• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perubahan UUD Tahun 1945 Terhad

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Perubahan UUD Tahun 1945 Terhad"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Perubahan UUD Tahun 1945 Terhadap

Kekuasaan Presiden

Tugas Mata Kuliah Hukum Tentang Lembaga-Lembaga Negara

Disusun Oleh:

Hanifa Dwi M.

NPM 110110130293

Dosen:

Dr. Hernadi Affandi, S.H., LL.M.

Fakultas Hukum

Universitas Padjadjaran

(2)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik -demikian bunyi UUD 1945 Pasal 1 ayat (1). Ketentuan ini memuat dua konsep, yaitu mengenai bentuk negara (negara kesatuan) dan bentuk pemerintahan (negara republik). Dalam perjalanan ketatanegaraan Indonesia merdeka, bentuk pemerintahan republik tetap dipertahankan walaupun terjadi beberapa kali penggantian (perubahan) UUD.1 Pergantian/perubahan tersebut mulai dari UUD Tahun 1945 (Periode 18 Agustus 1945-27 Desember 1949), konstitusi Republik Indonesia Serikat (Periode 27 Desember 1949 -17 Agustus 1950), UUD

Sementara (Periode 17 Agustus1950-5 Juli 1959), kembali ke UUD Tahun 1945 melalui Dekrit Presiden (Periode 1959-1971), UUD Tahun 1945 (Periode 1971-1999), dan terakhir UUD Tahun 1945 (Periode 1999-2002).2 Perubahan ini berpengaruh dalam pengaturan lembaga negara di Indonesia. Salah satunya terhadap Lembaga Kepresidenan, yang dalam hal ini sangat berpengaruh pada kekuasaan Presiden.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kekuasaan Presiden sebelum amandemen UUD Tahun 1945? 2. Bagaimana kekuasaan Presiden setelah amandemen UUD Tahun 1945? 3. Apa pengaruh perubahan UUD Tahun 1945 terhadap kekuasaan Presiden?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui kekuasaan Presiden sebelum amandemen UUD Tahun 1945. 2. Untuk mengetahui kekuasaan Presiden setelah amandemen UUD Tahun 1945. 3. Untuk mengetahui pengaruh perubahan UUD Tahun 1945 terhadap kekuasaan

Presiden.

1

Bagir Manan. Lembaga Kepresidenan. Yogyakarta: Gama Media. 1999. hlm. 19-21.

2

(3)

BAB 2 PEMBAHASAN

D. Kekuasaan Presiden Sebelum Amandemen UUD Tahun 1945

Kekuasaan Presiden sebelum Amandemen UUD Tahun 1945 akan dijelaskan pada masing-masing konstitusi yaitu:3

I. Kekuasaan Presiden Menurut UUD Tahun 1945

1. Kekuasaan Presiden di Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan

Berdasarkan pasal 4 ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi: “Presiden pemegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.”

2. Kekuasaan Presiden di Bidang Legislatif

Berdasarkan pasal 22 ayat (1), (2), dan (3) UUD 1945 yang berbunyi:

“Presiden mempunyai kekuasaan lebih besar dari pada DPR, selain membentuk Undang-Undang bersama DPR, dalam kondisi kegentingan Presiden mempunyai kekuasaan untuk membentuk peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang.”

Berdasarkan pasal 23 ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi: “Anggaran Pendapatan

dan Belanja ditetapkan dengan undang-undang. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui anggaran yang diusulkan pemerintah, maka pemerintah

menjalankan anggaran tahun yang lalu.”

3. Kekuasaan Presiden di Bidang Yudisial

Berdasarkan pasal 14 ayat (1) dan (2) UUD 1945 yang berbunyi: “Presiden mempunyai kekuasaan memberikan grasi, abolisi, amnesti dan rehabilitasi.”

4. Kekuasaan Presiden di Bidang Militer

Berdasarkan pasal 10 UUD 1945 yang berbunyi: “Kekuasaan Presiden memegang komando tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara.” 5. Kekuasaan Presiden dalam Hubungan Luar Negeri

Berdasarkan pasal 11 ayat (1) dan (2) UUD 1945 yang berbunyi: “Presiden mempunyai kekuasaan untuk membuat perjanjian dengan negara lain dan

meminta persetujuan dari DPR.”

3

(4)

6. Kekuasaan Darurat

Berdasarkan pasal 12 UUD 1945 yang berbunyi: “Presiden mempunyai

kekuasaan untuk membentuk Undang-Undang tentang syarat dan akibat negara dalam keadaan bahaya.”

7. Kekuasaan Presiden Mengangkat dan Menetapkan Pejabat Tinggi Negara Berdasarkan pasal 13 ayat (1), (2), dan (3) UUD 1945 yang berbunyi: “Presiden mempunyai kekuasaan untuk mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri, duta dan konsul.”

II. Kekuasaan Presiden Menurut Konstitusi RIS Tahun 1949

Dalam UUD RIS Tahun 1945 kedudukan Presiden hanya sebagai kepala negara. Sementara kekuasaan pemerintahan dijalankan oleh kabinet yang dikepalai oleh perdana menteri.4

1. Kekuasaan Mengangkat atau Menetapkan Pejabat Tinggi Negara

Dalam setiap pengambilan keputusan pemerintahan Presiden harus bergantung kepada kabinet, namun secara formal Presiden adalah kepala pemerintahan, sehingga segala keputusan pemerintahan sama dengan keputusan Presiden.

2. Kekuasaan di Bidang Legislasi

Berdasarkan pasal 141 ayat (1) Konstitusi RIS yaitu peraturan-peraturan dalam menjalankan Undang-Undang ditetapkan oleh pemerintah yang disebut Peraturan Pemerintah.

3. Kekuasaan di Bidang Yudisial

Presiden mempunyai hak memberi ampun dan keringanan hukuman atas hukuman yang dijatuhkan vonis pengadilan. Presiden memberi amnesti hanya dapat diberikan dengan perintah Undang-Undang Federal oleh Presiden sesudah meminta nasihat dari Mahkamah Agung. Sedangkan ketentuan abolisi diatur secara khusus dalam lampiran konstitusi RIS 1949.

4. Kekuasaan di Bidang Militer

Berdasarkan pasal 182 Konstitusi RIS, Presiden berkuasa atas angkatan bersenjata (militer).

5. Kekuasaan dalam Hubungan Luar Negeri

Presiden berkuasa untuk mengadakan dan mengesahkan segala perjanjian (traktat) dan persetujuan dari negara lain.

4

(5)

III. Kekuasaan Presiden Menurut Undang-Undang Dasar Sementara 1950 meliputi:5

1. Kekuasaan mengangkat atau menetapkan pejabat tinggi negara yaitu Presiden mempunyai kekuasaan untuk mengangkat Wakil Presiden, Perdana Menteri, Menteri-Menteri, dan pejabat lainnya. Presiden juga mempunyai kekuasaan untuk menandatangani segala peraturan dan keputusan yang dikeluarkan oleh Menteri. 2. Kekuasaan di bidang legislasi yaitu pemerintah bersama-sama dengan DPR

mempunyai kekuasaan dalam hal perundang-undangan. Presiden juga mempunyai kekuasaan untuk mengambil inisiatif dalam perundang-undangan dan menyampaikan rancangan undang-undang kepada DPR.

3. Kekuasaan di bidang yudisial yaitu Presiden berupa kekuasaan memberi grasi bagi seseorang yang dijatuhi hukuman oleh pengadilan. Sedangkan kekuasaan yang berkaitan dengan amnesti dan abolisi tidak diberikan oleh UUD melainkan UU setelah meminta nasihat dari Mahkamah Agung.

4. Kekuasaan di bidang militer yaitu Presiden memegang kekuasaan atas angkatan perang berdasarkan pasal 85 UUD Sementara 1950.

5. Kekuasaan di bidang luar negeri yaitu Presiden mempunyai kekuasaan untuk mengadakan dan mengesahkan perjanjian (traktat) dan persetujuan dengan negara lain.

IV. Berlakunya Kembali UUD 1945 Melalui Dekrit 5 juli 1959

Kekuasaan Presiden setelah berlakunya kembali UUD RI Tahun 1945 meliputi:6 1. Memegang kekuasaan pemerintahan berdasarkan pasal 4 ayat (1) UUD RI

Tahun 1945.

2. Membentuk Undang-Undang bersama DPR berdasarkan pasal 5 ayat (1) UUD RI Tahun 1945.

3. Menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan Undang-Undang berdasarkan pasal 5 ayat (2) UUD RI Tahun 1945.

4. Memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan

Angkatan Udara berdasarkan pasal 10 UUD RI Tahun 1945.

5. Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain berdasarkan pasal 11 UUD RI Tahun 1945.

5

Ibid., hlm. 85.

6

(6)

6. Menyatakan keadaan bahaya menurut syarat dan ketentuan yang ditetapkan

E. Kekuasaan Presiden Sesudah Amandemen UUD Tahun 1945

Setelah mengalami empat kali perubahan UUD Tahun 1945, akan dijelaskan mengenai kekuasaan Presiden secara menyeluruh ialah:

1. Kekuasaan penyelenggaraan pemerintahan yaitu kekuasaan Presiden sebagai pemegang tinggi kekuasaan pemerintahan termuat dalam pasal 4 ayat (1), (2) UUD Tahun 1945.

2. Kekuasaan di bidang peraturan perundang-undangan yaitu kekuasaan Presiden mengajukan RUU dan membahasnya dengan DPR, kekuasaan untuk membentuk peraturan pemerintah pengganti undang-undang (Perpu). Termuat dalam pasal 5 ayat (1), (2), dan pasal 22 UUD RI Tahun 1945. 86 3. Kekuasaan di bidang yudisial ialah kekuasaan Presiden memberikan grasi dan

amnesti yang memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung, dan dalam pemberian amnesti dan abolisi Presiden memperhatikan pertimbangan DPR. Termuat dalam pasal 14 ayat (1), dan (2) UUD RI Tahun 1945.

4. Kekuasaan dalam hubungan luar negeri ialah Presiden mempunyai kekuasaan mengadakan perjanjian dengan negara lain, kekuasaan menyatakan perang dengan negara lain, kekuasaan mengadakan perdamaian dengan negara lain,

serta kekuasaan mengangkat dan menerima duta dan konsul. Termuat dalam pasal 11 ayat (1), (2), (3), dan pasal 13 UUD RI Tahun 1945.

(7)

6. Kekuasaan sebagai pemegang kekuasaan tertinggi angkatan bersenjata ialah Presiden memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. Termuat dalam pasal 10 UUD RI Tahun 1945.

7. Presiden mempunyai kekuasaan untuk memberi gelar dan tanda kehormatan lainnya. Termuat dalam pasal 15 UUD RI Tahun 1945.

8. Kekuasaan Presiden untuk membentuk Dewan Pertimbangan Presiden. Termuat dalam pasal 16 UUD RI Tahun 1945. 63

9. Presiden mempunyai wewenang mengangkat dan memberhentikan

menteri-F. Pengaruh Perubahan UUD Tahun 1945 terhadap Kekuasaan Presiden

Sebelum perubahan UUD 1945, kekuasaan Presiden bisa dibilang sangat kuat. Kekuasaan Presiden yang besar saat itu, membuat Presiden mempunyai kekuasaan yang luas dan kuat sehingga hal tersebut perlu dihindari karena bisa merugikan dan membahayakan keadaan negara dan masyarakat. Salah satu bentuk kekuasaannya ialah bahwa Presiden saat itu mempunyai kekuasaan lebih besar dibandingkan dengan DPR, selain membentuk Undang-Undang bersama DPR, dalam kondisi kegentingan, Presiden mempunyai kekuasaan untuk membentuk peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang. Selain itu Presiden mempunyai kekuasaan memberikan grasi, abolisi, amnesti dan rehabilitasi, namun dalam hal ini tidak disebutkan untuk memperhatikan pula pertimbangan Mahkamah Agung sehingga bisa terjadi kesewenang-wenangan dalam memberikan grasi, abolisi, amnesti, maupun rehabilitas.

Kemudian kekuasaan Presiden dalam mengangkat duta dan konsul, maupun menerima duta konsul negara lain. Dalam hal ini tidak disebutkan bahwa untuk mengangkat duta, Presiden perlu memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat, sehingga bisa saja tanpa pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat, Presiden mengangkat duta dengan sesuai

7

(8)

kehendaknya dan dalam menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung juga tidak disebutkan, sehingga Presiden bisa saja menerima penempatan duta atas kehendaknya sendiri. Namun, setelah amandemen, Presiden dalam mengangkat duta dan konsul perlu memperhatikan pertimbangan DPR, dan dalam menerima duta dan konsul, perlu memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung.

Sebelum amandemen UUD Tahun 1945 juga, Presiden dan Wakil Presiden

memegang masa jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali. Hal ini bisa membuat Presiden dan Wakil Presiden memiliki masa jabatan yang tidak terbatas, sehingga dalam UUD Tahun 1945 yang sudah diamandemen disebutkan dalam Pasal 7 bahwa

“Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama masa lima tahun, dan sesudahnya

dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan.” agar adanya batasan Presiden dan Wakil presiden dalam masa jabatannya.

(9)

BAB 3 PENUTUP

G. Kesimpulan

Dari uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Indonesia telah melakukan beberapa kali perubahan konstitusi, mulai dari UUD Tahun 1945 (Periode I), Konstitusi RIS 1949, UUDS Tahun 1950, kembali ke UUD Tahun 1945 melalui Dekrit Presiden (Periode II),

dan terakhir UUD Tahun 1945 (1999-sekarang). Perubahan tersebut memberi pengaruh terhadap kekuasaan Presiden, yang mana sebelum amandemen UUD 1945, sistem pemerintahan yang otoriter membuat kekuasaan Presiden menjadi luas dan kuat sehingga

tidak seimbang antara negara dan rakyat. Dalam hal ini dapat terjadi tindakan kesewenang-wenangan Presiden, dan memanipulasi kekuasaan demi kepentingan pribadi. Namun, setelah dilakukannya amandemen UUD Tahun 1945, kekuasaan Presiden menjadi berubah dan berkurang. Perubahan dan pengurangan dalam kekuasaan di bidang penyelenggaraan pemerintah, bidang legislatif, bidang yudikatif, bidang eksekutif, dalam hubungan luar negeri, di bidang militer, dan lain sebagainya.

H. Saran

Setelah perubahan amandemen UUD Tahun 1945 ini, sistem pemerintahan di Indonesia sebaiknya dapat berjalan lebih baik lagi. Presiden menjalankan tugas dan

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Ghoffar. Perbandingan Kekuasaan Presiden Indonesia Setelah Perubahan UUD 1945

dengan Delapan Negara Maju. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2009.

Jazim Hamidi, Mustafa Lutfi. Hukum Lembaga Kepresidenan Indonesia. Bandung: PT Alumni. 2010.

Ismail Suny. Pergeseran Kekuasaan Eksekutif. Jakarta: CV Karya Nilam. 1963.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis data pada variabel TATO, dengan membandingkan kinerja tiga tahun sebelum dan tiga tahun sesudah akuisisi, diperoleh signifikansi sebesar 0.789 kaarena

29 Berdasarkan hal tersebut di atas, maka arti performance atau kinerja adalah sebagai berikut: “performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 adalah untuk mengganti sebagian atau sama dengan

Penelitian yang dilakukan oleh Supriatna dan Jin (2006), menunjukkan bahwa kepuasan pengguna public computer yang diukur melalui variabel inovasi mempunyai pengaruh positif

Wakil dari Angkutan Laut, yang ditunjuk oleh Kepala Staf Angkatan Laut, sebagai Wakil Ketua I merangkap anggota;.. Wakil dari Angkatan Darat, yang ditunjuk oleh Kepala

Decision Tree C4.5 memprediksi lebih akurat dari pada k-NN, Naive Bayes dan Perhitungan biasa, dalam penilaian agunan kredit, sehingga mampu memberikan solusi bagi

Pada tahun 1908, desa Taratara masih berstatus sebagai tempat kedudukan onderdistrik yang masuk distrik Tombariri, namun jarak distrik Tombariri dengan Onderdistrik