• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENEMPATAN HAK ASASI MANUSIA TERHADAP KE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENEMPATAN HAK ASASI MANUSIA TERHADAP KE"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

DUHAM bahwa setiap manusia berhak atas taraf hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya, termasuk hak atas pangan, pakaian, perumahan, dan perawatan kesehatan serta pelayanan sosial yang diperlukan, serta hak atas keamanan pada saat menganggur, sakit, cacat, menjadi janda, usia lanjut, atau keadaan-keadaan lain yang mengakibatkannya kekurangan penghasilan, yang berada di luar kekuasaannya. Sebagai manusia yang sedang menjalankan pidana, bukan berarti narapidana kehilangan semua hak-haknya sebagai manusia atau bahkan tidak mempunyai hak apapun. Dalam menjalani pidananya hak dan kewajiban narapidana telah diatur dalam sistem pemasyarakatan. Pada awal perubahan sistem tersebut pemasyarakatan belum memiliki Peraturan Perundang-undangan sebagai dasar hukum pelaksanaan sistem tersebut. Sistem permasyarakatan merupakan suatu sistem perlakuan terhadap narapidana yang menganut sistem pembaharuan pidana penjara yang berdasarkan pancasila dan asas kemanusiaan yang bersifat universal.

Konsep sistem permasyarakatan yang diatu dalam instrumen nasional mengisyaratkan mengenai hal-hal tentang kebersian pribadi, pakaian nara pidana, dan tempat tidur, makanan, pelayanan kesehatan sebagaimana tercantum dalam peraturan-peraturan Standar Minimum Ruleswalaupun memang dengan kualitas yang lebih rendah. Misalnya dalam hal pemberian pakaian, perlengkapan tidur, ketersediaan obat-obatan dan petugas medis demikian pula masalah sanitasi dan ventilasi kamar atau sel narapidana

Pelayanan narapidana pada intinya adalah pelayanan yang berkaitan dengan pelaksanaan hak-hak dan kewajiban-kewajiban narapidana berupa perawatan,pembinaan, pendidikan dan bimbingan. Lembaga masyarakat merupakan bagian dari sistem perasilan pidana yang tidak lepas dari tugas dan fungsionalnya sebagai penegak hukum. Walaupun hak pelayanan kesehatan harus disesuaikan dengan aturan perundang-undangan yang terkait yaitu Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Pasal 12 ayat (1) Tentang Lembaga Permasyarakatan dan Peraturan Pelaksanaannya bahwa narapidana berhak melakukan ibadah sesuai agama atau kepercayaannya, mendapat perawatan rohani maupun jasmani, mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak, menyampaikan keluhan, mendapat bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang, mendapakan upah dan premi atas pekerjaan yang dilakukan, menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum atau orang lain, mendapatkan remisi dan asimilasi termasuk cuti menjelang bebas, dan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Standart pelayanan dasar perawatan kesehatan adalahsuatu standar dengan batas-batas tertentu yang mencakup pelayanan medis klinis guna mengukur kinerja petugas di Lapas/Rutan, dalam memberikan pelayanan dan perawatan kesehatan bagi tahanan dan warga binaannya sehingga diperoleh mutu pelayanan dan perawatan kesehatan yang maksimal disesuaikan dengan program kesehatan yang ada di Kementerian Kesehatan RI.

(4)

merumuskan kesehatan sebagai hak individu atau menetapkan kewajiban negara sevara konkrit.

Perawatan kesehatan yang dimaksud di dalam buku ini adalah pelayanan kesehatan bagi narapidana. Untuk melihat pelaksanaan pelayanan kesehatan di Lapas, setidaknya dapat dilihat dari tiga aspek yaitu sistem pelayanan, sarana dan sumber daya manusia. Hak atas kesehatan memiliki aspek ekonomidan sosial karena hak ini berusaha sedapat mungkin menjaga agar individu tidak menderita ketidakadilan sosial dan ekonomi berkenan dengan kesehatannya. Hak ini memiliki karakter budaya sebab hak ini menjaga agar layanan kesehatan yang tersedia cukup dapat menyesuaikan dengan latar belakang budaya seseorang.

Setiap kegiatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya harus didasarkan pada prinsip nondiskriminatif, patrisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan SDM Indonesia serta peningkatan Ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional. Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan juga harus diberikan kepada warga binaan Permasyarakatan yang sedang menjalankan hukumannya di Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negarara.

Dalam menjalankan kewajiban negara dalam konteks perawatan kesehatan, warga binaan permasyarakatan sebagai insan dan sumber daya manusia harus diperlakukan dengan baik dan manusiawi dalam satu sistem pembinaan yang terpadu sebagaimana yang ditegaskan di dalam UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

Sudah banyak buku yang membahas tentang hak asasi manusia. Namun, buku ini membahas Perawatan Kesehatan Narapidana Berbasis Hak Asasi Manusia, hanya dalam satu bidang agar lebih spesifik lagi membahas masalah hak asasi terhadap kesehatan narapidana.

Buku yang berjudul Perawatan Kesehatan Narapidana Berbasis Hak Asasi Manusia yang ditulis oleh Nicken Sarwo Rini ini sangat mudah di pahami dan mudah dicerna. Buku ini adalah hasil penelitian yang telah di cetak di PT Pohon Cahaya menjadi sebuah buku yang bermanfaat. Penulis berharap buku ini dapat dijadikan rekomendasi khususnya terkait dengan hak kesehatan bagi narapidana mengigat bahwa ksehatan bukan saja merupakan hak dasar sebagai manusia, namun juga sebagai hak mutlak bagi narapidana dalam mengikuti proses pembinaan yang berdampak secaa tidak langsung kepada hak untuk terintegrasinya secara sosial.

(5)

Di buku ini di katakan bahwa perawatan kesehatan narapidana yang dimaksud adalah pelayanan kesehatan bagi narapidana. Untuk melihat pelaksanaan pelayanan kesehatan di Lapas setidaknya dapat dilihat dari 3 aspek yaitu: sistem pelayanan, sarana, sumber daya manusia. Dalam hal narapidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaannya di Lembaga Pemasyarakatan maka pemenuhan hak pelayanan kesehatan harus memenuhi prosedur tetap (PROTAP) yang berlaku di LAPAS, yakni dirawat di Poliklinik LAPAS atau dapat dirawat di Rumah Sakit umum dengan pengawalan petugas.

Di bab ini juga, dimunculkan beberapa data yang diperoleh bahwa kapasitas lapas/rutan yang ada di seluruh Indonesia terus mengalami peningkatan. Data yang diperoleh seperti: Data Penghuni dan Kapasitas Hunian Tahun 2011-Oktober 2014. Dan data mengenai jumlah tenaga kesehatan yang terdapat dilapas sangat minim.

Pada Bab II, dijelaskan bahwa kewajiban dan tanggung jawab negara dalam konteks hak asasi manusia (right- base approach) dapat dilihat dari beberapa bentuk yakni, menghormati, melindungi, memenuhi. Kewajiban untuk menghormati, melindungi, dan memenuhi HAM, masing-masing mengandung unsur kewajiban negara dan masyarakat untuk bertindak (obligation to conduct) yaitu, masyarakat negara melakukan langkah langkah tertentu untuk melaksanakan pemenuhan suatu hak, serta kewajiban untuk berdampak (obligation to result) yaitu, mendorong negara untuk mencapai sasaran tertentu dalam bidang HAM guna memenuhi standar subtantif yang terukur. Apabila negara tidak mau memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya, maka negara dapat digolongkan sebagai yang telah melakukan pelanggar HAM atau hukum Internasioal.

Di Bab ini juga, membahas tentang komentar umum Nomor 14 Konvenan Internasional hak-hak ekososob disebutkan bahwa indikator yang mendasari pemenuhan hak aas kesehatan mencapkup beberapa indikator yaitu: ketersediaan, aksesibilitas, penerimaan, kualitas.

Di Bab ini, ada penjelasan mengenai pengertian pidana dan istilah pidana, dijelaskannya sistem pemidanaan di Indonesia secara garis besar mencakup 3 permasalahan pokok, yaitu Jenis pidana (stafsoort), lamanya ancama pidana (stafmaat), dan pelaksanaan pidana (stafmodus). Di Bab ini dijelaskan juga perbedaan antara punishment dan treatment. Selain itu Bab ini membahas tentang sistem pemidanaan di Indonesia dan pandangan menurut para ahli, dan pidana penjara sebagai benuk pembinaan, pidana penjara berlaku di Indonesia sejak adanya Wetboek van Strafrecht voor Netherland Indie.

(6)

Nomor: PAS-14.OT.02.02 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Pemasyarakatan.

Pelayanan dan kesehatan di Lapas/Rutan meliputi upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh mencakup: Pelayanan kesehatan promotif, Pelayanan kesehatan preventif, Pelayanan kesehatan kuratif, Pelayanan kesehatan rehabilitatif. Rehabilitatif terdiri dari: rehabilitas medik (dilaksanakan untuk memulihkan penyakit tertentu secara medis melalui tindakan dan pengobatan yang dilakukan oleh dokter di luar maupun di dalam lapas/rutan), rehabilitas sosial (dilaksanakan untuk pemulihan perubahan perilaku dalam kehidupan sosial seperti pembekalan rohani, dukungan sesama penderita melalui kegiatan yang bersifat memotivasi dengan hal yang positif)

Pada Bab III ini juga menjelaskan kebijakan pelayanan dan perawatan kesehatan di lembaga pemasyarakatan. Menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, dinyatakan bahwa: Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasar sistem kelembagaan. Layanan yang terdapat pada bidang kesehatan dan Perawatan Narapidana yang telah ditetapkan di dalam Kepdirjen Nomor: PAS-14.OT.02.02 Tahun 2014 seperti layanan rujukan lanjutan di luar lapas dan layanan permintaan rekomendasi medis serta dilengkapi syarat-syaratnya. Bab ini juga menjelaskan bahwa

Di Bab ini juga membahas tentang kegiatan pelayanan kesehatan di lapas/rutan, utamanya adalah pengobatan umum (memeriksakan diri ke poliklinik lapas termasuk didalamnya anamnesa penyakit dan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, diagnosa klinik, pengobatan/tindakan medis, rujukan) dan pengobatan khusus (HIV/AIDS, malaria, napza, pelayanan penunjang, promosi, konseling umum, konseling gizi, kesehatan jiwa, rujukan dan tindakan pra rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih mampu). Selain itu di Bab ini menjelaskan sistem pelayanan kesehatan agar terwujud secara optimal meliputi: sumber daya manusia, unit pelayanan kesehatan, upaya pelayanan kesehatan, sistem rujukan, obat-obatan dan peralatan kesehatan, pendanaan kesehatan, pencatatan pelaporan.

Bab ini menjelaskan dari mana anggaran dana itu berasal yaitu, anggaran pemerintah (biaya kesehatan narapidana ditanggung sepenuhnya oleh pemerinta baik pusat maupun daerah), sebagian ditanggung masyarakat yaitu, (adanya partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dan waktu memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan. Bab ini juga membahas PP No. 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Waga Binaan Permasyarakatan menjelaskan bagian hak dan kewajiban nara pidana terkait dengan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak adalah:

 Setiap narapidana berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang layak.  Pada setiap lapas disediakan poliklinik beserta fasilitasnya dan

disediakan sekurang-kurangnya satu dokter dan seorang tenaga kesehatan lainnya.

(7)

 Apanila hasil pemeriksaan kesehatan ditemukan penyakit menular atau membahayakan, maka dokter lapas merekomendasikan agar narapidana dirawat di Ruma Sakit Umum di luar lapas.

 Apabila ada narapidana yang meninggal dunia karena sakit atau sebab lainnya, maka kepala lapas akan memberitahu keluarganya.

 Setiap narapidana mendapatkan makanan dan minuman sesuai jumlah kalori yang memenuhi syara kesehatan

 Narapidana yang sakit berhak mendapat makanan tambahan sesuai dengan petunjuk dokter.

Referensi

Dokumen terkait

Acinetobacter baumanniii, dan masing-masing 2 isolat pada kuman Klebsiella pneumoniae, Enterobacter cloacae , dan Staphylococcus aureus. Hasil isolasi kuman dari sekret

Watts (2003) juga menyatakan hal yang sama bahwa konservatisme merupakan salah satu karakteristik yang sangat penting dalam mengurangi biaya keagenan dan meningkatkan kualitas

Berangkat dari pemahaman bahwa Elong Topole di Balitung adalah nyanyian rakyat atau suara rakyat, Elong ini tentu punya cita-cita dan harapan yang terkonsep dalam pesan

Analisa data dalam penelitian ini yaitu menganalisis data hasil angket penelitian yang berkaitan dengan perkembangan sosial peserta didik Kelas X di SMK Negeri 1

Standar dan ukuran jalur sirkulasi yang akan dirancang adalah jalur pedestrian dengan lebar 1,8 meter yang ditujukan untuk dua orang pengguna kursi roda dari dua arah (Lampiran

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari ekuitas merek terhadap keputusan pembelian produk kartu SimPATI Telkomsel di kalangan mahasiswa Ilmu komunikasi angkatan

sistem interaksi yang direpresentasikan dalam model kognitif dan terdiri dari model hirarki yang merepresentasikan tugas user dan struktur goal/tujuan, model linguistik

Pada penelitian kualitatif menunjukkan bahwa sebagian kecil distro yang tidak memiliki laporan keuangan hal ini ditunjukkan pada skor keseluruhan item pertanyaan.. Skor ini mengacu