• Tidak ada hasil yang ditemukan

Virtualisasi Data Center Sebagai Salah S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Virtualisasi Data Center Sebagai Salah S"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Virtualisasi Data Center Sebagai Salah Satu Alternatif Solusi Pencapaian Target

E-Government

Yang

Efisien dan Efektif (Study kasus : Badan Pusat Statistik (BPS))

Ana Uluwiyah, [email protected]

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat

Desember, 2012

Abstraksi - E-government merupakan penggunaan teknologi informasi oleh kantor-kantor pemerintahan untuk pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat, dunia usaha dan untuk memfasilitasi kerjasama antar institusi pemerintah[1]. Sejalan dengan berkembangnya zaman dan teknologi informatika, serta meningkatnya jumlah pengguna internet di kalangan masyarakat, pelayanan prima yang murah, mudah dan gratis mulai dituntut dan dibutuhkan. Berdasarkan hasil survey perusahaan riset

MarkPlus Insight

menyebutkan bahwa jumlah

pengguna internet di Indonesia pada tahun 2012

adalah 61,08 juta orang yang terdiri dari berbagai

usia.

Istilah e-government di Indonesia pertama kali diperkenalkan pada pelayanan publik melalui Instruksi Presiden No.6/2001 tentang Teknologi Informasi dan Komunikasi yang dikenal sebagai Telematika. Dan sejak itu, program e-government mulai digalakkan, namun menurut beberapa survey

mengatakan bahwa sejak program mulai

digalakkan, program tersebut mengalami kegagalan di karenakan oleh faktor pendanaan, SDM dan kepedulian terhadap IT. Untuk membangun sebuah e-government tentunya membutuhkan Data Center, sedangkan untuk membangun sebuah data center itu sendiri tidak mudah dan murah, sehingga dibutuhkan teknologi alternatif yang lebih murah dan mudah untuk membangun data center tersebut seperti virtualization data center. Untuk studi kasus, paper ini akan mengambil masalah pada pelayanan publik data statistik BPS yang telah memiliki Data Center.

Keywords-component: Data Center, Virtualisasi, Cloud Computing

I. PENDAHULUAN

Menurut Kaufan, tugas pemerintahan adalah untuk melayani dan mengatur masyarakat[2]. Tugas-tugas pokok pemerintahan pada hakikatnya ada 3 (tiga) yaitu pelayanan, pemberdayaan, dan pembangunan [3]. Pelayanan akan membuahkan keadilan dalam masyarakat, pemberdayaan akan mendorong kemandirian masyarakat, dan pembangunan akan menciptakan kemakmuran dalam masyarakat.

Ada berbagai definisi e-government, namun pada intinya pengertian e-government yaitu proses pemanfaatan teknologi informasi sebagai alat untuk membantu menjalankan sistem pemerintahan secara lebih efisien dan efektif. Konsep e-government yang berkembang sekarang di Indonesia mengarah kepada integrasi data dan informasi antar lembaga pemerintah melalui teknologi Internet dengan perangkat lunak yang berbasis http (hypertext transfer protocol) dan dengan bahasa yang mendukung html (hypertext medium language)[4]. E-government tidak mengganti cara pemerintahan berkomunikasi dengan masyarakat, dimana pos-pos pelayanan tetap dijalankan. Tujuan utama peningkatan efisiensi, kenyamanan, serta aksesibilitas yang lebih baik dari pelayanan publik.

Berbagai proyek teknologi informasi dilaksanakan dengan biaya yang cukup besar, tapi pada kenyataannya hanya sedikit yang berhasil sesuai dengan apa yang direncanakan, banyak proyek teknologi informasi yang hanya berfungsi sebagian, atau bahkan gagal total. Hal ini dapat menjadi contoh yang kurang baik bagi pemanfaatan e-Government di pusat maupun daerah. Salah satu faktor utama kegagalan e-government adalah Infrastruktur yang belum memadai dan mahalnya biaya maintenance serta kurangnya SDM dibidang IT yang handal di lingkungan pemerintahan.

(2)

menyediakan data statistik Indonesia. Dalam lima tahun ke depan akan melaksanakan Program Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik untuk penguatan sistem dan informasi pembangunan nasional , melalui program Statcap Cerdas sebagai bentuk reformasi birokrasi yakni peningkatan statistik nasional yang diukur dalam enam dimensi yaitu akurat, relevan, tepat waktu/timesliness, mudah diakses/accessibility, koheren/coherence yang berarti konsisten antarsektor dan antarperiode dan spasial serta mudah diinterpretasikan.

Untuk mencapai tujuan tersebut BPS telah didukung oleh infrastruktur teknologi informasi yang lengkap, diantaranya adalah Data Center dan Pusat Pengolahan Data di tiap provinsi dan kabupaten diseluruh Indonesia.

Untuk membangun sebuah data center itu sangat mahal dan dibutuhkan kesiapan dari sisi infrastuktur tempat dan SDM yang memadai. Selain biaya pembangunan yang mahal, biaya maintenancenya pun juga mahal. Dengan faktor kelistrikan di Indonesia yang tidak stabil hal ini menjadi salah faktor terbesar mudah rusaknya perangkat data center.

Di BPS sendiri, selama kurun waktu setahun, selalu ada perangkat data center yang mengalami kerusakan. Yang paling sering terjadi adalah kerusakan pada perangkat pengolahan data di BPS Provinsi dan Kabupaten/kota. Contohnya pada saat pengolahan Sensus Penduduk 2010 pada bulan Agustus, karena faktor listrik yang tidak stabil, salah satu storage pusat pengolahan data BPS Provinsi Jawa Barat mengalami kebakaran dan mengakibatkan kerusakan pada storage tersebut dan akibatnya harus diganti, selama pengolahan sensus penduduk berlangsung BPS Jawa Barat telah mengganti storage pengolahan data selama 2 (dua) kali.

Berdasarkan data dari BPS Pusat bagian jaringan data, ada beberapa komponen dari data center yang mengalami kerusakan sehingga solusinya adalah dengan menggantinya. Berikut adalah beberapa kerusakan yang pernah terjadi pada data center milik BPS.

Tahun Komponen Data Center Jenis kerusakan

2011 Cisco Secure Access Control Server 4.0

NIC Ethernet Card tidak dapat disetting IP

2010 Hardisk (Sun Fire V20Z) Failed

Fan (Sun Fire x4200) Failed (blinking LED Rear Fan) HBA-Mega Raid Dual

+Ultra 230 PCI-X

Tidak bias read dan write

Sumber : Badan Pusat Statistik Pusat

Tabel 1. Jenis kerusakan data center BPS

BPS sebagai instansi yang selalu menjalankan aplikasi mission critical (tidak boleh mati sama sekali) dimana downtime akibat kerusakan perangkat keras sangat dihindarkan. Oleh karena itu diperlukan perawatan yang intensif secara berkala dan meremajakan perangkat keras dan jaringan dengan cara mengasuransikan data center. Biaya yang dikeluarkan untuk memaintenance data center cukup mahal. Berikut tabel perkiraan biaya yang dikeluarkan per tahun untuk menjaga data center.

Tahun Biaya Maintenance/Asuransi

2010 1,3 milyar

2011 1,1 milyar

2012 1,2 milyar

Sumber : Badan Pusat Statistik Pusat

Tabel 2. Biaya perawatan data center BPS

Berdasarkan tabel 2 diatas dapat diambil generalisasi bahwa untuk memaintenance sebuah data center itu tidak murah. Apabila setiap instansi atau departemen mempunyai physical data center sendiri untuk mendukung tercapainya e-government yang efektif dan efisien tentunya akan mengalami kegagalan, karena negara tidak mengalokasikan dana khusus untuk pembangunan dan maintenance data center untuk seluruh instansi. Oleh karena itu diperlukan solusi untuk menjembatani masalah tersebut.

(3)

pemanfaatan teknologi cloud computing dengan studi kasus pada instansi BPS

II. DATA CENTER

Data center house critical computing resources in controlled environments and under centralized management, which enable enterprises to operate around the clock or according to their business needs. These computing resources include main frames; web and application servers; file and print servers; messaging servers; application software and operating systems that run them; storage subsystems; and the network infrastructure, whether IP or storage-are network (SAN)[5].

Data center adalah tempat yang aman dimana semua data pemerintahan yang relevan terjaga. Data center adalah penyimpanan terpusat dimana kumpulan data yang disimpan untuk penggunaan masa depan yang biasa disebut sebagai bank data[3]. Terdiri dari satu set server dan arsitektur jaringan. Server memegang data organisasi yang berbeda atau kementrian dalam pemerintahan dan arsitektur jaringan memfasilitasi layanan untuk menggunakan, menyimpan dan mengupdate isi server. Dalam model data center yang baru, ada tiga komponen utama dalam data center yaitu application layer, Interactive service layer dan Data center networked infrastructure layer [6]. Dasar arsitektur three tier data center digambarkan dalam gambar 1.

Dalam gambar 1, ada tiga layer. Layer pertama adalah application layes. Layer ini biasanya digunakan pada pengguna sebagai pengguna layanan. Layer kedua adalah interactive service layer yang digunakan sebagai jembatan penghubung antara pengguna dan server melalui koneksi dengan internet atau alat koneksi lain. Layer ini menyediakan layanan untuk pengguna. Ketika pengguna mengirimkan request/permintaan, itu sebagai input layer yang akan dianalisis dan membawa request ke layer selanjutnya agar layanan terlaksana. Untuk memberikan availability dan reliability yang tinggi dalam data center, maka mesin yang diimplementasikan harus lebih dari satu. Jika satu mesin mati, maka tidak akan mengganggu

Gambar 1. The three tier layers in Data Center

Layer terakhir adalah infrastuktur jaringan data center. Layer ini disediakan dalam tiga bagian yaitu network, compute, dan infrastruktur storage. Layer network menyediakan keamanan dan akses yang reliable untuk layer compute seperti Ethernet dan IP untuk menghubungkan pengguna dengan sumber data. Layer compute menyediakan sumber computing seperti server dan mainframe yang menjalankan aplikasi yang diminta oleh pengguna. Server menghubungkan interkoneksi sumber computing dan menyediakan akses untuk layer storage. Layer storage menyimpan data yang digunakan oleh aplikasi pada subsistem penyimpanan seperti drive penyimpanan dan drive tape. Layer storage/penyimpanan menggunakan switch storage dan platform transportasi optical untuk interkoneksi dan menyediakan akses untuk sumber disk dalam dan antara data center.

.

III. VIRTUALISASI DATA CENTER

(4)

setelah hadirnya konsep ASP (application Service Provider).

Cloud computing mempunyai 3 (tiga) jenis layanan, yaitu: Infrastructure as a service (IAAS), Platform as a services (PAAS) dan software as a service (SAAS). Sedangkan dari sifat jangkauan layanannya, terbagi menjadi Public Cloud, Private Cloud dan Hybrid Cloud. Tidak semua layanan di internet disebut cloud computing, namun ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu layanan bersifat “On Demand” yaitu pengguna dapat berlangganan sesuai dengan kebutuhan dan membayar sesuai yang mereka gunakan saja; layanan bersifat elastis/scalable yaitu pengguna bisa menambah atau mengurangi jenis dan kapasitas layanan sesuai kebutuhan users; layanan sepenuhnya dikelola oleh provider dan yang dibutuhkan oleh pengguna hanyalah PC/ notebooks lengkap dengan koneksi internet.

Data center adalah sumber input yang besar. Sistem khususnya pengalaman hardware bertahap. Masa hidup hardware hanya sekitar 3-5 tahun. Membutuhkan sumber listrik yang stabil dan dibutuhkan investasi yang sangat besar untuk menmbangunnya. Kemajuan bisnis khususnya untuk meningkatkan pelayanan masyarakat akan kebutuhan data dan layanan yang lain yang berhubungan dengan elektornik khususnya internet maka kebutuhan akan data center akan menjadi hal yang baru. Kebutuhan IT sumber data center akan fleksibel dan berkembang terus. Data center akan meningkatkan agility bisnis tetapi harus dipikirkan bagaimana mengurangi biaya secara substantional. Beberapa tahun ini, munculnya pemikiran tentang data center yang disebut sebagai Next Generation Data Center. Data center ini akan membantu untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi data center, yang biasanya menggunakan Virtualization Data Center[7].

Next generation data center akan memiliki karakter sebagai a Service –Oriented. Bentuk utama next generation data center adalah virtualisasi data center yang memiliki alasan seperti memungkinkan untuk melakukan konsolidasi yang dapat memberikan keuntungan langsung pada pengurangan biaya operasi berkelanjutan dan meningkatkan efisiensi dari

arsitektur server; meningkatkan kelanjutan bisnis dengan menjaga dan meningkatkan beban load secara available (aplikasi dan database) yang berjalan dalam data center; membangun dasar untuk lingkungan IT yang serba otomatis secara dinamis.

Layer yang ditemukan pada next generation data center sama dengan layer yang ada pada physical data center. Gambar 2 memberikan gambaran umum tentang next generation data center (virtualisasi).

Aplikasi silo tidak dapat secara efektif untuk memenuhi tuntutan yang berkembang pada saat ini. Next generation data center mengkonsolidasi infrastruktur dan virtualisasi sumber daya dari sejumlah kecil komponen dan fasilitas yang menyimpan energi kilowatt-jam. Sumber daya data center tidak lagi didedikasikan untuk aplikasi tertentu tetapi secara logis ditugaskan untuk aplikasi yang diperlukan.

Dual homed to storage swithes

Uniform Deployed Intelligent

Gambar 2. Next Generation Data Centers-Consolidation and Virtualization

A. Network Layer Consolidation and

Virtualization

Lapisan jaringan mengkonsolidasi interkoneksi antara sumber daya jaringan untuk dibagikan. Virtualisasi memungkinkan penugasan dinamis sumber daya jaringan untuk pengguna dan aplikasi dengan layanan seperti Dynamic Host Configuration Protocol (DHCP) dan Network Access Controln(NAC).

(5)

Gambar 3. Data center architecture virtualized network layer

B. Storage Layer Consolidation and

Virtualization

Langkah berikutnya adalah mengkonsolidasikan dan virtualiasasi storage virtualisasi data center, melalui interkoneksi jaringan dengan storage are network (SAN). Konsolidasi penyimpanan menggabungkan SAN. Dengan switch maka mendukung virtualisasi teknologi SAN. Gambar 4 akan memperjelas penjelasan diatas.

Gambar 4. Data center achitecture with virtualized network dan storage layers.

C. Compute Layer Consolidation and

Virtualization

Komponen terakhir dari virtualisasi adalah compute layer. Layer ini menghubungkan sumber daya server melalui intelligent compute atau cluster area network (CAN). Konsolidasi compute mengurangi biaya dan meningkatkan efisiensi dengan penggunaan standar server dalam konfigurasi. Kombinasi lapisan virtualisasi penyimpanan (storage) dengan virtualisasi compute layer secara signifikan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk membuka aplikasi dan layanan

baru. Gambar 5 memberikan penjelasan mengenai compute layer consolidation dan virtualization

Gambar 5. End-to End Virtualized Data Center Architecture

IV. VIRTUAL PRIVATE DATA CENTER

Cloud computing berdasarkan jangkauannya dikategorikan menjadi 3 yaitu public, private dan hybrid cloud[8]. Data center on cloud merupakan bentuk implementasi dari teknologi cloud computing yaitu pada Infrastruktur as a Service (IAS). Sejalan dengan cloud computing, data center on cloud memiliki tiga bentuk jangkauan yaitu public, private dan hybrid data center.

Sesuai dengan Undang-undang No. 11 Tahun 2008 Informasi dan Transaksi Elektronik dan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik dijelaskan bahwa setiap instansi atau institusi atau perusahaan yang memiliki kegiatan yang berhubungan dengan transaksi eletronik, maka diwajibkan memiliki penyimpanan data/perekaman data yang dihubungkan ke suatu data center tertentu, dimana data center harus berada di wilayah Indonesia dan menggunakan provider dalam negeri.

(6)

maka teknologi ini mulai diimplementasikan di Indonesia. Ada beberapa provider yang menawarkan layanan cloud computing seperti Telkom, Indosat, XL, dll

Mengingat data-data instansi pemerintahan bersifat rahasia dan harus dijamin keamanannya, maka dalam paper ini memilih private data center on cloud sebagai alternatif solusi dari masalah diatas. Namun tidak menutup kemungkinan bentuk lain kedepannya dapat diaplikasikan.

Keuntungan menggunakan data center on cloud[9] adalah

1. Efisiensi biaya yang meliputi:

a. Powerseperti: listrik, generator, dan UPS.

b. Infrastruktur seperti:networking, cooling, danraised floor. c. Ruangan (space)

d. Perangkat keras (server,storage, perangkatnetwork)

e. Tenaga ahli untuk operasional f. Pemeliharaan (maintenance) g. Perbaikan (repair)

Biaya-biaya yang biasanya dikeluarkan tersebut, apabila mengimplementasikan virtualisasi data center, maka biaya yang dikeluarkan hanya besarnya layanan yang digunakan. Hal ini yang menyebabkanefisiensi biaya sebesar 50%[10].

2. Meningkatkan produktifitas IT Pelanggan 3. Implementasi cepat dan mudah

4. Meningkatkan mobilitas 5. Green Computing

Melihat keuntungan yang ditawarkan virtualisasi data center tersebut, maka hal ini menjadi alasan mengapa physical data center sudah saatnya migrasi ke virtualisasi data center.

Virtual private data center yaitu virtual data center yang disediakan oleh provider (pihak ketiga) yang memungkinkan pelanggan untuk mengkonsumsi layanan infrastruktur sebagai bagian dari private cloud sendiri bagi pengguna. Virtual private cloud memiliki karakteristik on-demand dan sesuai skala yang dibutuhkan, pelanggan dapat memperpanjang dan menentukan sendiri tingkat keamanan, kontrol, manajemen dan peraturan lain.

Virtual private data center dapat diimplementasikan di instansi pemerintahan mana saja. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi ( BPPT) telah menerapkan konsep ini, namun tidak melibatkan provider atau pihak ketiga, yang artinya dikelola sendiri oleh BPPT. (BPPT) adalah instansi pemerintahan yang mulai memperkenalkan data center / pusat data berbasis cloud computing. Tujuannya untuk mempercepat dan mengefisiensikan penerapan e-government di berbagai instansi pemerintah di Indonesia. Walaupun pengenalan cloud computing di Balai Ipteknet BPPT baru memasuki tahun ke dua, namun sudah ada belasan pengguna dari instansi pemerintahan.

Adapun instansi pemerintahan pengguna data center BPPT diantaranya yaitu Kemristek, Kementrian ESDM, Bapeten, Lemigas, ANRI serta Pemda Yogyakarta, Solo, Depok, Pandeglang, Cimahi, Cilegon, Pekalongan, Sragen, Halmahera Selatan, dan Anambas. Yang ditawarkan Balai Ipteknet kepada instansi pemerintah antara lain server awan, penyimpanan awan, hosting awan, Kotak Pemerintah Elektronik, Layanan portal web, dan Ipteknet Conference[11].

Analog dengan konsep BPPT, BPS seharusnya dapat mengimplementasikan konsep virtualisasi data center. Untuk membangun satu data untuk semua, maka seharusnya ada keterbukaan diantara instansi atau departemen di pemerintahan, dimana beberapa instansi pemerintah yang terlibat atau berhubungan dengan data dapat menempatkan data mereka pada data center gabungan antar instansi. Dengan menerapkan virtual private data center, dimana BPS menjadi regulator data statistik bagi pemerintah Indonesia, dan dinas/instansi/instansi sebagai pengguna dan subject matter data yang mengupdate dan memberikan data dukungan kepada BPS demi tercapainya satu data untuk semua, maka bentuk virtualisasi data center tersebut dapat diimplementasikan secara efesien. Hal ini tentunya juga dapat mendukung pelaksanaan e-government secara efisien dan efektif.

(7)

pemeliharaan server, back-up data, administrasi jaringan, aplikasi dan lain-lain. Dengan penggunaan Government cloud dapat menghemat anggaran pemerintahan hingga 50 persen karena suatu instansi pemerintah tidak lagi membutuhkan server, storage, jaringan, aplikasi hingga SDM IT.

Untuk melakukan migrasi dari physical data center ke virtualisasi data center memang lebih rumit daripada membangun dari awal data center. Khususnya BPS yang telah memiliki data center sendiri, hal ini akan membutuhkan waktu yang relatif lebih lama daripada saat membangunnya.

Kesiapan provider cloud computing di Indonesia memang belum sepenuhnya teruji menjadi kendala dalam implementasi virtual private data center, namun untuk ikut mendorong pertumbuhan teknologi cloud computing di Indonesia maka tidak ada salahnya kalau dilakukan penelitian lebih lanjut.

V. IMPLEMENTASI

Dalam paper ini, pembuktian dilakukan dengan melibatkan provider cloud computing yaitu PT.Telkom Sigma. PT Sigma Cipta Caraka (telkomsigma) merupakan perusahaan penyedia layanan pendukung bisnis berbasis teknologi informasi dan komunikasi terdepan yang sudah berkiprah lebih dari 20 tahun di Indonesia. Diawal tahun 2008, telkomsigma secara resmi menjadi salah satu anak perusahaan TELKOM, sebuah perusahaan penyedia layanan telekomunikasi terbesar di Indonesia.

Alasan mengapa dipilih PT Telkom Sigma sebagai pendukung pembuktian dalam paper ini karena produk dan layanan yang disediakan telkomsigma sudah diimplementasikan di lebih dari 150 perusahaan dari berbagai macam industri di Indonesia dan juga telah menjangkau lembaga multi finance dengan penanganan yang sama-sama diprioritaskan[12].

Perhitungan biaya yang dilakukan berdasarkan besarnya kebutuhan BPS saat ini. Dalam bab sebelumnya telah dituliskan bahwa hipotesis pertama yaitu dengan mengimplementasikan teknologi cloud computing akan mengurangi biaya sebesar 50%.

Setelah dilakukan perhitungan maka biaya yang harus dikeluarkan oleh BPS perbulan untuk layanan virtualisasi data center pada PT Telkom

Sigma adalah sebesar 380.065.000 per bulan atau 4,5 Milyar. Dengan rincian sebagai berikut:

No. Item Type Total IDR

1. vData Center 344 764 000

2. Cloud Network Service 750 000

Total 345 514 000

Ppn 10% 34 551 400

Grand Total 380 065 400

Sumber: PT Telkom Sigma

Catatan : Biaya belum termasuk instalasi software database.

Tabel 3. Simulasi biaya/bulan layanan virtualisasi Data Center BPS dengan kapasitas storage 100 TB

Dengan melihat hasil perhitungan diatas maka,

hipotesis yang menyatakan bahwa pemanfaat virtualisasi data center on cloud dapat mengurangi biaya sebesar 50 % untuk BPS ditolak,artinya biaya yang harus dikeluarkan oleh BPS lebih besar bila dibandingkan dengan biaya maintenance pertahun yaitu 1,2 milyar. Hal ini disebabkan oleh besarnya biaya layanan penyimpanan (storage) yang harus disewa oleh BPS. Kebutuhan BPS akan storage sangat besar karena tugas utama BPS sebagai penyedia data statistik sehingga data menjadi inti proses BPS.

Dalam hal ini, implementasi virtualisasi data center on cloud tidak sesuai untuk kebutuhan BPS, namun virtualisasi data center lebih sesuai diterapkan pada instansi atau dinas yang tidak terlalu banyak membutuhkan penyimpanan (storage) dan belum memiliki data center. Berdasarkan simulasi PT Telkom Sigma, untuk dinas/instansi/perusahan yang tidak membutuhkan storage terlalu besar dan belum memiliki data center, maka akan mengurangi biaya sebesar 40-an%. Berikut simulasinya.

No. Item Type Total IDR

(8)

2. Jaringan Internet 11 000 000

Grand Total 48 500 000

Sumber :PT Telkom Sigma

Tabel 4. Simulasi biaya/bulan membangun physical data center.

No. Item Type Total IDR

1. ta Data Center 27 230 000

2. Jaringan Internet 1 150 000

Grand Total 28 380 000

Sumber: PT Telkom Sigma

Tabel 5. Simulasi biaya/perbulan layanan virtualisasi data center dengan kapasitas storage 3 TB.

Dari hasil simulasi diatas bahwa selisih biaya/perbulan antara physical data center dengan virtualisasi data center on cloud adalah sebesar 42%.

Namun ada beberapa keuntungan lain dalam mengimplementasikan virtualisasi data center yaitu:

1. Instansi/perusahaan bisa lebih konsentrasi pada proses bisnis utama.

2. Layanan data center yang disewa sekaligus dengan layanan Disaster Recovery Center (DRC), sehingga data instansi/perusahaan lebih terjamin.

Saat ini BPS belum memiliki sistem DRP yang mendukung keamanan data BPS, sehingga alternatif lain agar BPS tidak harus berinvestasi/membangun DRC adalah dengan menempatkan DRC BPS pada layanan cloud. PT Telkom Sigma juga menyediakan layanan tersebut, namun dalam paper ini tidak dibahas.

Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa sejalan dengan berkembangnya teknologi informatika dan berkembangnya provider serta untuk mendukung peningkatan bisnis IT di Indonesia, maka pemanfaatan virtulisasi data center on cloud dapat dicobakan diimplementasikan di BPS melalui Virtualisasi Data Center pada data tertentu.

Misalnya pada tahun 2013 nanti BPS akan melaksanakan Sensus Pertanian(ST13), dimana data tersebut akan diakses oleh seluruh BPS Provinsi dan kabupaten/kota serta subject matter dan instansi-instansi yang terkait seperti Dinas Pertanian, hal ini membutuhkan kestabilisasian data center. PT Telkom

Sigma menawarkan Virtualisasi Data Center on cloud dengan SLA 99%. Layanan virtualisasi Data Center on cloud dapat disewa selama proses sensus berlangsung saja dan setelah itu, data dapat dikembalikan ke sistem physical data center milik BPS, hal ini akan menjaga kestabilan physical data center BPS untuk menangani data statistik lain dan pelaksanaan sensus pertanian dapat berjalan lebih lancar. Berikut ini simulasi perhitungannya.

No. Item Type Total IDR

1. ta Data Center 20 920 000

2. Cloud Software Service 1 800 000

3. Cloud Network Service 850 000

Grand Total 23 570 000

Sumber: PT Telkom Sigma

Tabel 6. Simulasi biaya/perbulan layanan virtualisasi data center untuk Sensus Pertanian BPS dengan kapasitas storage 1,6 TB.

VI. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembuktian pada bab diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa kemajuan teknologi cloud computing, khususnya dalam Virtualisasi Data Center on Cloud sebagai bentuk salah satu solusi untuk mendukung tercapainya tujuan e-government secara efektif dan efisien harus melihat beberapa faktor. Dalam hal ini, implementasi virtualisasi data center tidak dapat diaplikasikan di BPS, BPS lebih sesuai mengimplementasikan private data center sendiri seperti yang diterapkan oleh BPPT, karena beberapa faktor diantaranya:

1. BPS telah memiliki data center sendiri yang telah berjalan sejak tahun 1994.

2. Biaya maintenance pertahun dengan biaya virtual data center on cloud dalam hal ini berdasarkan hasil simulasi dengan menggunakan provider PT Telkom Sigma biaya pertahun yang harus dikeluarkan lebih besar.

(9)

4. BPS telah memiliki subbagian khusus yang bertanggung jawab terhadap Sistem Informasi Statistik BPS.

5. BPS telah memiliki jaringan VPN meskipun masih di level provinsi.

Virtualisasi data center on cloud sangat cocok diimplementasikan pada instansi/ departemen dengan kondisi sebagai berikut:

1. Instansi/ departemen belum memiliki physical data center sendiri.

2. Instansi/ departemen tidak membutuhkan banyak media penyimpanan data.

3. Instansi/ departemen tidak memiliki tenaga ahli dibidang IT.

4. Instansi/ departemen belum memiliki infrastruktur IT dan jaringan yang memadai.

Dengan kondisi diatas, maka pemanfaatan teknologi virtualisasi data center on cloud akan memberikan efisiensi biaya sebesar 50%. Selain itu, instansi/ departemen dapat lebih berkonsentrasi pada tupoksi pekerjaan/ proses bisnis masing-masing yaitu tercapainya target-target program di pemerintahan. Tercapainya tujuan e-government secara efektif akan mendorong terwujudnya pelayanan publik prima yang menjadi harapan masyarakat dapat terlaksana dan tujuan umum yaitu tercapainya keadilan pelayanan masyarakat dapat terwujud. Dan apabila dilihat dari sisi anggaran tidak terlalu memberatkan APBN negara, sehingga alokasi APBN dapat dialokasikan ke program sosial lainnya.

.

VII. DAFTAR PUSTAKA

[1] Definition of E-Government,http://web.worldbank.org, 29 November 2012, 22:50 WIB

[2] Kaufan, Thoha, 1995, 101

[3] Rasyid, M Ryaas Samah, Kristin. M Ryaas Rasyid Penjaga Hati Nurani Pemerintah, 2000,59:738.

[4] Wahyudi Kumorotomo, KEGAGALAN PENERAPAN E-GOVERNMENT DAN KEGIATAN TIDAK PRODUKTIF DENGAN INTERNET, 2010

[5] Mauricio Arregoces, Data Center Fundamentals, Cisco Systems, 2004.

[6] Sok Chuob, Manish Pokharel, Jong Sou Park, The Future Data Center for E-Governance, ICACT 2010, 203

[7] Cisco Public Information, Next-Generation Federal Data Center Architecture, 2007

[8] Exteme Network, Public, Hybrid and Private Virtualized Multi-Tenant Cloud Data Center Architecture Overview, 2012

[9] Cisco Public Information, Cisco Cloud Computing Data Center Strategy, Architecture, and Solutions, 2009

[10]http://techno.okezone.com/read/2011/04/19/324/447610 /cloud-computing-mampu-tekan-biaya-hingga-50, 14 November 2012, 11:00 PM.

[11] http://id.berita.yahoo.com/bppt-perkenalkan-pusat-data-awan-untuk-e-gov, 14 November 2012, 10:56 PM

Gambar

Tabel 1. Jenis kerusakan data center BPS
Gambar 1. The three tier layers in Data Center
Gambar 2. Next Generation Data Centers-ConsolidationandVirtualization
Gambar 3. Data center architecture virtualizednetwork layer
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui konsumsi energi pada data center Universitas Udayana dan untuk merancang data center sesuai dengan kriteria dan

Untuk menilai baik tidaknya usability sebuah produk, tentunya dibutuhkan parameter- parameter .Dalam jurnal yang berjudul development of a website usability

Perguruan Tinggi Raharja membutuhkan suatu sistem pelayanan yang mudah digunakan dalam mendapatkan suatu informasi yang dibutuhkan, untuk itu dapat digunakan sebuah

Berangkat dari permasalahan tersebut menjadikan dasar untuk melakukan penelitian dengan mengimplementasi sebuah sistem load balancing server basis data PostgreSQL

Untuk membangun sebuah sistem yang dapat memberikan informasi lokasi parkir kosong dibutuhkan sebuah server untuk penyimpanan data dan pengolahan data.. Server

 Alarm temperatur dan kelembaban untuk menjamin Personal Data Center tahu akan kondisi Data Center pada level yang tidak dapat diterima.  Rancangan HVAC untuk verifikasi semua

Abstrak : Data warehouse merupakan sebuah cara yang digunakan untuk menampung data dalam jumlah besar, untuk membangun sebuah data warehouse dibutuhkan sebuah tools microsft

Bagaimana merancang sistem yang dibutuhkan UPT TIK Universitas Lampung untuk memonitor informasi yang berasal dari UPS dalam ruang data center dengan parameter sisa