• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA PENGAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA PENGAR"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

PENGARUSTAMAAN NILAI-NILAI HAK ASASI MANUSIA INTERNATIONAL DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA NASIONAL

DISUSUN OLEH :

NINDYA ANGGARA TRICAHYO (8111416352) DWI AYYUB PRIATAMA PERKASA (8111416356)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulilah atas berkat rahmat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah serta inyah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah ini tentang pengarustamaan nilai-nilai hak asasi manusia international dalam kitab hukum pidana nasional. Makalah ini telah kami susun semaksimal mungkin dan mendapat referensi dari berbagai media sehingga dapat memperlancar dan memudahkan dalam proses pembuatan makalah kami ini. Untuk itu kami meyampaikan banyak berterima kasih kepada pihak-pihak yang sudah memberikan ilmu kepada kami demi sempurnanya hasil karya makalah kami.

Terlepas dari semua ini, kami meyadari sepunhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat ataupun dari tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah kami.

Akhir kata kami berharap semoga makalah kami ini dapat menjadi manfaat bagi masyarakat secara umum dan dapat menjadi inspirasi bagi pihak manapun, karena pada dasarnya tujuan kami menyusun makalah ini adalah untuk memberika informasi kepada masyarakat terkait dengan tema makalah kami.

(3)

i

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...i

Daftar Isi...ii

Daftar Tabel...iii

Daftar Kasus...iv

Bab 1 Pendahuluan...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...3

C. Metode Penulisan...3

Bab 2 Pembahasan...4

A. Sub Pembahasan 1...4

B. Sub Pembahasan 2...9

Bab 3 Penutup A. Kesimpulan...15

(4)

ii

(5)

iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang.

Hak asasi manusia atau yang biasa disebut dengan human right selalu menjadi objek pembahasan yang menarik, karena akan banyak sekali sub-sub bahasan yang akan lahir ketika kita membahas mengenai human right. Secara kasat mata kita bisa lihat bahwa pelanggaran hak asasi manusia masih sering terjadi, bukan hanya terjadi di negara kita Indonesia tetapi juga di dunia international masih sering terjadi pelanggaran Ham yang masih terjadi dan itu memilukan. Selama ini masalah mengenai pelanggaran Ham sudah menjadi momok yang membuat emosi masyarakat dunia, para pelaku tidak segan-segan merampas hak asasi manusia secara brutal.

Contoh kasus dalam pelanggaran Ham adalah seperti pemerkosaan, pencabulan, penculikan, dan pembunuhan. Itu masih sebagian kecil kasus pelanggaran Ham, masih banyak lagi kasus-kasus lain mengenai pelanggaran ham yang terjadi di Indonesia dan juga terjadi di dunia international. Banyak jenis-jenis sanksi yang sudah dikenakan kepada para pelaku pelanggaran ham, tapi mengapa pelanggaran ham bukannya berkurang justru semakin bertambah dan menjadi-jadi. Dan lebih tidak manusiawinya lagi yang menjadi korban dalam pelanggaran ham ini adalah anak kecil, yang seharusnya mendapat perlindungan dari negara tempat mereka berdomisili. Alasannya cuukup jelas karena anak-anak adalah aset penerus bangsa yang harus dijaga dan dilindungi, bayangkan bila anak-anak banyak yang menjadi korban pelanggaran ham yang menimbulkan efek gangguan psikologis dan jiwa atau parahnya lagi menyebabkan anak tersebut kehilangan nyawanya, lantas siapa yang meneruskan bangsa ini.

(6)

perhatian dunia International. Betapa kejamnya perlakuan Myanmar terhadap etnis rohingnya, mereka menelantarkan etnis rohingnya dan

1

memperlakukan secara tidak manusiawi. Hal ini menarik perhatian penuh dunia international, banyak aksi-aksi sosial untuk etnis rohingnya, walaupun ada beberapa negara yang menolak untuk menampung etnis rohingnya tersebut.

Inilah salah satu kasus pelanggaran Ham International yang cukup meyedihkan. Hanya karena masalah agama Myanmar menelantarkan etnis rohingnya dan membiarkan mereka hidup terombang-ambing di lautan dengan bekal makanan seadanya dan dengan menaiki perahu yang kapan saja bisa tenggelam dan tentu menenggelamkan mereka. Ham selalu dikaitkan dengan kasus-kasus pidana, seperti pembunuhan, pemerkosaan, dan lain-lain. Rata-rata semua pelanggaran ham merupakan kasus tindak pidana. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai penerapan nilai hak asasi manusia international dalam KUHP.

Akan ada pertanyaan mengenai apa itu nilai-nilai yang terkandung dalam hak asasi manusia international. Hal yang membahas mengenai hak asasi manusia sebenarnya ada 3 teori dalam penerapannya yaitu teori realitas, teori relativisme, dan teori radikal universal. Teori realitas mendasari pandangannya pada asumsi adanya sifat manusia yang menekankan self interest dan egoisme dalam dunia seperti bertindak anarkis. Dalam situasi anarkis setiap manusia saling mementingkan dirinya sendiri, sehingga menimbulkan tindakan yang tidak manusiawi. Teori relativitas kultural berpandangan bahwa nilai-nilai moral dan budaya bersifat particular. Kemudian teori radikal universal berpandangan bahwa nilai-nilai Ham adalah bersifat universal dan tidak bisa dimodifikasikan untuk menyesuaikan adanya perbedaan budaya dan sejarah suatu negara.

(7)

international ke dalam kitab undang-undang hukum pidana nasional. Sementara itu nilai-nilai hak asasi manusia international terdapat dalam Deklarasi Hak Asasi Manusia PBB pada tahun 1948, perjanjian International perihal hak asasi manusia dan bill of right, Magna charta dan lain-lain. Semua itu berisi tentang nilai-nilai hak asasi manusia dalam dunia international. Nah maka dari itu kami ingin mencoba menerapkan nilai-nilai tersebut dalam KUHP, apakah bila menerapkan nilai-nilai hak asasi manusia ke dalam KUHP akan cocok dan sesuai dengan keadaan masyarakat Indonesia.

Hal inilah yang menjadi latar belakang kami dalam pembuatan makalah ini, dengan tujuan melakukan penelitian apakah nilai-nilai ham international sesuai dengan KUHP.

2

Dan yang jelas tujuan utama kami adalah memberikan informasi kepada masyarakat mengenai penerapan nilai-nilai Hak Asasi Manusia dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Nasional.

B. Rumusan Masalah

Setelah menjelaskan mengenai latar belakang kami mengenai pembuatan makalah ini, maka dengan ini kami mengangkat dua rumusan masalah yaitu :

1. Aktualisasi Nilai Hak Asasi Manusia dalam KUHP. 2. Sistem hukum pidana Nasional.

2 rumusan masalah tersebutlah yang akan kami bahas melalui pembahasan kami dalam makalah ini.

C. Metode Penulisan

(8)

3

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Aktualisasi Nilai-Nilai Ham dalam KUHP

Nilai-nilai yang terkandung dalam ham ada berbagai macam, dan tentu dalam nilai-nilai teresbut ada yang dijadikan sebagai pedoman dalam berbagai bidang dan tidak menutup kemungkinan dalam bidang hukum. Diawal ini kami akan menyampaikan mengenai beberapa deklarasi tentang ham international. Deklarasi ham atau universal independent of human right dicetuskan pada tanggal 10Desember 1948. 1Deklarasi tersebut dilatarbelakangi oleh usainya perang dunia II dan banyak negara-negara di Asia dan Afrika merdeka dan bergabung dalam united Of Organization atau perserikatan bangsa-bangsa (PBB) yang tujuan awalnya adalah untuk mencegah terjadinya perang dunia kembali. Deklarasi Ham PBB terdiri dari 30 pasal, kami akan menyebutkan beberapa pasalnya.

(9)

Pasal 2, setiap orang berahk atas semua hak dan kebebasan yang dicanangkan dalam Deklarasi, tanpa pembedaan apapun seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, opini politik atau opini lain, kewarganegaraan atau asal-usul sosial, kekayaan, keturunan, dan status lainnya. Selanjutnya tidak boleh ada pembedaan orang berdasarkan status politik, yurisdiksional, atau international yang dimiliki negara asalnya yang independen, yang berada dibawah pemerintahan perwalian, atau yang berada dibawah pembatasan kedaulatan lainnya.

Pasal 3, setiap orang berhak atas kehidupan, kebebasan dan keamanan pribadi. 3 pasal itu adalah pasal yang terdapat dalam Deklarasi Ham PBB. Secara keseluruhan pasal dalam deklarasi Ham ada 30 pasal, dan seluruhnya berisi tentang hak-hak yang melekat pada manusia.

1. H. Muladi, Hak Asasi Manusia, PT Refika Aditama, Bandung, 2009, hal 86

4

2Dalam deklarasi ham pbb tersebut setiap pasalnya mempunyai nilai-nilai yang merujuk pada kesamaan hak-hak manusia. Seperti hak dalam kebebasan beragam seperti kepercayaan yang dianutnya, kebebasan dalam berkomunikasi dan lain sebagainya. Membicarakan perihal kasus pidana yang sering terjadi akhir-akhir ini yaitu mengenai penganiayaan, dalam hal ini pada pasal deklarasi Ham PBB tersebut pun membahasnya, terdapat dalam pasal 5 yang berbunyi bahwa tidak seorangpun dapat dikenai penganiayaan atau perkelaian atau hukuman yang keji, tidak manusiawi atau merendahkan martabat. Sudah sangat jelas sekali bahwa dalam nilai-nilai yang terkandung dalam hak asasi manusia international juga mendukung untuk terhindarnya semua orang dari perlakuan penganiyaan. Tidak usah dibahas lebih lanjut, secara logika kita tahu bahwa penganiayaam adalah perbuatan menyakiti seseorang baik secara fisik maupun batiniah.

(10)

seharusnya terhindar dari aksi-aksi yang dapat membahayakan dirinya. Karena efek dari perbuatan penganiayaan ini bagi korban adalah timbulnya rasa trauma, rasa takut yang berlebihan bila bertemu orang lain, dan tentu yang lebih parah lagi adalah adanya luka-luka yang akan timbul di sekujur tubuh. Maka dari itu demi melindungi hak-hak orang untuk mendapat perlindungan dari aksi penganiyaan maka dalam deklarasinya PBB menempatkan pasal 5 sebagai pasal dilarangnya seseorang mendapatkan penganiayaan. Alasan mungkin sudah jelas karena akhir-akhir ini perbuatan penganiayaan sudah sangat sering terjadi baik dalam dunia international maupun dinegara kita Indonesia. Contoh nyata dalam dunia international adalah kasus rohingnya serta kasus-kasus terorisme yang belakangan ini terjadi di negara eropa dan Amerika. yang tidak bersalah, dan hal ini merupakan perbuatan pelanggaran ham yang dampaknya sangat besar sekali, dan seperti yang kita ketahui bahwa terorisme merupakan suatu tindak pidana. Dan lihat juga kasus rohingnya, kasus yang akhir-akhir sudah menjadi perbincangan dalam dunia international. Etnis rohingnya yang sudah ditolak di negara asalnya yaitu Myanmar. Mereka diusir secara paksa dan harus pergi meninggalkan Myanmar.

2. H. Muladi , Hak Asasi Manusia, PT Refika Aditama, Bandung, 2009, hal 90

5

(11)

Itulah mengapa kita harus mampu menerapkan sistem peradilan hukum khusunya pidana dengan melibatkan nilai-nilai hak asasi manusia di dalamnya. Tujuannya cukup jelas yakni untuk mencapai suatu putusan peradilan pidana yang sifatnya terbuka, jujur, dan adil dengan tidak mengganggu hak asasi siapapun terkait dengan putusan peradilan pidana pada suatu kasus.

4Diskursus tentang hak asasi manusia dalam keberkaitannya dengan sistem peradilan pidana dan administrasi peradilan pidana, akan selalu membahas mengenai hubungan antara HAM, Supremasi hukum, dan demokrasi. Ham yang sifatnya individual dan politik, lebih menekankan kepada betapa pentingnya pelanggaran Ham yang bersifat individual, dari penjelasan ini sudah kami bahas dalam pembahasan sebelumnya, bahwa pelanggaran Ham sebagian besar adalah pelanggaran yang bersifat individual dan seharusnya dalam kasus-kasus yang bersifat individual semacam ini bisa dicegah dengan mudah. Tetapi menurut pengamatan kami, mengapa pelanggaran Ham masih saja terus terjadi dikarenakan kurangnya asupan pendidikan dan sikap mawas diri dari korban. Korban masih sering lengah dan masih kurang menyadari bahwa hak yang mereka miliki bisa dicedarai oleh orang lain kapanpun dan dimanapun.

Kemudian menurut referensi yang kami gunakan bahwasannya berbagai asas, norma, dan standar yang relevan dengan administrasi peradilan pidana, dikembangkan oleh PBB dengan bantuan NGO,s dan negara-negara anggota. Disini bisa diasumsikan bahwa masalah mengenai hak asasi manusia bukanlah masalah sepele bagi PBB. Banyak deklrasi international yang membahas mengenai perlindungan hak asasi manusia atauyang biasa disebut dalam bahasa Inggris Human Rights.

3. H. Muladi, Hak Asasi Manusia, PT Refika Aditama, Bandung, 2009, hal 99 4. H. Muladi, Hak Asasi Manusia, PT Refika Aditama, Bandung, 2009, hal 100

6

(12)

mengenai pelanggran hak asasi manusia ini. Hal ini dibuktikan dengan adanya perubahan diri hukum international menjadi hukum international publik dan pribadi atas neo-kolonialisme dan imperialisme. Dalam tujuannya membantu keoentingan-kepentingan negara-negara dunia ketiga maka hukum international mengeluarkan banyak deklrasi international tujuan untuk melindungi kepentingan negara dunia ketiga. Hal ini dinyatakan dalam seruan sidang Umum PBB.

5Selanjutnya kami membahas inti dari rumusan masalah, ya mensinkronisasikan nilai Ham international ke dalam KUHP, kami awali dari sedikit pembahasan mengenai dunia Barat. Akhir-kahir ini terdapat suatu penilaian dari dunia barat terhadap pemerintahan Indonesia yang dinilai tidak konsekuen dalam melaksanakan hak asasi manusia. Penilaian dari dunia Barat ini dilihat dari kaca mata sistem Ham yang berlaku di dunia barat yang kita ketahui bersifat individualis dan liberal kapitalis, sehingga wajar saja jika dunia barat menilai pemerintahan Indonesia dengan demikian.

Nah perbedaan antara negara barat dengan pemerintahan Indonesia yang menyangkut hak asasi manusia berkisar pada pakah hak asasi manusia itu bersifat universal artinya mencakup secara luas dan berlaku tanpa terkecuali, apakah tidak memperhitungkan budaya yang ada pada masing-masing negara. Karena pada setiap negara pasti memiliki budaya dan adat kebiasaan yang berbeda-beda. Sehingga tidak bisa disamakan kaitannya dengan pelaksanaan Ham di seluruh negara di Dunia ini. Akan selalu berbeda dalam pelaksanaan penegakan hak asasi manusia di setiap negara, karena keadaan masyarakat di setiap negara tidak sama. Kesadaran akan pentingnya Ham pun berbeda, apabila dalam tata pelaksanaan penegakkan ham di setiap negara di samakan, maka yang terjadi adalah pelaksanaan penegakkan ham tersebut tidak akan sempurna dan menuai hasil yang buruk di negara-negara tertentu.

Oleh karena itu dunia barat tidak dapat memaksa pemerintahan Indonesia untuk melakukan pelaksanna hak asasi manusia seperti yang mereka inginkan atau seperti apa yang mereka jalankan. Karena keadaan masyarakat Indonesia sangat jauh berbeda dengan masyarakat dunia luar.

(13)

7

Untuk itu ada dalam misi melibatkan nilai-nilai hak asasi manusia International ke dalam kitab Undang-undang hukum pidana Nasional akan ada banyak cara. Terdapat berbagai instrumen mengenai hak asasi manusia baik tingkat dunia maupun dalam tingkat nasional. Hak asasi manusia dalam tingkat dunia adalah terdapat dalam Deklarasi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dicetuskan pada tahu 1948, perjanjian international perihal hak asasi manusia, Magna Charta dan lain-lain. Sementara itu perihal hak asasi manusia nasional Indonesia tercantum dalam pembukaan UUD 1945 dan dalam pasal-pasalnya masih bersifat parsial dan tersebar serta tidak rinci dan mendetail. Namun demikian pemerintah Indonesia memiliki seperangkat hukum yang mengatur mengenai hak asasi manusia yakni pada Ketetapan MPR No XVII/MPR 1998, UU No. 39 Tahun 1999, Perpu No. 1 Tahun 1999 dan UU No. 26 Tahun 2000

6Mengenai sinkronisasi nilai Ham International ke dalam KUHP ada 2 cara yakni vertikal dan horizontal. Secara vertikal dilakuakn terhadap nilai-nilai hak asasi manusia dunia dengan niali-nilai hak asasi manusia lokal. Sedangakan yang secara horizontal dilakukan terhadap perundang-undangan yang mempunyai derajat yang sama interprestasi yang digunakan secara gramatikal dan sistematis. Sinkronisasi tersebut dilakukan terhadap komponen substansi yaitu ketentuan-ketentuan atau niali berupa hak.

(14)

6. H. Muladi, Hak Asasi Manusia, PT Refika Aditama, Bandung, 2009, hal 88

8

B. Relasi Hukum Pidana Dengan HAM

Hakikat hukum pidana telah dikenal bersamaan dengan manusia mulai mengenal hukum walaupun pada saat itu belum dikenal pembagian bidang – bidang hukum dan sifatnya juga masih tidak tertulis. Adanya peraturan – peraturan, adanya perbuatan – perbuatan yang tidak disukai oleh masyarakat, adanya orang – orang yang melakukan perbuatan – perbuatan seperti itu, dan adanya tindakan dari masyarakat terhadap pelaku dari perbuatan – perbuatan sedemikian, merupakan awal lahirnya hukum pidana dalam masyarakatyang bersangkutan. Munculnya kelompok – kelompok masyarakat yang lebih terorganisasi dengan baik serta kelompok cendekia didalamnya, yang pada akhirnya melahirkan negara, makin menegaskan adanya bidang hukum pidana karena negara membutuhkan hukum pidana di samping bidang – bidang hukum lainnya.

Terdapat dua pandangan yang berbeda tentang tujuan dari keberadaan hukum pidana. Menurut pandangan yang pertama, tujuan hukum pidana adalah untuk melindungi masyarakat dari kejahatan. Merupakan suatu realitas bahwa dalam masyarakat senantiasa ada kejahatan,sehingga diadakannya hukum pidana adalah untuk melindungi masyarakat dari terjadinya kejahatan.

Menurut pandangan yang kedua, tujuan hukum pidana adalah melindungi individu – individu dari kemungkinan kesewenangan penguasa. Pandangan ini di dasarkan pada suatu titiktolak bahwa kekuasaan cenderung disalahgunakan. Sehingga diadakannya hukum pidana justru membatasi penguasa.

(15)

merampas kebebasan bergerak. Ada hak asasi untuk memiliki,ada pidana perampasan.

Untuk menghilangkan pengenaan pidana yang semena-mena, karena langsung menyentuh hak asasi manusia, diperkenalkan beberapa asas. Akibat revolusi Perancis yang meletus karena pengenaan pidana semena-mena dan tidak adil, maka muncul asas legalitas yang diperkenalkan oleh sarjana Anselmus von Feuerbach yang bahasa latinnya : “Nullum delictum nulla poena sine praevia legi poenali” (tidak ada delik, tidak ada pidana tanpa undang-undang yang ada sebelumnya). Asas ini muncul di negara-negara Eropa Kontinental, seperti Perancis dan Belanda, tercantum dalam Pasal 1 ayat (1) Ned. WvS, dan kemudian Pasal 1 ayat (1) KUHP Indonesia.

7. Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis, PT Raja Grafindo, 2013, hal 5

9

Rumus ini kemudian berkembang lagi yang lebih manusiawi, menjadi “nullum crimen sine lege stricta” (tidak ada delik tanpa undang-undang yang tegas sebelumnya). Hal ini berarti tidak cukup ada undang-undang sebelum perbuatan, jika undang-undang itu rumusannya bersifat karet dapat ditafsirkan bermacam-macam. Maksudnya : rumusan delik itu harus berupa definisi. Demikianlah, sehingga jika dibaca dengan teliti rumusan delik dalam KUHP, semuanya bersifat definisi. Delik pencurian misalnya (Pasal 362 KUHP) berbunyi : “mengambil suatu barang (enig goed), seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud memilikinya dengan melawan hukum”. Jadi, mencuri barang sendiri misalnya baju di tukang jahit dengan maksud tidak membayar ongkos jahit, bukanlah pencurian.

Dalam hukum (pidana) Islam, dikenal juga asas legalitas. Kejahatan dibagi tiga, yaitu hudud, quesas dan takzir. Hudud ialah kejahatan yang tercantum dalam Al Qur’an yang diterapkan asas legalitas. Artinya tidak boleh memakai analogi. Quesas ialah kejahatan terhadap badan yang tercantum juga dalam Al Qur’an, yang dibolehkan secara terbatas analogi. Yang ketiga takzir ialah hukum positif yang diciptakan oleh negara, dibolehkan penerapan analogie.

(16)

mestinya hanya kurungan atau denda. Lain halnya asas legalitas dalam hukum masyarakat. Karena pengaruh perkembangan zaman, terjadi perubahan pandangan dalam masyarakat. Sesuatu yang mulanya dianggap bukan sebagai Tindak Pidana, karena perubahan pandangan dan norma di masyarakat, menjadi termasuk Tindak Pidana dan diatur dalam suatu perundang-undangan Hukum Pidana.

Undang-Undang yang ada dianggap tidak memadai lagi terhadap perubahan norma dan perkembangan teknologi dalam suatu masyarakat, sedangkan untuk perubahan undang-undang yang telah ada dianggap memakan banyak waktu.Suatu keadaan yang mendesak sehingga dianggap perlu diciptakan suatu peraturan khusus untuk segera menanganinya. Adanya suatu perbuatan yang khusus dimana apabila dipergunakan proses yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang telah ada akan mengalami kesulitan dalam pembuktian.

10 Sebagai Undang-Undang khusus, berarti Undang-Undang Nomor 15 tahun 2003 mengatur secara materiil dan formil sekaligus, sehingga terdapat pengecualian dari asas yang secara umum diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)/Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) (lex specialis derogat lex generalis). Keberlakuan lex specialis derogat lex generalis, harus memenuhi kriteria:

Bahwa pengecualian terhadap Undang-Undang yang bersifat umum, dilakukan oleh peraturan yang setingkat dengan dirinya, yaitu Undang-Undang.Bahwa pengecualian termaksud dinyatakan dalam Undang-Undang khusus tersebut, sehingga pengecualiannya hanya berlaku sebatas pengecualian yang dinyatakan dan bagian yang tidak dikecualikan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan pelaksanaan Undang-Undang khusus tersebut.

(17)

pidana yang semena-mena karena langsung menyentuh HAM, diperkenalkan beberapa asas akibat revolusi prancis yang meletus karena pengenaan pidana yang semena-mena dan tidak adil, maka muncul asas legalitas yang diperkenalkan oleh sarjana Anselmus von Feuerbach yang bahasa latinnya “Nullum delictum nulla poena sine praevia legi poenali” (tidak ada delik tidak ada pidana tanpa undang-undang sebelumnya).

Hukum acara pidana sebagai pedoman bagi aparat penegak hukum dalam proses peradilan lahir pada tangggal 31 desember 1981. Saat masyarakat dan semua kalangan menyambutnya dengan suka cita karena KUHAP dianggap sebagai karya agung yang menjunjung tinggi dan menjamin perlindungan terhadap hak asasi manusia serta perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia sebagaimana layaknnya yang dimiliki suatu Negara yang berdasarkan atas hukum . tentunya dengan lahirnya KUHAP banyak ekali harapan yang timbul dari berbagai kalangan. Hak asasi manusia merupakan keinsyafan terhadap harga diri, harkat dan martabat harkat dan martabat kemanusiaaan yang menjadi kodrat sejak manusia lahir di muka bumi. Negara Indonesia sebagai Negara hukum tidak ketinggalan dalam merumuskaan hak asasi manusia kedalam peraturan perundang-undangannya, yang mana hal pemeriksaan pengadilan maupun perlakuan terhadap tersangka/terdakwa. Adanya jaminan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia dalam peraturan hukum acara pidana mempunyai arti yang sangat penting oleh karena sebagian besar dari rangkaian proses acara pidana menjurus pada pembatasan-pembatasan hak asasi manusia seperti penangkapan, penahan, penggeladahan, penyitaan dan penghukuman ysng pada hakekatnya adalah pembatasan HAM.

Di dalam KUHAP terdapat lima pilar penting yang perlu dikaji yakni:

11

Perlakuan sama di hadapan hukum

(18)

Penangkapan dan penahanan

Pasal 9 deklarasi HAM menentukan bahwa “tiada seorang pun yang boleh ditangkap ditahan, atau dibuang secara sewenang-wenang”, ketentuan tersebut sejalan dengan ketentuan yang telah diatur dalam pasal 9 UU pokok kekuasaan kehakiman bahwa tiada seorang pun yang dapat dikenakan penangkapan penahanan,, penggeledahan dan penyitaan selain atas perintah tertulis atas kekuasaan yang sah dalam hal yang menurut cara-cara yang diatur dalam UU yang mana ketentuan tersebut dijabarkan kembali di dalam KUHAP.

Asas praduga tak bersalah

Pada prinsipnya bahwa asas ini menekankan bahwa setiap orang berhak dianggap tidak bersalah sebelum seseorang tersebut terbukti secara syah dan meyakinkan atas kesalahan yang dilakukan yang sudah memiliki kekuatan hukum yang tetap.

Hak memperoleh bantuan hukum

Terdapat beberapa alasan mengapa bantuan hukum ini perlu diberikan kepada tersangka dan terdakwa yakni:

Alasan pertama, bahwa kedudukan pertama dan terdakwa tidak seimbang dengan kedudukan aparat. Alasan kedua, tidak semua orang mengetahui apalagi memahami seluk beluk aturan hukum yang rumit. Alas an ketiga, factor kejiwaan dan actor psikologis yang dapat memengaruhi dalam hal memperjuangkan hak-haknya pada tingkat penyidikan, penuntutan dan pengadilan. Alasan keempat, bahwa hakim yang memberikan putusan adalah manusia biasa demikian pula polisimaupun jaksa sehingga dalam hal ini penasehat hukum diperlukan sebagai pihak pengontrol.

Hak menuntut ganti rugi dan rehabilitasi

Hak menuntut ganti rugi dan rehabilitasi ini sebenarnya mengandung dua asas yakni hak warga Negara untuk memperoleh konpensasi dan rehabilitasi serta kewajiban pejabat penegak hukum untuk mempertanggungjawabkan perilaku selam proses pre-adjukasi dalam kedua asas juga terkandung dua prinsip bahwa Negara dapat pula dimintai pert anggungjawaban atas segala timdakan yang dilakukan terhadap warga negaranya.

Permasalahan hukum pidana terhadap HAM

12

(19)

dalam KUHP yaitu pidana mati. Dalam penerapan hukuman mati di Indonesia masih terdapat pro dan kontra dimana kedua kelompok tersebut mempunyai dasar hukum masing-masing.

Pandangan kelompok kontra berpendapat bahwa hukuman manusia tidak manusiawi dan bukan merupakan hukum yang memperbaiki tingkah laku seseorang. Kelompok ini berpendapat bahwa hak hidup adalah hal dasar yang melekat pada diri setiap manusia yang sifatnya kodrati dan universal sebagai karunia tuhan YME, yang tidak boleh dirampas , diabaikan dan diganggu gugat oleh siapapun. Hal itu tercantum dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM dan TAP MPR No. VXII/MPR/1998 tentang sikap dan pandangan bangsa Indonesia mengenai hak-hak asasi manusia dan juga terangkat dalam amandemen ke-2 UUD 1945 pasal 28 A yang menyatakan bahwa “setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan kehidupannya”. Maka sebagai hukum dasar tertinggi itu haruslah menjadi pedoman bagi segenap aturan hukum di bawahnya. Disamping itu berdasarkan kovenan international hak-hak sipil dan politik tentang hak untuk hidup menyatakan bahwa “ssetiap manusia berhak untuk hidup dan mendapatkan oerlindungan hukum dan tiada yang dapat mencabut hak itu”. Maka dengan demikian ukuman mati jelas-jelas berentangan dengan konvenan international tersebut, yang seharusnya diratifikasi oleh pemerintah Indonesia sebagai bentuk kewajiban Negara dalam memberikan perlindungan dengan pemenuhan hak-hak asasi terhadap segenap warga Negara sebagai mana telah diadopsi dalam pasal 28 A Amandemen UUD 1945.

Bentuk-bentuk pemidanaan tidak terlepas dari tujuan pemidanaan, yaitu pembalasan dan pencegahan. Yang dimaksudkan dengan pembalasan yaitu pem berian hukuman yang seimbang dengan penderitaan korban, sementara pencegahan dimaksudkan lebih pada agar orang lain jera dan tidak ingin melakukan kejahatan. Bila hukuman mati bertujuan untuk pembalasan maupun untuk pencegahan ternyata maksud dan tujuan itu tidaklah tercapai, dengan melihat kenyataan semakin meningkatnya kasus-kasus pembunuhan dan kasus-kasus narkoba. Artinya menurut kelompok ini tidak ada korelasi antara hukuman mati dengan berkurangnya tingkat kejahatan.

JAMINAN HAM DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA

(20)

amandemen kedua UUD 1945 tidak terlepas dari situasi sosial dan politik yang berkembang dan nuansa demokratisasi, keterbukaan, pemajuan dan perlindungan HAM serta mewujudkan negara berdasarkan hukum.

13

Pengaturan HAM di Indonesia tidak hanya terbatas pada konstitusi yakni Amandemen UUD 1945, melainkan diatur juga dalam peraturan perundang-undangan sebagai peraturan pelaksana. Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dalam Pasal 6 telah menentukan dalam pembentukan suatu peraturan perundang-undangan harus mencerminkan pada materi muatan mengenai HAM.

(21)

14

BAB 3 KESIMPULAN A. Kesimpulan

(22)

Pada dasarnya setiap pelanggaran hak asasi manusia baik dalam skala kecil maupun besar dapat dicegah dari mengendalikan diri sendiri. Sikap yang sangat baik dari pencegahan pelanggaran terhadap hak asasi manusia adalah rasa toleransi. Karena hakekatnya sifat buruk manusia adalah merasa paling benar dan memandang rendah ras lain.

15

DAFTAR PUSTAKA

H. Muladi.2009.Hak Asasi Manusia, Bandung.PT Refika Aditama.

Maramis, Frans.2013. Hukup Pidana Umum dan Tertulism Jakarta. PT Raja Grafindo

Moeljatno. 2011. KUHP. Jakarta. PT Bumi Aksara

Kurniawan dan Nunung. 2005. Hak Asasi Manusia: Menuju Democratic Governance. Vol. 8, No. 3

(23)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Secara genetik sapi Madura karapan tidak berbeda jauh dari sapi Madura jantan pada umumnya dikarenakan kedua sapi tersebut merupakan bangsa Sapi Madura murni

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul “Efektivitas Pemberian Seduhan Teh Hitam, Teh Hijau

Dalam kegiatan ekstrakurikuler metode part adalah salah satu komponen yang mempunyai peran penting. Metode part merupakan bentuk latihan keterampilan yang dilakukan secara

Upaya pencegahan pada tingkat promosi kesehatan pada masyarakat di wilayah kerja pukesmas UN adalah penyuluhan kesehatan, meskipun belum maksimal secara keseluruhan

Warna, tekstur dan rasa bulir jagung ditentukan oleh sifat bulir jagung dan lapisan terluarnya yang membentuk variasi warna bulir mulai dari putih, kuning, jingga, merah cerah,

Atas dasar hal tersebut diatas, maka kebutuhan zat besi pada trimester II dan III akan jauh lebih besar dari jumlah zat besi yang didapat dari makanan, walaupun makanan

Proses produksi adalah tahapan yang sangat penting dan menentukan produk dari mutu yang dihasilkan, untuk itu proses dalam suatu produksi harus diperhatikan dan