• Tidak ada hasil yang ditemukan

penulisan ejaan dan tanda baca

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "penulisan ejaan dan tanda baca"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

penulisan, ejaan

dan tanda baca

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah atas segala limpahan rahmat

dan karunia-Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh umat yang tetap mengikuti ajaranya.

Makalah merupakan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang di dalamnya membahas tentang penulisa, ejaan dan tanda baca.

Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan tentang tanda baca dan ejaan dalam bahasa Indonesia.

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...iii

BAB I PENDAHULUAN...1

(2)

B. Rumusan masalah...1

BAB II PEMBAHASAN...2 A. Pengunaan EYD yang benar pada penulisan huruf dan

data...2 B. Pengunaan EYD yang benar pada pertikel, singkatan,

akronim, dan angka... C. Ejaan ...

D. Tanda baca...

BAB II PENUTUP... A. Kesimpulan...

B. Saran...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bahasa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Penyampaian pesan, perasaan, ataupun ide hanaya akan efektif jika menggunakan bahasa. Salah satu penyampaian pesan, perasaan ataupun ide itu dilakukan dengan menulisnya. Terkadang bahasa yang diungkapkan dalam bentuk tulisan menjadi tidak efektif yang penyebabnya antara lain kesalahan ejaan ataupun tanda baca.

Tanda baca dan ejaan menjadi penting karena penggunaan yang tidak sesuai akan mengubah makna bahasa yang akan diungkapkan. Secara teknis ejaan merupakan penulisan huruf, penulisan kata dan pemakaian tanda baca.

Sedangkan tanda baca itu sendiri dimaksudkan agar bahasa tulis menjadi mudah untuk dipahami, sehingga pesan yang diungkapkan dapat dipahami sama.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

(3)

2. Bagaimana pengertian tanda baca dan penggunaannya?

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGUNAAN EYD YANG BENAR PADA PENULISAN HURUF DAN DATA 1. Penggunaan Huruf Kapital

a. Jabatan tidak diikuti nama orang

Dalam butir 5 Pedoman EYD dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsure nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Contoh, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Gubernur Jawa Barat, Profesor Jalaluddin Rakhmat, Sekretaris Jendral, Departemen Pendidikan Nasional. Jabatan tidak diikuti nama orang tidak memakai huruf kapital. Contoh, Menurut bupati, anggaran untuk pendidikan naik 25 % dari tahun sebelumnya.

b. Huruf pertama nama bangsa

Dalam butir 7 dinyatakan, huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Contoh, bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris. Ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai bentuk dasar kata turun. Contoh : ke-Sunda-Sundaan,ke-Inggris-Inggrisan,ke-Batak-Batakan, meng Indonesiakan.Seharusnya : kesunda-sundaan, keinggris-inggrisan, kebatak-batakan, mengindonesiakan.

c. Nama geografi sebagai nama jenis

Dalam butir 9 ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Contoh, berlayar ke teluk, mandi di kali, menyebrangi selat, pergi ke arah tenggara, kacang bogor, salak bali, pisang ambon, pepaya

bangkok, nanas subang, tahu sumedang, peuyeum bandung dan telur brebes.

d. Setiap unsur bentuk ulang sempurna

(4)

Ilmu-Ilmu Sosial, Yayasan Ahli-Ahli Bedah Plastik Jawa Barat, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Garis-Garis Besar Haluan Negara.

e. Penulisan kata depan dan kata sambung

Dalam butir 12 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Biasanya dipakai pada penulisan judul cerpen, novel. Contoh, Harimau Tua dan Ayam Centil, Hari-Hari Penantian dalam

Gua Neraka, Kado untuk Setan, Taksi yang Menghilang. 2. Penulisan Huruf Miring

a. Penulisan nama buku

Pada butir 1 pedoman penulisan huruf miring ditegaskan, huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Contoh, Buku Jurnalistik Indonesia, Majalah Sunda Mangle, Surat Kabar Bandung Pos.

b. Penulisan penegasan kata dan penulisan bahasa asing

Butir 2 pedoman penulisan huruf miring menyatakan, huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.Contoh, boat modeling, aeromodeling, motorsport.

c. Penulisan kata ilmiah

Butir 3 pedoman penulisan huruf miring menegaskan, huruf miring dan cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah dan ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Contoh, royal-purple amethyst, crysacola, turqoisa, rhizopoda, lactobacillus, dsb.

3. Penulisan Kata Turunan

a. Gabungan kata dapat awalan akhiran

Butir 3 pedoman kata turunan menegaskan, jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Contoh, bertepuk tangan, garis bawahi, dilipatgandakan, sebar luaskan.

b. Gabungan kata dalam kombinasi

Butir 4 pedoman penulisan kata turunan menyatakan, jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Contoh, antarkota, antarsiswa, antipornografi, antikekerasan, anti-Amerika, audiovisual, demoralisasi, dwiwarna, dwibahasa, ekasila, ekstrakulikuler, interkoneksi, intrakampus, multifungsi, pramuwisma,tunakarya, tunarungu, prasejarah, pascapanen, tridaya, rekondisi.

(5)

a. Penulisan gabungan kata istilah khusus

Butir 2 pedoman penulisan gabungan kata mengingatkan, gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan. Contoh; alat pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan, ibu-bapak kami.

b. Penulisan gabungan kata serangkai

Butir 3 pedoman penulisan gabungan kata menegaskan, gabungan kata berikut harus ditulis serangkai. Contoh, acapkali, adakalanya, akhirulkalam, daripada, darmawisata, belasungkawa, dukacita, kacamata, kasatmata, manakala, manasuka, matahari, olahraga, padahal, peribahasa, radioaktif, saptamarga, saripati, sediakala, segitiga, sekalipun, sukacita, sukarela, sukaria, titimangsa.

B. PENGUNAAN EYD YANG BENAR PADA PARTIKEL, SINGKATAN, AKRONIM, DAN ANGKA.

1. Penulisan partikel

Penulisan partikel -lah, -kah, dan –tah Pedoman EYD menetapkan ketentuan pertama menyatakan partikel -lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contoh: bacalah, tidurlah, apakah, siapakah, apatah.

a. Penulisan partikel pun

Butir 2 tentang penulisan partikel mengingatkan, partikel pun dituliskan terpisah dari kata yang mendahuluinya.

b. Penulisan partikel per

Butir 3 tentang penulisan partikel menyebutkan, pertikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.

2. Penulisan singkatan

Pedoman EYD menegaskan, singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.

a. Penulisan singkatan umum tiga huruf

(6)

surat pembaca, berita, teks foto, feature. Bahasa jurnalistik juga dengan tegas melarang penggunaan singkatan jenis ini dalam judul tajuk, artikel, surat pembaca, atau judul-judul berita.

b. Penulisan singkatan mata uang

Pedoman EYD menegaskan, lambang kimia, singkatan satuan ukuran , takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.

3. Penulisan akronim

Menurut Pedoman EYD, akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.

Pertama, akronim nama diri berupa gabunga suku kata. Kedua, akronim yang bukan nama diri berupa gabungan huruf.

a. Akronim nama diri

Pedoman EYD menyatakan, akronim nama diri yag berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.

b. Akronim bukan nama diri

Menurut Pedoman EYD, akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.

Sebagai catatan, Pedoman EYD mengingatkan, jika dianggap perlu membentuk akronim, maka harus diperhatikan dua syarat

Pertama, jumlah suku akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata

Indonesia.

Kedua, akronim dibentuk yang sesuai dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan

konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim 4. Penulisan angka

Pedoman EYD menetapkan empat jenis penulisan angka,

Pertama, angka dipakai untuk menyatakan lambing bilangan atau nomor. Dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.

Kedua, angka digunakan untuk menyatakan :

1. ukuran panjang, berat, luas, dan isi,

2. satuan waktu,

3. nilai uang, dan

(7)

Ketiga, angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, aparteman, atau kamar

pada alamat.

Keempat, angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.

5. Penulisan lambang bilangan

Dari delapan jenis penulisan bilangan yang diatur dalam Pedoman EYD, empat diantaranya perlu dibahas disini. Ini mengingat apa yang dibolehkan dalam Pedoman EYD, belum tentu dibolehkan pula dalam bahsa jurnalistik.

a. Penulisan lambang bilangan satu-dua kata

Pedoman EYD menetapkan, penulisan lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.

b. Penulisan lambang bilangan awal kalimat

Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.

c. Penulisan lambang bilangan utuh

Angka yang menunjukan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca. Ketentuan dalam Pedoman EYD ini sangat sejalan dengan kaidah bahasa jurnalistik yang senantiasa menuntut kesederhanaan dan kemudahan.

d. Penulisan lambang bilangan angka-huruf

Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali didalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. (ash3).com

C. EJAAN

1. Pengertian ejaan

Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan antara lambang-lamabang itu (pemisahan dan penggambungan dalam suatu bahasa), secara teknis yakni dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata dan pemakaian tanda baca (Arifin, 2004:170).

2. Perkembangan ejaan

(8)

Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa melayu dengan huruf latin,yang disebut ejaan Van ophuijsen.merancang ejaan itu yang dibantu oleh Engku Nawawi gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taibsoetan Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam ejaan Van Ophuijsen yaitu:

 Huruf ‘’j’’ untuk menuliskan kata-kata ‘’jang, pajang, sajang’’

 Huruf ‘’oe’’ untuk menuliskan kata-kata ‘’goeroe, Itoe, Oemoer’’

 Tanda diakritik seperti koma ain dan trerna,untuk menuliskan kata-kata ma’ moer,’ akal, ta’,

pa’, dan dinamai’.

b. Ejaan Soewandi

Pada tanggal 19 Maret 1947 Ejaan Soewandi diresmikan untuk menggantikan ejaan Van Ophuijsen, ejaan ini dikena oleh masyarakat dengan julukan ejaan republik. hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan itu, yaitu:

 Huruf oe diganti dengan u seperti pada guru, itu, umur

 Bunyi hamzah dengan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti kepada kata-kata tak, pak,

maklum dan rakjat.

 Kata ulang bisa ditulis dengan angka-2, seperti anak2, ber-jalan2 dan ke-barat2-an

 Awalan di dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutnya,

seperti kata depan di, pada, dirumah, dikebun, disamakan, dengan imbuhan di-pada ditulis dan di karang.

c. Ejaan republik

Ejaan Republik (edjaan republik) adalah ketentuan ejaan dalam Bahasa Indonesia yang berlaku sejak 17 Maret 1947. Ejaan ini kemudian juga disebut dengan nama edjaan Soewandi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu. Ejaan ini mengganti ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Van Ophuijsen yang mulai berlaku sejak tahun 1901.

Perbedaan-perbedaan antara ejaan ini dengan ejaan Van Ophuijsen ialah:

 huruf 'oe' menjadi 'u', seperti pada goeroeguru.

 bunyi hamzah dan bunyi sentak yang sebelumnya dinyatakan dengan (') ditulis dengan 'k', seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat.

(9)

 awalan 'di-' dan kata depan 'di' kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Kata depan 'di' pada contoh dirumah, disawah, tidak dibedakan dengan imbuhan 'di-' pada dibeli, dimakan.

d. Ejaan Melindo

Kongres bahasa Indonesia II Medan(1959) siding perutusan Indonesia dan melayu(Slametmulyana-syeh Nasir bin Ismail,ketua)menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan ejaan Melindo(melayu –indonesia). Perkembangan politik selama tahun-tahun berikutnya mengurungkan peresmian ejaan itu.

e. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

Pada tanggal 16 Agustus 1972 melalui pidato Kenegaraannya Presiden Republik Indonesia Meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu. Selain itu, juga direalisasikan

Pedoman Umum Pembentukan Istilah Istilah.

Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat keputusanya tanggal 12 Oktober 1972,No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. setelah itu, Meneri pendidikan dan kebudayaan dengan surat keputusannya No. 0196/1975 memberlakukan pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan pedoman umum pembentukan istilah.

(10)

Sj : isjarat, masjarakat

Soewandi sebagai unsur pinjaman abjad asing diresmikan pemakainnya. f : maaf, fakir

Tanda baca adalah tanda-tanda yang digunakan di dalam bahasa tulis agar kalimat-kalimat yang kita tulis dapat di pahami orang persis seperti yang kita maksudkan.

Beberapa jenis tanda baca yang penting antara lain adalah:

 Titik (.) berfungsi untuk menandai akhir kalimat berita, atau untuk keperluan

singkatan, gelar, dan angka-angka

 Koma (,) berfungsi untuk memisahkan anak kalimat atau hal-hal yang disebutkan dalam kalimat, juga untuk keperluan singkatan, gelar, dan angka-angka.

 Tanda ((..)) kurung berfungsi untuk menjelaskan suatu istilah yang belum banyak

diketahui oleh banyak manusia yang baik juga ada yang jahat di dunia ini.

 Tanda (`) kutip satu berfungsi untuk mengasosiasikan suatu istilah.

 Tanda ("...") petik berfungsi untuk menandai kalimat langsung atau percakapan dalam

(11)

 Tanda (!) seru berfungsi untuk menegaskan, memberi peringatan bahwa kalimat yang bertanda seru tersebut perlu untuk diperhatikan.

 Tanda (?) tanya berfungsi untuk melengkapi kalimat tanya.

 Tanda (...-...) hubung berfungsi untuk menghubungkan penggalan kata, kata ulang, rentang suatu nilai.

 Titik dua (:) berfungsi untuk mengawali penguraian suatu kalimat.

Tanda baca yang lazim digunakan adalah:

o Pada akhir singkatan kata yang menyatakan gelar, jabatan, pangkat, atau sapaan.

o Dibelakang alamat pengirim ,tanggal surat ,atau nama dan alamat pengirim surat.

b. Penggunaan koma(,)

Tanda koma (,) di gunakan:

o Di antara unsur-unsur suatu pemerian atau pembilangan

o Untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat itu mendahului induk

kalimatnya

o Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing

yang masih di eja secara asing c. Penggunaan tanda Tanya(?)

Tanda Tanya (?) di gunakan:

 Pada akhir kalimat Tanya Untuk menyatakan bagian kalimat yang di sangsikan atau kurang

dapat di buktikan kebenaranya (dalam hal ini tanda tanya itu diapit oleh tanda kurung)

d. Penggunaan Tanda ulang

(12)

Tanda seru (!) digunakan sesudah kalimat, ungkapan, atau pernyataan yang berupa tanda seruan atau perintah.

f. Pengunaan Tanda Hubung (-)

Tanda hubung dipakai dalam hal-hal seperti berikut:

 Menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris,

 Menyambung unsur-unsur kata ulang

 Merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.

contoh : saya membeli buah-buahan.

g. Pengunaan Tanda Elipsis (...)

Tanda elipsis dipergunakan untuk menyatakan hal-hal seperti berikut

 Mengambarkan kalimat yang terputus-putus

 Menunjukan bahwa satu petikan ada bagian yang dihilangkan

contoh : pulau terbesar di indonesia adalah pulau ...

h. Pengunaan Tanda Petik Tunggal ('..')

Tanda Petik tunggal mempunyai fungsiL

 Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain

 Mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing

Contoh : "Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.

i. Pegunaan Tanda Garis Miring (/)

 Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat

 Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per atau nomor alamat

Contoh : tahun anggaran 1985/1986

j. Pengunaan Tanda Penyingkat (Apostrof) (')

 Tanda Apostrof menunjukan penghilangan bagian kata.

(13)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah kita memahami apa yang telah di paparkan di atas,kita dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa bahasa itu tidak terlepas dari yang namanya tata penulisan, ejaan dan tanda baca dan ternyata ejaan dan tanda baca itu saling keterkaitan dan ejaan itu ternyata mengalami beberapa tahap hingga menjadi yang sempurna, dimana yang kita gunakan saat ini.

B. Saran

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul, Dewan Bahasa. Jakarta: FPBS-IKIP. 1984.

Darjdowijdojdo, Soenjono, Sentence Patterns of Indonesia. Honolulu: University of Hawaii Press. 1984.

Keraf, Gorys, Tata Bahasa Indonesia. Nusa Indah: Ende-Flores.1980.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk kota/kabupaten yang termasuk dalam golongan tinggi berada pada interval 73.63-75.54 yaitu Kabupaten Purworejo, Kabupaten Seragen, Kabupaten Grobogan,

media berbasis web moodle lebih baik daripada yang menerapkan model pembelajaran langsung tanpa menggunakan media berbasis web moodle. Manfaat yang didapat dari hasil

Pada penggunaan MPL, siswa yang mempunyai kecerdasan emosi tinggi memiliki prestasi belajar akuntansi yang sama baiknya dengan siswa yang mempunyai kecerdasan

Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai” Peningkatan Kemampuan Mahasiswa Membuat Proposal Penelitian Melalui Model Pembelajaran Langsung

Modern. Jakarta: Pustaka Jaya. Buku itu membahas kesusatraan Malaysia dan sejumlah masalah- nya. Pembahasan yang dilakukan terhadap kesusastraan Malaysia ada- lah dalam rangka

Dalam upaya menjamin kesetaraan kesehatan tersebut, pemerintah terus berupaya berinovasi dalam meningkatkan pelayanan kesehatan , yaitu salah satunya dengan mengeluarkan

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui opini pelajar SMA Surabaya terhadap pemukulan wartawan oleh siswa SMA 6 Jakarta pada

Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya adalah. sebagai