BAB I PENDAHULUAN
A. TUJUAN
Peta Tranchis adalah gambaran dari bumi yang direpretasikan dengan sistem proyeksi dengan skala tertentu. Kemudian merangkai titik-titik dilapangan dan mengetahui elevasi, maka dapat dibuat garis kontur suatu lokasi.
Gambar situasi adalah sesungguhnya ini merupakan peta-peta yang secara langsung sangat penting bagi bangunan-bangunan, apakah selaku petunjuk lokasi, maupun untuk mendapatkan perihal persis dimana akan didirikan suatu bangunan.
.1. DEFENISI PETA
Peta adalah proyeksi bumi ke dalam sebuah bidang rata ( kertas ) yang disertai skala / perbandingan, misal 1 : 100.000 ( 1 cm pada kertas = 1 km pada bumi ), yang berisi gambaran permukaan bumi berupa daratan, lautan gunung, danau, dan lain-lain.
.2. KEGUNAAN PETA
Kegunaan peta sangat banyak dan beraneka ragam, dilihat dari kegunaannya untuk merencanakan lebih lanjut dan melaksanakan pekerjaan teknis berupa gedung, jalan raya, jalan kereta api, jembatan, dan lain-lain.
Skala dipilih dan disesuaikan dengan besar kecilnya pekerjaan yang dilakukan menurut maksud dan kegunaan peta, misalnya :
1. Peta jalan raya untuk keperluan tourism. 2. Peta sungai untuk keperluan pelayaran.
3. Peta geologi untuk menyatakan keadaan geologis suatu daerah.
.3. ALAT UKUR THEODOLITE, RAMBU UKUR, DAN STATIP
.3.1. Alat Ukur Theodolite
Sudut-sudut mendatar dan tegak diukur dengan alat pengukur sudut yang dinamakan Theodolite, adapun bagian-bagiannya adalah :
1. Sekrup ABC sebagai pengunci pesawat.
2. Nivo kotak sebagai pedoman apakah dalam keadaan imbang. 3. Nivo tabung fungsinya sama dengan nivo kotak.
4. Sekrup pengunci arah horizontal untuk mengunci agar tidak bergerak horizontal.
5. Sekrup pengunci arah vertical untuk mengunci agar tidak bergerak vertikal. 6. Kaca penerangan untuk penerangan.
7. Kompas untuk penunjuk arah utara. 8. Piringan pembacaan sudut horizontal. 9. Lensa penentu sudut horizontal dan vertical. 10.Lensa objektif.
.3.2. Statip
Statif ( kaki tiga ) dibuat dari kayu yang kering dan dicat kuning dihubungkan dengan alat-alat sambungan besi. Kegunaan dari statip ini yaitu sebagai penyangga atau kaki pesawat.
.3.3. Rambu Ukur
BAB II DASAR TEORI
2.1. PETA TRANCHIS DAN GAMBAR SITUASI
Seperti yang telah disebutkan dalam Bab Pendahuluan, bahwa pengukuran mengenai letak ( posisi ), elevasi ( ketinggian ), dan konfigurasi dari areal tanah memerlukan beberapa penunjang yang diantaranya adalah keberadaan peta dan perlengkapan pengukuran yang lengkap.
Data yang diperoleh dari pekerjaan pengukuran tersebut, kemudian dilukiskan pada suatu peta yang sering dikenal dengan peta topografi. Menurut Davis dan Foote adalah menggambarkan simbol-simbol yang spesifik mengenai konfigurasi atau relief tanah yang dipetakan dan keadaan alami atau buatan, seperti saluran sungai dan lain-lain.
Sedangkan menurut Ayres dan Scoates adalah peta yang menggambarkan sifat permukaan tanah yang dilengkapi garis-garis kontur yang berbeda-beda ekemennya dan berbagai keadaan yang terdapat pada areal tanah tersebut dengan menggunakan symbol tertentu.
Didalam pembuatan peta, pengukuran titik-titik detail untuk penggambaran peta haruslah berdasarkan pada posisi yang tetap baik arah horizontal maupun vertikal. Dengan demikian, penggambaran untuk pembuatan peta setidaknya kita harus menguasai teori-teori sebagai berikut :
1. Teori tetang poligon tertutup. 2. Teori tetang pembuatan titik detail.
3. Teori tentang pengukuran jarak dan beda tinggi secara optis. 4. Teori tentang penggambaran peta.
2.1.1. POLIGON TERTUTUP
titik-diperlukan sebuah titik sebagai acuan Bench Mark ( BM ), bilamana tidak ada titik BM pada lokasi yang kita ukur, dapat kita mengambil sembarang benda untuk kita jadikan BM, dengan catatan benda tersebut tidak berubah kedudukannya.
2.1.2. GARIS KONTUR
Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang elevasinya sama. Garis kontur memberikan informasi tentang daerah peta dan tidak menyembunyikan rincian-rincian peta lainnya yang penting. Garis-garis kontur juga memperlihatkan elevasi dan konfigurasi permukaan tanah. Elevasi titik-titik yang tidak terletak diatas garis kontur bias dicari dengan inter polasi antara dua garis kontur yang terletak pada kedua titik tersebut.
memastikan bahwa anda melihat sebuah lubang depresi karena tidak ada tanda arsiran yang digunakan pada bukit.
Garis kontur yang berjarak sama sepanjang garis yang tegak lurus terhadap kontur tersebut menunjukkan kelandaian ang tetap. Kontur yang lurus, sejajar, berjarak sama menunjukkan timbunana atau galian buatan manusia. Untuk memudahkan timbunana atau galian sebuah peta topografi, setiap garis kontur ke lima dibuat lebih tebal. Garis ini disebut kontur indeks. Kalau interfal kontur adalah 1 ft, garis-garis kontur yang elevasinya kelipatan 5 ft diperlihatkan dengan garis tebal.Kalau interfalnya 10 ft, kontur mempunyai elevasi kelipatan 50 ft. Beberapa aturan-aturan dasar untuk menggambar garis kontur adalah sebagai berikut :
Garis kontur tidak pernah berakhir atau berpotongan.
Garis-garis kontur harus memiliki kenaikan elevasi sama.
Garis kontur tidak bercabang menjadi dua kontur dengan elevasi sama.
Garis kontur harus tegak lurus terhadap jurusan kelandaian maksimum.
Garis kontur yang tidak teratur menunjukkan daerah yang tidak rata.
2.1.3. METODE LAPANGAN YANG DIPAKAI
Faktor-faktor yang mempengaruhi metode lapangan dalam pembuatan peta topografi adalah :
− Skala peta.
− Interfal kontur.
− Kondisi alamiah tanah.
− Jenis proyek.
− Peralataan yang tersedia.
2.1.4. KOREKSI KESALAHAN YANG TERJADI
Koreksi kesalahan sangatlah diperlukan dalam analisa data, sebab data yang dianalisa tersebut memerlukan ketelitian. Beberapa hal yang perlu dikoreksi dalam analisa data yaitu:
1. Kontrol tidak terkoreksi. 2. Jarak titik kontrol terlalu besar. 3. Titik-titik kontrol tidak dipilih.
4. Pemilihan titik-titik untuk penggambaran kontur tidak baik. 5. Kontur yang diambil tidak cukup.
6. Kontur horizontal dan vertikal tidak cukup.
2.2. PENENTUAN TITIK IKAT DAN TITIK DETAIL
Dalam penggambaran polygon titik-titik kontrol,metode-metode yang dipakai untuk meletakkan posisi detail pada peta tergantung pada prosedur yang dipakai untuk menentukan lokasinya, dan bentuk dimana data itu berada. Bila catatan lapangan adalah sudut dan jarak, pusat batas dan titik-titik penting diatas dimana pekerjaan konstruksi sudah terjadi tergantung padanya, digambar dengan metode koordinat. Sedang untuk jarak digambar dengan skala dari puncak, untuk menggambar detail jelasnya tentang cara-cara membuat detail dengan busur.
2.3. PENGUKURAN JARAK DAN BEDA TINGGI SECARA OPTIS
Pada pengukuran titik tinggi, beda tinggi, maupun jarak pada umumnya dilakukan secara optis.
a) Menentukan Sudut Dalam ( β )
1) β 1 = αAF - αAB 2) β2 = αBA - αBC 3) β3 = αCB - αCD 4) β4 = αDC - αDE 5) β5 = αED - αEF
6) β6 = αFE - αEA + ∑ β
b) Koreksi Sudut Untuk Poligon Tertutup ( f α )
f α = ( n – 2 ) 180 + ∑β
Dimana ; n = jumlah titik yang dibidik
∑ β = jumlah sudut
d) Perhitungan Jarak ( D )
D = 100 ( BA – BB ) Cos2 α
Dimana ; α = 90°–pembacaan vertical
– P erhitungan Azimuth ( φ )
φAB = misal A ( Awal ) φBC = φAB + ( 180 – β2 ) φCD = φBC + ( 180 – β3 ) φDE = φCD + ( 180 – β4 ) φEF = φDE + ( 180 – β5 ) φFA = φEF + ( 180 – β6 )
Chek : φAB = φFA + ( 180 – β1 )
e) Menghitung Panjang Proyeksi Sisi Poligon Pada Sumbu-X Fx = di . Sin φ
f) Menghitung Panjang Proyeksi Sisi Poligon Pada Sumbu-Y Fy = di . Cos φ
g) Beda Tinggi ( ΔH )
ΔH = TP + 100(BABB)Sin2 (2vertikal)– BT
Dimana, TP = tinggi pesawat ; BB = benang bawah BA = benang atas ; BT = benang tengah
2.4. PENYAJIAN PETA
Menggambar titik-titik poligon pada kertas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
1) Dengan koordinat 2) Dengan cara grafis
Pada penggambaran titik poligon dengan cara koordinat akan menghasilkan posisi yang lebih teliti dibandingkan cara grafis.
2.4.2. Menggambar Titik Detail
Penggambaran titik detail dapat dilakukan dengan menggunakan busur derajat dan mistar skala. Pusat diletakkan pada titik tempat pesawat dan skala busur diarahkan ke sumbu-O pada sumbu-Y ( Utara ), sudut yang sudah dibaca berupa azimuth, maka bacaan ke titik poligon harus disesuaikan dengan sudut pada busur derajat.
Sedangkan titik-titik detail yang lainnya dapat digambar sesuai dengan pembacaan sudut horizontal dan jaraknya.
2.4.3. Menggambar Garis Tinggi
Garis tinggi adalah garis yang menghubungkan titik yang sama elevasinya. Dari garis kontur ini kita dapat membayangkan keadaan medan yang sebenarnya. Besarnya kontur interval tergantung dari skala peta, kelanmdaian, atau menurut kebutuhan.
2.4.4. Skala Peta
Pemilihan skala untuk sebuah peta pada ukuran proyek, presisi yang dikehendaki dan kegunaannya peta tersebut didesain. Skala peta diberikan menurut tiga cara yaitu :
1) Bentuk pecahan atau perbandingan, seperti 1 / 2000 atau 1 : 2000 2) Persamaan, seperti 1 inc = 200 ft.
3) Grafik.
Skala peta diklasifikasikan sebagai besar, sedang, ataupun kecil. Sebuah skala besar 1 inc = 100 ft ( 1 : 200 ) atau lebih besar. Sebuah skala sedang misalnya : 1 inc = 100 ft sampai 1000 ft ( 1 : 200 ) sampai ( 1 : 12000 ). Sebuah skala kecil misalnya : 1 inc = 100 ft ( 1 : 12000 ) atau lebih kecil. Dalam penggambaran garis kontur nanti kami mengunakan skala 1 : sesuai perhitungan.
2.4.5. Finishing
Ketelitian peta topografi ditentukan dari tujuan penggunaan peta, skala peta, peralatan yang digunakan dalam pembuatan peta. Disamping hal-hal tersebut, peta harus dilengkapi hal-hal berikut, yang merupakan finishing dari pembuatan antara lain :
1) Panah tanda petunjuk arah utara. 2) Skala peta, areal peta.
3) Keterangan, macam peta, kegunaan peta. 4) Keterangan areal yang dipetakan.
5) Interval kontur yang digunakan. 6) Tanggal, bulan, tahun pembuatan peta. 7) Nama pemeta ( pelaksana ).
BAB III
JALANNYA PRATIKUM
3.1. PEKERJAAN PENDAHULUAN 3.1.1. Penentuan Titik Bench Mark
Hal yang pertama kali dilakukan adalah melakukan survei lapangan untuk melihat dari batas-batas lokasi yang akan dipetakan. Barulah akan ditentukan titik yang berfungsi sebagai titik tetap atau Bench Mark ( BM ). Karena pada waktu praktikum tidak ada Bench Mark, maka kami menggunakan BM palsu yang kami tempatkan pada lapangan parkir depan gedung A.
3.1.2. Membuat Patok Titik Ikat
Setelah ditentukan titik Bench Mark nya, kemudian ditentukan jumlah titik utamanya sebanyak 6 buah titik, dan dilakukan pengukuran secara manual dengan mengunakan baak ukur pada titik-titik utama yaitu titik A, B, C, D, E, F, yang mana keenam titik utama tersebut ditandai dengan cat pilox untuk menghindari kelupaan.
3.2. PELAKSANAAN PENGUKURAN
1) Menentukan titik detail utama, titik BM, dan titik detail tambahan.
2) Mendirikan statip tepat diatas patok dititik detail utama dengan cara meluruskan unting-unting jatuh tepat diatas patok.
3) Menempatkan Theodolite diatas statip, lalu kait dengan baut dimana salah seorang di statip bagian atas dan seorang lagi di Theodolite bagian bawah sampai kencang. 4) Sebelum kita melakukan segala penyetelan, segala pengunci horizontal dan vertikal
pada Theodolite harus bebas semua.
6) Menyetel nivo atas ( nivo tabung ) yaitu menempatkan gelembung nivo yang ada di nivo tabung agar tepat di tengah-tengah tanda dengan jalan memutar salah satu sekrup penyetel nivo tabung sampai gelembung jatuh tepat di tengah-tengah tanda. Dengan catatan bahwa gelembung di nivo bulat tidak boleh berpindah tempat ( keluar dari lingkaran ). Jadi kedua gelembung nivo harus tepat di tengah-tengah. 7) Mengenolkan detik yang ada di teropong pada lensa sebelah kanan dengan memutar
sekrup penyetel menit detik yang terletak pada sebelah kanan teropong.
8) Memutar lempeng yang terletak pada bagian bawah Theodolite yang bertujuan untuk mengenolkan horizontalnya. Sambil memutar lempeng kita melihat teropong pada lensa sebelah kanan, apakah sudah horizontal atau belum. Apabila sudah horizontal lalu putar pengunci horizontal dengan cara memutar searah jarum jam. Penguncinya terletak diatas lempeng, maka horizontal sudah terkunci.
9) Mengutarakan kompas dengan melihat kompas yang ada dibagian atas pesawat. Bila garis putih sudah tepat atau masuk tanda, maka pesawat sudah menghadap utara. Kemudian dikunci dengan pengunci arah utara, dengan cara memutar searah jarum jam. Penguncinya terletak di bawah lempeng, maka arah utara sudah terkunci.
10) Menyetel pesawat agar membentuk sudut 270° terhadap sudut vertikal dengan cara menaik turunkan teropong sambil melihat pada lensa sebelah kanan, apakah sudah 270° atau belum. Apabila sudah tepat 270° lalu kunci dengan pengunci vertikal, dengan cara memutar searah jarum jam. Pengunci terletak disamping teropong, maka arah vertikal sudah terkunci.
11) Menempatkan baak atau rambu ukur pada titik detail tambahan, titk BM, dan kedelapan titik yang mengapit.
12) Membuka kunci horizontal, untuk memutar pesawat sampai baak kelihatan pada lensa. Setelah terlihat lalu kunci kembali pengunci horizontal.
15) Membaca sudut horizontal dengan melihat pada teropong lensa sebelah kanan. Dengan cara memutar penyetel menit, detik sampai derajat jatuh tepat pada tengah-tengah diantara dua garis, lalu membaca besar sudut menit, detik pada arah horizontal.
16) Setelah selesai di titik detail utama A, kemudian memindahkan pesawat ke titik detail B, begitu seterusnya untuk titik detail utama C, D, E, F.
17) Melakukan hal yang sama pada nomor 2 sampai pada dengan nomor 10 untuk penyetelan alat.
Catatan :
Disetiap titik detail utama selalu dilakukan pekerjaan nomor 2 sampai dengan nomor 10 untuk penyetelan alat dan sebelum membidik baak.
Memutar pesawat selalu searah jarum jam, agar tidak kesalahan pembacaan pada sudut horizontal.
Pada waktu pembidikan ( pembacaan baak ), pengunci yang terbuka hanyalah pengunci horizontalnya saja.
Apabila pada pembacaan sudut horizontal maupun vertikal, dimana derajatnya tidak jatuh di tengah-tengah ( pembacaan sudut yang dibaca terlebih adalah sudut vertikal baru sudut horizontal ). Maka pembacaan sudut vertikal diputar pengunci vertikal pada penggerak halus sampai derajat vertikal tepat ditengah-tengah, kemudian dibaca. Dan untuk pembacaan sudut horizontal diputar pengunci horizontal pada penggerak halus sampai derajat horizontal tepat ditengah-tengah, kemudian dibaca besarnya derajat, menit, dan detik.
3.3. PENYELESAIAN LAPORAN SEMENTARA
C ( 1,430 )
D 1,455 1,327 1,200 9513’40” 90 B 1,348 1,226 1,105 24541’00” 90 1 1,545 1,452 1,360 0802’20” 90 2 1,534 1,452 1,371 8113’20” 90 3 1,452 1,376 1,300 11530’01” 90 4 1,418 1,337 1,257 14518’40” 90 5 1,375 1,300 1,225 17420’00” 90 6 1,465 1,388 1,312 22146’40” 90 7 1,295 1,200 1,105 26226’40” 90 8 1,573 1,487 1,402 30424’20” 90
D ( 1,510 )
E ( 1,520 )
F 1,648 1,566 1,485 23550’15” 90 D 1,529 1,459 1,380 35439’50” 90 1 1,270 1,215 1,160 2000’40” 90 2 1,490 1,440 1,390 12941’20” 90 3 1,611 1,552 1,474 16344’40” 90 4 1,631 1,538 1,445 23848’40” 90 5 1,628 1,538 1,448 127158’20” 90 6 1,624 1,515 1,406 29606’40” 90 7 1,616 1,516 1,416 31658’20” 90 8 1,629 1,549 1,469 045’20” 90
F ( 1,530 )
a) Perhitungan Sudut Dalam ( :
− Perhitungan Sudut dalam terkoreksi :
'AB = 339°19’00”
'BC = 339°19’00” + 180° – 97°11’30” = 422°07’30”
'CD = 422°07’30” + 180° – 150°38’20” = 451°29’10”
'DE = 451°29’10” + 180° – 101°52’50” = 529º36’20”
'EF = 529°36’20” + 180° – 119°00’35” = 590°35’45”
'FA = 590°35’45” + 180° – 165°15’35” = 605°20’10” +
B. Kontrol Azimuth
AB = ’FA + 180° – ’A
339°19’00” = 605°20’10” + 180° – 86°01’10” 339°19’00” = 339°19’00” ( cocok )
c) Mencari Jarak Optis
Rumus : d =BABB100cos²
α = sudut vertical – 90o
Titik A
dD – 5 = (1,332 – 1,167).100 .cos² . (90°-90o) = 16,5m dD – 6 = (1,333 – 1,180).100 .cos² . (90°-90o) = 15,3m dD – 7 = (1,325 – 1,175).100 .cos² . (90°-90o) = 15 m dD – 8 = (1,400 – 1,250).100 .cos² . (90°-90o) = 15 m
Titik E
dE – F = (1,648 – 1,485).100 .cos². (90°-90o) = 16,3m d E– D = (1,539 – 1,380).100 .cos² . (90°-90o) = 15,9m dE– 1 = (1,270 – 1,160).100 .cos² . (90°-90o) = 11 m dE – 2 = (1,490 – 1,390).100 .cos² . (90°-90o) = 10m dE – 3 = (1,611 – 1,474).100 .cos² . (90°-90o) = 13,7m dE – 4 = (1,631 – 1,445).100 .cos² . (90°-90o) = 18,6 m dE – 5 = (1,628 – 1,448).100 .cos² . (90°-90o) = 18m dE – 6 = (1,624 – 1,406).100 .cos² . (90°-90o) = 21,8m dE – 7 = (1,616 – 1,416).100 .cos² . (90°-90o) = 20 m dE – 8 = (1,629 – 1,469).100 .cos² . (90°-90o) = 16 m
Titik F
− d rata-rata titik utama
dAB = 7,4 m
dBC = 23,3 m
dCD = 25,5 m
dDE = 16 m
dEF = 16,3 m
dFA = 20 m
d = 108,5 m− Mencari X pada titik utama
Rumus : X dSin
XΔA – B = dA - B . sin 'A - B
= 7,4 . sin 339°19’00” = - 2,613 XΔB – C = dB - C . sin 'B - C
= 23,3 . sin 422°07’30” = +20,596 XΔC – D = dC - D . sin 'C - D
= 25,5 . sin 451°29’10” = +25,491 XΔD – E = dD - E . sin 'D - E
= 16 . sin 529°36’20” = +2,886 XΔE – F = dE - F . sin 'E - F
= 16,3 . sin 590°35’45” = -12,594 XΔF – A = dF - A . sin 'F - A
= 20 . sin 605°20’10” = -18,175 ΣΔx = +15,590 XΔBM – A = dBM - A . sin BM – A
Koreksi X dSin
Kesalahan (fx)= -Σd.sin
= -15,590 Rumus : X’ = Δx ± fx .(d ∕ Σd)
X’A – B = - 2,613 - 15,590 . (7,4 / 108,5) = -3,676
X’B – C = + 20,596 - 15,590 . (23,3 / 108,5) = +17,2
X’C – D = + 25,491 - 15,590 . (25,5 / 108,5) = +21,827
X’D – E = + 2,886 - 15,590 . (16 / 108,5) = +0,587
X’E – F = –12,594 - 15,590 . (16,3 / 108,5) = -14,936
X’F – A = - 18,175 - 15,590 . (20 / 108,5) = -21,048 +
X' = 0,000Perhitungan d sin α terkoreksi
Titik d d sin α koreksi d sin α terkoreksi
A-B 7,4 - 2,613 -3,676 -6,289
B-C 23,3 +20,596 +17,2 +37,796
C-D 25,5 +25,491 +21,827 +47,318
D-E 16 +2,886 +0,587 +3,473
E-F 16,3 -12,594 -14,936 -27,53
Y’A – B = -30,074 – 2,197 . (37,49 / 207,29) = – 30,471
Y’B – C = -36,464 – 2,197 . (36,49 / 207,29) = – 36,851
Y’C – D = -10,628 – 2,197 . (18,69 / 207,29) = – 10,826
Y’D – E = +3,222 – 2,917 . (26,99 / 207,29) = + 2,936
Y’E – F = +45,224 – 2,917. (46,74 / 207,29) = + 44,729
Y’F – A = +30,917 – 2,917. (40,89 / 207,29) = + 30,484 +
Y' = 0,000– Ko’ordinat titik utama Y YBM = +10,000
YA = +10,000 + 5,854 = 15,854
XA – 4 = 36,99 . sin 155º21’20” = 15,424
XA – 5 = 38,99 . sin 184º21’40” = –2,961
XA – 6 = 37,99 . sin 240º21’20” = –33,017
XA – 7 = 34,99 . sin 280º21’20” = –34,420
XA – 8 = 13,99 . sin 298º21’20” = –13,116
ΣΔX = –6,864
KoreksiX dSin
Kesalahan (fx)= -Σd.sin = 6,864
Rumus : X’ = Δx ± fx .(d ∕ Σd)
X’A – 1 = 3,832 + 6,864 . (10,99 / 235,92) = + 4,152
X’A – 2 = 15,416 + 6,864 . (19,99 / 235,92) = + 15,998
X’A – 3 = 41,978 + 6,864 . (41,99 / 235,92) = + 43,199
X’A – 4 = 15,424 + 6,864 . (36,99 / 235,92) = + 16,500
X’A – 5 = -2,961 + 6,864 . (38,99 / 235,92) = – 1,827
X’A – 6 = -33,017 + 6,864 . (37,99 / 235,92) = – 31,912
X’A – 7 = -34,420 + 6,864 . (34,99 / 235,92) = – 33,402
X’A – 8 = -13,116 + 6,864 . (13,99 / 235,92) = – 12,708 +
– Ko’ordinat Titik Detail XA XA = +38,393
XA – 1 = +38,393 +15,998 = 42,545 XA – 2 = +38,393 + 15,39 = 54,391 XA – 3 = +38,393 + 43,199 = 81,592 XA – 4 = +38,393 + 16,500 = 54,893 XA – 5 = +38,393 – 1,827 = 36,566 XA – 6 = +38,393 – 31,912 = 6,481 XA – 7 = +38,393 – 33,402 = 4,991 XA – 8 = +12,568 – 12,708 = 25,685
− Mencari ΔYPada Titik Detail ΔY = d cos α
YA – 1 = 10,99 . cos 20º21’20” = 10,304
YA – 2 = 19,99 . cos 50º27’40” = 12,717
YA – 3 = 41,99 . cos 91º21’20” = 0,993
YA – 4 = 36,99 . cos 155º21’20” = –33,621
YA – 5 = 38,99 . cos 184º21’40” = –38,878
YA – 6 = 37,99 . cos 240º21’20” = –18,790
YA – 7 = 34,99 . cos 280º21’20” = 6,289
YA – 8 = 13,99 . cos 298º21’20” = 4,866
ΣΔY = –58,096
KoreksiY dCos
Kesalahan (fy) = -Σd.cos =58,096
Rumus : Y’ = ΔY ± fy .(d ∕ Σd)
Y’A – 1 = 10,304 + 58,096 . (10,990 / 235,92) = 13,010
Y’A – 2 =12,717 + 58,096 . (19,990 / 235,92) = 17,649
Y’A – 3 = -0,993 + 58,096 . (41,990 / 235,92) = 9,347
Y’A – 5 = -38,878 + 58,096 . (38,990 / 235,92) = – 29,275
Y’A – 6 = -18,790 + 58,096 . (-18,790 / 235,92) = – 9,435
Y’A – 7 = 6,289 + 58,096 . (34,990 / 235,92) = 14,905
Y’A – 8 = 4,866 + 58,096 . (13,990 / 235,92) = 8,311 +
Y'= 0,000– Ko’ordinat Titik Detaill YA
YA = +15,854
YA – 1 = +15,854 + 13,010 = 28,864 YA – 2 = +15,854 + 17,649 = 33,503 YA – 3 = +15,854 + 9,347 = 25,201 YA – 4 = +15,854 – 24,512 = -8,658 YA – 5 = +15,854 – 29,275 = -13,421 YA – 6 = +15,854 – 9,435 = 6,419 YA – 7 = +15,854 + 14,905 = 30,759 YA – 8 = +15,854 + 8,311 = 24,165
− Titik B
− Mencari ΔXPada Titik Detail
Δx = d .sin α
XB – 1 = 28,99 . sin 18º20’00” = 9,129
XB – 2 = 20,49 . sin 29º21’00” = 10,043
XB – 3 = 17,99 . sin 155º20’40” = 7,499
XB – 4 = 61,99 . sin 166º20’40” = 14,635
XB – 5 = 33,99 . sin 191º20’40” = –6,686
XB – 6 = 29,49 . sin 210º20’40” = –14,898
XB – 7 = 24,49 . sin 282º20’40” = –23,924
XB – 8 = 27,49 . sin 348º20’40” = –5,554
ΣΔX = –9,758
KoreksiX dSin
Kesalahan (fx) = -Σd.sin = 9.758
Rumus : X’ = Δx ± fx .(d ∕ Σd)
X’B – 1 = 9,129 + 9,758 . (28,99 / 244,92) = 10,282
X’B – 2 = 10,043 + 9,758 . (20,49 / 244,92) = 1,859
X’B – 3 = 7,499 + 9,758 . (17,99 / 244,92) = 8,216
X’B – 4 = 14,635 + 9,758 . (61,99 / 244,92) = 17,104
X’B – 5 =–6,686 + 9,758 . (33,99 / 244,92) = – 5,332
X’B – 6 =–14,898 + 9,758 . (29,49 / 244,92) = – 13,723
X’B – 7 =–23,924 + 9,758 . (24,49 / 244,92) = – 22,948
X’B – 8 = –5,554 + 9,758 . (27,49 / 244,92) = – 4,458 +
– Ko’ordinat Titik Detail XB XB = +61,40
XB– 1 = +61,40 +10,282 = 71,682 XB– 2 = +61,40 +1,859 = 72,259 XB– 3 = +61,40 + 8,216 = 69,616 XB– 4 = +61,40 + 17,104 = 78,504 XB– 5 = +61,40 – 5,332 = 56,068 XB– 6 = +61,40 –13,723 = 47,677 XB– 7 = +61,40 –22,948 = 38,452 XB– 8 = +61,40 – 4,458 = 56,942
− Mencari ΔYPada Titik Detail
ΔY = d .cos α
YB – 1 = 28,99 . cos 18º20’00” = 27,516
YB– 2 = 20,49 . cos 29º21’00” = 17,859
YB – 3 = 17,99 . cos 155º20’40” = –16,351
YB – 4 = 61,99 . cos 166º20’40” = –60,238
YB – 5 = 33,99 . cos 191º20’40” = –33,3125
YB – 6 = 29,49 . cos 210º20’40” = –25,449
YB – 7 = 24,49 . cos 282º20’40” = 5,236
YB – 8 = 27,49 . cos 348º20’40” = 26,923
ΣΔY = –57,810
KoreksiY dCos
Kesalahan (fy) = -Σd.cos = 57,81
Y’B – 5 =–33,3125 + 57,81 . (33,99 / 244,92) = – 25,289
Y’B – 6 = 25,449 + 57,81 . (29,49 / 244,92) = – 18,488
Y’B – 7 = 5,236 + 57,81 . (24,49 / 244,92) = 11,012
Y’B – 8 = 26,923 + 57,81 . (27,49 / 244,92) = 33,412
Y' = 0,000– Ko’ordinat Titik Detaill YB YB = -14,617
YB– 1 = -14,617 +34,369 = 28,864 YB – 2 = -14,617 +22,695 = 33,503 YB – 3 = -14,617 –12,105 = 25,201 YB – 4 = -14,617 – 45,606 = –8,658 YB – 5 = -14,617 – 25,289 = –13,421 YB – 6 = -14,617 – 18,488 = 6,419 YB – 7 = -14,617 + 11,012 = 30,759 YB– 8 = -14,617 + 33,412 = 24,165
− Titik C
dC-1 = 17,70 m dC-2 = 17,69 m dC-3 = 23,79 m dC-4 = 22,69 m dC-5 = 22,69 m dC-6 = 22,39 m dC-7 = 18,79 m dC-8 = 23,19 m
− Mencari ΔXPada Titik Detail Δx = d .sin α
XC – 1 = 17,70 . sin 00º 00’20” = 0,00172
XC – 2 = 17,69 . sin 37º 03’20” = 10,659
XC – 3 = 23,79 . sin 100º 03’20” = 23,424
XC – 4 = 22,69 . sin 137º 01’20” = 15,468
XC – 5 = 22,69 . sin 186º 01’00” = –2,378
XC – 6 = 22,39 . sin 240º 02’00” = –19,397
XC – 7 = 18,79 . sin 271º 02’40” = –18,787
XC – 8 = 23,19 .sin 303º 02’20” = –19,440
ΣΔX = –10,449
KoreksiX dSin
Kesalahan (fx)= -Σd.sin = 10,449
Rumus : Y’ = ΔY ± fy .(d ∕ Σd)
X’C – 1 =0,00172 + 10,449 . (17,70 / 168,93) = 1,096
X’C – 2 = 10,659 + 10,449 . (17,69 / 168,93) = 11,753
X’C – 3 = 23,424 + 10,449 . (23,79 / 168,93) = 24,895
X’C – 4 = 15,468 + 10,449 . (22,69 / 168,93) = 16,872
X’C – 5 = –2,378 + 10,449 . (22,69 / 168,93) = – 0,974
X’C – 6 =–19,397 + 10,449 . (22,39 / 168,93) = – 18,012
X’C – 7 =–18,787 + 10,449 . (18,79 / 168,93) = – 17,625
X’C – 8 =–19,440 + 10,449 . (23,19 / 168,93) = – 18,005
– Ko’ordinat Titik Detail XC XC = +63,386
XC– 1 = +63,386 + 1,096 = 64,482 XC– 2 = +63,386 + 11,753 = 75,139 XC– 3 = +63,386 + 24,895 = 88,281 XC– 4 = +63,386 + 16,872 = 80,258 XC– 5 = +63,386 – 0,974 = 62,412 XC– 6 = +63,386 – 18,012 = 45,374 XC– 7 = +63,386 – 17,625 = 45,761 XC– 8 = +63,386 – 18,005 = 45,381
− Mencari ΔYPada Titik Detail ΔY = d .cos α
YC – 1 = 17,70 . cos 00º00’20” = 17,699
YC – 2 = 17,69 . cos 37º03’20” = 14,117
YC – 3 = 23,79 . cos 100º03’20” = –4,154
YC – 4 = 22,69 . cos 137º01’20” = –16,600
YC – 5 = 22,69 . cos 186º01’00” = –22,565
YC – 6 = 22,39 . cos 240º02’00” = –11,184
YC – 7 = 18,79 . cos 271º02’40” = 0,342
YC – 8 = 23,19 . cos 303º02’20” = 12,643
ΣΔY = –9,702
KoreksiY dCos
Kesalahan (fy)= -Σd.cos = 9,702
Rumus : Y’ = ΔY ± fy .(d ∕ Σd)
Y’C – 1 = 17,699 + 9,702 . (17,70 / 168,93) = 18,715
Y’C – 2 = 14,117 + 9,702 . (17,69 / 168,93) = 15,133
Y’C – 3 = –4,154 + 9,702 . (23,79 / 168,93) = – 2,787
Y’C – 5 = –2,565 + 9,702 . (22,69 / 168,93) = – 21,262
Y’C – 6 =–11,184 + 9,702 . (22,39 / 168,93) = – 9,898
Y’C – 7 = 0,342 + 9,702 . (18,79 / 168,93) = 1,421
Y’C – 8 = 12,643 + 9,702 . (23,19 / 168,93) = 13,975
Y' = 0,000– Ko’ordinat Titik Detaill YC YC = –14,617
YC – 1 = –14,617 +18,715 = –32,753 YC – 2 = –14,617 +15,133 = –36,335 YC – 3 = –14,617 – 2,787 = –54,255 YC – 4 = –14,617 – 15,2976 = –66,765 YC – 5 = –14,617 – 21262 = –72,730 YC – 6 = –14,617 – 9,894 = –61,366 YC – 7 = –14,617 + 1,421 = –50,047 YC– 8 = –14,617 + 13,975 = –37,497
− Titik D
− Mencari ΔXPada Titik Detail
Δx = d .sin α
XD – 1 = 20,99 . sin 3º01’40” = 10,504
XD – 2 = 18,19 . sin 72º01’40” = 17,302
XD – 3 = 20,99 . sin 115º01’40” = 19,019
XD – 4 = 28,59 . sin 152º01’40” = 13,490
XD – 5 = 20,99 . sin 195º01’40” = –5,442
XD – 6 = 20,99 . sin 238º01’40” = –17,806
XD – 7 = 33,99 . sin 305º01’40” = –27,834
XD – 8 = 18,99 . sin 336º01’40” = –7,715
ΣΔX = 1,437
KoreksiX dSin
Kesalahan (fx) = -Σd.sin = - 1,437
Rumus : X’ = Δx ± fx .(d ∕ Σd)
X’D – 1 =10,504 – 1,437 . (20,99 / 183,72) = 10,339
X’D – 2 = 17,302 – 1,437 . (18,19 / 183,72) = 17,159
X’D – 3 = 19,019 – 1,437 . (20,99 / 183,72) = 18,855
X’D – 4 = 13,409 – 1,437 . (28,59 / 183,72) = 13,185
X’D – 5 = –5,442 – 1,437 . (20,99 / 183,72) = – 5,606
X’D – 6 =–17,806 – 1,437 . (20,99 / 183,72) = – 17,970
X’D – 7 =–27,834 – 1,437 . (33,99 / 183,72) = – 28,099
X’D – 8 = –7,715 – 1,437 . (18,99 / 183,72) = – 7,863
– Ko’ordinat Titik Detail XD XD = +48,324
XD– 1 = +48,324 + 10,339 = 58,663 XD– 2 = +48,324 + 17,159 = 65,483 XD– 3 = +48,324 + 18,855 = 67,179 XD– 4 = +48,324 + 13,185 = 61,509 XD– 5 = +48,324 – 5,606 = 42,718 XD– 6 = +48,324 – 17,997 = 30,354 XD– 7 = +48,324 – 28,099 = 20,225 XD– 8 = +48,324 – 7,863 = 40,461
− Mencari ΔYPada Titik Detail ΔY = d .cos α
YD – 1 = 20,99 . cos 3º01’40” = 18,173
YD – 2 = 18,19 . cos 72º01’40” = 5,613
YD – 3 = 20,99 . cos 115º01’40” = –8,8799
YD – 4 = 28,59 . cos 152º01’40” = –25,249
YD – 5 = 20,99 . cos 195º01’40” = –20,272
YD – 6 = 20,99 . cos 238º01’40” = –11,114
YD – 7 = 33,99 . cos 305º01’40” = 19,509
YD – 8 = 18,99 . cos 336º01’40” = 17,352
ΣΔY = –4,867
KoreksiY dCos
Kesalahan (fy) = -Σd.cos = 4,867
Y’D – 5 =–20,272 – 4,867 . (20,99 / 183,72) = – 19,716
Y’D – 6 =–11,114 – 4,867 . (20,99 / 183,72) = – 10,557
Y’D – 7 = 19,509 – 1,437 . (33,99 / 183,72) = 20,409
Y’D – 8 = 17,352 – 1,437 . (18,99 / 183,72) = 17,855
Y' = 0,000– Ko’ordinat Titik Detail YD XD = –62,294
XD– 1 = –62,294 + 18,729 = –43,565 XD– 2 = –62,294 + 6,095 = –56,199 XD– 3 = –62,294 – 8,323 = –70,617 XD– 4 = –62,294 – 24,492 = –86,786 XD– 5 = –62,294 – 19,716 = –88,012 XD– 6 = –62,294 – 10,557 = –72,851 XD– 7 = –62,294 – 20,409 = –41,885 XD– 8 = –62,294 + 17,855 = –44,439
− Titik E
dE-1 = 23,99 m dE-2 = 19,39 m dE-3 = 22,99 m dE-4 = 18,99 m dE-5 = 23,99 m dE-6 = 16,99 m dE-7 = 18,49 m dE-8 = 29,99 m
− Mencari ΔXPada Titik Detail
Δx = d .sin α
XE – 1 = 23,99 . sin 25º02’00” = 10,151
XE – 2 = 19,39 . sin 52º02’00” = 15,286
XE – 3 = 22,99 . sin 115º02’00” = 20,830
XE – 4 = 18,99 . sin 142º02’00” = 11,683
XE – 5 = 23,99 . sin 188º02’00” = –3,352
XE – 6 = 16,99 . sin 229º02’00” = –12,829
XE – 7 = 18,49 . sin 297º02’00” = –16,469
XE – 8 = 29,99 . sin 337º02’00” = –11,702
ΣΔX = 13,598
KoreksiX dSin
Kesalahan (fx) = -Σd.sin = – 13,596
Rumus : X’ = Δx ± fx .(d ∕ Σd)
X’E – 1 = 10,151 – 13,596 . (23,99 / 174,82) = 8,285
X’E – 2 = 15,286 – 13,596 . (19,39 / 174,82) = 13,778
X’E – 3 = 20,830 – 13,596 . (22,99 / 174,82) = 19,041
X’E – 4 = 11,683 – 13,596 . (18,99 / 174,82) = 10,205
X’E – 5 = –3,352 – 13,596 . (23,99 / 174,82) = – 5,218
X’E – 6 =–12,829 – 13,596 . (16,99 / 174,82) = – 14,150
X’E – 7 =–16,469 – 13,596 . (18,49 / 174,82) = – 17,907
X’E – 8 =–11,702 – 13,596 . ( 29,99 / 174,82) = – 14,034
– Ko’ordinat Titik Detail XE XE = +21,978
XE– 1 = +21,978 + 8,285 = 30,263 XE– 2 = +21,978 + 13,778 = 35,756 XE– 3 = +21,978 + 19,041 = 41,019 XE– 4 = +21,978 + 10,205 = 32,183 XE– 5 = +21,978 – 5,218 = 16,760 XE– 6 = +21,978 – 14,150 = 7,828 XE– 7 = +21,978 – 17,905 = 4,071 XE– 8 = +21,978 – 14,034 = 7,944
− Mencari ΔyPada Titik Detail ΔY = d .cos α
YE – 1 = 23,99 . cos 25º02’00” = 21,736
YE – 2 = 19,39 . cos 52º02’00” = 11,929
YE – 3 = 22,99 . cos 115º02’00” = –9,728
YE – 4 = 18,99 . cos 142º02’00” = –14,971
YE – 5 = 23,99 . cos 188º02’00” = –23,754
YE – 6 = 16,99 . cos 229º02’00” = –11,139
YE – 7 = 18,49 . cos 297º02’00” = 8,440
YE – 8 = 29,99 . cos 337º02’00” = 27,613
ΣΔY = 10,090
KoreksiY dCos
Kesalahan (fy) = -Σd.cos = - 10,09
Rumus : Y’ = ΔY ± fy .(d ∕ Σd)
Y’E – 1 = 21,736 – 10,09 . (23,99 / 174,82) = 20,351
Y’E – 2 = 11,929 – 10,09 . (19,39 / 174,82) = 10,809
Y’E – 3 =–9,728 – 10,09 . (22,99 / 174,82) = – 11,155
Y’E – 5 =–23,754 – 10,09 . (23,99 / 174,82) = – 25,139
Y’E – 6 =–11,139 – 10,09 . (16,99 / 174,82) = – 12,119
Y’E – 7 = 8,404 – 10,09 . (18,49 / 174,82) = 7,337
Y’E – 8 = 27,613 – 10,09 . (29,99 / 174,82) = 25,882
Y' = 0,000– Ko’ordinat Titik Detail YE YE = –59,358
YE– 1 = –59,358 + 20,351 = –39,007 YE– 2 = –59,358 + 10,809 = –8,549 YE– 3 = –59,358 – 11,055 = –70,413 YE– 4 = –59,358 – 16,066 = –5,424 YE– 5 = –59,358 – 25,139 = –84,497 YE– 6 = –59,358 – 12,119 = –1,477 YE– 7 = –59,358 + 7,337 = –52,021 YE– 8 = –59,358 + 25,882 = –33,476
− Titik F
− Mencari ΔXPada Titik Detail
Δx = d .sin α
XF – 1 = 17,49 . sin 22º02’00” = 6,561
XF – 2 = 20,99 . sin 70º02’00” = 19,728
XF – 3 = 18,49 . sin 110º02’00” = 17,371
XF – 4 = 17,99 . sin 140º02’00” = 11,556
XF – 5 = 19,99 . sin 194º02’00” = – 4,847
XF – 6 = 17,99 . sin 217º02’00” = – 10,835
XF – 7 = 17,49 . sin 296º02’00” = – 16,165
XF – 8 = 22,99 . sin 339º03’40” = – 8,216
ΣΔX = 15,153
KoreksiX dSin
Kesalahan (fx) = -Σd.sin = –15,153
Rumus : X’ = Δx ± fx .(d ∕ Σd)
X’F – 1 = 6,561 – 15,153 . (17,49 / 153,92) = 4,838
X’F – 2 = 19,728 – 15,153 . (20,99 / 153,92) = 17,662
X’F – 3 = 17,371 – 15,153 . (18,49 / 153,92) = 15,551
X’F – 4 = 11,556 – 15,153 . (17,99 / 153,92) = 9,785
X’F – 5 = –4,847 – 15,153 . (19,99 / 153,92) = – 6,815
X’F – 6 =–10,835 – 15,153 . (17,99 / 153,92) = – 12,606
X’F – 7 =–16,165 – 15,153 . (17,49 / 153,92) = – 17,936
X’F – 8 = –8,216 – 15,153 . (22,99 / 153,92) = – 10,479
– Ko’ordinat Titik Detail XF XF = +10,95
XF– 1 = +10,95 + 4,838 = 15,788 XF– 2 = +10,95 + 17,662 = 28,612 XF– 3 = +10,95 + 15,551 = 26,501 XF– 4 = +10,95 + 9,789 = 20,735 XF– 5 = +10,95 – 6,815 = 4,135 XF– 6 = +10,95 – 12,606 = – 1,656 XF– 7 = +10,95 – 17,936 = – 6,986 XF– 8 = +10,95 – 10,479 = – 0,471
− Mencari ΔYPada Titik Detail ΔY = d .cos α
YF – 1 = 17,49 . cos 22º02’00” = 16,213
YF – 2 = 20,99 . cos 70º02’00” = 7,167
YF – 3 = 18,49 . cos 110º02’00” = –6,3341
YF – 4 = 17,99 . cos 140º02’00” = –13,788
YF – 5 = 19,99 . cos 194º02’00” = –19,393
YF – 6 = 17,99 . cos 217º02’00” = –14,361
YF – 7 = 17,49 . cos 296º02’00” = 7,896
YF – 8 = 22,99 . cos 339º03’40” = 21,472
ΣΔX = –1,128
KoreksiY dCos
Kesalahan (fy) = -Σd. cos = 1,128
Y’F – 5 = –19,39 + 1,128 . (19,99 / 153,92) = –19,247
Y’F – 6 =–14,361 + 1,128 . (17,99 / 153,92) = –14,229
Y’F – 7 = 7,896 + 1,128 . (17,49 / 153,92) = 8,028
Y’F – 8 =–21,472 + 1,128 . (22,99 / 153,92) = 21,640
Y' = 0,000– Ko’ordinat Titik Detail YF YF = –14,629
YF– 1 = –14,629 + 16,341 = 1,712 YF– 2 = –14,629 + 7,321 = –7,308 YF– 3 = –14,629 + 6,198 = –20,827 YF– 4 = –14,629 + 13,656 = –28,285 YF– 5 = –14,629 – 19,247 = –33,876 YF– 6 =–14,629 – 14,229 = –28,858 YF– 7 = –14,629 – 8,028 = –6,601 YF– 8 = –14,629 – 21,640 = 7,011
Polygon Detail X Y koordinat koordinat
X Y
A
1 +4,152 +13,010 +42,545 +28,864
2 +15,998 +17,649 +54,391 +33,503
3 +43,199 +9,347 +81,592 +25,201
4 +16,500 -24,512 +54,893 -8,658
5 -1,827 -29,275 +36,566 -13,421
6 -31,912 -9,435 +6,481 +6,419
7 -33,402 +14,95 +4,991 +30,759
Polygon Detail X Y koordinat koordinat
8 -4,458 +33,412 +56,942 + 24,165
C
1 +1,096 +18,715 +64,482 -32,753
2 +11,753 +15,133 +75,139 -36,335
3 + 24,895 -2,787 +88,281 -54,255
Polygon Detail X Y koordinat koordinat
4.2. PERHITUNGAN BEDA TINGGI DAN ELEVASI a) Perhitungan Beda Tinggi
Titik Utama
X = (BA-BB).50 sin2 ( -270)+TP-BT
HA - B = (1,845 – 0,460).50.Sin2 (270°20’20” – 270°)+1.57-0.6525
= +1,1452
HB - A = (1.089 – 0.724).50.Sin2 (270°20’20” – 270°)+1.40-0.9070
= +0,709
HB - C = (1.265 – 0.900).50.Sin2 (270°20’20” – 270°)+1.40-1.0825 = +0,533
HC - B = (1.089 – 0.724).50.Sin2 (270°01’40” – 270°)+1.43-0.9065 HA-BM = (1,270 – 0.980).50.Sin2 (270°20’40” – 270°)+1.57-1.1250
= +0.539
HC - D = (1.550 – 1.360).50.Sin2 (270°00’40” – 270°)+1.43-1.4550
= –0.021
HD - C = (1.050 – 0.866).50.Sin2 (270°01’20” – 270°)+1.51-0.9580
= +0.559
HD - E = (1.168 – 0.898).50.Sin2 (270°01’20” – 270°)+1.51-1.0330
= +0.487
HE - D = (1.190 – 0.920).50.Sin2 (269°01’40” – 270°)+1.50-1.0550
= +0.458
HE - F = (0.990 – 0.525).50.Sin2 (270°01’40” – 270°)+1.50-0.7570
= + 0.765
HF - E = (1.030 – 0.560).50.Sin2 (270°01’40” – 270°)+1.53-0.7950
= +0.758
HF - A = (1.430 – 1.021).50.Sin2 (270°01’40” – 270°)+1.53-1.2250 = +0.3248
HA - F = (1,026 – 0.617).50.Sin2 (270°21’20” – 270°)+1.57-0.8215
Titik detail A
HA-1 = ( 1,390 – 1,280 ) 50sin 2( 270º24’20”-270 )+1,57-1,335 = 0,3100
HA-2 = ( 1,215 – 1,015 ) 50sin 2( 270º22’20”-270 )+1,57-1,115 = 0,5868
HA-3 = ( 1,310 – 0,890 ) 50sin 2( 270º21’00”-270 )+1,57-1,100 = 0,7265
HA-4 = ( 0,950 – 0,580 ) 50sin 2( 270º21’20”-270 )+1,57-0,765 = 1,0346
HA-5 = ( 0,790 – 0,400 ) 50sin 2( 270º21’20”-270 )+1,57-0,595 = 1,2169
HA-6 = ( 1,115 – 0,735 ) 50sin 2( 270º21’20”-270 )+1,57-0,925 = 0,8538
HA-7 = ( 1,240 – 0,890 ) 50sin 2( 270º21’20”-270 )+1,57-1,065 = 0,7221
HA-8 = ( 1,400 – 1,260 ) 50sin 2( 270º21’20”-270 )+1,57-1,330 = 0,3269
Titik detail B
HB-1 = ( 1,910 – 1,620 ) 50sin 2( 270º20’40”-270 )+1,40-1,7650 = –1,90700
HB-2 = ( 1,620 – 1,415 ) 50sin 2( 270º20’40”-270 )+1,40-1,5425 = –0,00520
HB-3 = ( 1,580 – 1,400 ) 50sin 2( 270º20’40”-270 )+1,40-1,4900 = 0,01819
HB-4 = ( 1,800 – 1,118 ) 50sin 2( 270º20’40”-270 )+1,40-1,4900 = 0,28300
HB-5 = ( 1,490 – 1,150 ) 50sin 2( 270º20’20”-270 )+1,40-1,3200 = 0,28100
HB-6 = ( 1,615 – 1,320 ) 50sin 2( 270º20’20”-270 )+1,40-1,4675 = 0,10690
HB-7 = ( 1,450 – 1,205 ) 50sin 2( 270º20’20”-270 )+1,40-1,3275 = 0,21740
HB-8 = ( 1,970 – 1,695 ) 50sin 2( 270º20’20”-270 )+1,40-1,8325 = –0,26990
Titik detail C
HC-1 = ( 1,519 – 1,342 ) 50sin 2( 270º00’00”-270 )+1,43-1,4305 = –0,0005
HC-2 = ( 1,718 – 1,541 ) 50sin 2( 270º03’00”-270 )+1,43-1,6295 = –0,1840
HC-3 = ( 1,550 – 1,312 ) 50sin 2( 270º03’00”-270 )+1,43-1,4310 = 0,0198
Titik detail D
HD-1 = ( 1,125 – 0,915 ) 50sin 2( 270º01’20”-270 )+1,51-1,020 = 0,4981
HD-2 = ( 1,040 – 0,858 ) 50sin 2( 270º01’20”-270 )+1,51-0,949 = 0,5680
HD-3 = ( 1,240 – 1,030 ) 50sin 2( 270º01’20”-270 )+1,51-1,135 = 0,3831
HD-4 = ( 0,862 – 0,576 ) 50sin 2( 270º01’20”-270 )+1,51-0,719 = 0,8021
HD-5 = ( 1,460 – 1,250 ) 50sin 2( 270º01’20”-270 )+1,51-1,355 = 0,1631
HD-6 = ( 1,130 – 0,920 ) 50sin 2( 270º01’20”-270 )+1,51-1,025 = 0,4931
HD-7 = ( 1,035 – 0,695 ) 50sin 2( 270º01’20”-270 )+1,51-0,820 = 0,7032
HD-8 = ( 1,245 – 1,055 ) 50sin 2( 270º01’20”-270 )+1,51-1,150 = 0,3674
Titik detail E
HE-1 = ( 2,098 – 1,858 ) 50sin 2( 270º01’40”-270 )+1,5-1,9780 = –0,4664
HE-2 = ( 1,280 – 1,086 ) 50sin 2( 270º01’40”-270 )+1,5-1,1850 = 0,3264
HE-3 = ( 1,045 – 0,815 ) 50sin 2( 270º01’40”-270 )+1,5-0,9300 = 0,5811
HE-4 = ( 1,230 – 1,040 ) 50sin 2( 270º01’40”-270 )+1,5-1,1350 = 0,3742
HE-5 = ( 1,010 – 0,770 ) 50sin 2( 270º01’40”-270 )+1,5-0,8900 = 0,6216
HE-6 = ( 2,100 – 1,930 ) 50sin 2( 270º01’40”-270 )+1,5-2,0150 = –0,4867
HE-7 = ( 2,120 – 1,935 ) 50sin 2( 270º01’40”-270 )+1,5-2,0275 = –0,5185
HE-8 = ( 1,980 – 1,680 ) 50sin 2( 270º01’40”-270 )+1,5-1,8300 = –0,3158
Titik detail F
HF-1 = ( 1,575 – 1,395 ) 50sin 2( 270º01’40”-270 )+1,53-1,485 = 0,0537
HF-2 = ( 1,270 – 1,060 ) 50sin 2( 270º01’40”-270 )+1,53-1,165 = 0,3752
HF-3 = ( 1,135 – 0,950 ) 50sin 2( 270º01’40”-270 )+1,53-1,042 = 0,4965
HF-4 = ( 1,300 – 1,120 ) 50sin 2( 270º01’40”-270 )+1,53-1,210 = 0,3287
HF-5 = ( 2,110 – 1,910 ) 50sin 2( 270º01’40”-270 )+1,53-2,010 = 0,4218
HF-6 = ( 1,250 – 1,070 ) 50sin 2( 270º01’40”-270 )+1,53-1,160 = 0,3787
HF-7 = ( 1,780 – 1,600 ) 50sin 2( 270º01’40”-270 )+1,53-1,735 = –0,2006
TABEL HASIL PERHITUNGAN BEDA TINGGI TITIK DETAIL
Titik HA HB HC HD HE HF
1 +0,3100 - 1,9070 - 0,0005 +0,4981 - 0,4664 +0,0537
2 +0,5868 - 0,0052 - 0,1840 +0,5680 +0,3264 +0,3752
3 +0,7265 +0,01819 +0,0198 +0,3831 +0,5811 +0,4965
4 +1,0346 +0,28300 - 0,0911 +0,8021 +0,3742 +0,3287
5 +1,2169 +0,28100 - 0,0011 +0,1631 +0,6216 +0,4218
6 +0,8538 +0,10690 +0,0250 +0,4931 - 0,4867 +0,3787
7 +0,7221 +0,21740 +0,1917 +0,7032 - 0,5185 - 0,2006
8 +0,3269 - 0,2699 +0,0485 +0,3674 -0,3158 +0,0673
b) Perhitungan Elevasi
Titik Utama
EBM = +10,000
EB = EA + H’A – B = +9,3807 + (0,4155) = +9,7962
EC = EB + H’B – C = +9,7962 + (0,0245) = +9,8207
ED = EC + H’C – D = +9,8207 + (-0,8015) = +9,0192
EE = ED + H’D – E = +9,0192 + (-0,0390) = +8,9802
EF = EE + H’E – F = +8,9802 + (0,2500) = +9,2302
Titik detail A
9,3807 + 0,3100 = 9,6907 9,3807 + 0,5868 = 9,9675 9,3807 + 0,7265 = 10,1072 9,3807 + 1,0346 = 10,4153 9,3807 + 1,2169 = 10,5976 9,3807 + 0,8538 = 10,2345 9,3807 + 0,7221 = 10,1028 9,3807 + 0,3269 = 9,7076
Titik detail B
9,7962 + -1,9070 = 7,8892 9,7962 + -0,0052 = 9,7910 9,7962 + 0,01819 = 9,8144 9,7962 + 0,2830 = 10,0792 9,7962 + 0,2810 = 10,0772 9,7962 + 0,1069 = 9,9031 9,7962 + 0,2174 = 10,0136 9,7962 + -0,2699 = 9,5263
Titik detail C
Titik detail D
9,0192 + 0,4981 = 9,5173 9,0192 + 0,5680 = 9,5872 9,0192 + 0,3831 = 9,4023 9,0192 + 0,8021 = 9,8213 9,0192 + 0,1631 = 9,1823 9,0192 + 0,4931 = 9,5123 9,0192 + 0,7032 = 9,7224 9,0192 + 0,3674 = 9,3866
Titik detail E
8,9802 + -0,4664 = 8,5138 8,9802 + 0,3264 = 9,3066 8,9802 + 0,5811 = 9,5613 8,9802 + 0,3742 = 9,3544 8,9802 + 0,6216 = 9,6018 8,9802 + -0,4867 = 8,4935 8,9802 + -0,5185 = 8,4644 8,9802 + -0,3158 = 8,6644
Titik detail F
Tabel Perhitungan Elevasi (H) Titik Detail
Titik HA HB HC HD HE HF
1 9,6907 7,8892 9,8202 9,5173 8,5138 9,2839
2 9,9675 9,7910 9,6367 9,5872 9,3066 9,6054
3 10,1072 9,8144 9,8405 9,4023 9,5613 9,7267
4 10,4153 10,0792 9,7296 9,8213 9,3544 9,5589
5 10,5976 10,0772 9,8196 9,1823 9,6018 9,6520
6 10,2345 9,9031 9,8457 9,5123 8,4935 9,6089
7 10,1028 10,0136 10,0124 9,7224 8,4644 9,0296
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Setelah kami melaksanakan praktikum pengukuran Ukur Tanah II ini, maka kami dapat simpulkan sebagai berikut :
1. Jarak optis horizontal
Dalam perhitungan yang kami lakukan, kami mendapat hasil perhitungan toleransi jarak yang tidak memenuhi syarat, yaitu :
Toleransi jarak =
30001
d Fy Fx= 3,462207,292,197 30001
= 0,02729 ≤ 3,33333
Sehingga, praktikum yang kami lakukan masih dapat diterima didalam pengukuran.
2. Sudut Dalam
Kesalahan pengukuran sudut dalam menggunakan rumus :
n i
dimana : i = bacaan sudut skala terkecil pada alat yang dipakai n = banyaknya titik utama
3. Beda Tinggi
Pada pengukuran beda tinggi, batas kesalahan yang diijinkan ditentukan dengan rumus :
4. Kondisi Permukaan Tanah
Dari hasil pengukuran dilokasi yang kami lakukan ternyata memiliki beda tinggi yang tidak terlalu tinggi, sehingga dapat dikatakan permukaan tanah datar.
B. SARAN
Dari ketiga jenis pengukuran diatas, kesalahan-kesalahan tersebut seluruhnya dapat dihindari dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Sudut Dalam
Untuk menghindari kesalahn dalam pengukuran sudut dalam sebaiknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Dalam menentukan arah utara, pada setiap titik utama harus benar-benar menunjukkan arah utara dengan melakukan hal tersebut berulang kali.
Rambu ukur harus diletakkan tegak lurus dan tepat pada titik utama yang dibidik.
Uning-unting harus diletakkan tegak lurus tepat pada titik utama.
Teliti dalam pembacaan sudut horisontal. 2. Pengukuran Jarak dan Beda Tinggi
Pada pengukuran jarak dan beda tinggi sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut ini :
Pada saat pengukura dilapangan sebaiknya memperhatikan cuaca, suhu kondisi dan situasi lapangan.
BAB VI P E N U T U P
DAFTAR PUSTAKA
1. Foote, David dan Kelley,1990 Surveying,Theory and Practice, McGraw Hill Book Company, Amerika.
2. Rais Jacob, 1980, Ilmu Ukur Tanah, Jilid I, Cipta Sari Grafika, Semarang. 3. Rais Jacob, 1980, Ilmu Ukur Tanah, Jilid II, Cipta Sari Grafika, Semarang. 4. Soetoma Wongsotjiro, 1995, Ilmu Ukur Tanah, Swada, Jakarta.