• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

A. Anemia Gizi Pada Kehamilan 1. Pengertian

Anemia Gizi adalah kekurangan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebabkan karena kekurangan zat gizi besi yang diperlukan untuk pembentukan Hb. Di Indonesia sebagian besar anemia disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) sehingga disebut anemia kekurangan zat besi atau anemia gizi besi.

2. Batas Kadar Hb

Seseorang diketahui menderita anemia apabila dilakukan pemeriksaan Kadar Hb,disamping ada tanda-tanda klinis yang langsung dapat dilihat. Menurut WHO , batas kadar Hb Anemia adalah sebagai berikut :

TABEL 1 BATAS KADAR Hb

______________________________________________________________

Kategori Batas Kadar Hb

______________________________________________________________

Anak Prasekolah Kadar Hb < 11 gr %

Anak Sekolah Kadar Hb <12 gr %

Wanita Hamil Kadar Hb < 11 gr %

Ibu Menyusui Kadar Hb < 12 gr %

Wanita Dewasa Kadar Hb < 12 gr %

Pria Dewasa Kadar Hb < 13 gr %

_____________________________________________________________ Sumber : Depkes RI, 1998

3. Tanda – Tanda Anemia

Secara fisik seseorang dapat diketahui menderita anemia apabila timbul gejala sebagai berikut : 5 L (lesu , letih , lemah , lelah , lalai) , Sering

(2)

mengeluh pusing dan mata berkunang – kunang. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata , bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.

4. Akibat Anemia

Apabila ibu hamil menderita anemia maka akan menimbulkan dampak negatif yang sangat merugikan , antara lain ;

a. Dapat menimbulkan perdarahan sebelum atau saat persalinan.

b. Meningkatkan resiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah / BBLR.

c. Pada anemia berat , bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan atau bayinya. ( Depkes RI , 1998 )

5. Penyebab Anemia Gizi Pada Kehamilan

a. Faktor Penyebab Langsung dan Tak Langsung

Menurut Husaini (1989), faktor-faktor penyebab langsung anemia gizi besi adalah :jumlah zat besi dalam makanan tidak cukup, absorbsi zat besi meningkat, dan kehilangan darah. Sedangkan secara tidak langsung adalah : ketersediaan Fe dalam makanan rendah, pemberian makanan kurang baik, sosial ekonomi rendah, komposisi makanan kurang beragam, zat penghambat absorpsi, pertumbuhan fisik, kehamilan dan menyusui , pendarahan, parasit , infeksi dan pelayanan kesehatan rendah.

b. Kebutuhan Zat Besi untuk Ibu Hamil

Menurut FAO /WHO dalam Husaini (1989) kebutuhan zat besi yang digunakan untuk perkembangan janin selama kehamilan 290 mg, placenta 25 mg, pembentukan Haemoglobin 500 mg dan kehilangan basal 220 mg, dengan demikian jumlah zat besi yang dibutuhkan 1035 mg atau dibulatkan menjadi 1000 mg. Secara rinci kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin dapat dilihat pada Tabel 2

(3)

TABEL 2

KEBUTUHAN ZAT BESI UNTUK PERKEMBANGAN JANIN

Berat Umbilikus

Umur Kehamilan Berat Janin dan Plasenta Total

(Trimester) (mg) (mg) (mg)

Pertama 25 7 32 Kedua 85 30 115

Ketiga 170 53 223 __

Sumber : INACG 1981 dalam Husaini 1989.

Kebutuhan zat besi tidak sama banyak untuk tiap semester kehamilan. Janin membutuhkan zat besi mulai banyak pada trimester II. Menurut Husaini (1989) kebutuhan zat besi pada wanita hamil naik dari 0,8 mg/hari pada trimester I menjadi 6,3 mg/hari pada akhir trimester III. Atas dasar hal tersebut diatas, maka kebutuhan zat besi pada trimester II dan III akan jauh lebih besar dari jumlah zat besi yang didapat dari makanan, walaupun makanan mengandung zat besi yang tinggi bioavaibilitasnya, kecuali jika wanita itu pada sebelum hamil telah mempunyai cadangan zat besi yang tinggi yaitu lebih dari 500 mg di dalam tubuhnya. Wanita yang mempunyai simpanan zat besi yang lebih besar dari 500 mg jarang ada walau pada masyarakat yang maju sekalipun apalagi pada negara-negara berkembang. Apabila wanita hamil tidak mempunyai cadangan zat besi yang cukup banyak dan tidak mendapatkan suplemen preparat besi, sedangkan janin bertumbuh terus dengan pesat, maka janin dalam hal ini berperan sebagai parasit. Ibu akan menderita akibatnya, sedangkan janin umumnya dipertahankan normal, kecuali pada keadaan yang sangat berat misalnya kadar haemoglobin ibu sangat rendah maka zat besi yang berkurang akan berpengaruh pula terhadap janin. (Husaini, 1989 ).

Untuk memenuhi kecukupan zat besi selama hamil, perlu menerapkan kecukupan konsumsi zat besi yang dianjurkan. Dalam menerapkan kecukupan zat besi terlebih dahulu harus menetapkan bioavaibilitas zat besi dari menu makanan penduduk khususnya ibu hamil, apakah tergolong tinggi , sedang atau rendah. Menu makanan yang kurang beragam, misalnya kurang ada daging , ikan, atau ayam dan sedikit vitamin C, tetapi banyak serat, phytat dan tannin, maka zat besi yang ada

(4)

dalam makanan itu tergolong rendah bioavaibilitasnya. Menu yang bervariasi, setiap hari terdapat daging dan ayam, sayuran dan buah-buahan serta mengandung vitamin C , maka menu makanan ini tergolong yang bioavaibilitas zat besinya sedang. Di Indonesia umumnya menu keluarga yang ada tergolong sedang dan rendah bioavaibilitasnya, sedangkan di negara maju umumnya tinggi. (Husaini., 1989)

Masukan zat besi yang dianjurkan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu kebutuhan fisiologis perorangan dan persediaan zat besi di dalam makanan yang dikonsumsi .(Suantra, 1998).

B. Ketersediaan Zat Besi Dari Dalam Makanan 1. Jenis- Jenis Zat Besi Yang Ada di Dalam Makanan

Ada dua jenis zat besi yang berbeda di dalam makanan yaitu : Zat Besi berasal dari hem dan bukan hem. Zat besi yang berasal dari hem merupakan haemoglobin dan mioglobin. Zat besi ini terkandung didalam daging , ikan dan unggas. Di banyak negara berkembang, makanan zat besi yang berasal dari hem lebih rendah atau sama sekali dapat diabaikan. Jenis kedua adalah zat besi yang bukan berasal dari hem , yang merupakan sumber yang lebih penting, yang ditemukan dalam tingkat yang berbeda-beda pada seluruh makanan yang berasal dari tumbuhan. (De Maeyer, 1993).

Zat besi hem dapat diabsorpsi secara langsung dengan jumlah zat besi yang lebih tinggi dari pada makanan sumber zat besi non hem. Untuk seseorang yang cadangan zat besi dalam tubuhnya rendah , zat besi hem ini dapat diabsorpsi lebih dari 35 % , sedangkan bagi orang yang simpanan zat besinya cukup banyak ( >500 mg) maka absorpsi zat besi hem hanya kurang lebih 25 % (Husaini, 1989).

Beberapa contoh kandungan Zat besi dalam beberapa bahan makanan dapat dilihat pada Tabel 3 :

(5)

TABEL 3.

ZAT BESI DALAM BAHAN MAKANAN

__________________________________________________________________ Bahan Makanan Zat Besi ( mg / 100 gr )

__________________________________________________________________ Hati 6,0 - 14,0 Daging Sapi 2,0 - 4,3 Ikan 0,5 - 1,0 Telur Ayam 2,0 - 3,0 Tepung Gandum 1,5 - 7,0 Umbi-umbian 0,3 - 2,5 Buah-buahan 0,2 - 0,4 Beras 0,5 - 0,8

Susu Sapi ( susu perah ) 0,1 - 0,5

________________________________________________________________ Sumber : Husaini (1989)

Tabel 3 menunjukkan bahwa kandungan zat besi terbesar terdapat pada Hati ( 6,0 – 14,0 mg/100 gr) dan zat besi paling sedikit terdapat pada Buah-buahan ( 0,2 - 0,4 mg / 100 gr ).

2. Penyerapan Zat Besi Yang Ada Dalam Makanan.

Penyerapan zat besi yang terkandung dalam makanan dipengaruhi oleh jumlah dan bentuk kimianya, faktor-faktor yang mempertinggi dan menghambat penyerapannya, status kesehatan dan status zat besi individu yang bersangkutan.

Faktor-faktor yang menentukan penyerapan zat besi :

a. Faktor-faktor yang memacu penyerapan zat besi : Asam askorbat (Vitamin C), daging , unggas, ikan dan makanan laut yang lain, Ph rendah (misalnya, asam laktat). Asam organik seperti vitamin C sangat membantu penyerapan besi non hem dengan merubah bentuk feri menjadi bentuk fero . Bentuk fero lebih mudah diserap. Vitamin C disamping itu membentuk gugus besin askorbat yang tetap larut pada pH lebih tinggi dalam duodenum. Vitamin C dapat meningkatkan penyerapan zat besi non hem sampai empat kali lipat.

b. Faktor-faktor yang menghambat penyerapan zat besi : Fitat, polifenol, termasuk tannin (dalam teh), phosvitin dalam kuning telur, protein kedelai,

(6)

kalsium dan serat dalam bahan makanan. Zat-zat gizi ini dengan zat besi membentuk senyawa yang tak larut dalam air, sehingga lebih sulit diabsorpsi.(De Maeyer, 1993).

C. Suplementasi Tablet Besi

Suplementasi tablet tambah darah sampai saat ini merupakan satu-satunya pendekatan yang dianggap paling cocok untuk ibu hamil, untuk dapat meningkatkan kadar Hb sampai tingkat tertentu. Suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) adalah suplemen zat besi yang mengandung 200 mg Fero sulfat atau setara 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat. Tablet tambah darah bila diminum secara teratur dan sesuai aturan dapat mencegah dan menanggulangi anemia gizi. Setiap ibu hamil diharapkan mendapat dan mengkonsumsi sekurang-kurangnya 90 tablet tambah darah dengan dosis 1 tablet setiap hari selama masa kehamilan.(Depkes RI, 2003)

D. Tablet Tambah Darah

1. Aturan Pemberian Tablet Tambah Darah

Ibu hamil dianjurkan oleh Depkes RI mendapatkan tablet tambah darah untuk mencegah anemia dengan aturan pemberian :

a. Setiap ibu hamil mendapat 1 bungkus tablet tambah darah pada kunjungan pemeriksaan kehamilan pertama.

b. Setiap ibu hamil minum 1 tablet setiap hari dan paling sedikit minum 90 tablet selama kehamilan.

c. Tidak dibenarkan membagi 1 bungkus tablet kepada lebih dari 1 orang ibu hamil.

Tablet tambah darah bila diminum secara teratur dapat mencegah anemia. 2. Cara Memperoleh Tablet Tambah Darah

Tablet tambah darah program disediakan oleh pemerintah secara gratis, diberikan terutama kepada ibu hamil / nifas melalui sarana pelayanan kesehatan pemerintah. Tablet tambah darah program berwarna merah ,

(7)

berselaput film dan dikemas dalam sachet alumunium berwarna perak berisi 30 tablet per bungkus. Dalam kemasan ada logo tetesan darah warna merah , tulisan “Tablet Tambah Darah Untuk Ibu Hamil, Ibu dan Bayi Menjadi Sehat” serta tanda untuk tidak diperjual belikan (Depkes RI, 2003).

Tablet tambah darah dapat diperoleh di : Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Poliklinik Bersalin Desa (Polindes /Bidan di desa ),Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Dukun Bayi, Pelayanan Swasta (Bidan Praktek Swasta) . (Depkes RI, 1993)

3. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Minum Tablet Tambah Darah

Ibu hamil perlu memperhatikan cara meminum tablet tambah darah disamping patuh meminum sesuai anjuran. Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu :

a. Minum tablet tambah darah dengan air putih, jangan minum dengan teh, susu atau kopi karena dapat menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh sehingga manfaatnya berkurang.

b. Kadang-kadang terjadi gejala ringan yang tidak membahayakan seperti perut terasa tidak enak, mual-mual , susah buang air besar dan tinja berwarna hitam.

c. Untuk mengurangi gejala sampingan minumlah tablet tambah darah setelah makan malam, menjelang tidur. Akan lebih baik jika setelah minum tablet tambah darah disertai makan buah-buahan seperti : pisang, pepaya, jeruk dll.

d. Simpanlah tablet tambah darah ditempat yang kering, terhindar dari sinar matahari langsung, jauhkan dari jangkauan anak, dan setelah dibuka harus ditutup kembali dengan rapat. Tablet tambah darah yang telah berubah warna sebaiknya tidak diminum (warna asli : merah darah)

e. Tablet tambah darah tidak menyebabkan tekanan darah tinggi atau kelebihan darah.(Depkes RI, 1998).

(8)

E. Kepatuhan Minum tablet Tambah Darah

Hasil penelitian Schultik dkk (1993) di Jakarta Pusat menunjukan bahwa faktor rendahnya kepatuhan menjadi penyebab kegagalan penurunan prevalensi anemia. Kepatuhan dipengaruhi oleh terbatasnya pengetahuan tentang anemia dan pentingnya tablet tambah darah. Menurut Triratnawati (1997) masih ditemui hambatan sosial budaya dan psikologi berkaitan dengan kepatuhan ibu hamil yang rendah. Selain itu pada wanita Jawa adanya konsep tentang kehamilan sebagai hal yang normal dan biasa, sehingga konsep tersebut berpengaruh terhadap kepatuhan minum tablet tambah darah. (Widiyanto D,dkk,2002)

Dalam penelitian Riyadi (1996) dilaporkan bahwa rendahnya kepatuhan minum pil besi dikarenakan timbulnya perasaan ingin muntah, mual , pusing-pusing sebesar 14 % disamping alasan lupa, merasa malas dan bosan meminumnya. Triratnawati (1998) merekomendasikan bahwa untuk meningkatkan kepatuhan meminum tablet tambah darah perlu dukungan keluarga dengan mengoptimalkan peran suami ikut bertanggung jawab meningkatkan kesehatan ibu hamil.(Jamil, 2002).

1. Pendidikan

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.

a. Unsur –unsur dalam pendidikan adalah : 1. Input

adalah sasaran pendidikan ( individu, kelompok, masyarakat) dan pendidik (pelaku pendidikan).

2. Proses

adalah upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain. 3. Output

adalah melakukan apa yang diharapkan atau perilaku. (Notoatmodjo , 2003).

(9)

Badan Pusat Statistik (1997) mengkategorikan tingkat pendidikan formal menjadi dua yaitu pendidikan dasar yang diartikan seseorang yang tidak tamat SD sampai dengan lulus dari SLTP. Pendidikan tinggi adalah setingkat SLTA atau Perguruan Tinggi.

Sehubungan dengan tingkat pendidikan diatas, pendapat Saraswati seperti ditulis oleh Widiyanto ,dkk (2002) menyatakan bahwa ibu-ibu dengan pendidikan lebih tinggi cenderung lebih banyak yang meminum tablet tambah darah sewaktu hamil.( Widiyanto,dkk ,2002).

b. Faktor-faktor pendidikan :

Sebagaimana layaknya suatu proses ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi proses tersebut. Faktor-faktor ini dapat diklasifikasikan menjadi 2 macam :

1. Perangkat Lunak (Soft Ware)

seperti : kurikulum , metode pendidikan , kualifikasi tenaga pengajar atau pendidik,manajemen pendidikan, organisasi dsb.

2. Perangkat Keras ( Hard Ware)

Yaitu fasilitas fisik pendidikan , seperti gedung, ruang, alat bantu pendidikan dan perpustakaan.

c. Komponen Pendidikan

Komponen yang sangat berpengaruh dan menentukan proses pendidikan adalah

1. Anak Didik (sarana pendidikan) sebagai masukan atau bahan mentah prose pendidikan.

2. Tujuan Pendidikan ,yaitu suatu kualifikasi keluaran yang berupa lulusan atau tenaga yang akan dihasilakan oleh proses pendidikan. 3. Kurikulum, yang didalamnya mencakup materi atau bahan pelajaran

yang akan disampaikan, metode dan alat bantu pendidikan. 4. Pelaksana Pendidikan (pendidik atau pengajar)

Proses pendidikan tersebut berlangsung di dalam suatu lingkungan atau tempat dimana pendidikan itu berlangsung.

(10)

d. .Lingkungan pendidikan

Biasanya lingkungan pendidikan dibedakan menjadi tiga, yang disebut Tri Pusat Pendidikan, yaitu :

1. Didalam Keluarga

Pendidikan yang berlangsung di dalam keluarga ini disebut pendidikan informal.

2. Didalam sekolah

Pendidikan yang diberikan di dalam sekolah ini disebut pendidikan formal

3. Di dalam masyarakat

Pendidikan yang berlangsung di dalam masyarakat umum, yang biasanya bertujuan untuk melengkapi pendidikan di sekolah dan pendidikan didalam keluarga , disebut pendidikan non formal.(Notoatmodjo, 1993).

2. Perilaku Batasan

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

(Notoatmodjo, 2000) Beberapa teori perilaku

Menurut Solita (1993) seperti yang ditulis Istiarti ( 2000) dikatakan bahwa perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungan yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan praktik atau tindakan . Sedangkan Notoatmodjo (1993) menyatakan bahwa perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek yaitu : aspek fisik , psikis dan sosial yang secara terinci merupakan refleksidari berbagai gejolak kejiwaan seperti : pengetahuan , motivasi , persepsi, sikap dan sebagainya yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya masyarakat.

(11)

Skiner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi sesorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses : adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimuli---Organisme --- Respons.

(Notoatmodjo, 2000).

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimuli ini maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua , yaitu :

a. Perilaku tertutup (covert behaviour)

adalah respons seseorang terhadap stimuli dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert).Respons atau reaksi terhadap stimuli ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimuli tersebut , dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka ( overt behaviour).

adalah respons seseorang terhadap stimuli dalam bentuk nyata atau terbuka. Respon terhadap stimuli tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

Benyamin Bloom (1908), membagi perilaku manusia itu kedalam 3 kawasan yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif dapat diukur dari pengetahuan,afektif dari sikap atau tanggapan dan psikomotor diukur melalui tindakan (praktik) yang dilakukan. (Notoatmodjo, 2000).

3. Pengetahuan

Pengetahuan sesorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya mediamassa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya. Notoatmodjo (1993) mengatakan bahwa pengetahuan merupakan resultan akibat proses pengindraan terhadap suatu obyek. Penginderaan tersebut sebagian besar

(12)

berasal dari penglihatan dan pendengaran. Pengukuran atau penilaian pengetahuan pada umumnya dilakukan melalui tes atau wawancara dengan alat Bantu kuesioner berisi materi yang ingin diukur dari responden.(Istiarti , 2000 ).

Pengetahuan ibu yang ada kaitannya dengan kesehatan dan gizi erat hubungannya dengan pendidikan ibu. Semakin tinggi pendidikan akan semakin tinggi pula pengetahuan akan kesehatan dan gizi keluarganya. (Soekirman, 1994).

4. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Menurut Newcomb, seorang psikologi sosial, seperti tertulis dalam Notoatmodjo (1993), menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. (Notoatmodjo. 1993)

Mann (1969) mengatakan bahwa sekalipun diasumsikan bahwa sikap merupakan predisposisi evaluatif yang banyak menentukan bagaimana individu bertindak, akan tetapi sikap dan tindakan nyata seringkali jauh berbeda. Hal ini dikarenakan tindakan nyata tidak hanya ditentukan oleh sikap semata, akan tetapi oleh berbagai faktor eksternal lainnya. Disamping itu ternyata untuk satu macam tindakan saja terdapat banyak pola sikap yang relevan. Karena itu, ketidakharmonisan sikap lebih merupakan masalah orientasi individu terhadap situasi yang ada. Pada dasarnya, sikap memang lebih bersifat pribadi sedangkan tindakan lebih peka terhadap tekanan-tekanan sosial.( Saiffudin A, 1997).

(13)

Pengertian lain sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek dengan cara tertentu serta merupakan respon evaluatif terhadap pengalaman kognitif, reaksi afeksi, kehendak dan perilaku masa lalu. Sikap akan mempengaruhi proses berfikir, respon afeksi, dan perilaku berikutnya. Jadi sikap merupakan respon evaluatif didasarkan pada proses evaluasi diri, yang disimpulkan berupa penilaian positif atau negatif yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap obyek. (Istiarti , 2000).

Mar”at (1982) mengatakan manusia tidak dilahirkan dengan sikap pandangan ataupun perasaan tertentu, tetapi sikap tadi dibentuk sepanjang perkembangannya. Adanya sikap akan menyebabkan manusia bertindak secara khas terhadap obyek-obyeknya. Dengan kata lain sikap merupakan produk dari proses sosialisasi, seseorang memberikan reaksi sesuai dengan rangsangan yang ditemuinya. Sikap dapat diartikan suatu kontrak untuk memungkinkan terlihatnya suatu aktifitas. Menurut Kartono (1990) sikap seseorang adalah predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) untuk memberikan tanggapan terhadap rangsangan lingkungan yang dapat memulai atau membimbing tingkah laku orang tersebut. Secara definitif, sikap berarti suatu keadaan jiwa (mental) dan keadaan berfikir (neutral ) yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu obyek yang diorganisasi melalui pengalaman serta mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung pada perilaku. (Istiarti, 2000).

(14)

F. Kerangka Teori

Suplementasi Tablet Besi

Supervisi

(Wahyuni., Hakimi,Hadi ,2002)

G.Kerangka Konsep

H. Hipotesis

1. Ada hubungan pendidikan dengan kepatuhan minum tablet tambah darah 2. Ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan minum tablet tambah darah 3. Ada hubungan sikap ibu hamil tentang anemia dengan kepatuhan minum

tablet tambah darah

Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Tambah Darah Pendidikan Pengetahuan Sikap Praktek Kadar Haemoglobin Pengetahuan Sikap Pendidikan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Tambah Darah

Referensi

Dokumen terkait

Gamber 4.5 dapat disimpulkan bahwa rata-rata proses produksi kelapa sawit pada tingkat kadar kotoran berada dalam batas toleransi, yaitu dibawah 0.020%. Berarti sudah

Komunitas Samahita khususunya pendamping yang memiliki kontrol terhadap korban berperan memberikan sosialiasi mengenai bagaimana seharusnya masyarakat dalam bersikap

[5 markah] Jika pulangan dijangka bagi portfolio pasaran ialah 8 peratus dan kadar bebas- risiko ialah 5 peratus, apakah pulangan dijangka bagi suatu sekuriti yang mempunyai

Sistem koordinat yang dipakai oleh input adalah sistem koordinat layar komputer bukan sistem koordinat cartesius yang digunakan oleh Unistoke Kanji, sehingga untuk

belum mendukung terutama terhadap transaksi antar bank berupa transaksi transfer yang berasal dari luar negeri.” 9 Demikian pula kendala yang dihadapi dalam penerapan

Client Server merupakan model jaringan yang menggunakan satu atau beberapa komputer sebagai server yang memberikan resource-nya kepada komputer lain (client)

Survei BI : Pertumbuhan Kredit 4Q18 Mengucur Deras Kandaskan Mosi Tidak Percaya, PM Inggris Tetap Berkuasa JCI Movement.. JCI - one month Source: Bloomberg

[r]