• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI SISWA TENTANG PUSTAKAWAN DI PER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERSEPSI SISWA TENTANG PUSTAKAWAN DI PER"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI SISWA TENTANG PUSTAKAWAN DI PERPUSTAKAAN SEKOLAH

Studi Deskriptif mengenai Persepsi Siswa tentang Pustakawan di Perpustakaan Sekolah Menengah Atas Negeri 60 Jakarta

Oleh

1 Wahyu Setiaji, 2 Yunus Winoto, 3 Ute Lies Khadijah ABSTRACT

The core of problems this research is into perception of students about librarian. Aims for too know perception students who seen from attitude, motive, attention, experience, and expectation of a librarian in public SMA Negeri 60 Jakarta. The method used are descriptive, whereas the method of data collection techniques through deployment, interview, observation, questionnaire, and library studies. Population this research is graders X and XI state SMA Negeri 60 Jakarta totaled 516 people. Based on the results of the calculation using the formula Taro Yamane, then obtained the number of samples in this study as much as 84 people. The result showed that the perception students about librarian in the library SMA Negeri 60 Jakarta good category.

Keywords: The School Library. The Librarian, Perception

Pendahuluan

(2)

Eksistensi perpustakaan memang akan semakin dirasakan peranannya dalam menjawab tantangan revolusi informasi (Alvin Toffler), revolusi komunikasi (Gerbner) maupun Global Village-nya (Marshall McLuhan). Kenyataan ini dilandasi fungsi universal perpustakaan, yakni: sebagai pusat informasi, pusat pendidikan, pusat rekreasi, dan pusat penelitian. Ilmu perpustakaan kini semakin berkembang dan terasa makin besar kontribusinya terhadap perkembangan ilmu yang lainnya. Walaupun sebenarnya perkembangan ilmu perpustakaan agak lamban bila dibandingkan dengan perkembangan ilmu-ilmu lainnya (Sinaga 1997, 1). Selain faktor dana dan tenaga, pemahaman yang benar akan pentingnya lembaga perpustakaan bagi masyarakat, juga menjadi sebab belum berhasilnya usaha pembangunan perpustakaan. Pemahaman yang benar atas lembaga perpustakaan memang perlu dimiliki oleh sebagian besar lapisan masyarakat kita. Apabila pemahaman ini tidak tepat maka logis apabila strategi pembangunan perpustakaan juga tidak tepat. Kalau sampai saat sekarang perpustakaan belum mewujud sebagai lembaga yang diperlukan oleh masyarakat luas, mungkin perlu dicoba strategi baru selain pendekatan yang selama ini telah dilakukan. Biasanya dalam membangun perpustakaan selalu dikatakan berorientasi kepada pemakai dan berusaha menciptakan calon-calon potensial pustakawan.

Perpustakaan merupakan sarana penunjang bagi kegiatan belajar yang berfungsi sebagai pusat informasi untuk pengembangan, pendidikan, dan penelitian. Memberikan pelayanan informasi yang tepat merupakan tugas utama pustakawan dalam bidang pelayanan, yakni pustakawan sebagai konsultan informasi untuk memberikan kemudahan kepada pemustaka dalam menggunakan informasi yang dibutuhkan. Di samping itu, pustakawan adalah faktor pendukung utama dalam memberikan jasa perpustakaan kepada pemustaka. Pustakawan mempunyai tugas berat dalam menjaga image positif perpustakaan dikalangan masyarakat pemustaka. Pustakawan dituntut untuk dapat menguasai segala bidang keilmuan teknologi informasi dan mengikuti perkembangan informasi terkini sehingga dapat memberikan informasi yang tepat, cepat, dan mutakhir sesuai dengan kebutuhan pemustaka mengingat semakin cepat dan banyak penyedia informasi melalui dunia maya (cyber)

yang lebih diminati oleh masyarakat luas.

(3)

“Untuk mengelola perpustakaan sekolah sebaiknya ditunjuk seorang guru yang dianggap mampu mengelola perpustakaan sekolah. Apabila yang mengelola perpustakaan sekolah adalah seorang guru, maka akan mudah mengintegrasikan penyelenggaraan perpustakaan sekolah dengan proses belajar mengajar. Di dalamnya dibutuhkan seorang pustakawan yang bisa diambil dari salah seorang guru (Bafadal dalam Carter V. Good 2011, 4).”

Pustakawan SMA Negeri 60 berlatar belakang bukan dari Ilmu Perpustakaan namun pengetahuannya dan semangatnya membangun perpustakaan sangat baik. Perpustakaan SMA Negeri 60 Jakarta lulusan Sarjana Hukum. Pengetahuan yang didapat dari Seminar, Pelatihan, melakukan kerjasama sesama pustakawan, dan lain-lain. Banyak kemajuan yang sudah diberikan oleh pustakawan SMA Negeri 60 Jakarta dikarenakan sering terjadi banjir kiriman. Perpustakaan SMA Negeri 60 Jakarta memiliki kurang lebih 36.538 eksemplar koleksi (perpustakaan SMA Negeri 60 Jakarta). Perpustakaan SMA Negeri 60 Jakarta memiliki berbagai macam koleksi mengenai pendidikan yaitu cerita rakyat, agama, kurikulum sekolah, majalah pendidikan, dan lain-lain. Sebagian koleksi sudah diklasifikasikan, digitalisasikan, dan diperbanyak sesuai dengan kebutuhan kurikulum pendidikan. Penggunaan OPAC (Online Public Accsess Catalog) sudah disediakan di perpustakaan SMA Negeri 60 Jakarta.

Berbagai cara telah dilakukan oleh pustakawan dan guru-guru agar siswa ingin selalu berkunjung dan menggunakan koleksi yang tersedia di perpustakaan. Dari pengenalan profesi pustakawan, ikut serta dalam kegiatan pembenahan perpustakaan, bedah buku, mengadakan games, studi banding, tugas rumah, dan lain-lain. Penurunan dalam setiap bulannya membuat pustakawan selalu bebenah diri dalam menarik pengunjung yang ingin menggunakan layanan perpustakaan. Di SMA Negeri 60 Jakarta, banyak siswa yang penasaran mengenai pentingnya keberadaan pustakawan. Betah tidaknya pengguna jasa informasi di perpustakaan sangat bergantung pada cara pustakawan menjawab pertanyaan kebutuhan pemustaka. Hal ini, akan sangat berpengaruh pada kesan yang akan ditimbulkan. Pustakawan SMA Negeri 60 Jakarta dituntut dengan jelas untuk bisa menjawab semua pertanyaan, membantu temu kembali informasi, dan membuat suasana perpustakaan nyaman untuk dikunjungi.

(4)

Kerangka Pemikiran

Kompetensi seorang pustakawan, agar Ia dapat dikatakan profesional harus dikembangkan atau ditingkatkan terus. Ia harus termasuk dalam kategori hight growth need employed yang artinya ia memiliki motifasi instrinsik untuk selalu menambah skills, knowledge, dan abilities-nya serta mau memperluas wawasan. Ia juga harus sadar bahwa, (1) kesuksesan dalam tugas atau pekerjaannya tidak harus selalu diukur dari jumlah gaji dan imbalan materi yang diperolehnya, sekalipun kita tahu bahwa uang merupakan motifator yang besar bagi kegairahan kerja seseorang, (2) tugas dan tanggung jawab yang utama adalah memberikan layanan informasi yang sebaik-baiknya kepada masyarakat; ini di atas segala kepentingan pribadinya, (3) ia selalu bersikap terbuka, mampu bertindak komunikatif serta edukatif; dalam perilakunya selalu memegang teguh kode etik asosiasi profesionalnya, (4) dalam pelaksanaan tugas atau pekerjaannya ia tidak bersitegang dengan hal-hal yang rutin

(rules) kaku namun berani menggali hal-hal yang baru dan bermanfaat bagi instansi

atau masyarakat yang dilayaninya, serta (5) menjunjung tinggi esprit de corps

(Sinaga 1997, 64).

Komunikasi sangat penting untuk memperlancar tugas-tugas baik di kantor maupun dalam pergaulan sehari-hari. Komunikasi bisa dilakukan dengan cara dialog, sehingga dapat saling memberi dan menerima (take and gave) pendapat. Komunikasi bisa menghilangkan salah pengertian (misunderstanding) dalam pergaulan. Salah pengertian dapat membahayakan kelangsungan suatu pergaulan. Sebaliknya, komunikasi bisa mendatangkan simpati, empati, dan kepercayaan dari orang lain. Dalam pergaulannya pustakawan harus mengembangkan komunikasi dengan orang lain, terutama komunikasi dua arah, agar bisa menghilangkan persepsi yang salah, keliru, menjadi yang benar. Komunikasi bisa menjadi alat motifasi dan dapat meningkatkan aktifitas, sehingga aktifitas tersebut berjalan dengan baik dan lancar. Memiliki kemampuan berkomunikasi adalah merupakan syarat mutlak bagi pustakawan professional dalam menjalankan tugasnya (Hermawan dan Zen 2010, 129-130).

(5)

Mulyana (2010,180) dalam John R. Wenburg dan William W. Wilmot, persepsi dapat didefinisikan sebagai cara organisme memberi makna. Rudolph. F. Verderber mendefinisikan, persepsi adalah proses menafsirkan informasi indrawi. Sedangkan J. Cohen mengemukakan, persepsi adalah sebagai interprestasi bermakna atas sensasi sebagai representatif objek eksternal; persepsi adalah pengetahuan yang tampak mengenai apa yang di luar sana. Adapun faktor yang mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut:

a. Faktor yang berada dalam diri yang mempersepsi (perceiver), berupa atittude,

motive, interest, experience, dan expectation

b. Faktor yang berada dalam objek yang dipersepsi (target), berupa novelty,

motion, sound, size, background, dan proximity.

c. Faktor yang berada dalam situasi (situation), berupa bentuk, work setting, dan

social setting. (Hariandja dalam Stephen P. Robin 2006, 72).

Sesuai dengan pembahasan peneliti hanya terfokus kepada faktor-faktor yang berada dalam diri persepsi (Perceiver), yaitu sebagai berikut:

1. Sikap, diartikan sebagai pernyataan evaluatif. Yang dapat dipengaruhi oleh nilai, yang dianut seseorang terhadap suatu objek, dan yang dapat mempengaruhi persepsi.

2. Motif, sebagai suatu keinginan atau kebutuhan seseorang.

3. Perhatian, diartikan sebagai kebutuhan yang sangat diperhatikan seseorang dapat dipengaruhi oleh pengalaman atau latar belakang orang tersebut.

4. Harapan, harapan-harapan seseorang terhadap sesuatu yang dapat mempengaruhi persepsi.

(6)

Ketiga kriteria itu menurut Sinaga (1997, 64-65) yang kini dapat mengintropeksi kita sendiri, apakah sudah dapat memenuhi semua kriteria tersebut. Dengan lain perkataan, apakah memang kita sudah termasuk dalam kelompok professional tersebut. Jadi, ditegaskan yang ditransmisikan adalah hasil konsepsi karya penalaran sehingga apa yang dilontarkan dari mulutnya adalah pendapat yang mantap, meyakinkan, sistematis, dan logis. Efisiensi berfikir seperti itu akan berpengaruh besar pada tindakannya, kegiatannya, dan perilakunya sehingga akan menjadi daya pendorong yang berkembang luas bagi kemajuan masyarakat (Effendi dalam David C. McClelland 2007, 103).

Metode Penelitian

Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Adapun yang dimaksud dengan metode deskriptif adalah suatu metode yang berupaya memecahkan atau menjawab permasalahan yang dihadapi dalam situasi sekarang. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, akan tetapi menggambarkan apa adanya variable, gejala atau keadaan (Singarimbun 1990, 5). Menurut Rakhmat (2009, 24), penelitian ini digunakan metode deskriptif karena penelitiannya mencoba memaparkan situasi atau keadaan mengenai persepsi siswa terhadap pustakawan. Dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Skala likert

merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial (Riduwan 2005, 12). Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan (Sugiyono 2011, 93).

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini siswa kelas X dan XI SMA Negeri 60 Jakarta tahun ajaran 2011/2012 karena seluruh siswa kelas XII sudah tidak berada di sekolah (sudah lulus). Kelas X secara keseluruhan berjumlah 272 orang dan kelas XI secara keseluruhan baik IPA atau IPS berjumlah 144 orang (Profil kesiswaan SMA Negeri 60 Jakarta). Jadi, siswa kelas X dan XI SMA Negeri 60 Jakarta baik IPA dan IPS berjumlah 516 orang.

(7)

rumus Taro Yamane, maka diperoleh jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 84 orang.

Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner/Angket

Merupakan sebuah set pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian, dan tiap pertanyaan adalah jawaban-jawaban yang mempunyai makna dalam pengujian hipotesis (Nazir 2005, 203). Tujuannya adalah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari respon tanpa khawatir bila respon memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan.

2. Observasi

Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan atau tempat penelitian menggunakan indera pengelihatan, pendengaran terhadap kondisi, situasi, proses kegiatan guna memperoleh informasi dan mengetahui hal-hal yang dapat membantu dalam proses penelitian.

3. Wawancara

Yaitu pengumpulan data-data dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung kepada informan dan jawaban-jawaban informan dicatat atau direkam.

4. Studi Kepustakaan

Yaitu teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subjek penelitian, melalui dokumen. Dokumen yang digunakan dapat berupa buku, jurnal, makalah, serta referensi lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Teknik Analisis Data

(8)

Hasil dan Pembahasan Hasil

Sebanyak 78,58% responden memiliki persepsi baik dikarenakan berkat pustakawan SMA Negeri 60 Jakarta, perpustakaan SMA Negeri 60 Jakarta semakin maju. Bahkan, SMA Negeri 60 berencana merubah perpustakaan sekolah menjadi perpustakaan digital.Sebanyak 61,90% responden memiliki sikap (attitude) baik dikarenakan pustakawan sangat profesional dalam menjalankan tugasnya. Sebanyak 89,29% responden memiliki motif yang sangat baik tentang pustakawan. Sebanyak 53,57% responden memiliki perhatian yang baik tentang pustakawan. Sebanyak 55,95% responden memiliki pengalaman yang cukup baik ketika bertemu pustakawan. Sebanyak 83,33% responden memiliki harapan yang baik tentang pustakawan untuk ke depannya.

Pembahasan

Pustakawan sebagai seorang professional di bidang perpustakaan dan informasi harus mempunyai kemampuan untuk memperluas akses dan mendistribusikan informasi untuk kepentingan masyarakat, baik dari dalam maupun luar negeri. Dalam hal ini, pustakawan hendaknya dapat berfungsi sebagai perantara

(intermediaries) antara sumber informasi dengan masyarakat pengguna (Hermawan

dan Zen 2010, 109). Mengutip Hermawan dan Zen (2010,113) bahwa dalam menjalankan kewajiban ini sekurang-kurangnya pustakawan harus memberikan layanan prima. Artinya pelayanan kepada masyarakat harus dilakukan secara cepat, tepat, mudah, murah, tertib, dan tuntas sesuai dengan prosedur yang berlaku sehingga dapat memuaskan masyarakat pengguna. Memberikan pelayanan terbaik di perpustakaan SMA Negeri 60 Jakarta.

(9)

jenjang yang lebih tinggi di bidang kepustakawanan, baik dengan biaya sendiri, maupun dengan beasiswa di dalam maupun di luar negeri, baik yang didapat dari pemerintah, maupun pihak sponsor. Secara bersama-sama, dapat dilakukan melalui diklat, penataran, diskusi ilmiah, simposium, seminar, lokakarya, magang, dan studi banding di dalam dan di luar negeri.

Kewajiban ini dimaksudkan agar pustakawan dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Untuk meningkatkan dan memperluas pengetahuan, kemampuan pustakawan dapat dilakukan berbagai upaya, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, secara formal maupun informal. Secara informal pustakawan dapat belajar melalui mass media, baik secara cetak maupun media elektronik, membaca buku-buku perpustakaan, dan informasi yang terkait dengan dunia profesinya. Sedangkan secara formal, pustakawan dapat mengikuti pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi di bidang kepustakawanan, baik dengan biaya sendiri, maupun dengan beasiswa di dalam maupun di luar negeri, baik yang didapat dari pemerintah, maupun pihak sponsor (Hermawan dan Zen 2010, 121).

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

(10)

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka ada beberapa saran yang dapat diajukan kepada pihak yang terkait dengan penelitian ini adalah:

1. Tersedianya bahan pustaka sesuai dengan kebutuhan, minat, dan tuntutan pengguna haruslah selalu menjadi perhatian pengelola perpustakaan. Walaupun tahapan ini sudah dilakukan dengan baik oleh Perpustakaan SMA Negeri 60 Jakarta, akan tetapi kegiatan tahapan yang pertama adalah analisis pemakai harus dikembangkan lagi karena keberadaaan suatu perpustakaan akan ditentukan oleh ketersediaan sumber informasi dan bentuk pelayanan yang diberikan kepada pengguna.

2. Pustakawan juga harus mampu menambah ilmu pengetahuan, mengikuti perkembangan teknologi, dan bekerjasama dengan perpustakaan lain supaya dapat bertukar informasi dalam memajukan perpustakaan SMA Negeri 60 Jakarta.

3. Pustakawan diharapkan pandai dalam bergaul dengan anggota perpustakaan. Masyarakat pengguna perpustakaan dan informasi merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan. Oleh karena itu, jika pustakawan mampu bergaul dapat menopang suksesnya perpustakaan dan penggunanya.

4. Pustakawan diharapkan mau mendengarkan keluhan dan bersikap sabar dalam menghadapinya. Siswa terkadang ada yang merasa masih belum mendapatkan pelayanan memuaskan, bahkan bukan itu saja, ada yang mereka merasa kecewa. Apapun keluhan mereka harus disikapi secara dewasa karena keluhan mereka adalah masukan yang sangat berharga bagi kita. Seandainya keluhannya tidak dapat terpenuhi maka dapat dijadikan sebagai bahan untuk mawas diri.

5. Pustakawan diharapkan cekatan dalam membantu temu kembali koleksi meskipun di perpustakaan terdapat OPAC (Online Public Access Catalog), sehingga dapat memberikan kesan positif bagi perpustakaan.

(11)

7. Pustakawan diharapkan lebih komunikatif supaya dapat menjalin keterdekatan emosional kepada anggota perpustakaan. Anggota perpustakaan pun akan merasa nyaman saat berada di perpustakaan.

Daftar Pustaka

Bafadal, Ibrahim. 2011. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Effendy, Onong Uchjana. 2007. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Hariandja, Marihot Tua Effendi. 2006. Perilaku Organisasi: Memahami dan

Mengelola Perilaku dalam Organisasi. Bandung: UNPAR Press.

Hermawan, Rachman dan Zen, Zulfikar. 2010. Etika Kepustakawanan: Suatu

Pendekatan terhadap Kode Etik Pustakawan Indonesia. Jakarta: Sagung

Seto.

Mulyana, Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

_____________________. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Rakhmat, Jalaludin. 2009. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Riduwan.2005. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian.Bandung: Alfabeta. Sinaga, Dian. 1997. Ilmu Perpustakaan dan Profesi Pustakawan. Bandung:

Binacipta.

Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi (editor). 1990. Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES.

Referensi

Dokumen terkait

coli O157:H7 dapat disebabkan dari feses hewan yang sehat yang awalnya menderita diare saat muda yang mengkontaminasi daging akibat kesalahan dalam penanganan mulai dari

Dengan masa jabatan anggota Dewan Komisaris dan Direksi Perseroan yang baru berlaku efektif sejak ditutupnya Rapat ini dan berakhir pada penutupan Rapat Umum Pemegang

Meningkatnya kebutuhan trasnportasi bahan dan/atau brang berbahaya dengan menggunakan pesawat udara bila mana tidak diawasi dengan cermat, dapat mempunyai dampak negatif

Setelah mengetahui fitur apa saja yang akan terdapat dalam aplikasi, langkah selanjutnya adalah melakukan perancangan sistem dengan menentukan kelas- kelas apa

Parameter-parameter yang digunakan untuk analisis probabilitas dengan model sumber gempa sesar (fault) adalah latitude dan longitude, slipt-rate, fault trace, penjang dan

Rubrik atau Panduan Penilaian Lembar Deskripsi Diri dosen memberikan rambu-rambu penilaian kualitas untuk setiap kegiatan yang dilakukan dosen berkenaan dengan

pokok) pada saat harga mahal dan menimbunnya dengan tujuan untuk menjual kembali pada saat harganya lebih mahal. 7) Taghrir, yaitu upaya mempengaruhi orang lain, baik

Syukur yang tak terhingga kepada Allah yang telah menciptakan penulis dari sepasang manusia mulia, semoga Allah menyayangi mereka sebagai mana mereka menyayangi diwaktu