyebabkan realisasi penerimaan
PBB tidak maksimal sehingga kontribusi PBB terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) kurang, faktor penghambat tersebut berasal dari wajib
pajak dan berasal dari petugas pajak. Faktor penghambat yang berasal
dari wajib pajak yaitu wajib pajak lupa membayar PBB karena faktor
kesibukan, kurangnya tingkat pengetahuan wajib pajak, rendahnya
kesadaran dalam membayar PBB, dan tingkat pendapatan wajib pajak.
Sedangkan faktor dari Petugas Pajak yaitu kurangnya kualitas
pelayanan wajib pajak dan belum dientry nya data.
4. Cara untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar
Pajak Bumi dan Bangunan yaitu dengan menerapkan sanksi pajak,
meningkatkan kualitas pelayanan wajib pajak dan melakukan
penyuluhan kepada masyarakat.
Saran
Untuk meningkatakan realisasi penerimaan PBB agar mencapai target dan
tidak terjadi tunggakan pembayaran PBB Kabupaten Karanganyar bisa
melakukan :
1. Melakukan Penyuluhan Kepada Masyarakat mengenai pentingnya
tersebut juga digunakan sepenuhnya untuk kepentingan masyarakat
dan kemajuan daerah.
2. Meningkatkan kualitas pelayanan pajak, dengan meningkatkan
pelayanan pajak bisa meningkatkan minat masyarakat dalam
membayar pajak.
3. Pemberian Sanksi dan Hadiah, sanksi diberikan kepada wajib pajak
yang menunggak pembayaran pajak sedangkan hadiah diberikan
DAFTAR PUSTAKA
Tiara, S. (2014). ANALISIS ATRIBUT-ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) TERHADAP
PENDAPATAN DAERAH DI KOTA MEDAN. JURNAL EKONOMIKAWAN,
13(1).
Utiarahman, N. R. (2016). ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI
PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN
PERKOTAAN (PBB-P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
KOTA TOMOHON. JURNAL BERKALA ILMIAH EFISIENSI, 16(2).
Widari, B. E. (2017). ANALISIS PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TERHADAP PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA SURABAYA.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen, 5(10).
Rahmawan, E. (2016). OPTIMALISASI PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH (STUDI PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) DI
KECAMATAN LIMPASU KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH). Jurnal
Ilmu Politik & Pemerintahan Lokal, 1(2).
YANTI, N. INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN SAROLANGUN ANDI MIRDAH*.
Saputro, R. (2014). Efektivitas Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (Pbb P2) terhadap Peningkatan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD)(Studi pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan
Keuangan Kota Surabaya). Jurnal Mahasiswa Perpajakan, 2(1).
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 Tentang Perubahan Pertama Undang
Undang 12 Tahun 1985 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
Undang - undang No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009
www.bkd.karanganyarkab.go.id
www.pajak.go.id
Arditia, R. (2013). Analisis kontribusi dan efektivitas pajak daerah Sebagai sumber
pendapatan asli daerah kota surabaya. Jurnal Akuntansi Universitas
Negeri, 1(3).
Adelina, R. (2013). Analisis Efektifitas dan Kontribusi Penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) terhadap Pendapatan Daerah di Kabupaten Gresik. Jurnal
Sasana, H. (2005). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB)(Studi Kasus di Kabupaten Banyumas). Jurnal
Dinamika Pembangunan (JDP), 2(Nomor 1), 19-29.
Octovido, I. (2014). Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Pajak Daerah Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah Kota Batu (Studi Pada Dinas Pendapatan
Daerah Kota Batu Tahun 2009-2013). Jurnal Administrasi Bisnis, 15(1).
Mosal, M. M. (2013). Analisis Efektivitas, Kontribusi Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Penerapan Akuntansi Di Kota Manado.
JURNAL RISET EKONOMI, MANAJEMEN, BISNIS DAN AKUNTANSI,
1(4).
Syafruddin, E., Maskie, G., & Pratama, Y. P. (2017). KAJIAN OPERASIONAL
TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) DAN KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT NELAYAN (Studi Kasus Desa Watukarung Kecamatan
Pringkuku Kabupaten Pacitan). Jurnal Ilmu Ekonomi dan Pembangunan,
14(2).
Setyanto, A. R., Samodra, B. R., & Pratama, Y. P. (2015). Kajian Strategi Pemberdayaan UMKM Dalam Menghadapi Perdagangan Bebas Kawasan
Asean (Studi Kasus Kampung Batik Laweyan). ETIKONOMI, 14(2).
Pratama, Y. P. (2016). Suara Akar Rumput: Kebudayaan yang Mendasari Perilaku
Ekonomi. Jurnal Ilmu Ekonomi dan Pembangunan, 14(1).
Sulistiyana, R. P., Samudro, B. R., & Pratama, Y. P. (2017). Partai Politik, Kepala Daerah Dan Performa Ekonomi Regional (Studi Kasus Provinsi di Indonesia
Tahun 2010-2014). Jurnal Ilmu Ekonomi dan Pembangunan, 15(1).
Husen, C., Kaluge, D., & Pratama, Y. P. (2017). Kajian Nilai-Nilai Pancasila Di Sektor Perbankan: Peningkatan Peran Perbankan Dalam Pemerataan
Sebagai Wujud Dari Keadilan Sosial di Perekonomian Indonesia. Jurnal
Ilmu Ekonomi dan Pembangunan, 15(2).
Cahyani, O. P., Sriiwiyanto, H. S., Pratama, Y. P., & Samudro, B. R. (2017). BATU NISAN: POLA PENGRAJIN DAN KORELASINYA TERHADAP BUDAYA
(Studi Kasus Kampung Gondang Kelurahan Manahan). Jurnal Ilmu