• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Tugas Tugas Perkembangan Remaja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Tugas Tugas Perkembangan Remaja"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas Makalah

Mata Kuliah Filsafat Agama

“Mengapa Aku Memutuskan Meyakini Agama yang Aku Peluk Sekarang Ini ? ”

Disusun oleh:

Nama : Evelyn Nathania Widyanto

NRP

: 31413262

(2)

Daftar Isi

Kata Pengantar

2

Bab I

3

Sejarah Agama Katolik

Bab II

6

Teologi, Dogma, dan Ajaran dalam Agama Katolik

Bab III

13

Aspek Praktis : Penerapan Agama Katolik

Kesimpulan

15

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini saya membahas mengenai

alasan mengapa saya memilih agama yang saya peluk sekarang ini.

Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun. Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Surabaya, November 2013

(4)

Bab I

Sejarah Agama Katolik

Kata Katolik berasal dari kata sifat bahasa Yunani, καθολικοός (katholikos), artinya "universal". Dalam konteks eklesiologi Kristen, kata Katolik memiliki sejarah yang kaya sekaligus beberapa makna. Bagi sebagian pihak, istilah "Gereja Katolik" bermakna Gereja yang berada dalam persekutuan penuh dengan Uskup Roma, terdiri atas Ritus Latin dan 22 Gereja Katolik Timur; makna inilah yang umum dipahami di banyak negara. Bagi umat Protestan, "Gereja Katolik" atau yang sering diterjemahkan menjadi "Gereja Am" bermakna segenap orang yang percaya kepada Yesus Kristus di seluruh dunia dan sepanjang masa, tanpa memandang "denominasi". Umat Gereja Ortodoks Timur, Gereja Anglikan, Gereja Lutheran dan beberapa Gereja Metodis percaya bahwa Gereja-Gereja mereka adalah katolik, dalam arti merupakan kesinambungan dari Gereja universal mula-mula yang didirikan oleh para rasul. Baik Gereja Katolik Roma maupun Gereja Ortodoks percaya bahwa Gerejanya masing-masing adalah satu-satunya Gereja yang asli dan universal. Dalam "Kekristenan Katolik" (Termasuk Komuni Anglikan), para uskup dipandang sebagai pejabat tertinggi dalam agama Kristen, sebagai gembala-gembala keesaan dalam persekutuan dengan segenap Gereja dan dalam persekutuan satu sama lain.Katolik dianggap sebagai salah satu dari Empat Ciri Gereja. Ketiga ciri lainnya adalah Satu, Kudus, dan Apostolik, sesuai Kredo Nicea tahun 381: "Aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik."

Sejarah singkat Gereja Katolik Roma

Awalnya, jemaat Kristen berada di bawah kepemimpinan besar lima daerah, yaitu Yerusalem, Antiokia, Aleksandria, Konstantinopel, dan Roma. Uskup Roma dikenal oleh 5 daerah sebagai "yang pertama", permasalahan dengan doktrin dan prosedur banyak mengambil Roma sebagai masukan pendapat. Kursi Roma merupakan kursi dari suksesor Santo Petrus yang mendapat julukan "Pangeran Para Rasul" sebagai tanda persatuan Gereja.

Perpecahan-perpecahan besar dalam struktur Gereja sebagai lembaga tercatat sebagai berikut:

• Perpecahan pertama pada gereja terjadi pada saat Konsili Efesus (431), yang menyatakan status Perawan Maria sebagai Theotokos (Bunda Allah). Kebanyakan yang menolak hasil keputusan ini adalah Kristen Persia, gereja yang sekarang dikenal sebagai Gereja Asiria Timur.

(5)

Ortodoks.

• Perpecahan besar pertama dalam Gereja Katolik terjadi pada abad 11. Masalah perbedaan doktrin tentang rumusan Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel (lihat filioque). Gereja Katolik pun terbagi menjadi dua, yaitu "Barat" dan "Timur". Inggris, Perancis, Roma dan negara-negara Skandinavia termasuk Gereja "Barat" (Gereja Katolik Roma). Sedangkan Yunani, Rusia, Suriah, Mesir termasuk dalam Gereja "Timur" (Gereja Ortodoks Timur). Perpecahan ini dikenal sebagai Skisma Timur-Barat.

• Perpecahan terbesar dalam Gereja Katolik Roma terjadi pada abad ke-16 dengan adanya Reformasi Protestan yang melahirkan gereja-gereja Protestan.

• Perpecahan terakhir terjadi ketika Raja Henry VIII dari Inggris memisahkan seluruh gereja-gereja di kerajaannya dari persekutuan dengan Paus karena

permintaannya untuk menikah kedua kalinya sementara istri pertamanya masih hidup ditolak. Kelompok gereja inilah yang dikenal sebagai Gereja Anglikan Inggris.

Seluruh grup di atas kecuali Protestan masih menyebut persekutuan mereka sebagai Katolik. Dewasa ini, semakin banyak Gereja-Gereja Timur yang kembali ke dalam persekutuan penuh dengan Roma, namun dengan tetap mempertahankan tata cara beribadah mereka. Kelompok ini dikenal dengan sebutan Gereja Katolik ritus Timur.

Sejarah Agama Katolik di Indonesia

Umat Katolik Perintis di Indonesia: 645 - 1500

Agama Katolik untuk pertama kalinya masuk ke Indonesia pada bagian pertama abad ketujuh di Sumatera Utara. Fakta ini ditegaskan kembali oleh (Alm) Prof. Dr.

Sucipto Wirjosuprapto. Untuk mengerti fakta ini perlulah penelitian dan rentetan berita dan kesaksian yang tersebar dalam jangka waktu dan tempat yang lebih luas. Berita tersebut dapat dibaca dalam sejarah kuno karangan seorang ahli sejarah Shaykh Abu Salih al-Armini yang menulis buku "Daftar berita-berita tentang Gereja-gereja dan pertapaan dari provinsi Mesir dan tanah-tanah di luarnya". yang memuat berita tentang 707 gereja dan 181 pertapaan Serani yang tersebar di Mesir, Nubia, Abbessinia, Afrika Barat, Spanyol, Arabia, India dan Indonesia.

(6)

Bunda Perawan Murni Maria (Gereja Katolik Indonesia seri 1,diterbitkan oleh KWI) Awal mula: abad ke-14 sampai abad ke-18

Dan selanjutnya abad ke-14 dan ke-15 entah sebagai kelanjutan umat di Barus atau bukan ternyata ada kesaksian bahwa abad ke-14 dan ke-15 telah ada umat Katolik di Sumatera Selatan.

Kristen Katolik tiba di Indonesia saat kedatangan bangsa Portugis, yang kemudian diikuti bangsa Spanyol yang berdagang rempah-rempah.

Banyak orang Portugis yang memiliki tujuan untuk menyebarkan agama Katolik Roma di Indonesia, dimulai dari kepulauan Maluku pada tahun 1534. Antara tahun 1546 dan 1547, pelopor misionaris Kristen, Fransiskus Xaverius, mengunjungi pulau itu dan membaptiskan beberapa ribu penduduk setempat.

Pada abad ke-16, Portugis dan Spanyol mulai memperluas pengaruhnya di Manado dan kawasan Minahasa, serta mencapai Flores dan Timor. Portugis dan Spanyol berperan menyebarkan agama Kristen Katolik, namun hal tersebut tidak bertahan lama sejak VOC berhasil mengusir Spanyol dan Portugis dari Sulawesi Utara dan Maluku. VOC pun mulai menguasai Sulawesi Utara, untuk melindungi kedudukannya di Maluku.

Selama masa VOC, banyak penyebar dan penganut agama Katolik Roma yang ditangkap. Belanda adalah negara basis Protestan, dan penganut Katolik dianggap sebagai kaki-tangan Spanyol dan Portugis, musuh politik dan ekonomi VOC. Karena alasan itulah VOC mulai menerapkan kebijakan yang membatasi dan melarang penyebaran agama Katolik. Yang paling terdampak adalah umat Katolik di Sulawesi Utara, Flores dan Timor. Di Sulawesi Utara kini mayoritas adalah penganut Protestan. Meskipun demikian umat Katolik masih bertahan menjadi mayoritas di Flores, hingga kini Katolik adalah agama mayoritas di Nusa Tenggara Timur. Diskriminasi terhadap umat Katolik berakhir ketika Belanda dikalahkan oleh Perancis dalam era perang Napoleon. Pada tahun 1806, Louis Bonaparte, adik Napoleon I yang penganut Katolik diangkat menjadi Raja Belanda, atas perintahnya agama Katolik bebas berkembang di Hindia Belanda.

Agama Katolik mulai berkembang di Jawa Tengah ketika Frans van Lith menetap di Muntilan pada 1896 dan menyebarkan iman Katolik kepada rakyat setempat. Mulanya usahanya tidak membawa hasil yang memuaskan, hingga tahun 1904 ketika empat kepala desa dari daerah Kalibawang memintanya menjelaskan mengenai Katolik. Pada 15 Desember 1904, sebanyak 178 orang Jawa dibaptis di Semagung, Muntilan, Magelang.

Pada tahun 2006, 3% dari penduduk Indonesia adalah Katolik, lebih kecil

(7)
(8)

Bab II

Teologi , Dogma, dan Ajaran dalam Agama Katolik

Teologi Dogmatik

Teologi yang fundamental atau teologi dasar berkaitan dengan dogma atau ajaran Gereja. Di sini teologi adalah usaha untuk memahami kebenaran iman dengan menyelidiki rumusan ajaran Allah yang disampaikan entah melalui sumber-sumber Tradisi, Kitab suci, entah wewenang mengajar Gereja (Magisterium).

Dalam Tradisi terdapat prinsip bahwa penyampaian ajaran Kristus dari zaman ke zaman harus utuh dan lengkap. Sebab ajaran yang utuh dan lengkap itu adalah “wasiat iman” (depositum fidei). Karena itu selalu ada sikap berjaga-jaga konservatif atas kemurnian ajaran di dalam Gereja Katolik. Hal itu terutama ditujukan pada fondasi dan kerangka bangunan iman Gereja yang berasal dari Allah sejauh yang dipahami dalam Tradisi dan dinyatakan dalam Kitab Suci. Hal-hal lain yang bersifat tradisi manusia bisa berubah dalam ajaran Gereja. Maka secara garis besar ajaran Gereja Katolik dari zaman ke zaman bisa terlihat sama saja. Pembaruan hanya terjadi pada cara menerangkan, artikulasi serta penekanan, sesuai dengan bahasa dan kosa kata zaman, serta apa yang perlu dimengerti pada zaman itu, tetapi isi pokoknya adalah tetap tidak berubah.

Pokok-pokok iman diajarkan. Pokok iman yang autentik dirangkum dalam dua macam pengakuan iman. Yang pertama adalah pengakuan iman rasuli yang mengalir dari Tradisi (lihat: Puji Syukur 1). Pengakuan iman ini diajarkan sebelum baptis, dan diucapkan pada waktu baptis. Yang kedua adalah pengakuan iman hasil konsili Nikea-Konstantinopel yang adalah merupakan kesimpulan pergumulan teologi yang panjang dari Gereja, maka disebut pengakuan iman Gereja, dan diucapkan Gereja dalam upacara-upacara liturgi yang besar (lihat: Puji Syukur 2).

• Allah Tritunggal Mahaesa

(9)

salib, diresapi oleh iman akan kehadiran dan karya Allah Tritunggal yang esa: “Bapa dan Putera dan Roh Kudus”. Ajaran Kredo Athanasius menyatakan: “Bapa adalah Allah, Putera adalah Allah, Roh Kudus adalah Allah, tetapi tidak ada tiga Allah melainkan hanya satu Allah yang esa” (J.N.D. Kelly, 1964, The Athanasian Creed. Harper and Row). Allah Tritunggal Mahaesa ini merupakan misteri terbesar dalam iman Katolik yang diusahakan direnungkan dan dijelaskan dengan teologi. (Lihat Katekismus Gereja Katolik no.238-267).

Pengakuan iman menyatakan “Percaya akan Allah, Bapa yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi” – “yang kelihatan maupun tidak kelihatan”. Teologi berusaha menjelaskan pokok iman itu baik melalui teologi kodrati yang menekankan peran akal budi, maupun teologi adikodrati yang menekankan peran wahyu ilahi dengan bukti-bukti alkitabiah (lih Katekismus Gereja Katolik no. 198-421). Sepanjang tahun 1999 Paus Yohanes Paulus mengajak umat merenungkan Allah Bapa melalui acara audiensi umum yang dilakukannya setiap hari Rabu dalam rangka menyambut milenium baru. Selanjutnya pengakuan iman menyatakan semua fakta yang terdapat dalam kitab suci Perjanjian Baru: “Percaya akan Yesus Kristus, PuteraNya yang Tunggal Tuhan kita,” – “Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad. Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar, Ia dilahirkan, bukan dijadikan. Sehakikat dengan Bapa, segala sesuatu dijadikan olehNya. Ia turun dari surga untuk kita manusia, dan untuk

keselamatan kita. Dan Ia menjadi daging oleh Roh Kudus dari Perawan Maria, dan menjadi manusia”, “Dikandung dari Roh Kudus dilahirkan oleh Perawan

Maria”—“Menderita sengsara dalam pemerintahan Pontius Pilatus” – “Iapun

disalibkan untuk kita, waktu Pontius Pilatus, Ia wafat kesengsaraan dan dimakamkan” – “Disalibkan, wafat dan dimakamkan, turun ke tempat penantian” – “Pada hari ketiga Ia bangkit” – “dari antara orang mati” – “menurut Kitab Suci” – “Ia naik ke surga, duduk di sisi Bapa” – “Ia naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang mahakuasa” – Dari situ Ia akan datang” – “Ia akan kembali dengan mulia, mengadili orang yang hidup dan yang mati”. Teologi menjelaskan pokok-pokok iman itu dalam kajian Kristologi. (Lihat juga Katekismus Gereja Katolik no. 422-682).

Pokok iman berikutnya adalah: “Percaya akan Roh Kudus” – “Dia Tuhan yang menghidupkan. Ia berasal dari Bapa dan Putera. Yang serta Bapa dan Putera disembah dan dimuliakan. Ia bersabda dengan perantaraan para nabi.” Teologi merenungkan dan menjelaskan Roh Kudus dalam kajian Pneumatologi. (Lihat juga Katekismus Gereja Katolik no. 683-747).

• Penciptaan

(10)

lama akan mengalami penciptaan baru dalam Yesus Kristus dalam kebangkitan-Nya dari mati. Terkait dengan Teologi Manusia adalah Teologi tentang Dunia, termasuk lingkungan hidup, yang dipercayakan Allah kepada manusia agar dipelihara dan diusahakan (Kej 2:15).

• Penebusan

Sesudah manusia berdosa, hanya Allah sajalah yang dapat menyelamatkan umat manusia dan menariknya kembali ke dalam hubungan yang benar dengan Dia. Kasih dan kerahiman Allah menunjukkan kehendak-Nya untuk mendamaikan manusia dengan diri-Nya – menyelamatkan manusia dari dosa-dosa dan semua akibatnya. Keselamatan ini dianugerahkan sepenuhnya cuma-cuma – suatu anugerah luar biasa. Untuk itu Allah mempunyai rencana keselamatan bagi manusia, yang akan memuncak pada penebusan manusia dari dosa dan pelanggarannya.

• Teologi keselamatan (soteriologi)

Allah tidak melaksanakan rencana itu dalam sekali gebrak; Ia menyiapkan umat manusia selama berabad-abad untuk menggenapkan karya keselamatan-Nya. Persiapan yang panjang ini sangat penting, baik karena besarnya karya yang

direncanakan Allah, maupun karena ketegaran manusia dalam menolak karya Allah itu. Proses usaha Allah Bapa memanggil manusia agar kembali kepada diri-Nya sering disebut sejarah keselamatan. Sejarah ini terbeber sebagai rangkaian perjanjian antara Allah dengan umat manusia. Perjanjian demi perjanjian semakin luas

cakupannya, mulai dari Adam, Nuh, Abraham, Musa dan Daud dan memuncak pada Kristus dalam Perjanjian Baru. Sengsara dan kematian Yesus Kristus adalah demi keselamatan manusia, sebagai kurban tebusan atas dosa dan pelanggaran manusia (Gal 1:4; Rm 5:8; 8:32; 1Kor 15:3-5; Mrk 14:24; 1Ptr 2:21-24).

• Teologi rahmat

Anugerah Allah berkat kematian dan kebangkitan Yesus Kristus yang diberikan cuma-cuma kepada manusia untuk penebusan, pembenaran dan pengudusan manusia. Oleh rahmat ilahi kodrat manusia yang dicederai dosa dan pelanggaran

disempurnakan. Oleh rahmat itu manusia dibantu mengatasi

kelemahan-kelemahannya dan diangkat menjadi anak-anak Allah dan memeroleh hidup kekal. • Teologi Sakramen (Sakramentologi)

Uraian tentang tanda dan sarana kasih (rahmat) Allah yang disampaikan melalui Gereja untuk memelihara dan mempertahankan karunia penebusan dan kekudusan selama hidup di dunia. Meliputi baptis, urapan krisma pendewasaan iman, ekaristi, pengampunan dosa dan rekonsiliasi, perkawinan, imamat dan urapan orang sakit. Sebagai pelaksana sakramen-sakramen Gereja sendiri juga merupakan sakramen bagi dunia, yaitu untuk kesatuan dan persatuan mesra antara manusia dengan Allah, dan dengan sesamanya.

• Teologi Eskatologi

(11)

Untuk itu diperlukan sikap tekun berjaga dan waspada serta upaya agar hidup tidak bercacat hingga sampai kesudahannya.

• Penyertaan Maria (Mariologi)

Inkarnasi Allah menjadi manusia dalam rangka tata keselamatan ilahi dan penebusan manusia terlaksana melalui peran serta Santa Perawan Maria. Ketaatan Maria kepada kehendak Allah menjadi teladan bagi umat Katolik. Bagaimana ia "terberkati" dalam arti "penuh rahmat", makna sebutan "Bunda Allah" (theotokos), keperawanan atau kemurnian hatinya, serta doa perantaraannya (berdasar Yoh 2:2-5)mempunyai makna khusus bagi umat Katolik. Berkaitan dengan jasa Yesus Kristus Puteranya, menurut tradisi yang berusaha memahami wahyu ilahi, Maria menjadi orang pertama yang menerima buah-buah penebusan (dogma Maria dikandung tanpa noda dosa, dan Maria diangkat ke surga dengan mulia).

Perawan Maria Sebagai Bunda Allah: 1. Kesaksian dalam Kitab Suci

Dalam Injil Mat 1-2; 13:35; Mrk 6:3; Luk 1:2. Pada teks lain dihadirkan seorang wanita tanpa menyebutkan nama wanita itu sebagai ibu Yesus (dalam Mrk 2:31; Luk 8:19; Yoh 2:1 dan Yoh 19:25. Mengenai Mat 1-2 dan Luk 1-2, para ahli berpendapat bahwa kedua bagian tersebut bukanlah laporan histories melainkan pewartaan Injil tentang Yesus Kristus. Dalam kedua teks tersebut, Maria ditampilkan sebagai ibu Yesus dalam kerangka pewartaan. Pernyataan Maria sebagai Ibu Yesus tidak

ditampilkan dalam Kitab Suci. Tidak dipergunakan ungkapan itu, tidak berarti bahwa makna ungkapan Bunda Allah tidak terdapat dalam Kitab Suci melainkan ungkapan itu senantisa menunjuk pada pribadi Maria sebagai Ibu Yesus dan Bunda Allah (Lih Kis 1:14; Mrk 3:3 dan Yoh 2:1-5). Sebutan Maria sebagai Bunda allah, hal ini mau mengungkapkan kesatuan yang tak terceraikan antara keilahian dan kemanusian dalam diri Yesus. Tak seorang pun dapat mengerti tentang pribadi Yesus dengan memisahkan kodratNya dari pribadiNya. Malalui misteri cinta yang maha besar, misteri inkarnasi, Allah memberikan tempat istimewa pada Maria. Maria diangkat sebagai Bunda Allah dan tugasnya sebagai Bunda Allah tidak dapat disejajarkan dengan tugas ibu mana pun. Hal ini menunjukkan keistimewaan Maria dan sekaligus menampilkan rahasia rahmat Allah pada diri Maria.

(12)

oleh perawan Maria sungguh benar putera Allah yang kekal, Pribadi kedua dari tritunggal Mahakudus. Yesus adalah Allah yang menginkarnasikan diri lewat

kelahiran dari kandungan seorang perawan tak bernoda yang bernama Maria. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perawan maria adalah Bunda Allah. Maria

merupakan Bunda Putera Allah yang juga menjadi putri Allah Bapa yang terkasih serta sebagai kenisah Roh Kudus yang menandakan kesucian diri Maria di hadapan Allah (LG No.53).

2. Rumusan Konsili-Konsili tentang Perawan Maria sebagai Bunda Allah

• Konsili Nikea (325) Menegaskan bahwa Yesus Kristus, Anak Allah adalah Sabda Allah yang kekal, Putera Allah yang sehakekat dengan Allah Bapa. Dalam perumusan ini terkadung konsep Mariologi. Paham tentang Mariasebagai BUNDA ALLAH sejak awal abad IV mulai disebut dan diyakni sebagai theo-tokos, Dei-genetrix, yang berarti yang melahirkan Allah.

• Konsili Efesus 431 Menyatakan gelar Theo-tokos, Dei Genetrix sebagai Dogma. Alasan yang melatarbelakangi lahirnya pandangan ini adalah penolakan Nestorius terhadap gelar tersebut. Nestorius mengatakan bahwa dalam diri Yesus ada dua subyek, yakni firman Allah dan manusia Yesus. Maria

hanyalah ibu dari kemanusian diri Yesus. Gelar yang tepat dikenakan kepada Maria adalah anthropo-tokos, yang melahirkan manusia. Untuk

mempertahankan kesatuan subyek pada diri Yesus, maka konsili Efesus menetapkan Maria sebagai Theo-tokos, Dei genetrix, Bunda Allah.

• Konsili Kalkedon 451 Mermuskan bahwa putra yang suci dan sama, Tuhan kita Yesus Kristus; kesempurnaan yang sama dalam Allah dan di dalam kodrat manusia; Allah yang benar dan manusia yang benar, sungguh berasal dari Bapa dan sebelum segala masa seturut keilahian. Namun dalam masa tertentu lahir dari perawan Mamria, Bunda Allah menurut daging. Dokumen konsili Kalkedon ini sering menyebabkan salah penginterpretasian. Untuk itu maka • konsili Konstantinopel (553) berusaha meluruskan rumusan dari konsili Kalkedon

tersebut. Perumusan yang dihasilkan oleh konsili konstantinopel adalah bahwa Maria sungguh-sungguh dan nyata-nyata Bunda Allah karena Allah Putera, (sabda) berasal dari Allah Bapa sebelum segala abad. Putera dilahirkan dalam kemanusiaan (daging) Maria. Konsili Konstantinopel III (680-683) kembali menegaskan bahwa Yesus Kristus dikandung dari Roh Kudus dalam diri Perawan Maria yang sungguh-sungguh dan benar-benar Bunda Allah. • Paus Pius XIII (dalam ensiklik Octobri Mensi, tgl.28-9-1891. sering

mengemukakan keibuan ilahi Maria dengan memandang Maria sebagai sumber segala sumber rahmat yang berasal dari Allah.

• Konsili Vatikan II: mengemukakan perihal Maria sebagai Bunda Allah dengan sebutan Mater Dei, Dei-genetrix atau Dei Para. Perumusan terhadap Maria sebagai Bunda Allah merupakan pengakuan dan penghormatan gereja yang dikaitkan dengan karya penebusan

(13)

Eklesiologi adalah teologi yang berhubungan dengan pokok pengakuan iman katolik yang menyatakan: “Aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik, dan

apostolik” – “Gereja katolik yang kudus, persekutuan para kudus.” Jadi eklesiologi adalah teologi tentang Gereja.

• Eklesiologi umat perdana

Pemahaman umat perdana atas Gereja dapat ditangkap dari Kisah Para Rasul, Surat-surat Paulus, dan tulisan Yohanes. Namun di baliknya terdapat latar belakang dari pengertian mengenai “himpunan kudus” (miqr’a qodesy), “bangsa yang suci” (Ul 7:6) Perjanjian Lama: satu bangsa (dari Abraham (Kej 17:17), satu tanah air (Kej 17:8) , dan satu bahasa (Yes 19:18).

Setelah kebangkitan Kristus, himpunan umat itu mengarah pada pemisahan dari Israel, dan dalam Kristus menjadi Israel baru yang sejati (Gal 3:29; Rm 9:6) dengan dimensi bangsa (komunio, persekutuan para kudus), tanah air (surga) dan bahasa yang baru (kasih). Unsur utama di dalam paham Paulus adalah rahmat panggilan Allah yang terus bekerja dan menghimpun serta mempersatuan Gereja. Dalam Ef dan Kol Paulus mengemukakan pandangan Gereja sebagai tubuh Kristus yang hidup dari Kristus sebagai kepalanya. Dalam Rm 12 dan 1Kor 12 tubuh Kristus lebih dikaitkan dengan kesatuan dan persatuan.

Pada Kisah Para Rasul ditekankan apa yang dilakukan Gereja dan terutama sifat keakraban dan persaudaraan di dalamnya (Kis 2:42-47; 4:32-35; 5:12-14): “Bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan....memecahkan roti dan berdoa” (Kis 2:42), “dengan sehati mereka berkumpul” (2:46), “sehati dan sejiwa” (4:32). Pandangan Yohanes mengenai Gereja bersifat eskatologis, khususnya dalam Kitab Wahyu. Walaupun di dalam Injilnya Yohanes mengajukan kiasan seperti “kawanan” (Yoh 10), “mempelai” (Yoh 3:29), “pokok dan carang anggur” (Yoh 15:1-8), pada mulanya metafora itu tidak ditujukan untuk Gereja. Namun Yoh 17 secara

keseluruhan berbicara tentang kesatuan murid-murid Kristus dan pentingnya kasih persaudaraan (Yoh 13:35). Dalam Wahyu, Gereja adalah umat kudus yang

memuliakan Allah di surga, suatu situasi yang masih sangat dirindukan.

• Eklesiologi para bapa Gereja (patristik)

Setelah Yerusalem dihancurkan Roma pada tahun 70 murid-murid Tuhan terpencar-pencar dalam diaspora. Sebagian hidup dalam himpunan seperti di Antiokhia, di Efesus, di Korintus, bahkan di Aleksandria dan Roma. Sebagian karena melihat penganiayaan di mana-mana “menyendiri” (itulah artinya monistis), baik betul-betul sendirian sebagai pertapa (eremit), maupun berkelompok dalam satu biara (menjadi rahib). Tujuannya adalah kesucian.

(14)

tipologis. Nuansa asketis (mengejar kesucian dengan laku saleh) dan monistis (bersifat kebiaraan) sangat menonjol.

Teologi asketis (mati raga, tapa, berkorban) diutamakan, sehingga himpunan-himpunan awam yang tidak melakukan itu dianggap warga kelas dua. Persekutuan para kudus mendapat penekanan. Santo Agustinus (354-450) menyebut civitas Dei (umat Allah) namun yang diperhatikan di dalamnya bukan persaudaraan, melainkan ibadat. Tokoh lain yang terkenal adalah St Antonius (251-336) yang memberikan peraturan-peraturan awal. Regula kebiaraan selanjutnya bersumber pada St Beneditus (480-543). Maka Gereja bersifat sakramental. Dan tanda sakramental itu mengikuti nasihat Injil untuk hidup miskin di hadapan Allah dan dalam ketaatan kepada Allah seperti yang terdapat dalam Mrk 10:17-22.

Pada zaman patristik inilah Gereja dipahami dengan empat cirinya: satu, kudus, katolik, apostolik. Ciri ini diteguhkan dalam Konsili Nicea (326).

Kesatuan mengalir dari misteri Allah Tritunggal, yang dikehendaki Yesus agar ada pada para muridnya (Yoh 17), dan St Paulus menekankan kesatuan oleh ikatan damai sejahtera (Ef 4:3) dan “sehati sepikir, satu kasih, satu jiwa, satu tujuan” (Flp 2:2). Walaupun ada perbedaan ritus ibadat, namun gereja adalah satu (ritus Roma, ritus Ambrosius, ritus Aleksandria atau Koptis, Ritus Bizantin, Siria, Armenia, Maronit dan Kaldea.

Ciri katolik berarti menyeluruh. St Ignatius dari Antiokia pada tahun 110 menyatakan, “Di mana Kristus berada, di situ ada Gereja Katolik.” Keseluruhan Gereja hadir ketika umat beribadat bersama Kristus pada hari Minggu di Jakarta. Keseluruhan Gereja hadir di mana-mana. Tetapi kekatolikan bukan sesuatu konsep yang melayang-layang, konsep itu dikaitkan dengan sesuatu yang permanen, tetap, dan menunjukkan jati diri. Maka kita mengenal Gereja Katolik Roma, Gereja Katolik di Indonesia. Pada tahun-tahun awal kekristenan, banyak bapa Gereja memandang perlu kesatuan gereja-gereja setempat (Galatia, Tesalonika, Korintus, Efesus dll) dengan Roma, “yang unggul memimpin dalam kasih” (Epistula ad Romanos 1,1), sebagai tanda katolisitas.

• Eklesiologi Konsili Vatikan I dan Institusionalisme • Eklesiologi "Mistici Corporis"

• Eklesiologi Konsili Vatikan II

(15)

Ekumenisme); Orientalium Ecclesiae (tentang Gereja-gereja Timur) dan Deklarasi Nostra Aetate (tentang dialog dan kerjasama dengan umat non-kristen). Ajaran mengenai Gereja dan teologinya juga dirangkum dalam Katekismus Gereja Katolik. Teologi Moral

Membahas isi iman sejauh merupakan kaidah penilaian baik buruk, benar salah, atas perilaku manusia dalam terang wahyu ilahi. Meliputi Moral Dasar dan Moral Sosial. • Moralitas Sepuluh Perintah Allah

• Moralitas Khotbah Dibukit • Moral Kerajaan Allah

• Moral Sosial, Moral Keterlibatan Teologi Pastoral

Mengenai penerapan isi iman dalam praktek menurut situasi dan kondisi konkret. Teologi Sosial

• Teologi Kerja • Teologi Pembebasan • Teologi Perkembangan

1. teologi feminis 2. teology Politik

Apologetika

(16)

Bab III

Aspek Praktis : Penerapan Agama Katolik

Penerapan-penerapan ajaran agama Katolik dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :

 Menjalankan tujuh sakramen-sakramen yang ada dalam agama katolik

o SAKRAMEN PEMBAPTISAN: Sakramen Pembaptisan (Mat 28:19, Yoh 3:5) adalah sakramen pertama yang kita terima. Umat beriman wajib menerima Pembaptisan sebelum menerima sakramen-sakramen yang lain. Pembaptisan mengampuni dosa asal, semua dosa pribadi, serta mengalirkan rahmat pengudusan ke dalam jiwa (Yeh 36:25-26, Kis 2:38, 22:16, 1Kor 6:11, Gal 3:26-27).

o SAKRAMEN PENGUATAN: (Kis 2: 14-18, 9:17-19, 10:45, 19:5-6, Titus 3:4-8) Sakramen Penguatan menjadikan kita dewasa secara rohani dan menjadikan kita saksi-saksi Kristus. Penguatan hanya diterimakan satu kali untuk selamanya namun meninggalkan meterai rohani yang tidak dapat dihapuskan.

o SAKRAMEN EKARISTI: (Yoh 6: 25-71, Mat 26:26-28, 1Kor 11:23-26, Luk 24:30-31) Sakramen Ekaristi disebut juga Sakramen Maha Kudus atau Komuni Kudus. Ekaristi bukanlah sekedar lambang belaka, tetapi adalah sungguh Tubuh, Darah, Jiwa dan Keallahan Yesus Kristus. Misa disebut kurban karena Misa menghadirkan secara tak berdarah kurban Kristus yang wafat disalib satu kali untuk selamanya. Jika kita melakukan dosa berat, kita harus mengakukan dosa kita terlebih dahulu sebelum menerima Komuni Kudus, jika tidak, Komuni Kudus bukannya mendatangkan rahmat bagi jiwa, malahan akan mengakibatkan dosa sakrilegi (1Kor 11:27-29).

o SAKRAMEN TOBAT: Sakramen Tobat disebut juga Pengakuan atau Rekonsiliasi (Yoh 20:21-23, Amsal 28:13). Kristus memberikan kuasa kepada para Rasul untuk mengampuni dosa atas nama-Nya, dan para Rasul meneruskan kuasa tersebut kepada penerus-penerus mereka, yaitu para Uskup dan Imam. Sakramen Tobat mengampuni dosa-dosa yang dilakukan setelah Baptis.

o SAKRAMEN PENGURAPAN ORANG SAKIT: Bantuan Tuhan melalui kekuatan Roh-Nya hendak membawa orang sakit menuju kesembuhan jiwa, tetapi juga menuju kesembuhan badan, kalau itu sesuai dengan kehendak Allah. Dan “jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni” (Mrk 6:13, Yak 5:14-15).

(17)

jenjang Sakramen Tahbisan: diakon, imam, dan uskup. Hanya para imam dan uskup yang boleh menerimakan Sakramen Pengakuan serta mempersembahkan Kurban Misa.

SAKRAMEN PERKAWINAN: (Mrk 10:2-12, Ef 5:22-33) Sakramen ini, dengan kuasa Allah, mengikat seorang pria dan seorang wanita dalam suatu kehidupan bersama dengan tujuan kesatuan (kasih) dan kesuburan (lahirnya keturunan). Perkawinan tidak terceraikan, mengikat seumur hidup (1Kor 7:10-11, 39, Mat 19:4-9).

 Rajin beribadah kepada Tuhan, seperti rajin mengikuti misa yang diadakan oleh gereja

 Berdoa kepada Tuhan, terutama berdoa dengan doa-doa yang sudah diajarkan dalam agama Katolik :

 Tanda Salib  Bapa Kami  Salam Maria  Kemuliaan  Doa Tobat  Doa Iman  Terpujilah

 Ikut merayakan hari-hari besar agama Katolik seperti :

o Adven

o Natal : Kelahiran Yesus Kristus o Epifani/Teofani

o Kamis Putih

o Jumat Agung : Kematian Yesus Kristus o Sabtu Suci

o Paskah : Kebangkitan Yesus Kristus o Kenaikan Yesus Kristus

(18)

Kesimpulan

Mengapa saya memutuskan untuk memeluk agama Katolik?

Dari uraian diatas, seperti yang telah kita pelajari tentang agama Katolik mulai dari aspek histories atau sejarah agama Katolik itu sendiri, lalu aspek teologis serta dari aspek praktis atau penerapan-penerapan ajaran agama katolik ini, dapat saya simpulkan bahwa alasan utama saya memilih agama katolik ini adalah karena saya merasa damai ketika mengikuti semua ajaran dalam agama ini, mulai dari sakramen maupun ketika mengikuti misa.

Referensi

Dokumen terkait

After analyzing the data gathered during the observation and interview, the researcher discovered that several factors influenced the English teacher's decision to switch

"Conversation Analysis and Language Alternation", John Benjamins Publishing Company,

The procedures for this national collaborative research were (1) The researchers asked for permission from the university, faculty, department and then the coordinator

Feedback Workshop for English Teachers in Designing Questions Based on Higher Order Thinking Skill", AL-ISHLAH: Jurnal Pendidikan, 2022

Therefore, the current study aims to find out whether there is an improvement in teacher competence and the quality of English language questions at the Junior High School level

Referring to the research questions or research objectives, this section will be devoted to discussing two key findings, that is the readiness of the teacher in promoting

"Mastery of STEM-Based Research Approach of Science Teachers In Jakarta", AL-ISHLAH: Jurnal.

"The Effects of Trained Peer Feedback for High School Students", World Journal of English Language,