• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN II 1 PT SARANA M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN II 1 PT SARANA M"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 1 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA

BAB I I

M ET ODOLOGI

2.1. Pendekatan Masalah

Secara umum pekerjaan perencanaan teknik lengkap (full design) Ruas

Jalan Bujung Tenuk – Simpang Pematang akan dilaksanakan berdasarkan

prosedur teknis perencanaan suatu jalan yang lazim dilakukan.

Memperhatikan eksisting jalan Ruas Jalan Bujung Tenuk – Simpang

Pematang pada saat ini, maka kegiatan pekerjaan perencanaan yang akan

dilakukan meliputi :

1. Pengumpulan data sekunder

2. Koordinasi dengan instansi terkait

3. Survai dan penyelidikan lapangan

4. Pengolahan data survai

5. Penggambaran

6. Penyusunan Dokumen Pelelangan

2.2. Metodologi Pelaksanaan

Untuk melaksanakan pekerjaan perencanaan teknis ini, Konsultan akan

membagi proses perencanaan menjadi 2 (dua) tahap, yaitu :

1. Tahap Pertama : Melakukan survey pendahuluan atau kunjungan

lapangan untuk memahami kondisi lapangan yang

sesungguhnya dengan maksud agar tercapai

(2)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 2 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA Kegiatan Tahap Pertama merupakan kegiatan dasar yang terdiri atas

kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1. Persiapan dan Mobilisasi,

2. Koordinasi Dengan Instansi Terkait,

3. Kajian Data Sekunder

4. Survai Pendahuluan,

5. Survai Lapangan

2. Tahap Kedua : Melakukan perencanaan teknis terinci meliputi

struktur perkerasan badan dan bahu jalan, drainase,

rambu, marka jalan, bangunan pelengkap, perkiraan

volume/ kuantitas pekerjaan dan biaya serta

dokumen kontrak

Kegiatan pada Tahap Kedua lebih menjurus kepada pekerjaan

perencanaan/design dan persiapan dokumen terdiri atas kegiatan-

kegiatan sebagai berikut :

1. Perencanaan geometri jalan yang berbasis pada existing jalan

dengan penyesuaian terhadap kondisi lapangan

2. Perencanaan sistim drainase

3. Perencanaan perkerasan jalan berdasar pada perkiraan volume lalu

lintas pada kondisi yang direncanakan

4. Perencanaan marka dan kelengkapan jalan lainnya.

5. Gambar Rencana / Desain.

6. Estimasi kuantitas / volume pekerjaan dan biaya konstruksi.

7. Penyiapan Laporan Final.

8. Penyiapan dokumen kontrak.

Sesuai ketentuan didalam kerangka acuan kerja tentang tahapan dan aktifitas

utama pekerjaan, kegiatan-kegiatan pada tahap pertama dan tahap kedua

(3)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 3 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA 2.2.1. Uraian Pelaksanaan Tahap Pertama

2.2.1.1. Persiapan dan Mobilisasi

1. Persiapan

Pada tahap ini konsultan menyiapkan personil inti dan personil

pendukung, peralatan untuk pengujian jalan, alat ukur dan formulir

standar untuk menunjang pelaksanaan survai. Alat-alat ukur dan

peralatan pengujian jalan sudah dikalibrasi dan dalam keadaan siap

untuk dipergunakan. Pelaksanaan pekerjaan dikoordinasi oleh Team

Leader dibantu oleh anggota tim.

2. Rencana Kerja Terinci

Konsultan akan menyiapkan semua tahapan kegiatan yang akan

dilaksanakan. Rencana kerja ini akan digunakan sebagai acuan untuk

memantau kemajuan pekerjaan. Rencana Kerja Terinci harus

mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas. Rencana Kerja Terinci

memuat uraian tentang :

 Aktivitas kegiatan dan waktu yang dibutuhkan  Tahapan-tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan

 Alokasi waktu untuk melakukan koordinasi dengan instansi terkait yang berhubungan dengan pekerjaan.

 Personil yang bertanggung jawab terhadap setiap kegiatan.  Penyajian dalam bentuk Bar Chart

3. Mobilisasi

Mobilisasi personil konsultan dilaksanan setelah SPMK diterbitkan

pada tanggal 26 September 2007 oleh Kepala SNVT Perencanaan

dan Pengawasan Jalan dan Jembatan Provinsi Lampung.

Mobilisasi personil tidak dilaksanakan sekaligus, tetapi secara

bertahap sesuai dengan kebutuhan lapangan, untuk lebih jelasnya

dapat diperiksa pada Gambar 2.1

(4)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 4 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA 2.2.1.2. Koordinasi Dengan Instansi Terkait

Mengingat dalam struktur organisasi Departemen Pekerjaan Umum

terdiri antara instansi perencanaan dan pelaksanaan maka koordinasi

dengan antar instansi akan sangat mudah dilakukan.

Kegiatan koordinasi dan konsultansi antar instansi ini telah diatur dalam

kerangka acuan kerja, yang bertujuan menyamakan misi dan visi antara

instansi perencanaan dan pelaksanaan.

Dalam kegiatan ini termasuk mengumpulkan informasi harga

satuan/upah yang berlaku disekitar lokasi proyek terutama pada proyek

yang sedang berjalan.

2.2.1.3. Kajian Data Sekunder

Tim Konsultan akan melakukan kajian terhadap data sekunder meliputi :

 Laporan-laporan yang berkaitan dengan wilayah yang dipengaruhi atau mempengaruhi ruas jalan yang direncanakan.

 Data dan jaringan jalan disekitar Ruas Jalan Bujung Tenuk – Simpang Pematang

 Data-data teknis yang tersedia seperti titik-titik kontrol horizontal maupun vertikal yang ada sebagai referensi pekerjaan pengukuran.  Data lalu lintas yang tersedia dan prediksi pertumbuhan lalu lintas  Data fasilitas umum yang mungkin terkena kegiatan konstruksi.

 Data harga satuan pekerjaan didaerah pekerjaan, disekitar daerah pekerjaan yang dirinci menurut harga dasar material, upah dan

peralatan.

 Data iklim, curah hujan, dan sistim drainase eksisting.

Data sekunder ini sangat penting artinya bagi konsultan untuk

mengetahui secara detail tentang kondisi existing jalan beserta bangunan

(5)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 5 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA 2.2.1.4. Survai Pendahuluan

Survai pendahuluan ini harus dilakukan agar konsultan benar-benar

dapat memahami kondisi lapangan. Pelaksanaan survai pendahuluan ini

dilakukan oleh personil inti yaitu Team Leader beserta beberapa tenaga

ahli.

Team Leader akan memberikan penjelasan dan arahan kepada tim

tenaga ahli dalam rangka persiapan survai, agar pekerjaan survai

membuahkan hasil yang akurat dan optimal untuk perencanaan. Untuk

menunjang kegiatan survai, Tim Konsultan harus telah melakukan

pengumpulan dan melakukan kajian terhadap data sekunder dari instansi

terkait.

Cakupan kegiatan Survai Pendahuluan yang akan dilaksanakan oleh

Tim Konsultan adalah :

1. Mengumpulkan informasi menyangkut ruas jalan dan bangunan

struktur yang ada, termasuk data sekunder dari berbagai sumber

yang relevan sebagai rujukan untuk survai detail berikutnya.

2. Pencatatan kondisi perkerasan secara umum dan prakiraan penyebab

kerusakan yang telah dan mungkin terjadi.

3. Perkiraan secara umum tentang penanganan yang diperlukan, baik

pada perkerasan maupun pada pekerjaan-pekerjaan lainnya diluar

perkerasan, seperti : bahu jalan, drainase, stabilisasi lereng galian/

timbunan, perbaikan geometri jalan/jembatan, bangunan struktur

lainnya dan peningkatan keselamatan jalan.

4. Identifikasi lebar ruang milik jalan, dan perkiraan keperluan

pembebasan lahan atau studi lingkungan (Amdal, UKL/UPL)

Konsultan akan membuat Laporan Pendahuluan berisi tentang

identifikasi awal, data sekunder dan hasil kajian data sekunder, hasil

(6)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 6 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA 2.2.1.5. Survai Lapangan

2.2.1.5.1. Inventarisasi Jalan dan Jembatan

1. Inventarisasi Jalan, meliputi :

(1) Mencatat kondisi rata-rata perkerasan tiap 200 m dengan

menggunakan kendaraan

(2) Mencatat kondisi lainnya di dalam ruang manfaat jalan dan

ruang milik jalan mencakup : bangunan-bangunan pelengkap,

utilitas, pagar, dinding penahan tanah, dan lainnya yang

memerlukan perhatian pada saat pelaksanaan konstruksi.

(3) Mengambil foto eksisting dalam rumaja atau rumija setiap jarak

paling jauh 200 m, jarak tersebut harus diperpendek jika

ditemui perubahan kondisi yang signifikan.

2. Inventarisasi Jembatan

(1) Mencatat : nama, lokasi, tipe dan kondisi umum jembatan

(2) Dimensi : bentang, lebar, ruang bebas, jenis lantai

(3) Bangunan bawah : tipe dan kondisi

(4) Kondisi aliran saungai

(5) Penanganan atau perbaikan yang diperlukan termasuk

perkiraan kuantitas pekerjaannya.

2.2.1.5.2. Survai Topografi

Survai topografi dilakukan sepanjang trace rencana termasuk

persimpangan atau perpotongan yang ada.

Survai ini meliputi pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut :

1. Pemasangan patok-patok

 Patok-patok BM harus dibuat dari beton ukuran 10x10x75 cm atau pipa pralon ukuran 4” yang diisi dengan adukan beton dan

diatasnya dipasang neut dari baut.

(7)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 7 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA  Patok BM dicat warna kuning, diberi lambang PU dan nomor BM

dengan warna hitam.

2. Pengukuran Titik Kontrol Horizontal

 Pengukuran ini berupa rangkaian poligon dan semua titik ikat (BM) harus dijadikan sebagai titik poligon.

 Sisi poligon atau jarak antar titik poligon maksimum 100 m, diukur dengan alat ukur optis maupun elektronis.

 Pengukuran sudut dilakukan dengan alat ukur sudut satu detik (1”), yaitu theodolit jenis T2 atau yang setingkat.

 Pengukuran poligon ini harus diikatkan pada titik tetap yang sudah diketahui koordinatnya.

 Pengukuran poligon yang dikerjakan harus memenuhi syarat ketelitian pengukuran poligon orde ke II yaitu :

i. Kesalahan sudut 10 detik untuk sejumlah titik poligon, atau 8

detik tiap-tiap poligon.

ii. Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dari 5 detik.

iii. Pada setiap jarak 5-6 Km poligon utama harus dilakukan

azimuth pengontrol dengan pengamatan azimuth matahari.

iv. Kesalahan penutup jarak setelah azimuth dikoreksi tidak lebih

1/10.000 dari jarak yang diukur.

3. Pengukuran Titik-titik Kontrol Vertikal

 Pengukuran beda tinggi harus dilakukan dengan cara 2 kali berdiri pergi-pulang.

 Pengukuran sifat datar harus mencakup semua titik pengukuran (poligon, sifat datar dan potongan melintang) dan titik BM

 Referensi ketinggian harus menggunakan Bench Mark yang sudah ada.

(8)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 8 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA 4. Pengukuran Situasi

 Pengukuran situasi dilakukan dengan sistim tachimetri, mencakup semua obyek yang dibentuk oleh alam maupun manusia yang

ada disepanjang jalur pengukuran

 Untuk pengukuran situasi digunakan alat ukur theodolit

5. Pengukuran Profil Melintang

 Pengukuran profil melintang diambil setiap jarak 50 meter pada bagian jalan yang lurus dan landai dan setiap jarak 25 meter

untuk daerah-daerah tikungan. Lebar pengukuran akan meliputi

sekurang-kurangnya sama dengan ROW rencana dan lebar

pengukuran akan ditambah pada lokasi-lokasi tertentu yang

dianggap kritis.

 Khusus untuk daerah sungai, tempat persilangan jalan, dibuat juga penampang melintang sungai yang sejajar dengan sumbu

lintasan jalan, untuk setiap jarak 50 meter, serta dibuat selebar

daerah pemetaan situasi. Semua keterangan yang penting akan

dicantumkan dalam gambar.

 Titik-titik yang juga perlu diperhatikan adalah tepi perkerasan, dasar dan permukaan selokan, dasar dan permukaan

gorong-gorong, tepi bahu jalan, lantai kendaraan, tebing sungai, dan

lain-lain.

 Peralatan yang dipergunakan untuk pengukuran penampang melintang ini adalah alat ukur sudut satu detik (1”, T2 atau yang

sederajat).

2.2.1.5.3. Survai Lalu Lintas

Berdasarkan data lalu lintas yang ada (sekunder) LHR pada Ruas Jalan

Bujung Tenuk – Simpang Pematang adalah : 5.000 < LHR < 10.000

kendaraan, termasuk kategori Pos B.

Adapun metode pencacahan adalah 40 jam, dimulai pukul 06.00 pagi

(9)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 9 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA 2.2.1.5.4. Survai Perkerasan Jalan

1. Pemeriksaan Lendutan Balik

Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui besarnya nilai

lendutan balik dari konstruksi perkerasan jalan beraspal,

pemeriksaan akan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :  Truck yang dipakai harus dibebani sehingga mencapai beban

gandar belakang sebesar 8.20 Ton dengan tekanan angin ban

sebesar 80 psi.

 Pengukuran beban gandar belakang harus dilakukan dengan menggunakan jembatan timbang, hasil pengukuran beban

gandar dicatat pada form terlampir.

 Interval pemeriksaan 200 m sepanjang ruas jalan beraspal, kecuali ruas jalan yang.

 Selama melakukan pemeriksaan, kondisi-kondisi khusus dicatat seperti : kondisi drainase, cuaca, waktu, dll.

2. Dynamic Cone Pnetrometer

Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui CBR tanah dasar,

kemudian nilai CBR ini dikorelasikan dengan nilai CBR laboratorium.

Ketentuan pengujian tanah dasar dengan DCP adalah :

 Interval pengujian 200 m sepanjang ruas jalan yang dilebarkan  Pengujian dilakukan pada bahu jalan (dekat tepi perkerasan), hal

ini selain untuk mengetahui CBR tanah dasar juga untuk

mengetahui susunan existing perkerasan.

 Semua pembacaan data DCP di record untuk perhitungan parameter tanah dasar.

CBR hasil DCP dihitung dengan rumus :

CBRi = 10 (2,8135 – 1,313 Log DN)

CBRi = CBR pada setiap tumbukan titik yang diuji

(10)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 10 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA CBR design = CBR rata-rata -

Hasil perhitungan CBR design ini dibandingkan terhadap CBR design

yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang tercantum dalam

SNI-1732-1989-F, selanjutnya diambil nilai CBR terkecil.

Nilai CBR yang diperoleh akan memberikan parameter Daya Dukung

Tanah (DDT) existing atau Soil Support (SS) existing yang akan

digunakan sebagai dasar perhitungan tebal perkerasan.

2.2.1.5.5. Survai Geoteknik

Pekerjaan ini untuk menunjang perhitungan teknis perencanaan badan

jalan dan bangunan pelengkap lainnya sehubungan dengan tujuan

pengamatan konstruksi jalan.

Kegiatan ini meliputi :

1. Test pit

Dilakukan sebanyak 12 titik, ukuran lubang (1 x 1 x 0,75) m sedekat

mungkin dengan existing perkerasan untuk mengetahui tentang jenis

dan tebal lapisan-lapisan perkerasan yang ada, semua kondisi yang

ada/terlihat didalam lubang/pit, dicatat

2. Sondir

Sondir dilakukan sebanyak 20 titik. Titik-titik sondir ditetapkan pada

lokasi jembata < 11.00 m. Semua kondisi yang ada/ditemui selama

sondir dicatat termasuk level muka air tanah.

2.2.1.5.6. Pengujian Laboratorium

Pekerjaan laboratorium merupakan pengujian-pengujian yang didasarkan

pada Manual Pemeriksaan Bahan Jalan No. 01/MN/BM1976. Pekerjaan

laboratorium ini mencakup pengujian-pengujian untuk design perkerasan

jalan sebagai berikut :

CBR max – CBR min

(11)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 11 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA 1. Sieve Analysis

Test analisa saringan bertujuan untuk mengetahui ukuran butiran

agar dapat ditentukan sifat dan klasifikasi tanahnya. Sifat tanah

dipakai untuk menentukan batas-batas plastisitas dan klasifikasi

dipakai untuk pemberian nama kepada jenis-jenis tanah tertentu.

Bahan pengujian adalah contoh tanah hasil pekerjaan bor tangan

Contoh-cantoh tanah diambil pada kedalaman lubang bor  1 m atau  1,8 m tergantung jenis tanah yang ditemui.

2. Moisture Content (Kandungan Air)

Bahan pengujian adalah contoh tanah hasil pekerjaan bor tangan

pada kedalaman  1 m atau  1,8 m tergantung jenis tanah yang

ditemui. Kandungan air yang akan dicari sesuai prosedur pengujian

adalah kandungan air asli (nature) contoh tanah tersebut tanpa ada

kontaminasi air dari luar maupun penguapan air sewaktu

pengambilan contoh tanah, oleh karena itu contoh-contoh tanah

harus dimasukkan segera kedalam kantong plastik tertutup. Nilai

kandungan air dapat dipakai untuk menentukan kondisi tanah antara

lain :

i. Tanah kering jika MC : 0% - 10%

ii. Tanah basah jika MC : 10% - 30%

iii. Tanah sangat basah jika MC : 30% - 70%

iv. Tanah jenuh air jika MC : > 70%

3. Atterberg Limit (batas-batas plastis)

Bahan Pengujian adalah contoh tanah hasil pekerjaan bor tangan

pada kedalaman  1,0 atau  1,8 m tergantung jenis tanah yang

ditemui.

Contoh-contoh tanah harus segera dimasukkan kedalam kantong

plastik tertutup agar kandungan airnya tidak mudah menguap. Tujuan

(12)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 12 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA Index), LL (Liquid Limit) dan PL (Plastic Limit). Dengan diketahui PI

dan prosentase Clay, maka nilai aktifitas tanah dapat diketahui.

Mengetahui nilai aktifitas tanah sangat penting untuk pekerjaan

subgrade.

4. Compaction (Proctor)

Bahan pengujan adalah contoh tanah hasil pekerjaan bor tangan.

Cara pengambilan contoh tanah sebagaimana telah dijelaskan

diatas. Pengujian adalah untuk mengetahui :

i. Nilai swelling (setelah perendaman 4 hari)

ii. Kadar air optimum

iii. Berat isi kering maksimum (  dry max )

Test yang akan digunakan adalah Modified Compaction Test.

Berat isi kering maksimum atau  dry max dipaki sebagai dasar

pelaksanaan pemadatan dilapangan.

5. CBR (California Bearing Ratio) Laboratorium

Pada prinsipnya percobaan CBR untuk menilai kekuatan tanah. Nilai

CBR yang diperoleh akan dipakai untuk menentukan tebal lapisan

perkerasan yang diperlukan diatas lapisan yang nilai CBRnya

ditentukan. Pengujian bertujuan untuk mengukur kekuatan tanah bila

dipadatkan pada kadar air optimum dan pada kepadatan kering

maksimum.

CBR dihitung terhadap penetrasi 0,1 Inchi pada percobaan

pemadatan, masing-masing untuk jumlah tumbukan tertentu,

selanjutnya dibuat grafik CBR. Dari grafik CBR, untuk nilai kadar air

optimum dan kepadatan kering maksimum akan didapat nilai CBR

laboratorium.

Untuk menghindari kesalahan yang mungkin terjadi terhadap

contoh-contoh tanah yang diambil untuk pengujian tersebut, konsultan akan

menuliskan label pada kantong-kantong plastik yang berisi

(13)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 13 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA kedalaman dan posisi / letak titik pengambilan. Identitas ini akan

dituliskan juga didalam buku laporan survai lapangan.

2.2.1.5.7. Survai Hidrologi dan Hidraulik

Survai hidrologi dan hidarulik dilakukan untuk mendapatkan data yang

sesuai untuk perencanaan system drainase di sepanjang dan sekitar

jalan yang direncanakan.

Analisa Hidrologi banyak bersifat prediksi dengan menggunakan analisa

statistik dari rangkaian kejadian yang lampau serta koefisien parameter

alam, karena itu pengamatan langsung terhadap kondisi nyata dari

perilaku hidrologi itu sendiri dibutuhkan sebagai koreksi hasil analisa

perhitungan. Koefisien parameter alam antara lain kekasaran, limpasan,

waktu pengaliran dan lain-lain.

Kegiatan survai hidrologi yang akan dilakukan antara lain :

1. Peninjauan system existing drainase dan membuat kesimpulan awal

terhadap kondisi pada lokasi-lokasi tertentu yang diperkirakan akan

mengalami perubahan.

2. Peninjauan terhadap genangan lahan yang pernah terjadi di sekitar

lokasi proyek dan analisa cara penanganannya dalam kaitannya

dengan keamanan jalan.

3. Melakukan kompilasi data :

 Data curah hujan dari stasiun-stasiun penakar hujan yang terdekat dengan catchment area

 Data banjir dan debit sungai yang melintasi rencana jalan.

2.2.2. Uraian Pelaksanaan Tahap Kedua

Dalam melaksanakan perencanaan teknik lengkap (full design) konsultan

mengelompokkan tahapan pekerjaan yang saling berkaitan. Hasil

kegiatan pekerjaan pada setiap tahap akan didiskusikan dengan Tim

Teknis SNVT Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan

(14)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 14 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA Kajian data sekunder dan hasil survai pendahuluan dijadikan kerangka

untuk menyusun laporan pendahuluan, dalam laporan ini juga termuat

konsep dan metodologi pelaksanaan pekerjaan.

Setelah laporan pendahuluan mendapat persetujuan dari Tim Teknis,

maka konsultan akan melanjutkan pekerjaannya sesuai dengan

metodologi yang telah disetujui.

Hasil survai detil dituangkan dalam Laporan Antara, isi laporan ini sudah

mengarah kepada final perencanaan teknik lengkap (full design), pada

tahap ini akan dibahas secara lebih terinci perkiraan output perencanaan

secara menyeluruh.

Adapun hasil keluaran perencanaan teknis lengkap akan terdiri dari :

1. Dokumen Teknik

a. Nota Perhitungan merupakan hasil kajian dan perhitungan untuk :

Perkerasan Jalan, Drainase dan Struktur

b. Gambar Rencana Teknik.

Merupakan satu set gambar komplit yang akan dipakai untuk

pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

2. Laporan Akhir

Atas dasar dokumen teknik disusun Laporan Akhir yang berisi :

i. Metoda Pelaksanaan Konstruksi

ii. Perkiraan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

iii. Perhitungan Volume Pekerjaan

iv. Perkiraan Biaya Konstruksi

3. Dokumen Pelelangan

Atas dasar laporan akhir, maka disusun dokumen pelelangan yang

(15)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 15 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA

2.3. Standar Desain Yang Diterapkan

2.3.1. Standar Yang Digunakan

1. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Departemen

Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, No. 038/T/BM/1997

2. Spesifikasi Standar untuk Perencanaan Geometrik Jalan Luar Kota,

Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina 1990

3. Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan

Metode Analisa Komponen. Departemen Pekerjaan Umum SKBI

2.3.26.1987,UDC.625.73(02) SNI 1732-1989-F, Direktorat Jenderal

Bina,1987

4. ASSHTO Guide for Design of Pavement Structures 1986, American

Association of State Highway and Transportation Officials, 1986

5. Road Design System 5.05 (RDS 5.05), Subdit Penyiapan Standar dan

Pedoman, Direktorat Jenderal Bina Marga, 2006.

6. Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan, Departemen

Pekerjaan Umum SNI 03-3424-1994, Badan Penelitian dan

Pengembangan PU, 1994

2.3.2. Standar Geometrik Jalan

Standar dasar perencanaan geometrik jalan adalah sebagai berikut :

 Kecepatan rencana : 60 km/jam

 Lebar jalur lalu lintas : 3.50 m  Kemiringan melintang perkerasan : 2 %

 Lebar bahu jalan : 2.00 m

 Kemiringan bahu jalan : - 4 %

 Super Elevasi maksimum : 6 %

(16)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 16 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA 2.3.3. Standar Disain Perkerasan

Standar desain perkerasan harus mempertimbangkan faktor-faktor yang

mempengaruhi antara lain :

 Muatan Sumbu Terberat (MST) maximum 10 Ton

 Lalu lintas, yaitu jenis / golongan kendaraan dan jumlah kendaraan.  Data pertumbuhan lalu lintas (traffic growth).

 Data CBR tanah dasar (subgrade).  Rencana umur perkerasan.

 Perkiraan tahun pembukaan lalu lintas.

 Factor wilayah (Regional Factor ) = pengaruh keadaan lingkungan

 Faktor keadaan drainase : alam lingkungan atau buatan. Makin baik keadaan drainase, faktor wilayah makin kecil.

 Faktor sifat tanah menahan air. Sifat tanah menahan air dapat diteliti berdasarkan nilai PI (Plastis Index).

 PI kecil bersifat mudah melepaskan air; PI besar bersifat sulit melepaskan air. Faktor Curah Hujan dan PI umumnya menjadi satu

kesatuan faktor.

Faktor-faktor tersebut diatas perlu dirupakan sebagai faktor koreksi terhadap

umur rencana perkerasan.

Pada dasarnya tebal perkerasan dihitung dengan rumus :

ITP = a1 D1 + a2 D2 + a3D3 + …

Dimana :

ITP = Index Tebal Perkerasan

a1, a2, a3 = Koefisien Kekuatan Lapisan.

D1, D2, D3 = Tebal Lapisan.

ITP dihitung dengan cara Bina Marga dan AASHTO. Dari hasil kedua cara

tersebut diambil nilai yang terbesar.

(17)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 17 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA 2.3.4. Standar Disain Drainase

Drainase yang dimaksud disini adalah sistem drainase yang berada di bahu

jalan yang dipengaruhi oleh :  Data Hujan

Untuk merencanakan drainase digunakan data hujan rencana 5 tahun.  Kemiringan Saluran

Kemiringan saluran harus disesuaikan dengan perencanaan kemiringan

memanjang jalan serta jenis tanahnya dengan mempertimbangkan

effisiensi biaya konstruksi tanpa mengabaikan aspek teknis.

Kemiringan saluran diarahkan ke cacth basin yang ada dengan

kemiringan dasar saluran tidak kurang dari 0,3 %.  Konstruksi saluran

Konstruksi saluran dibedakan untuk daerah superelevasi dan daerah

lurus. Pada daerah superelevasi, konstruksi saluran dibuat dari beton

bertulang ataupun bahan lainnya. Pada daerah lurus, konstruksi saluran

di buat dari saluran tanah.

2.3.5. Typical Cross Section (Bentuk Penampang Melintang)

Penampang melintang akan memperlihatkan data-data :  Arah jalur dan simbol centerline

 Jumlah dan lebar lajur

 Kemiringan permukaan jalur lalu lintas dan bahu jalan  Susunan perkerasan badan jalan dan bahu jalan

 Detail sambungan antara perkerasan lama dengan perkerasan pelebaran jalan (jika ada)

 Bentuk dan struktur drainase di median, tinggi dan jarak guard rail yang akan di pasang dan lain-lain

2.3.6. Longitudinal Section (Potongan Memanjang).

Ditampilkan secara garis besar data-data dalam profile, antara lain :  Alinyemen vertikal

(18)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 18 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA  Rencana grade dan existing grade

 Letak dan elevasi gorong-gorong.  Letak persilangan dengan sungai.

2.4. Detail Metodologi Perhitungan/Analisa

Secara lebih detail metode perhitungan / analisa masing-masing jenis

pekerjaan diuraikan sebagai berikut :

2.4.1. Analisa Perencanaan Geometrik

1. Penetapan Alinyemen Horizontal

Konsultan akan mengevaluasi kembali existing alinyemen horisontal

akibat pemilihan pelebaran perkerasan 1 (satu) sisi dan mengakibatkan

perubahan as jalan yang mungkin masih dibawah standard geometrik

jalan raya dengan memperhatikan :

 Lokasi (Sta) dan nomor-nomor titik kontrol horisontal.  Pertimbangan ekonomi.

 Data lengkung horisontal (curva data) yang direncanakan.

 Lokasi dari bangunan pelengkap dan rencana pelebaran jembatan.

2. Penetapan Alinyemen Vertikal

Konsep alinyemen vertikal (longitudinal section) dapat dimulai setelah

konsep alinyemen horisontal disetujui Pengguna Jasa dan digambar

dibagian bawah dari gambar alinyemen horisontal.

Penetapan alinyemen vertikal didasarkan pada :  Tinggi muka tanah asli.

 Ketentuan kemiringan maksimum diagram super-elevasi.  Data lengkung vertikal.

 Elevasi bangunan-bangunan pelengkap, drainase, dan bangunan disekitar rencana jalan.

 Elevasi jembatan.  Pertimbangan ekonomi

(19)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 19 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA 3. Penetapan potongan melintang

Didalam merencanakan standar memperhatikan hal-hal sebagai berikut

potongan melintang Konsultan akan memperhatikan hal-hal sebagai

berikut :

 Rencana bangunan pelengkap yang diperlukan.

 Penetapan rencana konstruksi perkerasan dan badan jalan.  Penetapan rencana drainase

 Penetapan rencana lansekap

4. Keselamatan lalu lintas

Dalam perencanaan geometrik jalan konsultan akan mempertimbangkan

aspek keselamatan pengguna jalan, baik selama pelaksanaan

pekerjaan konstruksi maupun pada saat pengoperasian jalan. Konsultan

perlu menjamin bahwa semua elemen geometrik yang direncanakan

memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam standar geometrik jalan

dan sesuai dengan kondisi lingkungan setempat.

5. Tinjauan geometrik jalan

Standard perencanaan geometrik yang perlu diperhatikan antara lain

dan tidak terbatas pada :  Klasifikasi perencanaan  Lalulintas (traffic)

 Kecepatan rencana  Potongan melintang  Jalur lalulintas  Bahu jalan

(20)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 20 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA 6. Kemiringan Melintang Jalur Lalu Lintas

Kemiringan melintang dijalan lurus diperuntukan terutama untuk

drainase, kemiringan melintang antara 1-3% untuk jalan beraspal.

7. Parameter Perencanaan Geometrik Jalan

(1) Kendaraan rencana

Kendaraan rencana umumnya dikelompokkan

1) Mobil penumpang

2) Bus, truk

3) Semi trailer, trailer

Ukuran kendaraan rencana diperlihatkan seperti pada tabel

berikut:

Tabel 2.1 : Ukuran Kendaraan Rencana

Jenis

(2) Kecepatan rencana

Kecepatan rencana adalah suatu kecepatan yang ditetapkan untuk

disain dan korelasi segi-segi fisik dari suatu jalan yang

mempengaruhi operasi kendaraan.

Kecepatan ini adalah kecepatan maximum yang aman yang dapat

dipertahankan pada tempat tertentu di jalan itu apabila kondisinya

begitu menyenangkan sehingga kendaraan hanya diatur oleh

aspek disain jalan raya.

Sebagai acuan lain, AASHTO (American Association of State

Highway and Transportation Office) menyarankan agar kecepatan

rencana ditetapkan pada tingkat terbesar yang masih mungkin

(21)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 21 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA mendatang selama umur rencana jalan. Menurut AASHTO,

pertama kali harus diadakan klasifikasi jalan. Jalan dikelompokkan

sebagai datar, perbukitan dan pegunungan.

Kecepatan rencana dilihat dari sifat kendaraan pemakai jalan, dan

kondisi jalan merupakan kecepatan rencana yang disarankan

untuk perencanaan jalan.

Perubahan kecepatan rencana yang dipilih disepanjang jalan tidak

boleh terlalu besar dan tidak dalam jarak yang terlalu pendek.

Perbedaan sebesar 10 km/jam dapat dipertimbangkan karena

akan menghasilkan beda rencana geometrik yang cukup berarti,

kecuali terdapat hal-hal yang sangat khusus.

(3) Volume dan kapasitas jalan

Volume lalu lintas menunjukan Jumlah kendaraan yang melintasi

satu titik pengamatan dalam satu satuan waktu.

Satuan volume lalu lintas yang umum dipergunakan sehubungan

dengan penentuan jumlah dan lebar lajur adalah : Lalu lintas

Harian Rata-rata (LHR).

Kapasitas adalah jumlah kendaraan maksimum yang dapat

melewati suatu penampang jalan pada jalur jalan selama I jam

dengan kondisi serta arus lalu lintas tertentu.

(4) Tingkat pelayanan.

Lebar dan jumlah lajur yang dibutuhkan tidak dapat direncanakan

dengan baik walaupun LHR telah ditentukan. Hal mi disebabkan

oleh karena tingkat kenyamanan dan keamanan yang akan

diberikan oleh jalan rencana belum ditentukan. Lebar lajur yang

dibutuhkan akan lebih lebar jika pelayanan jalan diharapkan lebih

tinggi. Kebebasan bergerak yang dirasakan pengemudi akan lebih

baik pada jalan-jalan dengan kebebasan samping yang memadai.

Pada keadaan volume lalu lintas rendah, pengemudi akan merasa

lebih nyaman mengendarai kendaraan dibandingkan jika berada

(22)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 22 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA berkurang sebanding dengan bertambahnya volume lalu lintas.

Kenyamanan dan kondisi anus lalu lintas yang ada tidak cukup

hanya digambarkan dengan volume lalu lintas tanpa disertai data

kapasitas jalan dan kecepatan pada jalan tersebut.

(5) Jarak Pandang

Jarak pandang adalah panjang jalan didepan kendaraan yang

masih dapat dilihat dengan jelas diukur dari titik kedudukan

pengemudi.

Jarak pandang berguna untuk :  Menghindari terjadinya tabrakan.

 Memberi kemungkinan untuk mendahului kendaraan lain.  Menambah efisiensi jalan.

 Sebagai pedoman bagi pengatur lalu lintas dalam penempatan rambu-rambu lalu lintas.

1) Jarak pandangan henti

Yaitu jarak pandangan yang dibutuhkan untuk menghentikan

kendaraannya. Jarak pandangan henti minimum adalah jarak

yang ditempuh pengemudi untuk menghentikan kendaraan

yang bergerak setelah melihat adanya rintangan pada lajur

jalannya.

2) Jarak pandangan menyiap

Yaitu jarak pandangan yang dibutuhkan untuk dapat

menyiapkan kendaraan lain yang beradap pada jalur jalannya

dengan menggunakan lajur lain.

Jarak pandangan menyiap standar dihitung berdasarkan

beberapa asumsi terhadap sifat arus lalu lintas :

a. Kendaraan yang akan disiapkan harus mempunyai

kecepatan tetap.

b. Sebelum menyiap, kendaraan harus mengurangi

(23)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 23 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA dengan kecepatan yang sama.

c. Bila kendaraan sudah berada pada lajur untuk menyiap,

maka pengemudi harus mempunyai waktu untuk

menentukan apakah gerakan menyiap dapat diteruskan

atau tidak.

d. Kecepatan kendaraan yang menyiap mempunyai

perbedaan sekitar 15 km/ jam dengan kecepatan

kendaraan yang akan disiap.

e. Pada saat kendaraan yang menyiap telah berada kembali

pada lajur jalannya, maka harus tersedia cukup jarak

dengan kendaraan yang berada didepannya.

f. Tinggi mata pengemudi diukur dari permukaan

perkerasan menurut AASHTO’90 = 1,06 m (3,5 ft) dan

tinggi obyek yaitu kendaraan yang akan disiap 1,25 m

(4,25 ft), sedangkan Bina Marga (urban) mengambil tinggi

mata pengemudi sama dengan tinggi obyek 1,00.

3) Jarak pandangan pada malam hari

Pandangan malam hari dibatasi oleh kemampuan penyinaran

dan ketinggian letak lampu besar. Keadaan yang menentukan

pada malam hari adalah jarak pandang henti.

Faktor yang paling mementukan pada malam hari adalah

faktor lampu besar. Penurunan kemampuan untuk melihat

pada malam hari terutama adalah akibat kesilauan lampu

besar dari kendaraan yang berlawanan arah.

8. Sebagai ilustrasi mengenai sebagian kriteria perencanaan geometrik

dapat dilihat pada Gambar 2.1 s/d 2.5

9. Bahu Jalan

Bahu jalan adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu

lintas, berfungsi:

(24)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 24 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA  Ruangan untuk menghindari diri dalam keadaan darurat

 Memberikan kelegaan pengemudi

 Memberikan sokongan konstruksi jalan dari arah samping.  Ruangan pembantu pada waktu ada pekerjaan perbaikan jalan.  Ruangan untuk lintasan kendaraan patroli, ambulan.

10. Saluran Samping

Fungsi saluran samping

 Mengalirkan air dari permukaan jalan atau dari luar jalan.

 Menjaga supaya konstruksi jalan selalu dalam keadaan kering. Umumnya bentuk saluran samping adalah trapesium atau segi-empat.

Lebar saluran berdasar debit rencana. Kelandaian dasar saluran

biasanya mengikuti kelandaian jalan. Hila kelandaian dasar saluran

cukup besar, perlu dibuat terasering.

11. Talud

Talud umumnya dibuat kemiringan 2 H : 1 V, atau dibuat sesuai dengan

landai yang arnan. Berdasarkan keadaan tanah atau kondisi jalan,

rnungkin juga dibuat dinding penahan tanah (retaining wall).

12. Pengaman tepi

Pengaman tepi bertujuan untuk memberikan ketegasan tepi badan jalan.

Jika teljadi kecelakaan dapat mencegah kendaraan keluar dari badan

jalan. Umumnya dipergunakan pada :  Sepanjang jalan yang menyusur jurang  Tanah timbunan dengan tikungan yang tajam  Jenis pengaman tepi

 Pengaman tepi dari besi yang digalvanised (guard rail)  Pengaman tepi dari beton (parapet)

(25)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 25 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA KRITERIA PERENCANAAN FISIK DAN TOPOGRAFI

Gambar 2.1 : Kriteria Perencanaan Fisik dan Topografi

KRITERIA KEAMANAN

(26)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 26 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA STANDARD PERENCANAAN DAN KRITERIA DASAR

Gambar 2.3 : Standard Perencanaan dan Kriteria Dasar

KRITERIA JARAK PANDANG

(27)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 27 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA KRITERIA ALINYEMEN VERTIKAL

Gambar 2.5 : Kriteria Alinyemen Vertikal

2.4.2. Metode Perencanaan Tebal Perkerasan

Pemilihan type dan material perkerasan akan didasarkan pada

pertimbangan dari segi ekonomi, kondisi setempat, kemampuan

pelaksanaan dan syarat teknis lainnya, mengingat keterbatasan biaya maka

dipilih perencanaan perkerasan bertahap, dalam hal ini yang paling sesuai

adalah perkerasan lentur (flexible pavement)

1. Pemilihan jenis bahan

Konsultan akan mengutamakan penggunaan bahan setempat sesuai

dengan masukan dari laporan penyelidikan tanah dan survai material.

Bila bahan setempat tidak dapat digunakan langsung sebagai bahan

konstruksi, maka konsultan akan mengusulkan usaha-usaha

peningkatan sifat-sifat teknis dan fisis bahan Gika memungkinkan)

(28)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 28 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA 2. Prinsip-prinsip perencanaan tebal perkerasan :

1) Jumlah jalur dan koefisien distribusi kendaraan

Jalur rencana merupakan sa!ah satu jalur lalu lintas dari suatu arus

jalan yang menampung lalu lintas terbesar. Koefisien distrihusi

kendaraan (C) untuk kendaraan ringan dan berat yang lewat pada

jalur rencana ditentukan sesuai dalam "daftar koefisien distribusi

kendaraan (C)".

Angka ekivalen beban sumbu kendaraan (E)

Sumbu tunggal =

8160

2) Lalulintas Harian Rata-rata (LHR)

LHR setiap jenis kendaraan ditentukan pada awal umur rencana,

yang dihitung untuk diusahakan pada jalan tanpa median atau

masing-masing arah pada jalan dengan median.

3) Lintas Ekivalen Permulaan (LEP)

xCjxEj

j = jenis kendaraan

4) Lintas Ekivalen Akhir (LEA)

j

5) Lintas Ekivalen Tengah (LET)

LET =

2

(29)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 29 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA 6) Lintas Ekivalen Rencana (LER)

LER = LET x FP

FP =

10

LR

7) Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) dan CBR

Daya dukung tanah dasar ditetapkan berdasarkan grafik koreksi

dengan CBR dalam buku standar Bina Marga.

8) Faktor Regional (FR)  Kelandaian.

 Persentase kendaraan berat ( > 5 ton )  Curah hujan.

Faktor regional dapat diambil dari nilai-nilai yang terdapat dalam buku

standar.

9) Indeks Permukaan (IP)

Indeks permukaan ini menyatakari nilai dari pada kerataan serta

kekokohan permukaan yang berkaitan dengan tingkat pelayanan bagi

lalulintas yang lewat.

10) Indeks permukaan pada Awal Umur Rencana (lPo)

Dalam menentukan indeks permukaan pada awal umur rencana perlu

diperhatikan jenis lapis permukaan jalan (kerataan/kehalusan serta

kekokohan) pada awal umur rencana.

11) Koefisien Kekuatan Relatif ( a )

Koefisien kekuatan relatif masing-masing bahan dan kegunaannya

sebagai lapis permukaan, pondasi ditentukan/digunakan seperti pada

daftar Koefisien Kekuatan Relatif(a)” dalam buku standar.

12) Indeks Tebal Perkerasan (ITP)

Penetuan tebal perkerasan dinyatakan oleh ITP

ITP = al.D1 + a2.D2 + a3.D3

al, a2, a3 = Koefesien kekuatan relatif bahan

(30)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 30 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA

13) Bagan Alir Perencanaan Tebal Perkerasan

Gambar 2.6. Bagan Alir Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur

2.4.3. Metode Perencanaan Drainase

Permasalahan umumnya pada perencanaan bangunan air (saluran

drainase), adalah :

 Berapakah besar debit air yang harus disalurkan melalui bangunannya.

 Bentuk dan dimensi struktur / konstruksi bangunannya.

Air hujan (air) yang jatuh disuatu daerah harus dapat segera dibuang. Untuk

keperluan itu harus dibuatkan saluran-saluran guna menampung air hujan

(31)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 31 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA pembuangan. Saluran pembuangan ini mengalirkan air tadi lebih lanjut

kesungai atau tempat pembuangan air lain.

Rencana drainase dibagi menjadi dua sistem yang terpisah, yaitu sistem

drainase untuk hujan permulaan dan sistem drainase pokok.

Sistem drainase hujan permulaan ialah bagian dari sistem drainase

keseluruhannya yang melayani aliran maksimum dari hujan permulaan.

Didalam sistem ini termasuk parit, saluran tepi jalan, gorong-gorong dan

bangunan yang direncanakan untuk melayani aliran hujan awal. Besarnya

hujan rencana dapat direncanakan dengan masa ulang 2 atau 5 tahun,

tergantung pada pemanfaatan tanah yang berbatasan.

Sistem drainase pokok mencakup sungai dan saluran alami, saluran

pembuangan buatan, penampung banjir. Sistem drainase pokok harus

mempunyai kapasitas cukup untuk melayani banjir-banjir sungai dan saluran

dengan daerah aliran lebih dari 100 hektar dengan masa ulang 20 tahun.

Disamping itu juga harus diusahakan untuk membatasi kerusakan harta

benda dan korban jiwa sebanyak-banyaknya yang disebabkan oleh banjir

100 tahunan.

Besarnya banjir dihitung dengan Metoda Rasional kalau daerah alirannya

tidak melebihi kira-kira 500 ha.

1. Perkiraan run-off

Karena syarat drainase yang baik adalah amat penting untuk

pemeliharaan jalan dan keselamatan lalu lintas, maka ada beberapa

aspek yang harus diperhatikan, sebagai berikut:

 Drainase air permukaan termasuk air hujan, kemiringan tanggul dan

permukaan-permukaan lainnya dalam batas ROW.

 Drainase tepi jalan termasuk air hujan pada tepi jalan dan areal

terdekat yang mempunyai pengaruh terhadap jalan.

 Saluran terbuka dan saluran pembuangan yang melintang jalan.

(32)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 32 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA

6

Dalam memperhatikan koefisien run-off, kerangka kondisi geologi dan

tanah harus diperlihatkan untuk setiap areal dengan areal lain. Nilai

tersebut ditentukan berdasarkan Tabel 2.2. berikut:

Tabel 2.2 Koefisien Run - Off

Jenis areal drainase Koefesien

run-off

Kemiringan permukaan dan tepi jalan Daerah perdagangan

Daerah industri dan pemukiman Sawah ber-irigasi

Daerah pedesaan dan militer Bukit dengan lereng landai

Daerah terbuka (hutan dan areal pemakaman)

0,9

2. Gorong-gorong dan saluran terbuka

Kapasitas gorong-gorong dan saluran terbuka dihitung dengan

menggunakan rumus Manning.

Q=V.A n = Koefisien kekasaran manning R = Radius hidraulik (m)

(33)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 33 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA 3. Lama waktu konsentrasi

Lama waktu konsentrasi tc untuk saluran drainase terdiri atas :

 waktu yang diperlukan air untuk mengalir melalui permukaan tanah ke saluran terdekat (to)

 waktu untuk mengalir didalam saluran ketempat yang diukur (td)

Tc = to+td

4. Intensitas curah hujan

Analisa curah hujan dibuat hanya untuk kurun waktu curah hujan

maximum. Intensitas hujan I ialah laju rata-rata dan hujan yang Iamanya

sama dengan lama waktu konsentrasi tc dengan masa ulang tertentu.

5. Koefisien pengaliran

Koefisien pengaliran C ini sukar ditentukan secara tepat dan

memerlukan pertimbangan teknis dalam pemilihannya. Pemilihan

koefisien ini hams mempertimbangkan kemungkinan akan adanya

pembangunan dan pengembangan daerahnya dikemudian hari

Besarnya koefisien pengaliran dapat diambil seperti pada Tabel 2.3.

berikut :

Tabel 2.3 : Koefesien Pengaliran

Type daerah aliran C

Perumputan Tanah pasir, datar, 2%

Tanah pasir, rata-rata 2-7% Tanah pasir, curam 7% Tanah gemuk, datar 2% Tanah gemuk, rata-rata 2-7% Tanah gemuk, curam 7%

0,05-0,10

Busines Daerah kota lama

Daerah Pinggiran

0,75-0,95 0,50-0,70

Perumahan Daerah “single family”

“Multi units”, terpisah-pisah “Multi unit”, tertutup

“Suburban”

Daerah rumah2 apartemen

0,30-0,50 0,40-0,60 0,60-0,75 0,25-0,40 0,50-0,70 Pertamanan, kuburan,

Tempat bermain, Halaman kereta api,

Daerah yang tidak dikerjakan

Jalan Beraspal

(34)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 34 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA 6. Koefisien kekasaran

Tabel 2.4 : Koefisien kekasaran Manning (n)

Dinding

saluran Kondisi n

Kayu Papan-papan rata. dipasang rapi

Papan-papan rata, kurangrapi/tua Papan-papan kasar, dipasang rapi Papan-papan kasar, kurang rapi/tua

0,010

Sedikit kurang rata

0,010 0,015 0,020 Pasangan

batu

Plesteran semen halus Plesteran semen dan pasir Beton dilapis baja

Beton dilapis kayu

Batu beta kosongan yang baik, kasar Pasangan batu, keadaan jelek

0,010

Halus, dipasang rata

Batu pecah, bath belah, dipasang dalam semen Kerikil halus, padat

0,0 13

0,0 17

0,020

Tabel 2.5 : Koefisien kekasaran Strickler (k)

Dinding saluran k

Saluran lama dengan dinding-dinding sangat kasar >36

Saluran lama dengan dinding-dinding kasar 38

Saluran drainase yang akan diberi tanggul dan saluran tersier

40

Saluran drainase baru tanpa tanggul 43,5

Saluran primer dan sekender dengan debit kurang dari

Saluran dengan pasangan batu kosongan 50

Saluran pasangan batu belah yang baik dan baton tidak dihaluskan

60

Saluran dengan dinding halus dinding kayu 90

7. Tahapan perencanaan dan formulasi

1) Analisis Hidrologi

a. Hitung koefesien pengaliran (C)

b. Dari data pengukuran, hitung : beda tinggi (H), panjang daerah

(35)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 35 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA c. Lama waktu konsentrasi (Tc):

Untuk daerah aliran kecil dengan pola drainase sederhana, lama

waktu konsentrasi bisa sama dengan lama waktu pengaliran dari

tempat yang terjauh. Inilah salah satu sebab rumus rasional hanya

dapat digunakan untuk daerah-daenah aliran kecil (kebanyakan

untuk perencanaan sistem drainase daerah perkotaan, kurang dan

500 ha).

d. Intensitas curah hujan (I):

Digunakan Rumus Mononobe:

3

R24 = Curah hujan maksimum setempat dalam mm.

t = Lama waktu konsentnasi dalam jam.

e. Hitung luas daerah aliran (A)

f. Hitung debit nencana (Q):

Q = 0,278.C.I.A m3/det.

C = Koefisien pengaliran

I = intensitas hujan dalam mm/jam

A = Luas daerah aliran dalam km2

2) Analisis Hidrolika

a. Tentukan / pilih bentuk penampang basah dari alternatif sebagai

berikut:

 Segi empat  Trapesium

Untuk perencanaan saluran dianjurkan perbandingan antara lebar

(36)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 36 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA Tabel 2.6 : Pendekatan perbandingan dasar dan tinggi saluran.

Q (m3/det) b: h

 Pasangan batu tanpa plesteran  Pasangan batu dengan plesteran  Beton

 Tanah

c. Coba penampang basah:

 h dalam m  b dalam m

 Luas penampang basah (F) dalam m2  Keliling penampang basah (0) dalam m

d. Hitung Radius hidrolik

meter O

F R

e. Hitung / tentukan kemiringan dasar saluran (S).Tentukan koefisien

kekasaran (n) atau (k)

f. Hitung kecepatan air rata-rata (V):

Rumus Manning:

(37)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 37 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA Rumus Strickler:

2 1 . 3 2

.R S

k

V  m/det

k = koefisien kekasaran

g. Hitung debit kapasitas saluran (Q):

Q = V.F m3/det.

Kapasitas saluran ini harus lebih besar dari pada debit rencana:

Q = V.F  Q= 0,278.C.I.A

8. Bangunan pelengkap sistem drainase

Bangunan yang dimaksud adalah bangunan yang ikut mengatur

mengontrol sistem aliran air hujan yang ada dalam perjalanan menuju

outfall agar aman dan melewati daerah-daerah curam atau melintasi

jalan raya. Bangunan-bangunan tersebut berupa gorong-gorong (culvert),

bangunan pertemuan saluran, bangunan terjunan, jembatan, dan

lain-lain.

1) Bangunan pertemuan saluran (Box drainage)

 Bangunan pertemuan saluran ini diperlukan pada pertemuan dua atau lebih saluran dan berbentuk box untuk memudahkan

pengaturan arah aliran setelah pertemuan serta merupakan

tempat peralihan karakteristik hidraulis dan saluran sebelum dan

sesudah pertemuan tersebut.

 Karakieristik tersebut terutama menyangkut masalah ukuran profil, .kapasitas atau kemiringan saluran. Saluran setelah pertemuan

hams menampung jumlah kumulatifdari debit semua saluran yang

mengumpul dipertemuan tersebut.

 Dimensi saluran dari bangunan peredaman energi (energy dissipation) terhadap aliran-aliran dari hulunya. Dimensi Hidrolis

disesuaikan dengan analisa terjunan.

2) Terjunan

Untuk mengurangi kemiringan saluran dan kecepatan yang terlalu

besar yang dapat mengakibatkan penggerusan bahan saluran maka

(38)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 38 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA Terjunan ini dapat pula diterapkan pada pertemuan saluran (titik

simpul) elevasi dasar saluran yang berbeda tingginya, untuk

mengurangi energi yang jatuh (sebagai energi disipator).

Lokasi atau terjunan dapat diperkirakan dengan mempertimbangkan

kemiringan saluran, sebagai dasar dapat dilihat pada Tabel 2.7

berikut:

Tabel 2.7 : Jarak pematah arus sesuai kemiringan lahan

i (%) 6% 7% 8% 9% 10%

L (m) 16 10 8 7 6

a. Terjunan Tegak

Perencanaan geometri terjunan tegak dinyatakan dalam persamaan

berikut :

3 2 gh

Q Dn

Dn = Koefesien terjunan

Q = Debit saluran per meter lebar saluran (m3/det/m). g = Kecepatan grafitasi (9,8 m/det2)

h = Tinggi terjunan (m)

Fungsi dari perencanaan geometri terjunan tegak didefinisikan

menurut persamaan-persamaan di bawah ini :

Ld/h = 4,30 Dn0,27 Lp/h = Dn D1/h = 0,54 Dn d2/h = 1,66 DN Ld = Panjang saluran

Lp = Tinggi air di bawah terjunan D1 & d2 = Tinggi air

b. Terjunan Miring

Perencanaan geometri didasarkan kepada perhitungan ruang

(39)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 39 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA

2.4.4. Metode Perencanaan Box Culvert

Perencanaan struktur box culvert yang sesuai dengan keperluan, dalam arti

yang belum terdapat pada standard yang sudah ada, dilakukan perhitungan/

analisis struktur tersendiri oleh konsultan.

1. Modelisasi struktur

2. Dasar dan data perencanaan

 Berat satuan bahan: Asphalt, Batu pecah, Beton bertulang, Tanah.  Mutu beton bertulang

 Bila tinggi timbunan melampaui panjang bentang, beban hidup diabaikan.

 Kurangi beban vertikal sampai 70 % bila timbunan lebih dari 3 m.  Taksiran tebal minimum plat: h = L/13

 Perhitungan Mekanika Teknik.

 Perhitungan beton bertulang dengan cara Kekuatan Batas (Ultimate). 3. Pembebanan

1) Tekanan tanah top ceiling

Pv =  v D

Pv = Tekanan tanah vertikal top ceiling (t/m2) v= Berat satuan bahan diatas culvert (t/m3)

(40)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 40 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA 2) Tekanan tanah bottom slab

Wd = c Ti

Wd = Berat ceiling (t/m2)

c = Berat satuan beton bertulang = 2,5 t/m3 Ti = Tebal ceiling (m)

3) Tekanan tanah bottom slab

QD =  b T2 / ( H B )

QD = Tekanan bottom slab (t/m2) T2 = Tebal side wall (m)

H = Tinggi sebelah dalam culvert B = Lebar sebelah dalam culvert (m)

4) Tekanan tanah side wall

E1 = Ka. .Z

E1 = Tekanan horizontal side wall (t/m2) Ka = Koefesien tekanan tanah aktif  = Berat satuan tanah (t/m3

Z = Kedalaman dari permukaan (m)

Ka = tg2    

 

2

450  dimana  = Sudut geser dalam tanah (0)

(41)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 41 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA i. Front wheels :

iii. Distribusi beban :

0,3

6) Beban hidup bottom slab

2.T2

Ekivalen dengan tekanan tanah setinggi 0,6 m.

Ee = Ka.q = Ka.0,6. 

(42)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 42 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA Wf = Hw (m) x 1 (t/m3) = Hw

Wf = Buoyancy (t/m2)

Hw = Tinggi original water level (m)

QD > Wf (OK)

4. Mekanika teknik

1) Ditinjau setengah konstruksi

2) Faktor Kekakuan :

8) Perhitungan momen ujung

(43)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 43 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA  Side wall

5. Analisis beton bertulang

1) Slab satu arah

2) Momen rencana : Mu

3) Anggapan tinggi efektif : d = h – 5 cm

4) Angka penulangan :

Angka penulangan pada keadaan balanced :

fy

Angka penulangan pada keadaan leleh :

fy

5) Anggapan angka penulangan

6) Asumsi lengan momen

(44)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 44 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA 8) Momen tahanan penampang bertulang tunggal

9) Moment yang dipikul oleh tulangan rangkap

10) Luas tulangan A’s :

Mn2 = A’s.fy.(d-d’)

A’s =

) ' .(

2

d d fy

Mn

11) Luas tulangan As : As = As1 + A’s

12) Kontrol angka penulangan

d b

As

.

d b

s A

. ' '

13) Tulangan pembagi : A = 0,0018 b.h

14) Kontrol plat terhadap geser

15) Faktor reduksi kekuatan untuk geser dan torsi :

Vu = R

W = lebar plat yang ditinjau = 1 m

Ti = tebal plat (mm)

(45)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 45 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA 6. Bagan Alir Perencanaan Struktur Box Culvert

(46)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 46 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA

2.4.5. Perencanaan Dinding Penahan Tanah

Pekerjaan jalan dan jembatan umumnya tidak terlepas dari perlunya dinding

penahan tanah terutama pada daerah berbukit, timbunan, talud-talud dan

pada kepala jembatan.

Dinding penahan tanah (retaining wall) merupakan suatu bangunan untuk

mencegah keruntuhan tanah yang curam atau lereng yang dibangun

ditempat dimana kemantapannya tidak dapat dijamin oleh lereng tanah itu

sendiri.

1. Jenis-jenis dinding penahan tanah

1) Tembok penahan pasangan batu

Tembok penahan jenis ini digunakan terutama untuk pencegahan

terhadap keruntuhan tanah, dan apabila tanah asli dibelakang

tembok itu cukup baik dan tekanan tanah dianggap kecil. Tembok

penahan jenis ini digunakan secara luas sebagai dinding penahan

tanah rendah karena biaya pekerjaannya relatif murah dan

pelaksanaan pekerjaannya mudah dilakukan.

2) Tembok penahan beton tipe gravitasi

Tembok jenis ini untuk memperoleh ketahanan terhadap tekanan

tanah dengan beratnya sendiri. Karena bentuknya yang sederhana

dan juga pelaksanaan mudah, jenis ini sering digunakan apabila

dibutuhkan konstruksi penahan yang tidak terlalu tinggi atau bila

tanah pondasinya baik.

3) Tembok penahan dengan sandaran

Tembok penahan dengan sandaran sebenarnya juga termasuk

dalam kategori tembok penahan gravitasi tetapi cukup berbeda

dalarn fungsinya.

4) Tembok penahan beton bertulang dengan balok kantilever

Tembok penahan dengan balok kantilever tersusun dan suatu

(47)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 47 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA sebagai balok kantilever dan kemantapan tembok didapatkan

dengan beratnya sendiri dan berat tanah diatas tumit pelat lantai.

5) Tembok penahan beton bertulang dengan penahan (buttress)

Tipe ini dibangun pada sisi tembok dibawah tanah tertekan untuk

memperkecil gaya irisan yang bekerja path tembok memanjang dan

pelat lantai. Jenis mi digunakan untuk tembok penahan yang cukup

tinggi. Kelemahan dan tembok penahan jenis mi adalah

pelaksanaannya yang lebih sulit dan pada jenis lainnya.

6) Tembok penahan beton bertulang dengan penyokong

Tembok penahan dengan penyokong berfungsi sama seperti

dinding penahan tetapi tembok penyokong yang berhubungan

dengan penahan ditempatkan pada sisi yang berlawanan dengan

sisi dimana tekanan tanah bekerja.

7) Tembok penahan khusus

Jenis mi adalah tembok penahan khusus yang tidak termasuk

dalam tembok penahan yang disebutkan diatas. Jenis mi dibagi

menjadi tembok penahan macam rak, tipe kotak, tembok penahan

menggunakan jangkar, dengan penguatan tanah, bentuk Y terbalik.

2. Pemilihan jenis dinding penahan tanah

Dalam memilih jenis dinding penahan, perlu mengetahui : sifat-sifat tanah

pondasi, kondisi tempat, kondisi pelaksanaan dan efisiensi ekonomis.

Sebagai pegangan, standar ketinggian dinding yang sering digunakan

diperlihatkan pada Tabel 2.8

Tabel 2.8: Pendekatan tinggi berbagai dinding penahan

Tinggi (m) Tipe

5 10 15

Pasangan batu Gravitasi

(48)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 48 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA 3. Prinsip-prinsip perencanaan dinding penahan tanah

1) Beban rencana

 Berat sendiri tembok penahan.  Tekanan tanah.

 Beban dibelakang dinding untuk jalan raya dianggap sebesar 1 T/m2 sebagai pembebanan kendaraan.

2) Kemantapan / stabilitas  Kontrol stabilitas guling.  Kontrol stabilitas geser.  Kontrol esentrisitas

 Kontrol terhadap daya dukung tanah pondasi 3) Data dan ketentuan untuk perencanaan

 Tinggi : h

 Soil properties tanah timbunan

 Soil properties tanah dasar dibawah telapak.

 Koefesien gesekan antara telapak dan tanah dasar :   Berat satuan bahan

 Sudut kemiringan tulud

 Sudut kemiringan dinding sebelah dalam  Pendekatan dimensi dan asumsi

H – D = h

D = 1/6 H

B = 0,5 H

d = 0,5 D

 Koefesien tekanan tanah aktif dan pasif Koefesien tekanan tanah aktif

Koefesien tekanan tanah pasif

4) Gaya dinding lateral

Q = 0,6 a Pal = q.H.Ka

Pa2 = PA2.cos( + ()

PA2 = ½.(a.H2.Ka – 2.c.H) Pv = PA2 . sin (( + ()

Ka 2c Zo

a

Pp1 = ½. a.D2Kp

(49)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 49 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA 5) Kontrol stabilitas guling

1,5

6) Kontrol stabilitas geser

1,5

Tabel 2.8 : Nilai koefisien gesekan :

Kondisi 

Permukaan kasar

Tanah berbutir kasar (tanpa lumpur) Tanah berbutir kasar (dengan lumpur) Lumpur

0,60 0,55 0,45 0,35

7) Kontrol eksentrisitas

e = 0,5 B - x < 1/ 6 B

V M M

xvH

8) Kontrol kapasitas daya dukung telapak

(50)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 50 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA 4. Bagan Alir Perencanaan Dinding Penahan Tanah

Gambar 2.11 : Bagan Alir Perencanaan Dinding Penahan

2.4.6. Penggambaran

Gambar teknik diproduksi pada skala yang sesuai dan dalam detail yang

cukup mewakili lokasi secara utuh, tipologi, cakupan dan skala dari

pekerjaan yang diusulkan, termasuk batas konstruksi.

Gambar-gambar disesuaikan dengan gambar usulan yang berlaku pada

kondisi fisik lapangan, termasuk topografi, prasarana saat ini, gambar

menyajikan rencana ketinggian, penampang melintang, penampang

(51)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 51 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA Skala gambar sebagai berikut :

 Peta lokasi 1 : 5000, 1 : 10.000, 1 : 20.000  Peta situasi 1 : 1000

 Gambar kontur 1 : 500, 1 : 200  Potongan memanjang (H) 1 : 1000, (V) 1 : 100  Potongan melintang 1 : 50, 1 : 100, 1 : 200

Detail khusus digambar untuk persinggungan dengan fasilitas lain yang ada,

seperti : jembatan, saluran drainase, jalur listrik, telepon, dan fasilitas

pendukung utama penting.

Gambar dibuat dengan jelas dan lengkap dengan memperhatikan hal-hal

sebagai berikut:

 Rencana diplot diatas situasi/layout sehingga jelas kedudukan jalan tersebut. Yang perlu digambar jelas adalah rencana yang akan

ditangani/dikerjakan dan untuk membedakan dengan yang ada (existing)

perlu ditunjukkan dengan garis terputus, skala 1 : 5000

 Gambar situasi dibuat dengan perbandingan yang proporsional dengan menampilkan informasi umum di sekitar jalan tersebut.

 Potongan penampang memanjang, untuk horizontal skala 1 : 1000, untuk vertical skala 1 : 100.

 Potongan penampang melintang, skala 1 : 100 untuk horizontal dan 1 : 50 untuk vertical dengan stationing setiap interval 25 m di tikungan dan

50 m di bagian lurus.

 Ukuran huruf dengan tinggi minimum 4 mm dan jelas.

Susunan Gambar Rencana tersebut adalah sesuai dengan petunjuk Pemberi

Pekerjaan

2.4.7. Perhitungan Kuantitas dan Perkiraan Biaya

Pada bagian ini Konsultan memerlukan ketelitian sehingga penyimpangan

volume dan biaya konstruksi dapat ditekan sekecil mungkin saat hasil

(52)

LAPORAN PENDAHULUAN - I I - 52 - PT SARANA MULTI DAYA

PT BINA BUANA RAYA 1. Volume Pekerjaan

Volume pekerjaan disiapkan dari perhitungan desain, gambar-gambar

dan spesifikasi, dalam sebuah format dan pada sebuah tingkatan rinci.

Hal ini ditinjau seteliti mungkin dari jumlah atau volume dari pekerjaan

yang diperlukan untuk masing-masing jenis pekerjaan.

Setiap paket pekerjaan yang direncanakan dihitung volume pekerjaan

untuk tiap bagian sesuai masing-masing kontrak pelaksanaannya dan

dikelompokkan dalam beberapa pekerjaan.

2. Perkiraan Biaya

Analisa harga satuan menggunakan metode Bina Marga (Kimpraswil)

dan acuan lain yang baku berdasarkan faktor-faktor : tenaga, material,

peralatan, sosial, pajak, overhead, dan keuntungan yang berlaku di

daerah setempat.

Perkiraan biaya yang diperoleh dari analisa ini dibandingkan dengan

proyek-proyek lainnya di daerah sekitar lokasi.

2.4.8. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

Bagian ini akan mengulas manajemen peralatan yang dapat dipergunakan

sebagai pengendali waktu yang telah ditentukan berdasarkan volume

pekerjaan rencana. Agar tepat waktu, maka perlu pendekatan analisis alat

berat dengan keakuratan tinggi sehingga akan didapat jenis alat, jumlah alat,

kapasitas alat minimal yang harus dioperasikan di lapangan.

Pelaksanaan proyek dan tahapan awal jadwal disiapkan untuk tiap-tiap

komponen. Jadwal menunjukkan pelaksanaan khusus yang diperlukan untuk

dikoordinasikan dengan prasarana proyek lain dan untuk meminimalkan

gangguan.

Pada tahap perencanaan teknis, Konsultan menyiapkan metode

pelaksanaan pekerjaan dan jadwal pelaksanaan. Selanjutnya dengan

berdasarkan pada volume pekerjaan maka dibuat schedule pelaksanaan

dengan barchart untuk masing-masing item pekerjaan sehingga dapat

Gambar

Gambar 2.2 : Kriteria Keamanan
Gambar 2.4 : Kriteria Jarak Pandang
Gambar 2.5 : Kriteria Alinyemen Vertikal
Gambar 2.6. Bagan Alir Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah (1) Kompetensi, budaya akademik dan kepemimpinan spiri- tual berpengaruh terhadap motivasi dosen, (2) Kompetensi, budaya

Terdapat dua jenis tanah penyusun lereng jalan Lintas Barat Km 0-30, Liwa, Lampung Barat, yaitu tanah lempung dan tuf pasiran. Tanah lempung merupakan tanah residu hasil

[r]

Pengaruh Larutan Alkali dan Etanol Terhadap Kekuatan Tarik Serat Enceng Gondok dan Kompatibilitas Serat Enceng Gondok Pada Matrik Unsaturated Polyester Yukalac Tipe 157

[r]

Untuk dapat menyuarakan perubahan nasional ke arah yang lebih baik serta meningkatkan dampak hasil kerja BPK bagi pembangunan nasional, maka pada periode Renstra ini BPK

second law of thermodynamics it is impossible for a machine to convert all the heat, drawn from some body or object at a given temperature, into work; an alternative formulation,

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dikemukakan bahwa kesimpulan perencanaan pembelajaran menulis teks deskripsi yang dibuat oleh pendidik bahasa Indonesia