• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Pengadukan dan Bobot Serbuk Kayu Sengon (Albizia falcataria (L.) Fosberg) terhadap Penjerapan Cu2+ dan Pb2+ dari Limbah Cair Laboratorium Kimia = The Effect of Stirring Process and Wei

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Pengadukan dan Bobot Serbuk Kayu Sengon (Albizia falcataria (L.) Fosberg) terhadap Penjerapan Cu2+ dan Pb2+ dari Limbah Cair Laboratorium Kimia = The Effect of Stirring Process and Wei"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGADUKAN DAN BOBOT SERBUK KAYU SENGON (Albizia falcataria (L.) Fosberg) TERHADAP PENJERAPAN Cu2+ DAN Pb2+ DARI

LIMBAH CAIR LABORATORIUM KIMIA

THE EFFECT OF STIRRING PROCESS AND WEIGHT SAWDUST (Albizia falcataria (L.) Fosberg) ON Cu2+ AND Pb2+ ADSORPTION FROM CHEMICAL

LABORATORY WASTE WATER

Oleh :

Adiella Permata Sari

652013015

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Matematika guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains

(Kimia)

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

(2)
(3)
(4)
(5)

PENGARUH PENGADUKAN DAN BOBOT SERBUK KAYU SENGON (Albizia falcataria (L.) Fosberg) TERHADAP PENJERAPAN Cu2+ DAN Pb2+ DARI

LIMBAH CAIR LABORATORIUM KIMIA

THE EFFECT OF STIRRING PROCESS AND WEIGHT SAWDUST (Albizia falcataria (L.) Fosberg) ON CU2+ AND PB2+ ADSORPTION FROM CHEMICAL

LABORATORY WASTE WATER

Adiella Permata Sari1, Cucun Alep Riyanto2, Sri Hartini2 1Mahasiswa Program Studi Kimia, 2Dosen Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Jalan Diponegoro No. 52-60 Salatiga 50711, Jawa Tengah – Indonesia 1adiellapermata@gmail.com

ABSTRACT

The aim of this study were: 1) to determine the optimum weight of sengon sawdust on the heavy metal ions Cu2+ and Pb2+ adsorption from waste Chemical Laboratory, 2) to determine the effectiveness of heavy metal ions Cu2+ and Pb2+ absorption by sawdust sengon with and without stirring and 3) to determine the model of adsorption isotherm ion Cu2+ and Pb2+. Data were analyzed with a 6×2 factorial treatment design with three replications. As the first factor is the weight of sengon sawdust, which are 1.5; 3; 4.5; 6; 9; and 12 g. Meanwhile, as the second factor is the mixing process comprising stirring and without stirring. To test the difference between treatments means, the Honestly Significant of Difference (HSD) were used at 5% level of significant.

The results of this study showed that the addition of 12 g of sengon sawdust can adsorp 30.3929 mg/L of Cu2+ metal ions and 6.9249 mg/L of Pb2+ metal ions. Furthermore, model of adsorption isotherm of sengon sawdust addition for Cu2+ heavy metal ions followed the Langmuir and Freundlich isotherm with the maximum adsorption capacity 14,73 mg/g, while the metal ion Pb2+ did not follow neither the Langmuir isotherm model nor Freundlich isotherm model.

Keyword: Adsorption, Sawdust, Waste Water

PENDAHULUAN

Limbah cair sebagai hasil samping dari aktivitas laboratorium sering

menimbulkan permasalahan bagi lingkungan (Krim et al., 2006). Limbah cair tersebut

mengandung beberapa zat kimia berbahaya dan beracun yang mencemari lingkungan

antara lain logam berat, senyawa nitrat, nitrit, amoniak, dan lain-lain (Viobeth dkk.,

2012). Lebih lanjut menurut Suprihatin dan Nastiti (2010), jenis ion logam berat yang

(6)

2

yang tidak dapat didegradasi dan apabila masuk ke dalam tubuh dapat menimbulkan

gangguan kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian (Murniasih dan Agus, 2013).

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, ada beberapa metode yang dapat

diterapkan untuk mengurangi konsentrasi ion logam berat yang terkandung dalam

limbah cair laboratorium antara lain pengendapan secara kimia, penukar ion,

elektrolisis, dan ekstraksi dengan pelarut (Kaneco et al., 2000). Proses-proses tersebut

memiliki beberapa kelemahan, diantaranya adalah produksi lumpur limbah beracun

yang tinggi dan dapat menyulitkan proses penanganan serta pembuangannya (Prasad

dan Abdullah, 2009 dalam Sukarta, 2008). Kelemahan lain dari proses tersebut adalah

proses memerlukan biaya tinggi serta kurang efektif bila diaplikasikan pada konsentrasi

limbah yang rendah (Ashraf et al., 2010).

Salah satu alternatif lain dalam pengolahan limbah cair yang mengandung ion

logam berat adalah penggunaan bahan – bahan yang berasal dari alam sebagai adsorben

atau sering disebut dengan biosorben (Kurniasari, 2010). Keuntungan penggunaan

biosorben diantaranya adalah biaya yang relatif murah, efisiensi tinggi pada larutan

encer, minimalisasi pembentukan lumpur, serta kemudahan proses regenerasinya

(Ashraf et al., 2010). Serbuk gergaji kayu merupakan salah satu biosorben yang dapat

digunakan dalam menjerap logam karena mengandung komponen – komponen kimia

seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin (Wahyuni, 2014). Pemanfaatan serbuk gergaji

kayu sebagai biosorben merupakan salah satu teknologi yang murah karena bahan

bakunya mudah didapat di Indonesia yang merupakan negara dengan hutan yang sangat

luas (Sukarta, 2008)

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk proses adsorpsi ion logam berat

menggunakan biosorben dari serbuk gergaji kayu. Hasil penelitian Lelifajri (2010)

dengan penambahan 10 ppm lignin dari serbuk gergaji kayu pada adsorbat ion tembaga

20 mg/L menghasilkan efisiensi penyerapan sebesar 99,3%. Dewi dan Fachraniah

(2011) melaporkan bahwa adsorben tandan kosong sawit (TKS) dan serbuk kayu

meranti dapat menyisihkan ion logam Cr6+ dan Cu2+ sebesar 96,21% dan 94,83%, serta penelitian Rahayuningsih dkk. (2012) menunjukkan serbuk kayu sengon dapat

menurunkan konsentrasi ion logam Pb2+ sebesar 45,336%.

Serbuk gergaji kayu sengon merupakan jenis serbuk gergaji yang banyak

(7)

selulosa dan hemiselulosa kayu sengon yang cukup tinggi dapat berpotensi digunakan

sebagai biosorben ion logam berat. Lebih lanjut menurut Webber (1972) dalam

Syauqiah dkk. (2011), salah satu faktor yang mempengaruhi sorpsi adalah konsentrasi

adsorbat serta proses film diffusion yang tergantung pada besarnya pergolakan dalam

sistem. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, maka pada penelitian ini akan dikaji

tentang pengaruh pengadukan dan bobot serbuk gergaji kayu sengon (Albizia falcataria

(L.) Fosberg) terhadap penjerapan ion logam berat (Cu2+ dan Pb2+) dari limbah cair laboratorium kimia.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini bertujuan:

1. Menentukan bobot serbuk kayu sengon yang optimal dalam penjerapan ion logam

Cu2+ dan Pb2+ dari limbah Laboratorium Kimia

2. Menentukan model isotherm adsorpsi ion logam Cu2+ dan Pb2+ dalam limbah cair laboratorium.

METODA PENELITIAN Bahan dan Piranti

Serbuk kayu sengon diperoleh dari dusun Cukil, Kecamatan Tengaran, Kab.

Semarang. Limbah cair diperoleh dari Laboratorium Kimia Fakultas Sains dan

Matematika UKSW dan merupakan limbah yang belum diolah. Bahan kimiawi yang

digunakan memiliki pro analysis grade (MERCK) yaitu NaOH, K2Cr2O7, Ag2SO4, H2SO4, HgSO4, dan FAS (Ferrous Amonium Sulfat). Bahan lain yang digunakan adalah akuades dan indikator Feroin.

Piranti yang digunakan antara lain Spektrofotometer HACH DR/EL 2000, pH

meter HANNA Instrument 9812, Neraca Analitis (Mettler H80), dan Atomic Absorption

Spectrophotometer (AAS) PinA Acle 900T Perkin Elmer.

Metoda

Karakterisasi Limbah Cair Laboratorium Kimia

Limbah cair laboratorium kimia yang belum diolah dikarakterisasi terlebih

dahulu untuk mengetahui parameter fisiko – kimiawi serta kandungan ion logam berat

(8)

4

Preparasi dan Aktivasi Biosorben (Rahayuningsih dkk., 2012 yang dimodifikasi) Serbuk kayu sengon dicuci dengan akuades sebanyak 3 kali lalu dikeringkan di

dalam oven pada suhu 60°C selama 24 jam. Setelah kering, serbuk kayu diayak

menggunakan ayakan 120 mesh lalu seberat 125 g serbuk kayu dimasukkan ke dalam

labu Erlenmeyer yang berisi 6,25 L larutan NaOH 7% dan diaduk menggunakan

magnetic stirer selama 70 menit dengan kecepatan 90 rpm. Langkah berikutnya adalah

menyaring dan menetralkan biosorben serbuk kayu menggunakan akuades lalu

mengeringkan kembali dalam oven.

Optimasi Waktu Kontak Penjerapan Ion Logam Cu2+ dan Pb2+ oleh Serbuk Kayu Sengon (Lelifajri, 2010 yang dimodifikasi)

Ditimbang seberat 25 g serbuk kayu sengon kemudian dimasukkan ke dalam

gelas beaker, kemudian ditambahkan 500 mL limbah cair laboratorium. Selanjutnya

larutan diaduk menggunakan magnetic stirer dengan variasi waktu kontak 30, 60, 90,

120, 150, 180, 210, dan 240 menit pada kecepatan 90 rpm. Larutan disaring dan

filtratnya dianalisis.

Perlakuan Limbah Cair Dengan Serbuk Kayu Sengon (Rahayuningsih dkk., 2012 yang dimodifikasi)

Sejumlah 200 mL limbah cair laboratorium kimia dimasukkan ke dalam 6 gelas

beaker. Kemudian limbah cair laboratorium ditambah dengan serbuk kayu sengon

dengan variasi bobot 1,5; 3; 4,5; 6; 9; dan 12 g. Selanjutnya larutan diaduk

menggunakan magnetic stirer dengan kecepatan 90 rpm selama 60 menit. Larutan

disaring dan filtratnya dianalisis. Prosedur yang sama juga dilakukan untuk perlakuan

tanpa pengadukan.

Analisis Ion Logam Berat dan Parameter Pendukung Fisiko – Kimiawi Limbah Cair

Analisis logam dalam limbah cair laboratorium kimia dilakukan dengan Atomic

Absorption Spectrophotometer (AAS) PinA Acle 900T Perkin Elmer., sedangkan

pengukuran parameter fisiko-kimiawi dengan metoda dan pirantinya disajikan pada

(9)

Tabel 1. Parameter Limbah Cair dengan Metode/Piranti Penelitian (PERMENKES,

TDS (Total Dissolved Solids) (ppm)

TDS meter (HANNA Instrument 9812)

Warna (PtCo) Spektrofotometer HACH DR/EL 2000 (Iowa, USA)

Kekeruhan (FTU) Spektrofotometer HACH DR/EL 2000 (Iowa, USA)

Kimiawi

Ph pH meter (HANNA Instrument

9812)

COD (mg/l) Titrimetrik (Alaerts dan Santika, 1987)

Data adsorpsi logam berat dianalisis dengan Rancangan Perlakuan Faktorial 6×2

dengan 3 kali ulangan. Sebagai faktor pertama adalah bobot serbuk kayu sengon yang

terdiri dari 6 variasi bobot, yaitu 1,5; 3; 4,5; 6; 9; dan 12 g. Sedangkan sebagai faktor

kedua adalah proses pengadukan yang terdiri dari pengadukan dan tanpa pengadukan.

Untuk menguji beda antara perlakuan dilakukan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan

tingkat kebermaknaan 5% (Steel and Torie, 1987).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakterisasi Limbah Cair Laboratorium Kimia

Hasil dari Karakterisasi awal limbah cair laboratorium kimia sebelum diberi

perlakuan pengadukan dan berbagai dosis serbuk gergaji kayu sengon disajikan pada

Tabel 2.

Tabel 2. Karakterisasi Awal Serapan Ion Logam Berat dalam Limbah Cair Laboratorium Kimia

Ion Logam Berat Kadar (mg/L) Cu2+ 75,4993

(10)

6

Berdasarkan Tabel 2 limbah cair laboratorium kimia mengandung ion logam berat Cu2+ sebesar 75, 4993 mg/L dan Pb2+ sebesar 8,7446 mg/L. Menurut PERMEN RI N0. 82 th 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air,

kadar ion logam berat Cu2+ dan Pb2+ yang diperbolehkan dalam suatu perairan yaitu 0,02 mg/L dan 0,03 mg/L. Keberadaan ion logam Pb2+ dan Cu2+ dalam perairan akan berpengaruh buruk terhadap organisme yang hidup di perairan dan apabila logam berat

terakumulasi lebih besar akan berdampak pada organisme paling tinggi dalam rantai

makanan (Nyabakken, 1985), sehingga perlu dilakukan pengolahan limbah terlebih

dahulu sebelum dibuang ke lingkungan.

Optimasi Waktu Kontak Penjerapan Ion Logam Cu2+ dan Pb2+ oleh Serbuk Kayu Sengon

Hasil Optimasi waktu kontak penjerapan ion logam Cu2+ oleh serbuk kayu

sengon disajikan pada Gambar 1, sedangkan hasil optimasi waktu kontak penjerapan ion logam Pb2+ oleh serbuk kayu sengon disajikan pada Gambar 2.

Gambar 1. Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Penjerapan Ion Logam Cu2+

Gambar 2. Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Penjerapan Ion Logam Pb2+

(11)

Berdasarkan Gambar 1 dan Gambar 2, terlihat bahwa waktu kontak optimal penjerapan ion logam Cu2+ dan Pb2+ oleh serbuk kayu sengon diperoleh pada menit ke 180 dengan konsentrasi Cu2+ terjerap sebesar 11,8044 mg/L dan konsentrasi Pb2+ terjerap sebesar6,6286 mg/L. Hal ini sejalan dengan prinsip yang dikemukakan oleh

Allo dkk. (2007) yang menyatakan bahwa semakin lama waktu yang digunakan pada

proses adsorpsi, maka akan semakin banyak pula logam berat yang teradsorpsi. Namun

dari Gambar 1 dan Gambar 2 terlihat bahwa ada penurunan konsentrasi penjerapan ion logam Cu2+ dan Pb2+ pada menit ke 210. Hal ini diperkirakan sebagai proses desorpsi atau pelepasan kembali yang disebabkan karena lemahnya interaksi yang

terjadi antara ion logam dengan adsorben serta adanya kompetisi penjerapan yang

terjadi antar ion logam tersebut (Nurdila dkk., 2015).

Penentuan Pengaruh Pengadukan dan Bobot Serbuk Kayu Sengon Terhadap Penjerapan Ion Logam Cu2+

Penjerapan ion logam Cu2+ hasil interaksi penambahan bobot serbuk kayu sengon dan proses pengadukan berkisar antara 28,5603 mg/L sampai dengan 29,1840

mg/L (Gambar 3).

Gambar 3. Penjerapan Ion Logam Cu2+ Antar Pengadukan dan Berbagai Dosis Serbuk Gergaji Kayu Sengon

Gambar 3 menunjukkan bahwa penjerapan ion logam Cu2+ pada setiap proses dengan pengadukan dan tanpa pengadukan mengalami fluktuasi, namun dari ke dua

proses tersebut, penjerapan ion logam Cu2+ cenderung meningkat seiring dengan peningkatan bobot serbuk kayu sengon. Hal ini sejalan dengan penelitian Razek (2013)

yang menyatakan bahwa penjerapan ion logam meningkat seiring dengan peningkatan

dosis adsorben dalam larutan. Berdasarkan Gambar 3 terlihat bahwa bobot 12 g dengan

(12)

8

proses pengadukan merupakan bobot optimal dalam penjerapan ion logam Cu2+ dengan konsentrasi jerapan sebesar 30,3929 mg/L (40,26%) (Tabel 3).

Tabel 3. Efektivitas Penjerapan Ion Logam Cu2+ Dengan Dosis Penambahan 12 g Pengadukan 75.4993 45,1064 30,3929 ± 0,0041 40,26

Tanpa

Pengadukan 75.4993 45,6701 29,8292 ± 0,0022 39,51

Penentuan Pengaruh Pengadukan dan Bobot Serbuk Kayu Sengon Terhadap Penjerapan Ion Logam Pb2+

Penjerapan ion logam Pb2+ hasil interaksi penambahan bobot serbuk kayu sengon dan proses pengadukan berkisar antara 2,8818 – 6,9249 mg/L (Gambar 4)

Gambar 4. Penjerapan Ion Logam Pb2+ Antar Pengadukan dan Berbagai Dosis Serbuk Gergaji Kayu Sengon

Gambar 4 menunjukkan bahwa pada setiap setiap proses dengan pengadukan dan tanpa pengadukan, penjerapan ion logam Pb2+ meningkat seiring dengan peningkatan bobot serbuk kayu sengon. Hal ini sejalan dengan penelitian

Rahayuningsih dkk. (2012) yang menyatakan bahwa semakin besar dosis adsorben yang

digunakan dalam penjerapan maka semakin banyak gugus –OH dari selulosa serbuk

kayu sengon yang dapat menjerap ion logam Pb2+. Berdasarkan Gambar 4 terlihat bahwa bobot 12 g dengan proses pengadukan merupakan bobot optimal dalam

penjerapan ion logam Pb2+ dengan konsentrasi jerapan sebesar 6,9249 mg/L (79,19%). (Tabel 4). Temuan ini memiliki efektivitas penjerapan lebih tinggi dari pada penelitian

(13)

Rahayuningsih dkk. (2012) yang hanya mampu menurunkan kadar ion Pb2+ dari 10 mg/L menjadi 5,4664 mg/L (45,336%).

Tabel 4. Efektivitas Penjerapan Ion Logam Pb2+ Dengan Dosis Penambahan 12 gram

Isoterm Penjerapan Ion Logam Dalam Limbah Cair Laboratorium Kimia Menggunakan Serbuk Gergaji Kayu Sengon Berdasarkan Langmuir dan Freundlich

Isoterm Penjerapan ion logam Cu2+ dan Pb2+ dianalisa menggunakan permodelan Isoterm Langmuir dan Freundlich. Menurut Razek (2013), isoterm Langmuir dan

Freundlich adalah permodelan yang paling sederhana dan paling umum digunakan

dalam menentukan isoterm penjerapan komponen padat dari fase cair. Isoterm

Langmuir didasarkan pada asumsi bahwa penjerapan hanya terjadi pada lapisan tunggal

(monolayer) dan adsorben mempunyai permukaan homogen serta tidak ada interaksi

antara molekul – molekul yang terjerap (Razek, 2013). Persamaan isoterm adsorpsi

Langmuir dapat diturunkan berdasarkan persamaan berikut (Sumanjit et al., 2007):

𝐶𝑒

Ce = konsentrasi logam pada kesetimbangan (mg/L)

X = massa logam yang dijerap per gram adsorben (mg/g)

Cm = massa logam pada saat 1 gram adsorben dapat menjerap secara sempurna (mg/g)

b = konstanta isoterm

Berdasarkan kurva linier Ce/x versus Ce penjerapan ion logam Cu2+ dan kurva linier Ce/x versus Ce penjerapan ion logam Pb2+ dapat dihitung nilai Cm dan b dari kemiringan garis (1/Cm) dan titik potong garis (1/bCm). Data hasil perhitungan

(14)

10

Tabel 5. Isoterm Langmuir konstan Ion Logam Cu2+ dan Pb2+ Ion

Logam B Cm R

2

Cu2+ -0,05 14,73 0,983 Pb2+ 0,01 23,94 0,005

Lebih lanjut menurut Sukarta (2008) isoterm Freundlich didasarkan atas

terbentuknya lapisan multilayer dari molekul – molekul adsorbat pada permukaan

adsorben, namun pada adsorpsi freundlich situs – situs aktif pada permukaan adsorben

bersifat heterogen. Persamaan isoterm Freundlich dapat diturunkan dalam persamaan

berikut (Sumanjit et al., 2007):

log𝑚𝑥 = log 𝑘 +𝑛1log 𝐶𝑒……… (2)

X/m = jumlah adsorbat terjerap per satuan bobot adsorben

Ce = konsentrasi logam pada kesetimbangan

k = kapasitas adsorpsi (mg/g)

n = Konstanta empiris Freundlich

Berdasarkan kurva linier log x/m versus log Ce penjerapan ion logam Cu2+ dan kurva linier log x/m versus log Ce penjerapan ion logam Pb2+ dapat dihitung nilai 1/n dan log k dari kemiringan garis (1/n) dan titik potong garis (log k). Menurut Kose et al.

(2014) adsorpsi yang baik terjadi jika nilai 1/n kurang dari 1. Data hasil perhitungan

disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Isoterm Freundlich konstan Ion Logam Cu2+ dan Pb2+

Ion Logam 1/n Log k R2

Cu2+ 0,8264 -0,168 0,970 Pb2+ 1,0577 -0,099 0,824

Berdasarkan Tabel 5 dan Tabel 6, penjerapan ion logam Cu2+ oleh serbuk kayu sengon mengikuti isoterm Langmuir (R2 = 0,983) dan Freundlich (1/n = 0,8264) dengan kapasitas adsorpsi maksimum sebesar 14,73 mg/g. Nilai kapasitas adsorpsi yang

diperoleh pada penelitian ini lebih besar dari yang diperoleh Luo et al. (2013) yang

menggunakan serbuk kayu dengan kapasitas adsorpsi maksimal 8,5 mg/g. Untuk ion

(15)

kurva linear nilai R2 mendekati 1 maka data percobaan mengikuti model kesetimbangan tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penambahan 12 gram serbuk kayu sengon dalam limbah cair laboratorium kimia

mampu menjerap 30,3929 mg/L ion logam Cu2+ (40,26%) dan 6,9249 mg/L ion logam Pb2+ (79,19%).

2. Penjerapan ion logam Cu2+ pada penambahan serbuk kayu sengon mengikuti model isoterm Langmuir dan Freundlich dengan kapasitas adsorpsi maksimum sebesar

14,73 mg/g, sedangkan ion logam Pb2+ tidak mengikuti model isoterm Langmuir maupun Freundlich.

Saran

Pada penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan uji morfologi permukaan

adsorben dengan SEM (Scanning Elektron Microscope) agar dapat menentukan berapa

(16)

12

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G. dan Santika, S.S. 1987. Metode Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional.

Allo, D., Muhammad, Z., dan Nursiah, L. 2007. Pemanfaatan Serbuk Kayu Meranti Merah (Shorea parvifolia Dyer) Sebagai Biosorben Ion Logam Cu (II). Jurnal. Makassar: FMIPA Universitas Hasanuddin.

Ashraf, M.A., Maah, M.J., and Yusoff, I. 2010. Study of Banana peel (Musa sapientum) as a Cationic Biosorben. American-Eurasian J. Agric & Environ. Sci. 8(1): 7-17.

Dewi, R. dan Fachraniah. 2011. Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air. Prosiding Seminar Nasional Kimia. ISSN 979-458-549-1.

Kaneco, S., Inomatta, K., Itoh, K., Funasaka, K., Musuyama, K., Itoh, S., Suzuki, T., and Ohta, K. 2000. Development of Economical Treatment System for Plating Factory Wastewater. Seikatsu Eisei. 44: 211-215.

Kose, T.D., Gharde, B.D., and Gholse, S.B. 2014. Efective Removal of Cr (VI) and Cu (II) From Aqueous Solution Using Formaldehyde Treated Albizia Procera Legumes Substrate as an Adsorbent. International Journal of Current Research in Chemistry and Pharmaceutical Sciences. 1(7): 56-62.

Krim, L., Sahmoune, N., and Goma, B. 2006. Kinetics of Chromium Sorption on Biomass Fungi from Aqueous Solution. American Journal of Environmental Sciences. 2(1): 31-36.

Kundari, N. A. dan Wiyuniati, S. 2008. “Tinjauan Kesetimbangan Adsorpsi Tembaga dalam Limbah Pencuci PCB dengan Zeolit” dalam: Estiaty, L.M. Kesetimbangan dan Kinetika Adsorpsi Ion Cu2+ Pada Zeolit-H. Riset Geologi dan Pertambangan. 22(2): 127-141.

Kurniasari, L. 2010. Pemanfaatan Mikroorganisme dan Limbah pertanian Sebagai Bahan Baku Biosorben Logam Berat. Majalah Ilmiah MOMENTUM. 6(2): 5-8. ISSN 0216 7395.

Lelifajri. 2010. Adsorpsi Ion Logam Cu(II) Menggunakan Lignin dari Limbah Serbuk Kayu Gergaji. Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan. 7(3): 126-129. ISSN 1412-5064.

Luo, D., Yi, F.X, Zhou, L.T and Xu, D.L. 2013. Removal of Ions From Aqueous Solution by the Abandoned Mushroom Compost of Flammulina Velutipes.

Journal of Environmental Biology. ISSN 0254-8704.

Murniasih, S dan Agus, T. 2013. Evaluasi Hg, Cd, Co, Cr dan As dalam Sampel Produk Agroindustri Berdasarkan Keputusan BPOM dan ADI (Accept Daily Intake).

(17)

Nurdila, F.A., Nining, S.A dan Edi, S. 2015. Adsorpsi Logam Tembaga (Cu), Besi (Fe), dan Nikel (Ni) dalam Limbah Cair Buatan Menggunakan Nanopartikel Cobalt Ferrite (CoFe2O4). Jurnal Fisika Indonesia. XIX(5). ISSN : 1410-2994.

Nyabakken, W.J. 1985. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta: PT. Gramedia.

PERMENKES. 1990. Syarat syarat dan Pengawasan Kualitas Air. 416/MENKES/PER/IX/1990.

Prasad, A.G.D., and Abdullah, M.A. 2009. “Biosorption of Fe(II) from Aqueous

Solution Using Tamarind Bark and Potato Peel Waste: Equilibrium and Kinetic

Studies” dalam: Sukarta, I.N. Adsorpsi Ion Cr3+ Oleh Serbuk Gergaji Kayu

Albizia (Albizzia falcata): Studi Pengembangan Bahan Alternatif. Tesis. Bogor: Institut Pertanian.

Rahayuningsih, R., Endang, S., dan Lina, M. 2012. Pemanfaatan Serbuk Gergaji Kayu Sengon Sebagai Adsorben Ion Logam Pb2+. Seminar nasional kimia dan pendidikian kimia SN-KPK IV. Surakarta: FKIP UNS.

Razek, T.M.A. 2013. Single Component Adsorption of Nickel, Cadmium, Copper and Lead from Aqueous Solution Using Aswan Clay. International Journal of Science and Research (IJSR). ISSN (Online): 2319-7064

Steel, R.G.D. and Torrie, J. H. 1987. Principle and Procedures of Statistic A Biometrical Approach, 2nd ed. Japan: Mc Grow-Hill International Book Co.

Sukarta, I.N. 2008. Adsorpsi Ion Cr3+ Oleh Serbuk Gergaji Kayu Albizia (Albizzia falcata): Studi Pengembangan Bahan Alternatif. Tesis. Bogor: Institut Pertanian.

Sumanjit, Walia, T.P.S and Kaur, R. Removal of health hazards causing acidic dyes from aqueous solutions by the process of adsorption. 2007. Online Journal Health and Allied Sciences. ISSN 0972-5997

Suprihatin, dan Nastiti, S.W. 2010. Penyisihan Logam Berat dari Limbah Cair Laboratorium dengan Metode Presipitasi dan Adsorpsi. Makalah Sains. 14(1): 44-50.

Viobeth, B.R., Sri, S., dan Endro, S. 2012. Fitoremediasi Limbah Mengandung Timbal (Pb) dan Nikel (Ni) Menggunakan Tumbuhan Kiambang (Salvinia molesta).

Jurnal Sains. Semarang: UNDIP.

(18)

14

Gambar

Tabel 1.  Parameter Limbah Cair dengan Metode/Piranti Penelitian (PERMENKES,
Gambar 1. Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Penjerapan Ion Logam Cu2+
Gambar 3. Penjerapan Ion Logam Cu2+ Antar Pengadukan dan Berbagai Dosis
Gambar 4. Penjerapan Ion Logam Pb2+Serbuk Gergaji Kayu Sengon
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kabupaten Kudus memiliki upaya pelayanan publik yang terus dikembangkan untuk memberikan kemudahan akses bagimasyarakat. Salah satu konsep manajemen pemerintahan yang

Hadits - hadits yang mengandung peringatan keras yang berisi agar kaum Muslimin menghindari hadits munkar dan menerima ha- dits yang shahih periwayatannya, selanjutnya sebagai

Pemain boleh menggunakan semua kemahiran asas sepak takraw seperti sepak sila, sepak kuda, tandukan, rejaman dan hadangan dalam permainan ini namun hanya sepakan

Adapun langkah-langkah penting yang harus dilakukan untuk membangun sinergi kekuatan bersama antara lembaga pendidikan, pemerintah, media, dan pelaku industri kreatif, di

Sumber : Data sekunder setelah diolah dengan SPSS, 2013... Lampiran

9 Kelompok I Ketut Gede Banjar Dinas Bedugul, Desa Bhuana Giri. 10 Kelompok I

rubellus terhadap tinggi tanaman dan panjang akar tanaman tomat menunjukkan pengaruh yang nyata dengan tanaman kontrol (pemberian populasi nematoda sebanyak 500 ekor tanpa

Berlandaskan hubungan yang selaras antara beban kognitif dan representasi mental (RM) dalam membentuk pemahaman (skema kognitif) yang melibatkan peran memori kerja, serta