• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Berat Bayi Lahir dengan Kejadia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan Berat Bayi Lahir dengan Kejadia"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Berat Bayi Lahir dengan Kejadian Rupture Perineum pada Persalinan Normal

The Relationship Between The Weight Of Newborn with The Perineal Rupture at Normal Labor

Nunung Istianawati1, Henny Juaria1

Akbid Griya Husada, nistianaw@gmail.com, hennysugeng@yahoo.co.id

ABSTRAK

Rupture perineum adalah perlukaan perineum yang terjadi saat bayi lahir. Berdasarkan fokus asuhan persalinan normal saat ini yang menganut paradigma pencegahan, maka segala bentuk perlukaan jalan lahir sebaiknya dicegah. Data persalinan di BPS Desy Andri Anita Surabaya menunjukkan peningkatan kejadian rupture perineum yaitu 16,88% tahun 2009 menjadi 41% tahun 2011. Salah satu faktor yang berpengaruh yaitu berat bayi yang dilahirkan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan berat bayi lahir dengan kejadian rupture perineum pada persalinan normal.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode analitik dengan desain Cross sectional dan menggunakan data sekunder. Populasi penelitian adalah 77 ibu bersalin multigravida tahun 2012 yang pengambilan sampelnya dilakukan secara probability sampling dan tipe yang digunakan simple random sampling dan didapatkan 64 responden. Kemudian dibuat tabel frekuensi, tabulasi silang dan diuji menggunakan Pearson Chi-Square dengan nilai kemaknaan α = 0,05. H1 diterima apabila p < α.

Hasil penelitian didapatkan ibu multigravida yang melahirkan bayi dengan berat 2500-4000 gram dan > 4000 gram mayoritas mengalami rupture perineum 71,43%. Sebaliknya ibu multigravida yang melahirkan bayi dengan berat < 2500 gram mayoritas tidak mengalami rupture perineum 59,1%. Dari hasil analisis data menggunakan uji Pearson Chi Square didapatkan nilai p (0,017) < α (0,05) maka Ho ditolak.

Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan berat bayi lahir dengan kejadian rupture perineum pada persalinan normal. Dengan demikian diharapkan petugas kesehatan mampu mendeteksi dini faktor resiko yang menyebabkan rupture perineum dan senantiasa meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki khususnya dalam hal mencegah rupture perineum dengan cara mengikuti pelatihan APN, seminar kesehatan, dan pelatihan kelas ibu hamil.

Kata kunci : berat bayi lahir, rupture perineum

ABSTRACT

Perineal Rupture is perineal injury that occure when the baby birth. Based on the focus of the current normal delivery care paradigm that embraces prevention, then any form of injury in the canal birth should be avoided. The data of labor in BPS Desy Andri Anita Surabaya show the increased incidence of perineal rupture is 16.88% in 2009 to 41% in 2011. One of the factors that affect the weight of newborn. Therefore, this study aims to determine the relationship of birth the weight of newborn with perineal rupture in normal Labor.

(2)

The results of research is obtained multigravid mother who have been labored babies weighing 2500-4000 gr and > 4000 gr are ruptured perineal majority of 71.43%. Instead multigravid mother who have been labored baby weighing < 2500 gr majority are not ruptured perineal 59.1%. From the analysis of the data using Pearson Chi Square test p value obtained (0.017) <α (0,05) so Ho is rejected.

It can be concluded that there is a relationship between a newborn weight incidence and perineal rupture in normal labor. It is hoped that health workers were able to detect the risk factors that lead to rupture of the perineal, and constantly improve the knowledge and skills possessed particularly in terms of preventing perineal rupture by APN training, health seminars, and pregnancy woman class.

(3)

PENDAHULUAN

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang setiap wanita hamil pasti akan mengalaminya. Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 2010).

Fokus asuhan persalinan normal saat ini adalah persalinan bersih dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi. Dengan paradigma pencegahan, episiotomi tidak lagi dilakukan secara rutin karena dengan perasat khusus, penolong persalinan akan mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi atau hanya terjadi robekan minimal pada perineum (Wiknjosastro dkk, 2008).

Persalinan tidak jarang menyebabkan robekan pada jalan lahir. Robekan yang terjadi bisa ringan (lecet,laserasi), luka episiotomi, rupture perineum spontan, rupture perineum total, rupture pada dinding vagina, dan bahkan yang terberat yaitu rupture uteri. Robekan jalan lahir merupakan bentuk dari trauma obstetrik yang menjadi salah satu penyebab dari tingginya angka kematian ibu di Indonesia. Menurut data SDKI tahun 2007, sebanyak 5% kasus kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh trauma obstetrik.

Rupture perineum merupakan salah satu trauma yang paling sering diderita perempuan pada saat persalinan (Oxorn, 2010). Rupture perineum adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu saat persalinan (Hamilton, 2002).

Data persalinan di BPS Desy Andri Anita Surabaya selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 menunjukkan terjadi peningkatan jumlah kejadian rupture perineum di BPS Desy Andri Anita Surabaya dari tahun 2009 ke tahun 2010

terjadi peningkatan 4,46 % dan dari tahun 2010 ke tahun 2011 terjadi peningkatan 19,66%.

Meningkatnya kejadian rupture perineum pada persalinan normal di BPS Desy Andri Anita Surabaya dari tahun 2009-2011, tidak sesuai dengan yang dikemukakan oleh Winkjosastro dkk (2008) dalam buku Asuhan Persalinan Normal menyatakan bahwa fokus asuhan persalinan normal saat ini menganut paradigma pencegahan. Dengan paradigma ini diharapkan laserasi pada jalan lahir dapat dicegah dan episiotomi tidak lagi dilakukan secara rutin. Sehingga dalam kondisi ini timbul suatu masalah yaitu tingginya frekuensi kejadian rupture perineum di BPS Desy Andri Anita Surabaya, jika hal tersebut dibiarkan maka akan berpengaruh terhadap morbiditas secara langsung dan mortalitas secra tidang langsung.

Rupture perineum dapat terjadi karena beberapa faktor, di antaranya adalah faktor ibu, faktor janin, dan faktor penolong persalinan. Faktor ibu meliputi partus presipitatus, ibu primigravida, pasien tidak mampu berhenti mengejan, edema dan kerapuhan perineum, varikositas vulva yang melemahkan jaringan perineum, arkus pubis yang sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga menekan kepala bayi kearah posterior. Kemudian dari faktor janin meliputi berat badan bayi lahir (janin besar), posisi kepala yang abnormal misalnya presentasi muka dan occipitoposterior, presentasi sungsang, ekstraksi forceps yang sukar, distocia bahu, anomali congenital seperti hydrocephalus (Oxorn, 2010).

(4)

otot-otot perineum ini sering menyebabkan rupture perineum. Semakin besar tekanan terhadap perineum maka semakin besar pula resiko terjadinya rupture perineum ketika proses persalinan berlangsung (Cunningham, 1995).

Berdasarkan data kejadian rupture perineum di BPS Desy Andri Anita Surabaya menunjukkan persalinan dengan rupture perineum dari tahun 2009-2011 terjadi pada persalinan dengan berat bayi lahir antara 2500-4000 gram yaitu sebesar 53,84% pada tahun 2009, 42,10% pada tahun 2010, dan 61,23% pada tahun 2011.

Rupture perineum seringkali menimbulkan ketidaknyamanan pada ibu pascapartum. Ketidaknyamanan tersebut disebabkan oleh laserasi dan jahitan terhadap laserasi tersebut. Kebanyakan ibu measa takut untuk menyentuh bahkan membersihkan luka pada perineum, jika hal tersebut dibiarkan terjadi maka dapat menimbulkan komplikasi antara lain : Susah buang air besar, susah buang air kecil, dan infeksi (Varney, 2008).

Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala dan bahu dilahirkan. Kejadian laserasi akan meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan tidak terkendali. Kerjasama dengan ibu akan sangat bermanfaat saat kepala bayi pada diameter 5-6 cm tengah membuka vulva (crowning) karena pengendalian dapat mengurangi kemungkinan terjadinya robekan. Pada saat crowning, lindungi perineum dengan satu tangan (di bawah kain bersih dan kering), ibu jari pada salah satu sisi perineum dan 4 jari tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum. Melindungi perineum dan mengendalikan keluarnya kepala bayi secara bertahap dan hati-hati dapat mengurangi regangan berlebihan (robekan) pada vagina dan perineum (Winkjosastro dkk, 2008).

Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan terjadi peningkatan frekuensi kejadian rupture perineum dari tahun ke tahun yaitu dari tahun 2009 ke tahun 2010 terjadi peningkatan 4,46 % dan dari tahun 2010 ke tahun 2011 terjadi peningkatan 19,66 %. Selain itu mengingat rupture perineum sering mengakibatkan rasa ketidaknyamanan pada ibu pascapartum berupa rasa nyeri, susah buang air hubungan antara berat bayi lahir dengan kejadian rupture perineum pada persalinan normal di BPS Desy Andri Anita Surabaya tahun 2012.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional dimana variabel bebas (independent) dan variabel tergantung (dependent) dikumpulkan dalam waktu yang sama (Notoatmodjo, 2010).

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 di BPS Desy Andri Anita Surabaya dengan pertimbangan, Ditemukan peningkatan jumlah kejadian rupture perineum pada tahun 2009 sebesar 16,88%, tahun 2010 sebesar 21,34% , dan tahun 2011 meningkat lagi sebesar 41%..

(5)

Dalam hal ini yang menjadi variabel bebasnya yaitu berat bayi lahir sedangkan untuk variabel bebasnya yaitu kejadian rupture perineum.

Alat dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar pengumpulan data, dengan sumber data diperoleh dari buku catatan persalinan di BPS Desy Andri Anita Surabaya tahun 2012 yang berupa data sekunder.

Analisis dalam penelitian ini diolah dan dihitung secara univariat dengan tabulasi frekuensi dan bivariat dengan tabulasi silang. Sedangkan untuk analisa data dilakukan uji statistik berupa Uji Chi-Square dari Pearson dengan menggunakan SPSS dimana skala ordinal direduksi menjadi skala nominal.

HASIL PENELITIAN

BPS Desy Andri Anita Surabaya terletak di Jalan Kandangan Mulyo III/48 Kelurahan Kandangan Kecamatan Sememi Surabaya. Dengan jumlah pegawai 3 orang bidan lulusan DIII Kebidanan, dan 1 perawat lulusan D-I Keperawatan.

Subyek penelitian adalah ibu multigravida yang bersalin di BPS Desy Andri Anita Surabaya pada tahun 2012.

Dari penelitian terhadap 64 ibu bersalin multigravida yang menggunakan data sekunder, didapatkan kejadian rupture perineum yang dipengaruhi oleh berat bayi yang dilahirkan sebagai berikut :

1. Berat Bayi Lahir

Tabel 1 Frekuensi Berat Bayi Lahir Pada Multigravida di BPS Desy Andri Anita Surabaya Tahun 2012

Berat Bayi

Lahir Frekuensi Persentase (%) < 2500 gram

2500-4000 gram > 4000 gram

22 30 12

34,4 46,9 18,7

Jumlah 64 100

Sumber : Data Sekunder dari Register Laporan Persalinan

Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa sebesar 46,9% persalinan pada multigravida yang ada pada tahun 2012 di BPS Desy Andri Anita Surabaya mayoritas dengan berat bayi lahir antara 2500-4000 gram.

2. Kejadian Rupture Perineum di BPS Desy Andri Anita Surabaya

Tabel 2 Frekuensi Kejadian RupturePerineum Pada Multigravida di BPS Desy Andri Anita Surabaya Tahun 2012

Perineum Frekuensi Persentase (%)

Ruptur 39 60,9

Tidak Ruptur 25 39,1

Jumlah 64 100

Sumber : Data Sekunder dari Register Laporan Persalinan

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2012 persalinan di BPS Desy Andri Anita Surabaya mayoritas terjadi rupture perineum sebesar 60,9 %.

(6)

Tabel 3 Tabulasi Silang antara Berat Bayi Lahir dengan Kejadian Rupture Perineum di BPS Desy Andri Anita Surabaya Tahun 2012

Berat

Sumber : Register Laporan Persalinan yang diolah peneliti

Tabel 3 menunjukkan bahwa pada persalinan multigravida dengan berat bayi lahir 2500-4000 gram dan > 4000 gram lebih banyak terjadi rupture perineum (71,43%) dibandingkan persalinan pada multigravida dengan berat bayi lahir < 2500 gram (59,1%) yang tidak mengalami rupture perineum.

Tabel 4 Uji Chi-Square Berat Bayi Lahir dengan Kejadian Ruptur Perineum di BPS Desy Andri Anita Surabaya Tahun 2012.

Perineum kelompok yaitu berat bayi lahir < 2500 gram, 2500-4000 gram, dan > 2500-4000 gram telah direduksi menjadi 2 kelompok yaitu berat bayi lahir < 2500 gram yang beresiko rendah terhadap kejadian rupture perineum serta 2500-4000 gram dan > 4000 gram yang beresiko tinggi terhadap kejadian rupture perineum. Maka dilakukan analisis data dengan menggunakan uji Chi- Square dari pearson terhadap data yang diperoleh..Setelah dianalisis didapatkan hasil nilai significancy-nya adalah p (0,017) < (0,05), maka H0 ditolak. yang berarti terdapat hubungan berat bayi lahir dengan kejadian rupture perineum pada persalinan normal.

PEMBAHASAN

Persalinan normal bisa mengakibatkan terjadinya kasus perlukaan jalan lahir. Salah satunya yaitu perlukaan pada perineum. Pada persalinan normal, Rupture perineum merupakan bentuk dari perlukaan pada perineum yang terjadi saat proses persalinan. Salah satu penyebab terjadinya rupture perineum ketika persalinan adalah berat bayi lahir. Semakin besar berat bayi yang lahir maka semakin beresiko terjanya rupture perineum sebaliknya semakin kecil berat bayi yang lahir maka semakin kecil pula resiko terjadinya rupture perineum.

Berdasarkan data penelitian tentang rupture perineum didapatkan hasil pada Tabel 5.4 yang merupakan tabel tabulasi berat bayi lahir dengan kejadian rupture perineum didapatkan pada ibu multigravida yang melahirkan bayi dengan berat < 2500 gram 9 orang ibu bersalin atau sebesar 40,9% mengalami ruptur dan 13 orang atau sebesar 59,1% tidak mengalami ruptuer. Sedangkan pada ibu multigravida yang melahirkan bayi dengan berat 2500-4000 gram dan > 4000 gram 30 orang atau sebesar 71,43% mengalami rupture dan 12 orang atau sebesar 28,57% tidak mengalami rupture.

(7)

yaitu sebesar 71,43%, sebaliknya persalinan dengan berat < 2500 gram sedikit yang menyebabkan rupture perineum yaitu sebesar 40,9%. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa berat bayi lahir menyebabkan terjadinya kejadian rupture perineum. Hasil kesimpulan ini didukung dengan hasil uji statistik menggunakan uji chi square yang memakai nilai Pearson Chi-Square menunjukkan bahwa nilai significancy-nya p (0,017) < (0,05) berarti H0 ditolak, maka terdapat hubungan antara berat bayi lahir dengan kejadian rupture perineum pada persalinan normal.

Hasil kesimpulan di atas sesuai dengan yang diungkapkan oleh Saifuddin (2006) yang menyatakan bahwa semakin besar bayi yang lahir melalui jalan lahir ibu maka dimungkinkan semakin besar pula robekan jalan lahir terutama robekan perineum yang akan terjadi. Pada saat persalinan berat badan bayi lahir berpengaruh pada peregangan perineum sehingga pada perineum yang kaku mudah terjadi rupture. Pada saat persalinan, laserasi spontan pada perineum dapat terjadi pada saat kepala dan bahu dilahirkan. Ketika bayi melewati jalan lahir, berat badan bayi berpengaruh terhadap besarnya penekanan terhadap otot-otot yang berada di sekitar perineum sehingga perineum menonjol dan meregang sampai kepala dan seluruh bagian tubuh bayi lahir. Penekanan otot-otot perineum ini sering menyebabkan rupture perineum (Wiknjosastro,2005).

Rupture perineum terjadi ketika kepala dan bahu dilahirkan, kejadian ini akan meningkat bila bayi dilahirkan terlalu cepat. Sehingga selain berat bayi saat lahir, faktor lain yang tidak kalah penting menyebabkan rupture perineum adalah faktor penolong persalinan yang kurang terampil. Pada persalinan normal, seorang penolong hendaknya melakukan pimpinan persalinan dengan benar, yaitu tidak memimpin persalinan sebelum pembukaan lengkap, melindungi perineum dengan satu tangan saat kepala crowning dan menahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati introitus vagina dan perineum. Sehingga setiap penolong persalinan

seharusnya selalu meningkatkan keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki terutama dalam hal mencegah terjadinya ruptur perineum, seperti dengan cara mengikuti pelatihan APN, pelatihan kelas ibu hamil, dan seminar kesehatan. agar tercipta asuhan sayang ibu terutama ketika proses persalinan berlangsung.

SIMPULAN

Pada penelitian di BPS Desy Andri Anita Surabaya tahun 2012 dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Berat bayi lahir mayoritas antara 2500-4000 gram sebesar 46,9%.

2. Kejadian Rupture Perineum mayoritas terjadi pada persalinan normal sebesar 60,9%.

3. Ada hubungan antara berat bayi lahir dengan kejadian rupture perineum pada persalinan normal

SARAN

1. Bagi Masyarakat Khususnya Ibu Hamil

Hendaknya melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur, untuk mendeteksi secara dini adanya komplikasi.

2. Bagi BPS

a Mendeteksi faktor-faktor penyebab rupture perineum dan melakukan penanganan yang tepat untuk mencegeah terjadinya rupture perineum.

b Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki khususnya dalam hal pertolongan persalinan

c Mengajarkan pada ibu bersalin tentang cara mengejan yang benar pada saat bersalin.

3. Bagi Institusi Pendidikan

(8)

dan pengalamanan dalam melakukan penelitian selanjutnya.

4. Bagi Penulis

a Diharapkan peneliti meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dalam menangani masalah Rupture Perineum. b Diharapkan pada penelitian berikutnya

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, I.M et al., 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.

Dewi, A.B.F.K et al., 2013. Ilmu Gizi untuk Praktisi Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Hakimi, M. ed., 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica.

Karkata, M.K., 2009. Perdarahan Pasca Persalinan. In: A.B. Saifuddin, ed. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP.

Kosim, M.S et al., 2012. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Manuaba, I.B.G., Manuaba, I.B.G.F. dan Manuaba, I.A.C., 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

Martohoesodo, S. dan Marsianto, 2005. Perlukaan dan Peristiwa Lain pada Persalinan. In: H. Wiknjosastro, ed. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP.

Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Rochjati, P. 2011. Skrining Antenatal pada Ibu Hamil. Surabaya : Airlangga University Press.

Saifuddin, A.B. ed., 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP.

Sofian, A. ed., 2012. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC.

Sulistyoningsih, H., 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Varney, H. et al., 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

Gambar

Tabel 2 Frekuensi Kejadian Rupture Perineum
Tabel 4  Uji Chi-Square Berat Bayi Lahir dengan Kejadian Ruptur Perineum di BPS Desy Andri Anita Surabaya Tahun 2012

Referensi

Dokumen terkait

Agar usaha budidaya udang Windu sistem Polikultur ini efisien se- cara ekonomi maka harus memperoleh hasil panen udang Windu sebanyak ± 160 kg/Ha dan ikan Bandeng sebanyak ± 755

Sedangkan pada proses distribusi obat psikotropika telah sesuai dengan Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun (2014)

Parameter yang diamati, yaitu: waktu munculnya tunas (HST), panjang tunas (cm), jumlah tunas, jumlah daun (helai), dan warna daun. Data yang diperoleh kemudian dianalisis

Dengan penerapan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Think Talk Write (TTW) pada proses belajar Pendidikan Agama Islam diharapkan dapat memberikan kontribusi positif

appear in the students ' dictation papers mostl y consist. of meaning

Berdasarkan dalam hal ini pengasuh dapat memberikan sanksi kepada santri yang mengulangi perilaku bully yang dilakukannya kepada santri lain, sehingga pengasuh

Hal ini terjadi karena semakin besar bayi yang dilahirkan akan meningkatkan resiko terjadinya rupture perineum dikarenakan BB lahir yang besar berhubungan dengan

Pendekatan yang umum dilakukan untuk meningkatkan keamanan komputer antara lain adalah dengan membatasi akses fisik terhadap komputer, menerapkan mekanisme pada perangkat keras dan